KESELAMATAN JIWA MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN ETIKA BERLALU LINTAS Syukrianti Muchtar SOSHUM ITS
Abstrak-Di era globalisasi yang modern dan mempunyai tingkatan mobilitas yang tinggi, jalan raya merupakan fasilitas umum yang mempunyai peranan penting dalam dunia transportasi. Transportasi memiliki peranan untuk memindahkan seseorang dalam aktifitas dari satu tempat menuju tempat yang lainnya. Kepadatan penduduk di Indonesia merupakan salah satu penyebab kepadatan jalan raya yang berakibat kemacetan terjadi dimana-mana, yang mengakibatkan meningkatnya tingkat kecelakaan lalu lintas, baik kecelakaan ringan maupun kecelakaan berat yang memakan korban jiwa. Hal inilah sudah menjadi hal biasa dalam dunia transportasi. Dengan kecelakaan yang sering terjadi, perlu adanya suatu tindakan yang nantinya bisa mengurangi kecelakaan yang terjadi dijalanan. Pengurangan tersebut bisa dilakukan bila ada kesadaran masyarakat menggunakan etika berlalulintas, dan tak kalah penting perlu adanya peran serta pemerintah dan peran aktif para orang tua untuk mendidik putra-putrinya untuk lebih mengerti kondisi jalan raya serta resiko-resikonya. Begitu juga peran aparat kepolisian sebagai penegak hukum juga sangat diperlukan dalam pengaturan lalu lintas. Kata Kunci: Fasilitas Umum Jalan Raya, Keselamatan Jiwa, Etika berlalulintas.
LATAR BELAKANG Jalan raya suatu fasilitas umum yang sangat membantu aktifitas manusia. Yang diperuntukkan supaya lancarnya berbagai macam aktifitas kehidupan manusia. Dengan adanya jalan raya dapat mengembangkan kawasan satu dengan kawasan lainnya. Tidak kalah penting transportasi juga punya peran serta dalam memanfaatkan adanya fasilitas jalan raya, karena bisa mencapai tujuan dan keinginan sesuai dengan yang diharapkan. Tentunya dengan adanya transportasi, diharapkan bisa membantu sarana dan prasarana masyarakat, bahkan mempermudah segala macam kebutuhan yang diperlukan oleh banyak orang, yang akhirnya fungsi transportasi berjalan sesuai dengan semestinya dan benar-benar bermanfaat. Telah banyak
kecelakaan lalu lintas yang terjadi akibat kelalaian pengguna jalan yang tidak memperhatikan rambu-rambu lalu lintas yang telah dipasang. Sangat disayangkan jalan raya yang semula untuk membantu segala macam aktifitas berubah fungsi menjadi ajang kesedihan, karena sering mengakibatkan kecelakaan yang dikarenakan beberapa faktor. Faktor utama paling sering mengakibatkan kecelakaan di jalan raya adalah: Pengendara kendaraan bermotor pada umumnya tidak mengindahkan etika berlalu lintas dan tidak menghormati para pengguna jalan lainnya, serta sikapsikap lain yang tidak seharusnya diterapkan di saat mengendara kendaraan. TUJUAN Menghimbau semua pengendara kendaraan dan pemakai jalan raya berhati-hati dalam menggunakan sarana transportasi dan benar-benar mengindahkan rambu-rambu lalu lintas yang merupakan suatu etika berlalu lintas karena mengindahkan aturan lalu lintas berarti memiliki andil di dalam menyelamatkan jiwa manusia. TINJAUAN PUSTAKA Keselamatan jalan menjadi perhatian dunia melalui WHO dan UNESCAP yang berdasarkan Resolusi PBB tahun 2005 telah menetapkan Global Road Safety. Dan Indonesia pada tingkat Asia Pasifik tergolong yang buruk, di bawah negara Laos dan Nepal. Penilaian tersebut berdasarkan dari tingkat kesadaran masyarakat, kualitas kinerja aparat, infrastruktur jalan dan sistem lalu lintas serta kerja sama antar stake holder. Hasil pengamatan YLKI tentang kecelakaan lalu lintas dikatakan bahwa setiap hari di wilayah Jakarta rata-rata 3 orang meninggal dunia dan 9 orang cacat. Pendapat beberapa pakar juga mengatakan bahwa sumber kematian manusia yang tersebar salah satunya adalah kecelakaan lalu lintas. Atas dasar inilah Ditlantas PMJ untuk peduli terhadap kemanusiaan dan memfokuskan pada keselamatan jalan. Yang dimplementasikan melalui 13 program yaitu : 1) Polsana (Polisi Sahabat Anak); 2) PKS (Patroli Keamanan Sekolah); 3) Police Goes to
A-53 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011
Campus; 4) Safety Riding; 5) Kampanye Keselamatan lalu lintas; 11) KTL (Kawasan Tertib Lalu lintas); 12) Operasi khusus kepolisian; 13) Penegak Hukum.
Keprihatinan akan besarnya angka kematian setiap tahun mendesak Pemerintah Republik Indonesia untuk merumuskan cetak biru transportasi bagi keselamatan pengguna jalan di jalan raya. Informasi mengenai hal ini dapat dibaca pada artikel Kompas Cyber Media (www.kompas.com/ver1/Nasional/0704/23/115919) edisi 23 April 2007. Pada artikel tersebut dipaparkan keprihatinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan ironisnya angka kecelakaan lalu lintas yang dikatakan jumlahnya lebih besar daripada jumlah prajurit yang gugur di medan pertempuran. “Akan tetapi, justru putra putri bangsa kita banyak yang mengakhiri jiwanya akibat kecelakaan lalu lintas. Oleh sebab itu, harus segera dicegah. Hal ini membutuhkan kedisiplinan dan tanggung jawab yang tinggi dari masyarakat dan kita semua“. demikian ungkap Presiden. Yang dimaksud dengan keselamatan adalah: Sesuatu yang aman “sesuatu yang disebut aman bila resiko dinilai masih dapat diterima” . Dengan kata lain sesuatu yang disebut aman bila dengan resiko sepenuhnya diketahui, resikonya dinilai dapat diterima menurut prinsip-prinsip nilai yang sudah mapan. Lalu lintas didalam Undang-undang No 22 tahun 2009 di difinisikan, sebagai gerak kendaraan dan orang diruang Lalu Lintas, sedang yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang di peruntukkan bagi gerak pindah kendaraan atau dan barang yang berupa jalan dan fasilitas barang.
7.
8. 9. 10. 11. 12.
13.
14. 15. 16.
17.
18. 19. 20.
21. ETIKA BERLALU LINTAS A. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pengguna jalan. Pengguna jalan dianjurkan untuk: 1. Mengenakan sabuk pengaman, khususnya bagi pengguna mobil; yang duduk di samping pengemudi wajib mengenakan sabuk pengaman; 2. Mengenakan helm bagi pengguna motor; baik pengemudi maupun penumpang wajib memakai helm; 3. Berkonsentrasilah dan bersikaplah yang wajar (jangan mengantuk, jangan terlalu lelah, jangan mabuk) saat mengemudikan kendaraan; 4. Mengurangi kecepatan kendaraan (jangan ngebut); 5. Mematuhi peraturan/rambu-rambu lalu lintas yang ada; 6. Mengedepankan keselamatan pejalan kaki yang berjalan pada tempat yang telah ditentukan;
A-54
Memeriksa peralatan dan perlengkapan yang diperlukan (misalnya obat-obatan P3K, dongkrak ban, segitiga pengaman) dan menyiapkan dokumen yang diperlukan, seperti SIM dan STNK; Berperilaku tertib di jalan; Menjalankan, memarkirkan, dan memberhentikan kendaraan sesuai jalur; Memperhatikan kondisi jalan, misalnya apakah berlubang, banjir, atau terdapat gunungan; Memperhatikan dengan baik rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, pemberi isyarat lalu lintas; Memberi peringatan dengan tepat guna dan tepat waktu, misalnya dengan bunyi dan atau sinar lampu kendaraan; Memperhatikan aturan atau tata cara angkutan baik angkutan penumpang maupun angkutan barang; Memperhatikan aturan atau tata cara penempelan atau penggandengan kendaraan; Memperhatikan aturan atau tata cara mebaikkan atau menurunkan penumpang atau barang; Menghindari hal-hal yang dapat membahayakan atau menghalangi keselamatan atau kebebasan lalu lintas; Menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan sarana dan prasana lalu lintas, jalan, dan jembatan; Berperilaku sopan di jalan, tenggang rasa, dan menghormati sesame pengguna jalan; Menempatkan kendaraan atau barang-barang sesuai dengan aturan yang ada; Turut serta menjaga dan merawat jalan, jembatan, rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, dan sarana/prasarana lalu lintas lainnya; Memeriksa keadaan ban mobil, ban serep, rem, dan kondisi mobil lainnya.
B. Ada beberapa pihak yang kiranya dapat memberikan dampak yang cukup berarti dalam menjadikan disiplin lalu lintas sebagai kebutuhan masyarakat: 1. Orangtua terhadap anak-anaknya: Peranan orangtua dalam mendidik anakanaknya sejak balita hingga dewasa untuk menanamkan disiplin berlalu lintas cukup memberikan pengaruh bagi anak-anak mereka. Upaya orangtua misalnya, dapat ditunjukkan dengan senantiasa mematuhi aturan lalu lintas sewaktu bepergian dengan anaknya, hormat namun tetap ramah kepada petugas lalu lintas dan sesame pengguna jalan, dan memberikan nasihat dan penjelasan yang sesuai dengan tingkat kematangan daya tangkap anak
ISBN : 978-979-18342-3-0
2. Pemerintahan: Fasilittas jalan, jembatan, rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan, petugas, sarana dan prasarana jalan, papan-papan peringatan dan atau papan-papan yang berisi pesan dan nasihat, misalnya “Keluarga Anda menunggu di rumah; Jangan ngebut di jalan; Utamakan keselamatan anda dan sesame”.
membawa kendaraan dalam keadaan mabuk, mengantuk, dan mudah terpancing oleh ulah pengguna jalan lainnya yang mungkin dapat memancing gairah untuk balapan. Faktor manusia, dapat dipilah dalam dua golongan, yakni : pengemudi dan pejalan. a. Pengemudi Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa hamper semua kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kendaraan, penyebab utamanya adalah pengemudi, dengan berbagai faktor yang melekat pada dirinya, misalnya: kebugaran jasmani, kesiapan mental pada saat mengemudi, kelelahan, pengaruh minuman keras, dan obat terlarang. Kondisi ketidakpastian pengemudi membuka peluang besar terjadinya kecelakaan yang parah, disamping membahayakan keselamatan pengguna jalan lainnya. Lengah, mengantuk, kurang terampil, lelah, tidak menjaga jarak, melaju terlalu cepat, adalah contoh kesalahan pengemudi pada umumnya.
3. Jurnalis dan pengelola media masa: Pemberitaan yang bersifat edukatif dalam rangka turut serta menumbuhkan rasa kepedulian dan kebutuhan masyarakat akan disiplin berlalu lintas. 4. Pemasang iklan: Iklan berupa papan iklan dan iklan di media cetak atau elektronik merupakan sarana yang cukup jitu untuk turut serta memberi upaya akan pentingnya keselamatan berlalu lintas.
PP No.44 Th.1993 tentang kendaraan dan pengemudi memuat 249 pasal ditambah penjelasan. Pasal 211-242 dapat dipandang sebagai perangkat lunak pengelolaan pengemudi, karena pasal-pasal ini khusus memuat berbagai ketentuan bagi pengemudi menyangkut: penggolongan, ujian bagi pemohon SIM, dan lain-lain. Pasal 217 adalah ketentuan batas usia minimal pengemudi kendaraan bermotor, yaitu:
5. Pengguna jalan: Kondisi dan sikap pengguna jalan baik pengemudi, penumpang, pejalan kaki, maupun petugas juga mempunyai peranan. Kondisi jalan yang rawan menuntut pengemudi kendaraan dan pengguna jalan lainnya harus ekstra berhati-hati, terutama pada jalan yang mempunyai tikungan yang menurun atau mendaki terjal hingga yang sulit untuik dilewati.
1) 16 tahun, SIM-D untuk mengemudikan sepeda motor yang dirancang tak lebih dari 40 Km per jam; dan SIM-C untuk mengemudikan sepeda motor yang dirancang mampu mencapai kecepatan lebih dari 40 Km per jam. 2) 17 tahun, SIM-A untuk mengemudikan mobil penumpang, mobil bus, dan mobil barang yang mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan tidak boleh lebih dari 3.500 Kg; 3) 20 tahun, SIM-B.I untuk mengemudikan mobil bus dan mobil barang yang mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan lebih dari 3.500 Kg, SIM B-II untuk mengemudikan traktor atau kendaraan bermotor dengan menarik kereta tempelan atau gandengan dengan berat yang diperbolehkan untuk kereta tempelan atau kereta gandengan lebih dari 1.000 Kg. bagi pemohon SIM B-I harus memiliki SIM golongan A sekurang-kurangnya 12 bulan, dan bagi pemohon SIM B-II harus telah memiliki SIM golongan B-I sekurang-kurangnya 12 bulan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECELAKAAN Ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadikanya kecelakaan: 1. Faktor manusia: Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu.Selain itu manusia sebagai pengguna jalan raya sering sekali lalai bahkan ugal ugalan dalam mengendarai kendaraan, tidak sedikit angka kecelakaan lalu lintas diakibatkan karena
b. Pejalan Para pejalan justru sering menjadi korban kecelakaan lalu lintas, baik karena kesalahan pejalan itu sendiri maupun karena ‘sial’ menjadi korban akibat kesalahan orang lain. Kesalahan para pejalan pada
A-55 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011
umumnya karena kelengahan, ketidakpatuhan pada peraturan perundang-undangan, dan mengabaikan sopan santun berlalu lintas.
2. Faktor kendaraan Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan technologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan.
• • •
Faktor manusia menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan di jalan. Mematuhi etika lalu lintas berarti menurunkan angka kematian dan menghindari diri dari kecelakaan berlalu lintas. Polisi lalu lintas harus konsekuensi dengan memperlakukan aturan lalu lintas.
Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara reguler. 3. Faktor jalan Faktor jalan terkait dengan kecepatan rencana jalan, geometrik jalan, pagar pengaman di daerah pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan kondisi permukaan jalan. Jalan yang rusak/berlobang sangat membahayakan pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda motor. 4. Faktor cuaca Hari hujan juga memengaruhi kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan Tujuan utama upaya pengendalian lalu lintas melalui rekayasa dan upaya lain adalah keselamatan berlalu lintas. Konsep sampai dengan selamat adalah upaya menghindarkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.
KESIMPULAN • Di Indonesia banyaknya kecelakaan lalu lintas yang terjadi akibat kelalaian pengguna jalan yang tidak memperhatikan rambu-rambu lalu lintas yang telah dipasang oleh kepolisian. • Persoalan keselamatan lalu lintas merupakan masalah bersama dan bukan tanggung jawab pengelola sektor transportasi saja, karena masalah keselamatan lalu lintas juga menjadi bagian dari kesehatan masyarakat. • Etika berkendara yaitu perilaku dari manusia mengendara kendaraanya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.
A-56
ISBN : 978-979-18342-3-0
DAFTAR PUSTAKA Ant, Ima. 2003. “Disiplin Lalu Lintas Belum Jadi Kebutuhan”. Kompas Cyber Media (Berita Utama), 11 September. Antara. 2006. “Motor di Lajur Kiri, Turunkan Kecelakaan 30%”. Kompas Cyber Media (Metropolitan), 21 Desember. Maryoto, Andreas. 2004. “laporan WHO dan Bank Dunia – Kecelakaan Lalu Lintas Bisa Memunculkan Kemiskinan”. Kompas Cyber Media (Sorotan), 21 April. Suhartono, Ima. 2007. “Transportasi Jalan – Presiden: Jangan Ngebut di Jalan Raya”. Kompas Cyber Media (Nasional), 23 april. Warpani, P. Suwardjoko. 2002. “Pengelolaan lalu Lintas”. Bandung, penerbit ITB. Ikhsan, M. 2009. “Lalu Lintas dan Permasalahannya”. Materi Kuliah Umum DIR LANTAS POLDA DIY di MSTT Pasca Sarjana, UGM Yogyakarta. Djayoesman, M.S. 1976. “Polisi dan Lalu Lintas”. Mabes POLRI Press Margaretha Sri Udari. “Menjadikan Disiplin lalu Lintas Sebagai Kebutuhan Masyarakat”. [email protected] Departemen Pendidikan Nasional. 2008. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Jakarta : Balai Pustaka. Magnis, Franz dan Suseno. 1987. “Etika Dasar”. Yogyakarta : Kanisius. Martin, Mike W. dan Schinzinger, Roland. 1994. “ Etika Rekayasa”. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Warpani, Suwardjoko P. 2002.”Pengelolaan Lalu Lintas & Angkutan Jalan”. Bandung : ITB.
A-57 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011
Halaman ini sengaja dikosongkan
A-58
ISBN : 978-979-18342-3-0