KESETARAAN UJI PEPIN DAN LUCAS-LEHMER Yulismansyah 1* , Sri Gemawati 2 , Musraini M 2 1
Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia *
[email protected] ABSTRACT
Pepin test provides a necessary and sufficient condition for a Fermat number to be a prime. Lucas-Lehmer test provides a necessary and sufficient condition for a Mersenne number to be a prime. In this article, we review a part of the work of Jaroma [European Journal of Pure and Applied Mathematics Vol. 2, No. 3, 2009, (352-360)] that is the equivalence structure of Pepin test and Lucas-Lehmer test through Lehmer sequences so that both test can be used to check when a Fermat number or a Mersenne number to be a prime. Keywords: Prime numbers, primality, Lehmer sequence, Pepin test, Lucas-Lehmer test. ABSTRAK Uji Pepin memberikan syarat perlu dan cukup agar suatu bilangan Fermat merupakan bilangan prima, sementara uji Lucas-Lehmer memberikan syarat perlu dan cukup agar bilangan Mersenne merupakan bilangan prima. Tulisan ini merupakan review sebagian dari tulisan Jaroma [European Journal of Pure and Applied Mathematics Vol. 2, No. 3, 2009, (352-360)] yang berisikan kesetaraan antara uji Pepin dan uji Lucas-Lehmer melalui barisan Lehmer sekawan sehingga kedua uji ini dapat digunakan untuk menentukan kapan sebuah bilangan Fermat atau bilangan Mersenne merupakan bilangan prima. Kata Kunci: Bilangan prima, uji primalitas, barisan Lehmer, uji Pepin, uji LucasLehmer.
1. PENDAHULUAN Bilangan prima merupakan salah satu materi penting pada bidang teori bilangan sebagai elemen himpunan bagian dari himpunan bulat positif. Bilangan prima adalah bilangan bulat positif π > 1 yang hanya memiliki dua faktor yaitu satu dan bilangan itu sendiri. Sebagai contoh yaitu Pierre de Fermat (1601-1665) dengan bilangan Fermat dan Marin Mersenne (1588-1648) dengan bilangan Mersenne [1, h. 225-236], [11, h. 71-76], [14, h. 135-137]. JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015
332
π
Bilangan Fermat adalah bilangan bulat dalam bentuk πΉπ = 22 + 1, dimana π β₯ 0. Untuk menghormati Pierre de Fermat (1601-1665) yang sangat yakin bahwa bilangan tersebut selalu prima, bilangan tersebut diberi nama bilangan Fermat. Pada tahun 1732, Leonhard Euler menyatakan kekurangan dari pernyataan Fermat dengan pemfaktoran πΉ5 , kemudian pada tahun 1880 F. Landry menunjukkan πΉ6 bukan bilangan prima dan pada awal tahun 1970 F. Landry menunjukkan πΉ7 bukan merupakan bilangan prima, sehingga dugaan diperoleh tidak ada bilangan prima Fermat di atas n = 4 kemudian sebuah syarat perlu dan cukup untuk pengujian bilangan prima dari setiap bilangan Fermat disediakan oleh uji Pepin yang disebut juga Fr. ThΓ©ophile Pepin (1826-1904) [1, h. 225-236], [14, h. 135-137]. Bilangan Mersenne merupakan bilangan bulat dengan bentuk ππ = 2π β 1, dimana n β₯ 1. Marin Mersenne (1588-1648) menyatakan bilangan tersebut prima untuk n β {2, 3, 5, 7, 13, 17, 19, 31, 67, 127, 257} dan komposit untuk semua bilangan selain dari n β€ 257. Diperlukan waktu lebih dari 300 tahun bagi matematikawan untuk membuktikan dugaan tersebut mempunyai kekurangan dan Mersenne telah membuat beberapa kesalahan. Untuk itu uji Lucas-Lehmer menyediakan syarat perlu dan cukup untuk bilangan Mersenne yang merupakan bilangan prima [1, h. 225-236], [13]. Meskipun tidak ada pernyataan konkrit, baik uji Pepin dan Lucas-Lehmer merupakan pengujian bilangan prima yang secara inheren berasal dari sifat-sifat barisan Lehmer dan kedua uji tersebut dapat dibuktikan dengan argumen yang sama.Kesamaan antara kedua uji primalitas ini tampaknya telah diabaikan. Misalnya, uji Pepin yang pembahasan uji primalitasnya dilakukan berdasarkan barisan Lucas. Selanjutnya, Uji Pepin tidak pernah secara eksplisit disebutkan dalam makalah Lehmer. Selain itu, Williams dalam [15, h. 173] menyebutkan bahwa Pepin telah menyadari bahwa versi sebelumnya dapat diubah menjadi seperti uji Lucas. Namun, hubungan langsung ke hasil Lucas-Lehmer tidak muncul untuk diberikan pada [4], [11, h. 71-76]. Sehingga pembahasan ini bermaksud untuk membuat struktur umum yang setara dari dua uji ini agar dapat dikenal lebih luas. Pembahasan dimulai dengan memperkenalkan barisan Lehmer. Kemudian dilanjutkan beberapa sifat-sifat barisan Lehmer yang diperlukan. Kemudian dilanjutkan memperkenalkan uji Pepin dan Lucas-Lehmer dalam konteks sejarahnya. Pada bagian terakhir membahas bentuk setara antara uji Pepin dan Lucas-Lehmer yang sama-sama berasal dari barisan Lehmer. 2. BARISAN LEHMER Pada bagian ini memperkenalkan barisan Lehmer dan barisan Lehmer sekawan. Berdasarkan [4], misalkan R dan Q bilangan bulat relatif prima sehingga barisan Lehmer ππ π
, π dan barisan Lehmer sekawan ππ π
, π didefinisikan masingmasing dengan ππ+2 π
, π = π
ππ+2 β πππ , π0 = 0, π1 = 1, π β 0, 1, β¦ , (1) dan ππ+2 π
, π = π
ππ+2 β πππ , π0 = 2, π1 = π
, π β 0, 1, β¦ . (2) Selain itu, karena (1) dan (2) adalah fungsi linear, maka ada solusi dan diberikan secara eksplisit dengan (3) dan (4), masing-masing JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015
333
ππ
π
, π =
π π βπ π πβπ
, π β 0, 1, β¦ ,
(3)
dan ππ dimana, π =
π
+ π
β4π 2
π
, π = π π + π π , π β 0, 1, β¦ ,
dan π =
π
β π
β4π 2
(4)
.
3. SIFAT-SIFAT DARI BARISAN LEHMER Berikut Lema-Lema yang memuat sifat-sifat pembagi pada barisan Lucas-Lehmer. Lema 1 menyatakan bahwa tidak ada bilangan prima ganjil yang menjadi faktor dari barisan Lehmer U n R , Q dan barisan Lehmer sekawan Vn R , Q .
ο¨
ο©
ο¨
Lema 1 [4, h. 421] Faktor persekutuan terbesar dari U n atau 2.
ο¨
ο©
ο©
R , Q dan Vn
ο¨
ο©
R , Q adalah 1
Misalkan p bilangan prima ganjil dan p β€ a, maka Legendre Symbol ο¨a p ο© didefinisikan 1 untuk a sisa kuadratis modulo pdan -1 jika a non sisa kuadratis modulo. Untuk semua a dimana (a, p) = 1, a disebut sisa kuadratis modulo p jika kongruensi x 2 οΊ a ο¨mod p ο© mempunyai solusi. Sebaliknya, a disebut non sisa kuadratis jika tidak mempunyai solusi. Jika p | a maka ο¨a p ο© ο½ 0 . Pertimbangkan Legendre Symbol [4] digunakan untuk menunjukkan ο¦QοΆ ο¦RοΆ ο¦οοΆ (5) ο³ ο½ ο§ο§ ο·ο· , ο΄ ο½ ο§ο§ ο·ο· , dan ο₯ ο½ ο§ο§ ο·ο· , ο¨ pοΈ ο¨ pοΈ ο¨ pοΈ dimana ο ο½ R ο 4Q dari persamaan karakteristik (1) dan (2). Lema berikut menunjukkan bahwa p harus membagi U pο1
ο¨
ο©
R , Q atau U pο«1
Lema 2 [4, h. 423] Misalkan pβ€RQ maka U pοο³ο₯
ο¨
ο¨
ο©
R, Q .
ο©
R , Q οΊ 0 ο¨mod p ο© .
ο» ο¨
ο©ο½
Misalkan ο· ( p) ο½ rank of apparition dari p pada U n R , Q . Lema 3 menunjukkan bahwa indeks pada barisan Lehmer merupakan kelipatan ο· yaitu harus p sebagai faktor. Lema 3 [4, h. 423] Misalkan ο· dinotasikan sebagai Rank of Apparition (RoA) dari p dalam barisan U n R , Q maka p | U n R , Q jika dan hanya jika n ο½ kο· , dimana
k ο ο»1, 2, οο½.
ο» ο¨
ο©ο½
ο¨
ο©
Lema berikut merupakan pengembangan tulisan dari R. D. Charmichael [2] dimana secara khusus diberikan RoA dari p pada barisan Lehmer U n R , Q , kesamaannya
ο¨
ο¨
ο©
ο©
apakah p mempunyai RoA atau tidak pada barisan sekawan Vn R , Q . Jika ο· ο¨ p ο© ganjil maka p membagi tak terhingga banyaknya indeks yang dapat diidentifikasi dari JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015
334
ο¨
ο©
Vn R , Q . Sebaliknya, tidak ada indeks dari Vn faktor.
ο¨
ο©
R , Q yang mungkin berisi p sebagai
ο¨
ο©
Lema 4 [4, h. 424] Jika ο· ganjil maka p β€ Vn R , Q . Jika ο· genap ο¨2k ο© maka p | Vο¨2n ο«1ο©k sehingga tidak ada faktor pembagi selain p pada barisan tersebut.
ο¨
ο©
ο¨
ο©
Lema 2 memberikan kondisi dimana p membagi U pο1 R , Q atau U pο«1 R , Q . Jadi, dapat disimpulkan bahwa RoA dari p dimana p β€ RQ tidak hanya berada di
ο»U ο¨ n
ο©ο½ ο© ο¨
R,Q
p | U ο¨ p οο³ο₯
/2
tetapi
ο©
juga
tidak
bisa
lebih
daripada p ο± 1
besar
sehingga
R, Q .
Lema 5 [4, h. 423] Misalkan pβ€ RQο maka U p οο³ο₯
ο¨
ο©
R , Q οΊ 0 ο¨mod p ο© jika dan hanya
2
ο³ ο½ ο΄ , dimana ο΄ ο½ ο¨Q p ο© .
Terakhir, Lema 6 menjelaskan kondisi pada indeks dari RoA suatu bilangan N merupakan bilangan prima. Lema 6 [4, h. 442] Jika N ο± 1 RoA dari N maka N prima.
4. UJI PEPIN DAN LUCAS-LEHMER Untuk memperoleh pemahaman yang lebih lengkap dari kedua uji, akan dibandingkan keduanya terlebih dahulu dalam konteks sejarah. Pada tahun 1877, Fr. Pepin merumuskan Teorema sebagai berikut: Teorema 1 (Uji Pepin) [8, h. 329] Bilangan bulat Fn ο½ 2 2 ο« 1 dimana n> 1 adalah bilangan prima jika dan hanya jika n
5
Fn ο1 2
οΊ ο1 ο¨mod Fn ο© .
Bukti. Bilangan Fn orde 2 yang merupakan kuadrat non-sisa dari reprositas 5, dimana n> 1. Fn ο1
Akan ditunjukkan Fn adalah prima dengan kongruensi x 2 οΊ ο1 ο¨mod Fn ο© jika Fn prima maka akan membagi bilangan dari kongruensi tersebut dengan x ο½ 5 yaitu Fn ο1
5 2 ο« 1. Kondisi yang cukup untuk membuktikannya adalah pembagi bilangan prima Fn sama
dengan Fn sendiri. Sehingga dengan memisalkan P pembagi bilangan Fn dapat dihipotesa dengan kongruensi berikut JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015
335
Fn ο1 2
F ο1 5 ο« 1 οΊ 0 , 5 n οΊ 1 ο¨mod P ο© . Berdasarkan Teorema Fermat, diperoleh 5 P ο1 οΊ 1 ο¨mod P ο© .
Faktor pembagi terbesar dari
P ο 1 dan
(6) (7)
Fn ο 1 adalah perpangkatan 2
dilambangkan dengan 2ο‘ . Berdasarkan kongruensi (6) dan (7) dapat disimpulkan ο‘ menjadi 5 2 οΊ 1 ο¨mod P ο© dimana 2ο‘ < Fn ο 1. Pada hipotesis ini, karena 2ο‘ merupakan F ο1 pembagi dari n maka 5 2 Fn ο1 2
Fn ο1 2
οΊ 1 ο¨mod P ο© sehingga akan didapatkan dua kongruensi Fn ο1 2
ο 1 οΊ 0 ο¨mod P ο© , yang jelas tidak mungkin. Perpangkatan 2 faktor pembagi terbesar dari P ο 1 dan Fn ο 1 adalah Fn ο 1 itu sendiri serta P merupakan pembagi Fn . Syarat perlu P ο½ Fn 5
ο« 1 οΊ 0 dan 5
ο‘
yang artinya Fn tidak lain faktor prima dirinya sendiri. Sehingga kongruensi (7) dapat menyimpulkan bahwa Fn adalah bilangan prima. β‘ Pepin didalam tulisannya [8] menyatakan bilangan 10 dapat digunakan di tempat 5. Selanjutnya dikaji ulang oleh FranΓ§ois Proth (1852 - 1879) menulis pada tahun 1876 yang kemudian dilanjutkan pada tahun 1878 bahwa dapat menggunakan bilangan 3 sebagai pengganti dari 5 pada Teorema 1 [9], [10], tetapi tak ada bukti dari pernyataannya. Kemudian, Γdouard Lucas (1842 - 1891) berpendapat bahwa sebarang bilangan bulat a dapat digunakan di tempat 5 asalkan Jacobi Symbol π πΉπ memiliki nilai sama dengan -1 [6] dan pada tahun 1879 dapat dibuktikan [7]. Hasilnya sekarang uji Pepin yang merupakan saran Proth dan dibuktikan oleh Lucas. Penjelasan lebih detail terdapat dalam [16, h. 173]. Sebuah versi modern dari uji Pepin yang diberikan sebagai berikut: π
Teorema 2 (Uji Pepin) [8, h. 329-331] Bilangan Fermat πΉπ = 22 + 1 dimana nβ₯ 1 adalah bilangan prima jika dan hanya jika πΉ π β1 2
3 Bukti. Asumsikan 3
ο¨ Fn ο1ο© 2
β‘ β1 (mod πΉπ ).
οΊ ο1 ο¨mod Fn ο© maka 3ο¨ Fn ο1ο© οΊ 1 ο¨mod Fn ο© , sehingga orde perkalian 3
modulo Fn membagi Fn ο 1 ο½ 2 2 yang merupakan perpangkatan 2. Namun, orde F ο1 tersebut tidak membagi n dan haruslah sama dengan Fn ο 1 yang mana terdapat 2 setidaknya bilangan komposit di Fn , maka hal ini terjadi jika dan hanya jika Fn bilangan prima. Syarat perlu asumsikan bahwa Fn bilangan prima. Maka menggunakan kriteria Euler menjadi ο¨ Fn ο1ο© ο¦ 3 οΆ 3 2 οΊ ο§ο§ ο·ο· ο¨mod Fn ο© , ο¨ Fn οΈ n
JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015
336
ο¦ 3 οΆ dimana ο§ο§ ο·ο· merupakan Legendre Symbol. Dengan pengulangan pengakaran, ο¨ Fn οΈ n ο¦F οΆ didapatkan 2 2 οΊ 1 ο¨mod 3ο© , sehingga Fn οΊ 2 ο¨mod 3ο© dan ο§ n ο· οΊ ο1 berasal dari ο¨ 3 οΈ Fn οΊ 1 ο¨mod 4 ο© yang merupakan aturan resiprositas kuadrat. β‘ Selanjutnya pengujian primalitas bilangan Mersenne berikut ini diprakarsai oleh Lucas pada tahun 1878. Lucas mengusulkan dua uji untuk menentukan apakah 2π β 1 adalah bilangan prima [6] dengan memberikan syarat perlu dan cukup. Pada tahun 1930, D. H. Lehmer menulis bahwa pada jurnal Lucas kondisi untuk uji primalitas cukup tetapi bukan yang diperlukan. Satu yang tidak pasti apakah uji Lucas akan mengungkapkan karakter dari bilangan prima yang sebenarnya atau tidak [4]. Lehmer selanjutnya menulis bahwa RD Carmichael [2] telah memberikan satu himpunan dengan kondisi perlu dan cukup untuk uji primalitas bilangan tersebut. Namun, dengan pengecualian dari dua kasus, mereka bergantung pada keberadaan sepasang penambahan bilangan yang digunakan dalam pengujian bilangan bulat yang diberikan. Jadi, menurut Lehmer, dari sudut pandang praktis melihat uji ini tidak berlaku karena tidak ada metode yang diberikan untuk menentukan bentuk umum pasangan bilangan yang sesuai. Akhirnya, Lehmer menanggapi pengamatannya dengan membentuk kondisi perlu dan cukup eksplisit untuk bilangan Mersenne merupakan bilangan prima [4]. Saat ini umumnya dikenal sebagai uji Lucas-Lehmer. Pernyataan asli dari hasil ini diapresiasi dan ditemukan dalam [4], meskipun pernah keliru dicatat pada [14] bahwa bukti asli Lehmer tentang uji Lucas-Lehmer diberikan. Teorema 3 (Uji Lucas-Lehmer) [6, h. 162] Bilangan Mersenne ππ = 2π β 1, adalah bilangan prima jika dan hanya jika membagi π β 1 π π‘ dengan barisan 2 4, 14, 194, 37634, 1416317954,. . .ππ , . . . dimana ππ = ππβ1 β 2. Sebelum Teorema 3 dibuktikan, diberikan barisan S n dan Lema yang diperlukan. Misalkan akar dari barisan S n sebagai berikut:
ο΄ ο½ 1ο« 23 , ο΄ ο½ 1ο 23 , ο· ο½ ο΄ 2 ο½ 2 ο« 3 dan ο· ο½ ο΄ 2 ο½ 2 ο 3, dimana ο΄ ο΄ ο½ ο1 dan ο·ο· beberapa Lema untuk membuktikan Teorema 3 dimana S n merupakan barisan yang berasal dari barisan Lucas. Lema 7 [14, h. 855] Misalkan m bilangan bulat maka S m ο½ ο· 2 Bukti. m ο1
m ο1
ο«ο·
2 m ο1
.
2 m ο1
Misalkan Tm ο½ ο· 2 ο« ο· , maka T1 ο½ ο· ο« ο· ο½ 4 ο½ S1 dan Tmο«1 ο½ Tm2 ο 2 . Dengan demikian Tm ο½ S m untuk setiap m.β‘ Lema 8 [14, h. 856] Jika M p prima maka ο΄
JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015
M p ο«1
οΊ ο1 ο¨mod M p ο© .
337
Bukti. Kongruensi berada di ring dari bilangan bulat aljabar. Tetapkan q ο½ M p , selanjutnya tulis 2ο΄ ο½ 1 ο« 3 , pangkatkan kedua sisi dengan pangkat ke-q dan ambil kongruensi modulo q, sehingga ο΄ q 2ο¨qο1ο© 2 2 οΊ 1 ο« 3ο¨qο1ο© 2 3 ο¨mod q ο© karena q οΊ ο1 ο¨mod 8ο© maka 2 ο¨q ο1ο© 2 οΊ ο¨2 q ο© οΊ 1 ο¨mod q ο© . Selanjutnya karena q οΊ 1 ο¨mod 3ο© maka 3ο¨q ο1ο© 2 οΊ ο¨3 q ο© οΊ ο1 ο¨mod q ο© , sehingga dengan mengikuti hal tersebut akan didapatkan ο΄ q οΊ ο΄
ο΄ qο«1 οΊ ο΄ ο΄ οΊ ο1 ο¨mod q ο© .β‘
ο¨mod qο©
dan
Untuk membuktikan Teorema 3, pertama akan dibuktikan bahwa S pο1 οΊ 0 ο¨mod M p ο© dengan M p prima. Berdasarkan Lema 7 dengan kondisi
S pο1 οΊ 0 ο¨mod M p ο© maka ο· 2
dan ο· 2 οΊ 1 ο¨mod M p ο© .
p ο2
ο«ο·
2 p ο2
οΊ 0 ο¨mod M p ο© sehingga ο· 2
p ο1
οΊ ο1 ο¨mod M p ο©
p
ο ο
Misalkan l adalah bilangan prima membagi M p , grup G ο½ ο 3 . Koset ο· berada
di ο¨G lG ο© mempunyai orde 2 p dengan kongruensi di atas. Jika l terbagi-bagi di G maka tentulah ο¨G lG ο©* ο½ ο¨ο lοο©* ο΄ο¨ο lοο©*, dan juga 2 p membagi l ο 1 . Dengan demikian l ο½ 1ο« 2 p k untuk k ο³ 1 . Ini memungkinkan karena berarti l ο³ 1 ο« 2 p οΎ M p .
Asumsikan l prima di G maka ο¨G lG ο© * mempunyai orde l 2 ο 1 dan 2 p membagi l 2 ο 1 ο½ ο¨l ο 1ο©ο¨l ο« 1ο© . Jika l οΊ 1 ο¨mod 4ο© maka haruslah 2 pο2 membagi l ο 1 atau l ο½ 1 ο« 2 pο1 k untuk k ο³ 1 . Hal tersebut jika akan terjadi karena 2l ο³ 2 ο« 2 p οΎ M p . Jika
l οΊ 3 ο¨mod 4ο© maka 2 p ο1 membagi l ο« 1 sehingga l οΊ ο1 ο« 2 pο1 k untuk k ο³ 1 . Satu yang tidak didapatkan k ο½ 1 karena 2 p ο1 ο 1 tidak membagi 2 p ο 1 . Kasus ini hanya terjadi jika k ο½ 2 sehingga l ο½ 2 p ο 1 ο½ M p dimana M p bilangan prima. Terakhir, asumsikan M p bilangan prima. Berdasarkan Lema 8 akan didapat
ο΄
M p ο«1
οΊ ο1 ο¨mod M p ο© atau ο΄ 2 ο« 1 οΊ 0 ο¨mod M p ο© .
Karena ο΄ 2 ο½ ο· maka ο· 2
ο·
2
p ο2
p
p ο1
ο« 1 οΊ 0 ο¨mod M p ο© . Kalikan kedua sisi kongruensi dengan
dimana ο·ο· ο½ 1 sehingga S p ο1 ο½ ο· 2
pο2
ο«ο·
2 pο2
οΊ 0 ο¨mod M p ο©. β‘
5. KESETARAAN UJI PEPIN DAN LUCAS-LEHMER Pada bagian ini akan ditunjukkan bahwa uji Pepin dan Lucas-Lehmer mempunyai struktur setara, yaitu pada bentuk syarat perlu dan cukup dari kedua uji tersebut. Bentuk 2 3π + 1dari uji Pepin pada Teorema 2 dan bentuk barisan ππ = ππβ1 β 2 dari uji LucasLehmer pada Teorema 3 sama-sama berasal dari barisan Lehmer sekawan Vn R , Q .
ο¨
JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015
ο©
338
Untuk itu, selanjutnya akan diselidiki bahwa barisan Lehmer ο»Vn ο¨4,3ο©ο½ ο½ 3n ο« 1 melalui Teorema berikut. Teorema 4 [3, h. 358] Ambil sebarang bilangan bulat. Selanjutnya barisan Lehmer Sekawan Vn R , Q ο½ ο»Vn ο¨a ο« 1, a ο©ο½ membentuk a n ο« 1 . Bukti. Berdasarkan persamaan (4) dengan memisalkan R ο½ a ο« 1 dan Q ο½ a,
ο» ο¨
ο©ο½
ο¦ a ο«1ο« Vn ο¨a ο« 1, a ο© ο½ ο§ο§ ο¨
ο¨ a ο«1ο©
2
n
ο4 a
2
οΆ ο¦ a ο«1ο ο· ο«ο§ ο· ο§ οΈ ο¨
n
ο¨ a ο«1ο©
2
ο4a
2
οΆ ο· ο· οΈ
n
n
ο¦ a ο«1ο« ο¨ a ο1ο© 2 οΆ ο¦ a ο«1ο ο¨ a ο1ο© 2 οΆ ο· ο«ο§ ο· ο½ ο§ο§ ο· ο§ ο· 2 2 ο¨ οΈ ο¨ οΈ n β‘ ο½ a ο« 1. n ο» ο¨ ο© ο½ V 4 , 3 Berdasarkan Teorema 4 dengan ketentuan n yang merupakan Vn ο½ 3 ο« 1 maka V Fn ο1 ο½ 3
Fn ο1 2
sehingga Teorema 2 dapat direvisi. Sebelum Teorema 2 direvisi
2
diperlukan persamaan identitas berikut [4: h. 419] V2 n ο½ U nVn . (8) Berikut merupakan pengamatan yang dibuat untuk Teorema 2 yang merupakan uji Pepin direvisi menjadi Teorema berikut. Teorema 5 Uji Pepin [3, h. 358] Bilangan Fermat Fn ο½ 2 2 ο« 1 dimana n β₯ 1 adalah bilangan prima jika dan hanya jika Fn | V Fn ο1 ο¨4,3ο©. n
2
Bukti. Misalkan
R ο½ 4 dan Q ο½ 3 maka ο ο½ R ο 4Q ο½ 16 ο 12 ο½ 4. Misalkan Fn ο½ 2 2 ο« 1 n
bilangan prima sehingga menurut persamaan (5) ο₯ ο½ ο¦ο§ Fο οΆο· ο½ ο¦ο§ F4 οΆο· ο½ ο¦ο§ F2 οΆο·ο¦ο§ F2 οΆο· ο½ 1 dan ο¨ n οΈ ο¨ n οΈ ο¨ n οΈο¨ n οΈ ο³ ο½ ο¦ο§ FR οΆο· ο½ ο¦ο§ F16 οΆο· ο½ ο¦ο§ F4 οΆο·ο¦ο§ F4 οΆο· ο½ 1 . Selain itu, karena n > 1, maka dengan menggunakan ο¨ n οΈ ο¨ n οΈ ο¨ n οΈο¨ n οΈ hukum resiprositas Gauss diperoleh ο¦ο§ 3 οΆο· ο¨ Fn οΈ
Untuk ο¦ο§ F3 οΆο· ο½ ο¨ nοΈ
ο¨ ο© Fn 3
3ο1 2 ο¦ οΆ 2n ο½ ο§ n3 ο·ο¦ο§ 2 3 ο«1 οΆο· ο½ ο¨ ο1ο© 2 ο οΈ ο¨ 22 ο«1 οΈο¨
2 n ο«1ο1 2
ο½ ο¨ ο1ο© 2
n ο1
ο½ 1.
ο¨ ο©, diperoleh Fn 3
ο΄ ο½ ο¦ο§ FQ οΆο· ο½ ο¦ο§ F3 οΆο· ο½ ο¨ nοΈ ο¨ nοΈ
ο¨ ο©οΊ ο¨ ο© Fn 3
JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015
n 2 2 ο«1
3ο1 2
οΊ ο1 ο¨mod 3ο© .
339
Karena ο³ο₯ ο½ 1, maka dengan Lema 2, Fn | U Lema 5 menyatakan bahwa Fn β€ U
22
n ο1
22
n
. Kemudian karena ο΄ οΉ ο³ , maka dengan
. Dengan demikian, RoA dari Fn di ο»U n ο¨4,3ο©ο½ n
adalah 2 2 yaitu Fn ο 1 . Sebaliknya, dengan Lema 3 RoA dari Fn adalah 22 - r , untuk suatu bilangan bulat positif r dan Fn |U22n-1 . Berdasarkan Lema 4, Fn |VFn -1 . Sebaliknya, n
2
memisalkan πΉπ |ππΉ π β1 maka dengan persamaan (8) πΉπ |ππΉπ β1 . Secara khusus, πΉπ |π22π . 2
π
Berdasarkan Lema 3, π πΉπ harus menjadi pembagi dari 22 . Namun, berdasarkan Lema 1, π22π relatif prima terhadap π22π β1 sehingga berdasarkan Lema 6 π πΉπ = π 22 = πΉπ β 1 dan πΉπ adalah bilangan prima.β‘ Selanjutnya merevisi Teorema 3 yang merupakan uji Lucas-Lehmer yang menunjukkan bahwa barisan angka 4, 14, 194, 37634, 1416317954, ... adalah barisan Lehmer sekawan ππ 2, β1 yang merupakan pangkat 2. Sebelumnya diperlukan persamaan identitas [3, h. 419] berikut: π2π = ππ2 β 2Qπ . (9) 2 Diketahui ππ 2, β1 sehingga π2 = 4. Berdasarkan Teorema 3 ππ = ππβ1 β 2, dimana π1 = 4 = π2 . Karena Q = β1, maka menurut persamaan (9) menjadi ππ = π2π untuk kβ {1, 2,. . .}. Oleh karena itu, pernyataan tersebut diberikan pada Uji LucasLehmer yang menegaskan ππ membagi π β 1 st yaitu 4, 14, 194, 37634, 1416317954, ... maka ππ adalah faktor dari π2π β1 sehingga dapat dikatakan setara dengan ππ |ππ π +1 . 2
Bagian tersebut mempunyai bentuk setara dengan Teorema 3 yang direvisi sebagai berikut: Teorema 6 Uji Lucas-Lehmer [3, h. 359] Bilangan ππ = 2π β 1, dimana n > 2 adalah bilangan prima jika dan hanya jika ππ |ππ π +1 2, β1 . 2
Bukti. Ambil π
= 2 , π = β1 dan β= 6 , selanjutnya π = β1 , π = 1 dan π = β1 maka buktinya mengikuti bukti yang disajikan pada Teorema 5.β‘ Dapat diambil kesimpulan bahwa Teorema 5 dan Teorema 6 yang merupakan uji Pepin dan uji Lucas-Lehmer mempunyai bentuk setara dalam penyajian syarat perlu dan cukup, baik untuk bilangan Fermat maupun bilangan Mersenne.
DAFTAR PUSTAKA [1] Burton, D. M. 2005. Elementary Number Theory Edisi ke 6. McGraw-Hill, New York. [2] Carmichael, R. D. 1913. Onthe numerical factors of the arithmetic forms πΌ π Β± π½ π , Annal of Mathematics. 15: 30β70. [3] Jaroma, J. H. 2009. Equivalence of Pepinβs and the Lucas-Lehmer Tests, European Journal of Pure and Applied Mathematics. 2 : 352-360. JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015
340
[4] Lehmer, D. H. 1930. An extended theory of Lucasβ functions, Annal of Mathematics. 31: 419β448. [5] Lehmer, D. H. 1935. On Lucasβ test for the primality of Mersenneβs numbers, Journal London Math. Soc.10: 162β165. [6] Lucas, Γ. 1878. ThΓ©orie des fonctions numΓ©riques simplement pΓ©riodiques. American Journal of Mathematics. 1: 184β240, 289β321. [7] Lucas, Γ. 1879. Question 453, Nouv. Cor. Math. 5: 137. π
[8] Pepin, T. 1877. Sur la formule22 + 1. Comptes Rendus Academie Sciences. 85: 329β331. [9] Proth, F. 1876. ΓnoncΓ©s de divers thΓ©orΓ¨mes sur les nombres. Comptes Rendus Academie Sciences. 83: 1288β1289. [10] Proth, F. 1878. MΓ©moires prΓ©sentΓ©s, Comptes Rendus Academie Sciences. 87 : 374. [11] Ribenboim, P. 1996. The New Book of Prime Number Records. Springer-Verlag, New York. [12] Rosen, K. H. 2000. Elementary Number Theory, 4th ed., Addison Wesley Longman, Reading. [13] Rosen, M. 1988. A proof of the Lucas-Lehmer test, American Mathematical Monthly. 95: 855β856. [14] Tattersall, J. J. 2005. Elementary Number Theory in Nine Chapters, 2nd ed., Cambridge Univ. Press, Cambridge. [15] Willams, H. C. 1998. Edouard Lucas and Primality Testing. John Wiley & Sons, New York.
JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015
341