Kesatuan Transenden Agama-Agama dalam Pandangan Ibn ‘ArabƯ Media Zainul Bahri Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
[email protected] Abstract: This article explains that ,EQµ$UDEƯSURIHVVHGWKHWUDQVFHQGHQWXQLW\RIUHOLJLRQVZKLFKLVVKRZQ by the data on unity of essence, unity of the divinity, unity of source or origin of the path, unity of source of WKHVFULSWXUHVXQLW\RISXUSRVHRIZRUVKLSDQGWKH5HOLJLRQRI/RYH7KLVVWXG\¿QGLQJVKRZVLQDVWURQJZD\ that the unity of religions lies in the transcendent or esoteric territory, i.e. it goes beyond formal religious IRUPVVXFKDVUHOLJLRXVODZVKDUƯµDKGRFWULQHDQGULWXDO2QWKHKLVWRULFDOIRUPVRIUHOLJLRQWKHUHDUHPDQ\ GLIIHUHQFHVDQGHYHQFRQÀLFWVRQHHDFKRWKHU7KRXJKGLIIHUHQWLQIRUPWKHVHGLIIHUHQFHVDPRQJUHOLJLRQVDUH QRWDEVROXWHLQGHSHQGHQWDQGVHSDUDWHEXWERXQGHGE\DVLQJOHHQWLW\LHERWKIURP*RG$OPLJKW\DQGZLOO culminate in Him as well. However, on the historical form ,EQµ$UDEƯFODLPHGWKHSHUIHFWLRQRIIslam, and simoultaneusly criticized the religion and non-Islamic beliefs. This last fact has been ignored by the scholars, both Islam and the West, who believe the theory of the transcendent unity of religions. Keywords: unity of essence / divinity / origin or source path / source scriptures / destination servitude, Religion love, Transcendent, Criticism on non-Muslim Abstraksi: Tulisan ini menjelaskan bahwa ,EQ µ$UDEƯ PHPDQJ PHQJDQXW SDKDP NHVDWXDQ transenden agama-agama yang ditunjukkan dengan data-data tentang kesatuan esensi, kesatuan ketuhanan, kesatuan asal atau sumber jalan, kesatuan sumber kitab-kitab suci, kesatuan tujuan penghambaan dan $JDPD&LQWD Penemuan penting studi ini adalah bahwa kesatuan agama-agama terletak pada wilayah yang transenden atau esoterik, yaitu yang melampaui bentuk-bentuk formal keagamaan seperti syari‘ah, doktrin dan ritus. 'DODP EHQWXNEHQWXN KLVWRULV WHUGDSDW EDQ\DN SHUEHGDDQSHUEHGDDQ NHDJDPDDQ EDKNDQ NRQÀLN VDWX sama lain. Meski berbeda dalam bentuk, namun perbedaan di antara agama-agama tidak bersifat absolut, independen dan terpisah, melainkan diikat oleh satu ikatan, yaitu bahwa semua berasal dari Tuhan dan akan kembali kepadaNya. Satu hal yang tidak dapat diabaikan adalah bahwa pada level agama historis ,EQµ$UDEƯ menglaim kesempurnaan Islam, dan mengritik agama-agama dan keyakinan non Islam. Kenyataan ini sering diabaikan oleh para sarjana, baik Islam maupun Barat, yang menganut teori kesatuan transenden agamaagama. Katakunci: kesatuan esensi/ketuhanan/asal atau sumber jalan/sumber kitab-kitab suci/tujuan penghambaan, $JDPDFLQWD, Transenden, Kritik pada agama non-Islam
Pendahuluan Dalam membincang diskursus pluralisme agama, para sarjana agama, baik datang dari 7LPXUPDXSXQ%DUDWPHUXMXNSDQGDQJDQIbn µ$UDEƯ WHUXWDPD WHUNDLW GRNWULQ µ.HVDWXDQ Transenden Agama-$JDPD¶ .7$ 'RNWULQ ini dianggap selaras dengan konsep pluralisme agama. Tulisan ini akan mendiskripsikan keseluruhan pandangan ,EQ µ$UDEƯ GDODP dua aspek penting KTA: pertama, pada level apa dan bagaimana terjadi KTA, dan kedua, dalam konteks bagaimana agama-agama 245
berbeda bahkan bertentangan satu sama lain. Dalam kedua kitabnya, DO)XWnjK̡ƗW DO Makkiyyah dan Fus̞njV̞ al-H̔ikam, ,EQ µ$UDEƯ mencurahkan perhatian serius mengenai dua aspek penting ini. Di sisi lain, persoalan WHRORJLVVX¿VWLNLQLSHQWLQJGDQWHWDSUHOHYDQ demi terus memupuk dan membangun kesadaran beragama inklusif dan pluralis: suatu model, paham dan sikap keagamaan yang dibutuhkan di era perjumpaan secara intens antara agama-agama, dan hal ini sama sekali mustahil dihindari.
Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012
246
Sebab-Sebab Keragaman Syari‘at dan Keyakinan Seperti diketahui, kemajemukan agama merupakan realitas konkret, suka atau WLGDN 0HVNL VHPXD SHQJDQXW DJDPD \DQJ beragam itu meyakini bahwa Tuhan adalah 0DKD (VD QDPXQ NHQ\DWDDQQ\D GL PXND bumi ini terdapat macam-macam agama.1 Karena itu, keragaman agama adalah takdir Tuhan yang tak mungkin berubah, diubah, dilawan dan diingkari. Jika hukum itu coba diubah dan dilawan, akan berakibat fatal bagi kelangsungan dan kedamaian hidup umat manusia. ,EQµ$UDEƯVHSHUWLGLNXWLS&KLWWLFN memberi komentar terhadap berbagai ayat DO4XU¶ƗQ \DQJ PHQHJDVNDQ EDKZD 7XKDQ telah mengutus sejumlah nabi-nabi agung dan membangun banyak jalan untuk kembali NHSDGD1\D 6\DULµDWV\DULµDW LWX EHUEHGD karena mereka tidak mungkin untuk tidak
EHUEHGD .HVHOXUXKDQ V\DULµDW WHUVHEXW PHQJDUDK NHSDGD1\D QDPXQ PDVLQJ PDVLQJ PHPLOLNL VHEXDK VSHVL¿NDVL \DQJ sudah ditakdirkan oleh Tuhan dengan tetap memertimbangkan kebahagiaan manusia.2 %DJL,EQµ$UDEƯUDKPDWGDQNDVLK7XKDQ sejatinya lebih agung, luas, dan lebih dahulu GLEDQGLQJ PXUND1\D 5DKPDW LQL MHODV dibutuhkan oleh kemajemukan agama demi kebahagiaan manusia. Karena kecenderungan watak manusia yang berbeda-beda, maka dispensasi Tuhan bagi manusia juga berbeda VHVXDLGHQJDQSHUEHGDDQ\DQJDGD%DJLIbn µ$UDEƯ 7XKDQ DGDODK SHQ\HEDE HNVLVWHQVL segala yang ada di alam ini menurut suatu ketentuan yang berbeda satu sama lain, sekaligus pula penyebab utama berbagai perbedaan yang terlihat di alam ini. 0HVNL demikian, segala sesuatu itu (termasuk manusia) akan berakhir dalam limpahan UDKPDW1\DMXD,EQµ$UDEƯEHUXMDU
1
Kenyataan pluralitas itu ditegaskan oleh al4XU¶ƗQGDODPEHEHUDSDD\DWGLDQWDUDQ\D
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlombalombalah kamu (dalam berbuat kebaikan.) Di mana VDMD NDPX EHUDGD SDVWL $OODK DNDQ PHQJXPSXONDQ kamu sekalian (pada Hari Kiamat.) Sesungguhnya $OODK 0DKD .XDVD DWDV VHJDOD VHVXDWX´ 4V DO %DTDUDK Tuhan sendiri adalah problem pertama dari perbedaan pendapat yang muncul di alam ini, karena hal pertama yang dilihat oleh segala sesuatu adalah penyebab bagi keberadaannya sendiri. 2
³Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan jalan dan metode (aturan hidup.) Sekiranya $OODKPHQJKHQGDNLQLVFD\DNDPXGLMDGLNDQVDWXXPDW VDMD WHWDSL $OODK KHQGDN PHQJXML NDPX WHUKDGDS pemberianNya kepadamu, maka berlomba-lombalah NDPXGDODPEHUEXDW NHEDLNDQ+DQ\DNHSDGD$OODKODK kamu kembali, lalu diberitahukan kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu´4VDO0ƗǯLGDK
William C. Chittick, Imaginal Worlds: Ibn alµ$UDEƯ DQG WKH 3UREOHP RI 5HOLJLRXV 'LYHUVLW\ 1HZ
Media Zainul Bahri, Kesatuan Transenden Agama-Agama dalam Pandangan ,EQµ$UDEƯ Dalam dirinya sendiri setiap sesuatu mengetahui bahwa ia (sebenarnya) tidak ada, kemudian PHQMDGL DGD PHODOXL DVDOXVXO GXQLDZL 1DPXQ dalam proses menjadi ada, kecenderungan watak sesuatu itu berbeda. Karena itu, mereka memunyai pendapat berbeda tentang Penyebab yang menyebabkan mereka ada. Dengan demikian, alHҐDTT
Penegasan di atas menjelaskan bahwa secara ontologis Tuhan sendirilah yang menghendaki perbedaan dengan cara menciptakan segala sesuatu dalam karakter dan watak yang telah berbeda-beda sejak DZDO 'ƗUƗ 6\LNnjK VHRUDQJ VX¿PDV\KXUGDUL,QGLDGDQSHQJDQXWSDKDP (wah̡GDK DOZXMnjG , juga menegaskan hal serupa. Sebagai pengikut ,EQ µ$UDEƯ LD PHQ\DWDNDQ EDKZD 7XKDQ PHPDQLIHVWDVL GDODP NHVHOXUXKDQ \DQJ DGD VHJDODVHVXDWXPHPDQFDUGDUL1\Deverything has emanated from Him. 7XKDQDGDODK
247
VHJDODVHVXDWXDGDNDUHQDUDKPDW1\D´ 0HPELFDUDNDQ SHUEHGDDQ EDQ\DN KDO GL DODP LQL GDODP VLVWHP SHPLNLUDQ VX¿VWLN Ibn µ$UDEƯ EHUDUWL PHVWL PHPELQFDQJ konsep WDMDOOƯSHQDPSDNDQGLUL dalam arti pembahasan WDMDOOƯ yang menjadi sumber perbedaan banyak hal di semesta raya ini tak mungkin dihindari, keduanya terkait erat. 'DODP NHVHOXUXKDQ VLVWHP PLVWLN¿ORVR¿V ,EQµ$UDEƯNRQVHSWDMDOOƯ al-H̔aqq merupakan teori sentral berkaitan erat dengan doktrin wah̡GDK DOZXMnjG dan dengan wah̡dah DODG\ƗQ. Doktrin wah̡GDK DOZXMnjG dan hubungan ontologis antara al-H̔aqq dan alKhalq tidak dapat dijelaskan tanpa merujuk NHSDGD NRQVHS LQL %DKNDQ WDMDOOƯ, seperti GLNDWDNDQ 7RVKLKLNR ,]XWVX DGDODK WLWLN VXPEX SHPLNLUDQ ,EQ µ$UDEƯ .RQVHS WDMDOOƯ DGDODK GDVDU SDQGDQJDQ GXQLD ,EQ µ$UDEƯ Seluruh pemikirannya tentang struktur ontologis dunia berputar sekitar poros ini dan dengan demikian berkembang menjadi suatu sistem kosmik berskala besar. Tidak satu bagian pun dari pandangan dunianya dapat dipahami tanpa merujuk kepada konsep VHQWUDO LQL .HVHOXUXKDQ IDOVDIDW ,EQ µ$UDEƯ adalah teori WDMDOOƯ. Dalam seluruh proses WDMDOOƯ di atas, terutama WDMDOOƯ V\DKƗGDK,10 seorang hamba ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO9, 7DMDOOƯ ( ) biasanya diterjemahkan penulispenulis modern ke dalam bahasa Inggris dengan self-disclosure (penyingkapan diri, pembukaan diri), self-revelation (pembukaan diri, penyataan diri), self-manifestation (penampakan diri) dan theophany SHQDPSDNDQ7XKDQ NHGDODPEDKDVD3HUDQFLVGHQJDQ devoilement (pembukaan), revelation (pembukaan), irradiation (pemancaran, penyinaran), theophanie (penampakan Tuhan), epiphanie divine (penampakan Tuhan) dan manifestation (penampakan.) Sinonim yang digunakan ,EQ µ$UDEƯ XQWXN WDMDOOƯ adalah fayd̟, (emanasi, pemancaran, pelimpahan), z̢XKnjU , (pemunculan, penampakan, pelahiran), tanazzul , (penurunan, turun), dan fath̡, (pembukaan.) Kautsar $]KDUL 1RHU ,EQ DOµ$UDEƯ :DK̡GDK DO:XMnjG GDODP Perdebatan-DNDUWD3DUDPDGLQD 7RVKLKLNR ,]XWVX 6X¿VP DQG 7DRLVP $ Comparative Study of Key Philosophical Concepts (Los $QJHOHV8QLYHUVLW\RI&DOLIRUQLD3UHVV 10 0HQXUXW ,EQ µ$UDEƯ $OODK PHPXQ\DL GXD
248
Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012
NHPXGLDQ PHUHVSRQ PDQLIHVWDVL1\D VHVXDL dengan kapasitas pengetahuannya. Kapasitas SHQJHWDKXDQ LWX WHUJDQWXQJ NHSDGD µNHVLDSDQ SDWLNXODU¶ DOLVWLµGƗG DOMX]ǯƯ) masingmasing individu sebagai bentuk penampakan µNHVLDSDQXQLYHUVDO¶DOLVWLµGƗGDONXOOƯ) atau µNHVLDSDQ D]DOL¶ DOLVWLµGƗG DOµD]DOƯ) yang WHODK DGD VHMDN D]DOL GDODP µHQWLWDVHQWLWDV SHUPDQHQ¶ DODµ\ƗQ DOWVƗELWDK), yang merupakan bentuk penampakan diri (WDMDOOƯ) alH̔aqq7XKDQ PHQDPSDNNDQ GLUL1\D NHSDGD KDPED1\DVHVXDLGHQJDQNHVLDSDQVDQJKDPEDXQWXNPHQFDSDLSHQJHWDKXDQWHQWDQJ1\D \DQJDNKLUQ\D'LDµGLSHUVHSVL¶DWDXµGLEDWDVL¶ sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Tuhan memberikan kesiapan (DOLVWLµGƗG seVXDLGHQJDQ¿UPDQ1\DGDODPVXUDW7ҍƗKƗ 11 Tuhan mengangkat selubung atau tirai (h̡LMƗE DQWDUD 'LD GDQ KDPED1\D ODOX VDQJ KDPED PHOLKDW1\D GDODP EHQWXN NHSHUFDyaannya.12 Jadi, Tuhan yang ia saksikan adalah Tuhan dalam kepercayaannya sendiri. Dalam konteks pluralitas agama, SHQMHODVDQ,EQµ$UDEƯWHQWDQJVHOXNEHOXNWDMDOOƯ memunculkan pemahaman aksiomatik bahwa keragaman agama merupakan konsekuensi alamiah dari ketakterbatasan penampakan diri Tuhan. Seperti telah disinggung bahwa 7XKDQ
yang beragam itu pulalah yang mewajibkan Tuhan ber-WDMDOOƯ dalam bentuk beraneka. Jadi ini seperti hubungan yang tiada akhir atau siklus tiada akhir antara WDMDOOƯ Tuhan dengan keyakinan yang dianut manusia. Dari sisi makhluk, kemajemukan agama dan keyakinan merupakan tahapan simultan dari µNHVLDSDQ¶ DOLVWLµGƗG DWDX µGD\D WHULPD¶ (TDEnjO) tiap-tiap makhluk atau tiap dunia fenomenal untuk menjadi mah̡all (lokus, ZDGDK GDULSHQDPSDNDQ1\D Dengan kata lain, kemajemukan agama yang ada di dunia fenomenal merupakan konsekuensi langsung GDUL SHUEHGDDQ µNHVLDSDQ¶ DWDX NDSDVLWDV makhluk untuk menerima WDMDOOƯ1\D -DGL ketika Tuhan menampakkan diri, ukuran EDKZD VHVXDWX PHQHULPD SHQDPSDNDQ1\D DNDQ GLWHQWXNDQ ROHK µNHVLDSDQQ\D¶ XQWXN menampungnya. ,EQ µ$UDEƯ mengaitkan WDMDOOƯ dengan V\DULµDW SDUD QDEL GDQ UDVXO 7DMDOOƯ mesti beraneka yang penyebabnya adalah perbedaan V\DULµDW 6\DULµDW DGDODK VHEXDK MDODQ \DQJ menyampaikan manusia kepada Tuhan. Dan NDUHQD V\DULµDW EHUEHGDEHGD PDND WDMDOOƯ1\D PHVWL EHUDJDP VHSHUWL EHUDJDPQ\D SHPEHULDQ 7XKDQ %HQWXNEHQWXN V\DULµDW yang beragam tak lain disebabkan perbedaan hubungan-hubungan ketuhanan (al-nisab alLOƗKL\\DK) Satu umat memiliki hubungan ketuhanan yang berbeda dari umat yang lain NDUHQDV\DULµDWQ\DPHPDQJEHUEHGDVDWXVDPD lain.-DGLEDJL,EQµ$UDEƯ proses WDMDOOƯ tak dapat dipisahkan dari respon manusia. Ada interaksi antara WDMDOOƯ GDQ UHVSRQ LQWHUDNVL itu menghasilkan satu bentuk LµWLTƗG(aqidah) selalu berkesesuaian dengan WDMDOOƯ1\D Karena itu bagi Syaykh (panggilan lain untuk ,EQµ$UDEƯ), seseorang yang meyakini Tuhan ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO, Kata kerja yaqbal dan mas̞dar-nya DOTDEnjO serta kata DOLVWLµGƗG dalam konteks WDMDOOƯ disebut Ibn µ$UDEƯ dalam banyak tempat pada )XWnjK̡ƗWdan Fus̞njV̞. Pada )XWnjK̡ƗW misalnya disebut dalam YRO , YRO ,9 YRO 9 3DGD Fus̞njV̞ misalnya disebut dalam vol. I, 120-1. ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO,
Media Zainul Bahri, Kesatuan Transenden Agama-Agama dalam Pandangan ,EQµ$UDEƯ
249
itu berbentuk alam atau dalam bentuk lainnya sesuai dengan yang diyakininya, maka Tuhan ber-WDMDOOƯ sesuai dengan keyakinan orang tersebut. Dan karena masing-masing WDMDOOƯ Tuhan adalah satu dan tidak pernah berulang, maka dapat dikatakan masing-masing agama DGDODK VDWX GDQ EHUVLIDW HNVNOXVLI EHUEHGD satu sama lain. Tetapi, perbedaan itu tidak bersifat mutlak, karena satu sama lain, secara esensial, juga memiliki hubungan, titik temu, bahkan kesatuan. 5HVSRQV PDQXVLD WHUKDGDS SHQDPSDNDQ Diri Tuhan, seperti telah disinggung, akan sangat bergantung atau disesuaikan dengan NDSDVLWDV µNHVLDSDQ¶ DOLVWLµGƗG) atau µGD\D WHULPD¶ DOTDEnjO) Dengan kata lain, manusia merespon sesuai dengan kapasitas pengetahuan dan pengalamannya, yang kemudian melahirkan keyakinan (aqidah, LµWLTƗG) atau kepercayaan (ƯPƗQ) akan 7XKDQ'DODPNRQWHNVLQL,EQµ$UDEƯsering PHQJXWLS SHQGDSDW LPDP -XQD\G Z VHRUDQJ JXUX VX¿ PDV\KXU GDUL %DJKGDG yang memiliki metafora bahwa warna air tergantung akan warna wadah atau bejananya. 0HQXUXW 6\DIDµDWXQ NHFLQWDDQ ,EQ µ$UDEƯ terhadap metafora air ini tidak menunjukkan bahwa ia memandang semua agama memiliki makna yang sama. Interpretasi Shaykh terhadap metafora air yang dibuat oleh Junayd adalah sebuah penegasan bahwa jika air merepresentasikan wujud Tuhan, maka keaneragaman agama direpresentasikan oleh warna atau warna-warna bejananya. Karena itu, warna atau warna-warna secara ODQJVXQJEHUNDLWDQGHQJDQµNHVLDSDQ¶DJDPD tertentu untuk menerima manifestasi tertentu dari al-H̔aqq. Pada gilirannya, akan terlihat ada beberapa agama yang mungkin bersifat monokromatik atau memiliki warna sangat
terbatas atau bahkan kabur. Ada agamaagama lain mungkin memiliki warna-warna yang lebih jelas, tetapi semuanya memunyai NXDOLWDV \DQJ VDPD
,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWvol. VI, 212. 6\DIDµDWXQ $OPLU]DQDK Paths to Dialogue: Learning from Great Masters (Herndon: USA: IIIT, ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO, ,EQµ$UDEƯFus̞njV̞,YRO,,EQµ$UDEƯ )XWnjK̡ƗWYRO,
6\DIDµDWXQ $OPLU]DQDK Paths to Dialogue: Learning from Great Masters, 21 ,EQ µ$UDEƯ )XWnjK̡ƗW YRO , 6\DIDµDWXQ Paths to Dialogue: Learning from Great Masters, 22 HҐassan HҐDQDIƯ 'LUƗVƗW ,VOƗPL\\DK (Kairo: 0DNWDEDKDO$QMDOXDO0LVҚUL\\DKWWK
20
Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012
250
universal yang bisa dipakai di setiap masa, situasi, dan kondisi. Satu Tuhan Banyak Nama Dalam perspektif falsafat perenial, manusia, dalam sejarahnya, menyebut 7XKDQ
Absolut itu sendiri. Setiap nama adalah aspek DWDXEHQWXNNKXVXVGDUL
7RVKLKLNR ,]XWVX 6X¿VP DQG 7DRLVP $ Comparative Study of Key Philosophical Concepts 7RVKLKLNR ,]XWVX 6X¿VP DQG 7DRLVP $ Comparative Study of Key Philosophical Concepts 7RVKLKLNR ,]XWVX 6X¿VP DQG 7DRLVP $ Comparative Study of Key Philosophical Concepts, 100.
$EG 0RTVLWK *KD]DOL $UJXPHQ Pluralisme $JDPD, 0HPEDQJXQ 7ROHUDQVL %HUEDVLV $O4XUǯDQ 'HSRN.DWD.LWD .RPDUXGGLQ +LGD\DW GDQ 0XKDPPDG :DK\XQL 1D¿V $JDPD 0DVD 'HSDQ 3HUVSHNWLI Filsafat Perennial-DNDUWD*UDPHGLD
Media Zainul Bahri, Kesatuan Transenden Agama-Agama dalam Pandangan ,EQµ$UDEƯ
,QLODK\DQJGLPDNVXGROHK$EnjDO4ƗVLP,EQ4DVƯ NHWLND LD PHQJDWDNDQ GDODP NDU\DQ\D .KDOµ DO 1DµOD\Q 0HOHSDVNDQ 'XD 6DQGDO EDKZD VHWLDS nama Tuhan mengandung dalam dirinya semua QDPD 7XKDQ GDQ VHPXD VLIDWVLIDW1\D
'DULSHUQ\DWDDQ,EQµ$UDEƯLQLsetidaknya ada dua pengertian yang dapat dipahami. Pertama, setiap nama adalah satu dan sama dengan nama-nama lain sejauh nama-nama LWX PHUXMXN NHSDGD (VHQVL ]DW \DQJ VDPD meskipun nama-nama itu menampakkan NRQWUDGLNVL VHSHUWL µ
251
kesatuan (ah̡adiyyah), sedangkan pengertian kedua menunjukkan bahwa nama-nama itu mengandung keanekaan (katsrah.) Dengan kata lain, nama-nama Tuhan mengandung keesaan dan keanekaan sekaligus. %DJL,EQµ$UDEƯkeesaan Tuhan dari segi ]DW1\D EHEDV GDQ EHUVLK GDUL al-katsrah, QDPXQ VHNDOLJXV MXJD NHHVDDQ1\D GDUL VHJL QDPDQDPD1\D PHQJDQGXQJ al-katsrah. ,EQ µ$UDEƯ PHQ\HEXW ³7XKDQ SDGD GLUL1\D VHQGLUL KDQ\D PHPLOLNL NHHVDDQ
Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012
252
GL GDODP1\D GDQ WLGDN PHQGDPSLQJL1\D DWDXEHUGDPSLQJDQGHQJDQ1\Dit is within it and not alongside it.) %DJL 6FKXRQ NHUDJDPDQ VHEDJDL µ\DQJ EDQ\DN¶DGDODKDVSHNOXDUoutward aspect) alam ini, yang keberadaannya amat penting demi melihat fenomena menurut realitas terdalam (inward reality) dari keragaman itu, yang menyebabkan lahirnya bermacammacam jenis dan bentuk yang berbeda VHEDJDL PDQLIHVWDVL GDUL
maka nama-nama tersebut adalah satu dan VDPD VHMDXK PHUXMXN NHSDGD (VHQVL1\D DWDX ]DW1\D Dari segi penunjukan Esensi ini, nama-nama itu mengandung keesaan (ah̡adiyyah. 1DPXQ VHMDXK QDPDQDPD itu menunjukkan pengertian, kualitas atau realitas masing-masing, maka nama-nama itu adalah banyak dan beraneka. Dari segi penunjukan makna dan kualitas yang berbeda-beda ini, nama-nama mengandung keanekaan (katsrah.) Jalan-Jalan Menuju Tuhan Dalam tradisi agama-agama dunia, agama biasa dimaknai sebagai jalan: jalan menuju Tuhan. Karena itu pluralitas agama berarti kenyataan yang menegaskan ada banyak MDODQPHQXMX7XKDQ$O4XU¶ƗQVHQGLULVHULQJ menyebut istilah (syir‘ah), (VDEƯO atau 1DPXQSHQWLQJMXJDGLSHUKDWLNDQEDKZDEDJL ,EQ µ$UDEƯ VHQGLUL VHEDJDL DOLP 0XVOLP NDWD $OODK adalah nama yang paling besar dan mencakup (semua nama.) Karena itu Dia memiliki arti-arti semua nama ilahi. $OODK adalah kumpulan realitas-realitas dari nama-nama ilahi keseluruhannya. $OODK adalah yang mencakup nama-nama yang saling berlawanan dan yang tidak saling berlawanan sekaligus. $OODK adalah QDPD\DQJPHQXQMXNNDQ7XKDQEDLNGDULVHJL]DW1\D PDXSXQ GDUL VHJL QDPDQDPD1\D VHNDOLJXV /LK Ibn µ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO9,YRO9,,/LK MXJD6XµƗGDO+ҐDNƯPal-Mu‘jam al-S̞njIƯDO+̔LNPDKIƯ al-H̔XGnjG DO.DOLPDK %HLUXW 'DQGDUDK .DXWVDU$]KDUL1RHU,EQDOµ$UDEƯ 6HSHUWLGLVHEXWGDODP4VDO0Ɨ¶LGDK ³Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan jalan dan metode (aturan hidup.) Sekiranya $OODKPHQJKHQGDNLQLVFD\DNDPXGLMDGLNDQVDWXXPDW VDMD WHWDSL $OODK KHQGDN PHQJXML NDPX WHUKDGDS pemberianNya kepadamu, maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Hanya kepada $OODKODK NDPX NHPEDOL ODOX GLEHULWDKXNDQ NHSDGDPX apa yang telah kamu perselisihkan itu´ 0LVDOQ\DGLVHEXWGDODP4VƖOXµ,PUƗQ “Dan di antara ahli kitab ada orang yang jika kamu memercayakan kepadanya harta yang banyak, GLNHPEDOLNDQQ\D NHSDGDPX GDQ GL DQWDUD PHUHND ada orang yang jika kamu memercayakan kepada mereka satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan, “Tidak ada dosa EDJLNDPLVDEƯOPHQMDGLMDODQ WHUKDGDSRUDQJRUDQJ XPPƯ´'DQPHUHNDVHEHQDUQ\DEHUNDWDGXVWDWHUKDGDS
Media Zainul Bahri, Kesatuan Transenden Agama-Agama dalam Pandangan ,EQµ$UDEƯ
253
(subul), (t̜DUƯTDK 39 (mansak)40 dan (s̞LUƗW̜)41 0LVDOQ\DGLVHEXWGDODP4VDO0Ɨ¶LGDK ³'HQJDQNLWDELWXODK$OODKPHQXQMXNLRUDQJ orang yang mengikuti keridaanNya ke jalan-jalan VXEXO NHVHODPDWDQGDQGHQJDQNLWDELWXSXOD $OODK mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizinNya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” DWDXGDODPDO$QµƗP “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (subul) yang lain, karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari MDODQ1\D VDEƯOLKL \DQJ GHPLNLDQ LWX GLSHULQWDKNDQ $OODK´ atau dalam TҍƗKƗ “Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan (subul), dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacammacam.” 6HSHUWLGLVHEXWGDODP4VDO-LQQ “Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan Lurus di atas jalan (t̜DUƯTDK LWXEHQDUEHQDU Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar.” 0LVDOQ\DGLVHEXWGDODP4VDO+ҐDMM “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami ciptakan mansak (cara) penyembelihan kurban, supaya mereka PHQ\HEXW QDPD $OODK WHUKDGDS ELQDWDQJ WHUQDN \DQJ WHODKGLUL]NLNDQ$OODKNHSDGDPHUHND0DND7XKDQPX ialah Tuhan Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepadaNya, dan berilah kabar gembira kepada RUDQJRUDQJ\DQJWXQGXNSDWXKNHSDGD$OODK ´ DWDXGDODP4VDO+ҐDMM “Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan mansak (cara, jalan) tertentu yang mereka lakukan. Maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari‘ah) ini dan serulah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.” DWDXGDODPDO%DTDUDK $SDELOD NDPX WHODK PHQ\HOHVDLNDQ LEDGDK KDMLPX PDND EHUG]LNLUODK GHQJDQ PHQ\HEXW $OODK sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membanggabanggakan) nenek moyangmu, atau bahkan berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,” dan Tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.” 0LVDOQ\DGDODP4VDO)ƗWLKҝDK 'HQJDQPHQ\HEXWQDPD$OODK0DKD3HPXUDK lagi Maha Penyayang 6HJDODSXMLEDJL$OODK7XKDQVHPHVWDDODP Maha Pemurah lagi Maha Penyayang yang menguasai di Hari Pembalasan
$OODKSDGDKDOPHUHNDPHQJHWDKXL´ DWDXGDODPDO$QµƗP “Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat DO4XU¶ƗQVXSD\DMHODVVDEƯOMDODQ RUDQJRUDQJ\DQJ VDOHKGDQVXSD\DMHODVSXODVDEƯOMDODQ RUDQJRUDQJ yang berdosa.” DWDXGDODPDO%DTDUDK “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap RUDQJRUDQJ \DQJ JXJXU GL MDODQ $OODK VDEƯOLOOƗK bahwa mereka itu mati, bahkan sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” DWDXGDODPDO%DTDUDK ³'DQ SHUDQJLODK GL MDODQ $OODK VDEƯOLOOƗK orang-orang yang memerangi kamu, tetapi janganlah NDPX PHODPSDXL EDWDV NDUHQD VHVXQJJXKQ\D $OODK tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” DWDXGDODPDO%DTDUDK “Dan belanjakanlah harta bendamu di jalan $OODK VDEƯOLOOƗK GDQ MDQJDQODK NDPX PHQMDWXKNDQ dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat EDLNODK NDUHQD VHVXQJJXKQ\D$OODK PHQ\XNDL RUDQJ orang yang berbuat baik.” DWDXGDODPDO%DTDUDK “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan H̔DUƗP.DWDNDQODK³%HUSHUDQJ GDODPEXODQLWXDGDODKGRVDEHVDUWHWDSLPHQJKDODQJL PDQXVLD GDUL MDODQ $OODK VDEƯOLOOƗK ND¿U NHSDGD $OODK PHQJKDODQJL PDVXN 0DVMLG DO+̔DUƗP GDQ mengusir penduduknya dari sekitarnya adalah lebih EHVDU GRVDQ\D GL VLVL $OODK´ 'DQ EHUEXDW ¿WQDK lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-henti memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada NHND¿UDQ VHDQGDLQ\D PHUHND VDQJJXS %DUDQJVLDSD murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia PDWL GDODP NHND¿UDQ PDND PHUHND LWXODK RUDQJ VLD sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orangRUDQJ \DQJ EHUKLMUDK GDQ EHUMLKDG GL MDODQ $OODK PHUHND LWX PHQJKDUDSNDQ UDKPDW $OODK GDQ $OODK Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Kata ini dengan berbagai variasinya disebut DO4XU¶ƗQ VHNLWDU NDOL /LK )D\Gқ Allah al-HҐDVDQƯ DO0DTGLVƯ, Fath̡ al-Rah̡PƗQOL7̑ƗOLEDOƖ\ƗWDO4XU¶ƗQ %HLUXW'ƗUDO)LNU
254
Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012
dalam konteks jalan-jalan yang ditempuh manusia menuju Tuhan. Kata atau istilah LQL PHQJLPSOLNDVLNDQ EDKZD µMDODQ GDODP EHUDJDPD¶ WLGDN KDQ\D VDWX WHWDSL EHUDJDP Jalan menuju Tuhan memang hanya satu, yaitu jalan lurus (al-s̞LUƗW̜ DOPXVWDTƯP), tetapi jalurnya banyak. Karena itu, ada banyak jalan menuju Tuhan.1DPXQGHPLNLDQSHUQ\DWDDQ DO4XU¶ƗQ WHQWDQJ MDODQ ELDVDQ\D GLEDUHQJL dengan penegasan tentang jalan yang lurus dan jalan yang diberi nikmat, yakni jalanjalan yang mesti ditempuh kaum beriman, dan sebaliknya, yakni jalan yang dimurkai, jalan yang sesat dan jalan-jalan lain yang mesti dihindari kaum yang mendambakan kebahagiaan hakiki. .DXP VX¿ MXJD PHQJDNXL DGD EDQ\DN MDODQ PHQXMX 7XKDQ $Enj 6DµƯG E $Enj DO Hanya Engkaulah Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan Tunjukilah Kami jalan lurus (yaitu) Jalan orang-orang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat DWDXGDODPƖOXµ,PUƗQ ³6HVXQJJXKQ\D$OODK7XKDQNXGDQ7XKDQPX karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan lurus.” DWDXGDODP<Ɨ6ƯQ “Dan hendaklah kamu menyembahKu. Inilah jalan lurus.” DWDXGDODPDO%DTDUDK “Orang-orang yang kurang akal di antara PDQXVLD DNDQ EHUNDWD ³$SDNDK \DQJ PHPDOLQJNDQ mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Bayt al-Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?” .DWDNDQODK³.HSXQ\DDQ$OODKODKWLPXUGDQEDUDW'LD memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya ke jalan lurus.” Kata ini dengan berbagai variasinya disebut DO4XU¶ƗQ VHNLWDU NDOL /LK )D\Gқ DO0DTGLVƯ, Fath̡ al-Rah̡PƗQ 0HQXUXW 1DVU VHWLDS DJDPD \DQJ LQWHJUDO harus menawarkan kepada pengikutnya tidak hanya petunjuk yang benar untuk hidup di dunia ini serta harapan tentang visi yang penuh kebahagiaan tentang alam berikutnya, melainkan juga sarana (jalan) untuk mencapai visi tersebut yang harus dijalani dalam NHKLGXSDQ LQL 6H\\HG +RVVHLQ 1DVU The Garden of Truth: Mereguk Sari Tasawuf WHUM <XOLDQL /LSXWR %DQGXQJ 0L]DQ 'DODP NHQ\DWDDQ historis seluruh agama memang telah menawarkan atau membentangkan bentuk-bentuk jalan (doktrin dan ritus) untuk mencapai Tuhan dan kebahagiaan abadi.
.KD\U VHRUDQJ JXUX VX¿ DJXQJ GDUL .KXUƗVƗQ ,UDQ SHUQDK EHUGHQGDQJ ³$GDVHULEXMDODQPHQXUXWFDWDWDQODLQMDODQ itu sebanyak partikel yang ada di dunia ini, namun jalan yang terpendek, terbaik dan termudah menuju Tuhan adalah memberi NHQ\DPDQDQ NHSDGD RUDQJ ODLQ´ %DJL $Enj 6DµƯG LEDGDK VRVLDO PHUXSDNDQ MDODQ yang terindah menuju Tuhan. Dalam irama VHUXSD ,EQ µ$UDEƯ MXJD menyebut bahwa jalan-jalan (t̜uruq) menuju Tuhan jumlahnya sebanyak nafas-nafas yang melekat pada VHOXUXK PDNKOXN VHWLDS KHPEXVDQ QDIDV yang bermakna setiap jalan, sesungguhnya keluar dari hati. Hati, dalam konteks jalan ini, adalah wadah bagi keyakinan (LµWLTƗG) terhadap Tuhan. Seluruh keyakinan manusia EHUVHPD\DPGLKDWLLQL%DJL,EQµ$UDEƯMLND seseorang menjadikan waktu (dahr) sebagai sesembahannya atau aqidahnya (maksudnya kaum materialis), maka ia akan sampai kepada Tuhan dari penampakan (WDMDOOƯ) QDPD1\Dal-dahr. -DGLSDGDVLVLLQL,EQµ$UDEƯPHQJDLWNDQ pandangannya tentang jalan (menuju Tuhan) GHQJDQJDJDVDQVX¿VWLNQ\DPHQJHQDLWDMDOOƯ DVPƗ¶ .DUHQD LWX ODQMXW ,EQ µ$UDEƯ MLND seseorang meyakini paham naturalisme sebagai tuhannya, maka Tuhan menampakkan GLUL1\D NHSDGD \DQJ EHUVDQJNXWDQ GDODP bentuk alam. Demikianlah, Tuhan akan ber-WDMDOOƯ kepada setiap apa yang menjadi keyakinan/aqidah makhluk. Aqidah dalam hubungannya sebagai jalan (manusia) menuju Tuhan. Dari penjelasan Shaykh, kita memahami ada interaksi antara WDMDOOƯ dan respon manusia. Interaksi itu menghasilkan suatu bentuk keyakinan (aqidah) yang selalu berkesesuaian dengan WDMDOOƯ1\D 1DPXQ SDGD VLVL ODLQ SDQGDQJDQ -DYDG1XUEDNKVK³7KH.H\)HDWXUHVRI6X¿VP LQWKH(DUO\,VODPLF3HULRG´GDODP/HRQDUG/HZLVRKQ (ed.), 7KH+HULWDJHRI6X¿VP&ODVVLFDO3HUVLDQ6X¿VP from its Origin to Rumi (700-1300) 2[IRUG2QHZRUOG [[YL ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗW vol. VI, 212.
Media Zainul Bahri, Kesatuan Transenden Agama-Agama dalam Pandangan ,EQµ$UDEƯ
,EQ µ$UDEƯ WHQWDQJ MDODQ sesungguhnya berhubungan erat dengan gagasan teologisnya mengenai perintah WDNZƯQƯ dan WDNOƯIƯ serta NODLPLGHQWLWDVQ\DVHEDJDLµ0XVOLPIRUPDO¶ yang menyatakan hanya jalan (V\DUƯµDK) Islamlah yang dapat mengantarkan seorang hamba kepada Tuhan dengan mudah, ringan dan penuh cahaya serta kebahagiaan. Surat DO)ƗWLKҝDK PLVDOQ\D²\DQJ PHPEDKDV tentang jalan, yakni (1) jalan lurus (al-s̞LUƗW̜ DOPXVWDTƯP), yaitu jalan orang-orang diberi nikmat, (2) jalan mereka yang dimurkai, GDQ MDODQPHUHND\DQJVHVDW²GDULVXGXW perintah WDNZƯQƯ, semua jalan adalah lurus GDQ EDLN NDUHQD VHPXD DGDODK FLSWDDQ1\D EHUDVDO GDUL1\D 'DUL VXGXW SHULQWDK LQL tak ada jalan tak lurus dan tak ada jalan tak mengantarkan makhluk kepada Tuhan. 1DPXQ GDUL VXGXW SHULQWDK WDNOƯIƯ , hanya jalan yang disebut pertama saja (yakni al-s̞LUƗW̜ DOPXVWDTƯP) yang benar-benar merupakan jalan lurus. 6HODQMXWQ\D PHQXUXW ,EQ µ$UDEƯ MDODQ jalan menuju Tuhan terdiri dari lima jalan. Pertama jalan Allah (s̞LUƗWҘ $OODK), yakni jalan umum yang terkandung di dalamnya segala jalan yang menyampaikan NHSDGD 7XKDQ EDLN EHUXSD V\DULµDW ,ODKL PDXSXQKDVLONRQVWUXNVLSHPLNLUDQUDVLRQDO semuanya akan sampai kepada Tuhan. 1DPXQ GHQJDQ VHEDE MDODQ LQL DGD \DQJ mendapat kenikmatan dan ada pula yang mendapat kesengsaraan. Inilah jalan umum sebagaimana yang dikatakan oleh para kekasih Allah bahwa jalan menuju Tuhan amat banyak sebanyak nafas makhluk. Jalanjalan ini berhubungan erat dengan segala macam penampakan (WDMDOOL\\ƗW) nama dan sifat Tuhan seperti yang telah dijelaskan. Di jalan umum ini, jika sang hamba mengikuti perintah Tuhan, ia akan selamat dan bahagia. Sebaliknya, jika ia enggan mengikuti semua
SHULQWDKGDQODUDQJDQ1\DLDDNDQGLVLNVDGL dalam neraka. Dengan kata lain, di jalan yang umum ini berlaku perintah WDNOƯIƯ 0DQXVLD memiliki kebebasan untuk memilih dan menentukan jalan hidupnya: apakah ia akan KLGXS GHQJDQ PHQJLNXWL SHULQWDK V\DULµDW atau membangkangnya. Kedua adalah jalan mulia (s̞LUƗW̜ al-‘izzah), atau jalan orang mulia, (s̞LUƗW̜ DOµD]Ư]) Jalan ini diisyaratkan oleh ¿UPDQ 7XKDQ ³menuju jalan Maha Mulia lagi Maha Terpuji´ 4V ,EUƗKƯP Inilah jalan penyucian (WDQ]ƯK) Tidak akan sampai ke jalan ini kecuali seseorang telah menyucikan dirinya (dari keinginan) untuk menjadi Rabb (tuan) atau sayyid (orang mulia.) Ketiga adalah jalan Tuhan (s̞LUƗW̜ al-rabb.) Jalan ini diisyaratkan oleh 7XKDQ ³Barang siapa yang dikehendaki $OODKPDND$OODKDNDQPHPEHULSHWXQMXNGDQ melapangkan dadanya untuk berserah diri, dan barang siapa yang dikehendaki sesat PDND$OODKDNDQPHQMDGLNDQGDGDQ\DVHVDN dan sempit seolah-olah ia sedang mendaki ke langit” 4V DO$QµƗP MXJD ¿UPDQ1\D ´Inilah jalan lurus Tuhanmu´ 4V DO$QµƗP 'LVHEXW VHEDJDL jalan Tuhan karena Tuhan (Rabb) memang memanggil para makhluk (DOPDUEnjE) dan menjadikan mereka tetap konsisten di jalan ini. Siapa yang keluar dari jalan ini maka ia telah menyimpang dan tak akan bisa bersikap LVWLTƗPDK lagi. Keempat adalah jalan nikmat (s̞LUƗWҘ al-ni‘am) atau jalan Sang Pemberi nikmat (s̞LUƗWҘ al-Mun‘im.) Jalan LQLGLLV\DUDWNDQROHK$OODKGDODP¿UPDQ1\D ´Jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat´4VDO)ƗWLKҝDK ´Jalan orangRUDQJ \DQJ GLEHUL QLNPDW ROHK $OODK DWDV ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO9,/LKMXJD William. C. Chittick, The Self-Disclosure of God: 3ULQFLSOHRI,EQDOµ$UDEƯ¶V&RVPRORJ\$OEDQ\1HZ
William. C. Chittick, The 6X¿ 3DWK RI .QRZOHGJH,EQDOµ$UDEƯ¶V0HWDSK\VLFVRI,PDJLQDWLRQ $OEDQ\6WDWH8QLYHUVLW\RI1HZ
255
Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012
256
mereka´4VDO1LVƗ¶ -DODQLQLDGDODK MDODQ\DQJGLDQXJHUDKLSHWXQMXN$OODKMDODQ \DQJGXOXGLWHPSXKROHKQDEL1njKҝ,EUƗKƯP 0njVƗGDQµƮVƗ4VDO6\njUƗ .DUHQD LWX ,EQ µ$UDEƯ PHQ\HEXW MDODQ ini sebagai jalan komprehensif yang ditempuh oleh setiap nabi dan rasul dalam menegakkan agama dan PHPELQD SHUVDWXDQ XPDW %DJL ,EQ µ$UDEƯ agama para nabi dan rasul adalah satu, yakni DJDPD WDXKLG VHPXDQ\D EHUDVDO GDUL$OODK QDPXQ MDODQ DWDX V\DULµDW PHUHND EHUEHGD beda satu sama lain sesuai dengan konteks VRVLRKLVWRULV WHPSDW PHUHND EHUDGD 0HVNL berbeda, tetapi semua jalan mereka adalah MDODQ SHQXK GHQJDQ QLNPDW GDQ NDXP \DQJ menempuh jalan para nabi ini hendaknya tetap bersatu dan bersikap LVWLTƗPDK49 Kelima adalah jalan khusus (s̞LUƗW̜ DONKƗV̞s Қ \DNQL MDODQ 1DEL 0XKҝDPPDG \DLWX DO4XU¶ƗQ GHQJDQ WDOL $OODK \DQJ NRNRK GDQ V\DULµDWQ\D EHUVLIDW NRPSUHKHQVLI 0HQXUXW ,EQ µ$UDEƯ 1DEL 0XKҝammad adalah imam atau pemimpin para nabi dan rasul, bahkan tuan bagi seluruh umat manusia di Hari Kiamat nanti. 5LVDODK NHQDELDQQ\D PHQXWXS NHQDELDQ GDQ kerasulan yang lain secara umum, baik secara ODKLU PDXSXQ VHFDUD EDWLQ .DUHQD V\DULµDW yang dibawanya bersifat sempurna, maka EDJL ,EQ µ$UDEƯ LD PHQJKDSXV nasakh) V\DULµDWV\DULµDW VHEHOXPQ\D GDODP DUWL V\DULµDWWHUGDKXOX\DQJWLGDNWHUFDNXSGDODP V\DULµDW0XKҝammad tidak perlu dipraktikkan lagi. %DJL ,EQ µ$UDEƯ \DQJ WHUEDLN adalah mengikuti jalan (VDEƯO 1DEL 0XKҝammad VHFDUD SHQXK GDQ XWXK GHQJDQ FDUD mengimani, meyakini dan memraktikkan V\DULµDWVDQJ1DELODOXPHQLQJJDONDQVHPXD jalan (subul) yang lain.-DODQVDQJ1DELLQL adalah jalan lurus, mudah, tiada hambatan dan mara bahaya, penuh nikmat dan tentu saja inilah jalan kebahagiaan hakiki (t̜DUƯT ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO9, ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO9, ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗW vol. VI, 210.
DOVDµƗGDK) .HZDMLEDQ NDXP 0XVOLP untuk menempuh jalan ini dan meninggalkan jalan-jalan yang lain secara tegas disebut $OODK GDODP ¿UPDQ1\D ³Dan ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah ia, dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu akan menceraiberaikan kalian dari jalanNya [yang benar] 4VDO$QµƗP -DODQ \DQJ OXUXV LQL GLWXQMXNNDQ 1DEL 0XKҝammad dengan membuat garis lurus di tanah dan beberapa garis lain di sebelah kanan dan kiri garis pertama (lurus.) Kemudian, ia meletakkan jarinya di atas garis itu seraya PHPEDFD D\DW ³Dan sesungguhnya ini adalah jalanku yang lurus maka ikutilah olehmu, dan jangan kalian mengikuti jalanjalan itu´ VHPEDUL PHQXQMXN NHSDGD JDULV garis yang terdapat di sebelah kanan dan kiri GDULJDULV\DQJOXUXV ³karena menyebabkan kalian bercerai berai dari jalan-Nya´VDPELO menunjuk kepada garis yang lurus.) %DJL ,EQ µ$UDEƯ VHPXD MDODQ PHPDQJ akan berujung (mengantarkan) kepada Tuhan, namun tidak semua jalan-jalan itu memberi dan menghasilkan kebahagiaan bagi para penempuhnya. Secara umum apa yang disebut sebagai jalan lurus terdiri atas jalan yang mulia (s̞LUƗWҘ al-‘izzah), jalan Tuhan (s̞LUƗWҘ al-rabb), jalan nikmat (s̞LUƗWҘ al-ni‘am) dan jalan khusus (s̞LUƗWҘ DONKƗV̞s̞. 1DPXQMDODQOXUXV\DQJNKXVXV dan sempurna serta penuh kebahagiaan sejati tak lain adalah jalan (V\DUƯµDK) yang diturunkan NHSDGD1DEL0XKҝammad. Dalam konteks ini, penting pula dikePXNDNDQEDKZDEDJL,EQµ$UDEƯV\DULµDW1DEL 0XKҝammad menghapuskan (nasakh) masa EHUODNXQ\D V\DULµDW WHUGDKXOX 6HVHRUDQJ \DQJ PDVLK PHQMDODQNDQ V\DULµDW WHUGDKXOX padahal telah dihapus, maka berarti ia telah PHQJLNXWL KDZD QDIVXQ\D %DJL ,EQ µ$UDEƯ seseorang yang meninggalkan jalan yang GLWHWDSNDQ $OODK PHODOXL V\DULµDW 1DEL ODOX
,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO9, ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO9YRO,,,
Media Zainul Bahri, Kesatuan Transenden Agama-Agama dalam Pandangan ,EQµ$UDEƯ
menempuh jalan yang lain, meskipun ia DGDODKV\DULµDWQDELWHUGDKXOXPDNDLDWHODK menyimpang dari jalan lurus Allah. Dalam HҐDGƯWVGLNXWLSGLDWDVJDULVOXUXV\DQJGLEXDW 1DEL DGDODK V\DULµDW 1DEL 0XKҝammad, sementara garis-garis di sebelah kanan dan NLUL DGDODK V\DULµDW SDUD QDEL WHUGDKXOX .DXP 0XVOLP KHQGDNQ\D PHQJLNXWL JDULV DWDX V\DULµDW 1DEL 0XKҝammad dan tidak GLSHUNHQDQNDQ PHQJLNXWL V\DULµDW WHUGDKXOX NHFXDOL MLND WHWDS GLSDNDL ROHK V\DULµDW 1DEL 0XKҝammad. 'HQJDQ SHQMHODVDQ ,EQ µ$UDEƯ EDKZD V\DULµDW 1DEL adalah jalan unik (NKƗV̞s ̞) dan sempurna, maka ada tiga kesimpulan mengenai jalan-jalan. Pertama, jalan pertama atau jalan umum adalah jalan yang ditempuh oleh para pemeluk agama dan keyakinan bermacam-macam yang ada di bumi ini, termasuk jalan (V\DUƯµDK 1DEL 0XKҝammad.
,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO,,, ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO,,,YRO9,
,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO,,,
257
yang unik (V\DUµNKƗV̞s ̞) yang wajib diikuti, \DNQLMDODQ1DEL0XKҝammad (al-t̜DUƯTDOODG]Ư MƗCDELKL0XK̡ammad, ) Kaum beriman dilarang untuk mengikuti jalan-jalan yang lain, yakni jalan-jalan (V\DUƗ¶Lµ) dan pedoman-pedoman (PDQƗKLM) SDUD UDVXO VHEHOXP 1DEL 0XKҝammad. Hal LQLWLGDNEHUDUWLNDXP0XVOLPPHVWLEHUVLNDS HNVNOXVLI NDUHQD V\DULµDW 1DEL 0XKҝammad bukan sekedar mewajibkan beriman kepada $OODK GDQ UDVXO1\D QDPXQ PHZDMLENDQ SXOD XQWXN EHULPDQ NHSDGD VHPXD V\DULµDW dan kitab yang diturunkan kepada para rasul sebelum beliau. %DKNDQ NDWD ,EQ µ$UDEƯVHOXUXKV\DULµDW\DQJterdahulu telah WHUNDQGXQJGLGDODPV\DULµDW1DEL.6\DULµDW V\DULµDW WHUGDKXOX WLGDN ODJL PHQMDGL KXNXP Tuhan, kecuali sebagiannya yang masih GLWHWDSNDQVHEDJDLV\DULµDWSDGDV\DULµDW1DEL 0XKҝDPPDG,EQµ$UDEƯPHQHJDVNDQ
%DJLLPƗPSHPLPSLQ SHQJLNXW1DEL0XKҝammad hendaknya memilih jalan beliau dan meninggalkan jalan-jalan yang lain dengan tetap meneguhkan GDQ PHPHUFD\DL MDODQMDODQ LWX ,D VDQJ LPƗP tidak dapat mengabdikan dirinya kecuali pada jalan 1DEL MXJD WLGDN PHQJDUDKNDQ SDUD SHQJLNXWQ\D NHFXDOLKDQ\DPHQJDEGLSDGDMDODQLWX-DODQ1DEL menyandang segala sifat yang ada pada jalan-jalan VHEHOXPQ\D VHEDE V\DULµDWQ\D EHUVLIDW XPXP .DUHQD LWX V\DULµDW 1DEL 0XKҝammad mencakup VHOXUXK V\DULDW PHUHND WHWDSL V\DULµDWV\DULµDW
,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO,9 ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO,,, ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO,,, ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO,,,
Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012
258
PHUHNDWLGDNPHQFDNXSV\DULµDW1DEL0XKҝammad.
%DJL ,EQ µ$UDEƯ PHVNLSXQ DGD nasakh, tetapi WLGDNPHPEDWDONDQVHPXDV\DULµDW\DQJ pernah ada. Hanya orang bodoh saja yang menganggap bahwa nasakh membatalkan VHPXD V\DULµDW SDUD QDEL \DQJ SHUQDK DGD .H\DNLQDQ ,EQ µ$UDEƯ WHQWDQJ MDODQ OXUXV (al-s̞LUƗW̜DOPXVWDTƯP) dan jalan kebahagiaan (t̜DUƯT DOVDµƗGDK) yang hanya ditemui pada V\DULµDW 1DEL PHPEXDWQ\D MXJD PHODNXNDQ kritik yang tajam kepada jalan-jalan atau V\DULµDW DJDPD ODLQ NKXVXVQ\D SDGD RUDQJ RUDQJ1DVUDQLGDQ
4XU¶ƗQEHUVLIDW lengkap (MƗPLµ), kitab suci yang paling mencukupi (DJKQƗ), lagi meyakinkan sebagai petunjuk ( , wa anta PLQKX µDOƗ \DTƯQ) Tetapi, dengan merujuk NHSDGD EHEHUDSD D\DW GDODP DO4XU¶ƗQ ,EQ µ$UDEƯ PHQJDQJJDS SDUD SHPLPSLQ $KO DO .LWƗE telah melakukan WDEGƯO (mengganti perkataan Tuhan dalam hal kata) dan tah̡UƯI (mengubah dalam hal makna) dalam kitab suci mereka. Shaykh EHUNDWD³'DQWLGDNODK NLWDENLWDE VXFL VHODLQ DO4XU¶ƗQ LWX EROHK engkau ikuti secara meyakinkan disebabkan tercampur dengan WDEGƯO dan tah̡UƯI , ZD ODVWD PLQ JKD\ULKL µDOƗ \DTƯQ OLPƗ GDNKDODKXPLQDOWDEGƯOZDDOWDK̡UƯI ´ Para pemimpin $KO DO.LWƗE itu, yakni para pemimpin $KO DO7DZUƗW dan Injil, di PDWD ,EQ µ$UDEƯ WHODK PHQMXDO D\DWD\DW Tuhan itu dengan harga yang murah dengan cara WDEGƯO dan tah̡UƯI itu demi harta dan kedudukan (status sosial) sebagai tokoh agama. Selain itu, yang tak kalah pentingnya GDODPNRQWHNVLQL,EQµ$UDEƯMXJDPHQJULWLN tajam cerita-cerita yang terdapat dalam kitab VXFLRUDQJ1DVUDQLGDQ
,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO9,,, ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO9,,, ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO,,, ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO9,
Media Zainul Bahri, Kesatuan Transenden Agama-Agama dalam Pandangan ,EQµ$UDEƯ
7XKDQ \DNQL SHQGXVWDDQ EXDWDQ
,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO,,, ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO,,,
259
,EQ µ$UDEƯ MDODQMDODQ \DQJ GLWHPSXK ROHK orang ODLQWHJDVQ\DROHKNDXPQRQ0XVOLP \DQJ WLGDN PDX PHQHPSXK MDODQ 1DEL 0XKҝammad, adalah jalan kesengsaraan (t̜DUƯT DOV\DTƗZDK) meskipun tujuan yang hendak dicapai adalah satu dan sama. 0HVNLSXQ ia menganut KTA, seperti yang akan kita OLKDW QDPXQ LD WHWDS VHWLD GHQJDQ V\DULµDW ,D WLGDN PHQJDQXW µDJDPD EDWLQ¶ GDQ WLGDN PHPEXDW µDJDPD EDUX¶ GHQJDQ SDKDPQ\D mengenai wah̡GDK DODG\ƗQ 0HVNLSXQ LD SHUFD\D EDKZD SDGD OHYHO µDJDPD LGHDO¶ tak ada penyimpangan, namun ia bersikap NULWLV WHUKDGDS µDJDPDDJDPD KLVWRULV¶ \DQJ GLVDNVLNDQQ\D NDOD LWX DEDG \DQJ dipandangnya telah menyimpang dari jalur \DQJµDVOL¶GDQµLGHDO¶ Kesatuan Esensi dan Agama Cinta ,EQµ$UDEƯPHPDQJWLGDNPHQ\HEXWLVWLODK kesatuan agama-agama (wah̡GDK DODG\ƗQ) Tetapi penjelasannya mengenai kesatuan wujud, kesatuan esensi, dan kesatuan Sumber (Tuhan) dan hal-hal berkaitan dengan itu dapat memberi indikasi, atau sekuatnya bukti, akan adanya paham kesatuan transenden agama-agama. Kesatuan itu dapat dijabarkan GDODPHPSDW SRNRN\DQJSHQXOLVSDKDPL dari keseluruhan pandangan al-Syaykh al$NEDU, yang sejatinya berpusat pada Kesatuan Esensi. Pertama, tentu saja apa yang disebut sebagai kesatuan esensi, dari doktrin wah̡dah DOZXMnjG yang selalu dilekatkan kepada Ibn µ$UDEƯ, muncul pemahaman bahwa Syaykh benar-EHQDU PH\DNLQL EDKZD
,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO,,,YRO9,
Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012
260
DQHND´ DWDX ³(VHQVL DGDODK VDWX WHWDSL hukum-hukumnya beraneka, karena itulah WHUMDGL NHUDJDPDQ UXK GDQ EHQWXN´ atau, ³(VHQVLDGDODKVDWXWHWDSLKXNXPKXNXPQ\D beraneka, yang demikian itu tidak tampak NHFXDOLEDJLRUDQJ\DQJPHQJHWDKXL´ Esensi memiliki dua pengertian: pertama, Tuhan itu sendiri sebagai Sumber dari segala yang ada, dan kedua sebagai yang asal atau sumber dari bentuk-bentuk fenomena yang beragam seperti esensi cahaya atau esensi air yang mengambil banyak bentuk yang EHUEHGDEHGD (VHQVL NHGXDQ\D DGDODK VDWX tidak mungkin berbilang tetapi wadah dan perwujudan dari keduanya dapat berbentuk macam-macam. Dari sisi Esensi, wujud asal yang satu itu tidak dapat menerima keragaman. Esensi yang satu itu memanifestasi dalam bentuk sembilan puluh sembilan nama dengan hukum masing-masing yang beraneka. Semua namaQDPD1\D \DQJ EHUEHGD LWX DGDODK VDWX GDQ sama sejauh merujuk kepada Esensi yang sama. Di saat yang sama nama-nama itu juga mengandung keanekaan (katsrah), dalam arti PHUHNDLQGHSHQGHQEHUGLULVHQGLULPHPLOLNL realitas masing-masing yang berbeda satu sama lain. Di sinilah mereka terlihat banyak (NDWVƯU) Kesatuan esensi ini terkait erat dengan doktrin WDMDOOƯ,EQµ$UDEƯ\DQJVDODK satu pembahasannya menerangkan bahwa meskipun al-H̔aqq Esa namun berbagai macam keyakinan/aqidah (LµWLTƗGƗW), sebagai konsekuensi dari WDMDOOƯ1\D PHQJKDGLUNDQ 7XKDQGDODPEHUEDJDLSHQMHOPDDQPHPEDJL EDJL1\D ODOX PHQ\DWXNDQ1\D NHPEDOL 7XKDQ SDGD GLUL1\D 6HQGLUL (VD GDQ WLGDN EHUXEDK WHWDSL PDNKOXN PHOLKDW1\D banyak, beragam dan berubah. Keragaman PDQLIHVWDVL1\D NHPXGLDQ GLSHUVHSVL VHFDUD beragam pula oleh para pemeluk agama dan NH\DNLQDQ VHVXDL GHQJDQ µNHVLDSDQ¶ GDQ ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO,9 ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO9, ,EQ µ$UDEƯ )XWnjK̡ƗW YRO 9,,, -XJD dikutip oleh William C. Chittick, Imaginal Worlds,
µGD\D WHULPD¶ EHUGDVDUNDQ SHQJHWDKXDQ GDQ pengalaman masing-masing. Karena itu, agama-agama hanya berbeda, bahkan bertentangan pada level bentuk, manifestasi atau perwujudannya seperti GLMHODVNDQ GDODP WHRUL 6FKXRQ GDQ 1DVU Pada level Esensi, agama hanya satu dan VDPD NDUHQD EHUDVDO GDUL 7XKDQ
,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO9, ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO9,
Media Zainul Bahri, Kesatuan Transenden Agama-Agama dalam Pandangan ,EQµ$UDEƯ
ini adalah agama sebagai yang asal atau yang esensi dan bukan sebagai bentuk atau manifestasi. 3HUQ\DWDDQ ,EQ µ$UDEƯ LQL VDPD GHQJDQ SDQGDQJDQ ,NKZƗQ DO6ҜDIƗ¶ GL abad ke-10 \DQJ GLVHEXW ROHK µ$IƯIƯ GDQ$GGDV VHEDJDL NRPXQLWDV 0XVOLP \DQJ EDQ\DN PHPEHUL EDKDQEDKDQ EDJL VLVWHP IDOVD¿VX¿VWLN ,EQ µ$UDEƯ ,NKZƗQ PHQ\DWDNDQ EDKZD DJDPD (DOGƯQ) hanya satu. $OGƯQ dalam pengertian ini adalah sebagai yang asal atau yang esensi yang dianut oleh seluruh nabi dan rasul, karena itu DOGƯQ hanya satu. Dalam konteks ini, terdapat kesatuan DOGƯQ atau kesatuan asal agama yang dianut oleh beragam pemeluk DJDPDGDQNH\DNLQDQ6HPHQWDUDV\DULµDWSDUD nabi dan rasul yang berisi perintah, larangan dan pedoman-pedoman mesti berbeda satu sama lain karena perbedaan konteks kultursosial masing-masing. .DUHQDQ\D V\DULµDW sebagai manifestasi dari DOGƯQ menjadi berbeda dan beragam. ,EQ-DUƯUDO7ҍDEDUƯmufassir dan sejarawan kenamaan yang hidup lima abad sebelum Ibn µ$UDEƯGHQJDQPHQJXWLS4DWƗGDKZ+ telah lebih dahulu mengatakan bahwa agama (GƯQ DGDODK VDWX V\DULµDWQ\D \DQJ VHODOX berbeda-beda (DOGƯQ ZƗK̡LG ZD DOV\DUƯµDK mukhtalifah.) 0XIDVVLU 6\ƯµDK NHQDPDDQ µ$OOƗPDK 7ҍDEƗWѽDEƗµƯ MXJD PHQJRQ¿UPDVL pernyataan serupa bahwa Allah memerinWDKNDQ KDPED1\D XQWXN EHULEDGDK SDGD µVDWX DJDPD¶ \DLWX DJDPD \DQJ WXQGXN NHSDGD1\D DOLVOƗP ODKX 1DPXQ XQWXN merealisasikan hal itu, Allah membuat jalan yang berbeda-beda dan sunnah yang
bermacam-macam sesuai dengan perbedaan karakteristik masing-masing. %DJL ,EQ µ$UDEƯ PHVNL V\DULµDW EHUEHGDEHGD WHWDSL umat manusia seluruhnya diperintahkan untuk tetap bersatu, hidup rukun, dan teguh PHQMDODQNDQ V\DULµDW PDVLQJPDVLQJ .HVDWXDQ V\DULµDW LWX VHOXUXKQ\D GDODP SHQJHUWLDQNHVDWXDQDVDOVXPEHU V\DULµDW .HVDWXDQ DVDO V\DULµDW GLMHODVNDQ MXJD ROHK ,EQ µ$UDEƯ NHWLND PHQMHODVNDQ D\DW \DQJ EHUEXQ\L ³Bagi masing-masing di antara kalian (umat manusia) telah Kami buatkan V\LUµDK ( , jalan) dan PLQKƗM ( , metode)...´ $VDO V\DULµDW \DQJ diturunkan kepada para nabi dan rasul adalah satu, yang berbeda adalah bentuk-bentuk (manifestasi)-nya. Dari syir‘ah yang Asal LQL ODKLUODK PRGHOPRGHO V\DULµDW EHUDJDP (PLQ KƗG]LKL DOV\DUƯµDK MƗ¶D V\LUµXNXP ) Syir‘ah atau t̜DUƯTDK \DQJ DVDO LWX GLLEDUDWNDQ ,EQ µ$UDEƯ seperti pohon yang ranting-rantingnya makan dari asalnya, yaitu pohon tersebut. $WDX VHSHUWL 1DEL 0njVƗ \DQJ PHQHWHN GDUL VXVXLEXQ\D,EXQ\DGLVHEXWVHEDJDLVXPEHU GDQ NHLEXDQ 1DEL 0njVƗ WHUOHWDN SDGD kerelaannya untuk menyusui bukan karena ia telah melahirkannya. Ada hukum kebolehan KDODO SDGD V\DULµDW VDWX QDEL WHWDSL KDUDP SDGD V\DULµDW \DQJ ODLQ 1DPXQ DSD \DQJ GLPDNVXG V\DULµDW GL VLQL DGDODK EHQWXNQ\D yang telah melembaga (formal.) Kesatuan DVDOV\DULµDWYHUVL,EQµ$UDEƯPHQXUXWµ$IƯIƯ DGDODKV\DULµDW\DQJPHODPSDXLkategorisasi $OOƗPDK 7ҍDEƗWҘDEƗµƯ $O0Ư]ƗQ IƯ 7DIVƯU DO 4XU¶ƗQ%HLUXW'ƗUDO)LNUWW YRO9 ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO9, Alegori ,EQ µ$UDEƯ WHUVHEXW EHUGDVDU SDGD argumen bahwa fungsi ibu sebagai yang melahirkan merupakan amanah dan kodrat perempuan yang tak terelakkan. Sedangkan menyusui adalah pilihan yang bisa dilakukan atau tidak tetapi memiliki fungsi yang amat esensial yakni memberi hidup kepada sang bayi. Karena itu kata ,EQµ$UDEƯ³IDXPPXKƗµDOƗDOK̡DTƯTDK man ard̟DµDWKX OƗ PDQ ZDODGDWKX´ /LK ,EQ µ$UDEƯ Fus̞njV̞, vol. I, 201-02. ,EQµ$UDEƯFus̞njV̊, vol. I, 201.
,NKZƗQ DO6ҜDIƗ¶ 5DVƗǯLO ,NKZƗQ DO6̠DIƗ¶ 4XP0DNWDEDO$µOƗPDO,VOƗPƯ+ 0XKҝDPPDGE-DUƯUDO7ҍDEDUƯ-ƗPLµDO%D\ƗQ IƯ7D¶ZƯODO4XU¶ƗQ%HLUXW'ƗUDO.XWXEDOµ,OPL\\DK YRO,93HUQ\DWDDQEDKZDDJDPDSDUDQDEL DGDODKVDWXVHVXQJJXKQ\DSHUQ\DWDDQ1DEL0XKҝammad dalam salah satu HҐDGƯWVQ\D EHUEXQ\L ³Sesungguhnya kami golongan para nabi, agama kami adalah satu..... Para nabi itu bersaudara satu ayah lain ibu´/LK,EQ Taymiyyah, Iqtid̟a’ al-S̠LUƗW̜ DO0XVWDTƯP %HLUXW 'ƗU DO)LNUWW
261
Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012
262
KDODO GDQ KDUDP V\DULµDW LQL GDSDW SXOD GLVHEXW VHEDJDL V\DULµDW wah̡GDK DOZXMnjG yang memberi pengakuan bahwa tiap perbuatan dan tiap keyakinan mendapat rida di mata Tuhan al-H̔aqq. Sebagaimana yang dipahami dari teori WDMDOOƯ bahwa Tuhan al-H̔aqq selalu (dipahami) baru dalam kaitannya dengan berbagai keyakinan (PXµWDTDGƗW) Aqidah keagamaan yang beragam dan berbeda-beda hanyalah dalam bentuk, sebab semuanya memancar dari hakikat yang satu dan asal V\DULµDW\DQJVDWX.DUHQDLWXODKNDWHJRULVDVL \DQJ KDODO GDQ KDUDP GDODP V\DULµDW \DQJ berbeda-beda hanyalah dalam bentuk (s̞njUDK, form), tidak dalam yang esensi atau yang asal. Syir‘ah yang asal atau yang esensi LWXODK \DQJ GLVHEXW ,EQ µ$UDEƯ VHEDJDL alt́DUƯT DOXPDP (jalan umat-umat) atau jalan yang lurus yang ditempuh oleh para pemeluk agama yang berbeda-beda. 'DODP NRQWHNV NHVDWXDQ DVDO V\DULµDW 1DVU PHPDQGDQJ EDKZD GRNWULQ ,EQ µ$UDEƯ tentang Logos, yang nanti diteruskan oleh DO-ƯOƯ secara implisit mengandung prinsip XQLYHUVDOLWDV ZDK\X ,EQ µ$UDEƯ GDODP SHPDKDPDQ1DVUPHPDQGDQJWLDSQDELDWDX pendiri agama merupakan satu aspek dari Logos Tertinggi/Universal (Uncreated Logos) dan masing-masing mereka sendiri juga PHUXSDNDQ VHEXDK µlogos¶ created logos) historis. Setiap logos historis membawa DMDUDQV\DULµDW \DQJEHUEHGDVDWXVDPDODLQ tetapi mereka semua satu dan sama pada Logos Universal. 'HQJDQNHVDWXDQDVDOV\DULµDWEHUDUWLDGD µ$IƯIƯ ³7DµOƯTƗW´ GDODP ,EQ µ$UDEƯ Fus̞njV̞, YRO,, µ$IƯIƯ ³7DµOƯTƗW´ GDODP ,EQ µ$UDEƯ Fus̞njV̞, YRO,, 6H\\HG +RVVHLQ 1DVU Three Muslims Sages: $YLFHQD6XKUDZDUGL,EQ µ$UDEL (Cambridge: Harvard 8QLYHUVLW\3UHVV Pembahasan detail mengenai Logos dapat GLEDFD SDGD :LOOLDP 6WRGGDUW ³$VSHFW RI ,VODPLF (VRWHULVP´ GDODP -HDQ /RXLV 0LFKRQ GDQ 5RJHU Gaetani, ed., 6X¿VP/RYHDQG:LVGRP
NHVDWXDQ DVDO NLWDE VXFL %DJL ,EQ µ$UDEƯ dari sisi (Sumber) Firman (NDOƗP) semua kitab suci sederajat. Tidak ada lebih utama (PXIƗG̟alah) antara satu dengan yang lain, semua kitab bersumber dari satu keluarga tunggal (DONXWXE NXOOXKƗ PLQ DOZƗK̡id), \DNQL EHUDVDO GDUL 7XKDQ 0HVNL GHQJDQ VHJHUD SDGD OHYHO KLVWRULV ,EQ µ$UDEƯ PHQ\HEXW DO4XU¶ƗQ VHEDJDL SDOLQJ OHQJNDS dan komprehensif. 1DPXQ PHVWL GLSDKDPL Allah sendiri menyebut salah satu fungsi GLWXUXQNDQQ\D DO4XU¶ƗQ DGDODK XQWXN membenarkan (mus̞addiqan) dan menopang atau menjaga (muhayminan ‘alayh) kitabkitab (dan s̞uh̡uf VHEHOXPQ\D 0DNVXGQ\D VHFDUD XPXP DO4XU¶ƗQ WXUXW VHUWD PHQMDJD kontinuitas dan keberlangsungan ajaran agama-agama sebelumnya. +D]UDW ,QD\DW .KDQ VHRUDQJVX¿WHUNHQDOGDUL,QGLD\DQJWDNMHPX menyuarakan perdamaian umat manusia PHODOXL VX¿VPH MXJD PHQJXPDQGDQJNDQ kesatuan batini kitab suci. Suara batini semua kitab suci, dalam pandangan Inayat Khan, adalah satu dan sama karena berasal dari sumber yang satu dan sama, yaitu Tuhan, dengan pesan yang satu dan sama, yakni realisasi kesatuan. Dalam kesatuanlah terletak kebahagiaan dan pencerahan manusia dan petunjuk baginya dalam kehidupan. Kesatuan melahirkan harmoni: harmoni seseorang dengan Tuhan, dengan dirinya, dan dengan segala sesuatu. Sebaliknya, tidak adanya kesatuan melahirkan disharmoni: disharmoni seseorang dengan Tuhan, dengan dirinya, dan dengan segala sesuatu. 0HQJHQDL NHVDWXDQ DVDO MDODQ GRNWULQ WDVDZXI ,EQ µ$UDEƯ PHQ\HEXW EDKZD VHPXD jalan adalah jalan Tuhan dan akan berakhir SDGD PXDUD1\D Semua jalan mengarah kepada satu jalan lurus menuju Tuhan. Jalan itu GLVHEXW,EQµ$UDEƯVHEDJDLal-t̜DUƯTDOXPDP, ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO9, +D]UDW ,QD\DW .KDQ The Unity of Religious Ideals/RQGRQ%DUULHDQG-HQNLQV ,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO,,,
Media Zainul Bahri, Kesatuan Transenden Agama-Agama dalam Pandangan ,EQµ$UDEƯ
yang tak lain adalah jalan satu yang lurus (al-t̜DUƯTDOZƗK̡LGDOPXVWDTƯP MDODQLQLODK yang ditempuh oleh para pemeluk agamaagama dengan model keyakinan dan ritus yang berbeda-beda. Tetapi harus dipahami bahwa jalan Tuhan ini dalam pengertiannya \DQJ RQWRORJLV µ$IƯIƯ PHQ\HEXW MDODQ LWX sebagai jalan wah̡GDK DOZXMnjG (Kesatuan Wujud) dan wah̡GDK DOPDµEnjG (Kesatuan
³'DODPNHQ\DWDDQQ\D´NDWD,EQµ$UDEƯ³WDN DGD VHNXWX EDJL 7XKDQ´ GDQ EDKZD VHNXWX sang SHQ\HPEDK EXNDQODK PHUXSDNDQ
,EQµ$UDEƯFus̟njV̟,YRO, µ$IƯIƯ ³7DµOƯTƗW´ GDODP ,EQ µ$UDEƯ Fus̟njV̟, YRO,, $( µ$IƯIƯ The Mystical Philosophy of Muh̡\LG'ƯQ ,EQXOµ$UDEƯ /DKRUH 6+ 0XKDPPDG $VKUDI
263
Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012
264
toleran tentang perbedaan agama-agama. 'DODP SHPDKDPDQ$PƯQ DWDV PRGHO WDVDXI ,EQ µ$UDEƯ SHUEHGDDQ DJDPDDJDPD KDQ\D pada aspek lahirnya belaka, sedangkan pada dimensi hakikat seluruh orang, apapun agamanya, sedang menempuh jalan menuju Tuhan. Perbedaan jalan yang beragam tidak penting lagi sebab tujuan yang hendak dicapai DGDODKVDWXPHQFLQWDL7XKDQ
AhҝPDG$PƯQ Z̚XKU DO,VOƗP %HLUXW 'ƗU DO .LWƗEDOµ$UDEƯWW YRO,9 µ$EG DO4ƗGLU 0DKҝPnjG al-Falsafah alS̞nj¿\\DKIƯDO,VOƗP0DV̞ƗGLUXKƗZD1D]̛DUL\\ƗWXKƗZD 0DNƗQDWXKƗ PLQ DO'ƯQ ZD DO+̔D\ƗK 'ƗU DO)LNU DO µ$UDEƯWW
Hatiku telah terbuka menerima segala bentuk (agama) Padang rumput bagi rusa, Rumah untuk berhala-berhala Gereja bagi para pendeta, Ka‘bah untuk yang tawaf Papan-papan Taurat /HPEDUOHPEDUDO4XU¶ƗQ $NXEHUDJDPDGHQJDQDJDPDFLQWD Ke mana pun ia berlayar $JDPD&LQWD LWXODK agama dan imanku 98
'DODP SHPDKDPDQ 1LFKROVRQ V\DLU ,EQ µ$UDEƯ EDKZD GLULQ\D PHQJDQXW DJDPD cinta menunjukkan tidak ada agama yang lebih luhur dibanding agama cinta dan memiliki Tuhan. Cinta adalah esensi dari VHOXUXK NUHGR ,EQ µ$UDEƯ GDQ NDXP PLVWLN sejati dapat menerima apa pun keyakinan dan persepsi umat beragama terhadap yang diasumsikannya. Karenanya, jika menyelami keseluruhan sistem tasauf ,EQ µ$UDEƯ XWDPDQ\D GRNWULQ wah̡dah alZXMnjG, akan didapati bahwa cinta kepada Tuhan merupakan basis bagi semua bentuk penyembahan. Hal itu setidaknya ditunjukkan ROHK µ$IƯIƯ 0HQ\HPEDK EHUDUWL PHQFLQWDL obyek yang disembah, dan cinta itu adalah suatu prinsip yang meresapi semua wujud dan mengikat mereka bersama.100 Hal itu ,EQ µ$UDEƯ 7KH 7DUMXPƗQ DOµ$V\ZƗT, terj. 1LFKROVRQ /RQGRQ 7KHRVRSKLFDO 3XEOLVKLQJ +RXVH /WG 1LFKROVRQ The Mystics of Islam (London: 5RXWOHGJHDQG.HDJDQ3DXO/WG 100 $( µ$IƯIƯ The Mystical Philosophy of
Media Zainul Bahri, Kesatuan Transenden Agama-Agama dalam Pandangan ,EQµ$UDEƯ
dapat dilihat dari salah satu argumen inti Ibn µ$UDEƯNHWLNDPHPEDQJXQJDJDVDQPLVWLNQ\D tentang wah̡GDK DOZXMnjG bahwa Tuhan senang untuk dikenal lalu Ia menciptakan makhluk. Tuhan mencintai mereka, dengan EXNWL EDKZD UDKPDW1\D OHELK GRPLQDQ OHELKGLGDKXOXNDQGLEDQGLQJPXUND1\DGDQ NDVLK VD\DQJ1\D LWX PHQ\HOXVXSL VHOXUXK FLSWDDQ1\D KLQJJD PHUHND VHPXD EHUDNKLU dengan bahagia (happy ending), dan makhluk SXQPHQFLQWDL1\D 'HQJDQ PHQJXWLS VXUDW DO,VUƗ¶ VHSHUWL WHODK WHUPDNWXE GL DWDV ,EQ µ$UDEƯ meyakini bahwa tidak ada yang dicintai kecuali Tuhan. Sejatinya hanya Tuhan saja \DQJ GLFLQWDL VHOXUXK PDNKOXN1\D WHWDSL nama makhluk menjadi penghalang (tabir.) Apapun yang disembah makhluk, termasuk makhluk yang menyembah makhluk, sesungguhnya hanya menyembah Tuhan, meskipun ia tidak mengetahuinya. Seorang makhluk menamakan obyek sesembahannya dengan 0DQƗW µ8]]Ɨ GDQ /ƗWD 6HWHODK LD PDWL dan tabir tersingkap barulah ia tahu bahwa LD KDQ\D PHQ\HPEDK 7XKDQ %HJLWX SXOD VHRUDQJ SHQ\HPEDK EHUKDOD LD WLGDN GDSDW membedakan antara Tuhan Hakiki atau Dia sebagai Sesembahan Hakiki dengan nama Tuhan sebagai WDMDOOƯ1\D\DQJNHPXGLDQLD namakan sebagai Tuhan.101 %DJL ,EQ µ$UDEƯ 7XKDQ DGDODK
265
Tuhan, semua cinta pada akhirnya adalah Cinta Tuhan, dan bahwa setiap keinginan berada di bawah Satu Kekasih yang transenden (One transcendent Beloved). Inilah pandangan Syaykh pada dimensinya yang ontologis atau hakikat. .DUHQDLWXVHRUDQJµƗULI yang sempurna atau telah disempurnakan ilmu dan kasyf-nya adalah orang yang telah mampu melihat ]DW 7XKDQ GDODP VHWLDS SHQDPSDNDQ1\D PHUHVDSL NHEHUDGDDQ1\D GDODP EHUEDJDL bentuk sesembahan. ,WXODK VHRUDQJ µƗULI \DQJ EHQDUEHQDU PDPSX PHOLKDW1\D
/HRQDUG /HZLVRKQ ³7KH 7UDQVFHQGHQWDO 8QLW\RI3RO\WKHLVPDQG0RQRWKHLVPLQWKH6X¿VPRI 6KDELVWDUL´GDODP/HRQDUG/HZLVRKQHGThe Heritage RI 6X¿VP 9ROXPH ,, 7KH /HJDF\ RI 0HGLHYDO 3HUVLDQ 6X¿VP 2[IRUG (QJODQG 2QHZRUOG Dalam )XWnjK̡ƗW ,EQµ$UDEƯPHQ\HEXWµVHRUDQJ µƗULI\DQJVHPSXUQD¶DOµƗULIDONƗPLO), tapi dalam Fus̞njV̞ LDPHQ\HEXWµVHRUDQJµDULI\DQJWHODKGLVHPSXUQDNDQ¶ (DOµƗULIDOPXNDPPDO) Dua term ini kiranya merujuk kepada makna yang sama yaitu manusia sempurna (alLQVƗQDONƗPLO) yang menjadi salah satu topik terpenting dalam sistem tasauf ,EQµ$UDEƯ ,EQ µ$UDEƯ Fus̞njV̞, YRO , ,EQ µ$UDEƯ )XWnjK̡ƗWYRO9 0HQJHQDL NHPDPSXDQ VHRUDQJµƗULI tentang
266
Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012
,EQ µ$UDEƯ VHFDUD VSLULWXDO WHODK PH nyaksikan Esensi Tuhan pada berbagai aqidah dan bentuk penyembahan umat manusia. Ia takjub, percaya dan dapat memahami VHPXDQ\D 6HEDJDL VHRUDQJ VX¿ GHQJDQ kedalaman pengetahuan seperti ini, Ibn µ$UDEƯEHUVLNDSLQNOXVLIEDKNDQSOXUDOLVDWDV berbagai keyakinan dan agama. 0HQXUXW µ$IƯIƯ,EQµ$UDEƯPHOLKDW
Tuhan dalam falsafah wah̡GDKDOZXMnjG, yaitu 7XKDQ
,EQµ$UDEƯ)XWnjK̡ƗWYRO9 µ$IƯIƯ ³7DµOƯTƗW,´ GDODP ,EQ µ$UDEƯ Fus̞njVҚ, YRO,,
µ$EG DO4ƗGLU 0DKҝPnjG al-Falsafah alS̞nj¿\\DKIƯDO,VOƗP 110 6H\\HG+RVVHLQ1DVU6X¿(VVD\V
0DQXVLD PHQJLNDW NHSHUFD\DDQ PHUHND PDVLQJ masing tentang Tuhan, dan Aku pun menyaksikan semua yang mereka yakini Tatkala bentuk-bentuk Tuhan itu nampak pada mereka VHFDUDEHUEHGDPHUHNDSXQPHQ\DNVLNDQ1\D GDQ PHQJLQJNDUL1\D VHVXDL GHQJDQ SHUVHSVL masing-masing.....
Media Zainul Bahri, Kesatuan Transenden Agama-Agama dalam Pandangan ,EQµ$UDEƯ
µ$UDEƯ PHPLOLNL SHUKDWLDQ \DQJ DPDW EHVDU terhadap diskursus kesatuan batin agamaagama. Doktrin itu sebenarnya secara umum GLWHULPDROHKNDXPVX¿QDPXQSHQMHODVDQQ\D yang luas dan detail hanya dilakukan oleh wali Andalusia ini.111 6HQDGD GHQJDQ 1DVU &KLWWLFN VDODK VDWX VDUMDQD DKOL ,EQ µ$UDEƯ MXJD PH\DNLQL kuatnya konsep kesatuan ontologis agamaDJDPDSDGD,EQµ$UDEƯ'DODPNDU\DQ\D\DQJ khusus membahas soal diversitas agama Ibn µ$UDEƯ Imaginal Worlds, Chittick sampai pada kesimpulan sementara bahwa secara ontologis semua bentuk keyakinan adalah benar, terlepas apapun isinya, sebab semua hal di alam ini bergantung kepada al-H̔aqq. Agama yang beragam muncul di antara manusia karena al-H̔aqq sebagai Pembimbing berkehendak untuk membawa manusia kepada kebahagiaan dan kemenyeluruhan. 1DPXQ VHOXUXK PDQLIHVWDVL GDUL
111
112
William C. Chittick, Imaginal Worlds
Frithjof Schuon, The Transcendent Unity of Religions (Illinois USA: Theosophical Publishing +RXVH
267
menyatakan bahwa ia beragama cinta dan karenanya telah dapat melihat dan menerima 7XKDQ VHEDJDL
268
Ilmu Ushuluddin, Volume 1, Nomor 3, Januari 2012
orang lain yang berbeda, baik dalam lingkup agama sendiri maupun terhadap agama lain \DQJ EHUEHGD 3DUD XODPD V\DULµDW GL ]DPDQ itu berhenti pada level eksoterisme agama VHPDWD0HUHNDWLGDNPDPSXPHQHPEXVGDQ memahami yang inti, yang universal, yang esoterik dari agama-agama yang beragam dan berbeda. Hal itu berbeda dari al-Syaykh DO$NEDU 0HVNL LD PHQJDMXNDQ NULWLNNULWLN \DQJWDMDPSDGDOHYHOµDJDPDKLVWRULV¶WHWDSL pada banyak bagian-bagian lain dalam karyakaryanya, ia menyajikan suatu pandangan VX¿VWLN WHQWDQJ µDJDPD LGHDO¶ DJDPD SDGD OHYHO HVRWHULN EDKZD
menjadi pluralis tanpa harus meninggalkan identitas dan otentisitas masing-masing pemeluk agama, namun tetap memiliki sikap kritis. Semakin banyak orang yang menyadari akan titik-temu dan kesatuan esensial agamaagama, semakin berani ia untuk berdialog dengan para pemeluk agama lain yang berbeda, bahkan dalam soal-soal teologis \DQJVHODPDLQLµGLWDEXNDQ¶DWDXSDGDZLOD\DK yang dianggap tak ada titik-temu sama sekali. Semakin intens para pemeluk agama berjumpa dan berdialog, semakin intens pula mereka akan merancang kerja-kerja kemanusiaan dan merespons isu-isu aktual yang tidak mungkin lagi dihadapi sendirian.