Kesiapan Guru Sekolah Dasar dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik-Integratif pada Kurikulum 2013 di Kota Yogyakarta Vera Yuli Erviana Elementary Teacher Education Departement, Ahmad Dahlan University
[email protected]
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kesiapan pelaksanaan pembelajaran tematik-integratif berdasarkan aspek Emotive-Attitudeinal Readiness, Cognitive Readiness, dan Behavioral Readinessbagi bagi guru SD di Kota Yogyakarta terhadap penerapan Kurikulum 2013. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian survei. Populasi penelitian adalah guru kelas I dan IV yang terdapat di wilayah Kota Yogyakarta sebanyak 102 guru dengan sampel sebanyak 48 guru SD yang berasal dari 10 SD negeri dan 2 SD swasta yang dijadikan pilot project berdasarkan data dari Kemendikbud DIY.Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kuantitatif.Pengumpulan data dilakukan menggunakan angket kesiapan guru dan didukung dengan wawancara tertutup.Teknik analisis data dilakukan dengan teknik persentase dengan data dibuat secara kategorikal. Hasil penelitan menunjukkan bahwa persentase kesiapan guru SD di Kota Yogyakarta dalam melaksanakan pembelajaran tematik-integratif pada Kurikulum 2013 dilihat dari aspek Emotive-Ettitudinal sebesar 80,75% (sangat siap), aspek Cognitive Readiness sebesar 73,78% (siap), dan aspek Behavioral Readiness diperoleh persentase sebesar 84,55% (sangat siap). Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru sekolah dasar di Kota Yogyakarta sudah siap melaksanakan pembelajaran tematik-integratif. Kata Kunci: Kesiapan Guru, Tematik-Integratif, Kurikulum 2013
97 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran… menuju Kurikulum 2013 memunculkan
Pendahuluan Perkembangan
ilmu
pengetahuan
sebuah tantangan baru bagi guru.Konsep
dan teknologi telah membawa perubahan
Kurikulum 2013 ini menuntut guru agar
dihampir semua aspek kehidupan manusia
menerapkan pembelajaran berbasis tematik-
dimana berbagai permasalahan hanya dapat
integratif.Pembelajaran tematik bukanlah
dipecahkan dengan upaya penguasaan dan
hal yang baru bagi para guru SD di negara
peningkatan
kita
ilmu
pengetahuan
dan
ini.Sejatinya
model
pembelajaran
teknologi.Selain manfaat bagi kehidupan
tematik telah diperkenalkan pula pada
manusia disatu sisi perubahan tersebut juga
kurikulum
telah membawa manusia ke dalam era
kurikulum KTSP. Pada kurikulum KTSP
persaingan global yang semakin ketat.Agar
pembelajaran tematik sudah diterapkan pada
mampu berperan dalam persaingan global,
kelas I, II, dan III SD. Walau sudah
maka sebagai bangsa kita perlu terus
diterapkan di kelas I, II, dan III pada saat
mengembangkan dan meningkatkan kualitas
kurikulum KTSP berjalan, pelaksanaan
sumber daya manusianya.Oleh karena itu,
pembelajaran tematik dirasa masih sangat
peningkatan kualitas sumber daya manusia
kurang efektif.
yang
sebelumnya
yaitu
merupakan kenyataan yang harus dilakukan
Perubahan kurikulum KTSP menjadi
secara terencana, terarah, intensif, efektif
Kurikulum 2013 telah disiapkan oleh
dan efisien dalam proses pembangunan,
pemerintah.Berbagai upaya telah dilakukan
kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing
oleh pemerintah sebelum kurikulum yang
dalam menjalani era globalisasi tersebut.
baru ini benar-benar diterapkan pada tahun
Irianto, Y.B. (2011: 5), menyatakan bahwa
hendaknya
baru
2013.Kegiatan
uji
publik
mampu
dilakukan untuk memperoleh masukan dari
melahirkan lapisan masyarakat terdidik dan
berbagai lapisan masyarakat.Seminar dan
menjadi kekuatan yang merekatkan unit-
pelatihan-pelatihan
unit sosial di dalam masyarakat. Upaya
persiapan menghadapi Kurikulum 2013 ini
pembaharuan dan peningkatan kualitas
juga telah dirancang sedemikian rupa.Hal-
pendidikan
hal tersebut dilakukan oleh pemerintah
pemerintah
diterapkannya Kurikulum
pendidikan
ajaran
memastikan
kurikulum 2013
yang
baru
yaitu
merupakan
bagi
guru
dalam
tentunya bertujuan agar ketika Kurikulum 2013
ini dilaksanakan tidak
memiliki
penyempurnaan dari kurikulum KTSP yang
kendala dan halangan yang berarti bagi para
telah berjalan sebelumnya.Seiring dengan
guru sebagai pelaksana di lapangan.
kepastian
pemerintah
pengembangan
terkait
kurikulum
dari
dengan KTSP
Pengalaman
dari
kebijakan-
kebijakan sebelumnya mengenai kurikulum
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 98
banyak pihak yang mengeluhkan pergantian
Menurut Bandura dkk (Maddox, N.
kurikulum. Pergantian kurikulum terjadi
dkk, 2000: 277), menjelaskan kesiapan
begitu cepat sehingga membuat para guru
terdiri
kesulitan dalam melaksanakan apa yang
attitudeinal readiness(kesiapan sikap dan
dimaksudkan dalam kurikulum tersebut
emosi);2)
cognitive
readiness(kesiapan
dalam kegiatan di lapangan. Sejatinya
kognitif),
dan
3)behavioral
perubahan
sudah
readiness(kesiapan perilaku).Tiga macam
ditentukan dan disesuaikan dengan tuntutan
kesiapan tersebut menjadi kajian untuk
dan kebutuhan yang ada, namun sosialisasi
melaksanakan
yang kurang dan persiapan yang kurang
gurumasih sangat kurang dalam memenuhi
matang biasanya menjadi penghambat dan
setiap kompetensi dalam rangka mencapai
tantangan
tujuan pembelajaran tematik-integratif.
kurikulum
dalam
memang
pelaksanaannya
di
dari
lapangan.Tidak sedikit pihak-pihak yang
Maka
tiga
bagian:1)
penelitian
dari
itu
ini.
emotive
Kesiapan
sosialisasi
dan
menyuarakan bahwa setiap ganti menteri
pelatihan Kurikulum 2013 terhadap guru-
kurikulum ikut berganti.
guru sebagai pelaksana di lapangan menjadi
Sebelum dipastikan berbagai
Kurikulum
diterapkan isu
2013
sudah
baik
yang
kontra.Argumen-argumen
ini
muncul pro
yang
dan
bersifat
sebuah
hal
yang
penting
dan
wajib
hukumnya. Mengingat, guru sebagai motor utama
penentu
keberhasilan penerapan
Kurikulum 2013 ini di lapangan. Kesiapan
kontra muncul bukan karena tidak punya
dan
alasan. Persiapan Kurikulum 2013 yang
Kurikulum 2013 harus dimiliki oleh semua
dinilai terlalu mepet
guru.
dan tergesa-gesa
pemahaman
Pemahaman
terhadap
ruh
guru
terhadap
ruh
inilah
yang
akan
menjadi sebuah hal yang sering menjadikan
Kurikulum
keraguan akan keberhasilan pelaksanaan
menjadikan guru bisa melakukan tindakan
Kurikulum
yang sesuai dengan maksud dan tujuan yang
2013
ini.
Seperti
yang
dinyatakan oleh ketua Persatuan Guru
ada
Republik Indonesia (PGRI)Daerah Istimewa
demikian kesiapan dan pemahaman guru
Yogyakarta
terhadap Kurikulum 2013 ini menjadi hal
(DIY)Zainal
Fanani,
dalam
2013
guru
Kurikulum
yang
terlalu
keberhasilan dan pencapaian tujuan dari
Kurikulum
2013
''Pelaksanaan
tergesa-gesa
dan
menentukan
Dengan
menganggap pelaksanaan Kurikulum 2013 tergesa-gesa.
sangat
2013.
dalam
Kurikulum 2013.
dipaksakan pada tahun ajaran baru 2013 ini
Berdasarkan latar belakang masalah
nanti hasilnya tidak sesuai dengan yang
yang diuraikan di atas, identifikasi masalah
diharapkan dan hanya kulitnya saja”.
yang diambil yaitu (a) pengembangan
99 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran…
kurikulum dari KTSP menuju Kurikulum
Behavioral Readinessbagi guru SD di Kota
2013 memunculkan tantangan baru bagi
Yogyakarta terhadap penerapan Kurikulum
guru; (b) pelaksanaan pembelajaran tematik
2013.
masih kurang efektif; (c) sosialisasi dan
Kesiapan berasal dari kata “siap”
persiapan Kurikulum 2013 yang kurang
mendapat awalan ke- dan akhiran -an.
matang membuat guru kesulitan dalam
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
melaksanakan program pemerintah, dan (4)
(2003), menjelaskan kesiapan adalah suatu
guru belum siap dalam melaksanakan
keadaan bersiap-siap untuk mempersiapkan
pembelajaran tematik-integratif berdasarkan
sesuatu. Thorndike (Bower, 2000: 27),
aspek
Readiness,
menyatakan
Behavioral
kesiapan (law of readiness) sebagai berikut.
Emotive-Attitudeinal
Cognitive Readiness dan Readiness. Berdasarkan
identifikasi
masalah
maka peneliti membatasi penelitian ini tentang kesiapan guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik-integratif berdasarkan aspek
Emotive-Attitudeinal
Cognitive
Readiness
Readiness,
danBehavioral
Readinessdi Kota Yogyakarta terhadap penerapan Kurikulum 2013.
yang
hukum
Thordike recognized several forms of readines; if a strong desire for an action sequence is aroused, then the smooth carrying out of that sequence is satisfying; if that action sequence is thwarted or blocked from completion, then such blocking is annoying; if an action is fatigued (tired out) or satiated, then forcing a further repetition of act is annoying.
diambil
ada beberapa kondisi yang akan muncul
yaitu
pada hukum kesiapan ini, diantaranya: (a)
tentang kesiapan pelaksanaan pembelajaran
jika individu siap untuk bertindak dan mau
tematik-integratif
aspek
melakukannya, maka ia akan merasa puas,
Emotive-Attitudeinal Readiness, Cognitive
(b) jika individu siap untuk bertindak, tetapi
Readiness
Readinessbagi
ia tidak mau melakukannya, maka timbulah
guru SD di Kota Yogyakarta terhadap
rasa ketidakpuasan, (c) jika belum ada
penerapan Kurikulum 2013. Berdasarkan
kecenderungan bertindak, namun ia dipaksa
rumusan masalah tersebut, maka tujuan
melakukannya, maka melakukannya akan
yang ingin dicapai pada penelitian ini
menjengkelkan,
adalah
kesiapan
organisme didukung oleh kesiapan yang
pelaksanaan pembelajaran tematik-integratif
kuat untuk memperoleh stimulus maka
berdasarkan
pelaksanaan
Readiness,
masalah
dalam
Artinya bahwa menurut Thorndike
Berdasarkan batasan masalah maka rumusan
kesiapan
berdasarkan
danBehavioral
mendeskripsikan
aspek Cognitive
Emotive-Attitudeinal Readiness,
dan
dan
tingkah
(d)
jika
laku
suatu
akan
menimbulkan kepuasan individu sehingga
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 100
asosiasi cenderung diperkuat. Kesiapan
tugasnya.Selain ketiga aspek kesiapan yang
akan dapat kita capai apabila ada harapan,
telah diuraikan di atas.
dan usaha dalam bentuk perbuatan yang
Disini juga perlu diperhatikan aspek
berulang-ulang hingga mencapai tujuan
kesiapan dari segi administratif.Menurut
yang diinginkan yaitu berupa kesuksesan.
Satori (Danim, 2011: 14), menjelaskan
Menurut Bandura dkk (Maddox, N.
bahwa administrasi merupakan keseluruhan
dkk, 2000: 277), menjelaskan kesiapan
kerjasama dengan memanfaatkan semua
terdiri dari tiga
sumber personil dan materil yang tersedia
bagian:
(a)
Emotive
Attitudeinal Readiness atau kesiapan sikap
dan
dan emosi terdiri dari:
kesiapan
pendidikan yang telah ditetapkan secara
emosional diasumsikan sebagai tanggung
efektif dan efisien. Dalam hal ini kesiapan
jawab untuk melakukan suatu tugas; (2)
administrasi dapat dijelaskan sebagai aspek
antusiasme
(3)
yang mendukung pelaksanaan pembelajaran
kemauan beradaptasi dengan tugas sewaktu-
tematik-integratif dalam Kurikulum 2013.
waktu, (4) kenyamanan dan kemandirian
Sesuai
dalam
(5)
Pendidikan Republik Indonesia Nomor 41
mengapresiasi nilai intrinsik dalam suatu
Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk
tugas,
atau
satuan pendidikan dasar dan menengah
kesiapan kognitif terdiri dari: (1) memiliki
menyatakan bahwa standar proses untuk
ketrampilan kognitif dan berpikir kritis yang
satuan pendidikan dasar dan me¬nengah
penting untuk melakukan tugasnya, (2)
mencakup
sadar akan kekuatan dan kekurangan, (3)
pembelajaran,
pelaksanaan
proses
sudah membuat hubungan antara tugas yang
pembelajaran,
penilaian
hasil
dilakukan dengan kenyataan di lapangan,
pem¬belajaran, dan pengawasan proses
(4) sadar akan nilai diri dan kemauan untuk
pembelajaran. Maka dari itu kesiapan
menjalankan
mampu
administrasi yang dimaksud di sini adalah
mengintegrasikan konsep-konsep dan alat-
kesiapan dukungan material yang dapat
alat dari berbagai disiplin keilmuan, (c)
membantu
Behavioral perilaku
terhadap
suatu
menjalankan
(b)
menjalankan
dan
dari:
fungsi
dan
Readiness
Readiness terdiri
tugas,
tugas,
Cognitive
tugas,
(1)
(5)
sesuai
untuk
dengan
mencapai
Peraturan
tujuan
Menteri
perencanaan
mempermudah
proses
pelaksanaan
atau
kesiapan
pembelajaran
(1)
bersedia
Kurikulum 2013 seperti: buku teks, panduan
kemitraan
dengan
kurikulum,
rekan-rekan mereka dalam bekerja dan
sebagainya.
tematik-integratif
panduan
asesmen,
pada
dan
fasilitator, dan (2) mahir mengatur waktu
Kesiapan guru sangat pentingkarena
untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan
dalam tujuan Kurikulum 2013, diantaranya
101 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran…
mendorong peserta didik mampu lebih
Pembelajaran
tematik-integratif
baikdalam melakukan observasi, bertanya,
memberikan kesempatan kepada peserta
bernalar,
didik untuk menghubungkan pengalaman
dan
mengkomunikasika-
mempresentasikan, apa peroleh
setelah
yang menerima
mereka
dan pengetahuan sehingga peserta didik
materi
lebih mudah menyelesaikan masalah dan
pembelajaran.
memenuhi
Kemdikbud (2013: 9) menjelaskan
kebutuhan
Pembelajaran
pendekatan
merupakan
yang
akan
pengetahuan (Huber & Hutchings, 2008: 1).
pembelajaran tematik-integratif merupakan pembelajaran
mereka
tematik-integratif terapan
dari
di
SD
pembelajaran
mengintegrasikan berbagaikompetensi dari
terpadu yaitu mengintegrasikan beberapa
berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai
aspek baik dalam mata pelajaran maupun
tema.Pengintegrasian
antar mata pelajaran dalam sebuah tema.
dalam
dua
hal,
tersebut
dilakukan
yaituintegrasi
sikap,
Tema
pengetahuan
dalam
pembelajaran tematik-integratif adalah yang
proses pembelajaran dan integrasi berbagai
berkaitan dengan diri dan lingkungan
konsep dasar yang berkaitan.Tema ini
peserta didik sehingga pembelajaran akan
menjadi
yang
lebih
mata
sekolah yang relevan dengan kehidupan
pelajaran.Pembelajaran tematik dimaknai
peserta didik akan membantu peserta didik
sebagai pembelajaran yang dirancang dan
memecahkan masalah yang dihadapi dalam
dikemas berdasarkan tema-tema tertentu
kehidupan sehari-hari dan dapat memberi
dan
pembelajaran
keterampilan,
dan
alat
beragam
dalam
pemersatu dari
materi
berbagai
pembahasannya
tema-tema
ditinjau dari berbagai mata pelajaran.
tematik-integratif
bahwa
pembelajaran
merupakan
dikembangkan
konkret.
Pengalaman
bagaimana
dalam
belajar
di
bersosialisasi
dengan masyarakat.
Selanjutnya, Trianto (2012: 43) juga mengemukakan
yang
tipe
Keterampilan-keterampilan menurut
Fogarty (1991:
keterampilan
berpikir sosial
77)
belajar meliputi
(tinking
(social
skill),
pembelajaran tematik yang menggunakan
ketemapilan
pendekatan antarbidang studi. Model ini
keterampilan
dilakukan dengan cara menggabungkan
skill).Fogarty (1991: xv) menyebutkan ada
bidang studi dengan menetapkan prioritas
10
kurikuler dan menemukan keterampilan,
terintegrasi antara lain: 1) fragmented; 2)
konsep, dan sikap yang saling tumpang
connected; 3) nested; 4) sequenced; 5)
tindih di dalam beberapa bidang studi.
shared;
mengorganisir
skill)
(organizing
model pembelajaran terpadu
6)
integrated;
webbed; 9)
7)
dan
yang
threaded;
immersed;
dan
8) 10)
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 102
networked. Selanjutnya, Fogarty (1991: 76)
pembelajaran sudah terkonsep dengan baik
menambahkan:
dan bisa berjalan dengan lancar.Adapun
The integrated curricular model represents a cross displinary approach similar to the shared model. The integrated model blends the four major disciplines by setting curricular priorities in each and finding the overlapping skills, concepts, and attitude in all four.
tahapan-tahapan tersebut menurut Trianto (2010: 64-67) adalah sebagai berikut:a) Tahap Perencanaan,merupakan awal dari proses
merancang
sebuah
model
pembelajaran tematik. Pada tahap awal ini mulai terbentuk konsep bagaimana dan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran
Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. Pada model ini tema yang
berkaitan
dan
tumpang
tindih
merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan
dipilih
oleh
guru
dalam
tahap
perencanaan program.Pertama kali guru harus
menyeleksi
konsep-konsep,
keterampilan dan sikap yang diajarkan dari beberapa bidang studi, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai bidang studi.
akan
dilaksanakan.
Pada
tahap
perencanaan ini meliputi beberapa bagian yaitu 1) Pemilihan Tema, pada dasarnya pemilihan tema merupakan fokus utama dalam pembelajaran tematik. Dimana dari tema tersebut akan mengakomodir materimateri dari berbagai mata pelajaran yang bisa disampaikan dalam satu tema. Adapun beberapa
persyaratan
yang
perlu
diperhatikan dalam pemilihan tema pada model pembelajaran tematik (Trianto, 2011: 155) sebagai berikut: (a) tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran; (b) tema harus bermakna; (c) tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembanganpsikologi peserta didik; (d) tema
dikembangkan
harus
mewadahi
sebagian besar minat peserta didik; (e) tema Guru dalam penerapan pembelajaran
tematik-integratif langkah-langkah dalam
yang
perlu yang
merancang
memperhatikan harus
model
dilakukan pembelajran
tematik-integratif. Tujuan dari mengikuti langkah-langkah
tersebut
adalah
agar
yang dipilih hendaknya memperhatikan peristiwa-peristiwa autentik yang terjadi didalam rentang waktu belajar; (f) tema yang dipilih hendaknya memperhatikan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi); dan (g) tema
103 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran…
yang
dipilih
hendaknya
penulisan
mempertimbangkan ketersediaan sumber
behavior,
belajar.
MenentukanLangkah-langkah
2)
juga
Menentukan
Pelajaran.
Karakteristik
Jenis
Mata
matapelajaran
yang
meliputi:
condition
dan
Pembelajaran.
audience, degree.
6)
Langkah-langkah
menjadi hal yang juga penting untuk
pembelajaran diperlukan oleh guru untuk
diperhatikan.Standar
yang
mengintegrasikan dan mengorganisasikan
dikembangkan juga harus sesuai dengan
pembelajaran agar dapat berjalan secara
tema yang telah dipilih.Menurut Fogarty
terstruktur.b) Tahap Pelaksanaan, prinsip
(199: 28) menyatakan bahwa untuk jenis
utama dalam pelaksanaan pembelajaran
pembelajaran sosial dan bahasa dapat
terpadu, meliputi: 1) guru hendaknya tidak
dipadukan dengan keterampilan berpikir
menjadi single actor yang mendominasi
(thinking skill) dengan keterampilan sosial
dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru
(social skill). 3) Memilih Kajian Materi,
sebagai
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan
memungkinkan
Indikator.Pada langkah ini guru diharapkan
pembelajar mandiri; 2) pemberian tanggung
mampu menentukan dengan baik sub-sub
jawab individu dan kelompok harus jelas
keterampilan
masing-masing
dalam setiap tugas yang menuntut adanya
keterampilan yang dapat diintegerasikan
kerja sama kelompok, dan 3) guru perlu
dalam
4)
akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang
yang
sama sekali tidak terpikirkan dalam proses
dalam
perencanaan.c) Tahap Evaluasi, tahap ini
satu
Menentukan
kompetensi
dari
tema
pembelajaran.
Sub-Keterampilan
Dipadukan.
Perlu
memadukan
diperhatikan
keterampilan-keterampilan
fasilitator
harus
dalam
peserta
memperhatikan
didik
prinsip
evaluasi
pembelajaran
Secara umum keterampilan yang harus
memberikan kesempatan kepada peserta
dikuasai meliputi keterampilan berpikir
didik untuk melakukan evaluasi diri di
(thinking skill),keterampilan sosial (social
samping bentuk evaluasi lainnya, dan 2)
skill), dan keterampilan mengorganisasikan
guru perlu mengajak para peserta didik
(organizer skill).5) Merumuskan Indikator
untuk mengevaluasi perolehan belajar yang
Hasil belajar. Berdasarkan kompetensi dasar
telah
dan sub-keterampilan yang dikembangkan
keberhasilan pencapaian tujuan yang akan
maka
dicapai.
juga
keberhasilan
dipilih
pencapaian
indikator dalam
dicapai
Berdasarkan
antara
menjadi
yang akan diintegrasikan dalam satu tema.
harus
terpadu
pembelajaran
berdasarkan
teori
lain:
1)
kriteria
yang
pembelajaran. Dimana dalam merumuskan
dikemukakan sebelumnya, kesiapan dalam
indikator
penelitian ini terdiri dari tiga aspek antara
harus
berdasarkan
kaidah
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 104
lain:
(a)
aspek
Emotive-Attitudeinal
Berdasarkan uraian di atas, maka
Readinesatau kesiapan sikap dan emosi
pertanyaan
penelitiannya
yang dimaksudkan dalam penelitian ini
bagaimana
kesiapan
adalah guru bertanggung jawab dalam
pembelajaran tematik-integratif berdasarkan
proses pembelajaran; guru berkeinginan
aspek Emotive-Attitudeinal Readiness bagi
kuat dalam melaksanakan pembelajaran;
guru SD di Kota Yogyakarta terhadap
guru mampu beradaptasi dengan rekan,
penerapan Kurikulum 2013?; (b) bagaimana
tugas, lingkungannya; guru mandiri dalam
kesiapan
menjalankan
tematik-integratif
tugas,
dan
mengapresiasi
adalah
(a)
pelaksanaan
pelaksanaan
pembelajaran
berdasarkan
aspek
terhadap penerapan pembelajaran melalui
Cognitive Readiness bagi guru SD di Kota
penerapan berbagai sumber belajar dan
Yogyakarta terhadap penerapan Kurikulum
metode yang sesuai dengan Kurikulum
2013,
2013, (b) aspek Cognitive Readiness atau
pelaksanaan pembelajaran tematik-integratif
kesiapan kognitif yang dimaksudkan dalam
berdasarkan
penelitian ini adalah guru berpikir kritis
Readinessbagi guru SD di Kota Yogyakarta
yang ditunjukkan mampu membuat peserta
terhadap penerapan Kurikulum 2013?
dan
(c)
bagaimana
aspek
kesiapan
Behavioral
didik aktif, kreatif dalam mengembangkan ide, sesuai dengan tingkat kecerdasan dan
Metode Penelitian
penalaran peserta didik; guru sadar akan
Penelitian
ini
termasuk
jenis
kelebihan dan kekurangan Kurikulum 2013;
penelitian survei yang bertujuan untuk
guru menilai bahwa pembelajaran relevan
mengetahui kesiapan guru sekolah dasar
dengan kondisi di lapangan; guru memiliki
dalam pelaksanaan pembelajaran tematik-
kemauan
yang
melalui
integratif pada Kurikulum 2013.Informasi
kesadaran
diri
ketidakpahaman
yang terkumpul dapat dijadikan sebagai
Kurikulum
2013;
ditunjukkan akan dan
guru
mampu
dasar
atau
landasan
untuk
membuat
menggabungkan konsep-konsep dan alat-
rekomendasi dalam mendukung kebijakan
alat dari berbagai mata pelajaran, dan (c)
atau
Aspek Behavioral Readiness atau kesiapan
pembelajaran tematik-integratif.
perilaku
pelaksanaan
Penelitian survei ini mengacu pada
bersedia
langkah-langkah penelitian survei yang
menjalankan fungsi kemitraan dengan rekan
dikemukakan Rea dan Parker(Sukmadinata,
kerja, dan guru mampu mengatur waktu
N.S.
dalam mencapai tujuan yang sesuai dengan
identification of the focus of the study and
tugas.
method of research; (2) the research
ini
dimaksudkan
tentang
dalam
penelitian
yang
keputusan
adalah
guru
2010:
90)
sebagai
berikut:
(1)
105 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran…
schedule and budget;(3) establishment of
sembilan implementation of the surveypada
an information based; (4) the sampling
tahap ini peneliti melaksanakan penelitian
frame; (5) determination of sample size
survei, tahap kesepuluh codification of the
and sampel selection; (6) design of the
completed questionnaires and computerized
survey instrument; (7) pretest of survey
data entry pada tahap ini peneliti melakukan
instrument; (8) selection and training
penandaan dan melengkapi angket serta
intervie;
memasukkan
(9)
implementation
of
the
data
pada
komputer,dan
survey,; (10) codification of the completed
terakhir adalah data analiysis and final
questionnaires and computerized data
report pada tahap terakhir ini peneliti
entry, and (11) data analiysis and final
menganilisis dan melaporkan.
report.
Penelitian ini akan dilaksanakan di Rencana
penelitian
mulai
dari
SD
wilayah
Kota
Yogyakarta.Pada
identification of the focus of the study and
penelitian ini, yang menjadi populasi adalah
method of research pada tahap ini peneliti
guru
mengidentifikasi fokus dan metode yang
sampling yang digunakan dalam penelitian
akan digunakan dalam penelitian, pada
ini
tahap kedua the research schedule and
sampling dimana subjek ditentukan oleh
budget yaitu membuat jadwal penelitan dan
peneliti. Penentuan sampel yang dijadikan
anggaran
responden
penelitian,
pada
tahap
tiga
SD
di
Kota
adalah
Yogyakarta.Teknik
menggunakan
dalam
penelitian
ini
Krejcie
and
establishment of an information basedpada
menggunakan
tahap ini peneliti membangun informasi
Morgan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dasar, tahap empat the sampling framepada
pada Tabel 1 di bawah ini.
tahap ini peneliti menentukan sampel, tahap
Tabel 1.Jumlah Populasi dan Sampel SD di
lima determination of sample size and
Kota Yogyakarta
sampel selection pada tahap ini peneliti menjelaskan
ukuran
sampel
dan
tabel
purposive
Populasi Guru SD
Sampel Guru SD
102
48
cara
memilih sampel, tahap keenam design of the
Teknik pengumpulan data
survey instrumentpada tahap ini peneliti
digunakan dalam penelitian ini adalah
membuat instrumen survei, tahap ke tujuh
angket yang berupa angket tertutup dan
pretest of survey instrumentpada tahap ini
angket terbuka.Dari hasil angket yang
peneliti
terhadap
diperoleh akan dilakukan skoring dengan
instrumen, tahap kedelapan selection and
rentang 1-4.Instrumen pengumpulan data
training interviewpada tahap ini memilih
dalam penelitian ini adalah lembar angket
dan berlatih untuk mewawancarai, tahap ke
dan
melakukan uji
coba
pedoman
wawancara.Angket
digunakan untuk
yang
ini
mengumpulkan data
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 106
kesiapan
guru
pembelajaran
dalam
pelaksanaan
tematik-integratif
pada
Kurikulum 2013.
Tabel 2.Kisi-KisiAngket Terbuka Kesiapan Guru Sekolah Dasar Tabel 2.Kisi-KisiAngket Tertutup Kesiapan Guru Sekolah Dasar No
1
2
3.
Sub Varia-bel
Indikator
Emotive Attitudinal
tanggung jawab antusias kemauan beradaptasi kemandirian mengapresia si nilai instrinsik dalam suatu tugas berpikir kritis sadar akan kekurangan dan kelebihan berpikir secara kontekstual sadar akan nilai diri dan kemauan mampu mengintegra sikan berbagai disiplin keilmuan menjalankan fungsi kemitraan mahir mengatur waktu
Cognitive Readines
Behavior -al Readines
Jumlah
Butir Posi Negat tif if (-) (+) 1,2
No
Sub Varia-bel
Indikator
1
Emotive Attitudinal
tanggung jawab antusias kemauan beradaptasi kemandirian mengapresia si nilai instrinsik dalam suatu tugas berpikir kritis sadar akan kekurangan dan kelebihan berpikir secara kontekstual sadar akan nilai diri dan kemauan mampu mengintegra sikan berbagai disiplin keilmuan menjalankan fungsi kemitraan mahir mengatur waktu
3 4 5 6
2
Cognitive Readines
7 8
9
10
11
12 3.
Behavior -al Readines
13,14 Jumlah
Nom or Butir 1
Jumla h butir 1
2,3 4
2 1
5 6
1 1
7
1
8
1
9
1
10
1
11
1
12
1
13
1
13
15
Teknik 15
analisis
data
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik presentase. Purwanto
Berikut ini adalah kisi-kisi angket terbuka kesiapan
guru
pembelajaran
dalam
melaksanakan
tematik-integratif
Kurikulum 2013.
sesuai
(2008:219) menyatakan bahwa presentase nilai jawaban responden didapat melalui Rumus:
107 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran…
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil
x 100% Hasil
presentase,
dikategorikan
menjadi
kemudian
empat
kategori
presentase Emotive-Attitudinal untuk Kota Yogyakarta adalah sebesar 80,73%, yang meliputi presentase tanggung jawab sebesar
sebagai berikut. Tabel 3. Interpretasi Secara Kualitatif dari Persentase Persentase Kategori
79,43%,
presentase
antusias
sebesar
76,04%, presentase kemauan beradaptasi sebesar 81,77%, presentase kemadirian
76% < x ≤ 100%
Sangat siap
sebesar
51% < x ≤ 76%
Siap
mengapresiasi
26% < x ≤ 51%
Kurang Siap
84,38%.
0% ≤ x ≤ 26%
Tidak siap
terbuka pada aspek Emotive-Attitudinal
83,33%,
sudah Hasil Penelitian Hasil
dan
nilai
presentase
intrinsik
sebesar
Sedangkan untuk hasil angket
dikatakan
sangat
siap
hal
ini
ditunjukkan dengan guru selalu berusaha
penelitian
tentang
kesiapan
mencari
informasi
pelaksanaan
pelaksanaan pembelajaran tematik-integratif
pembelajaran
berdasarkan
melaksanakan pembelajaran yang mengacu
Readiness,
aspek
Emotive-Attitudeinal
Cognitive
Readiness,
tematik-integratif,
pada tema yang ada, menggunakan metode
danBehavioral Readiness bagi guru SD di
pembelajaran
Kota
menggunakan sumber belajar yang dekat
Yogyakarta
terhadap
penerapan
Kurikulum 2013. Berikut adalah hasil
Tanggung Jawab
dan
Berdasarkan
hasil
angket
terbuka
tentang kesiapan guru dari sisi emotive-
Tabel 2. Persentase Emotive-Attitudinal di Kota Yogyakarta Kriteria
bervariasi,
dengan siswa.
presentase kesiapan Emotive-Attitudinal di Kota Yogyakarta:
yang
Nilai Skor Jawaban
Prosentase (%)
305
79,43
Antusias Kemauan Beradaptasi
146
76,042
157
81,77
Kemandirian Mengapresias i Nilai Intrinsik
160
83,33
162
84,375
Total
930
80,73
attitudinal di Kota Yogyakarta yang terdiri
Kategor i
dari tanggung jawab, antusias, kemauan
Sangat siap Sangat siap Sangat siap Sangat siap
nilai
Sangat siap Sangat siap
informasi
mengenai
pembelajaran
dengan
beradaptasi,
kemandirian,
instrinsik
dalam
mengapresiasi suatu
tugas
menunjukan bahwa guru siap. Tanggung jawab
ditunjukan
melaksanakan
dengan
kurikulum
guru 2013
sudah dengan
beberapa kekurangan. Antusiasme guru ditunjukan dengan guru selalu mencari pelaksanaan cara
mengikuti
sosialisasi, pelatihan, diklat, dan membaca
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 108
buku
pegangan.
beradaptasi
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil
melaksanakan
presentase Cognitive Readiness untuk Kota
pembelajaran yang berpedoman pada buku
Yogyakartaadalah sebesar 73,78%, yang
yang berikan pemerintah, mencari informasi
meliputi presentase berpikir kritis sebesar
terkait dari berbagai media, menyesuaikan
77,6%, presentase sadar akan kekurangan
petunjuk buku yang yang diberikan ketika
dan kelebihan sebesar 61,72%, presentase
diklat, melaksanakan pembelajaran sesuai
berpikir secara kontekstual sebesar 75%,
dengan
presentase
ditunjukan
Kemauan
dengan
pelatihan
yang
sadar
akan
nilai
diri
dan
diterima.Kemandirian ditunjukan melalui
kemauan sebesar 92,71%, dan presentase
pelaksanaan pembelajaran secara mandiri
mampu mengintegrasikan berbagai disiplin
tanpa didampingi, melakukan diskusi, kerja
ilmu sebesar 73,96%. Sedangkan untuk
kelompok
rekan
hasil angket terbuka pada aspek Cognitive
sejawat.Mengapresiasi nilai instrinsik dalam
Readinesssudah dikatakan siap hal ini dapat
suatu tugas melalui penerapan berbagai
dilihat
sumber belajar dan metode yang sesuai
kurikulum
dengan kurikulum 2013.
meningkatkan kemampuan peserta didik
Berikut
dengan
adalah
hasil
dari
pernyataan
2013
sudah
guru,
bahwa
sesuai
untuk
presentase
tetapi masih perlu penyempurnaan,dapat
kesiapan Cognitive Readiness di Kota
menganalisis kelebihan dan kekurangan
Yogyakarta:
pembelajaran
Tabel 3. Persentase Cognitive Readiness di Kota Yogyakarta Kriteria
Berpikir Kritis Sadar akan kekurangan & kelebihan Berpikir secara kontekstual Sadar akan nilai diri dan kemauan Mampu mengintegra sikan berbagai disiplin ilmu Total
Nilai Skor Jawa ban
Prosentase (%)
149
77,604
pembelajaran dengan
Kategori
tematik-integratif
kondisi
sosial,
sesuai
budaya,
dan
lingkungan sekitar, memahami kekurangan dan
Sangat siap
tematik-integratif,
kelebihan
diri
dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013, dan memilih metode yang disesuai dengan tema.
237
61,72
Siap
144
75
Siap
178
92,71
Sangat siap
Kesiapan guru dari sisi cognitive readiness di Kota Yogyakarta yang terdiri dari berpikir kritis, sadar akan kekurangan dan kelebihan, berfikir secara kontekstual, sadar akan nilai diri dan kemauan, mampu
142
73,96
Siap
mengintegrasikan
berbagai
disiplin
keilmuan menunjukan bahwa guru siap. 850
73,78
Siap
Berpikir kritis ditunjukan melalui penilaian guru bahwa pembelajaran tematik-integratif
109 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran…
sudah tepat untuk anak sekolah dasar karena
2013,
pembelajaran tersebut membuat peserta
mengimplementasikan kurikulum 2013, dan
didik aktif, kreatif mengembangkan ide,
guru harus melakukan simulasi percobaan
sesuai dengan tingkat kecerdasan dan
terlebih dahulu sebelum mengajar. Mampu
penalaran
mengintegrasikan
peserta
didik,
dan
melalui
berusaha
menguasai
berbagai
dan
disiplin
pembelajaran dapat menerapkan nilai-nilai
keilmuan ditunjukan melalui kemampuan
atau
(mengamati,
guru dalam mengintegrasikan muatan mata
menanya, menalar, mencoba, mengolah,
pelajaran, dan menyajikan pembelajaran
menyajikan,
melalui pendekatan scientific.
sifat-sifat
ilmiah
menyimpulkan,
mengomunikasikan).
Guru
dan
sadar
akan
Berikut
adalah
hasil
presentase
kekurangan kurikulum 2013 ditunjukan
kesiapan Behavioral Readiness di Kota
dengan
Yogyakarta:
merasa
lemah
apabila
mata
pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga,
Tabel 4. Persentase Behavioral Readiness di Kota
dan Kesehatan diampu oleh guru bidang
Yogyakarta
studi, guru belum menguasai tetapi harus menyampaikan dan menerapkan kepada
Kriteria
waktu pembelajaran terbatas guru kesulitan
Menjalankan fungsi kemitraan Mahir mengatur waktu
menyelesaikan materi sesuai jadwal. Guru
Total
peserta didik, anak-anak yang kurang mampu akan tertinggal dengan teman,
Nilai Skor Jawaban
Prosent ase (%)
Kategori
328
85,42
Sangat siap
159
82,813
Sangat siap
487
84,55
Sangat siap
sadar akan kelebihan kurikulum 2013 ditunjukan dengan pendapat guru bahwa
Berdasarkan Tabel 4 diperoleh hasil
pembelajaran lebih bermakna, mengaktifkan
presentaseBehavioral Readiness untuk Kota
siswa, siswa mampu berpikir sendiri sesuai
Yogyakarta adalah sebesar 84,55%, yang
pengalaman,
dipahami
meliputi presentase menjalankan fungsi
peserta didik dan prospek jangka panjang
kemitraan sebesar 85,42%, dan presentase
karakter peserta didik lebih terbentuk.
mahir mengatur waktu sebesar 82,81%.
Berpikir
Sedangkan untuk hasil angket terbuka pada
dengan
materi
secara
mudah
kontekstual
pelaksanaan
ditunjukan
pembelajaran
aspek
Behavioral
Readinessdikatakan
disesuaikan dengan lingkungan, budaya,
sangat siap hal ini ditunjukkan dengan guru
sosial disekitar agar pembelajaran bermakna
melakukan diskusi dengan teman sejawat
dan berhasil. Sadar akan nilai diri dan
tentang kendala yang dihadapi
kemauan ditunjukan melalui kesadaran diri
melaksanakan kurikulum 2013 agar tujuan
akan ketidakpahaman terhadap kurikulum
pembelajaran dapat tercapai secara optimal
dalam
dan memanfaatkan waktu pembelajaran
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 110
sebaik
mungkin
setiap
melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Kesiapan guru dari sisi behavioral
Yogyakarta
pada
aspek
dikarenakan
adanya
antusiasme,
kemauan
tersebut
tanggungjawab, beradaptasi
dan
readinessdi Kota Yogyakarta yangterdiri
kemandirian yang tinggi pada guru-guru dan
dari kesiapan menjalankan fungsi kemitraan
sekolah dasar selain itu didukung dengan
dan
waktu.Kesiapan
adanya sarana dan prasarana yang memadai.
menjalankan kemitraan ditunjukan dengan
Persentase dari aspek Cognitive Readiness
dengan melakukan koordinasi, sharing, dan
di
diskusi mengenai kegiatan belajar mengajar,
Kemampuan dan pemahaman guru dalam
materi, dan persepsi. Mahir mengatur waktu
pembelajaran tematik-integratif, sadar akan
ditunjukan dengan menyesuaikan jumlah
nilai
jam pada struktur kurikulum 2013 pada
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dan
setiap muatan.
pola
mahir
mengatur
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Kota
Yogyakarta
diri
dan
pikir
sebesar
kemauan,
kontekstual
73,78%.
kemampuan
yang
tinggi
menjadikan guru-guru sekolah dasar di Kota
dikemukakan, berikut dipaparkan beberapa
Yogyakarta
temuan dalam pelaksanaan penelitian ini.
pembelajaran tematik-integratif sehingga
Persentase kesiapan guru sekolah dasar
persentase yang diperoleh juga terbesar.
dalam pelaksanaan pembelajaran tematik-
Pada aspek Behavioral Readiness perolehan
integratif pada Kurikulum 2013 dilihat dari
persentase di Kota Yogyakarta yaitu sebesar
ketiga
84,55.
aspek
peniliti,
aspek
yang
menjadi
Behavioral
perhatian Readiness
siap
untuk
Tingginya
Yogyakarta
melaksanakan
persentase
pada
aspek
Kota
Behavioral
merupakan aspek yang memiliki persentase
Readiness dikarenakan berjalannya fungsi
terbesar
kemitraan
yaitu
84,55%,
sedang
aspek
dengan
baik
pada
sekolah
Emotive-Ettitudinal sebesar 80,73% dan
maupun guru, yaitu antar guru selalu
aspek Cognitive Readiness sebesar 73,78%.
melakukan
Artinya, dari aspek Behavioral Readiness
pembelajaran
dan
guru
melakukan diskusi antar guru, melakukan
dalam melaksanakan pembelajaran tematik-
refleksi dan keteraturan dalam mengatur
integratif termasuk kategori sangat siap,
waktu yang tersedia.
Emotive-Ettitudinal
kesiapan
sedangkan dari aspek Cognitive Readiness termasuk kategori siap. Persentase Ettitudinal
di
evaluasi yang
terhadap telah
proses
dilaksanakan,
Kesiapan guru dalam melaksanakan kurikulum 2013 juga didukung dari hasil
dari
aspek
Emotive-
Kota
Yogyakarta
angket terbuka yang diberikan pada guru
yaitu
dari segi
kesiapan
80,73%. Tingginya persentase pada Kota
Cognitive
Readiness
Emotive-Ettitudinal, danBehavioral
111 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran…
Readiness.
Hasil dari segi kesiapan
Emotive-Ettitudinal
adalah
(1)
Hoover (1990) menyatakan bahwa ada
guru
lima tahap dalam mengimplementasikan
bertanggung jawab dalam melaksanakan
kurikulum yaitu: menentukan kebutuhan
kurikulum 2013; (2) antusiasme mencari
untuk adaptasi kurikulum, mengidentifikasi
informasi
mengenai
elemen-elemen
pembelajaran
dengan
pelaksanaan cara
yang
diminta
dalam
mengikuti
beradaptasi, memilih teknik mengajar dan
sosialisasi, pelatihan, diklat, dan membaca
manajemen perilaku, mengimplementasikan
buku pegangan; (3) mau beradaptasi dengan
kurikulum, dan memonitor perkembangan
kurikulum 2013; (4) berusaha mandiri, dan
adaptasi yang dilakukan. Berdasarkan hasil
(5) mengapresiasi nilai instrinsik dalam
penelitian yang diperoleh tentang kesiapan
suatu tugas melalui penerapan berbagai
guru dalam menerapkan kurikulum 2013,
sumber belajar dan metode yang sesuai
guru sudah melaksanakan beberapa tahap
dengan kurikulum 2013.
dalam
Hasil analisis angket terbuka dari segi
mengimplementasikan
kurikulum
menurut Hoover. Tahap-tahap yang sudah
kesiapan Cognitive Readiness adalah (1)
dilaksanakan
guru menilai bahwa pembelajaran tematik-
kebutuhan
integratif sudah tepat untuk anak sekolah
mengidentifikasi
dasar; (2)
guru sadar akan kekurangan
diminta dalam beradaptasi, memilih teknik
kurikulum 2013; (3) guru sadar akan
mengajar dan manajemen perilaku. Hal ini
kelebihan kurikulum 2013; (4) pelaksanaan
ditunjukan
pembelajaran sudah disesuaikan dengan
ettitudinal
lingkungan, budaya, sosial sekitar; (5)
beradaptasi. Berdasarkan hasil penelitian di
sadar
kemauan
atas aspek kemauan beradaptasi dinyatakan
ditunjukan melalui kesadaran diri akan
sangat siap dengan persentase sebesar
ketidakpahaman terhadap kurikulum 2013,
79,05%.
akan
nilai
diri
dan
dan (6) mampu mengintegrasikan berbagai disiplin keilmuan.
untuk
adalah
menentukan
adaptasi
kurikulum,
elemen-elemen
dengan
kesiapan
yang
emotive-
yaitu pada aspek kemauan
Keterbatasan memaknai
Hasil analisis angket terbuka dari segi
guru
penelitian
kesiapan
ini
guru
terhadap
Kurikulum 2013 dari aspek
Emotive-
kesiapan Behavioral Readiness adalah (1)
Attitudinal,
kesiapan menjalankan kemitraan dengan
Behavioral Readiness. Penelitian ini belum
teman sejawat dan (2) mahir mengatur
mendalam
sampai
waktu
perangkat
pembelajaran,
pembuatan
RPP,
2013.
dalam
melaksanakan
kurikulum
Cognitive
hanya
Readiness,
segi
dan
pembuatan diantaranya:
pembuatan
media,
pembuatan materi ajar, dan pembuatan alat
JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2 Agustus 2016 112
evaluasi yang sesuai dengan Kurikulum 2013.
Danim, S. (2010).Perkembangan peserta didik.Bandung: Alfabeta Depdiknas.(2006). Strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Jakarta: Depdiknas.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang kesiapan guru sekolah dasar dalam melaksanakan pembelajaran tematik-integratif sesuai dengan Kurikulum 2013,
guru
Yogyakarta
sekolah sudah
dasar
siap
di
Kota
melaksanakan
pembelajaran tematik-integratif. Kesiapan guru jika dilihat dari masing-masing aspek adalah sebagai berikut: (a) kesiapan guru dari aspek Emotive-Ettitudinal di kota Yogyakarta adalah 80,75% dengan kategori sangat siap; (b) kesiapan guru dari aspek Cognitive Readiness di Kota Yogyakarta adalah 73,78% dengan kategori siap, dan (c) kesiapan dari aspek Behavioral Readiness di Kota Yogyakarta adalah 84,55%, dengan kategori sangat siap. Tetapi kesiapan guru ini bukan berarti guru tidak memerlukan bantuan apapun.Pada
pertanyaan
dalam
angket
nomor 5, mengenai kebutuhan guru dalam bantuan
dan
pendampingan
besar guru menjawab masih membutuhkan
Daftar Pustaka
Feldman, S.R. (2012). Discovering the life span. USA: Pearson Prentice Hall. Fogarty, R. (1991). How to integrate the curricula. Palatine: Skylight Publising Inc. Hoover, J.J. (1990). Curriculum adaption: a five-step process for classroom implementation. Journal of Intervention in School and Clinic Vol 25:407. Huber & Hutchings. (2008). Integrative Learning: Mapping The Terrain International. Journal for The Scholarship of Teaching & Learning Vol.2 No.1. Irianto, Y B.(2011). Kebijakan pembaruan pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers Kemdikbud.(2013). Kompetensi Dasar SD/MI Versi Maret 1. Kerlinger, F.N. (2006). Asas-asas penelitian behavioral edisi ketiga.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
dalam
melaksanakan kurikulum 2013 sebagian
bantuan dan pendampingan.
______. (2000). Kamus besar bahasa indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Kon Chon Min, dkk . (2012). Teachers' Understanding and Practice towards Thematic Approach in Teaching Integrated Living Skills (ILS) in Malaysia. International Journal of Humanities and Social Science. Vol. 2 No. 23 December 2012. Kyriacou, C. (2009). Effective teaching in school (theory and practice). United Kingdom: Nelson Thornes.
113 Vera Yuli Erviana, Kesiapan Guru Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Pembelajaran…
Djemari M. (2007). Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes.Yogyakarta: Mitra Cendikia. Nazir, M. (2005).Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Maddox, N. et. all. (2000). Learning Readiness: An Underappreciated YetVital Dimension In Experiential Learning. Jornal of Developments in Business Simulation & Experiential Learning. Sisdiknas. (2012). Uji Publik Kurikulum 2013: Penyederhanaan, TematikIntegratif.http://www.kemdiknas.go.id /kemdikbud/uji-publik-kurikulum2013-1. Diakses pada tanggal 10/03/2013 pukul 09.00 WIB. Sugiyono. (2008). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif,
kualitatif, Alfabeta.
dan
r&d.
Bandung:
Sukandi.(2003). Belajar aktif dan terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka. Sukmadinata, N.S. (2010). penelitian. Bandung: Rosdakarya.
Metode Remaja
Tim Pustaka Yustisia. (2007). Panduan lengkap KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yustisia. Trianto.
(2010). Model pembelajaran terpadu: konsep, landasan, dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
______.
(2012). Model pembelajaran terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Zaenal
Arifin. (2010). Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.