KESALAHAN LOGIKA KALIMAT DALAM TEKS PIDATO RESMI SISWA KELAS VI SDN 2 WRINGIN ANOM
Ucik Agustin Mahasiswa Magiter Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih banyaknya kesalahan kalimat bahasa Indonesia, khususnya bahasa tulis yang dibuat oleh siswa SD. Kesalahan merupakan hal yang perlu diperbaiki. Hal ini dimaksudkan agar kesalahan siswa dapat diminimalkan bahkan dihilangkan sama sekali. Kesalahan-kesalahan dalam bahasa tulis siswa SD sangatlah beragam, salah satunya adalah kesalahan logika dalam kalimat. Sesuai dengan kurikulum 2006, siswa kelas VI diharapkan mampu membuat teks pidato resmi dengan menggunakan bahasa yang benar. Namun pada kenyataannya masih ditemukan banyak kesalahan yang dibuat oleh siswa, khususnya kesalahan logika atau adanya kalimat yang tidak logis.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis kesalahan logika yang teerdapat dalam kalimat teks pidato resmi siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom dan faktor penyebab kesalahan logika tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini data dianalisis dan dideskripsikan menggunakan kata-kata. Kesalahan logika kalimat dalam teks pidato siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom ada tiga jenis kesalahan. Kesalahan – kesalahan tersebut antara lain (1) kesalahan dalam menarik simpulan umum (induksi) sebanyak 11 kalimat, (2) kesimpulan dalam menarik simpulan khusus (deduksi) sebanyak 9 kalimat, dan (3) kesalahan dalam memberikan alasan (argumen) sebanyak 4 kalimat. Kesalahan – kesalahan ini dipengaruhi oleh (1) kebiasaan, (2) lingkungan, (3) kurangnya penguasaan dan pemahaman kosakata bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada beberapa jenis kesalahan logika dalam pidato yang dibuat oleh siswa, khususnya siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom. Penyebab kesalahannya pun beragam, yakni karena kebiasaan, lingkungan, dan kurangnya penguasaan serta pemahaman kosakata bahasa Indonesia. Berdasarkan simpulan tersebut disarankan kepada guru bahasa Indonesia agar lebih memcermati hasil pekerjaan atau tulisan siswa agar kesalahan tidak terjadi terus-menerus, dan disarankan pula bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan khususnya dalam bahasa tulis siswa. Kata-kata Kunci: kesalahan, logika, kalimat, teks pidato. PENDAHULUAN Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih banyaknya kesalahan kalimat bahasa Indonesia, khususnya bahasa tulis yang dibuat oleh siswa SD. Kesalahan merupakan hal yang perlu diperbaiki. Hal ini dimaksudkan agar
kesalahan siswa dapat diminimalkan bahkan dihilangkan sama sekali. Langkah awal untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan cara melakukan pengamatan dan pencermatan terhadap hasil menulis kalimat siswa. Apabila hal tersebut dapat terwujud maka harapan terhadap pembelajaran, khususnya
NOSI Volume 3, Nomor 2, Agustus 2015__________________________________Halaman | 186
pelajaran bahasa Indonesia dapat tercapai. Kesalahan-kesalahan dalam bahasa tulis siswa SD sangatlah beragam, salah satunya adalah kesalahan logika dalam kalimat. Sesuai dengan kurikulum 2006, siswa kelas VI diharapkan mampu membuat teks pidato resmi dengan menggunakan bahasa yang benar. Namun pada kenyataannya masih ditemukan banyak kesalahan yang dibuat oleh siswa, khususnya kesalahan logika atau adanya kalimat yang tidak logis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis kesalahan logika yang teerdapat dalam kalimat teks pidato resmi siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom dan faktor penyebab kesalahan logika tersebut. Penelitian ini bermanfaat bagi pembaca yaitu menambah pengetahuan tentang logika kalimat, bagi guru bahasa Indonesia yaitu untuk lebih mencermati hasil menulis siswa guna hasil menulis yang lebih baik, dan peneliti lainnya untuk dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai kesalahan dalam bahasa tulis anak. METODE Dalam metode penelitian akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, meliputi: (a) pendekatan dan jenis penelitian, (b) kehadiran peneliti, (c) setting penelitian, (d) sumber data penelitian, (e) prosedur pengumpulan data, (f) analisis data, (g) pengecekan keabsahan data. Berikut penjelasan yang berkaitan dengan metode penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan logika berbahasa yang terdapat dalam teks pidato resmi siswa SDN 2 Wringin Anom. Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini tidak mengaji atau membuktikan hipotesis secara empiris. Menurut Berg yang diadopsi oleh Djam’an dalam Muhammad (2011:30) menyatakan bahwa penelitian kulaitatif ditekankan pada deskripsi objek yang diteliti. Pada penelitian kualitatif, dimungkinkan menggunakan berbagai metode untuk penelitian dengan latar belakang alamiah agar tujuan penelitian dapat dicapai. Penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan beberapa model, seperti studi kasus, biografi, fenomenologi, analisis teks, etnografi, dan seterusnya. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil data dengan cara melakukan analisis terhadap teks pidato kelas VI SDN 2 Wringin Anom. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini tidak dilakukan secara terus menerus. Peneliti hanya hadir pada saat siswa diberikan tugas untuk menulis teks pidato. Kehadiran peneliti di kelas hanya sebagai pengamat ketika siswa melakukan kegiatan menulis teks pidato. Dengan demikian, peneliti nantinya menganalisis dan mendeskripsikan hasil menulis teks pidato yang telah dibuat. Pengamatan dilakukan di ruang kelas VI SDN 2 Wringin Anom pada hari Selasa 9 Desember 2014. Peneliti melakukan pengamatan pada jam pelajaran ke-4 sampai ke-6 ketika materi menulis pidato diajarkan oleh wali kelas VI. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini tidak diketahui oleh siswa, hal ini dilakukan agar siswa sebagai subjek penelitian tidak merasa canggung untuk membuat teks pidato. Peneliti hadir dan diketahui oleh subjek hanya sebagai guru pendamping yang bertugas
NOSI Volume 3, Nomor 2, Agustus 2015__________________________________Halaman | 187
mendampingi guru kelas VI di SD N 2 Wringin Anom. Dalam penelitian ini peneliti sendiri yang bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Keuntungan peneliti sebagai instrumen kunci adalah berperan langsung untuk mengumpulkan data dan berperan untuk menyimpulkan suatu permasalahan. Penelitian ini dilakukan di SD N 2 Wringin Anom khususnya kelas VI. Sekolah ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan dasar pertimbangan bahwa sekolah ini adalah sekolah inti dan sekolah unggulan yang ada di Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo, sehingga sekolah ini menjadi sekolah yang dapat mewakili seluruh Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Panarukan. Siswa kelas VI merupakan siswa pada tingkat tertinggi sehingga mereka mampu membuat pidato secara utuh meski masih ada kesalahan dalam hal tata bahasanya. Di kelas ini pula materi mengenai pidato diajarkan. Dengan demikian, keadaan tersebut perlu mendapat perhatian untuk menuju ke arah hasil pembelajaran yang lebih baik khususnya dalam menghasilkan teks pidato. Sumber data penelitian ini adalah hasil menulis teks pidato siswa kelas VI SD N 2 Wringin Anom. Sebagai subyek penelitian, peneliti mengambil hasil menulis siswa kelas VI dengan pertimbangan bahwa kelas VI merupakan kelas yang sedang mempelajari pembuatan teks pidato yang baik dan benar. Dalam proses pembuatannya pun, kelas VI dapat diamati karena mereka mampu menghasilkan teks pidato berdasarkan pemikiran sendiri, bukan dibuatkan oleh orang lain. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom yang berjumlah 28 siswa. Namun ketika data diambil, siswa yang dapat menghasilkan teks pidato adalah 26 orang sebab 2
orang di antara mereka tidak dapat hadir mengikuti pembelajaran. Menurut Sudjana (2005:71) populasi dan sampel dalam penelitian adalah sumber data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kata, kalimat, paragraf, dan wacana utuh berupa teks pidato siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom. Pengambilan data diambil pada saat siswa kelas VI SD N 2 Wringin Anom berada di dalam kelas, sehingga teks pidato yang diambil benar-benar merupakan hasil karya siswa itu sendiri. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik penugasan, dokumentasi, dan pencatatan lapangan. Penugasan dilakukan ketika siswa diberi tugas untuk membuat teks pidato. Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil tulis berupa teks pidato yang telah dibuat oleh siswa. Pencatatan lapangan dimaksudkan untuk mencatat gejala atau peristiwa yang belum terjaring melalui dokumentasi dan penugasan. Analisis data yang dilakukan meliputi deskripsi yaitu identifikasi dan klasifikasi, interpretasi, dan eksplanasi. Identifikasi adalah kegiatan untuk menyeleksi kelayakan data sebagai suatu wacana yang utuh. Dalam penelitian ini identifikasi dilakukan dalam memberikan kode terhadap kesalahan logika yang ditemukan dalam teks pidato yang dibuat oleh siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom. Jenis kesalahan logika yang termasuk dalam menarik kesimpulan umum (induksi) diberi kode KLKU, kesalahan logika dalam menarik simpulan khusus diberi kode KLKU, kesalahan logika dalam membuat alasan (argumen) diberi kode KLKA. Dalam penelitian kualitatif, pemeriksaan keabsahan data perlu dilakukan. Teknik analisis kesalahan berbahasa tulis ini diantaranya: (1) perpanjangan keikutsertaan, (2) ketekunan pengamatan, (3) triangulasi, (4) pemeriksaan sejawat melalui diskusi, (5) analisis kasus negatif, (6) kecukupan
NOSI Volume 3, Nomor 2, Agustus 2015__________________________________Halaman | 188
referensial, (7) pengecekan anggota, (8) uraian rinci, dan (9) penelusuran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan empat teknik pemeriksaan keabsahan data. Keempat teknik tersebut adalah (1) ketekunan pengamatan, (2) triangulasi sumber data, (3) pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi, dan (4) kecukupan referensial. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VI SD N 2 Wringin Anom yang berupa teks pidato resmi dipaparan dan dibahas dua hal, yakni (1) kesalahan logika kalimat yang berupa kesalahan logika dalam menarik kesimpulan umum, kesalahan logika kalimat dalam menarik persamaan (analogi), kesalahan logika dalam memberi argumen (alasan) , serta (2) faktor-faktor penyebab kesalahan logika yang meliputi bahasa ibu, lingkungan, kebiasaan, dan kurangnya penguasaan dan pemahaman kosakata dalam bahasa Indonesia. Jenis Kesalahan Logika Dalam Kalimat Teks pidato yang dihasilkan oleh seluruh siswa kelas VI SD N 2 Wringin Anom pada tahun pealajaran 2014-2015 berjumlah 26 tulisan. Seharusnya tulisan berupa teks pidato siswa ini berjumlah 28 tulisan, namun pada saat pengambilan data dilakukan, ada dua orang siswa yang tidak dapat hadir dalam pembelajaran. Kesalahan logika kalimat yang ditemukan dalam teks pidato resmi siswa kelas VI SD N 2 Wringin Anom berupa kesalahan logika dalam menarik kesimpulan umum, kesalahan logika dalam menarik persamaan, dan kesalahan logika dalam memberi alasan (argumen). Kesalahankesalahan ini mengakibatkan kalimat siswa tidak dapat diterima secara logika atau tidak logis. Peneliti menemukan tiga jenis kesalahan logika sebagai berikut
Kesalahan Logika dalam Menarik Kesimpulan Umum (Induksi) Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ada 11 kesalahan kalimat yang menandakan adanya kesalahan logika dalam menarik kesimpulan umum (induksi). Kesimpulan umum adalah kesimpulan yang dibuat berdasarkan fakta-fakta khusus. Proses penarikan kesimpulan umum dari fakta-fakta khusus ini merupakan proses bernalar yang dilakukan secara induktif. Sebuah kesimpulan umum dapat diterima kebenarannya apabila data dan fakta yang dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan itu (a) cukup banyak, (b) pantas dijadikan contoh atau model, dan (c) tidak ada kecuali. Kesalahan Logika dalam Menarik Kesimpulan Khusus (Deduksi) Berdasarkan temuan di lapangan ada 9 kalimat siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom yang menunjukkan adanya kesalahan logika dalam menarik kesimpulan khusus. Kesimpulan khusus adalah kesimpulan yang ditarik berdasarkan suatu pernyataan umum dan suatu pernyataan khusus. Proses penarikan kesimpulan berdasarkan suatu pernyataan umum dan suatu pernyataan khusus ini merupakan suatu proses bernalar yang dilakukan secara deduktif. Kesalahan Logika dalam Memberi Alasan (Argumen) Kesalahan logika memberi alasan (argumen) juga ditemukan dalam teks pidato siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom. Ada 4 kesalahan argumen yang ditemukan dalam kalimat teks pidato resmi siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom. Berdasarkan temuan tersebut kesalahan logika yang paling banyak ditemukan berupa kesalahan dalam menarik simpulan umum (induksi) yang ditandai dengan kode KLKU sebanyak 11 kalimat kemudian diikuti oleh kesalahan dalam menarik kesimpulan khusus (deduksi) yang ditandai dengan kode KLKK sebanyak 9 kalimat, dan
NOSI Volume 3, Nomor 2, Agustus 2015__________________________________Halaman | 189
kesalahan dalam memberi alasan (argumen) sebanyak 4 kalimat. Kesalahan logika ini dipengaruhi oleh makna gramatikal dan makna leksikal. Makna gramatikal adalah makna yang timbul setelah dua kata atau lebih disusun dalam suatu struktur. Ini berarti bahwa makna gramatikal suatu kalimat sangat berkaitan dengan makna atau isi kalimatnya, fungsi kata-kata atau kelompok kata terdapat di dalamnya, dan satuan-satuan makna yang ada. Sedangkan makna leksikal adalah makna kata seperti yang terdapat di dalam kamus. Faktor-Faktor Penyebab Kesalahan Logika Kalimat Kesalahan logika ini dipengaruhi oleh makna gramatikal dan makna leksikal. Faktor-faktor penyebab yang paling dominan mempengaruhi kesalahan logika kalimat dalam teks pidato siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom adalah kebiasaan, diikuti oleh lingkungan, dan kurangnya pemahaman atau penguasaan siswa terhadap kosakata bahasa Indonesia. Hal ini diketahui dari hasil diskusi dan tanya jawab ringan dengan wali kelas VI dan siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom. Kesalahan dalam memilih kata sering dilakukan oleh siswa karena siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom masih minim menguasai kosakata bahasa Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, di sekolah maupun di rumah siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom lebih sering menggunakan bahasa ibu yaitu bahasa daerah Madura. Sehingga apa yang biasa mereka dengar itulah yang mereka gunakan. Kebiasaan menggunakan diksi yang salah namun mereka anggap benar masih dilakukan dan kata-kata yang sering mereka dengar dari orang lain tetap ditiru tanpa memikirkan salah benar. Contohnya dalam setiap berpidato siswa sering mendengar kalimat, yang terhormat Ibu Kepala Sekolah SDN 2 Wringin Anom,
yang terhormat Bapak/Ibu guru SDN 2 Wringin Anom, dan teman-teman yang saya sayangi. Seharusnya jika siswa paham tentu siswa akan mampu berpikir sesuai logika. Dari kalimat tersebut yang terhormat secara logika hanya ada satu orang, bisa jadi Ibu Kepala Sekolah saja, dan pihak lain akan sesuai logika bila kata yang terhormat diubah menjadi yang saya hormati. Makna leksikal adalah makna dasar sebuah kata yang sesuai dengan kamus. Makna dasar ini melekat pada kata dasar sebuah kata. Dalam penelitian ini makna leksikal yang digunakan oleh siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom menyebabkan kesalahan logika kalimat atau menyebabkan kalimat teks pidato siswa tidak masuk akal atau tidak logis. Kesalahan ini adalah kesalahan yang paling banyak ditemukan dalam teks pidato resmi siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom. Kebiasaan Kesalahan dalam memilih kata sering dilakukan oleh siswa karena siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom masih minim menguasai kosakata bahasa Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, di sekolah maupun di rumah siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom lebih sering menggunakan bahasa ibu yaitu bahasa daerah Madura. Sehingga apa yang biasa mereka dengar itulah yang mereka gunakan. Kebiasaan menggunakan diksi yang salah namun mereka anggap benar masih dilakukan dan kata-kata yang sering mereka dengar dari orang lain tetap ditiru tanpa memikirkan salah benar. Faktor ini adalah faktor yang paling banyak mempengaruhi kesalahan logika kalimat dalam teks pidato yang dibuat oleh siswa SDN 2 Wringin Anom. Contohnya dalam setiap berpidato siswa sering mendengar kalimat, yang terhormat Ibu Kepala Sekolah SDN 2 Wringin Anom, yang terhormat Bapak/Ibu guru SDN 2 Wringin Anom, dan teman-teman yang saya sayangi.
NOSI Volume 3, Nomor 2, Agustus 2015__________________________________Halaman | 190
Seharusnya jika siswa paham tentu siswa akan mampu berpikir sesuai logika. Dari kalimat tersebut yang terhormat secara logika hanya ada satu orang, bisa jadi Ibu Kepala Sekolah saja, dan pihak lain akan sesuai logika bila kata yang terhormat diubah menjadi yang saya hormati. Lingkungan Faktor lingkungan adalah faktor kedua yang mempengaruhi kesalahan logika kalimat dalam teks pidato siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom. Contoh kalimat Pertama-tama kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Kata pertama-tama merupakan kata yang ditiru oleh siswa dalam membuat teks pidato. Kata pertama-tama merupakan kata yang sering kita dengar dalam setiap pidato di lingkungan kita. Tentu ini menyebabkan kalimat menjadi tidak logis, karena kata ini muncul tanpa diikuti oleh kata kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Padahal semestinya bila ada hal pertama yang disampaikan, tentu ada hal kedua yang akan disampaikan. Kata pertama-tama ini sering muncul dalam kalimat teks pidato siswa, padahal bila dicermati kata pertamatama ini tidak memiliki arti dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap isi kalimat yang ingin disampaikan siswa. Kurangnya Penguasaan dan Pemahaman terhadap Kosakata Siswa SDN 2 Wringin Anom masih sulit untuk menuangkan ide dalam membuat teks pidato resmi. Hal ini terjadi karena mereka masih sangat minim menguasai kosakata dan masih belum memahami kata-kata dalam bahasa Indonesia. Kata merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam menuangkan ide. Kesalahan dalam memilih kata tentu akan mengakibatkan kekaburan makana sebuah kalimat. Sehingga pemilihannya sangat perlu diperhatikan agar maksud kalimat yang ingin disampaikan tidak mengalami
kekaburan makna yang mengakibatkan pembaca atau pendengarnya kesulitan dalam menerima maksud atau isi kalimat. Itulah ketiga faktor yang ditemukan dalam kalimat-kalimat yang dibuat oleh siswa sehingga mengakibatkan kesalahan logika. Kesalahan ini nantinya diharapkan semakin sedikit bahkan bila perlu hilang sama sekali, sehingga siswa dapat menghasilkan kalimat-kalimat (bahasa Indonesia pada khususnya) yang lebih baik lagi. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat dibuat simpulan tentang kesalahan logika kalimat dalam teks pidato resmi siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom tahun ajaran 2014-2015. Simpulan tersebut meliputi (1) jenis kesalahan logika kalimat dalam teks pidato siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom dan (2) faktorfaktor penyebab kesalahan logika kalimat dalam teks pidato resmi siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom. Jenis kesalahan logika kalimat yang ditemukan dalam teks pidato siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom adalah kesalahan logika kalimat berupa kesalahan dalam menarik simpulan umum (induksi), kesalahan dalam menarik simpulan khusus (induksi), dan kesalahan dalam memberi alasan (argumen). Kesalahan-kesalahan ini disebabkan oleh tiga faktor, yaitu (1) kebiasaan, (2) lingkungan, dan (3) kurangnya penguasaan dan pemahaman terhadap kosakata bahasa Indonesia. Kesalahan yang paling banyak ditemukan adalah kesalahan dalam menarik simpulan umum yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai kesalahan logika kalimat dalam teks pidato resmi siswa kelas VI SDN 2 Wringin Anom, peneliti berharap
NOSI Volume 3, Nomor 2, Agustus 2015__________________________________Halaman | 191
dapat memberikan masukan kepada beberapa pihak terkait, yaitu guru, khususnya guru pengajar bahasa Indonesia dan peneliti lain. Dengan hasil penelitian ini diharapkan guru bahasa Indonesia khususnya, lebih memperhatikan hasil karya siswa khususnya tulisan dan mengubah kebiasaan-kebiasaan yang salah untuk dapat diperbaiki. Setelah kebiasaan yang salah tersebut diperbaiki menjadi benar, diharapkan guru pengajar bahasa Indonesia khususnya memberikan penekanan lagi agar siswa dapat menggunakan dan merealisasikan kebiasaan yang sudah benar tersebut. Selain itu hendaklah diadakan penelitian lain oleh teman-teman sejawat atau guru bahasa Indonesia tentang kesalahan yang lain terkait bahasa Indonesia berdasarkan karya-karya siswa.
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta:Erlangga. Santoso, Kusno Budi. 1990. Problematika Bahasa Indonesia. Jakarta:Rineka Cipta. Sidharta Arief. 2012. Pengantar Logika Sebuah Langkah Pertama Pengenalan Medan Telaah. Bandung: Refika Aditama. Sudjana, Nana. 2005. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sumarsono. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta:Sabda. Syahroni, Ngalimun. 2013. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Yogyakarta:Aswaja Pressindo.
DAFTAR RUJUKAN Arifin, Zaenal dan Tasai, Amran. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:Akademika Pressindo. Haryanto. 2013. Cara Menulis Naskah Pidato.http://belajarpsikologi.com/ 2013/01/cara-menulis-naskahpidato. (6 Februari 2015). Kusno. 1990 . Problematika Bahasa Indonesia Sebuah Analisis Praktis Bahasa Baku. Jakarta::Rineka Cipta. Mundiri. 2014. Logika. Jakarta: Rajagrafindo. Murdiwiyono. 2011. Cara Baru Belajar Cerdas Bahasa Indonesia untuk SMA. Jakarta: Erlangga. Musaba, Zulkifli. 2012. Terampil Berbicara. Yogyakarta:Aswaja Pressindo. Pardan. 2009. Analisis Kesalahan Berbahasa Pada Karangan Siswa Kelas v Sekolah Dasar Negeri Giriharjo I Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. Malang:Unisma. Pateda, Mansoer. 1989. Analisis Kesalahan. NTT:Nusa Indah
NOSI Volume 3, Nomor 2, Agustus 2015__________________________________Halaman | 192