eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2016, 4 (3) 867-880 ISSN 2477-2623 (online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2016
KERJASAMA INDONESIA-MALAYSIA-THAILAND GROWTH TRIANGLE DI BIDANG PARIWISATA MELALUI LOW COST CARRIER 2007-2011 Siti Mutmainah1 Nim. 0902045117 Abstract The purpose of this research to give description the implications of the implementation of the LCC (Low Cost Carrier) to economic growth in the IMT-GT cooperation. This type of research is descriptive - eksplanatif research that seeks to explain the implications of the implementation of the LCC (Low Cost Carrier) to economic growth in the IMT-GT cooperation. The data that has delivered are secondary data achieved through library and literature from books, journals, magazines and internet. The analysis data technique useded qualitative analysis techniques that authors analyzed secondary data and then using the theories and concepts that can be used. The results showed that the application of LCC (Low Cost Carrier) on economic growth from an increase in terms of the increase in tourism through cooperation IMT-GT has been implicated. Where cost airline cost or LCC is currently the star in the world aviation market. LCC presence answer the needs of consumers in the middle class as an alternative means of transportation for the tour though with a limited budget. Keywords: IMT-GT, Tourism, Low Cost Carrier.
Pendahuluan Pariwisata sebagai suatu sektor kehidupan, mengambil peran penting dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia. Kemajuan dan kesejahteraan yang makin tinggi telah menjadikan pariwisata sebagai bagian pokok dari kebutuhan atau gaya hidup manusia, dan menggerakkan jutaan manusia untuk mengenal alam dan budaya ke belahan atau kawasan dunia lainnya. Pergerakan jutaan manusia selanjutnya mengerakkan mata rantai ekonomi yang saling berkaitan menjadi industri jasa yang memberikan kontribusi penting bagi perekonomian dunia, perekonomian bangsa-bangsa, hingga peningkatan kesejahteraan ekonomi di tingkat masyarakat lokal (Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 dalam Rasulang, 2014).
1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 3, 2016: 867-880
Selain dari meningkatkan kesejahteraan bangsa, kepariwisataan berfungsi untuk memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata, memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta mendorong pendayagunaan produksi nasional (Kementerian Sekretarian Negara Republik Indonesia dalam Rasulang, 2014) Melalui kepariwisataan diharapkan dapat berpengaruh dalam pembangunan industri, sehingga sektor pariwisata dikembangkan dalam rangka lebih meningkatkan laju pembangunan nasional (Industri pariwisata dan pembangunan nasional, jurnal. http://jurnal.stieama.ac.id/index.php/ama/view/18) Industri pariwisata juga sangat berkaitan dengan sektor lainnya. Industri pariwisata dapat memberikan dampak yang sangat banyak kepada sektor perekonomian suatu negara, karena industri pariwisata dapat menjadi penyumbang devisa bagi suatu negara, khususnya bagi negara–negara yang memiliki kekayaan alam dan budaya seperti negara anggota ASEAN. ASEAN yang merupakan singkatan dari Association of South East Asia Nations adalah perhimpunan negara–negara Asia Tenggara yang memiliki maksud dan tujuan yang sama untuk kepentingan masing–masing negaranya. Negara-negara Asia Tenggara memiliki kekayaan sumber daya alam yang berlimpah. Dikenal dengan negara-negara yang memiliki keberagaman budaya, keramahan penduduknya dan juga beriklim tropis di setiap daerah. Oleh karena itu, dalam rangka menuju integrasi ekonomi wilayah Asia Tenggara, sektor pariwisata mulai diperhatikan secara serius oleh negara-negara ASEAN. Pengembangan pariwisata dimulai dengan adanya promosi melalui logo dan tagline/slogan pariwisata, dalam rangka agar pariwisata di seluruh negara anggota ASEAN terlihat atraktif dan dapat menjadi pilihan para wisatawan internasional untuk berkunjung (ASEAN : Logo dan Slogan Pariwisata Negara ASEAN. http://itineraryku.blogspot.co.id/2012/01/html) Salah satu upaya yang dilakukan anggota ASEAN untuk mengembangkan pariwisata yaitu membentuk Segitiga Pertumbuhan (Growth Triangle) Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang diharapkan akan menghasilkan rekomendasi solusi masalah ini (About the Event. http://www.atf-2015.com/abouttheevent.html) Pembentukan Segitiga Pertumbuhan (Growth Triangle) Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) dimulai dengan pertemuan bilateral tingkat menteri dan pejabat tinggi di Pulau Langkawi Malaysia, pada tanggal 20 Juli 1993. Kerjasama segitiga pertumbuhan tersebut melibatkan tiga provinsi Indonesia yakni Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat, empat negara bagian Malaysia yaitu Perak, Penang, Kedah, Perlis dan empat belas provinsi Thailand Selatan. Secara struktural mekanisme kerjasama IMT-GT terbagi atas dua tingkatan, yaitu Sidang Pejabat Tinggi (Senior Officials Meeting-SOM) dan Business Council Meeting (BCM). SOM terdiri dari pejabat-pejabat tinggi pemerintah dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian dan beberapa anggota teras BCM, sedangkan BCM terdiri dari pengusaha-pengusaha yang terlibat dalam kegiatan IMT-GT. Dimana SOM
868
Kerjasama Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (Siti Mutmainah)
melakukan pertemuan setahun sekali dengan didahului pertemuan BCM (IndonesiaMalaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT). http://www.kemlu.go.id/). Kerjasama subregional IMT-GT tersebut diharapkan akan mempercepat pertumbuhan ekonomi menuju suatu kawasan yang makmur, maju dan damai dengan kualitas hidup yang lebih baik. Data bedasarkan kunjungan turis di ASEAN, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Data Peringkat Tujuan Destinasi Wisata Di ASEAN Negara Peringkat Dunia Peringkat ASEAN Singapura Malaysia Thailand Indonesia Filiphina Vietnam Laos Kamboja Myanmar
11 25 35 50 74 75 96 105 134
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Brunei Darussalam
Tidak masuk
10
Sumber : World Economic Forum, “The Travel & Tourism Competitiveness Report 2016”. http://ep00.epimg.net/descargabsles/2016/.pdf. Diakses pada tanggal 2 September 2016. Pemberian peringkat ini berdasarkan pada penilaian yang mencakup 14 pilar daya saing perjalanan dan pariwisata, yaitu lingkungan bisnis, keselamatan dan keamanan, sumber daya manusia dan pasar tenaga kerja, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, prioritas perjalanan dan pariwisata, keterbukaan internasional, daya saing harga, pelestarian lingkungan, infrastruktur transportasi udara, infrastruktur transportasi darat dan laut, infrastruktur pelayanan turis, sumber daya alam, dan sumber daya budaya dan bisnis perjalanan. Melihat data tersebut Indonesia, Malaysia dan Thailand merupakan wilayah yang cukup diminati wisatawan dunia. Salah satu kebijakan IMT-GT yaitu berupaya untuk mempromosikan kawasan Indonesia, Malaysia dan Thailand sebagai sebagai salah satu tujuan utama wisatawan yaitu dengan menjalankan program ASEAN Open Sky. Open Sky sendiri diartikan sebagai suatu kesepakatan langit terbuka yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan pasar bebas dalam industri penerbangan. ASEAN Open Sky sendiri telah diterapkan di dalam ruang lingkup Indonesia, Malaysia dan Thailand yang mana kesepakatan ini telah ditandatangani oleh ketiga kepala Negara pada Bali Concord II yang dideklarasikan dalam KTT (Konverensi Tingkat Tinggi) pada tahun 2003 (Peter Forsyth dan John King, dkk, 2004).
869
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 3, 2016: 867-880
Penerapan Open Sky oleh Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) sejak tahun 2007 bertujuan untuk memfasilitasi dan meningkatkan perdagangan di kawasan Indonesia, Malaysia dan Thailand dengan fokusnya pada peningkatan promosi pariwisata. Adanya perjanjian kebijakan Open Sky dapat memberi keleluasaan bagi para maskapai untuk mengembangkan rute-rute dan jaringan layanan yang mereka pilih (Kebijakan Open Sky ASEAN, https://jihanyulanda16.wordpress.com). Implementasi Open Sky pada kerjasama IMT-GT memungkinkan operator udara regional untuk mengambil penerbangan tidak terbatas untuk semua ketiga negara dan ekspansi yang cepat dalam pelayanan transportasi udara, terutama memacu pertumbuhan swasta dengan mendirikan low cost carrier (maskapai dengan sistem tiket harga terjangkau) agar semakin banyak turis yang berkunjung ke tempat pariwisata Indonesia, Malaysia dan Thailand. Maskapai Low Cost Carrier (LCC) adalah maskapai penerbangan yang menawarkan tarif rendah kepada pelanggannya, dengan konsekuensi penghapusan atau pengurangan beberapa layanan atau fasilitas yang akan didapatkan oleh penerbangan regular (LCC Sebuah Konsep. http://www.hbstephanus.com/2011/08/lcc-low-cost-carrier-sebuah-konsep.html). Maskapai penerbangan dengan konsep LCC telah beroperasi di Indonesia, Malaysia dan Thailand sejak tahun 2007 dan hingga tahun 2011 sudah ada sekitar 50 operator LCC yang telah melayani 16 negara di wilayah Asia Tenggara. Penerbangan LCC kini menyumbang lebih dari 25 persen dari lalu lintas di Indonesia, Malaysia dan Thailand, dibandingkan saat tahun 2006 yang hanya sejumlah 9 persen (IndonesiaMalaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT). http://www.kemlu.go.id/). Melihat hal tersebut, dalam rangka meningkatkan sektor pariwisata, maka Indonesia, Malaysia dan Thailand yang merupakan wilayah yang cukup diminati wisatawan dunia melalui kerjasama IMT-GT mengimplementasikan program ASEAN Open Sky dengan konsep LCC. Hal tersebut agar semakin banyak turis yang berkunjung ke Indonesia, Malaysia dan Thailand, sehingga meningkatkan pendapatan devisa negara yang berarti dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara. Kerangka Dasar Teori dan Konsep Kerjasama Regional Regional adalah daerah, bagian dari satu daerah, mengandung arti kedaerahan atau bersifat daerah (Kansil, 1979). Sedangkan regionalisme atau regionalism adalah paham untuk mengadakan kerjasama antara negara-negara di satu kawasan misalnya negara-negara di kawasan ASEAN (Simorangkir dan Prasetyo, 2000), maka dengan demikian regional mengandung dua pengertian antara lain daerah-daerah dalam suatu negara tertentu dan daerah-daerah atau wilayah dalam satu kawasan tertentu (misalnya negara-negara di kawasan Asia).
870
Kerjasama Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (Siti Mutmainah)
Pariwisata dan Industri Pariwisata a. Pariwisata Hunziker dan Kraft mendefinisikan pariwisata yaitu keseluruhan hubungan dan gejala-gejala yang timbul dari adanya orang asing dan perjalanannya itu tidak untuk bertempat tinggal menetap dan tidak ada hubungan dengan kegiatan untuk mencari nafkah (Mulyadi, 2010). b. Industri Pariwisata Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata disebutkan industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Metodologi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif. Data-data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang berasal dari hasil interpretasi data primer baik berupa buku, artikel dan akses media elektronik. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur atau referensi baik nasional maupun internasional. Penulis berupaya untuk mengkaji sejumlah literatur yang berhubungan dan relevan dengan topik yang dibahas dalam skripsi ini. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif yaitu penulis menganalisis data sekunder yang kemudian dengan menggunakan teori dan konsep yang dapat digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena atau kejadian yang sedang di teliti oleh penulis yaitu “Kerjasama Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) Di Bidang Pariwisata Melalui Low Cost Carrier Tahun 2007-2011”. Hasil Penelitian Implikasi Pemberlakuan LCC Terhadap Pariwisata Indonesia Indonesia tersebar berada diantara Benua Asia dan Benua Australia, dengan memiliki sekitar 17,500 pulau. Negara kepulauan ini berada di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, dan juga merupakan jembatan antara Benua Asia dan Benua Australia. Letaknya yang strategis ini berpengaruh pada budaya, sosial, politik dan perekonomian negara, karena lokasinya dan geologi, Indonesia mempunyai pemandangan yang paling beragam, dari lahan padi yang subur di Jawa dan Bali sampai hutan hujan lebat di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, padang rumput savana dari pulau-pulau Nusa Tenggara dan puncak gunung yang tertutup salju dari Papua barat. Indonesia dengan total penduduk 245 juta orang merupakan negara keempat yang memiliki penduduk terbanyak, dengan jumlah 34 provinsi, sekitar 412 kabupaten dan 93 kota yang tersebar di seluruh Indonesia. Indonesia juga memiliki keragaman bahasa daerah dan budaya yang dapat dijadikan daya tarik untuk mendatangkan wisatawan ke Indonesia. Negara ini juga memiliki sumber daya alam yang berlimpah seperti minyak dan gas bumi, timah, nikel, kayu, tembaga, batu bara, emas, perak. Indonesia juga memiliki tanah yang sangat subur dan keanekaragaman flora dan fauna.
871
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 3, 2016: 867-880
Pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO mengakui beberapa budaya Indonesia. Warisan budaya Indonesia disebut juga sebagai World Intangible Cultural Heritage atau warisan budaya dunia. Beberapa warisan dunia tersebut yaitu batik, keris, dan wayang. Selanjutnya dipertimbangkan sebagai warisan dunia adalah angklung bambu alat musik dari Jawa Barat, sebagai keunikan Indonesia. Indonesia memiliki bermacam tempat wisata, mulai dari wisata alam seperti Danau Toba yang merupakan danau kedua terbesar di dunia, kawasan konservasi alam yang diakui oleh UNESCO (Taman Nasional Ujung Kulon di Banten, Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur, Taman Nasional Lorenz di Papua dan beberapa hutan tropis di Sumatera), Pegunungan yang sangat indah di Pulau Jawa, dan pantai-pantai yang memiliki keindahan bawah laut di Pulau Sulawesi dan Bali. Pemerintah juga menggunakan kesempatan dari kepopuleran Bali dan menggunakannya sebagai alat promosi untuk mendorong wisatawan berkunjung ke daerah lainnya seperti Lombok, Raja Ampat dan Yogjakarta. Pada dasarnya Bali akan menjadi gerbang kedatangan dan keberangkatan (http://www.antaranews.com/). Adapun di ASEAN Indonesia menduduki peringkat keempat. Perkembangan pariwisata Indonesia tercatat terus tumbuh berdasarkan kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun dan pembangunan destinasi. Berdasarkan data dari Kementerian Pariwisata, peningkatan terlihat dari kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 7,1 juta orang per September 2015. Angka tersebut meningkat 3,53 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 6,9 juta wisatawan. Peningkatan tersebut melanjutkan pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara di tahun 2014 sebesar 8,3 persen dengan kunjungan 6,4 juta wisatawan pada 2013. Adapun target kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2015 sebanyak 10 juta pelancong. Pada 2014, peningkatan kunjungan wisatawan dikarenakan banyaknya perhelatan festival musik, budaya, dan gelaran olahraga kelas internasional di Indonesia. Sedangkan peningkatan pada 2015 dikarenakan deregulasi kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) untuk 90 negara kendati beberapa gelaran festival dan perlombaan olahraga dunia yang juga dihelat (http://www.antaranews.com/). Berdasarkan catatan indeks daya saing pariwisata Indonesia dari World Economic Forum 2015 menempatkan Indonesia pada urutan 50 dari 141 negara dunia. Posisi tersebut meningkat dari 70 pada 2013 dan 74 pada 2011. Peningkatan tersebut dinilai berdasarkan perbaikan infrastruktur dan fasilitas destinasi wisata, hingga kemudahan administrasi untuk mengunjungi Indonesia seperti penambahan negara BVK dan deregulasi peraturan kunjungan kapal pesiar ke perairan Indonesia. Ditunjang pula yang paling penting dengan adanyakerjasama IMT-GT melalui LCC. Penting bagi industri pariwisata Indonesia untuk meningkatkan kontribusinya pada produk domestik bruto (PDB) melalui industri pariwisata karena hal ini akan memicu lebih banyak pendapatan devisa (karena setiap turis asing menghabiskan rata-rata antara 1.100 dollar AS sampai 1.200 dollar AS per kunjungan) dan juga menyediakan kesempatan kerja untuk masyarakat Indonesia (berdasarkan data terakhir dari Badan Pusat Statistik, tingkat pengangguran di negara ini mencapai 5,81% di Februari 2015). Diperkirakan bahwa hampir 9% dari total angkatan kerja nasional dipekerjakan di sektor pariwisata (http://www.antaranews.com/)
872
Kerjasama Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (Siti Mutmainah)
Saat ini, sektor pariwisata Indonesia berkontribusi untuk kira-kira 4% dari total perekonomian. Pada tahun 2019, pemerintah Indonesia ingin meningkatkan angka ini dua kali lipat menjadi 8% dari PDB, sebuah target yang ambisius (mungkin terlalu ambisius) yang mengimplikasikan bahwa dalam waktu 4 tahun mendatang, jumlah pengunjung perlu ditingkatkan dua kali lipat menjadi kira-kira 20 juta. Dalam rangka mencapai target ini, Pemerintah akan berfokus pada memperbaiki infrastruktur Indonesia (termasuk infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi), akses, kesehatan dan kebersihan dan juga meningkatkan kampanye promosi online (marketing) di luar negeri. Pemerintah juga merevisi kebijakan akses visa gratis di 2015. Implikasi Pemberlakuan LCC Terhadap Pariwisata Malaysia Pertumbuhan kunjungan pariwisata Malaysia telah mencapai angka spektakuler, tahun 2006 tercatat dikunjungi 11,518,288 juta orang (PATA, Januari-Agustus 2006) dan mengalami peningkatan sebesar 17,9% di tahun 2007 dengan angka kunjungan mencapai 13.574.786 orang (PATA, Januari-Agustus 2007). PATA mencatat pula bahwa statistik kunjungan wisatawan ke Indonesia mengalami peningkatan hingga 13,5% melalui 15 pintu masuk (15 ports entry) di tahun 2007 dengan tingkat kunjungan di tahun 2006 mencapai 2,955,820 juta orang (PATA, Januari-September 2006) dan di tahun 2007 mencapai 3,355,281 juta orang (PATA, Januari-September 2007). Turis asing yang datang ke Malaysia dalam rentang waktu yang sama berjumlah 17,54 juta orang (2006). Industri wisata di Malaysia yang tumbuh dengan cepat dimulai pada tahun 1995. Total permintaan dari sektor wisata bagi Malaysia tercatat 3,6 Milliar US $ dari sekitar 7.468.749 wisatawan dengan rata-rata waktu kunjung 8-11 jam dalam waktu satu hari. Melihat dari sektor pariwisata tersebut pemerintah Malaysia menganggarkan 119 juta US $ pembangunan sektor pariwisata. Dilakukan kampanyekampanye pariwisata secara besar-besaran diseluruh penjuru dunia yakni dengan memanfaatkan keunikan Malaysia lewat semboyan “Malaysia : Truly Asia”. Promosi ini digencar-gencarkan dibandara-bandara, majalah-majalah, iklan-iklan televisi serta biro perjalan wisata/travel. Adapun ditinjau pertumbuhan ekonominya, Malaysia telah tumbuh pada kadar 5 persen pada tahun 2015, berdasarkan perbandingan tahun ke tahun nilai keluaran dalam negara kasar (KDNK). Kadar pertumbuhan ini adalah lebih perlahan jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang mendaftarkan pertumbuhan sebanyak 6 persen setahun. Adapun faktor yang menyumbangkan kepada pertumbuhan ekonomi negara dari sektor pariwisata berdasarkan dampak dari pemberlakukan kerjasama IMT-GT melalui LCC dengan kebijakan Malaysia Tourism Transformation Plan di mana ditargetkan 36 juta turis asing masuk dengan pemasukan negara sebesar 168 milyar Ringgit.
873
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 3, 2016: 867-880
Malaysia menawarkan pariwisata yang value-for-money dan well-developed infrastructure. Salah satu presentasinya adalah tentang pembangunan high-speed railway antara Kuala Lumpur dan Singapura. Fokus promosinya menggunakan media digital, maka tak heran situs pariwisatanya memenangkan Best Tourism Website di ajang penghargaan dunia. Program pariwisatanya antara lain adalah mengadakan festival seni dan kuliner, mulai dari mask art, street food, halal food, sampai durian festival. Meningkatkan sport tourism seperti F1, Ironman, Malaysia Open. Lebih hebatnya lagi, Malaysia sudah mempunyai 17 theme park termasuk yang akan segera buka, yaitu Dreamworks, Nickelodeon, dan 20th Century Fox! Progam lain yang menarik adalah “Malaysia My Second Home” dimana para pensiunan dari negara asing manapun dapat tinggal di Malaysia dengan syarat memiliki aset minimal 350.000 Ringgit. Hal ini dikarenakan Malaysia mengamalkan sistem ekonomi terbuka dan Malaysia adalah sebuah negara perdagangan, sumber pertumbuhan ekonomi diukur dengan KDNK dapat dibahagikan kepada dua kategori, yaitu dari permintaan domestik dan dari permintaan antara bangsa. Implikasi Pemberlakuan LCC Terhadap Pariwisata Thailand Industri pariwisata Thailand telah menjadi industri unggulan, terlebih setelah pemberlakuan LCC. Thailand dianggap sebagai tujuan wisata yang matang di Asia Tenggara. Hal ini berkat berbagai produk pariwisata, jasa dan infrastruktur, strategi promosi dan citra global Thailand (http://www.initempatwisata.com/wisatadunia/thailand/.). Dengan keberhasilan pariwisatanya Thailand telah berkembang dalam pembangunanya secara cepat, yang membawa Thailand telah mulai perlahanlahan melepaskan diri terhadap ketergantungan dalam ekonominya dari negara sentral. Salah satu distribusi penghasilan di bidang industri adalah pariwisata. Thailand memang dikenal sebagai pusat tujuan wisata. Hal itu tentu tidak salah, sebab memang pemerintah Thailand sangat mengedepankan perkembangan pariwisata, dimana perkembangan pariwisata Thailand membawanya kedalam suatu perekonomian negara yang menjadi jauh lebih baik. Dalam strategi pengembangan pariwisatanya, Thailand memperhatikan konektivitas dengan semua negara tetangga, ini merupakan salah satu diantara pasar-pasar dekat yang memberikan kepada cabang pariwisata Thailand (http://www.initempatwisata.com/wisata-dunia/thailand/.). Terdapat enam tempat wisata yang menjadi andalan pemerintah Thailand diantaranya yaitu Grand Palace yang dianggap sebagai salah satu bangunan paling indah yang terletak di Thailand. Grand Palace dibangun pada tahun 1782 dan pada awalnya berfungsi sebagai istana bagi para raja Thailand. Bangunan Grand Palace memadukan unsur arsitektur asli Thailand dengan arsitektur bergaya barat. Di lokasi ini, terdapat taman yang ditata dengan menggunakan gaya Inggris. Bangunan lain yang terdapat di dalam kompleks Grand Palace adalah sebuah kuil yang dianggap sebagai kuil yang paling sakral di Thailand. Di kuil ini terdapat sebuah patung Buddha setinggi 66 cm. Patung Buddha ini dibuat pada abad ke 14 dan dianggap sebagai patung Buddha yang paling suci di Thailand. Dalam satu tahun, ada tiga kali upacara penggantian pakaian patung Budha yang menjadi salah satu atraksi menarik (http://www.initempatwisata.com/wisata-dunia/thailand/.).
874
Kerjasama Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (Siti Mutmainah)
Selain Grand Palace, tempat wisata di Thailand lain yang biasa dikunjungi saat berwisata di negara ini adalah Wat Arun. Kuil Wat Arun merupakan salah satu kuil tertua di Thailand. Kuil Wat Arun dipenuhi dengan dekorasi berupa mozaik kaca dan porselin China. Bangunan kuil ini sendiri merupakan gambaran dari Mount Meru yang merupakan pusat alam raya dalam ajaran Buddha. Wat Arun terletak di Thonburi, sebuah lokasi yang berseberangan dengan Rattanakosin Island. Rattanakosin Island adalah lokasi berdirinya Grand Palace. Thonburi dan Rattanakosin Island dipisahkan oleh sebuah sungai yang bernama sungai Chao Phraya. Pada bagian tengah kuil, terdapat Prang atau tugu setinggi 70 meter. Tugu ini menjadi salah satu ciri khas Thailand yang sudah dikenal di seluruh dunia. Wat Arun juga dikenal dengan sebutan Temple of Dawn. Sebutan ini didapat karena lokasi kuil yang terlihat amat indah bila dilihat dengan latar belakang senja yang kemerahan (http://www.initempatwisata.com/wisata-dunia/thailand/.). Untuk wisata belanja di Thailand terdapat Chatuchak Weekend Market atau Pasar Minggu Chatuchak. Pasar Minggu Chatuchak dianggap sebagai salah satu tempat wisata di Thailand yang cukup banyak dikunjungi para traveler. Pasar ini juga merupakan salah satu pasar terbesar di wilayah Asia. Pasar Chatuchak selalu ramai oleh pengunjung. Di lokasi ini bisa ditemukan berbagai jenis barang mulai dari cenderamata khas Thailand sampai berbagai jenis produk busana yang ditawarkan di berbagai butik. Wat Pho juga dianggap sebagai salah satu tempat wisata di Thailand yang sebaiknya dikunjungi di negara ini. Wat Pho dikenal dengan nama Wat Phra Chetuphon. Kuil ini dianggap sebagai salah satu kuil tertua di Thailand. Daya tarik kuil ini adalah patung Buddha Berbaring atau yang juga dikenal dengan nama Reclining Buddha yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Patung ini memiliki panjang 46 meter dan tinggi 15 meter. Seluruh permukaan patung dilapisi emas murni 80 gram. Lokasi Wat Pho tidak terlalu jauh dari Grand Palace. Kompleks Wat Pho juga dikenal sebagai pusat belajar pijat tradisional Thailand atau yang juga dikenal dengan istilah Thai Massage. Lokasi menarik lain yang juga menjadi salah satu tempat wisata di Thailand adalah Khao San Road. Jalan ini juga sangat ramai, sama halnya dengan Pasar Chatuchak. Khao San Road dulunya merupakan salah satu pasar beras di Bangkok. Di wilayah ini bisa ditemukan banyak tempat penginapan murah, hostel, bahkan hotel bintang tiga. Di lokasi ini juga terdapat berbagai toko yang menjual produk busana, tempat tattoo, tempat pijat refleksi, travel agent, bar, kafe, hingga restoran (http://www.initempatwisata.com/wisata-dunia/thailand/.). Tempat wisata di Thailand yang lain adalah Phuket. Tempat ini merupakan salah satu tempat wisata di Thailand yang paling terkenal. Phuket adalah sebuah pulau yang terletak di provinsi changwat, Thailand. Phuket mengalami kerusakan yang cukup parah saat tsunami menerjang tahun 2004, tapi masih tetep indah sampai saat ini (http://www.initempatwisata.com/wisata-dunia/thailand/.).
875
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 3, 2016: 867-880
Jumlah wisatawan setiap tahunnya bertambah ke negara ini dan LCC merupakan salah satu faktor terbesar pendorong peningkatan pariwisata di Thailand. Dimana dalam Global Destination Cities Index tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Master Card dikatakan saat pelaksanaan program ATSP, Thailand sebagai urutan teratas dengan kunjungan wisatawan internasional terbanyak. Jumlah wisatawan diprediksi mencapai 15.980.000 orang pada tahun 2013. Thailand menjadi negara anggota ASEAN pertama yang mendapatkan peringkat teratas sejak diluncurkannya indeks penilaian ini. Tingkat pertumbuhan angka kunjungan ke Thailand lebih dari 18% pada tahun 2011 dan 2012. Laporan tersebut menambahkan penambahan pengunjung meningkat 9,8% di tahun 2013. Hal ini membuat Thailand menjadi negara di ASEAN yang mendatangkan wisatawan terbanyak pada tahun 2013, yang berarti sejak diberlakukannya ATSP membuat jumlah kunjungan di Thailand meningkat (Rasulong, 2014:3). Data di atas menunjukkan peningkatan wisatawan yang datang ke Thailand mengalami peningkatan yang paling pesat antara tahun 2011-2013. Peningkatan wisatawan yang datang negara Thailand tidak hanya berasal dari dalam ASEAN saja, akan tetapi wisatawan terbanyak yang dating ke Thailand merupakan wisatawan dari luar kawasan ASEAN. Pada tahun 2011, meskipun mengalami musibah banjir yang paling mengerikan dalam masa 50 tahun ini dengan 3/4 luas negara ini kebanjiran, namun omzet cabang pariwisata tetap mencapai tarap rekor kira-kira USD 23 miliar, meningkat 24% terbanding dengan tahun 2010. Pada tahun 2012, angka ini meningkat menjadi USD 36 miliar. Untuk mencapai angka yang mengesankan ini, cabang pariwisata Thailand selalu membuat satu strategi pengembangan yang stabil, berjangka panjang serta juga membuat banyak kebijakan baru dan prioritas, membantu badan-badan perjalanan dan wisatawan mancanegara ketika datang ke Thailand. Hal ini ditunjang pula dengan laju pertumbuhan ekonomi Thailand mengalami percepatan lebih dari yang diharapkan pada kuartal keempat tahun 2014 lalu seperti yang dilaporkan Office of the National Economic and Social Development Board (NESDB) dengan naiknya data PDB Q4-2014. Percepatan ini didukung oleh meningkatnya pengeluaran pemerintah dan ekspor. Meskipun demikian, ekonomi tumbuh di laju paling lambat dalam tiga kuartal sepanjang tahun 2014 yang sebagian besar disebabkan sedikitnya pengeluaran dan kemerosotan investasi. Dari catatan NESDB Produk domestik bruto naik 2,3 persen secara tahunan pada kuartal keempat menyusul kenaikan 0,6 persen pada kuartal ketiga, data ini lebih tinggi dari kenaikan 2,1 persen yang diperkirakan oleh para ekonom. Sepanjang tahun 2014, ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara ini meningkat 0,7 persen dibanding tahun sebelumnya, lebih lambat dari pertumbuhan 2,9 persen pada tahun 2013. Ini adalah pertumbuhan terlemah sejak 2011, ketika naik 0,1 persen. Dimana pertumbuhan ekonomi ini berdasarkan dampak dari pemberlakukan kerjasama IMT-GT melalui LCC. Dengan kerjasama ini sudah sangat banyak maskapai penerbangan yang menyediakan rute dari berbagai negara langsung menuju Bangkok, ibukota Thailand dan dari Thailand pun dapat langsung melanjutkan penerbangan menuju ke berbagai kota di Thailand dengan menggunakan penerbangan dalam negeri.
876
Kerjasama Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (Siti Mutmainah)
Berdasarkan uraian tersebut, maka diketahui bahwa pemberlakuan LCC (Low Cost Carrier) terhadap pertumbuhan ekonomi dari peningkatan segi peningkatan pariwisata melalui kerjasama IMT-GT telah terimplikasi. Dimana maskapai penerbangan berbiaya murah atau LCC saat ini tengah menjadi primadona di pasar penerbangan dunia. Kehadiran LCC menjawab kebutuhan konsumen di kelas menengah sebagai alternatif alat transportasi untuk berpariwisata meskipun dengan budget yang terbatas. Beberapa karakteristik dari maskapai LCC atau penerbangan berbiaya murah adalah standarisasi pada kabin dan armada pesawat, menghilangkan tipe kelas bisnis dalam layanan, mengurangi atau menghilangkan layanan dalam pesawat (atau dengan kata lain, layanan tetap diberikan namun biaya diluar harga tiket), menyederhanakan proses ticketing melalui teknologi IT dengan menggunakan tiket elektronik, beroperasi pada penerbangan-penerbangan jarak pendek, menyederhanakan atau menghilangkan program mileage (member), menggunakan bandara sekunder (selain bandara utama) untuk meminimalisir biaya layanan bandara pada jam sibuk, memanfaatkan penggunaan armada pesawat secara maksimal untuk meminimalisir biaya perawatan armada.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan pemberlakuan LCC (Low Cost Carrier) terhadap pertumbuhan ekonomi dari peningkatan segi peningkatan pariwisata melalui kerjasama IMT-GT telah terimplikasi. Dimana maskapai penerbangan berbiaya murah atau LCC saat ini tengah menjadi primadona di pasar penerbangan dunia. Kehadiran LCC menjawab kebutuhan konsumen di kelas menengah sebagai alternatif alat transportasi untuk berpariwisata meskipun dengan biaya yang terbatas. Beberapa karakteristik dari maskapai LCC atau penerbangan berbiaya murah adalah standarisasi pada kabin dan armada pesawat, menghilangkan tipe kelas bisnis dalam layanan, mengurangi atau menghilangkan layanan dalam pesawat (atau dengan kata lain, layanan tetap diberikan namun biaya diluar harga tiket), menyederhanakan proses ticketing melalui teknologi IT dengan menggunakan tiket elektronik, beroperasi pada penerbangan-penerbangan jarak pendek, menyederhanakan atau menghilangkan program mileage, menggunakan bandara sekunder (selain bandara utama) untuk meminimalisir biaya layanan bandara pada jam sibuk, memanfaatkan penggunaan armada pesawat secara maksimal untuk meminimalisir biaya perawatan armada. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan bahwa Indonesia, Malaysia, Thailand untuk lebih meningkatkan kerjasama sub-regional dibawah bendera IMTGT terutama di sektor transportasi, sekalipun ada ancaman krisis keuangan global. Untuk memajukan kerjasama IMT-GT masa mendatang program-program yang telah direncanakan dalam IMT-GT perlu terus diintensifikasikan terutama di bidang upaya untuk membuat koridor (transportasi) yang menghubungkan ketiga negara. Dengan adanya koridor-koridor, diharapkan dapat diakselerasi untuk menunjang kegiatan ekonomi terutama di bidang perdagangan, investasi, pariwisata, dan lain-lain. Dimana Indonesia, Malaysia, Thailand yang tergabung dalam IMT-GT, diharapkan sepakat
877
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 3, 2016: 867-880
untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur transportasi baik darat, laut maupun udara. Daftar Pustaka Buku Andre, H. Pareira. 1999. Perubahan Global dan Perkembangan Studi Hubungan Internasional. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. Badruddin, Syamsiah. 2009. Pengertian Pembangunan: IndikatorPembangunan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Teori
dan
Handy, Hady. 2001. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional, Ghalia Indonesia. Jakarta. Kansil. 1979. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Mankiw, N. Gregory. 2000.Teori Makro Ekonomi. Rajawali. Press. Jakarta. Muhammad, Tahwin. 2003. Pengembangan Obyek Wisata Sebagai Sebuah Industri Studi Kasus Kabupaten Rembang. Pradnya Paramita. Jakarta. Nuraeni, Deasy Silvya dan Arifin Sudirman. 2010. Regionalisme Dalam Studi Hubungan Internasional. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Oka, A. Yoeti. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi. Penerbit Kompas. Jakarta. Peter, Forsyth dan John King, dkk. 2004. Preparing ASEAN For Open Sky. Monash International Pty Ltd. Rahmad, A. dan M. Halimi. 1996. Tata Negara Penuntun Belajar. Ganeca Exxact. Bandung. Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus, 2004. Ilmu Makro Ekonomi. PT. Media Global Edukasi. Jakarta. Simorangkir, Rudy T. Erwin, dan J.T. Prasetyo. 2000. Kamus Hukum. Sinar Grafika. Jakarta. Sukirno, Sadono. 2002. Teori Mikro Ekonomi. Rajawali. Press. Jakarta. Jurnal Hartono, Rudi. 2013. Pengaruh Kerjasama ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) Terhadap Pasar Domistik Produk Tekstil Indonesia (2010-2012). Program Studi Ilmu Hubungan Intrenasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman Samarinda.
878
Kerjasama Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (Siti Mutmainah)
Rasulong, Sri Wahyuni. 2014. ASEAN Tourism Forum dan Peningkatan Pariwisata Indonesia, Thailand dan Brunei Darussalam. Skripsi. Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Makassar. Artikel Internet About the Event. http://www.atf-2015.com/abouttheevent.html. Diakses pada tanggal 12 November 2015. Analisis Pengembangan Kebijakan Pariwisata Di Malaysia. lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-108147.pdf. Diakses tanggal 7 Desember 2016. ASEAN
: Logo dan Slogan Pariwisata Negara ASEAN. http://itineraryku.blogspot.co.id/2012/01/asean-logo-dan-slogan-pariwisatanegara.html. Diakses pada tanggal 12 November 2015.
Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT). http://www.kemlu.go.id/. Diakses pada tanggal 2 Agustus 2016. Industri
pariwisata dan pembangunan nasional, jurnal.http://jurnal.stieama.ac.id/index.php/ama/article/view/18. Diakses pada tanggal 18 September 2016.
Inilah
14 Tempat Wisata di Bangkok Thailand Paling Menarik. http://www.initempatwisata.com/wisata-dunia/thailand/14-tempat-wisata-dibangkok-thailand-menarik/336/. Diakses pada tanggal 15 November 2015.
Kebijakan Open Sky ASEAN dan Implikasinya bagi Indonesia-Malaysia-Thailand, https://jihanyulanda16.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 2Agustus 2016. Kementerian Sekretarian Negara Republik Indonesia dalam Sri Wahyuni Rasulang 2014. http://www.setneg.go.id//index.php?option=com_perundangan&id=2189&tas k=detail&catid=1&Itemid=42. Diakses pada tanggal 18 September 2016. LCC Sebuah Konsep. http://www.hbstephanus.com/2011/08/lcc-low-cost-carriersebuah-konsep.html. Diakses pada tanggal 2 Agustus 2016. Pariwisata Di Malaysia. https://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata_di_Malaysia. Diakses pada tanggal 25 November 2016. Ragam Tempat Wisata Di Thailand “20 Tempat Wisata yang wajib dikunjung di Thailand yang Terkenal Indah”. http://www.ragamtempatwisata.com/2013/07/html. Diakses pada tanggal 15 November 2015.
879
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 4, Nomor 3, 2016: 867-880
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 dalam Sri Wahyuni Rasulang 2014. http://www.budpar.go.id/asp/detil.asp?c=11&id=685. Diakses pada tanggal 18 September 2016. Vovworld. Pariwisata Thailand Dengan Strategi Pengembangan Baru. http://vovworld.vn/id-ID/Rumah-ASEAN/. Diakses pada tanggal 16 Juli 2016. World Economic Forum, “The Travel & Tourism Competitiveness Report 2016”. http://ep00.epimg.net/descargabsles/2016/.pdf. Diakses pada tanggal 2 September 2016. 34
880
Objek Wisata Unggulan di 34 Provinsi Indonesia. https://www.skyscanner.co.id/berita/34-objek-wisata-unggulan-di-34provinsi-di-indonesia. Diakses tanggal 7 Desember 2016.