KERAGAAN KOMPONEN HASIL, HASIL, DAN KUALITAS UMBI KLON-KLON UBI KAYU DI LAHAN ENTISOL KABUPATEN KEDIRI Kartika Noerwijati Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8 Kotak Pos 66 Malang 65101 Telp. 0341-801468 Fax. 0341-801496 e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian dilakukan di Kabupaten Kediri pada bulan November 2010 hingga Agustus 2011. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok dengan 16 genotipe ubi kayu sebagai perlakuan dan diulang tiga kali. Panen dilakukan pada umur 10 bulan. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, indeks panen, jumlah umbi/tanaman, panjang umbi besar, panjang umbi kecil, diameter umbi besar, diameter umbi kecil, bobot umbi besar, bobot umbi kecil, bobot umbi/tanaman, hasil umbi segar/hektar, kadar pati (%bb), kadar bahan kering, dan hasil pati/hektar. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan klon berpengaruh nyata terhadap variabel yang diamati, kecuali bobot umbi besar/tanaman dan kadar bahan kering umbi. Tinggi tanaman, indeks panen, jumlah umbi/tanaman, panjang umbi besar, panjang umbi kecil, diameter umbi besar, diameter umbi kecil, dan bobot umbi kecil tidak memiliki kontribusi nyata terhadap hasil umbi segar per hektar. Hasil umbi segar per hektar sangat ditentukan oleh bobot umbi besar/tanaman dan bobot umbi total per tanaman. Klon CMM 03036-7 dan CMM 030387 memiliki hasil dan kualitas umbi yang tinggi, di atas pembanding UJ5, Malang 6, dan Adira 4. Klon CMM 03094-4 dan CMM 02035-3 memiliki hasil dan kualitas umbi di atas pembanding UJ5 dan Adira 4. Kata kunci: ubi kayu, komponen hasil, hasil umbi, kualitas umbi
ABSTRACT Performance of yield components, yield and tuber quality of cassava clones at Entisol soil, Kediri district. The research was conducted in the district of Kediri in November 2010 until August 2011. Experimental design used was a randomized block with 16 cassava genotypes as treatments with three replications. Harvesting is done at the age of 10 months. The variables that observed were plant height, harvest index, number of tubers/plant, the length of large tubers, the length of small tubers, diameter of large tubers, diameter of small tubers, weight of large tubers, weight of small tuber, tuber weight/plant, fresh tuber yield (t ha-1), starch content (%wb), dry matter content, the starch yield (t ha-1). The results showed that the clones were significantly different for all variables except for tuber weight/plant and dry matter content. Yield components such as plant height, harvest index, number of tubers/plant, the length of large tubers, the length of small tubers, diameter of large tubers, diameter of small tubers, and weight of small tuber did not contributed to the fresh tuber yield per hectare. Fresh tuber yield was determined by the weight of large tubers per plant and total tuber weight per plant. The yield and tuber quality of CMM 03036-7 and CMM 03038-7 clones are higher than UJ5, Malang 6, and Adira 4. While yield and tuber quality of CMM 03094-4 and CMM 020353 clones are higher than UJ5 and Adira 4. Keywords: cassava, yield components, tuber yield, tuber quality
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
505
PENDAHULUAN Tahun 2011 produksi ubi kayu mencapai sekitar 246 juta ton, diramalkan pada tahun 2012 meningkat menjadi 252 juta ton, dan pada tahun 2013 diperkirakan mencapai sekitar 257 ton. Nigeria merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar, diikuti Brazil, Thailand, dan Indonesia (FAO 2013). Negara pengekspor ubi kayu terbesar adalah Thailand, Vietnam dan Indonesia. Pada tahun 2010, rata-rata produktivitas ubi kayu dunia adalah 12,5 ton per hektar, dan India merupakan negara paling tinggi produktivitasnya, yaitu 34,8 ton per hektar pada tahun 2010 (Wikipedia 2013). Produksi ubi kayu Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun luas panen mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan adanya peningkatan produktivitas. Pada tahun 2008 produksi ubi kayu mencapai 21.756.991 ton dengan luas panen 1.204.933 hektar dan produktivitas 18,1 t/ha, sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi 24.044.025 ton dengan luas panen 1.184.696 hektar dan produktivitas 20,3 t/ha (BPS 2012). Sekitar 90% produksi ubi kayu di Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Di masa mendatang, kebutuhan ubi kayu akan semakin meningkat dengan berkembangnya industri berbahan baku ubi kayu, termasuk industri bioethanol, sehingga perlu peningkatan produksi, baik untuk pangan maupun kebutuhan industri. Target peningkatan produksi ubi kayu dapat tercapai melalui penggunaan varietas unggul dan penerapan komponen teknologi produksi lainnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, maka kebijakan penelitian ubi kayu diarahkan pada pembentukan varietas berdaya hasil tinggi, kadar pati tinggi, tahan hama dan penyakit, sesuai untuk bahan baku ethanol, berumur genjah, rasa enak, serta memiliki bentuk dan ukuran relatif seragam (Suryana 2009, Adie dan Marwoto 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komponen hasil, potensi hasil dan kualitas umbi 16 klon ubi kayu di lahan Entisol Kabupaten Kediri.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kabupaten Kediri pada bulan November 2010 hingga Agustus 2011. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok dengan 16 genotipe ubi kayu sebagai perlakuan dan diulang tiga kali. Stek batang ubi kayu sepanjang sekitar 20 cm ditanam dengan posisi tegak. Jarak tanam 100 x 80 cm dengan ukuran petak 5 x 5 m. Pupuk diberikan dua kali yaitu pada saat tanam sebesar 100 kg Urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCl/ha, dan pada umur tiga bulan 100 kg Urea/ha. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu pada umur satu dan tiga bulan setelah tanam. Pembenahan guludan dilakukan bersamaan dengan pemupukan. Pembuangan tunas ubi kayu menyisakan dua tunas terbaik pada umur dua bulan setelah tanam. Panen dilakukan pada umur 10 bulan. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, indeks panen, jumlah umbi/tanaman, panjang umbi besar, panjang umbi kecil, diameter umbi besar, diameter umbi kecil, bobot umbi besar, bobot umbi kecil, bobot umbi/tanaman, hasil umbi segar/hektar, kadar pati (%bb), kadar bahan kering, dan hasil pati/hektar.
506
Noerwijati: Keragaan Klon-klon Ubi Kayu di Lahan Entisol Kabupaten Kediri
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi lokasi penelitian tercantum pada Tabel 1. Agar pertumbuhan ubi kayu optimal, lingkungan yang dikehendaki adalah tanah dengan pH 4,6–7,8, kadar P tanah minimal 7 ppm, unsur K minimal 0,15 me/100g (Howeler 1996), kadar N dalam tanah minimal 0,1% (Endris 2013). Tanah terbaik untuk pertumbuhan ubi kayu adalah tanah lempung liat berpasir (Seesahai et al. 2013) dengan kandungan bahan organik 2–4 % (Howeler 2002). Berdasarkan Tabel 1 maka untuk pertumbuhan ubi kayu yang optimal diperlukan penambahan unsur N dan bahan organik. Namun penambahan bahan organik tidak dilakukan dengan pertimbangan dapat tercukupi unsur N, P, K dan struktur tanah bagus sehingga produktivitas ubi kayu cukup optimal. Tabel 1. Karakteristik tanah di lokasi percobaan. Parameter pH (H20) Kadar N (%) Kadar C-organik (%) Kadar P2O5 (ppm) Kadar K (me/100g) Kadar air (%) Kadar pasir (%) Kadar debu (%) Kadar liat (%)
Nilai 6,01 0,053 0,69 241 0,33 1,20 80 17 3
Kriteria Sedang *) Rendah **) Rendah *) Tinggi *) Tinggi *)
*) Howeler (2002). **) Endris (2013).
Gambar 1. Curah hujan selama percobaan berlangsung.
Selama percobaan berlangsung, curah hujan bulanan berkisar antara 102–465 mm, terendah pada bulan Mei 2011 dan tertinggi pada bulan Desember 2010. Rata-rata curah hujan pada tiga bulan pertama adalah 276,25 mm dan pada tiga bulan kedua 312,33 mm. Kondisi ini sesuai untuk pertumbuhan ubi kayu agar berproduksi optimal sebagaimana disebutkan oleh Wargiono et al. (2006). Pada Tabel 2 terlihat bahwa perbedaan klon berpengaruh terhadap variabel yang diamati, kecuali bobot umbi besar/tanaman dan kadar bahan kering umbi. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
507
Tabel 2. Analisis ragam karakter kuantitatif 16 klon ubi kayu. Kediri, 2011. Karakter
Kuadrat Tengah Blok
Genotipe
Galat
KK (%)
Tinggi tanaman (cm) 197,87 tn 13704,23 ** 514,29 7,0 Jumlah umbi/tanaman 0,51 tn 10,07 ** 1,44 12,3 Panjang umbi besar (cm) 69,81 ** 19,58 * 5,83 9,0 Panjang umbi kecil (cm) 20,68 * 9,61 * 3,92 14,4 Diameter umbi besar (cm) 0,81 ** 0,72 ** 0,11 5,1 Diameter umbi kecil (cm) 0,32 tn 0,43 * 0,17 8,8 Bobot umbi besar (kg) 0,61 tn 1,11 tn 0,59 22,5 Bobot umbi kecil (kg) 0,05 tn 0,18 ** 0,07 24,9 Bobot umbi/tanaman (kg) 0,29 tn 1,11 * 0,50 16,1 Indek panen 0,002 tn 0,025 ** 0,002 7,1 Kadar pati (%bb) 12,61 ** 4,19 * 1,71 6,2 Kadar bahan kering (%) 42,64 ** 10,32 tn 7,36 6,2 Hasil umbi (t/ha) 206,23 * 219,38 ** 48,26 12,7 Hasil Pati (t/ha) 2,40 tn 8,87 ** 1,47 11,4 KK=koefisien keragaman; tn = tidak beda nyata; * =beda nyata pada taraf 5%; ** =beda nyata pada taraf 1%.
Keragaan Tinggi Tanaman dan Indeks panen Tinggi tanaman dari 16 klon yang diamati berkisar antara 168–400 cm. Klon CMM 02035-3 merupakan klon paling tinggi sedangkan klon CMM 02048-6 dan Kaspro mempunyai tanaman terpendek (Tabel 3). Klon dengan tanaman yang tinggi mempunyai indeks panen yang rendah, demikian sebaliknya. Hal tersebut tercermin pada hasil analisis korelasi dimana tinggi tanaman berkorelasi negatif dengan indeks panen dengan nilai korelasi -0,79**. Indeks panen tertinggi terdapat pada klon CMM 02048-6 dan tidak berbeda nyata dengan Kaspro. Klon-klon yang mempunyai indeks panen tinggi (> 0,5) adalah CMM 03036-7, CMM 03036-5, CMM 03094-4, CMM 02040-1, CMM 02033-1, CMM 02048-6, dan Kaspro. Semua klon pembanding memiliki indeks panen tinggi dan terdapat enam klon yang memiliki indeks panen setara atau lebih tinggi dari rata-rata indeks panen pembanding. Tinggi tanaman tidak berkorelasi dengan hasil umbi per tanaman maupun per hektar. Indeks panen berkorelasi positif dengan bobot umbi total per tanaman (r = 0,45**), namun tidak berkorelasi dengan hasil umbi per hektar. Komponen Hasil dan Hasil Jumlah umbi/tanaman pada penelitian ini tidak berkontribusi nyata terhadap hasil umbi segar per hektar. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai korelasi yang tidak nyata antara jumlah umbi/tanaman dengan hasil umbi segar per hektar (r = 0,24 tn). Panjang umbi besar maupun umbi kecil berbeda antarklon. Seperti halnya jumlah umbi/tanaman, panjang umbi besar maupun kecil tidak menentukan tingkat produktivitas klon-klon ubi kayu yang diamati, yang ditunjukkan oleh nilai korelasi yang tidak nyata antara panjang umbi besar maupun panjang umbi kecil dengan hasil umbi segar dengan nilai yang sama yaitu 0,04 tn. 508
Noerwijati: Keragaan Klon-klon Ubi Kayu di Lahan Entisol Kabupaten Kediri
Tabel 3. Tinggi tanaman dan indeks panen 16 klon ubi kayu. Kediri, 2011. Klon
Tinggi tanaman (cm)
Indeks panen
391 ab 381 abc 253 h 351 cdef 370 abcd 346 cdef 360 bcde 316 fg 307 g 400 a 183 i 168 i
0,4 e 0,5 d 0,6 abc 0,5 de 0,5 de 0,6 bc 0,5 de 0,6 c 0,6 c 0,5 de 0,7 a 0,7 ab
UJ5 Malang 6 Malang 4 Adira 4
351 cdef 324 efg 334 defg 333 defg
0,6 c 0,6 c 0,6 c 0,6 c
Rata-rata
323
CMM 03025-43 CMM 03036-7 CMM 03036-5 CMM 03038-7 CMM 03094-12 CMM 03094-4 CMM 03095-5 CMM 02040-1 CMM 02033-1 CMM 02035-3 CMM 02048-6 Kaspro Pembanding
BNT (5%) 37,8 Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
0,6 0,07
Diameter umbi besar maupun kecil juga menunjukkan perbedaan antarklon. Diameter umbi pada penelitian ini tidak menunjukkan kontribusi yang nyata terhadap hasil umbi segar karena memiliki nilai korelasi yang kecil dan tidak nyata dengan hasil umbi dengan nilai korelasi masing-masing 0,09 tn dan 0,03 tn. Klon-klon yang diuji tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada variabel bobot umbi besar per tanaman, sedangkan pada bobot umbi kecil per tanaman menunjukkan perbedaan antarklon. Meskipun tidak nyata, bobot umbi besar per tanaman sangat menentukan hasil umbi segar, yang ditunjukkan oleh nilai korelasi positif sangat nyata (r = 0,45**) artinya, semakin tinggi bobot umbi besar per tanaman, semakin meningkat hasil umbi segar. Sebaliknya, meskipun bobot umbi kecil per tanaman menunjukkan perbedaan antarklon namun tidak menentukan hasil umbi segar karena memiliki nilai korelasi yang tidak nyata (r = 0,08 tn). Perbedaan antarklon terlihat pada variabel bobot umbi total per tanaman. Klon-klon yang diuji memiliki rata-rata bobot umbi per tanaman 4,42 kg dan terdapat empat klon yang memiliki bobot umbi per tanaman di atas rata-rata, yaitu CMM 03036-7, CMM 03036-5, CMM 03094-4, dan CMM 02033-1. Bobot umbi per tanaman sangat menentukan hasil umbi segar karena memiliki nilai korelasi positif yang sangat nyata (r = 0,52**). Klon yang diuji mampu menghasilkan umbi segar dengan kisaran 41,47–67,82 t/ha dan rata-rata 54,81 t/ha. Hasil umbi terendah terdapat pada klon CMM 02048-6. Hasil tertinggi diberikan oleh klon CMM 03036-7, diikuti oleh klon CMM 03038-7, CMM 030944, dan CMM 02035-3. Hasil umbi keempat klon tersebut lebih tinggi dari pembanding UJ5 dan Adira 4, setara dengan Malang 6 dan Malang 4.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
509
Tabel 4a. Komponen hasil dan hasil 16 klon ubi kayu. Kediri, 2011. Klon CMM 03025-43 CMM 03036-7 CMM 03036-5 CMM 03038-7 CMM 03094-12 CMM 03094-4 CMM 03095-5 CMM 02040-1 CMM 02033-1 CMM 02035-3 CMM 02048-6 Kaspro Pembanding UJ5 Malang 6 Malang 4 Adira 4 Rata-rata BNT (5%)
Jumlah umbi/tan
Panjang umbi besar (cm)
Panjang umbi kecil (cm)
Diameter umbi besar (cm)
Diameter umbi kecil (cm)
10,1 bcde 11,7 abc 8,4 e 12,0 ab 5,1 f 9,0 de 8,4 e 10,7 bcd 13,1 a 8,9 de 10,2 bcde 8,7 de
26,6 bcdef 26,5 bcdef 26,1 cdef 24,0 efg 30,0 abc 26,6 bcdef 31,6 a 21,9 g 28,8 abcd 30,2 ab 26,8 bcdef 26,8 bcdef
17,3 a 15,2 abc 12,7 bc 13,4 bc 9,1 d 14,6 abc 14,3 abc 13,6 bc 14,3 abc 12,6 bc 14,9 abc 13,4 bc
5,4 e 6,7 bc 6,9 b 6,7 bcd 7,6 a 6,7 bc 6,1 d 6,9 b 6,1 d 6,5 bcd 6,5 bcd 6,6 bcd
4,1 f 4,6 bcdef 5,2 ab 4,1 f 5,3 a 4,9 abcde 4,4 def 4,7 abcdef 4,3 ef 4,6 bcdef 4,4 def 5,1 abc
9,9 cde 10,3 bcde 10,5 bcd 9,1 de 9,8
23,5 fg 28,5 abcd 27,7 abcde 25,0 defg 26,9
13,93 bc 15,66 ab 14,31 abc 12,20 cd 13,83
6,8 b 6,2 cd 6,7 bc 7,0 b 6,6
4,4 cdef 5,0 abcd 4,9 abcde 5,0 abcd 4,7
2,0
4,0
3,30
0,6
0,7
Tabel 4b. Komponen hasil dan hasil 16 klon ubi kayu. Kediri, 2011. Bobot umbi besar/tan (kg)
Bobot umbi kecil/tan (kg)
Bobot umbi/ tan (kg)
Hasil umbi (t/ha)
2,5 d 3,7 abcd 3,7 abcd 3,2 bcd 3,3 bcd 4,8 a 2,9 cd 3,0 cd 3,1 bcd 3,0 cd 3,1 bcd 3,4 bcd
1,2 abc 1,4 ab 0,9 cd 1,2 abc 0,4 c 0,7 de 1,0 abcd 1,3 abc 1,9 a 0,9 cd 1,1 abcd 1,0 abcd
3,6 f 5,1 abc 4,5 abcdef 4,4 abcdef 3,6 ef 5,6 a 3,8 def 4,3 bcdef 4,5 abcdef 3,9 def 4,2 cdef 4,3 bcdef
53,2 cdef 67,3 a 52,9 cdefg 65,9 ab 46,3 f 58,6 abcd 44,4 efg 48,3 defg 53,6 cdefg 60,2 abcd 41,5 g 53,5 cdef
UJ5 Malang 6 Malang 4 Adira 4
2,84 cd 3,95 abc 4,42 ab 3,83 abc
1,0 abcd 1,0 abcd 1,1 abcd 0,9 bcd
3,9 def 5,0 abcd 5,4 ab 4,8 abcde
43,8 efg 62,9 abc 67,8 a 56,8 bcde
Rata-rata
3,42
1,0
4,4
Klon CMM 03025-43 CMM 03036-7 CMM 03036-5 CMM 03038-7 CMM 03094-12 CMM 03094-4 CMM 03095-5 CMM 02040-1 CMM 02033-1 CMM 02035-3 CMM 02048-6 Kaspro Pembanding
BNT (5%) 1,28 0,4 1,2 Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
510
Noerwijati: Keragaan Klon-klon Ubi Kayu di Lahan Entisol Kabupaten Kediri
54,8 11,6
Gambar 2. Korelasi antara komponen hasil dan hasil umbi segar (t/ha).
Kualitas Umbi Pengukuran kualitas umbi ubi kayu yang sederhana adalah dengan mengamati kadar pati (basis basah), kadar bahan kering, dan volume pati yang dihasilkan. Kadar pati dan hasil pati menunjukkan perbedaan antarklon, namun kadar bahan kering umbi tidak berbeda antarklon. Artinya, klon yang diuji memiliki kemampuan yang setara dalam menghasilkan bahan kering umbi. Kadar pati tertinggi terdapat pada klon CMM 02035-3, diikuti oleh klon CMM 02040-1, CMM 02035-3, CMM 03094-4, CMM 03036-1, dan CMM 03025-43. Kadar pati klon-klon tersebut tidak berbeda nyata dengan pembanding UJ5, Malang 4 dan Adira 4. Klon-klon berkadar pati tinggi juga memiliki kadar bahan kering yang tinggi. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai korelasi positif antara kadar pati dengan kadar bahan kering, yaitu 0,63**. Kadar bahan kering ubi kayu tinggi apabila memiliki kadar bahan kering > 40% (Antarlina dan Harnowo 1992). Dalam percobaan ini, semua klon yang diuji memiliki kadar bahan kering yang tinggi, rata-rata 43,64% dengan kisaran 40–47%. Hanya klon CMM 02048-6 yang memiliki kadar bahan kering kurang dari 40%. Ginting et al. (2006) menyebutkan bahwa klon ubi kayu yang memiliki kadar bahan kering serta kadar pati tinggi sesuai digunakan sebagai bahan baku industri tepung, pati dan ethanol. Hasil pati dari 16 klon yang diuji berkisar antara 7,5–13,6 t/ha dengan rata-rata 10,6 t/ha. Hasil pati tertinggi terdapat pada klon CMM 03036-7, CMM 03038-7, dan CMM 02035-3, namun tidak berbeda nyata dengan pembanding Malang 6 dan Malang 4. Hasil pati sangat ditentukan oleh hasil umbi segar yang ditunjukkan oleh nilai korelasi 0,91**. Hasil korelasi antara komponen hasil dengan hasil umbi pada penelitian ini relatif berbeda dengan yang dilaporkan oleh Sundari et al. (2010). Dijelaskan bahwa hasil umbi sangat dipengaruhi oleh indeks panen, diameter umbi, panjang umbi, dan jumlah umbi dengan nilai korelasi (r) masing-masing 0,25**, 0,65**, 0,36**, dan 0,62**.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
511
Tabel 5. Kadar pati (%bb), kadar bahan kering (%), dan hasil pati 16 klon ubi kayu. Kediri, 2011. Klon CMM 03025-43 CMM 03036-7 CMM 03036-5 CMM 03038-7 CMM 03094-12 CMM 03094-4 CMM 03095-5 CMM 02040-1 CMM 02033-1 CMM 02035-3 CMM 02048-6 Kaspro Pembanding UJ5 Malang 6 Malang 4 Adira 4 Rata-rata BNT (5%)
Kadar pati (%) 21,0 abcd 21,2 abcd 20,8 bcde 20,5 cde 20,8 bcde 21,5 abcd 20,3 cde 22,7 ab 23,0 a 21,2 abcd 19,6 de 18,6 e
Kadar bahan kering (%) 45,5 abc 44,5 abc 41,9 bc 43,1 abc 43,7 abc 44,2 abc 41,7 bc 46,5 a 45,9 ab 43,1 abc 40,0 c 41,5 bc
Hasil pati (t/ha) 10,2 cde 13,0 ab 10,0 cde 12,4 ab 8,7 ef 11,4 bc 8,2 ef 10,0 cde 11,2 bcd 11,8 abc 7,5 f 10,1 cde
23,0 a 20,5 cde 22,0 abc 21,7 abcd 21,1 2,2
46,6 a 43,7 abc 43,3 abc 43,3 abc 43,6 4,5
9,2 def 11,7 abc 13,6 a 11,3 bc 10,6 2,0
Angka sekolom yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
KESIMPULAN 1. 2. 3.
Tinggi tanaman, jumlah umbi per tanaman, panjang umbi besar, panjang umbi kecil, diameter umbi besar, diameter umbi kecil, bobot umbi kecil, dan indeks panen tidak berkontribusi nyata terhadap hasil umbi segar. Hasil umbi segar ditentukan oleh bobot umbi besar dan bobot umbi total per tanaman. Klon CMM 03036-7 dan CMM 03038-7 memiliki hasil dan kualitas umbi yang lebih tinggi dari pembanding UJ5, Malang 6, dan Adira 4. Klon CMM 03094-4 dan CMM 02035-3 memiliki hasil dan kualitas umbi yang lebih baik dari pembanding UJ5 dan Adira 4.
SARAN Perlu dilakukan pengujian lanjutan untuk melihat peluang klon CMM 03036-7 dan CMM 03038-7 sebagai calon varietas unggul baru ubi kayu.
DAFTAR PUSTAKA Adie, M.M. dan Marwoto. 2011. Inovasi Teknologi Unggulan Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung empat Sukses Kementerian Pertanian. Prosiding Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2011. http://www.balitkabi.litbang.deptan.go.id/publikasi/.../prosiding-2011.html
512
Noerwijati: Keragaan Klon-klon Ubi Kayu di Lahan Entisol Kabupaten Kediri
Antarlina, S.S dan D. Harnowo. 1992. Identifikasi teknologi pengolahan ubikayu. Laporan penelitian APBN tahun 1991/1992. Kelti Pasca Panen BALITTAN Malang. 15 hal. BPS. 2012. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta – Indonesia. http://www.bps.go.id. Diakses tanggal 4 Maret 2013. Endris, S. 2013. Cyanogenics Potential of Cassava Cultivars Grown under Varying Levels of Potassium Nutrition in Southwestern Ethiopia. http://ww2.geneconserve.pro.br/artigo056.pdf. Diakses tanggal 8 april 2013. FAO. 2012. Food Outlook : Global Market Analysis. www.fao.org/docrep/016/al993e/al993e00.pdf. Diakses tanggal 8 Maret 2013. Ginting, E., K. Hartojo, N. Saleh, Y. Widodo dan Suprapto. 2006. Identifikasi Kesesuaian Klonklon Ubi Kayu untuk Bahan Baku Pembuatan Bioetanol. Laporan hasil penenlitian tahun 2006. 20 hal. Howeler, R.H. 1996. Diagnosis of Nutritional Disorders and Soil Fertility Maintenance of Cassava. P181-193. In Kurup, G.T., Polaniswami, M.S., Potty, V.P., Padmaja, G., Kabeerathumma, S., and Pillai, S.V (Eds.) Tropical Tubers Crops : Problems, Prospects and Future Strategies. Oxford and IBH Publishing Co., New Delhi, India. ------------------ . 2002. Cassava Mineral Nutrition and Fertilization. p115-147. In R.J. Hillocks, J.M. Thresh and A.C. Bellotti (Eds.) Cassava : Biology, Production and Utilization. Seesahai, A., M. Ramlal-Ousman, and M.L. Vine. 2013. Guide to Growing Cassava Successfully. http://agriculture.gov.tt/fplma/?q=root-crop-unit/root-crop-bulletin-1-guide-growingcassava-successfully-18311319084963. Diakses tanggal 8 April 2013. Suryana, A. 2009. Kebijakan dan Program Penelitian Mendukung Tercapainya Swasembada Kedelai dan Ubi Kayu. http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/publikasi/prosiding/154.html?task=view Diakses tanggal 8 Maret 2013. Wargiono, J., A. Hasanuddin, dan Suyamto. 2006. Teknologi Produksi Ubikayu Mendukung Industri Bioethanol. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian. 42p. Wikipedia. 2013. Cassava. http://en.wikipedia.org/wiki/Cassava. Diakses tanggal 3 April 2013.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
513