KESINAMBUNGAN PENGGUNAAN INSTANT MESSAGING (IM) UNTUK KNOWLEDGE SHARING
Disusun Oleh Yohanes Andry Putranto
i
DAFTAR ISI Halaman Judul ……………………………………………………………….
i
Daftar Isi ……………………………………………………………………..
ii
Daftar Tabel…………………………………………………………………..
vi
Daftar Gambar ……………………………………………………………….. vii Intisari ……………………………………………………………………….. viii Abstract……………………………………………………………………….
ix
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………………………
1
B. Permasalahan ………………………………………………………...
5
C. Batasan Masalah ……………………………………………………...
5
D. Tujuan Penelitian ……………………………………………………..
6
E. Kontribusi …………………………………………………………….
6
F. Rencana Isi …………………………………………………………...
7
BAB II. KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Instant Messaging …………………………………………………….
8
B. Knowledge Sharing ………………………………………………….. 11 C. Knowledge Sharing dan IM …………………………………………. 13
ii
D. Kesinambungan Penggunaan Teknologi Informasi………………………. 15 E. Expectation-confirmation model (ECM) …………………………….. 16 F. Expectation Confirmation Model – Information Technology (ECM-IT) ……………………………………………………………. 17 G. Extended Expectation Confirmation Model – Information Technology (EECM-IT) ………………………………………………………….. 22 H. Hedonic Information Systems Acceptance Model (HISAM) ………. 25 I. Model Penelitian …………………………………………………….. 28 BAB III. METODA PENELITIAN A. Karakteristik Penelitian ……………………………………………… 30 B. Populasi dan Sampel …………………………………………………. 30 C. Pengukuran Variabel ………………………………………………… 33 D. Analisis Data ………………………………………………………… 37 1. Pre-Test ………………………………………………………….. 37 2. Outer/Measurement Model ……………………………………… 38 3. Inner/Structural Model …………………………………………... 39 4. Indeks Goodness of Fit (GoF) …………………………………… 40 BAB IV. ANALISIS DATA A. Deskriptif Data ………………………………………………………. 41 1. Data Responden …………………………………………………. 42 2. Penggunaan IM ………………………………………………….. 44 3. Penggunaan IM untuk Knowledge Sharing ……………………… 46
iii
B. Outer Model …………………………………………………………. 48 1. Validitas Konvergen …………………………………………….. 50 2. Validitas Diskriminan …………………………………………… 53 3. Reliabilitas ……………………………………………………….. 53 C. Inner Model ………………………………………………………….. 55 D. Indeks Goodness of Fit ………………………………………………. 58 E. Diskusi ……………………………………………………………….. 58 1. Pengaruh Sikap (attitude) dan Keyakinan pascapenerimaan (belief) terhadap Niat untuk Kesinambungan Knowledge Sharing dengan IM (IM Continuance Intention for Knowledge Sharing)…………………. 59 2. Pengaruh Konfirmasi (confirmation) terhadap Keyakinan Pascapenerimaan (belief) dan Sikap (attitude) …………………... 62 3. Pengaruh Konfirmasi (confirmation) dan Keyakinan Pascapenerimaan (belief) terhadap Sikap (attitude) ………………………………… 64 4. Pengaruh Kemudahan Penggunaan Persepsian (percieved ease of use) terhadap Kegunaan Persepsian (percieved usefulness) dan Kesukaan Persepsian (percieved enjoyment) ……………………………….. 66 F. Implikasi……………………………………………………………… 66 1. Implikasi Teoritis………………………………………………… 66 2. Implikasi Praktis …………………………………………………. 67
BAB V. SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
iv
A. Simpulan……………………………………………………………… 68 B. Keterbatasan …………………………………………………………. 70 C. Saran …………………………………………………………………. 70 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Ringkasan Pengukuran Variabel
Tabel 2.
Distribusi Sampel
Tabel 3.
Distribusi Umur Responden
Tabel 4.
Jenis Kelamin Responden
Tabel 5.
Program Studi Responden
Tabel 6.
Pengguna IM
Tabel 7.
Aplikasi IM yang Digunakan
Tabel 8.
Satuan Waktu Sekali Menggunakan IM
Tabel 9.
Frekuensi Penggunaan IM
Tabel 10. Penyebab Menggunakan IM untuk Knowledge Sharing Tabel 11. Kesinambungan Menggunakan IM untuk Knowledge Sharing Tabel 12. Satuan Waktu Sekali Menggunakan IM untuk Knowledge Sharing Tabel 13. Frekuensi Menggunakan IM untuk Knowledge Sharing Tabel 14. Konstruk dan Indikator-indikatornya Tabel 15. Outer Loading Tabel 16. Outer Loading (Final) Tabel 17. Perbandingan Korelasi antar Variabel Laten dengan Root Square of AVE Tabel 18. Composite Reliability, dan AVE Tabel 19. Konstruk dan Indikator-indikatornya (Final) Tabel 20. Hipotesis Tabel 21. Koefisien Jalur, t-value, dan p-value Tabel 22. Goodness of Fit Tabel 23. Simpulan Hipotesis
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1:
Expectation-confirmation model (ECM)
Gambar 2.
Expectation Confirmation Model – Information Technology
Gambar 3.
Kesamaan Konsep TAM dan ECM-IT
Gambar 4.
Extended Expectation Confirmation Model – Information Technology
Gambar 5.
Hedonic Information Systems Acceptance Model
Gambar 6.
Model Penelitian
Gambar 7.
Aplikasi G*Power 3.0.10 – Tipa Analisis A Priori
Gambar 8.
Aplikasi G*Power 3.0.10 – Tipa Analisis Post Hoc
Gambar 9.
Outer loading, Koefisien Jalur, dan R2
Gambar 10. Outer loading, Koefisien Jalur, dan R2 (Final) Gambar 11. Koefisien Jalur, Signifikansi, dan R2
vii
INTISARI
Penelitian sebelumnya telah memperkenalkan Expectation Confirmation Model of IT Continuance (ECM-IT) dan Extended Expectation Confirmation Model of IT Continuance (EECM-IT) sebagai model yang dapat dipakai untuk menjelaskan perilaku kesinambungan penggunaan TI. Penelitian ini mencoba mengembangkan kedua model tersebut dengan menambahkan konstruk kesukaan persepsian (perceived enjoyment) sebagai variabel keyakinan (belief) pascapenerimaan TI yang berbasis pada Hedonic Information Systems Acceptance Model (HISAM). Niat kesinambungan penggunaan IM untuk knowledge sharing dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi merupakan konteks keberlanjutan penggunaan TI yang diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan survei terhadap 126 mahasiswa S1 dan MSi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada yang pernah mendapatkan penugasan penggunaan IM untuk melakukan knowledge sharing oleh dosennya, hasil analisis data dengan menggunakan SmartPLS menunjukkan bahwa semua hipotesis yang diajukan dalam model dapat didukung. Validitas model secara keseluruhan juga diuji dan menunjukkan hasil cukup baik dengan indek goodness of fit sebesar 0,6. Dalam penelitian ini kesukaan persepsian ditemukan memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap kepuasan (satisfaction) dan niat kesinambungan penggunaan IM untuk knowledge sharing dibandingkan kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahaan penggunaan persepsian (perceived ease of use). Temuan ini menjadi implikasi penting dalam pengembangan knowledge manajemen system khususnya dalam perguruan tinggi. Kata-kata kunci: kesinambungan penggunaan TI, instant messaging (IM), knowledge sharing, kesukaan persepsian (perceived enjoyment), kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahaan penggunaan persepsian (perceived ease of use), kepuasan (satisfaction), niat (intention), Expectation Confirmation Model of IT Continuance (ECM-IT), Extended Expectation Confirmation Model of IT Continuance (EECM-IT), Hedonic Information Systems Acceptance Model (HISAM).
viii
ABSTRACT
Previous studies had introduced Expectation Confirmation Model of IT Continuance (ECM-IT) and Extended Expectation Confirmation Model of IT Continuance (EECM-IT) as models available for explaining the continued IT usage behavior. Based on Hedonic Information Systems Acceptance Model (HISAM), this study try to extend both of models by add perceived enjoyment (PE) as post-adoption belief. IM continued usage intention for knowledge sharing in college is the focus of this research. Based on a survey of 126 college students consist of bachelor (S1) and master (MSi) students at faculty of economics Gadjah Mada university who have ever got assignation of usage of IM for doing knowledge sharing by the lecturer, the SmartPLS analysis indicate that all hypothesizes which proposed in models can be supported. Model validity as a whole also tested and shown good enough result with goodness of fit index equal to 0,6. In this research, perceived enjoyment is found to have strongest influence to satisfaction and continuance usage intention of IM for knowledge sharing is compared perceived usefulness (PU) and perceived ease of use (PEU). This finding is become important implication in development of knowledge management system especially in college. Keywords: IT continuance usage intention, instant messaging (IM), knowledge sharing, perceived enjoyment, perceived usefulness, perceived ease of use, satisfaction, Expectation Confirmation Model of IT Continuance (ECM-IT), Extended Expectation Confirmation Model of IT Continuance (EECM-IT), Hedonic Information Systems Acceptance Model (HISAM).
ix
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latarbelakang Selama dua dekade terakhir telah banyak penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan teknologi informasi (TI) yang berfokus pada penerimaan awal individu terhadap TI. Berbasis pada teori psikologi: Theory of Reasoned Action dan Theory of Planned Behavior, penelitian-penelitian tersebut mencoba menjelaskan
alasan
mengapa
dan
bagaimana
individu
menerima
dan
menggunakan TI. Hasil pengadopsian teori psikologi tersebut lahirlah Technology Acceptance Model (Davis, 1989; Davis et al., 1989) yang merupakan cikal-bakal teori penerimaan awal atas suatu teknologi yang dalam perjalanannya terus direplikasi, dikembangkan, dan disempurnakan dengan berbagai variasinya oleh peneliti-peneliti lain. Namun tidak seperti halnya penerimaan awal TI, penelitian atas kesinambungan penggunaan TI masih jarang (Jasperson et al., 2005; Thong et al., 2006; Limayem et al., 2007). Dalam penelitian ini penulis mencoba menguji model
yang menjelaskan kesinambungan
(continuance)
individu
dalam
penggunaan TI. Penerimaan awal sistem informasi merupakan hal yang penting, namun untuk keberlangsungan hidup penerapan TI sebenarnya lebih ditentukan oleh kesinambungan penggunaan TI tersebut oleh individu (Bhattacherjee, 2001). Hal ini cukup beralasan karena keberhasilan teknologi ataupun sistem informasi tidak hanya pada level penerimaan awal tapi lebih jauh harus digunakan secara kesinambungan atau rutinitas. Dalam hal ini Jika individu kehilangan perasaan 1
antusiasnya atas pengalaman penggunaan TI pada level penerimaan awal maka penggunaan TI tersebut akan menurun dan lama-lama menghilang (Thong et al., 2006). Dalam penelitian ini konstinuans penggunaan teknologi informasi difokuskan pada keberlanjutan penggunaan Instant Messaging (IM) untuk tujuan knowledge sharing dalam konteks proses pembelajaran di perguruan tinggi. Instant messaging (IM) adalah salah satu perangkat computer-mediated communication (CMC) (Lancaster et al., 2007) yang dikenal sebagai aplikasi bebas yang memungkinkan pengguna untuk tukar menukar pesan secara instan. Kemampuan IM
dalam menyediakan cara berkomunikasi yang mudah dan
menyenangkan yang membuat IM saat ini menjadi populer. Wajar kiranya IM telah menjadi standar aplikasi pesan berbasis internet yang saat ini menggantikan e-mail (Lancaster et al., 2007). Awalnya IM lebih diadopsi sebagai alat komunikasi pribadi khususnya bagi kaum remaja yang umumnya digunakan lebih bertujuan untuk menjaga proses komunikasi dari pada pertukaran informasi (Nardi et al., 2000), namun saat ini IM tidak hanya menjadi konsumsi remaja tapi sudah mulai masuk ke dalam ranah bisnis dan dunia akademis. Di perguruan tinggi, IM telah dicoba diadopsi sebagai media untuk peningkatan proses pembelajaran. IM tersebut tidak dimaksudkan untuk menggantikan sistem pendidikan konvensional, tapi lebih tepat berperan sebagai pelengkap proses pembelajaran (Landry et al., 2006). Dalam proses pembelajaran IM biasanya digunakan sebagai media kolaborasi baik antar mahasiswa ataupun antara dosen dengan mahasiswa untuk tujuan knowledge sharing. Penggunaan IM untuk tujuan knowledge sharing dalam perguruan tinggi sepertinya pertama kali 2
diperkenalkan oleh staf pengajar dan itu pun merupakan penugasan. Dugaan ini berdasarkan pada fenomena lokal yang saat ini peneliti amati di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada khususnya di program Magister Sains. Ada beberapa mata kuliah memasukkan penggunaan IM sebagai media kolaborasi untuk knowledge sharing sebagai bagian dari kurikulum. Dan hampir semua mahasiswa menyatakan bahwa penggunaan IM untuk tujuan knowledge sharing merupakan pengalaman pertama mereka walaupun diantara mereka memang sama sekali belum pernah menggunakan IM sebelumnya. Pengadopsian TI dalam proses pembelajaran akan berdampak paralel pada individu mahasiswa (Lisi, 2002). Kondisi ini terjadi juga di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada khususnya di program Magister Sains dalam hal ini sudah banyak mahasiswa yang menggunakan IM sebagai media untuk melakukan knowledge sharing untuk mendukung proses pembelajaran mereka. Hal ini juga diungkapkan dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan Puspitaningtyas (2007) yang menyatakan bahwa cukup banyak mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada yang menggunakan IM dalam proses pembelajarannya. Pengadopsian dan
kesinambungan penggunaan
IM
untuk tujuan
Knowledge sharing sebenarnya bukan hal yang baru. Dalam konteks komunitas virtual IM sudah lama dikenal sebagai knowledge management systems khususnya untuk media knowledge sharing. Sedangkan di perguruan tinggi, kesinambungan penggunaan IM untuk tujuan knowledge sharing menjadi perhatian dalam penelitian ini.
3
Perilaku
kesinambungan
TI
didefinisikan
sebagai
keberlanjutan
penggunaan TI oleh pengadopsi pascapengadopsian awal, dalam hal ini suatu keputusan kesinambungan mengikuti suatu keputusan penerimaan awal atas TI (Kim et al., 2007). Peneliti-peneliti sebelumnya telah mencoba membangun model kesinambungan penggunaan TI. Model yang terkenal adalah Post-Acceptance Model of IS Continuance atau The Expectation-Confirmation Model of Information Technology (ECM-IT) yang dikemukan oleh Bhattacherjee (2001). Sama hal seperti TAM yang dikembangkan dari teori-teori psikologi, ECM-IT juga
dikembangkan
berbasis
pada
teori
perilaku
konsumen.
ECM-IT
dikembangkan dari Expectation Confirmation Theory (ECM) yang dalam hal ini niat individu melakukan kesinambungan penggunaan TI tergantung dari tiga variabel:
tingkat
kepuasan
pengguna
(satisfaction),
tingkat
konfirmasi
(confirmation) dari ekspektasi pengguna (confirmation of expectations), dan ekspektasi pascapenerimaan awal (post-adoption expectations) yang diwakili kegunaan persepsian (perceived of usefulness). Model ECM-IT kemudian dikembangkan dan diuji kembali oleh Hong et al. (2006) dengan menambahkan variabel ekspektasi pascapenerimaan awal lainnya yaitu kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) yang kemudian dikenal dengan Extended Expectation Confirmation Model – Information Technology (EECM-IT) . Selain variabel-variabel yang telah diidentifikasi sebelumnya dalam ECMIT dan EECM-IT, dalam penelitian ini menambahkan variabel kesukaan persepsian (perceived enjoyment) sebagai variabel ekspektasi pascapenerimaan awal. Penambahan variabel kesukaan persepsian (perceived enjoyement) didasarkan pada alasan bahwa IM memiliki karakteristik yang unik, tidak sama
4
seperti word processing (Davis et al., 1989) dan e-mail (Gefen & Straub, 1997). Keunikan karekter IM adalah nilai hedonistik yang dirasakan penggunan yang memungkinkan munculnya perasaan senang atau suka selama proses penggunaan IM. Dengan demikian interaksi IM dengan penggunanya jauh lebih kompleks dan bervariasi dalam mendukung berbagai keinginan dan harapan. Dengan kata lain kesinambungan penggunaan IM akan ditentukan oleh faktor-faktor yang lebih bervariasi dan kompeks. Sehingga penelitian ini mencoba untuk mengembangkan dan menguji secara empiris model ECM-IT yang telah dikembangkan oleh Bhattacherjee (2001) dan EECM-IT yang dikembangkan oleh Hong et al. (2006) dalam upaya menjelaskan kesinambungan penggunaan IM sebagai media knowledge sharing dengan menambahkan variabel kesukaan persepsian (perceived enjoyment) sebagai faktor ekspektasi pascapenerimaan awal yang diadaptasi dari model penerimaan sistem informasi hedonik (Heijden, 2004). B. Permasalahan Rumusan masalah yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah kepuasan (satisfaction), kegunaan persepsian (perceived usefulness), kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use), kesukaan
persepsian
(confirmation)
(perceived
mempengaruhi
niat
enjoyment) (intention)
dan
konfirmasi
kesinambungan
penggunaan instant messaging untuk knowledge sharing di perguruan tinggi?” C. Batasan Masalah
5
Batasan
penelitian
dimaksudkan
agar
penelitian
lebih
fokus
sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa strata satu (S1) dan strata (S2) jurusan akuntansi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada tempat fenomena yang diteliti terjadi. Fokus penelitian ini pada aspek penerimaan dan penggunaan secara berkelanjutan terhadap teknologi informasi instant messaging ketika mahasiswa ingin melakukan knowledge sharing. Sehingga bukan pada penyebab mahasiswa mau melakukan knowledge sharing yang dikarenakan oleh instant messaging. D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mendapatkan bukti empiris yang menguji pengaruh kepuasan, kegunaan persepsian (perceived usefulness), kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use), kesukaan persepsian (perceived enjoyment) terhadap niat (intention) kesinambungan penggunaan instant messaging untuk knowledge sharing di perguruan tinggi. 2. Melakukan validasi empiris atas pengembangan model kesinambungan TI.
E. Kontribusi 1. Kontribusi teoritis. Temuan penelitian ini akan memberikan validasi empiris atas pengembangan model kesinambungan TI. 2. Kontribusi praktis. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi niat mahasiswa untuk terus menggunakan IM untuk knowledge sharing, maka IM dapat lebih diperluas penggunaannya dalam proses pembelajaran 6
di perguruan tinggi khususnya dalam membangun suatu sistem pengelolaan knowledge yang lebih baik.
F. Rencana Isi Agar dalam penyusunan penelitian ini dapat memberikan gambaran yang jelas, maka penulisan penelitian ini terdiri dari beberapa bab, yaitu: 1. Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 2. Kajian teori dan pengembangan hipotesis Bab ini berisi mengenai uraian dasar teoritis yang digunakan dan mendukung penelitian ini, yang diperoleh dari buku teks, literatur, jurnal dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengembangan hipotesis dan penelitian yang dilakukan. 3. Metoda Penelitian Bab ini berisi metoda penelitian yang digunakan, penetapan sampel, teknik pengumpulan data, pengembangan instrumen penelitian, teknik analisis dan pengujian data. 4. Analisis Data Bab ini berisi hasil analisis dari data yang diperoleh, analisis statistik, pengujian hipotesis dan interpretasi hasil. 5. Penutup 7
Bab ini tentang kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari seluruh materi pembahasan, implikasi serta saran untuk penelitian selanjutnya.
8
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Instant Messaging Instant messaging (IM) didefinisikan sebagai suatu bentuk komunikasi real-time antara dua orang atau lebih yang berbasis pada teks yang diketik (Wikipedia, 2007). IM merupakan suatu cara berkomunikasi antara dua orang atau lebih secara instan melalui suatu jaringan (King et al., 2006 ). IM salah satu jenis layanan komunikasi yang memungkinkan seseorang untuk melakukan percakapan (chat) privat dengan orang lain secara real-time melalui internet, yang pada umumnya percakapan berupa teks namun bisa saja berupa pesan suara atau video (Karhendana, 2006). IM adalah media komunikasi satu orang ke satu orang (oneon-one) berbasis komputer yang sangat sinkron (Nardi et al., 2000). IM dapat digunakan baik untuk pesan singkat atau diskusi yang lebih jauh, antara dua orang atau lebih (Desai, 2003). Dalam penelitian ini IM didefinisikan sebagai suatu tipe TI
berbasis
komputer
(computer-mediated
communication/CMC)
untuk
memfasilitasi komunikasi secara real-time antara dua orang atau lebih. IM diperkenalkan pertama kali tahun 1996 dengan memperkenalkan ICQ (“I Seek You”) yang dikembangkan oleh Mirablis (dalam Lancaster et al., 2007). Penyedia pelayanan IM yang terkenal saat ini antara lain MSN Messenger oleh Microsoft, Yahoo Messenger oleh Yahoo, AOL Instant Messenger dan ICQ oleh AOL (To et al., 2008).
9
To et al. (2008) meringkas beberapa ciri khas yang menjadi keunikan IM: a. Synchronicity. IM menyedikan fasilitas kemampuan pertukaran informasi yang sangat tersinkronisasi. Pengirim dan penerima informasi dapat berpartisipasi dalam proses komunikasi secara real-time menggunakan IM dengan menghemat banyak waktu. Fasilitas ini merupakan ciri khas utama dari IM. b. Presence awareness. Fitur ini yang membedakan antara IM dengan peralatan komunikasi lainnya seperti surat, faksimili, telepon, dan e-mail yaitu presence awareness. Presence awareness berarti bahwa seseorang dapat tahu apakah ada atau tidak koresponden sebelum memulai suatu kontak, dan juga dapat mengetahui status dari koresponden. Status koresponden akan dapat dengan jelas ditunjukkan dalam daftar kontak IM, seperti online, offline, absent, busy, dan sebagainya. Dibandingkan dengan peralatan komunikasi lain yang tidak menyediakan informasi sehubungan dengan keberadaan sebelum mengirim atau
melakukan
panggilan,
presence awareness merupakan fasilitas
komunikasi lanjutan. c. Chosen. Semua subjek dalam daftar kontak dipilih dan dikonfirmasi oleh pengguna. Ini menguntungkan bagi pengguna untuk dapat mengkonfirmasi bahwa tidak ada orang yang tidak dikenal atau spam message terikut dalam komunikasi. Fitur ini menyediakan suatu transfer informasi secara langsung tanpa tercampur spam dan isu-isu privasi lainnya yang terdapat dapam e-mail atau aplikasi internet. d. Interoperability. Ada beberapa penyedia pelayaan perangkat lunak IM di pasar, dan perangkat lunak tidak kompatibel satu dengan yang lain.
10
Contohnya, pengguna ICQ tidak dapat berkomunikasi dengan pengguna MSN Messenger pada platform yang sama. Meskipun kenyataannya bahwa Microsoft dan Yahoo berkompetisi dengan pemain pasar yang lain seperti AOL dan Google, tapi mereka menyepakati suatu perjanjian bahwa para pengguna masing-masing layanan IM dapat saling bertukar pesan satu dengan yang lain. Lemahnya interoperability antara perangkat lunak IM yang berbeda tetap merupakan isu utama untuk aplikasi IM saat ini. Selain mengirim dan menerima pesan teks, IM juga memiliki beberapa fitur, antara lain (Branzburg, 2002): a. Chat. Bergabung dengan sejumlah orang yang ada dalam daftar kontak untuk tukar menukar pesan dalam suatu ruang percakapan yang privat. b. File transfer. Mengirim dan menerima file komputer (seperti: file foto, dokumen word processing, spreadsheet, dan lain-lain) dari daftar kontak anda. c. Talk. Berbicara secara langsung (menggunakan komputer) kepada kontak anda. Untuk melakukannya komputer anda perlu dilengkapi dengan kartu suara dan microphone. d. E-mail notification. IM akan memberitahukan bila anda mendapat e-mail baru. e. News headlines or alerts. Pengumunan instan tentang berita terbaru yang terjadi. f. Whiteboard. Menggambar atau menyeketsa di layar anda, dan kontak anda melihat di layar mereka. g. Video messaging. Menggunakan kamera web untuk membangun kontak video dengan orang lain.
11
IM
sebagai
teknologi
computer-mediated
communication
(CMC)
memungkinkan banyak orang melakukan komunikasi dan kolaborasi dengan efektif dan efisien. Maksud dari efisien disini bahwa IM memberikan fasilitas proses komunikasi secara instan dan informal. Kemudahan komunikasi inilah yang menimbulkan asumsi bahwa proses komunikasi akan lebih efektif dengan menggunakan IM. Bagi individu yang memiliki kelemahan dalam kemampuan berkomunikasi secara verbal, akan sangat terbantu oleh fasilitas pesan teks instan yang ada dalam IM. Berbeda dengan konteks komunikasi tatap muka, komunikasi dengan menggunakan IM dapat meningkatkan kenyamanan pengguna dalam konteks interpersonal distance. Burgoon (dalam Kallinen & Ravaja, 2007) menjelaskan interpersonal distance sebagai ruang pribadi (personal space) yang tidak tampak yang menjadi jarak antara satu individu dengan individu yang lain. Ketika interpersonal distance sangat dekat, seorang individu mungkin akan merasa ruang pribadinya sudah dilanggar sehingga akan muncul perasaan tidak nyaman bagi individu tersebut (Kallinen & Ravaja, 2007). Artinya dengan menggunakan IM dalam berkolaborasi akan menjaga ruang pribadi pengguna. B. Knowledge Sharing Davenport (dalam Law & Ngai, 2007) mendefinisikan knowledge sharing sebagai penyebaran secara voluntari keahlian dan pengalaman yang dibutuhkan keseluruh organisasi. Menurut Lee (dalam Fong & Chu, 2006) Knowledge sharing merupakan aktivitas mentransfer atau menyebarkan knowledge dari seorang atau organisasi kepada orang atau organisasi lain. Knowledge sharing adalah suatu proses interdependensi yang melibatkan aktivitas pertukaran dalam hal ini 12
individu memberi dan menerima sesuatu yang bernilai (Christensen, 2005). Knowledge sharing merupakan salah satu metoda atau salah satu langkah dalam knowledge management yang digunakan untuk memberikan kesempatan kepada anggota suatu kelompok, organisasi, instansi atau perusahaan untuk berbagi ilmu pengetahuan, teknik, pengalaman dan ide yang mereka miliki kepada anggota lainnya (Setiarso, 2006 ). Knowledge sharing memiliki unsur utama yaitu storytelling (bercerita), yang artinya semua personal yang terlibat diharapkan memberikan
kontribusinya
dengan
menceritakan
pemikiran,
ide
atau
pengalamannya (Subagyo, 2007). Bartol and Srivastava (dalam Yang, 2008) mendefinisikan knowledge sharing sebagai aktivitas dalam hal ini pekerja menyebarkan informasi yang relevan keseluruh organisasi. Berdasarkan definisidefinisi diatas, dalam penelitian ini knowledge sharing didefinisikan sebagai proses berbagi dan menerima ilmu pengetahuan, informasi, pemikiran, ide dan pengalaman antar individu dengan individu yang lain. Nonaka dan Takeuchi (dalam Law & Ngai, 2007) mengatakan bahwa perilaku berbagi knowledge dipandang sangat penting karena knowledge individu tidak akan membawa dampak kepada organisasi kecuali knowledge tersebut tersedia untuk individu lain. Dengan melakukan knowledge sharing, individu dapat merasakan pencapaian hasil sinergi yang lebih besar dibanding secara individu. Dengan kata lain knowledge sharing bukan berarti seperti Anda membagi kue dengan 9 orang teman, yaitu ketika Anda pulang membawa hanya 1/10 bagian kue tersebut. Knowledge sharing adalah Anda membagi kue dengan 9 orang teman, kemudian Anda pulang membawa kue yang utuh bahkan lebih besar dari sebelumnya (Setiarso, 2006). Ilustrasi diatas relevan juga untuk knowledge
13
sharing dalam konteks pembelajaran di perguruan tinggi. Dalam konteks perguruan tinggi knowledge sharing sangat penting dalam membangun proses pembelajaran yang efektif. Munculnya perilaku knowledge sharing dalam proses pembelajaran akan semakin meningkatkan akses kepada knowledge. Knowledge sharing memungkinkan untuk menggali lebih banyak lagi knowledge yang selama ini tersimpan pada diri individu masing-masing. Proses berbagi dan menerima knowledge akan mendorong terciptanya knowledge baru. Semakin banyak knowledge dibagi dan diterima maka akan semakin banyak juga individu mengembangkan knowledge baru dengan demikian akan semakin efektif proses pembelajaran. C. Knowledge sharing dan IM Knowledge sharing akan terjadi bila tersedianya konteks atau Ba (istilah Nonaka dan Takeuchi yang diterjemahkan sebagai wadah, atau ruangan). Konteks disini memang lebih dimaksudkan pada ketersediaan media komunikasi yang memungkinkan terjadinya proses kolaborasi. Konteks knowledge sharing dapat bersifat konvensional (tatap muka) atau virtual. Konteks knowledge sharing dapat berupa pertemuan fisik seperti: diskusi rutin, workshop, magang, atau pertemuan virtual dengan memanfaatkan tehnologi informasi dan komunikasi seperti: teleconference, instant messaging, e-mail, mailling-list, web-discussion-forum, webconference, wiki, blogging, dan lain-lain (Subagyo, 2007). Fleksibilitas TI sangat berdampak pada cara manusia berkomunikasi. Yang dulunya proses kolaborasi membutuhkan kehadiran fisik dan kemampuan komunikasi yang baik, namun saat ini orang dapat melakukan kolaborasi dimanapun dan kapan pun (Castro, 2005). Fenomena ini juga berpengaruh pada 14
proses knowledge sharing. Dengan munculnya media komunikasi semakin memperkaya saluran-saluran komunikasi yang bisa dipakai untuk knowledge sharing. Banyak ahli yang berasumsi bahwa TI dapat menggantikan kekuatan percakapan tatap muka dan memperlancar knowledge sharing. Asumsi ini memang masih menjadi bahan perdebatan. Namun dalam knowledge sharing banyak peneliti yang sepakat bahwa dengan semakin kaya konteks yang memfasilitasi knowledge sharing maka akan semakin memperlancar terjadinya knowledge sharing (Alavi & Leidner, 2001). Boland (dalam Alavi & Leidner, 2001) mengatakan bahwa dengan tersedianya suatu ruang yang lebih diperluas untuk interaksi antara individu dalam organisasi untuk berbagi ide-ide dan perspektif, dan untuk membangun dialog, TI memungkinkan individu sampai pada suatu tilikan (insight) baru dan interpretasi yang lebih akurat. IM merupakan teknologi computer-mediated communication (CMC) yang populer saat ini. IM telah diidentifikasi menjadi TI yang banyak dipakai dalam proses knowledge sharing. Hal ini dikarenakan karakteristik IM yang unik dibandingkan dengan TI lain seperti e-mail, faksimili, telephone, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat Henderson dan Sussman (dalam Alavi & Leidner, 2001) dapat diinterpretasikan bahwa computer-mediated communication (CMC) dapat digunakan
untuk
meningkatkan
kualitas
knowledge
sharing
dengan
memungkinkan terjadinya suatu forum yang memfasilitasi untuk membentuk dan membagikan
keyakinan,
untuk
mengkonfirmasi
interpretasi,
dan
untuk
mengekspresikan ide-ide baru.
15
D. Kesinambungan Penggunaan Teknologi Informasi Penelitian-penelitian terdahulu dibidang penggunaan sistem informasi berfokus pada penerimaan awal suatu teknologi. Berbasis pada teori-teori yang diadopsi dari psikologi sosial (seperti: Theory of Reasoned Action/TRA, Theory of Planned Behavior/TPB), penelitian tersebut menguji faktor-faktor anteseden dan moderasi yang mempengaruhi penerimaan awal TI tertentu. Namun karena data yang dikumpulkan
pada
penelitian-penelitian
tersebut
adalah
selama
tahapan
penerimaan awal, maka kesimpulan atas penelitian-penelitian tersebut masih terbatas pada kejadian di tahapan penerimaan awal TI. Kesimpulan penelitianpenelitian tersebut belum dapat menjelaskan bagaimana kelangsungan hidup TI setalah pascapenerimaan awal. Walaupun penelitian longitudinal telah dilakukan oleh beberapa peneliti, namun fokus penelitian masih pada penerimaan TI (Limayem et al., 2007). Sehingga akan lebih tepat apa bila penelitian atas penggunaan TI tidak hanya difokuskan pada tahapan penerimaan atau penggunaan awal tapi lebih jauh pada penggunaan teknologi pascapenerimaan atau kesinambungan. Sebenarnya kesinambungan TI bukanlah hal yang begitu aneh dalam literatur-literatur sistem informasi. Konsep kesinambungan TI telah diuji secara bervariasi sebagai implementasi, rutinisasi, menyatukan, dan konfirmasi (Bhattacherjee, 2001). Meskipun bervariasi, para peneliti setuju bahwa perilaku kesinambungan mengasumsikan bahwa penggunaan TI merupakan bagian dari aktivitas normal yang sedang berlangsung terus menerus. Sehingga perilaku kesinambungan TI dapat didefinisikan sebagai keberlanjutan penggunaan TI oleh
16
pengadopsi, dalam hal ini keputusan tersebut mengikuti keputusan penerimaan awal sebelumnya (Kim et al., 2007). E. Expectation Confirmation model (ECM) Expectation Confirmation Model (ECM telah digunakan secara luas dalam literatur perilaku konsumen (Churchill & Surprenant, 1982). ECM dipakai untuk meneliti kepuasan konsumen, perilaku pascapembelian, dan jasa pemasaran secara umum – seperti penelitian Anderson and Sullivan1993; Dabholkar et al. 2000; Oliver 1980, 1993; Patterson et al. 1997; Tse and Wilton 1988 (dalam Bhattacherjee, 2001) – sebagai penyebab keputusan untuk membeli kembali oleh konsumen. Kebanyakan penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan ECM, menyatakan bahwa kepuasan konsumen ditentukan oleh dua konstruk yaitu ekspektasi awal (ekspektasi pramembeli) pada produk atau jasa dan perbandingan antara ekspektasi dengan kinerja produk atau jasa (Hong et al., 2006). Oliver (dalam Bhattacherjee, 2001) menjelaskan proses konsumen bisa sampai pada niat untuk membeli kembali adalah sebagai berikut (gambar 1): a. Pertama, konsumen membentuk suatu ekspektasi awal untuk suatu produk atau jasa tertentu sebelum melakukan pembelian. b. Kedua, mereka menerima dan menggunakan produk atau jasa tersebut. Selama periode konsumsi awal mereka membangun persepsi tentang kinerja dari produk atau jasa tersebut. c. Ketiga, mereka menilai antara ekspektasi awal dengan kenyataan kinerja yang mereka alami dan menentukan sejauh mana ekspektasi mereka dapat dikonfirmasikan.
17
d. Keempat, mereka membentuk suatu kepuasan, atau afeksi, berdasarkan pada tingkat konfirmasi dan ekspektasi yang mereka buat. e. Kelima, konsumen yang merasa puas akan membentuk suatu niat untuk melakukan pembelian kembali, sedangkan konsumen yang tidak merasa puas akan berhenti untuk melakukan penggunaan produk atau jasa tersebut. Gambar 1: Expectation Confirmation Model (ECM)
+ Expectation (t 1)
Confirmation (t 2)
Perceived Performance (t2)
+
Satisfaction (t2)
+
Repurchase intention (t2)
+
(t1) Pre-Consumption Variable (t2) Post-Consumption Variable
F. Expectation Confirmation Model – Information Technology (ECM-IT) ECM-IT merupakan model kesinambungan penggunaan TI yang dikembangkan dalam penelitian Bhattacherjee (2001) yang meneliti kesinambungan penggunaan aplikasi online banking di Amerika Serikat. Keputusan kesinambungan pengguna TI mirip dengan keputusan konsumen untuk membeli kembali karena kedua keputusan tersebut mengikuti keputusan awal (menerima atau membeli), dipengaruhi oleh pengalaman penggunaan awal (TI atau produk), dan secara potensial
mendorong
perubahan
atau
membalikkan
keputusan
awal
(Bhattacherjee, 2001). ECM-IT memprediksi niat pengguna untuk melanjutkan penggunaan TI ditentukan oleh tiga variabel anteseden, yaitu: kepuasan pengguna dengan TI (satisfaction), tingkat konfirmasi pengguna (confirmation), dan
18
ekspektasi pascapenerimaan awal (post-adoption expectations) yang diwakili kegunaan persepsian/perceived usefulness (Hong et al., 2006). Diperlukan beberapa perluasan teoritis untuk mengadaptasi ECM ke dalam konteks kesinambungan TI. Sehingga walaupun struktur ECM-IT diadaptasi dari ECM, namun ECM-IT memiliki sedikit perbedaan atau perluasan (Bhattacherjee, 2001): a. ECM menguji variabel prakonsumsi dan pascakonsumsi, sedangkan ECM-IT berfokus pada variabel pascapenerimaan. Perbedaan ini terjadi karena pengaruh dari variabel-variabel prapenerimaan telah tercakup dalam konstruk konfirmasi dan kepuasan. Dengan demikian ECM-IT tidak memasukkan perceived performance karena ECM-IT mengasumsikan bahwa pengaruh perceived performance telah termasuk dalam konstruk konfirmasi. b.
ECM hanya menguji ekspektasi prakonsumsi (ex ante), tapi tidak ekspektasi pascakonsumsi (ex post). Ekspektasi pascakonsumsi diperlukan khususnya untuk produk atau jasa yang ekspektasinya dapat berubah sejalan dengan waktu, hal ini sama halnya dengan TI. Oleh karena itu, ECM-IT memasukkan ekspektasi pascakonsumsi (ex post).
c. Ekspektasi (ex post) diwakili perceived usefulness (PU). PU konsisten dengan definisi ekspektasi pada ECM yaitu sebagai suatu keyakinan individu atau jumlah keyakinan individu-individu, sedangkan PU merupakan keyakinan kognitif yang penting atau paling menonjol dalam penerimaan TI. Berdasarkan TAM, PU merupakan suatu ekspektasi yang memadai dalam konteks kesinambungan TI karena hanya variabel keyakinan inilah yang menunjukkan konsistensinya dalam mempengaruhi user intention pada 19
berbagai tahapan penggunaan TI. Pada gambar 2 disajikan hubungan antar konstruk. Ada lima hubungan hipotesis dalam ECM-IT. Kepuasan pengguna berpengaruh positif terhadap niat pengguna untuk melanjutkan penggunaan suatu TI. Berdasarkan ECM, niat (intention) konsumen untuk melakukan pembelian ulang ditentukan oleh faktor utama yaitu kepuasan. Sama halnya dalam konteks kesinambungan TI, niat pengguna TI melanjutkan penggunaan TI ditentukan oleh kepuasan mereka atas penggunaan TI sebelumnya. Bhattacherjee (2001) memandang bahwa kepuasan adalah tipa dari affect (attitude). Affect (attitude) telah diteorikan dan divalidasikan dalam TAM sebagai prediktor yang penting untuk niat/intention sehubungan dengan penggunaan TI (Davis et al., 1989). Penelitian tersebut memberikan dukungan tidak langsung untuk hubungan antara kepuasaan dan niat kesinambungan yang diturunkan dari ECM. Maka dalam penelitian ini dihipotesiskan: H1: Tingkat kepuasan pengguna atas penggunaan awal instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing berasosiasi secara positif dengan niat mereka untuk melanjutkan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. Gambar 2. Expectation Confirmation Model – Information Technology
20
+ Perceived Usefulness + +
Satisfaction
+
Continued IT Usage Intention
+ Confirmation
Selanjutnya, suatu level konfirmasi pengguna dan perceived usefulness (ekspektasi pascapenerimaan) merupakan dua faktor penentu kepuasan. Konfirmasi berhubungan secara positif dengan kepuasan penggunaan TI karena konfirmasi mengandung arti tercapainya maslahat (benefit) yang diekspektasikan pengguna melalui pengalaman mereka menggunakan TI tertentu (atau sebaliknya bila diskonfirmasi). Karenanya dihipotesiskan: H2: Tingkat konfirmasi berasosiasi secara positif dengan kepuasan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. Dilain pihak, berdasarkan ECM, perceived usefulness memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan mereka pada TI. Seperti dijelaskan diatas, dengan mengadaptasi TAM (Davis et al., 1989), ekspektasi pascakonsumsi diwakili oleh ex post perceived usefulness dalam model kesinambungan TI yang diusulkan. TAM menunjukkan bahwa perceived usefulness (PU) dan perceived ease of use (PEU) sebagai variabel keyakinan utama yang mempengaruhi perilaku penerimaan TI. Karena PU dan PEU motivator utama dalam penerimaan TI, rasional bila kemudian mereka juga mempengaruhi keputusan kesinambungan TI. Namun berdasarkan hasil pengujian empiris penelitian-penelitian terdahulu baik dalam tahapan prapenerimaan ataupun pascapenerimaan PU lebih konsisten
21
dampaknya terhadap sikap (attitude) dibandingkan PEU. Berdasarkan hasil observasi tersebut, PU diekspektasikan menjadi variabel ekspektasi (ex post) paling menonjol mempengaruhi sikap pascapenerimaan pengguna (kepuasan). Maka dihipotesiskan: H3: Kegunaan persepsian (perceived usefulness) atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing berasosiasi secara positifdengan tingkat kepuasan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. Penelitian-penelitian tentang penerimaan TI juga secara konsisten menemukan bahwa PU merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan niat (intention) penerimaan TI. Berpegang pada hal tersebut, ECM-IT menghipotesis suatu hubungan positif langsung PU terhadap niat pengguna untuk melanjutkan penggunaan TI. Sehingga dihipotesiskan: H4: Kegunaan persepsian (perceived usefulness) berasosiasi secara positif dengan niat mereka untuk melanjutkan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. Terakhir, level konfirmasi yang dihasilkan dari pengalaman penggunaan dihipotesis berpengaruh positif terhadap PU. Bhattacherjee (2001) berpendapat bahwa PU dapat disesuaikan oleh konfirmasi, khususnya ketika PU pengguna awal tidak jelas atau konkret karena individu tidak yakin apa yang diharapkan dari penggunaan suatu TI. Dengan kata lain, konfirmasi akan cenderung meningkatkan PU dan diskonfirmasi akan menurunkan PU. Dengan demikian dihipotesiskan:
22
H5: Tingkat konfirmasi pengguna berasosiasi secara positifdengan kegunaan persepsian (perceived usefulness) mereka atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing.
G. Extended Expectation Confirmation Model – Information Technology (EECM-IT) EECM-IT merupakan hasil dari penggabungan model ECM-IT dengan TAM. Kerangka pemikiran awal membangun EECM-IT adalah TAM dan ECMIT secara konseptual sama yang dikembangkan oleh Hong et al. (2006). Penelitian ini dilakukan terhadap pengguna mobile internet. Meskipun ECM-IT dan TAM didesain untuk menjelaskan aspek yang berbeda atas persepsi pengguna TI, namun keduanya memiliki kesamaan konstruk (Hong et al., 2006). Contohnya, dalam kedua model terdapat konstruk PU. Dalam TAM, PU dihipotesiskan menjadi anteseden untuk sikap (attitude) terhadap penggunaan TI, dan niat (intention) untuk menggunakan TI. Dalam ECM-I, PU dihipotesiskan menjadi anteseden untuk kepuasan (yang juga merupakan sikap/attitude), dan niat (intention) untuk terus menggunakan TI. Secara prinsip, niat (intention) untuk menggunakan dan niat untuk melanjutkan penggunaan TI adalah konstruk yang sebanding. Perbedaan kedua konstruk ini hanya pada periode waktu pengukuran yang berbeda, namun keduanya memberi dasar untuk membangun keyakinan dan sikap. Hubungan kedua konsep ini disajikan dalam gambar 3. Sebagian besar penelitian penerimaan TI tidak menjelaskan secara jelas perbedaan persepsi pengguna antara penerimaan awal dengan kesinambungan
23
(Bhattacherjee, 2001). Meskipun ada beberapa dukungan teoritis untuk perbedaan tersebut, literatur penerimaan TI secara implisit mengasumsikan bahwa proses keputusan penerimaan akan mirip dengan keputusan kesinambungan TI (Mathieson, 1991). Karena itu melalui penggabungan ECM-IT dan TAM akan memberikan pemahaman yang lebih lengkap atas perilaku kesinambungan IT. Hubungan konstruk-konstruk dalam EECM-IT ditunjukkan pada gambar 4. Gambar 3. Kesamaan Konsep TAM dan ECM-IT
EECM-IT
menambahkan
konstruk
PEU
(kemudahan
pengunaan
persepsian) dalam ECM-IT. Dalam TAM PEU telah diuji berpengaruh positif terhadap PU dan niat (intention) untuk menggunakan TI. Sama dengan PU, PEU merupakan salah satu kontruk keyakinan yang penting dalam menentukan penerimaan TI (Venkatesh, 2000). Berdasarkan perspektif tersebut PEU diadaptasi menjadi komponen ekspektasi pascapenerimaan dalam ECM-IT. Sama
24
seperti PU dalam ECM-IT, PEU sebagai komponen ekspektasi pascapenerimaan, diharapkan
memiliki
pengaruh
positif
terhadap
kepuasan.
Karenanya
dihipotesiskan: H6: Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing berasosiasi secara positifdengan tingkat kepuasan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. Lebih jauh, seperti dihipotesiskan dalam TAM, PEU diharapkan memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung melalui PU pada niat kesinambungan penggunaan TI. Maka dikembangkan hipotesis sebagai berikut: H7: Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) berasosiasi secara positifdengan niat mereka untuk melanjutkan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. H8: Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) berasosiasi secara
positifdengan
kegunaan
persepsian
(perceived
usefulness)
teknologi informasi. Dengan dasar penalaran yang sama untuk hubungan antara konfirmasi dan PU dalam ECM-IT, level konfirmasi juga dihipotesiskan berpengaruh positif terhadap
PEU.
Karena
pengguna
memanfaatkan
konfirmasi
untuk
menyempurnakan PUE agar lebih konkret dan muktahir. Maka hipotesis yang diajukan:
25
H9: Tingkat konfirmasi
pengguna berasosiasi
secara
positifdengan
kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) mereka atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. Gambar 4. Extended Expectation Confirmation Model – Information Technology
Perceived Usefulness + +(ns) + +
Confirmation
+
+
+
Satisfaction
Continued IT Usage Intention
+ +
Perceived Ease of Use
H. Hedonic Information Systems Acceptance Model (HISAM) Heijden (2004) membedakan model penerimaan teknologi yang berorientasi pada produktivitas (utilitarian) dan berorientasi pada kesukaan (hedonic). Dalam penelitian ini dibangun dua hipotesis untuk menguji konstruk keyakinan mana yang paling kuat mempredikasi niat penggunaan TI hedonik antara perceived usefulness dengan perceived ease of use dan perceived enjoyment. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dalam perceived ease of use dan perceived enjoyment lebih kuat mempredikasi niat individu untuk menggunakan TI hedonik dibanding perceived usefulness. Walaupun dalam penelitian ini hipotesis yang dibangun hanya membedakan antara perceived usefulness dengan perceived ease of use dan perceived enjoyment dalam konteks penggunaan TI hedonik, namun peneliti
26
membangun sebuah model penelitian yang signifikansinya telah teruji dalam penelitian ini. Model penelitian yang dibangun merupakan pengembangan TAM dengan menambah konstruk perceived enjoyment. Model penelitian tersebut disajikan pada gambar 5. Kesukaan persepsian (perceived enjoyment/PE) didefinisikan sebagai sejauh mana aktivitas penggunaan komputer dipersepsikan menyenangkan menurut diri pengguna,
yang terpisah dari konsekuensi kinerja yang telah
diidentifikasi sebelumnya (Davis et al., 1992). Konstruk ini dibangun berdasarkan teori motivasi intrinsik yang dikembangkan oleh Deci (dalam Heijden, 2004). Berdasarkan teori motivasi intrinsik, penggunaan TI didorong oleh maslahat (benefit) intrinsik yang diperoleh dari berinteraksi dengan TI tersebut. Gambar 5. Hedonic Information Systems Acceptance Model
Perceived Usefulness
+ +
+ Perceived Ease of Use
Intention to Use
+ +
Perceived Enjoyment
(HISAM) TI hedonik didefinisikan sebagai TI yang bertujuan untuk pemuasan diri (self-fulfilling) dari pada sebagai alat bantu pekerjaan (instrumental value) bagi pengguna, yang berhubungan dengan aktivitas di rumah dan waktu senggang, berfokus pada aspek kesukaan dari pada aspek produktivitas. Beberapa penelitian 27
telah mengidentifikasi IM sebagai TI hedonik, seperti: Kraut et al., 1999; Venkatesh, 1996; Venkatesh dan Brown, 2001 (dalam Heijden, 2004). Dalam HISAM, PE teruji berpengaruh positif terhadap niat menggunakan TI. Sejalan dengan penalaran pengaruh PU – dalam ECM-IT – dan PEU – dalam EECM-IT - pada niat kesinambungan penggunaan TI dalam ECM-IT, maka PE dihipotesiskan sebagai berikut: H10: Kesukaan persepsian (perceived enjoyment)
berasosiasi secara
positifdengan niat mereka untuk melanjutkan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. PEU disimpulkan memainkan peran sentral atau poros dalam HISAM. PEU mendukung PU dalam memberi kontribusi nilai kemanfaatan (utilitarian value), dan juga mendukung PE dalam memberi kontribusi nilai hedonik (hedonic value). Berdasarkan kesimpulan ini dihipotesiskan bahwa: H11: Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) berasosiasi secara
positifdengan
kesukaan
persepsian
(perceived
enjoyment)
teknologi informasi. Seperti halnya PU dalam ECM-IT dan PEU dalam EECM-IT sebagai konstruk keyakinan (belief) yang menjadi komponen ekspektasi pascapenerimaan telah diteorikan sebagai penentu sikap/attitude yaitu kepuasan. Sejalan dengan perspektif tersebut perceived enjoyment (PE) dihipotesiskan sebagai komponen ekspektasi pascapenerimaan yang menentukan kepuasan penggunaan TI. Karena teknologi saat ini dapat digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan pengguna, dengan demikian ekspektasi kesukaan pascapenerimaan juga menjadi 28
penting dalam membangun kepuasan penggunaan teknologi informasi. Dalam konteks penggunaan IM untuk knowledge sharing, mungkin saja kepuasan yang diperoleh selama menggunakan IM untuk knowledge sharing dikarenakan ekspektasian kesukaan yang akan didapat. Maka diajukan hipotesis: H12: Kesukaan persepsian (perceived enjoyment) atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing berasosiasi secara positifdengan tingkat kepuasan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. Dengan dasar penalaran yang sama untuk hubungan antara konfirmasi dan PU dalam ECM-IT dan PEU dalam EECM-IT, level konfirmasi juga dihipotesiskan berpengaruh positif terhadap PE. Karena pengalaman penggunaan TI akan mengkonfirmasi atau mendiskonfirmasi ekspektasi awal atas perceived enjoyment, berdasarkan hal tersebut maka penggunan dapat memperbaharui keyakinan pascapenerimaan. Maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H13: Tingkat konfirmasi pengguna berasosiasi secara positifdengan kesukaan persepsian (perceived enjoyment) mereka atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. I. Model Penelitian Hubungan hipotesis dalam penelitian secara lengkap diringkas dalam model penelitian yang disajikan pada gambar 6 dibawah ini.
29
Gambar 6. Model Penelitian
30
BAB III METODA PENELITIAN
Setelah hipotesis dikembangkan, langkah selanjutnya adalah merancang penelitian untuk dapat menguji hipotesisnya. Perancangan penelitian adalah proses pemikiran dan mempersiapkan penelitian yang akan dilakukan (Hartono, 2007). A. Karakteristik Penelitian Berdasarkan Hartono (2007), karakteristik penelitian ini adalah: 1. Jenis penelitian adalah pengujian hipotesis. 2. Penelitiannya adalah penelitian kausal (causal). 3. Dimensi waktu penelitiannya adalah melibatkan waktu tertentu dengan banyak sampel (cross sectional). 4. Kedalaman penelitiannya adalah kurang mendalam, tetapi dengan generalisasi yang tinggi (studi statistik). 5. Menentukan lingkungan risetnya adalah lingkungan riel (field setting). 6. Unit analisisnya adalah individu (mahasiswa). 7. Metoda pengumpulan data adalah survei menggunakan kuesioner yang dibagikan secara langsung kepada responden. B. Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan objek yang berupa kumpulan dari orang-orang, peristiwa atau kejadian atau objek lain yang ingin diteliti (Sekaran, 2000). Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Stara Satu (S1) dan Strata Dua (S2) di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.
31
Elemen adalah salah satu anggota populasi (Sekaran, 2000). Sekaran mencontohkan pekerja bagian mesin (machinery) salah satu elemen dari populasi pekerja berkerah biru (blue-collar). Sehingga elemen populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 dan S2 jurusan akuntansi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. Penyampelan adalah proses pemilihan sejumlah elemen yang mencukupi dari populasi sehingga dengan mempelajari sampel, dan memahami sifat atau karakteristik sampel, akan memungkinkan untuk mengeneralisasi sifat atau karakteristik elemen-elemen populasi (Sekaran, 2000). Teknik penyampelan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Kriteria yang dipakai adalah mahasiswa S1 dan S2 yang pernah mendapatkan penugasan menggunakan IM oleh dosen. Sampel adalah suatu subgrup dan subset dari populasi. Dengan meneliti sampel, peneliti akan bisa menarik kesimpulan yang mewakili populasi yang diteliti (Sekaran, 2000). Berdasarkan teknik penyampelan maka sampel penelitian ini adalah
mahasiswa S1 dan Msi jurusan akuntansi di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. Sampel yang menjadi target adalah mahasiswa S1 dan MSi UGM yang pernah diasuh oleh Dr. Sony Warsono, MAFIS., karena beliau menugaskan mahasiswanya menggunakan IM untuk berbagi pengetahuan. Kelas Sistem Teknologi Informasi (STI) untuk S1 dan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) untuk MSi. Banyak para ahli PLS menyatakan bahwa jumlah sampel untuk analisis menggunakan PLS adalah 10 kali jumlah indikator terbanyak yang mengukur suatu konstruk dalam suatu model PLS (SmartPLS-Forum). Jadi misalnya dalam suatu model terdapat jumlah indikator konstruk bervariasi dari 4-8 yang mengukur 32
konstruk-konstruk dalam model tersebut, maka jumlah sampel minimalnya 10x8=40 sampel. Namun hal ini tidak memperhatikan power of test (suatu nilai yang mengukur besarnya probabilitas untuk menolak hipotesis nol kalau hipotesis nol itu salah). Dengan memperhatikan power of test maka kesimpulan penelitian sehubungan dengan pengujian hipotesis akan terbebas dari jenis kesalahan penarikan keputusan tipa I dan tipa II. Gambar 7: Aplikasi G*Power 3.0.10 – Tipa analisis A Priori
Karena itulah perlu kita memperhitungkan power of test dalam menentukan
jumlah
sampel.
Untuk
menghitung
jumlah
sampel
yang
memperhatikan power of test, dapat menggunakan aplikasi G*Power 3.0.10 yang bisa
diunduh
(download)
di
http://www.psycho.uni-
33
duesseldorf.de/abteilungen/aap/gpower3/. Contoh perhitungan dapat dilihat pada gambar 7. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan aplikasi G*Power melalui tipa analisis a priori untuk effect size = 0,15 (medium), α= 0,05, power = 0,80, Jumlah indikator terbanyak dalam satu konstruk = 4, maka jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 85 unit. Value cut off untuk power of test dalam riset bisnis adalah sebesar 0,8(Joseph F. Hair et al., 1995). C. Pengukuran Variabel 1. Instant Messaging Continuance intention for knowledge sharing Niat melanjutkan penggunaan IM untuk knowledge sharing merupakan variabel independen. Ukuran variabel diadaptasi dari instrumen penelitian yang dikembangkan oleh Bhattacherjee (2001). Dalam penelitian ini metoda penskalaan menggunakan skala Likert lima yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju. 2. Satisfaction Satisfaction
(kepuasan) didefinisikan sebagai perasaan pemakai tentang
penggunaan IM untuk knowledge sharing sebelumnya. Ukuran variabel diadaptasi dari instrumen yang dikembangkan oleh Bhattacherjee (2001). Dalam penelitian ini metoda penskalaan menggunakan skala Likert lima yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju. 3. Perceived Usefulness Perceived usefulness (kegunaan persepsian) dedefinisikan sebagai persepsi pemakai tentang maslahat/benefit dari penggunaan IM dalam knowledge sharing.
34
Perceived
usefulness
merupakan
variabel
independen.
Ukuran
variabel
dikembangkan dari instrumen pengukuran Huang et al. (2007) dengan menambahkan satu pertanyaan sehubungan dengan kemudahan berkomunikasi dalam knowledge sharing dengan menggunakan IM. Dalam penelitian ini metoda penskalaan menggunakan skala Likert lima yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju. 4. Perceived Ease of Use Perceived ease of use (kemudahan penggunaan persepsian) didefinisikan sebagai persepsi pemakai tentang kemudahan penggunaan IM untuk knowledge sharing. Perceived ease of use merupakan variabel independen. Ukuran variabel diadaptasi dari instrumen penelitian yang dikembangkan oleh Davis (1989) dan Hong et al. (2006). Dalam penelitian ini metoda penskalaan menggunakan skala Likert lima yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju. 5. Perceived Enjoyment Perceived enjoyment (kesukaan persepsian) didefinisikan sebagai persepsi pemakai tentang kesukaan yang diperoleh ketika penggunaan IM dalam knowledge sharing. Perceived enjoyment merupakan variabel independen. Ukuran variabel diadaptasi dari instrumen penelitian yang dikembangkan oleh Huang et al. (2007). Dalam penelitian ini metoda penskalaan menggunakan skala Likert lima yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju. 6. Confirmation Confirmation (konfirmasi) didefinisikan sebagai persepsi pemakai terhadap keserasian antara ekspektasi dengan kenyataan yang dirasakan atas kinerja IM
35
dalam mendukung knowledge sharing. Confirmation merupakan variabel independen. Ukuran variabel diadaptasi dari instrumen penelitian yang dikembangkan oleh Bhattacherjee (2001). Dalam penelitian ini metoda penskalaan menggunakan skala Likert lima yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, sangat setuju. Tabel 1. Ringkasan Pengukuran Variabel Variabel Niat untuk kesinambunga n knowledge sharing dengan IM (IM Continuance intention for knowledge sharing) Kepuasan (Satisfaction)
Kegunaan Persepsian (Perceived
Definisi
Sumber
Item
Niat pemakai Bhattacherjee terhadap (2001) kesinambungan penggunaan IM untuk knowledge sharing.
Perasaan pemakai tentang penggunaan IM untuk knowledge sharing sebelumnya.
Persepsi pemakai tentang maslahat/benefit dari penggunaan IM dalam
1. Saya berencana untuk terus menggunakan aplikasi pesan instan dalam berbagi pengetahuan. 2. Saya berniat tetap terus menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. 3. Saya akan menghentikan penggunaan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. Bhattacherjee 1. Saya merasa puas dengan (2001) pengalaman menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. 2. Saya merasa bahwa pengalaman menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan adalah menyenangkan. 3. Saya merasa frustasi ketika menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. 4. Saya menyukai pengalaman menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. Davis (1989) 1. Berbagi pengetahuan dengan dan Huang et menggunakan aplikasi pesan al. (2007) instan menghemat banyak waktu. 2. Berbagi pengetahuan dengan 36
Usefulness)
knowledge sharing.
3.
4.
Kemudahan Penggunaan Persepsian (Perceived ease of use)
Persepsi pemakai tentang kemudahan penggunaan IM untuk knowledge sharing.
Davis (1989), 1. Hong et al. (2006), Huang et al. 2. (2007) 3.
Kesukaan Persepsian (Perceived enjoyment)
Persepsi pemakai Huang et al. 1. tentang kesukaan (2007) yang diperoleh ketika penggunaan IM dalam 2. knowledge sharing.
3.
Konfirmasi (Confirmation)
Persepsi pemakai Bhattacherjee terhadap keserasian (2001) antara ekspektasi dengan kenyataan yang dirasakan atas kinerja IM dalam mendukung knowledge sharing.
1.
2.
3.
menggunakan aplikasi pesan instan dapat meningkatkan keefektifan proses pembelajaran. Aplikasi pesan instan membuat komunikasi dalam berbagi pengetahuan menjadi lebih sulit. Secara keseluruhan, aplikasi pesan instan berguna untuk berbagi pengetahuan. Mempelajari cara menggunakan aplikasi pesan instan adalah mudah. Menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan adalah mudah. Sangat mudah bagi saya untuk menjadi mahir menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. Menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan merupakan hal yang menyenangkan. Menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan merupakan hal yang menarik. Saya sangat menikmati menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. Pengalaman menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan ternyata lebih baik dari yang saya perkirakan. Dukungan fasilitas yang tersedia dalam aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan lebih baik dari yang saya perkirakan. Secara keseluruhan, sebagian besar ekspektasi saya terhadap penggunaan pesan instan untuk berbagi
37
pengetahuan telah terpenuhi.
D. Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS) dengan aplikasi SmartPLS V.20 M3.
SEM mirip dengan multiple
regression tapi lebih powerful karena SEM menguji interaksi, nonlineritas, korelasi variabel independen, pengukuran error, korelasi error, dan variabel laten independen
dan
dependen
melalui
indikator-indikatornya
dalam
suatu
persamaan/model penelitian (Chin, 2000). PLS adalah model persamaan struktural (SEM) yang berbasis komponen atau varian (variance). PLS merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis kovarian (covariance) menjadi berbasis varian. SEM yang berbasis kovarian umumnya menguji kausalitas/teori sedangkan PLS lebih bersifat predictive model. PLS merupakan metoda analisis yang powerfull karena tidak didasarkan pada banyak asumsi (Ghozali, 2006). Misalnya, data harus terdistribusi normal dan sampel tidak harus besar. Selain dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori, PLS juga dapat digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten. 1. Pre-Test Dalam penelitian ini juga penulis melakukan uji pendahuluan atau pre-test terhadap ukuran-ukuran variabel. Pengujian pendahuluan lebih difokuskan pada validitas isi yaitu validitas tampang. Hal ini berhubungan dengan penggunaan aplikasi SmartPLS yang memungkinkan peneliti melakukan pengujian model pengukuran dan model struktural secara bersamaan dan dalam satu waktu yang sama. Oleh karena itu dalam forum SmartPLS (www.smartpls.de./forum)
38
dikatakan bahwa pada tahapan pengujian pendahuluan ukuran-ukuran variabel difokuskan pada validitas isi. Kuesioner penelitian yang telah disusun diujikan kepada 8 orang mahasiswa MSi UGM. Mahasiswa tersebut terdiri dari empat orang mahasiswa jurusan akuntansi yang mengambil konsentrasi sistem informasi dan sisanya adalah mahasiswa yang dipandang cukup memahami metoda penelitian. Selain diminta untuk mengisi kuesioner tersebut mereka diminta untuk memberikan masukan atas kuesioner tersebut. Mulai dari redaksional kuesioner sampai dengan pemahaman mereka atas konstruk yang diukur oleh item-item pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner tersebut. Penyampaian kuesioner dilakukan secara personal sehingga peneliti dapat menggali sebanyak mungkin masukan-masukan dari mereka. 2. Outer/Measurement Model Fungsi PLS Algorithm dalam SmartPLS memungkinkan peneliti melakukan pengujian validitas (konvergen dan diskriminan) dan reliabilitas konstruk serta menentukan koefisien jalur/path, dan R 2. a. Uji validitas i. Validitas konvergen terjadi jika skor-skor yang diperoleh dari dua instrumen/indikator yang berbeda yang mengukur konstruk yang sama mempunyai korelasi yang tinggi (Hartono, 2007). Untuk menentukan validitas konvergen digunakan hasil estimasi outer loading > 0,7. ii. Validitas diskriminan terjadi antar konstruk jika variansi indikatorindikator konstruk yang diukur lebih besar dari konstruk yang lain (Joshi
39
& Rai, 2000). Untuk menentukan validitas diskriminan digunakan kriteria root square of AVE lebih besar dari latent variable correlations. Root square of AVE sama dengan akar AVE tiap variabel laten. Contoh: LV1 LV2 LV3 LV1 0,88 LV2 0,35 0,90
Latent variable correlations
Root square of AVE (Diagonal)
LV3 0,28 0,45 0,75 b. Uji reliabilitas instrumen atau indikator Model SEM yang berbasis pada principal component approach (SmartPLS), reliabilitas konstruk ditentukan oleh skor composite reliability dan AVE (Joseph F. Hair et al., 1995). Composite reliability juga disebut sebagai internal consistency diterjemahkan mirip dengan Cronbach’s Alpha. Hair et al. (1995) tidak merekomendasikan pengujian reliabilitas dengan menggunakan Cronbach’s Alpha dikarenakan Cronbach’s Alpha tidak dapat menjamin unidimensionaliy namun hanya mengasumsikan adanya unidimensionality. Cut off untuk composite reliability adalah > 0,7 (Joseph F. Hair et al., 1995). Cut off skor AVE adalah > 0,5 (Joseph F. Hair et al., 1995). Skor AVE mengindikasikan bahwa variansi setiap konstruk lebih dari 50% dapat dijelaskan oleh indikator-indikatornya, oleh karena itu melebihi nilai residualnya (measurement error). c. Koefisien jalur/path dan R2. PLS Algorithm juga akan memberikan nilai koefisien jalur/path dan nilai determinasi R 2. 3. Inner/Structural Model 40
Fungsi Bootstrapping dalam aplikasi SmartPLS memungkinkan peneliti untuk mendapatkan nilai signifikansi hubungan jalur/path antar variabel laten. Signifikansi disajikan dalam nilai statistik t dalam SmartPLS sedangkan untuk mendapatkan p-value
dihitung dengan Microsoft Excel melalui fungsi
TDIST(t;deg_freedom;tail) karena nilai p-value tidak disajikan dalam output SmartPLS. 4. Indeks Goodness of Fit (GoF) PLS Path Modeling (SmartPLS) tidak dapat mengestimasi secara langsung GoF sebagai indeks validitas model secara keseluruhan seperti halnya maximum likelihood-SEM (LISREL & AMOS) melalui nilai X 2. Sehingga GoF PLS path modeling akan dihitung secara manual dengan menggunakan persamaan GoF yang diusulkan oleh Amato et al. (dalam Tenenhaus et al., 2005). Indeks GoF ini sendiri telah dibandingkan dengan indeks GoF ML-SEM dan simpulannya menunjukkan bahwa indeks GoF PLS cukup akurat untuk mengukur validitas model
secara
keseluruhan.
Namun
perlu
dipertimbangkan
untuk
memperhitungkan indeks GoF ini bila ternyata ada nilai koefisien jalur/path yang tidak signifikan (http://www2.chass.ncsu.edu/garson/pa765/structur.htm, 2006). Persamaan untuk menghitung GoF disajikan dibawah ini.
Indeks GoF dari 0 (poor fit) sampai 1 (perfect fit), semakin besar indeks semakin baik, tapi tidak ada patokan absolut untuk kriteria penerimaan indeks GoF (Joseph F. Hair et al., 1995).
41
BAB IV ANALISIS DATA
A. Deskptif Data Target responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 dan MSi jurusan Akuntansi UGM yang pernah mengikuti mata kuliah Sistem Teknologi Informasi (S1) dan Sistem Informasi Akuntansi (MSi) dalam hal ini dosen pengampunya adalah Dr. Sony Warsono. Mahasiswa kedua kelas mata kuliah tersebut dipilih karena
dalam
kurikulumnya,
mahasiswa
mendapat
penugasan
berbagi
pengetahuan atau knowledge sharing menggunakan IM. Sehingga saat penelitian ini dilakukan mereka semua diasumsikan telah berada pada level kesinambungan penggunaan IM untuk berbagi pengetahuan atau knowledge sharing. Tabel 2. Distribusi Sampel Sampel Program Studi
Mata Kuliah
Persentasi Target Tersurvei
S1
STI
115
73
63%
S2
SIA
69
63
91%
184
136
74%
Total
Tabel 2 menyajikan bahwa dari 184 target sampel yang tersurvei sebanyak 136 sampel atau sebanyak 74%. Dari 136 sampel yang tersurvei hanya sebanyak 126 sampel saja yang dapat diolah. Jumlah sampel sebanyak 126 tersebut telah melampaui jumlah sampel minimal yang untuk power of test sebesar 0,8 yaitu
42
sebanyak 85 sampel. Pada gambar 8 Untuk 126 sampel, bila kita hitung kembali power of test-nya dengan menggunakan aplikasi G*Power 3.0.10 melalui tipa analisis post hoc adalah sebesar 0.945279. Gambar 8. Aplikasi G*Power 3.0.10 – Tipa Analisis Post Hoc
1. Data Responden Tabel 3 menunjukkan distribusi umur responden. Rerata umur responden 23,66 tahun dengan deviasi standar 5,245 tahun dengan umur termuda 18 tahun dan tertua 40 tahun. Sebaran umur responden cukup bervariasi namun mayoritas umur responden mengelompok antara umur 18 sampai 27 tahun (kuartil 1,2, dan
43
3) atau dalam persentasi kumulatifnya 74,6%. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa responden tergolong dalam usia muda. Tabel 3. Distribusi Umur Responden Kuartil 1 2 3 4
Rentang Umur
18 – 19 20 – 21 22 – 27 28 – 40 Total Rata-rata Umur Deviasi Standar
Jumlah
Persentasi
33 31 30 32 126
26,2% 24,6% 23,8% 25,4% 100%
Persentasi Kumulatif 26,2% 50,8% 74,6% 100%
23,66 5,245
Responden lebih didominasi oleh wanita dengan 64,3% dan laki-laki hanya 35,7% seperti yang disajikan pada tabel 4. Sedangkan komposisi responden berdasarkan program studi cukup berimbang yaitu S1 54,8% dan S2 45,2% seperti yang ditampilkan pada tabel 5. Tabel 4. Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Wanita Laki-laki Total
Jumlah 81 45 126
Persentasi 64,3% 35,7% 100%
Tabel 5. Program Studi Responden Program Studi S1 MSi Total
Jumlah 69 57 126
Persentasi 54,8% 45,2% 100%
44
2. Penggunaan IM Semua responden merupakan pengguna aplikasi IM (tabel 6). Rata-rata responden telah menggunakan aplikasi IM selama 2,7 tahun dan hampir semua responden menggunakan Yahoo Messenger sebagai aplikasi IM yaitu sebanyak 98,4% (tabel 7). Tabel 6. Pengguna IM
Ya Tidak Total
Jumlah 126 0 126
Persentasi 100% 0% 100%
Tabel 7. Aplikasi IM yang Digunakan Aplikasi IM Yahoo Messenger Lainnya Total
Jumlah 124 2 126
Persentasi 98,4% 1,6% 100%
Waktu yang dipakai responden untuk setiap kali menggunaan IM cukup bervariasi namun sebarannya dominan pada durasi waktu antara 30 – 60 menit (35,7%) dan lebih dari 60 menit (39,7%) seperti yang tersaji pada tabel 8. Frekuensi penggunaan IM pun bervariasi. Secara umum frekuensi responden menggunakan IM adalah jarang. Seperti yang disajikan pada tabel 9 yang mengambarkan bahwa persentasi terbanyak yaitu 44,4%, responden hanya menggunakan IM antara satu atau dua kali dalam seminggu. Hanya 36,5% – satu kali dalam sehari (13,5%) dan beberapa kali dalam sehari (23%) – responden yang memiliki kekerapan yang tinggi dalam menggunakan IM. Kerap atau jarang dalam
45
penggunaan IM dapat menjadi indikator bahwa IM menjadi media komunikasi yang penting bagi responden atau bisa sebaliknya. Tabel 8. Satuan Waktu Sekali Menggunakan IM Waktu
Jumlah
Persentasi
kurang dari 15 menit 15 - 30 menit 30 - 60 menit lebih dari 60 menit Total
8 23 45 50 126
6,3% 18,3% 35,7% 39,7% 100%
Tabel 9. Frekuensi Penggunaan IM Frekuensi
Jumlah
Persentasi
1 atau 2 kali dalam sebulan
15
11,9%
1 atau 2 kali dalam 1/2 bulan
9
7,1%
1 atau 2 kali dalam seminggu
56
44,4%
1 kali dalam satu hari beberapa kali dalam sehari
17 29
13,5% 23%
Total
126
100%
Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan informasi diatas bahwa responden tidak asing dan menggunakan IM secara kesinambungan. Secara umum IM bukan merupakan media komunikasi utama bagi responden walau dalam persentasi tertentu (36,5%) responden memang menggunakan IM dengan kekerapan yang tinggi.
46
3. Penggunaan IM untuk Knowledg Sharing Rata-rata responden telah menggunakan IM untuk knowledge sharing 16 bulan yang lalu. Tabel 10 menggambarkan bahwa mayoritas dari mereka menggunakan IM untuk knowledge sharing dikarenakan penugasan dari dosen (62,7%), yang artinya sebagian besar responden inisialisasi penggunaan IM untuk knowledge sharing ketika mereka mengikuti mata kuliah STI dan SIA. Selebihnya – inisiatif sendiri (23,8%), karena teman (12,7%), dan lainnya (0,8%) – mereka telah menggunakan IM untuk knowledge sharing sebelum mendapat penugasan dari dosen mata kuliah STI dan SIA. Tabel 10. Penyebab Menggunakan IM untuk Knowledge Sharing
Inisiatif Sendiri Penugasan Dosen Teman Lainnya Total
Jumlah
Persentasi
30 79 16 1 126
23,8% 62,7% 12,7% 0,8% 100%
Tidak semua responden yang memutuskan untuk kesinambungan menggunakan IM untuk knowledge sharing setelah mereka tidak lagi mendapatkan penugasan oleh dosen. Tabel 11 menunjukkan bahwa 15,1% dari mereka tidak kesinambungan menggunakan IM untuk knowledge sharing. Hal ini mengindikasikan bahwa responden yang tidak kesinambungan menggunakan IM untuk knowledge sharing hanya menggunakan IM untuk tujuan mempertahankan komunikasi personal dengan orang lain.
47
Tabel 11. Kesinambungan Menggunakan IM untuk Knowledge Sharing
Ya Tidak Total
Jumlah
Persentasi
107 19 126
84,9% 15,1% 100%
Lamanya waktu setiap kali menggunakan dan frekuensi penggunaan IM untuk knowledge sharing terbilang sebentar dan jarang seperti yang disajikan pada tabel 12 dan 13. Mayoritas mereka yang memutuskan kesinambungan menggunakan IM untuk knowledge sharing sebesar 40,2% setiap kali menggunakan IM untuk knowledge sharing hanya berkisar antara 15 – 30 menit. Frekuensi penggunakan IM untuk knowledge sharing mayoritas hanya 1 atau 2 kali dalam seminggu (46,7%). Tabel 12. Satuan Waktu Sekali Menggunakan IM untuk Knowledge Sharing
kurang dari 15 menit 15 - 30 menit 30 - 60 menit lebih dari 60 menit Total
Jumlah
Persentasi
17 43 26 21 107
15,9% 40,2% 24,3% 19,6% 100%
Tabel 13. Frekuensi Menggunakan IM untuk Knowledge Sharing Jumlah
Persentasi
1 atau 2 kali dalam sebulan
28
26,2%
1 atau 2 kali dalam 1/2 bulan
14
13,1%
1 atau 2 kali dalam seminggu 1 kali dalam satu hari
50 3
46,7% 2,8%
beberapa kali dalam sehari Total
12 107
11,2% 100%
48
Secara keseluruhan data deskriptif menunjukkan bahwa responden sudah terbiasa menggunakan IM. Untuk tujuan knowledge sharing sebagian besar dari mereka baru melakukannya setelah mendapat penugasan dari dosen mata kuliah tertentu. Mayoritas dari mereka tetap menggunakan IM untuk knowledge sharing. Lama dan frekuensi penggunaan IM untuk knowledge sharing masih sebentar dan jarang hal ini kemungkinan karena untuk mereka MI lebih ditujukan untuk menjaga komunikasi dengan temannya dan frekuensi bertemu secara tatap muka masih lebih intensif antar mereka. B. Outer Model Outer model atau juga disebut dengan structural model mendefinisikan hubungan antara indikator-indikator dengan konstruk atau variabel latennya. Dalam outer model peneliti dapat menguji sejauh mana indikator-indikator pengukur sesuai dengan teori-teori yang digunakan untuk mendefinisikan suatu konstruk. Validitas (validitas konvergen dan diskriminan) dan reliabilitas konstruk menjadi fokus utama dalam outer model. Pada tabel 14 di bawah ini menampilkan kontruk dan indikatorindikatornya yang akan diuji validitas dan realibilitasnya. Melalui SmartPLS untuk menguji outer model akan menggunakan fungsi algorithm. Tabel 14. Konstruk dan indikator-indikatornya Kode X01 X02 X03
Uraian Konfirmasi (Confirmation) Pengalaman menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan ternyata lebih baik dari yang saya perkirakan. Dukungan fasilitas yang tersedia dalam aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan lebih baik dari yang saya perkirakan. Secara keseluruhan, sebagian besar ekspektasi saya terhadap penggunaan pesan instan untuk berbagi pengetahuan telah terpenuhi. 49
Kegunaan Persepsian (Perceived Usefulness) Berbagi pengetahuan dengan menggunakan aplikasi pesan instan menghemat banyak waktu. X05 Berbagi pengetahuan dengan menggunakan aplikasi pesan instan dapat meningkatkan keefektifan proses pembelajaran. X06 Aplikasi pesan instan membuat komunikasi dalam berbagi pengetahuan menjadi lebih sulit. X07 Secara keseluruhan, aplikasi pesan instan berguna untuk berbagi pengetahuan. Kemudahaan Penggunaan Persepsian (Perceived Ease of Use) X08 Mempelajari cara menggunakan aplikasi pesan instan adalah mudah. X09 Menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan adalah mudah. X10 Sangat mudah bagi saya untuk menjadi mahir menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. Kesukaan Persepsian (Perceived Enjoyment) X11 Menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan merupakan hal yang menyenangkan. X12 Menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan merupakan hal yang menarik. X13 Saya sangat menikmati menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. Niat untuk kesinambungan knowledge sharing dengan IM (IM Continuance intention for knowledge sharing) X14 Saya berencana untuk terus menggunakan aplikasi pesan instan dalam berbagi pengetahuan. X15 Saya berniat tetap terus menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. X16 Saya akan menghentikan penggunaan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. Kepuasan (Satisfaction) X17 Saya merasa puas dengan pengalaman menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. X18 Saya merasa bahwa pengalaman menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan adalah menyenangkan. X19 Saya merasa frustasi ketika menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. X20 Saya menyukai pengalaman menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. X04
50
1. Validitas Konvergen
Gambar 9. Outer Loading, Koefisien Jalur, dan R2
Validitas konvergen konstruk terjadi jika skor outer loading lebih besar dari 0,7. Ketika fungsi algorithm dieksekusi untuk pertama kali tidak semua indikator memiliki skor loading diatas 0,7. Pada gambar 9 dan tabel 15 menunjukkan bahwa indikator X04 dan X06 untuk konstruk perceived usefulness serta X19 untuk konstruk satisfaction memiliki nilai dibawah 0,7. Ketiga indikator ini kemudian dihilangkan dalam model dan kemudian fungsi algorithm dijalankan kembali.
51
Tabel 15. Outer Loading Indikator X01 X02 X03 X04 X05 X06 X07 X08 X09 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20
Confirmaton 0,799982 0,814201 0,799227
Intention
PE
PEU
PU
Satisfaction
0,687777 0,822725 0,675861 0,737158 0,906401 0,902255 0,716093 0,914789 0,901839 0,90732 0,881282 0,815718 0,78653 0,788942 0,879701 0,576498 0,839552
Fungsi algorithm dieksekusi kembali tanpa indikator X04, X06, dan X19. Hasilnya menunjukkan bahwa semua indikator konstruk memiliki skor loading diatas 0,7 (gambar 10 dan tabel 16). Semua konstruk memiliki validitas konvergen yang memuaskan.
52
Gambar 10. Outer Loading, Koefisien Jalur, dan R2 (Final)
Tabel 16. Outer Loading (Final) Indikator Confirmation Intention PE PEU PU X01 0,796553 X02 0,816244 X03 0,80082 X05 0,844845 X07 0,858052 X08 0,907386 X09 0,903481 X10 0,713095 X11 0,914959 X12 0,902438 X13 0,906543 X14 0,883597 X15 0,819869 X16 0,778273 X17 X18 X20
Satisfaction
0,804356 0,906552 0,876087
53
2. Validitas Diskriminan Pada tabel 17 disajikan perbandingan antara elemen-elemen diagonal yang mewakili average variance extracted (AVE) indikator-indikator yang mungukur konstruk
dengan
elemen-elemen
non-diagonal
yang
mewakili
variansi
terdistribusi antar konstruk (korelasi antar variabel laten). Karena root square of AVE lebih besar dari semua skor korelasi antar variabel laten maka dapat diartikan bahwa terjadi validitas diskriminan yang memuaskan. Tabel 17. Perbandingan Korelasi antar Variabel Laten dengan Root Square of AVE
Confirmation Intention PE PEU PU Satisfaction
Confirmation
Intention
0,804583 0,559318 0,646956 0,5137 0,558679 0,735644
0,8283797 0,700396 0,508933 0,598781 0,659003
PE
PEU
PU
0,907995 0,544223 0,846194 0,627368 0,503187 0,851474 0,799742 0,595103 0,638478
Satisfaction
0,86339504
3. Reliabilitas Tabel 18 menunjukkan bahwa semua skor composite reliability lebih besar dari 0,7 dan skor AVE lebih besar dari 0,5. Dengan demikian semua konstruk memiliki reliabilitas yang memuaskan. Tabel 18. Composite Reliability, dan AVE Variabel Composite Reliability Confirmation 0,846308 Intention 0,867421 PE 0,933727 PEU 0,882049 PU 0,840577 Satisfaction 0,897582
AVE 0,647354 0,686213 0,824455 0,716044 0,725008 0,745451
54
Tabel 19. Konstruk dan Indikator-indikatornya (Final) Kode
Uraian Konfirmasi (Confirmation) X01 Pengalaman menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan ternyata lebih baik dari yang saya perkirakan. X02 Dukungan fasilitas yang tersedia dalam aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan lebih baik dari yang saya perkirakan. X03 Secara keseluruhan, sebagian besar ekspektasi saya terhadap penggunaan pesan instan untuk berbagi pengetahuan telah terpenuhi. Kegunaan Persepsian (Perceived Usefulness) X05 Berbagi pengetahuan dengan menggunakan aplikasi pesan instan dapat meningkatkan keefektifan proses pembelajaran. X07 Secara keseluruhan, aplikasi pesan instan berguna untuk berbagi pengetahuan. Kemudahaan Penggunaan Persepsian (Perceived Ease of Use) X08 Mempelajari cara menggunakan aplikasi pesan instan adalah mudah. X09 Menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan adalah mudah. X10 Sangat mudah bagi saya untuk menjadi mahir menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. Kesukaan Persepsian (Perceived Enjoyment) X11 Menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan merupakan hal yang menyenangkan. X12 Menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan merupakan hal yang menarik. X13 Saya sangat menikmati menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. Niat untuk kesinambungan knowledge sharing dengan IM (IM Continuance intention for knowledge sharing) X14 Saya berencana untuk terus menggunakan aplikasi pesan instan dalam berbagi pengetahuan. X15 Saya berniat tetap terus menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. X16 Saya akan menghentikan penggunaan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. Kepuasan (Satisfaction) X17 Saya merasa puas dengan pengalaman menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. X18 Saya merasa bahwa pengalaman menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan adalah menyenangkan. X20 Saya menyukai pengalaman menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan.
55
Berdasarkan pengujian validitas dan reliabilitas konstruk diatas dapat disimpulkan bahwa kelayakan outer/measurement model penelitian telah teruji. Tabel 19 diatas menyajikan konstruk dan indikator-indikatornya final yang akan diuji dalam inner model. C. Inner Model Pengujian inner/structural model dilakukan untuk menilai signifikansi hubungan antara konstruk/variabel laten dalam model penelitian. Dalam SmartPLS pengujian inner model akan menggunakan fungsi bootstrapping. Nilai-nilai signifikansi hubungan antar konstruk akan digunakan untuk menguji hipotesishipotesis yang telah dibangun berdasarkan teori seperti yang diringkaskan pada tabel 20. Tabel 20. Hipotesis Hipotesis Uraian H1 Tingkat kepuasan pengguna atas penggunaan awal instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing berasosiasi secara positifdengan niat mereka untuk melanjutkan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. H2 Tingkat konfirmasi berasosiasi secara positifdengan kepuasan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. H3 Kegunaan persepsian (perceived usefulness) atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing berasosiasi secara positifdengan tingkat kepuasan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. H4 Kegunaan persepsian (perceived usefulness) berasosiasi secara positifdengan niat mereka untuk melanjutkan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. H5 Tingkat konfirmasi pengguna berasosiasi secara positifdengan kegunaan persepsian (perceived usefulness) mereka atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. H6 Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing berasosiasi secara positifdengan tingkat kepuasan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing.
56
H7
H8
H9
H10
H11
H12
H13
Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) berasosiasi secara positifdengan niat mereka untuk melanjutkan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) berasosiasi secara positifdengan kegunaan persepsian (perceived usefulness) teknologi informasi. Tingkat konfirmasi pengguna berasosiasi secara positifdengan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) mereka atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. Kesukaan persepsian (perceived enjoyment) berasosiasi secara positifdengan niat mereka untuk melanjutkan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) berasosiasi secara positifdengan kesukaan persepsian (perceived enjoyment) teknologi informasi. Kesukaan persepsian (perceived enjoyment) atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing berasosiasi secara positifdengan tingkat kepuasan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. Tingkat konfirmasi pengguna berasosiasi secara positifdengan kesukaan persepsian (perceived enjoyment) mereka atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing.
Gambar 11 dan tabel 21 menyajikan hasil pengujian inner model. Seluruh hubungan antar konstruk/variabel laten dalam model didapati signifikan dengan level yang bervariasi. Karena setiap jalur hubungan antara konstruk berhubungan dengan hipotesis yang diajukan, maka dengan demikian semua hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat didukung.
57
Gambar 11. Koefisien jalur, Signifikansi, dan R 2
*p<0,1 **p<0,05 ***p<0,025 ****p<0,01 *****p<0,005 ******p<0,0005
Tabel 21. Koefisien Jalur, t-value, dan p-value Koefiesien t-value p-value Jalur H1 Satisfaction Intention 0,153351 1,64717 0,050075696** H2 Confirmation Satisfaction 0,309538 2,424077 0,007850495**** H3 PU Satisfaction 0,11279 1,44061 0,075160391* H4 PU Intention 0,201458 2,107596 0,017781583*** H5 Confirmation PU 0,407806 3,323705 0,000476726****** H6 PEU Satisfaction 0,13014 1,71647 0,043347706** H7 PEU Intention 0,100393 1,469652 0,071142476* H8 PEU PU 0,293697 2,343161 0,009756061**** H9 Confirmation PEU 0,5137 5,137419 1,99986E-07****** H10 PE Intention 0,39673 2,9683 0,001569072***** H11 PEU PE 0,287839 3,407754 0,000353923****** H12 PE Satisfaction 0,457898 5,528938 2,59888E-08****** H13 Confirmation PE 0,499093 5,839377 4,72036E-09****** Signifikan pada level: *p<0,1 **p<0,05 ***p<0,025 ****p<0,01 *****p<0,005 ******p<0,0005
Hipotesis
Jalur
58
D. Indeks Goodness of Fit Untuk melihat validitas secara keseluruhan model penelitian ini, maka dilakukan perhitungan indeks GoF. Dalam SmartPLS indeks GoF tidak disajikan secara langsung dalam output-nya. Sehingga perlu dilakukan perhitungan secara manual dengan berbasis pada rerata skor R 2 dan communality yang diambil dari output pengujian melalui fungsi algorithm. Tabel 22. Goodness of Fit R Square Confirmation Intention PE PEU PU Satisfaction Rerata
0,55065 0,479539 0,263888 0,375618 0,743371 0,482613
Communality 0,647354 0,686213 0,824455 0,716044 0,725008 0,745451 0,7240875
GoF
0,6
Tabel 22 menunjukkan bahwa indeks GoF sebesar 0,6, yang artinya variansi yang dijelaskan oleh konstruk-konstruk dalam model lebih besar daripada faktor residual diluar model. Hal ini juga diperkuat dengan dukungan validitas hubungan antar konstruk dalam model didapati memiliki signifikansi yang memadai. Dengan demikian secara keseluruhan validitas model niat untuk kesinambungan knowledge sharing dengan IM (IM continuance intention for knowledge sharing) dapat didukung. E. Diskusi Dua tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mendapatkan bukti empiris yang menguji pengaruh kepuasan (satisfaction), kegunaan persepsian
59
(perceived usefulness), kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use), kesukaan persepsian (perceived enjoyment), dan konfirmasi terhadap niat (intention) kesinambungan penggunaan IM untuk knowledge sharing di perguruan tinggi dan melakukan validasi empiris atas pengembangan model kesinambungan TI. Hasil penelitian ini memberikan dukungan yang kuat terhadap kedua tujuan tersebut dengan dukungan hipotesis yang kesemuanya signifikan. Selain itu indeks GoF sebesar 0,6 yang cukup tinggi yang memberikan validitas model kesinambungan penggunaan IM untuk knowledge sharing. Signifikannya variabel kesukaan persepsian (perceived enjoymet) yang diajukan
dalam
penelitian
ini
sebagai
salah
satu
variabel
keyakinan
pascapenerimaan (belief) dan signifikannya pengaruh kegunaan persepsian (perceived usefulness) terhadap kepuasan (satisfaction) yang dalam EECM-IT tidak signifikan pengaruhnya merupakan temuan dalam penelitian ini yang memberikan kontribusi penting dalam penyempurnaan model kesinambungan penggunaan TI. Dengan begitu hasil penelitian ini memberikan kontribusi dalam penyempurnaan model ECM-IT dan EECM-IT. 1. Pengaruh Sikap (attitude) dan Keyakinan Pascapenerimaan (belief) terhadap Niat untuk Kesinambungan Knowledge Sharing dengan IM (IM Continuance Intention for Knowledge Sharing) Didukungnya H1, H4, H7, dan H10 yang menghipotesiskan pengaruh kepuasan (satisfaction),
kegunaan
persepsian
(perceived
usefulness),
kemudahan
penggunaan persepsian (perceived ease of use), dan kesukaan persepsian (perceived enjoyment) terhadap niat kesinambungan penggunaan IM untuk knowledge sharing menunjukkan bahwa sikap (attitude) dan keyakinan 60
pascapenerimaan
(belief)
memegang
peranan
penting
dalam
model
kesinambungan penggunaan IM untuk knowledge sharing. Koefisien determinasi (R2) yang cukup tinggi sebesar 55% juga menjelaskan bahwa variabel sikap (attitude) dan keyakinan pascapenerimaan (belief) cukup signifikan menjelaskan variansi yang terjadi pada variabel niat kesinambungan penggunaan IM untuk knowledge sharing. Dalam penelitian ini tingkat kepuasan pengguna (satisfaction) atas penggunaan awal instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing secara signifikan berasosiasi secara positifdengan niat (intention) mereka untuk melanjutkan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing (H1). Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian Bhattacherjee (2001), Hong et al. (2006), Thong et al. (2006), dan Limayem et al. (2007). Hal ini dapat diartikan bahwa perasaan puas yang diperoleh individu pada tahapan adopsi atas penggunaan IM untuk knowledge sharing akan mempengaruhi niatnya untuk kesinambungan dalam menggunakan IM untuk knowledge sharing. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) secara signifikan berasosiasi secara positifdengan niat mereka untuk melanjutkan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing (H4). Hasil ini juga konsisten dengan hasil penelitian Bhattacherjee (2001), Hong et al. (2006), Thong et al. (2006), dan Limayem et al. (2007). Temuan ini menjelaskan bahwa niat untuk kesinambungan dalam menggunakan IM untuk knowledge sharing dipengaruhi keyakinan individu tentang maslahat/benefit yang didapat dari penggunaan IM untuk knowledge sharing.
61
Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) secara signifikan berasosiasi secara positifdengan niat mereka untuk melanjutkan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing (H7). Hasil ini juga konsisten dengan hasil penelitian Hong et al. (2006) dan Thong et al. (2006). Temuan ini menjelaskan bahwa niat untuk kesinambungan dalam menggunakan IM untuk knowledge sharing dipengaruhi keyakinan individu tentang kemudahan penggunan IM untuk knowledge sharing. Kesukaan persepsian (perceived enjoyment) secara signifikan berasosiasi secara positifdengan niat mereka untuk melanjutkan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing (H10). Hasil ini juga konsisten dengan hasil penelitian Thong et al. (2006). Temuan ini menjelaskan bahwa niat untuk kesinambungan dalam menggunakan IM untuk knowledge sharing dipengaruhi keyakinan individu tentang kesukaan yang dirasakan dari penggunaan IM untuk knowledge sharing. Salah satu temuan yang menarik dari hasil penelitian ini adalah kesukaan persepsian (perceived enjoyment) memiliki pengaruh terbesar dibandingkan dengan kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahaan penggunaan (perceived ease of use) terhadap niat untuk kesinambungan dalam menggunakan IM untuk knowledge sharing. Temuan ini menjelaskan bahwa jenis TI yang dipakai akan mempengaruhi variabel keyakinan (belief) penggunan TI. IM telah diidentifikasi sebagai jenis TI yang memiliki sifat hedonik (Heijden, 2004) dan temuan ini memperkuat indentifikasi tersebut. Temuan ini juga menjelaskan bahwa faktor kesukaan menjadi daya tarik utama atas keputusan niat
62
menggunakan IM untuk knowledge sharing dibandingkan faktor kegunaan dan kemudahan penggunaan. 2. Pengaruh Konfirmasi (confirmation) terhadap Keyakinan Pascapenerimaan (belief) dan Sikap (attitude) Didukungannya H2, H5, H9, dan H13 yang menghipotesisikan pengaruh konfirmasi (confirmation) terhadap kepuasan (satisfaction), kegunaan persepsian (perceived usefulness), kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use), dan kesukaan persepsian (perceived enjoyment) menunjukkan bahwa dalam model kesinambungan penggunaan IM untuk knowledge sharing, konfirmasi (confirmation)
juga
mempengaruhi
sikap
(attitude)
dan
keyakinan
pascapenerimaan (belief). Temuan ini menjelaskan bahwa konfirmasi yang diartikan kesesuaian antara ekspektasian dengan kenyataan yang dirasakan pengguna IT berperan penting dalam memperbaiki keyakinan pengguna pascapenerimaan dan membentuk suatu perasaan atau sikap yang diidentifikasi sebagai kepuasan. Tingkat konfirmasi secara signifikan berasosiasi secara positif dengan kepuasan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing (H2). Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Bhattacherjee (2001), Hong et al. (2006), Thong et al. (2006), dan Limayem et al. (2007). Temuan ini menjelaskan bahwa kesesuaian harapan dan kenyataan penggunaan IM untuk knowledge sharing akan membentuk suatu sikap yaitu kepuasan atau malah sebaliknya. Tingkat konfirmasi pengguna secara signifikan berasosiasi secara positifdengan
kegunaan
persepsian
(perceived
usefulness)
mereka
atas
63
penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing (H5). Hasil ini juga konsisten dengan hasil penelitian Bhattacherjee (2001), Hong et al. (2006), Thong et al. (2006), dan Limayem et al. (2007). Temuan ini menjelaskan bahwa kegunaan persepsian
dapat disesuaikan oleh konfirmasi, khususnya ketika
kegunaan persepsian pengguna awal tidak jelas atau konkret karena individu tidak yakin apa yang diharapkan dari penggunaan IM untuk knowledge sharing. Dengan kata lain, konfirmasi akan cenderung meningkatkan kegunaan persepsian dan diskonfirmasi akan menurunkan kegunaan persepsian. Tingkat konfirmasi pengguna secara signifikan berasosiasi secara positifdengan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) mereka atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing (H9). Hasil ini juga konsisten dengan hasil penelitian Hong et al. (2006) dan Thong et al. (2006). Temuan ini juga menjelaskan bahwa kemudahan penggunaan persepsian dapat disesuaikan oleh konfirmasi, khususnya ketika kemudahan persepsian pengguna awal tidak jelas atau konkret karena individu tidak yakin apa yang diharapkan dari penggunaan IM untuk knowledge sharing. Dengan kata lain, konfirmasi akan cenderung meningkatkan kemudahan penggunaan persepsian dan diskonfirmasi akan menurunkan kemudahan persepsian persepsian. Tingkat konfirmasi pengguna secara signifikan berasosiasi secara positifdengan
kesukaan
persepsian
(perceived
enjoyment)
mereka
atas
penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing (H13). Hasil ini juga konsisten dengan hasil penelitian Thong et al. (2006). Sama halnya dengan kegunaan persepsian dan kemudahan penggunaan persepsian, temuan ini menjelaskan bahwa kesukaan persepsian
dapat disesuaikan oleh konfirmasi, 64
khususnya ketika kesukaan persepsian pengguna awal tidak jelas atau konkret karena individu tidak yakin apa yang diharapkan dari penggunaan IM untuk knowledge sharing. Dengan kata lain, konfirmasi akan cenderung meningkatkan kegunaan persepsian dan diskonfirmasi akan menurunkan kesukaan persepsian. 3. Pengaruh Konfirmasi (confirmation) dan Keyakinan Pascapenerimaan (belief) terhadap Sikap (attitude) Didukungnya H3, H2, H6, dan H12 yang menghipotesiskan pengaruh konfirmasi (confirmation),
kegunaan
persepsian
(perceived
usefulness),
kemudahan
penggunaan persepsian (perceived ease of use), dan kesukaan persepsian (perceived enjoyment) mempengaruhi kepuasaan (satisfaction) menjelaskan bahwa dalam model kesinambungan penggunaan IM untuk knowledge sharing, kepuasan dipengaruhi konfirmasi (confirmation) dan keyakinan pascapenerimaan (belief). Variabel konfirmasi (confirmation), kegunaan persepsian (perceived usefulness), kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use), dan kesukaan persepsian (perceived enjoyment) sangat kuat menjelaskan variansi yang terjadi pada variabel kepuasan dengan skor R2 sebesar 74%. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing secara signifikan berasosiasi secara positifdengan tingkat kepuasan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing (H3). Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Bhattacherjee (2001), Hong et al. (2006), Thong et al. (2006), dan Limayem et al. (2007). Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing secara
65
signifikan berasosiasi secara positifdengan tingkat kepuasan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing (H6). Hasil ini konsisten dengan penelitian Hong et al. (2006) dan Thong et al. (2006). Kesukaan persepsian (perceived enjoyment) atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing secara signifikan berasosiasi secara positifdengan tingkat kepuasan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing (H12). Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Thong et al. (2006). Dalam TAM dijelaskan bahwa keyakinan (belief) mempengaruhi sikap (attitude) individu dalam penerimaan suatu TI (Davis et al., 1989). Signifikannya pengaruh
variabel-variabel
keyakinan
pascaperimaan
terhadap
kepuasan
menjelaskan bahwa pada level kesinambungan penggunaan TI keyakinan (belief) juga mempengaruhi sikap (attitude). Temuan ini mengindikasikan bahwa kepuasan karena kesinambungan menggunakan IM untuk knowledge sharing dikarenakan mereka yakin adanya kegunaan, kemudahan penggunaan, dan kesukaan yang akan diperoleh. Penelitian ini juga menemukan bahwa dari ketiga variabel keyakinan pascapenerimaan (belief), kesukaan persepsian (perceived enjoyment) memiliki pengaruh yang paling besar daripada kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use). Hal ini mengindikasikan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi keputusan untuk kesinambungan menggunakan IM untuk knowledge sharing dikarenakan keyakinan akan kesukaan yang akan dirasakan selama menggunakan IM untuk
66
knowledge sharing. Hal ini semakin memperjelas bahwa IM merupakan jenis TI yang mengandung nilai hedonik. 4. Pengaruh Kemudahan Penggunaan Persepsian (perceived ease of use) terhadap Kegunaan Persepsian (perceived usefulness) dan Kesukaan Persepsian (perceived enjoyment) Didukungnya H8 dan H11 yang menghipotesiskan bahwa kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) mempengaruhi kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kesukaan persepsian (perceived enjoyment) menjelaskan bahwa dalam model kesinambungan penggunaan IM untuk knowledge sharing, kemudahaan penggunaan persepsian memainkan peran poros dalam mendukung kegunaan persepsian dalam memberi kontribusi nilai kemanfaatan (utilitarian value), dan juga mendukung kesukaan persepsian dalam memberi kontribusi nilai hedonik (hedonic value). Dengan kata lain semakin tinggi keyakinan individu bahwa melakukan knowledge sharing dengan menggunakan IM adalah mudah maka
akan
semakin
tinggi
juga
keyakinannya
untuk
mendapatkan
maslahat/benefit dan kesukaan dalam menggunakan IM untuk knowledge sharing. Hasil penelitian ini konsisten dengan HISAM. Dengan demikian kemudahaan penggunaan persepsian memainkan peran poros dalam mendukung kegunaan persepsian dan kesukaan persepsian berlaku pada model kesinambungan penggunaan TI. F. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini memberikan sumbangan yang signifikan pada pengembangan model kontinuas penggunaan TI. Hasil penelitian ini menyempurnakan ECM-IT 67
dam EECM-IT dengan menambahkan variabel kesukaan persepsian (perceived enjoyment) sebagai variabel keyakinan (belief) pascapenerimaan TI. Sehingga penelitian ini semakin memberikan dasar analisa yang lebih komprehensif dalam menjelaskan perilaku kesinambungan penggunaan TI. 2. Implikasi Praktis Dalam penelitian ini kesukaan persepsian (perceived enjoyment) memiliki pengaruh terbesar dibandingkan dengan kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) dalam menentukan niat kesinambungan penggunaan IM untuk knowledge sharing. Knowledge sharing merupakan bagian terpenting dalam knowledge management system. Sehingga temuan ini merekomendasikan untuk memperhatikan aspek kesukaan selain kegunaan dan kemudahan penggunaan dalam pengembangan knowledge management system khususnya pada pengembangan teknologi informasi untuk memfasilitasi proses knowledge sharing khususnya dalam lingkungan perguruan tinggi.
68
BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
A. Simpulan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mendapatkan bukti empiris yang menguji pengaruh kepuasan (satisfaction), kegunaan persepsian (perceived usefulness), kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use), kesukaan persepsian (perceived enjoyment), dan konfirmasi terhadap niat (intention) kesinambungan penggunaan IM untuk knowledge sharing di perguruan tinggi dan melakukan validasi empiris atas pengembangan model kesinambungan TI. Hasil penelitian ini memberikan dukungan yang kuat terhadap kedua tujuan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua hipotesis yang diajukan didukung (ringkasannya pada tabel 23) dan indeks GoF yang cukup tinggi dalam mendukung validitas model kesinambungan penggunaan IM untuk knowledge sharing. Signifikannya variabel kesukaan persepsian (perceived enjoyment) yang diajukan
dalam
penelitian
ini
sebagai
salah
satu
variabel
keyakinan
pascapenerimaan (belief) merupakan temuan yang memberikan kontribusi penting dalam penyempurnaan model kesinambungan penggunaan TI. Sehingga penelitian ini
lebih
komprehensif
dalam
menjelaskan
perilaku
individu
untuk
kesinambungan penggunaan TI.
69
Tabel 23. Simpulan Hipotesis Hipotesis Uraian H1 Tingkat kepuasan pengguna atas penggunaan awal instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing berasosiasi secara positifdengan niat mereka untuk melanjutkan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. H2 Tingkat konfirmasi berasosiasi secara positifdengan kepuasan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. H3 Kegunaan persepsian (perceived usefulness) atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing berasosiasi secara positifdengan tingkat kepuasan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. H4 Kegunaan persepsian (perceived usefulness) berasosiasi secara positifdengan niat mereka untuk melanjutkan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. H5 Tingkat konfirmasi pengguna berasosiasi secara positifdengan kegunaan persepsian (perceived usefulness) mereka atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. H6 Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing berasosiasi secara positifdengan tingkat kepuasan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. H7 Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) berasosiasi secara positifdengan niat mereka untuk melanjutkan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. H8 Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) berasosiasi secara positifdengan kegunaan persepsian (perceived usefulness) teknologi informasi. H9 Tingkat konfirmasi pengguna berasosiasi secara positifdengan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) mereka atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. H10 Kesukaan persepsian (perceived enjoyment) berasosiasi secara positifdengan niat mereka untuk melanjutkan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing.
Simpulan Didukung
Didukung
Didukung
Didukung
Didukung
Didukung
Didukung
Didukung
Didukung
Didukung
70
H11
H12
H13
Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of Didukung use) berasosiasi secara positifdengan kesukaan persepsian (perceived enjoyment) teknologi informasi. Kesukaan persepsian (perceived enjoyment) atas Didukung penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing berasosiasi secara positifdengan tingkat kepuasan penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing. Tingkat konfirmasi pengguna berasosiasi secara Didukung positifdengan kesukaan persepsian (perceived enjoyment) mereka atas penggunaan instant messaging untuk aktivitas knowledge sharing.
B. Keterbatasan Berikut ini beberapa keterbatasan penelitian ini yang perlu diperhatikan dalam penelitian berikutnya: 1. Sampel hanya terbatas pada mahasiswa Universitas Gadjah Mada Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Jumlah sampel yang lebih besar dan berasal dari perguruan tinggi yang lain diluar Universitas Gadjah Mada Fakultas Ekonomika dan Bisnis akan meningkatkan daya generalisasi hasil penelitian. 2. Penelitian ini hanya sebatas level niat belum pada penggunaan aktual IM untuk knowledge sharing. C. Saran Sehubungan dengan keterbatasan penelitian ini, berikut ini beberapa saran yang dapat menjadi rekomendasi untuk penelitian selanjutnya: 1. Penelitian selanjutnya dapat lebih bisa mendapatkan sampel yang lebih besar dari perguruan tinggi lain. Lebih jauh penelitian ini hanya terbatas pada konteks perguruan tinggi, maka validasi model kesinambungan penggunaan IM untuk knowledge sharing dalam konteks yang lebih luas perlu juga untuk
71
mendapatkan sampel tidak hanya dari perguruan tinggi tapi dari institusi lain yang telah menerapkan knowledge management system khususnya yang menerapkan aplikasi pesan instan untuk proses knowledge sharing. 2. Penelitian selanjutnya mungkin akan lebih bisa menjelaskan model kesinambungan penggunaan IM untuk knowledge sharing sampai pada level penggunaan aktual. Dengan demikian penelitian selanjutnya dapat mendesain metoda pengukuran penggunaan aktual yang tepat.
72
DAFTAR PUSTAKA
Alavi, M. & D. E. Leidner (2001). "Review: knowledge Management and Knowledge Management Systems: Conceptual Foundations and Research Issues." MIS Quarterly, Vol. 25, (No 1), pp. 107-136. Bhattacherjee, A. (2001). "Understanding Information Systems Continuance: An Expectation-Confirmation Model." MIS Quarterly Vol. 25, (No. 3), pp. 351-370. Branzburg, J. (2002). "Using Instant Messaging Service." Technology and Learning, Vol.23, (No.4), pp.48. Castro, J. D. (2005). "Breaking The Language Barrier." UCL. Chin, W. W. (2000). "Partial Least Squares For Researchers: An overview and presentation of recent advances using the PLS approach." http://discnt.cba.uh.edu/chin/indx.html. Christensen, P. H. (2005 ). "Facilitating Knowledge Sharing: A Conceptual Framework " SMG Working Paper, (No. 4). Churchill, G. A. & C. Surprenant (1982). "An investigation into the determinants of customer satisfaction." Journal of Marketing Research, Vol.19, (No.4), pp.491-504. Davis, F. D. (1989). "Perceived usefulness, perceived ease of use, and user acceptance of information technology." MIS Quarterly, Vol. 13, (No. 3), pp. 319-339. Davis, F. D., et al. (1989). "User acceptance of computer technology: A comparison of two theoretical models." Management Science, 35, (8), 982-1003. Davis, F. D., et al. (1992). "Extrinsic and Intrinsic Motivation to Use Computers in the Workplace." Journal of Applied Social Psychology, Vol. 22, (No. 14), pp. 1111-1132. Desai, C. M. (2003). "Instant Messaging Reference: How does it compare?" The Electronic Library, Vol.1, (No.1), pp.21-30.
73
Fong, P. S. W. & L. Chu (2006). "Exploratory Study of Knowledge Sharing in Contracting Companies: A Sociotechnical Perspective." Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 132, (No. 9). Gefen, D. & D. W. Straub (1997). "Gender differences in the perception and use of e-mail: an extension to the technology acceptance model." MIS Quarterly, Vol.21, (No.4), 389-400. Ghozali, I. (2006). Structural Equation Model: Metoda Alternatif dengan Partial Least Square (PLS). Semarang, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hartono, J. (2007). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan PengalamanPengalaman. Yogyakarta, BPFE. Heijden, H. V. D. (2004). "User Acceptance Of Hedonic Information Systems." MIS Quarterly, Vol. 28 (No. 4), pp. 695-704. Hong, S. J., et al. (2006). "Understanding continued information technology usage behavior: A comparison of three models in the context of mobile internet." Decision Support Systems (No. 42), pp. 1819 - 1834. Huang, J. H., et al. (2007). "Elucidating user behavior of mobile learning: A perspective of the extended technology acceptance model." The Electronic Library, Vol. 25, (No. 5), pp. 585-598. http://www2.chass.ncsu.edu/garson/pa765/structur.htm Structural Equation Modeling."
(2006).
"PA
765:
Jasperson, J. S., et al. (2005). "A Comprehensive Conceptualization of PostAdoptive Behaviors Associated with Information Technology Enabled Work Systems." MIS Quarterly, Vol. 29, (No. 3), pp. 525-557. Joseph F. Hair, J., et al. (1995). Multivariate Data Analysis With Readings. New Jersey, Prentice Hall Internatioanl Editions. Joshi, K. & A. Rai (2000). "Impact of the quality of information products on information system users’ job satisfaction: an empirical investigation." Information Systems Journal, 10, 323-345. Kallinen, K. & N. Ravaja (2007). "Comparing Speakers Versus Headphones in Listening to News from a Computer – Individual Differences and Psychophysiological Responses." Computers in Human Behavior, (No. 23), pp. 303-317.
74
Karhendana, A. (2006). "Keamanan pada Layanan Instant Messaging: Studi Kasus Yahoo Messenger, Windows Live Messenger, dan Google Talk." Ilmu Komputer.com. Kim, H.-W., et al. (2007). "A balanced thinking–feelings model of information systems continuance." International Journal Human Computer Studies () (No.65), pp.511-525. King, V., et al. (2006 ). "IM: Instant Messaging - An information resource for Oregon libraries ", (August 11). Lancaster, S., et al. (2007). "The selection of instant messaging or e-mail: College students’ perspective for computer communication." Information Management & Computer Security, Vol. 15, (No. 1), pp. 5-22. Landry, B. J. L., et al. (2006). "Measuring Student Perceptions of Blackboard Using the Technology Acceptance Model." Decision Sciences Journal of Innovative Education, Vol. 4, (No. 1). Law, C. C. H. & E. W. T. Ngai (2007). "An Empirical Study of the Effects of Knowledge Sharing and Learning Behaviors on Firm Performance." Expert Systems with Applications. Limayem, M., et al. (2007). "How Habit Limits The Predictive Power Of Intention: The Case Of Information Systems Continuance." MIS Quarterly, Vol. 31, (No. 4), pp. 705-737. Lisi, R. D. (2002). "From Marbles to Instant Messenger: Implications of Piaget’s Ideas About Peer Learning." Theory Into Practice, Vol. 41, (No. 1). Mathieson, K. (1991). "Predicting User Intentions: Comparing the Technology Acceptance Model with the Theory of Planned Behavior." Information Systems Research Vol.53, (No.2), pp.375-403. Nardi, B. A., et al. (2000). "Interaction and Outeraction: Instant Messaging in Action." CSCW. Sekaran, U. (2000). Research Methods for Business: A Skill - Building Approach. New york, John Weley & Sons, Inc. Setiarso, B. (2006 ). "Berbagi Pengetahuan: Siapa yang Mengelola Pengetahuan ? ." IlmuKomputer.Com SmartPLS-Forum "http://www.smartpls.de/forum." Subagyo, H. (2007). "Pengantar Knowledge Sharing untuk Community Development." Modul Pelatihan Knowledge Management, disampaikan 75
pada Knowledge Management Training oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) : Makasar 8-9 Mei 2007. Tenenhaus, M., et al. (2005). "PLS Path Modeling." Computational Statistics & Data Analysis, 48, 159 - 205. Thong, J. Y. L., et al. (2006). "The effects of post-adoption beliefs on the expectation-confirmation model for information technology continuance." International Journal Human Computer Studies, (No. 64), pp. 799-810. To, P. L., et al. (2008). "An empirical investigation of the factors affecting the adoption of Instant Messaging in organizations." Computer Standards and Interfaces, Vol.30, pp.148 - 156. Venkatesh, V. (2000). "Determinants of Perceived Ease of Use: Integrating Control, Intrinsic Motivation, and Emotion into the Technology Acceptance Model." Information Systems Research, Vol.11, (No.4), pp.342-365. Wikipedia. "Instant Messaging." http://en.wikipedia.org/wiki/Instant_messaging. Retrieved: 28/11/2007. Yang, J. t. (2008). "Individual attitudes and organisational knowledge sharing." Tourism Management (No. 29), pp. 345-353.
76
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN BERBAGI PENGETAHUAN DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI PESAN INSTAN
Ibu/Bapak/Saudari/saudara yang terhormat, Nama saya Yohanes Andry Putranto. Saya adalah mahasiswa Magister Sains Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada yang sedang melakukan penelitian tentang “Berbagi Pengetahuan dengan Menggunakan Aplikasi Pesan Instan” dibawah bimbingan Dr. Sony Warsono, MAFIS. Saya mengundang anda untuk berpartisipasi dalam survei ini. Saya menyadari bahwa waktu anda adalah sangat berharga, tapi waktu yang anda luangkan untuk menjawab kuesioner ini akan sangat membantu bagi kesempurnaan hasil penelitian ini. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ini bisa dijawab dengan cepat dan mudah. Waktu yang diperlukan untuk mengisi kuesioner ini adalah berkisar 5 menit. Jawaban anda akan sepenuhnya dirahasiakan. Saya tidak akan menyebarkan jawaban anda kepada pihak manapun. Saya sangat menghargai dan untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan anda untuk membantu saya dalam penelitian ini. Dengan hormat,
Yohanes Andry Putranto NIM: 23930/IV-3/2466/06
Catatan: Jika anda menginginkan hasil penelitian ini, mohon agar mengisi formulir yang sudah disediakan di bagian akhir dari kuesioner.
77
KUESIONER PENELITIAN BERBAGI PENGETAHUAN DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI PESAN INSTAN PENGANTAR Agar Ibu/Bapak/Saudari/a dapat memahami dan mengisi pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan baik, saya akan menjelaskan beberapa pengertian istilah yang saya gunakan dalam kuesioner ini. Aplikasi Pesan Instan (Instant Messaging). Aplikasi Pesan Instan adalah salah suatu perangkat aplikasi komunikasi berbasis komputer yang memungkinkan pengguna untuk tukar menukar pesan secara instan. Aplikasi Pesan Instan yang terkenal adalah MSN Messenger oleh Microsoft, Yahoo Messenger oleh Yahoo, AOL Instant Messenger dan ICQ Chat oleh AOL. Berbagi Pengetahuan (Knowledge Sharing). Berbagi Pengetahuan didefinisikan sebagai proses berbagi dan menerima ilmu pengetahuan, pemikiran, ide, dan pengalaman antar individu sehubungan dengan perkuliahan. Contohnya berdiskusi tentang suatu topik mata kuliah. PETUNJUK PENGISIAN Ibu/Bapak/Saudari/saudara diharapkan mengisi semua pertanyaan, kecuali pertanyaan yang diperbolehkan untuk dikosongkan. Penjelasan singkatan: STS (sangat tidak setuju), TS (tidak setuju), N (netral), S (setuju), dan SS (sangat setuju). Untuk pertanyaan yang membutuhkan pilihan jawaban, silahkan menggunakan tanda centang (√) atau silang (X) untuk memilih jawaban anda. PERTANYAAN SURVEI A. Data Responden Nama: __________________________________ (boleh dikosongkan) Umur: _______ tahun Jenis kelamin:
Perempuan
Laki-laki
Program studi:
S1
S2
B. Penggunaan Aplikasi Pesan Instan Apakah anda pengguna aplikasi pesan instan?
Ya
Tidak
Sudah berapa lama anda menggunakan aplikasi pesan instan? _________ tahun ________ bulan Aplikasi pesan instan yang digunakan: (diperbolehkan lebih dari satu jawaban) MSN Messenger Yahoo Messenger AOL Instant Messenger ICQ Chat Lainnya _________________________
78
Waktu rata-rata setiap kali menggunakan aplikasi pesan instan: Kurang dari 15 menit 15-30 menit 30-60 menit Lebih dari 60 menit
C.
Frekuensi penggunaan aplikasi pesan instan: 1 atau 2 kali dalam sebulan 1 atau 2 kali dalam ½ bulan 1 atau 2 kali dalam seminggu 1 kali dalam satu hari Beberapa kali dalam sehari Penggunaan Aplikasi Pesan Instan untuk Berbagi Pengetahuan Apakah anda pernah menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan? Ya Tidak Kapan anda pertama kali menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan? _______ tahun _______ bulan yang lalu. Anda menggunakan aplikasi pesan instan pertama kali untuk berbagi pengetahuan dikarenakan: Insiatif sendiri Penugasan dosen Teman Lainnya ____________________ Apakah anda masih tetap menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan sampai dengan sekarang? Ya Tidak Bila anda masih tetap menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan sampai dengan sekarang silahkan anda menjawab dua pertanyaan dibawah ini. Waktu rata-rata setiap kali menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan: Kurang dari 15 menit 15-30 menit 30-60 menit Lebih dari 60 menit Frekuensi penggunaan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan? 1 atau 2 kali dalam sebulan 1 atau 2 kali dalam ½ bulan 1 atau 2 kali dalam seminggu 1 kali dalam satu hari Beberapa kali dalam sehari
79
D. Pertanyaan Persepsian Pertanyaan 1.
Pengalaman menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan ternyata lebih baik dari yang saya perkirakan.
2.
Dukungan fasilitas yang tersedia dalam aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan lebih baik dari yang saya perkirakan.
3.
Secara keseluruhan, sebagian besar ekspektasi saya terhadap penggunaan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan telah terpenuhi.
4.
Berbagi pengetahuan dengan menggunakan aplikasi pesan instan menghemat banyak waktu.
5.
Berbagi pengetahuan dengan menggunakan aplikasi pesan instan dapat meningkatkan keefektifan proses pembelajaran.
6.
Aplikasi pesan instan membuat komunikasi dalam berbagi pengetahuan menjadi lebih sulit.
7.
Secara keseluruhan, aplikasi pesan instan berguna untuk berbagi pengetahuan.
8.
Mempelajari cara menggunakan aplikasi pesan instan adalah mudah.
9.
Menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan adalah mudah.
STS
TS
N
S
10. Sangat mudah bagi saya untuk menjadi mahir menggunakan aplikasi pesan instan untuk melakukan berbagi pengetahuan. 11. Menggunakan aplikasi pesan instan untuk melakukan berbagi pengetahuan merupakan hal yang menyenangkan. 12. Menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan merupakan hal yang menarik. 13. Saya sangat menikmati menggunakan aplikasi pesan instan untuk melakukan berbagi pengetahuan. 14. Saya berencana untuk terus menggunakan aplikasi pesan instan dalam melakukan berbagi pengetahuan. 15. Saya berniat tetap terus menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan dari pada alternatif lain (berbagi pengetahuan secara tradisional). 16. Saya akan menghentikan penggunaan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan.
80
SS
17. Saya merasa puas dengan pengalaman menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. 18. Saya merasa bahwa pengalaman menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan adalah menyenangkan. 19. Saya merasa frustasi ketika menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan. 20. Saya menyukai pengalaman menggunakan aplikasi pesan instan untuk berbagi pengetahuan.
Terima kasih atas partisipasi anda dalam mengisi kuesioner ini Permintaan Hasil Penelitian Bila anda berminat untuk mengetahui hasil penelitian ini, saya akan mengirimkan softcopy-nya ke alamat e-mail anda. Alamat e-mail anda ___________________________ Selain itu anda dapat menghubungi melalui e-mail ke
[email protected] atau melalui nomor telepon 0274-3202475 atau 0711-369728.
81