1 KERANGKA RANCANGAN BELAJAR BI-TANDUR-LS-MK SEBAGAI ALTERNATIF PEMBELAJARAN BAGI SISWA DI KELAS INKLUSIF
Oleh Imam Yuwono,M.Pd Dosen Prodi PLB FKIP Unlam Banjarmasin 1. Abstrak
Pengembangan kerangka pembelajaran BI-TANDUR-LS-MK merupakan alternatif pemilihan pendekatan mengajar di kelas inklusif. Gagasan awal penelitian ini di dasarkan pada temuan bahwa guru IPS di SD-X (SD penyelenggara piloting pendidikan inklusif
di
Kalimantan
Selatan)
mengalami
kesulitan
dalam
mengembangkan
pendekatan pembelajaran. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran yang diakibatkan oleh cara belajar yang terpusat kepada guru. Siswa kurang memiliki kebermaknaan dalam belajar, kecenderungan belajar mereka hanya untuk keperluan dapat mengerjakan soal-soal ujian, bukan untuk mendapatkan pengetahuan yang kelak dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Menggunakan metode penelitian tindakan kolaboratif, penelitian ini menghasilkan sebuah
teknik pembelajaran
yang diharapkan dapat membantu
guru
dalam
melaksanakan pembelajaran IPS bagi siswa di kelas Inklusif. Dalam pelaksanaannya peneliti bekerjasama dengan guru untuk menemukan teknik pembelajaran yang tepat menggunakan kerangka pembelajaran BI-TANDUR-LS-MK. Dalam penelitian ini ditemukan: (1) aktifitas guru dalam pembelajaran guru meningkat dengan adanya kerangka rancangan belajar BI-TANDUR-LS.MK, hal ini diperlihatkan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide dan menjawab pertanyaan, menfokuskan masalah yang dikaji sehingga pembicaraan terarah dan memberikan kesempatan bicara kepada seluruh siswa secara adil. (2) kerangka BI-TANDUR-LSMK
2 mengkondisikan siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran. aktifitas siswa terlihat banyaknya siswa yang mengemukakan ide, memberi masukan, mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan guru. Dengan adanya Budaya inklusi siswa terbiasa untuk saling menghormati, tolong menolong dan menghargai sesama teman di kelas. memotivasi siswa untuk mencari pengalaman dan pengetahuan menggunakan berbagai sumber belajar. Memotivasi siswa aktif mengikuti pelajaran yang dibuktikan dengan banyak bertanya, menjawab dan memberikan masukan. Melatih siswa berani tampil di depan umum, mencari hubungan dengan orang lain dan mendorong siswa untuk senantiasa kritis terhadap permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat. Penelitian ini menemukan teknik yang tepat menggunakan kerangka BI-TANDURLSMK. Penerapan teknik ini berimplikasi luas terhadap paradigma profesional guru sebagai mediator, motivator dan fasilitator dalam pembelajaran, sebagai upaya memberikan bekal siswa di kelas inklusif baik reguler maupun yang mengalami kebutuhan khusus dalam mengarungi kehidupan di masyarakat luas. Khususnya bagi guru di sekolah dan umumnya bagi semua pihak yang bergerak dalam dunia pendidikan anak di kelas inklusif, untuk membantu mengembangkan potensi diri anak diperlukan kreatifitas guru untuk mengembangkan pendekatan pembelajaran yang tepat. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kerangka BITANDUR-LSMK dapat digunakan sebagai alternatif pengembangan pendekatan pembelajaran yang inovatif.
2. Latar Belakang Masalah Keberagaman kebutuhan anak dalam kelas inklusif juga menimbulkan dampak terhadap
penyesuaian
sarana
pembelajaran,
media
pembelajaran,
penataan
lingkunngan kelas dan interaksi sosial antar anak dalam kelas tersebut. Selain itu juga latar belakang pendidikan dan pemahaman guru kelas tentang anak berkebutuhan khusus dan pendidikan inkluif merupakan hal penting dalam melakukan pengelolaan kelas untuk memberikan layanan optimal bagi anak berkebutuhan khusus di kelas inklusif. Membaca berbagai kajian pustaka, pendidikan inklusif di Indonesia masih banyak mengalami hambatan antara lain :Kurang siapnya Pemerintah, masyarakat dan pelaku pendidikan dalam hal membangun budaya inklusi, menghasilkan kebijakan
3 inklusi dan melaksanakan praktik inklusi ( Indek Inklusi yang dikeluarkan oleh
CSIE
: 2003).Sekolah reguler belum siap melaksanakan pendidikan inklusif, hal ini disebabkan antara lain : sarana dan prasarana yang dimiliki kurang mendukung, tenaga guru di sekolah reguler belum memiliki pengetahuan tentang PLB, sehingga kesulitan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar ( Buku Pedoman Pengelolaan Sekolah Berbasis Kecakapan Hidup Pada Pendidikan Luar Biasa : 2003). Melalui karya ini penulis merekayasa pendekatan pembelajaran yang telah diujicobakan di kelas Inklusi Banua Hanyar 8 Banjarmasin, menggunakan
Kerangka
pembelajaran “ BI-TANDUR- LSMK. Menggunakan kerangka pembelajaran ini dimaksudkan untuk merespon siswa untuk saling menghargai, menghormati dan menerima semua warga belajar, sehingga siswa berkebutuhan khusus dikelas inklusif mendapatkan perlakuan yang wajar, sehingga semua warga belajar termotivasi mengikuti pembelajaran. Harapan penulis
pendekatan pembelajaran ini dapat
digunakan sebagai alternatif dalam menyampaikan pembelajaran di kelas inklusi, sehingga dapat digunakan oleh rekan–rekan guru untuk menyampaikan pembelajaran di kelas inklusi. 3. Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini akan dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah kerangka rancangan belajar BI-TANDUR-LSMK dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa di kelas Inklusif ? 2. Apakah kerangka rancangan belajar BI-TANDUR-LSMK dapat meningkatkan aktifitas guru dalam pembelajaran di kelas Inklusif? 4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui apakah kerangka rancangan belajar BI-TANDUR-LSMK dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa di kelas Inklusif 2. Mengetahui
apakah
kerangka
rancangan
belajar
BI-TANDUR-LSMK
dapat
meningkatkan aktifitas pembelajaran guru di kelas Inklusif 3. Memperoleh pokok-pokok temuan yang dapat memberikan kontribusi dalam perencanaan belajar mengajar dalam seting pendidikan inklusif.
4 5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan masukan bagi para perencana pendidikan dan praktisi di lapangan mengenai pendekatan pembelajaran dalam seting pendidikan inklusif. 2. Dapat membantu guru kelas inklusif dalam memilih strategi pembelajaran . 3. Dapat digunakan oleh sekolah penyelenggara pendidikan inklusif sebagai bahan masukan dalam rangka perbaikan pelaksanaan pendidikan inklusif, khususnya dalam hal pelaksanaan pembelajaran. 6. Definisi Operasional Guna menghindari meluasnya persepsi/ pandangan, maka dalam penelitian ini disajikan definisi sebagai berikut : a) Kelas Inklusif adalah penggabungan penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa dan pendidikan sekolah reguler dalam suatu sistem pendidikan yang dipersatukan, dalam makalah ini siswa reguler sebanyak 40 orang dan siswa berkebutuhan khusus sebanyak 5 orang. b) Judul makalah berbentuk akronim BI-TANDUR-LSMK adalah kerangka rancangan belajar yang memiliki arti sebagai berikut : BI adalah akronim Budaya Inklusi artinya membangun keamanan, penerimaan, kerja sama perangsangan komonitas dimana setiap orang dihargai. TANDUR adalah akronim : T adalah Tumbuhkan A adalah Alami N adalah Namai D adalah Demontrasikan U adalah Ulangi R adalah Rayakan LS adalah Lingkungan Sekeliling merupakan pengaturan lingkungan belajar yang mendukung motivasi belajar siswa. M adalah Musik merupakan alat untuk menata suasana hati, mengubah keadaan siswa dan mendukung lingkungan belajar. K adalah Kesepakatan berbentuk daftar cara yang sederhana dan konkrit untuk melancarkan jalannya pembelajaran yang disepakati bersama.
7. Temuan Pertama, proses pembelajaran di SD-X sebelum dilakukan penelitian ini dapat di deskripsikan sebagai berikut: Pembelajaran masih terpusat kepada guru, dimana penyampaian pembelajaran masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah. Akibatnya siswa kurang memiliki kemampuan bertanya, mengungkapkan ide dan memecahkan masalah. Pembelajaran lebih banyak dilakukan di dalam kelas
5 dan cenderung menekankan kepada penguasaan pengetahuan ranah kognitif. Siswa belajar lebih beorientasi kepada kepentingan agar dapat menjawab soal-soal ujian daripada belajar untuk memperoleh pengetahuan yang dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat kelak. Kedua, aktifitas guru dalam pembelajaran guru meningkat dengan adanya kerangka rancangan belajar BI-TANDUR-LS.MK, hal ini diperlihatkan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide dan menjawab pertanyaan, menfokuskan masalah yang dikaji sehingga pembicaraan terarah dan memberikan kesempatan bicara kepada seluruh siswa secara adil.
Cara
mengevaluasi hasil belajar siswa dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Evaluasi proses diarahkan agar siswa menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, menjelaskan masalah, mengemukakan pendapat dan membuat keputusan. Ketiga,
kerangka BI-TANDUR-LSMK mengkondisikan siswa menjadi aktif
dalam mengikuti pembelajaran. aktifitas siswa terlihat banyaknya siswa yang mengemukakan ide, member masukan, mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan guru. Dengan adanya Budaya inklusi siswa terbiasa untuk saling menghormati, tolong menolong dan menghargai sesame teman di kelas. memotivasi siswa untuk mencari pengalaman dan pengetahuan menggunakan berbagai sumber belajar. Memotivasi siswa aktif mengikuti pelajaran yang dibuktikan dengan banyak bertanya, menjawab dan memberikan masukan. Melatih siswa berani tampil di depan umum, mencari hubungan dengan orang lain dan mendorong siswa untuk senantiasa kritis terhadap permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat. Keempat, Skenario Pembelajaran menggunakan
BI_TANDUR-LS-MK yang
tepat di kelas Inklusif adalah: a. Membangun budaya inklusi ( BI ) kepada semua siswa di kelas Inklusi Budaya inklusi dibangun melalui pemahaman dan pengamalan sebuah budaya, pelaksanaannya dilakukan dengan ceramah dan tanya jawab dan membiasakan sikap perilaku. Adapun alat yang digunakan untuk mengadakan dialok internal yang selalu mengingatkan pelaksanaan budaya inklusi adalah poster dinding b. Melaksanakan pembelajaran menggunakan kerangka belajar TANDUR
6 Kata Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasikan, Ulangi, dan Rayakan agar mudah mengingatnya disingkat menjadi akronim "TANDUR" Konsep pembelajaran TANDUR dikemukakan kepada siswa terlebih dahulu, kemudian mengikutsertakan diri siswa , pikat mereka, puaskan apa manfaat baginya, berikan mereka pengalaman belajar, tumbuhkan kebutuhan untuk mengetahui, berikan data tepat saat memuncak, berikan kesempatan pada mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi, rekatkan gambaran keseluruhannya dengan cara banyak mengulang kemudian rayakan jika layak dipelajari. a. Sebelum dimulai menumbuhkan motivasi siswa dengan cara Penyertaan menciptakan jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami, penyertaan manfaat pengalaman mereka. b. Alami adalah : memberikan pengalaman kepada siswa dan manfaat hasrat alami otak untuk menjelajah pengalaman membuat guru mudah menyampaikan pembelajaran untuk memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan mereka. c. Namai adalah : penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas
mengurutkan
dan
mendefinisikan.
Penamaan
dibangun
diatas
pengetahuan dan keingintahuan siswa saat itu, penamaan adalah saatnya untuk mengajarkan konsep, keterampilan berpikir dan strategi belajar. d. Demontrasikan adalah : memberikan peluang siswa untuk menterjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka kedalam pembelajaran yang lain, dan kedalam kehidupan mereka. e. Ulangi adalah : pengulangan memperkuat koneksi syaraf dan menumbuhkan rasa "Aku tahu bahwa aku tahu " f. Rayakan adalah : memberikan rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan dan kesuksesan, jika layak dipelajari maka layak pula di rayakan. 2) Pengaturan Lingkungan sekeliling (LS) untuk mendukung pembelajaran. Pengaturan lingkungan sekeliling di kelas Inklusi dalam makalah ini bertujuan agar masyarakat belajar dikelas inklusi termotivasi mengikuti proses belajar mengajar. Untu memanfaatkan kemampuan siswa secara tidak sadar menyerap informasi melalui kemitraan otak - mata digunakan alat –alat menggunakan poster ikon, Pengaturan bangku Pengaturan bangku memegang peranan penting dalam mengorkestrasi
7 belajar, bangku siswa dapat disusun untuk mendukung tujuan belajar, siswa berkebutuhan kkhusus duduk berbaur dengan siswa normal agar dapat berinteraksi dengan wajar. Adapun pengaturan bangku dapat dibentuk seperti , Model setengah lingkaran untuk diskusi kelompok, Rapatkan bangku ke dinding jika ingin memberikan tugas perseorangan, Lebih fleksibel menggunakan jenis kursi lipat 3) Menggunakan musik untuk menata hati warga belajar Irama musik, ketukan dan keharmonisan musik mempengaruhi fisiologi manusia terutama gelombang otak dan detak jantung dapat membangkitkan perasaan dan ingatan. Menggunakan musik kita dapat menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa dan mendukung lingkungan belajar, musik akan merangsang, meremajakan dan memperkuat belajar Menurut penelitian itu musik berpengaruh kuat pada lingkungan belajar, belajar akan lebih mudah dan cepat jika pelajar berada dalam kondisi santai dan reseptif. Musik digunakan untuk menata suasana hati, musik yang digunakan pada siklus kedua ini adalah jenis musik klasik, dengan menggunakan musik klasik membebaskan mereka berbicara, untuk jalan terus tanpa menarik perhatian terhadap diri mereka. setelah beberapa saat suara musik di kecilkan suara mereka akan melirih mengikuti suara musik, saat membutuhkan perhatian dari mereka keraskan suara musik lalu matikan, tindakan ini membuat siswa menengok dan melihat apa yang terjadi dengan musik. Jenis musik yang digunakan adalah instrumentalia barat slow.
8. Kesimpulan dan Saran Pertama, proses pembelajaran di SD-X sebelum dilakukan penelitian ini dapat di deskripsikan sebagai berikut: Pembelajaran masih terpusat kepada guru, dimana penyampaian pembelajaran masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah. Akibatnya siswa kurang memiliki kemampuan bertanya, mengungkapkan ide dan memecahkan masalah. Pembelajaran lebih banyak dilakukan di dalam kelas dan cenderung menekankan kepada penguasaan pengetahuan ranah kognitif. Siswa belajar lebih beorientasi kepada kepentingan agar dapat menjawab soal-soal ujian daripada belajar untuk memperoleh pengetahuan yang dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat kelak. Kedua, aktifitas guru dalam pembelajaran guru meningkat dengan adanya kerangka rancangan belajar BI-TANDUR-LS.MK, hal ini diperlihatkan guru
8 memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide dan menjawab pertanyaan, menfokuskan masalah yang dikaji sehingga pembicaraan terarah dan memberikan kesempatan bicara kepada seluruh siswa secara adil.
Cara
mengevaluasi hasil belajar siswa dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Evaluasi proses diarahkan agar siswa menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, menjelaskan masalah, mengemukakan pendapat dan membuat keputusan. Ketiga,
kerangka BI-TANDUR-LSMK mengkondisikan siswa menjadi aktif
dalam mengikuti pembelajaran. aktifitas siswa terlihat banyaknya siswa yang mengemukakan ide, member masukan, mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan guru. Dengan adanya Budaya inklusi siswa terbiasa untuk saling menghormati, tolong menolong dan menghargai sesame teman di kelas. memotivasi siswa untuk mencari pengalaman dan pengetahuan menggunakan berbagai sumber belajar. Memotivasi siswa aktif mengikuti pelajaran yang dibuktikan dengan banyak bertanya, menjawab dan memberikan masukan. Saran Berdasarkan hal diatas disarankan kepada beberapa pihak: Pertama, guru disarankan untuk menggunakan pendekatan BI-TANDUR-LS-MK dalam pembelajaran karena pendekatan ini dapat menciptakan situasi pembelajaran yang menantang dan menyenangkan siswa, melatih keterampilan siswa dalam memecahkan masalah, rasa ingin tahu dan motivasi belajar siswa lebih besar. Kedua, guru disarankan untuk menguasai langkah-langkah pendekatan BITANDUR-LS-MK, sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan efektif, bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Ketiga, guru disarankan untuk menciptakan suasana kebersamaan agar tercipta kondisi belajar yang kondusif dan dinamis. Sehingga dengan kondisi seperti ini akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik, guru disarankan untuk menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, untuk mendukung tercapainya proses pembelajaran yang berkualitas. Keempat, guru disarankan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya termasuk dalam mengembangkan teknik pembelajaran IPS yang kreatif dan inovatif, sehingga akan membantu siswa tunanetra mengembangkan potensi diri, menjadi
9 bagian dari warga negara yang baik. Teknik pembelajaran menggunakan pendekatan BI-TANDUR-LS-MK yang dikembangkan dalam penelitian ini, dapat digunakan sebagai alternatif pendekatan pembelajaran yang inovatif. Karena dengan menggunakan pendekatan BI-TANDUR-LS-MK dapat menciptakan situasi pembelajaran yang menantang dan menyenangkan siswa, melatih keterampilan siswa dalam pemecahan masalah, rasa ingin tahu dan motivasi belajar siswa lebih besar, guru akan merasa tertantang untuk membantu melayani siswa dan mendorong
siswa
untuk
lebih
aktif
dalam
pembelajaran.
Guru
perlu
mengembangkan komunikasi suasana kebersamaan dari berbagai unsur yang mendukung suasana belajar siswa, agar tercipta kondisi belajar yang kondosif dan dinamis sehingga akan meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar yang lebih baik. Kelima, Kepala Sekolah SLB disarankan agar senantiasa memberikan dukungan dan menfasilitasi serta mendorong para guru untuk melakukan berbagai langkah inovatif dalam mengembangkan model pembelajaran, seperti halnya pendekatan BITANDUR-LS-MK dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan intelektual dan keterampilan sosial siswa tunanetra. Keenam, hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan BI-TANDURLS-MK efektif digunakan dalam pembelajaran pendidikan IPS dan mampu mendobrak perubahan paradikma pembelajaran yang terpusat pada guru menjadi pembelajaran yang terpusat pada siswa. Namun demikian tidak semua guru mau dan mampu menerapkannya. Oleh karena itu Depdiknas disarankan untuk menfasilitasi dan mendorong para guru agar mau dan mampu menerapkan di lapangan. Ketujuh, efek ganda dari pengembangan pembelajaran IPS siswa di kelas inklusif menggunakan pendekatan BI-TANDUR-LS-MK belum tersentuh secara optimal; oleh karena itu diharapkan peneliti lain untuk melanjutkan penelitian tindakan kelas pada sisi lain yang belum dibahas melalui penelitian ini, misalnya bagaimana pengaruh penggunaan pendekatan BI-TANDUR-LS-MK terhadap nilai UAN.
10 DAFTAR PUSTAKA
Berk.L.E.L (2003), Child Developmnet, The United States Of Amerika: Person Education. _____________, (2005), Mengelola Kelas Inklusif, dengan Pembelejaran yang Ramah : Jakarta, Depdiknas _____________, (2005) Merangkul Perbedaan: Perangkat Untuk Mengembangkan Lingkungan Inklusif, Ramah terhadap Pembelejaran: Jakarta, Depdiknas _____________, (2005) Menciptakan Lingkungan Inklusif Pembelajaran (LIRP) yang Sehat dan Aman: Jakarta, Depdiknas
Ramah
terhadap
_____________, (2005) Menjadikan Lingkungan Pembelajaran (LIRP): Jakarta, Depdiknas
Ramah
terhadap
Inklusif,
_____________, (2005) Bekerja Sama dengan Keluarga dan Masyarakat untuk Meniciptakan Lingkungan Inklusif Ramah terhadap Pembelejaran(LIRP): Jakarta, Depdiknas _____________, (2005) Mengajak Semua Anak Bersekolah dan Belajar: Jakarta, Depdiknas Dryden G & Vos J, (2002), The Learning Revolution, Bandung : Kaifa (Selandia Baru:The Learning Web) ________, (2001), Open file on Inclusive Education, suppoort Materials for Mangers and Administratoors, UNESCO Paris franch