KERACUNAN BAHAN ORGANIK DAN GAS DI LINGKUNGAN KERJA DAN UPAYA PENCEGAHANNYA Dr.rer.nat. EFFENDY DE LUX PUTRA, SU, Apt. Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara 1. Pendahuluan Memelihara standar kesehatan dan keselamatan yang tinggi di lingkungan kerja mencakup pengawasan kondisi pekerjaan, termasuk tingkat kebisingan, tingkat radiasi, temperatur, luka fisik akibat terjatuh atau terkena mesin, terluka atau terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia yang digunakan di tempat berkerja. Tingkat kesehatan dari seseorang mempunyai pengaruh yang besar terhadap penampilan dan kapasitas kerjanya. Dengan demikian maka penekanan dalam program kesehatan kerja tidak hanya pada mengusahakan peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosial pekerja di semua lapangan pekerjaan saja, tetapi juga pada pencapaian produktivitas kerja yang optimal. Penyakit akibat dan/atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemaparan terhadap lingkungan kerja. Walaupun bahaya dari faktor-faktor atau agen-agen lingkungan tertentu sudah diketahui sejak berabad-abad yang lalu, namun masih banyak pula yang belum dapat sepenuhnya dikendalikan di tempat kerja sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Terutama di negaranegara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, upaya-upaya untuk melakukan evaluasi dan pengendalian di tempat kerja, termasuk bahaya-bahaya kerja yang efeknya sudah jelas diketahui seringkali kurang mendapat perhatian. Dewasa ini terdapat kesenjangan antara pengetahuan ilrniah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk mencegahnya. Juga masih terdapat pendapat yang salah bahwa dengan mendiagnosis secara benar penyakit-penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja, sudah membuat situasi terkendalikan. Walaaupun merupakan langkah yang penting tapi hal ini bukan memecahkan masalah yang sebenarnya. Pendekatan tersebut tetap membiarkan lingkungan kerja yang tidak sehat tetap tidak berubah, dengan demikian potensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan yang tidak diinginkan juga tidak berubah. Hanya dengan "diagnosis" dan "pengobatan/penyembuhan" dari lingkungan kerja, yang dalam hal ini disetarakan berturut-turut dengan "pengenalan/evaluasi" dan "pengendalian efektif” dari bahaya-bahaya kesehatan yang ada, dapat membuat lingkungan kerja yang sebelumnya tidak sehat menjadi sehat. Konsep bahwa yang terkena penyakit akibat kerja (Occupational Disease) hanya pekerja itu sendiri telah berkembang dan mencakup pula keluarga dari pekerja yang bersangkutan serta masyarakat pada umumnya. Seorang pekerja dapat membawa debu asbes atau beryllium ke tempat tinggalnya sehingga dapat mempengaruhi kesehatan keluarganya. Beberapa bahan kimia seperti timah hitam, formaldehid, pestisida golongan organoklorin, dan karbon monoksida diduga dapat membahayakan sebuah janin yang dikandung seorang pekerja wanita tanpa selalu harus membahayakan dirinya sendiri. Tragedi Minamata (merkuti), Bhopal (zat beracun) dan Chernobyl (bahan radio aktif), telah mengingatkan kita bahwa kesehatan tidak hanya mempengaruhi mereka yang
©2003 Digitized by USU digital library
1
bekerja di kawasan industri saja, namun dapat pula membahayakan masyarakat umum. Dari berbagai studi epidemiologis, disamping penyakit-penyakit akibat kerja dipelajari pula berbagai faktor yang mengganggu kesehatan di tempat kerja yang kemudian berkontribusi terhadap timbulnya penyakit. Penyakit-penyakit tersebut disebut sebagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan (Occupationalrelated Disease), dimana pada penyakit yang dimaksud, lingkungan kerja bukan sebagai penyebab langsung, namun berperan sebagai faktor penyokong (contributing factor) terhadap timbulnya penyakit. Gangguan psikologis, hipertensi, kardiovaskuler, tukak lambung dan lain-lain sejenisnya merupakan contoh dari golongan penyakit tersebut. 2. Toksikan Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan luka-luka, dapat mengenai manusia dengan berbagai cara. Beberapa zat menyebabkan kerusakan bila mengenai kulit atau bagian yang paling sensitif dari permukaan paling luar dari tubuh manusia, mata. Zat-zat kimia yang masuk ke dalam tubuh didistribusikan melalui aliran darah. Bila suatu toksikan masuk ke dalam tubuh, maka harus diperhatikan organ yang mana yang akan dirusaknya, berapa lama dia akan tinggal di dalam tubuh dan bagaimana cara menghilangkannya. 2.1. Bahaya toksikan terhadap kulit Iritasi atau kerusakan kulit dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia. Beberapa senyawa menyebabkan iritasi hanya bila terpapar cukup lama, yang dapat juga menyebabkan kulit segera memerah, dan akan hilang bila kontak berakhir; dan yang lainnya dapat merusak set, menyebabkan keropeng atau pendarahan. Beberapa senyawa tidak menyebabkan iritasi, tetapi bila terpapar dengan cahaya maka senyawa tersebut mengalami perubahan kimiawi dan menjadi irritan yang aktif. Kasus spesial akan timbul bila seseorang sangat sensitif terhadap sesuatu zat kimia, yang bila kontak dengan zat tersebut walaupun dalam jumlah yang kecil akan menyebabkan inflamasi kuli suatu respons allergis. Bermacam- macam bahan kimia membutuhkan penanganan khusus untuk mencegah terjadinya kerusakan atau irritasi kulit. Zat-zat kimia yang menyebabkan kerusakan kulit disebut corrosive. Asam-asam dan basa-basa kuat pada umumnya adalah corrosive. Pelarut-pelarut organik dan zat-zat reaktif tinggi pada umunya adalah irritan. Beberapa deterjen dapat berupa irritan, terutama deterjen anionik yang digunakan karena sifat bakterisidanya di dalam proses pembuatan makanan, rumah sakit, lembaga kesehatan. Dianjurkan untuk menggunakan sarung tangan atau alat-alat protektif lainnya untuk mencegah kontak dengan zat-zat yang mengirritasi atau merusak kulit. Bila bahaya yang ditimbulkan tidak begitu besar, maka penggunaan krim kulit atau jelly petroleum memberikan proteksi. Dalam kebanyakan kasus dimana suatu zat kimia terjatuh pada kulit, segera dicuci dengan sungguh-sungguh menggunakan sabun dan air adalah suatu tindakan pertama yang paling baik. 2.2. Bahaya toksikan terhadap mata Mata adalah sesuatu yang tidak dapat digantikan dan sangat mudah rusak bila terkena zat-zat kimia. Permukaan pada mata adalah sangat lunak terdiri dari kornea yang transparan, yang permukaannya terdapat suatu lapisan sel. Kornea, sama sekali tanpa suplai darah untuk rnenambah transparansinya, tergantung pada difusi bahan makanan dari cairan di bagian dasar mata. Ini disuplai dengan
©2003 Digitized by USU digital library
2
ujung-ujung syaraf, maka kontak yang merusak sangat menyakitkan. Seseorang yang matanya terkontaminasi dengan zat kimia mempunyai motivasi yang tinggi untuk secepatnya menghilangkan zat kimia tersebut. Lapisan permukaan dari sel akan dirusak oleh zat kimia. Air yang dikandung kornea berubah dengan tidak adanya sel-sel ini, menyebabkan pandangan menjadi suram atau gelap. Namun, sel-sel ini biasanya akan tumbuh kembali, bila korneanya sendiri dalam keadaan utuh, kerusakan bersifat sementara. Beberapa senyawa kimia reaktif sangat berbahaya pada mata, kebanyakan kecelakaan pada mata disebabkan oleh asamasam, basa-basa, pelarut-pelarut dan deterjen-deterjen. Bila senyawa-senyawa ini mengenai mata, segeralah mengalirkan air dalam jumlah yang banyak ke roam. Asam-asam dan basa-basa merusak lapisan permukaan sel-sel, dan dapat menyebabkan kerusakan strukfural luka dan buta. Alkali menyebabkan problem yang paling besar, karena ia sukar dihilangkan, dan cendrung melewati menembus kornea dan melanjutkan kerusakan setelah pemaparan utama. Asam dan basa nonpolar anhidrid juga sangat sukar dihilangkan, dan mereka bereaksi dengan air menghasilkan panas. Sulfur dioksida dan ammonia, senyawa-senyawa yang paling umum sebagai contoh, digunakan dalam berbagai variasi di dalam pabrik. Mereka berupa gas dan sering digunakan dibawah tekanan, sebagai contoh, di dalam sistem refrigerasi. Kebocoran pada tekanan dapat mennyebabkan gas masuk ke dalam mata. Kapur (Kalsium Oksida) juga memberikan problem khusus, karena partikel-partikel dalam bentuk debu di lingkungan dapat masuk (penetrasi) ke permukaan mata. Bila sudah berada di dalam mata, kapur bereaksi dengan air secara perlahan menghasilkan Kalsium hidroksida, suatu alkali yang sangat kuat. Pelarut-pelarut merusak permukaan sel-sel dari mata, dan walaupun menimbulkan sakit, tetapi kurang mengancam jika dibandingkan dengan terpapar oleh asam dan alkali. Semua deterjen menginitasi mata, tetapi cenderung kurang merusak daripada zat-zat kimia lainnya. Hanya deterjen anionik yang benar-benar sangat mengirritasi kulit. Dianjurkan bagi pengguna bahan kimia di tempat kerja untuk memakai alat pelindung mata, ma sker yang tepat atau kacamata, dan menggunakan alat-alat ini harus ditekankan. 3. Toksikologi Solven Banyak pelarut yang digunakan dalam industri untuk berbagai tujuan, antara lain proses ekstraksi: minyak makan, minyak wangi, bahan farmasi, pigmen dan produk-produk lainnya dari sumber alam. Menghilangkan lemak merupakan satu contoh penggunaan solven untuk menghilangkan bahan-bahan yang tidak diinginkan. Solven ditambahkan untuk memudahkan pemakaian penyalut (coating) pada adhesive, tinta, cat, vernis, dan penyegel (sealer). Solven-solven ini mudah menguap, oleh karena itu, mereka dengan sengaja dilepaskan ke atmosfer setelah penggunaan. Kebanyakan solven adalah depresan Susunan Syaraf Pusat. Mereka terakumulasi di dalam material lemak pada dinding syaraf dan menghambat transmisi impuls. Pada permulaan seseorang terpapar, maka fikiran dan tubuhnya akan melemah. Pada konsentrasi yang sudah cukup tinggi, akan menyebabkan orang tidak sadarkan diri. Senyawa-senyawa yang kurang polar dan senyawa-senyawa yang mengandung klorin, alkohol, dan ikatan rangkap memiliki sifat depresan yang lebih besar. Solven adalah irritan. Di dalam paru-paru, irritasi menyebabkan cairan terkumpul. lrritasi kulit digambarkan sebagai hasil primer dari larutnya lemak kulit dari kulit. Sel-sel keratin dari epidermis terlepas. Diikuti hilangnya air dari lapisan lebih bawah. Kerusakan dinding sel juga merupakan suatu faktor. Memerahnya kulit dan timbul tanda-tanda lain seperti inflammasi. Kulit pada
©2003 Digitized by USU digital library
3
akhirnya sangat mudah terinfeksi oleh bakteri, menghasilkan roam dan bisul pemanah. Pemaparan kronik menyebabkan retak-retak dan mengelupasnya kulit dan juga dapat menyebabkan terbentuknya calluses dan kanker. Solven-solven bervariasi tingkatannya untuk dapat menyebabkan initasi. Semakin nonpola r suatu solven maka semakin efektif ia melarutkan lemak kulit. 3.1. Hidrokarbon-hidrokarbon Petroleum Solven-solven sangat nonpolar ini adalah campuran dari hidrokarbon alifatis sederhana yang diperoleh dari penyulingan petroleum. Mereka terdiri dari Carbon dan Hidrogen, dengan bermacam- macam nama seperti naphtha, kerosene, gasoline, tigroin, benzine, petroleum distillates, pentane, hexane, atau octane. Hidrokarbon dengan Berat Molekul yang rendah adalah gas (methane, propane, dan butane), sedangkan hidrokarbon dengan Berat Molekul yang lebih tinggi, ditemukan dalam bentuk minyak mineral, merupakan komponen solven yang tidak penting. Hidrokarbon adalah senyawa kimia inert, suatu karakter yang paling baik sebagai solven. Hidrokarbon dengan Berat Molekul sedang adalah mudah menguap, dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui paru-paru. Mereka menyebabkan depresi Susunan Syaraf Pusat, menyebabkan gejala-gejala seperti mabuk. Pada level yang lebih tinggi (2000 ppm), pemaparan dalam periode yang singkat akan menyebabkan bahaya yang serius. Solven Hidrokarbon melarutkan lemak kulit, menyebabkan kulit menjadi kering, bersisik, mengiritasi kulit pada kontak yang lama. Hidrokarbon spesifik, heksan, adalah komponen solven hidrokarbon yang paling banyak digunakan. Solven ini dimetabolisme di dalam tubuh menjadi suatu zat yang merusak susunan syaraf perifer (peripheral nervous system, PNS), jenis kerusakan berupa tremor dan gangguan pada muskuler. Gangguan serius PNS terjadi di sebuah pabrik sepatu di Itali karena solven adhesiv menggunakan heksan. 3.2. Hidrokarbon Aromatis a. Benzene Hidrokarbon aromatis adalah juga sangat nonpolar. Mereka secara kimia berbeda dari fraksi petroleum, mempunyai cincin benzen di dalam strukturnya. Hidrokarbon aromatis diperoleh dari uap batubara selama produksi batu arang. Benzene (tidak sama dengan benzine) digunakan sebagai komponen tambahan pada bahan bakar motor bebas timah, Ph, namun penggunaan ini dibatasi karena toksisitasnya. Benzen ditemukan di dalam campuran beberapa senyawa solven, seperti Stoddard's solvent. Benzene digunakan sebagai solven dalam cat, karet, plastik, dan tinta, dan digunakan juga untuk mengekstraksi lemak dan minyak. Benzen sangat penting sebagai suatu intermediet kimia dalam suatu sintesis. Diperkirakan sekitar 2 juta pekerja di Amerika Serikat telah terpapar benzene. Benzene adalah senyawa yang mudah menguap, dan terpapar secara luas dalam bentuk uap menyebabkan kerusakan Susunan Syaraf Pusat, saluran pencemaan, dan sumsum tulang yang membentuk sel-sel darah mera h. Para pekerja yang terpapar secara berlebihan (overexposed workers) menderita anemia dan menurunnya jumlah sel darah putih. Kontak dalam waktu yang lama dengan kulit menyebabkan kerusakan kulit mirip akibat terbakar, dan beberapa pekerja menjadi lebih sensitif. Studi epidemiologi terhadap para pekerja yang terpapar benzene dalam periode waktu yang lama menunjukkan bertambahnya pekerja yang menderita kanker, terutama kanker darah (leukimia). b. Toluene, Xylene, Ethyl Benzene, dan Cumene Senyawa-senyawa ini umumnya adalah solven hidrokarbon aromatis. Semua senyawa ini diproduksi sampai level jutaan metrik ton per tahun. Xylene, juga disebut xylol, sebenarnya merupakan suatu campuran dari tiga derivat benzene.
©2003 Digitized by USU digital library
4
Ethyl benzene dan cumene disubstitusikan ke dala m struktur benzene, dimana grup ini menjadi lebih besar. Penggunaan, termasuk sebagai bahan tambahan pada bahan bakar motor, sama seperti penggunaan benzene. Pada umumnya solven-solven aromatis ini menyebabkan lebih mengiritasi kulit dari pada benzene. Kecuali untuk cumene, mereka kurang baik diserap melalui kulit dari pada benzene, dan tidak menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang, tetapi efeknya lebih besar terhadap Susunan Syaraf Pusat dari pada benzene. Sebagai suatu komponen perekat, di dalam rumah tangga, toluene tercium seperti bau narkotika oleh orang yang menggunakan perekat tersebut dan dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal dan hati. 3.3. Hidrokarbon terklorinasi Secara kimiawi, senyawa-senyawa ini adalah hidrokarbon petroleum, biasanya dengan beberapa atom klor per molekul menggantikan atom hidrogen. Mereka adalah pelarut nonpolar yang unggul, dan memiliki tambahan keuntungan karena tidak mudah menguap. Sekitar 1.5 biliun pound setiap tahunnya solven hidrokarbon terklorinasi terutama 1,1,1-trikloroetan, metilen klorida, perkloro etilen, dan trikloro etilen diproduksi dan digunakan untuk kepentingan Amerika Serikat. Karena adanya tekanan dari para pencinta lingkungan dan juga adanya peraturan, maka penambahan jumlah dari senyawa-senyawa ini harus melalui daur ulang (recyling). Diketahui bahwa solven baru yang diproduksi setiap tahunnya sekitar 0,4 biliun pound di daur ulang oleh pengguna solven, dan 0.26 biliun pound didaur ulang oleh perusahaan. Solven-solven hidrokarbon terklorinasi digunakan secara luas sebagai solven di industri dan merupakan solven pilihan (the solvent of choise) penghilang lemak dan zat pembersih/pengering. Trikloretilen dan 1,1,1-trikloroetan digunakan terutarna untuk membersihkan minyak dari logam, sementara perkloroetilen sangat berguna untuk pembersih kering. Karbon tetra klorida digunakan dalam jumlah besar sebagai solven pembersih kering (dry cleaning)., sebagai cairan pada alat pemadam api, dan lain-lain, tetapi sekarang ia sudah banyak digantikan dengan solven lain yang lebih aman. Beberapa solven hidrokarbon terklorinasi digunakan pada adhesive. Metilen klorida digunakan dalam aerosol, dan untuk melarutkan plastik, karet, minyak dan lilin. Untuk keperluan di rumah tangga biasanya dipakai sebagai solven penghapus cat. Metil klorida digunakan sebagai suatu pendingin dan sebagai suatu propellan (bahan pembakar) aerosol. Senyawa hidrokarbon lainnya juga menyebabkan iritasi kulit dan hilangnya lemak kulit serta menekan, susunan syaraf pusat. Beberapa solven terklorinasi menyebabkan timbulnya bengkak pada kulit seperti jerawat, suatu kasus yang disebut dengan jerawat klor (chloracne). Depresi susunan syaraf pusat dapat menyebabkan anaestesia. Terbukti bahwa salah satu dari senyawa ini, Kloroform, bersifat anaestesi dan digunakan selama bertahun-tahun sebagai anaestetika. Karbon tetraklorida mempunyai efek yang tidak baik terhadap kesehatan. Senyawa ini diabsorbsi segera melalui kulit atau paru-paru. Di dalam tubuh, karbon tetraklorida menyebabkan kerusakan pada hati dan ke mudian ginjal bila terpapar secara terus menerus (on continued exposure). Karbon tetraklorida juga potensial menyebabkan tumor hati. Kloroform mempunyai efek yang sama dengan karbon tetraklorida, termasuk kemampuannya menyebabkan kanker pada binatang perc obaan. Namun Kloroform sangat sedikit digunakan sebagai solven dibanding dengan Karbon tetraklorida.
©2003 Digitized by USU digital library
5
Metilen klorida adalah depresan susunan syaraf pusat. Dia dimetabolisme menjadi karbon monoksida, yang dapat beikatan sangat kuat dengan hemoglobin, menyebabkan berkurangnya kapasitas transpor oksigen di dalam tubuh. Bahaya seperti ini terjadi pada penghisap rokok (perokok), yang kapasitas hemoglobinnya telah berkurang akibat berikatan dengan karbon monoksida yang terkandung pada asap rokok. Namun toksisitasnya lebih rendah jika dibanding dengan karbon tetra klorida dan kloroform. American Conference of Governmental Industrial Hygienist (ACGIH) memasukkan metilen klorida sebagai zat penyebab kanker. Metil kloroform tampaknya merupakan salah satu solven terklorinasi yang paling aman. Ia tidak bersifat narcose, tidak merusak liver, dan tidak mengiritasi kulit, dan ia tidak terdaftar sebagai suatu karsinogen. Disisi lain, asetilen tetraklorida merupakan salah satu yang paling buruk efeknya. Ia bersifat sangat narkose dan menyebabkan kerusakan yang serius terhadap lever, ginjal, dan paru-paru. Tetrakloroetilen menyebabkan jenis kerusakan yang sama, tetapi efeknya lebih kecil. Trikloroetilen adalah suatu narkotik yang kuat. Dari suatu pengamatan yang cermat diketahui bahwa pemaparan oleh beberapa hidrokarbon terklorinasi berkombinasi dengan pemaparan dari alkohol seperti isopropil atau etil alkohol, atau dengan ketone seperti acetone, mempertinggi efek toksik dari hidrokarbon terklorinasi. 3.4. Alkohol Alkohol digunakan secara luas sebagai solven, terutama pada industri pelapis (coatings industry). Metil alkohol dan etil alkohol sering ditambahkan pada bahan bakar motor, namun dapat menyebabkan kerusakan pada sistem bahan bakar di dalam mobil yang terbuat dari karet yang dapat dirusak oleh alkohol. Dewasa ini, alkohol ditambahkan pada bahan bakar untuk meninggikan kandungan oksigennya. Karena tingginya kadar oksigen, maka produksi karbon monoksida pada pembakaran berkurang. Kota-kota dengan tingkat karbon monoksida yang tinggi di udaranya mengharapkan menemukan cara untuk bisa mengatasinya. Etil alkohol bersifat memabukkan yang terdapat di dalam minuman beralkohol. Tinktur adalah obat yang dilarutkan di dalam etil alkohol untuk diusapkan/ digosokkan pada kulit. Isopropil alkohol digunakan sebagai alkohol gosok (rubbing alcohol). Problem keracunan alkohol tidak begitu lazim, karena ia tidak diabsorbsi melalui kulit secara efektif. Dengan adanya gugus alkohol (-OH) yang sangat polar, menambah dengan tajam titik didih, dan mengurangi volatilitas, dari molekul. Juga menambah kelarutan suatu struktur kimia dalam air dan kemampuannya melarutkan solutes polar. Alkohol dengan molekul kecil, seperti metil dan etil alkohol, atau molekul dengan gugus poli alkohol, seperti gliko l atau karbohidrat, adalah sangat mudah larut dalam air. Tetapi jika ditambah atom karbon pada struktur ini maka kelarutannya dalam air berkurang. Sebagai contoh, senyawa dengan 4 karbon C (butil alkohol) mempunyai kemampuan terbatas larut dalam air. Beberapa senyawa alkohol juga memiliki sifat-sifat toksik. Gugus alkohol menyebabkan senyawa ini bersifat iritasi yang lebih besar dan narkose, tetapi sifat-sifat ini tidak diberikan oleh alkohol dengan molekul lebih besar. Disisi lain, alkohol dengan molekul besar adalah larut dalam lemak. Sebagai akibatnya, mereka tinggal lebih lama di dalam tubuh, dan lebih merusak organ-organ bagian dalam (to demage internal organs). Karena derajat penguapannya relatif rendah, maka problem serius terhadap inhalasi uap alkohol tidak umum terjadi. Metil alkohol (metanol) adalah molekul alkohol yang paling kecil. Terpapar secara berlebihan dengan senyawa ini menyebabkan narkose sama seperti efek etil
©2003 Digitized by USU digital library
6
alkohol, namun efek narkose etil alkohol lebih besar. Harus diperhatikan secara serius, suatu hasil metabolik dari metil alkohol menyerang syaraf mata, menyebabkan kebutaan. Efek toksik terjadi dari absorpsi metil alkohol melalui kulit. Metil alkohol adalah suatu zat yang di dalam industri ditambahkan ke dalam etil alkohol, untuk segala macam keperluan kecuali untuk diminum. Problem dengan metil alkohol adalah konsumsi yang disengaja. Ia dapat dikonsumsi baik sebagai metil alkohol murni, kekeliruan dalam mengambil etil alkohol, atau menggunakan alkohol denaturasi. Etil alkohol biasanya dikonsumsi dengan sengaja sebagai sesuatu yang memabukkan, menyebabkan problem yang lebih rumit di lingkungan kerja dibandingkan dengan efek terpaparnya sebagai solven. Dalam hal problem pada syaraf mata, etil alkohol sebenarnya potensial lebih toksik dari pada metil alkohol; namun ia lebih cepat dimetabolisme menjadi produk akhir yang kurang berbahaya dibandingkan dengan metil alkohol. Propil alkohol dan isopropil alkohol keduanya lebih toksik dari pada etanol, dan nbutil alkohol (n-butanol) adala h lebih toksik lagi. Namun, tekanan uap dari senyawa-senyawa ini adalah lebih rendah, dan masalah toksik yang ditimbulkannya jarang terjadi. 3.5. Glikol dan eter glikol Glikol dan eter-eternya digunakan sebagai solven (pelarut) untuk plastik, aditif pada bahan makanan, bahan-bahan farrnasi, pernis, tinta, dan cat. Mereka merupakan zat anti beku, berubah jika kena panas, dan merupakan cairan hidraulik. Glikol mempunyai tekanan uap yang sangat rendah, dan oleh karena itu ia hanya akan berada di udara dalam konsentrasi tertentu jika larutannya dipanaskan. Glikol tidak mengiritasi kulit atau mata. Derivatnya yang harus diperhatikan dengan serius adalah etilen glikol, yang di dalam tubuh dimetabolisme menjadi asam oksalat, suatu senyawa yang menyebabkan kerusakan serius terhadap ginjal. Eter-eter glikol, disebut juga cellosolves, adalah lebih mudah menguap dan lebih toksik, Metil cello solve adalah suatu iritan terhadap saluran pernafasan. Ia diabsorpsi dengan cepat melalui kulit, dan di dalam tubuh ia menyebabkan kerusakan ginjal dan susunan syaraf pusat.Butil cellosolve memiliki sifat toksik yang hampir sama, dan ditambah dengan merusak sel-sel darah rnerah, menyebabkan hemoglobin bisa muncul di dalam urin. Etil cellosolve kelihatannya kurang toksik terhadap organ-organ dalam. Namun, keduanya metil dan etil cellosolve ternyata merusak sistem reproduksi pria (the male reproductive system). Selanjutnya, etil cellosolve baru-baru ini diketahui merupakan teratogenik terhadap tikus. Propilen glikol digunakan dalam bidang farmasi, kosrnetik, dan makanan tanpa kesukaran. Eter propilen glikol tidak toksik dan tidak rnemiliki sifat-sifat teratogenik. 3.6. Eter Seperti Hidrokarbon, eter adalah suatu struktur tanpa reaktivitas kimia. Sifat ini membuat mereka berguna sebagai media tempat terjadinya reaksi tanpa ada interferensi solven. Mereka adalah solven nonpolar dan mampu melarutkan solute nonpolar, tetapi dengan adanya oxigen menyebabkan rnereka berinteraksi dengan dan melarutkan air dalam derajat yang lebih besar dibandingkan dengan pelarut nonpolar lainnya. Juga seperti hidrokarbon, digunakan sebagai suatu
eter-eter mempunyai sifat norkose. Dietil eter anaestetik dalam operasi pembedahan selama
©2003 Digitized by USU digital library
7
bertahun-tahun. Ia sangat mudah meficouap, cepat diabsorbsi melalui paru-paru, dan sedikit mengiritasi. Diisopropil eter adalah lebih toksik dan lebih mengiritasi dibanding dengan dietil eter, sementara eter-eter tidak jenuh dan terklorinasi bersifat lebih toksik. Dua eter siklik yang umum digunakan adalah dioksan dan tetrahidrofuran. Dioksan digunakan di industri dalam jumlah yang besar. Ia mengiritasi bagian atas saluran pemafasan dan mata, dan menyebabkan bermacam- macam simptom. Ia dapat diabsorbsi melalui paru-paru dan kulit. Ginjal, lever, dan susunan syaraf pusat akan rusak sebagai akibat terpapar dengan dioksan. Ia menunjukkan sifat karsinogenik pada binatang percobaan. Tetrahidrofuran adalah suatu narkotik kuat dan menyebabkan kerusakan ginjai, namun ia tidak begitu toksik terhadap ginjal jika dibandingkan dengan dioksan. Konsentrasi tinggi sebesar 3000 ppm menyebabkan iritasi. 3.7. Aldehid Aldehid adalah bersifat iritasi yang kuat terhadap kulit, mata dan saluran pernafasan. Pengaruhnya terutama oleh aldehid dengan Berat Molekul lebih rendah dan menguap, dan memiliki ikatan rangkap dalam strukturnya. Pemaparan biasanya dibatasi oleh ketidaksadaran pekerja yang menginhalasinya dalam dosis yang berbahaya. Asetaldehid digunakan secara luas di industri. Secara toksikologi, ia bukan merupakan ancaman yang serius, namun terhadap binatang ia menunjukkan efek teratogenik dan embriotoksik. Inilah suatu kasus dimana hasilnya terhadap binatang tidak bisa diekstrapolasi terhadap manusia. 3.8. Keton Keton, terutama aseton dan metil etil keton digunakan secara luas dimana solven yang le bih polar dibutuhkan. Keton dalam jumlah besar digunakan dalam industri penyalut (the coatings industry). Seperti aldehid, keton juga bersifat mengiritasi, dan dengan alasan itu ia tidak dibenarkan diinhalasi dalam jumlah yang berbahaya (in dangerous quantity). Toksisitas bertambah dengan bertambahnya Berat Molekui, dan jika ikatan rangkap ditambahkan ke dalam strukturnya. Aseton, umumnya suatu senyawa yang sangat atnan, dan hanya akan menyebabkan perasaan mengantuk dan iritasi pada dosis yang tinggi. Metil etil keton sama seperti solven dengan bahaya yang rendah (a low-hazard solvent), tetapi metil buill keton dimetabolisme, seperti juga heksan, menjadi suatu neurotoksin yang kuat 2,5 hexsanedione. 3.9. Senyawa-senyawa lain Dimetilsulfoksida adalah suatu solven yang sering juga digunakan. Ia bersifat polar dan oleh karena itu ditemukan dalam penggunaan yang khusus. Ia masuk ke kulit (penetrasi) secara efektif, tetapi ia memiliki sifat toksik yang rendah. Namun, ia membawa bahan-bahan kimia yang bercampur dengannya melewati kulit, menyebabkan konsekuensi yang serius bila ia bercampur dengan suatu toksikan yang kuat. Dimetilformarnida dapat terinhalasi atau diabsorbsi melalui kulit; ia merusak lever. Karbon disulfida sangat mudah menguap, dan memiliki uap bers ifat berbahaya. Lebih signifikan lagi, ia menyebabkan kerusakan yang serius terhadap otak dan susunan syaraf perifer (peripheral nervous system). Ia juga berkontribusi terhadap penyakit jantung koroner (coronary heart disease). Asetonitril adalah suatu asphyxiant (penyebab sesak nafas/dada) karena bila ia pecah menghasilkan ion sianida. Karena pecahnya ini berjalan lambat, maka efek pemaparannya dapat tertunda. Sesak dada/nafas dan muka menjadi kemerahan menunjukkan keracunan sianida. Kadang-kadang ia mengiritasi hidung dan kerongkongan. Bila terpapar dalam konsentrasi yang tinggi, maka akan terjadi nausea dan muntah. Ia diabsorbsi melalui kulit, oleh karena itu harus dihindari kontak dengannya.
©2003 Digitized by USU digital library
8
4. Keracunan Bahan Kimia Dalam Proses Produksi Sebagian besar dari bahaya-bahaya di lingkungan kerja diakibatkan oleh terhirupnya berbagai jenis zat kimia dalam bentuk uap, gas, debu, dan aerosol, atau kontak kulit dengan zat-zat tersebut. Tingkat resiko yang diakibatkannya tergantung dari besar, luas dan lama pemaparan. Penggunaan bahan kimia di dalam industri makin hari makin meningkat. Walaupun zat kimia yang sangat toksis sudah dilarang dan dibatasi pemakaiannya, pemaparan terhadap zat kimia yang dapat membahayakan tidak dapat dielakkan dalam lingkungan kerja. Karena itu proteksi dan sikap hati-hati terhadap xenobiotik, yaitu semua zat kimia yang dipakai manusia dan potensial dapat masuk ke dalam tubuh, perlu ditingkatkan. Untuk mengenal faktor-faktor lingkungan kerja, pertama -tama harus diketahui dahulu bahan-bahan kimia yang digunakan sebagai bahan baku, proses produksi, dan hasil sampingan serta limbah yang dihasilkan. Sebagian dari informasi tersebut didapat dari label kemasan bahan tersebut, dari produsennya, atau dari pustaka dalam bentuk Material Safety Data Sheet (MSDS) Sebagai contoh, tingkat keparahan (severity) dati penggunaan salven organik tergantung dari berbagai faktor sebagai berikut: Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø
Bagaimana cara solven tersebut digunakan Jenis pekerjaan dan bagaimana pekerja terpapar Pola kerja Lama pemaparan Suhu lingkungan kerja Tingkat ventilasi Tingkat penguapan dati solven Pola aliran udara Konsentrasi uap di udara lingkungan kerja Pemeliharaan dan kebersihan ruang kerja (housekeeping)
Uap solven dapat masuk ke dalam tubuh terutama melalui inhalasi, wala upun absorbsi melalui kulit dapat pula terjadi. Uap tersebut akan diabsorbsi dari pampam ke dalam darah, dan didistribusi terutama ke jaringan-jaringan yang mengandung banyak lemak dan lipid, misalnya sistem syaraf pusat, hati, dan sumsum tulang. Banyak bahan-bahan kimia di industri seperti resin dan polimer relatif tidak toksik dalam penggunaannya pada kondisi nonnal, namun bila dipanaskan atau diolah, bahan-bahan tersebut mungkin mengalami dekomposisi dan membentuk produk sampingan yang sangat toksik. Informasi mengenai produk dan produk sampingan dapat diperoleh dari produsennya atau dari bagian teknik. 5. Pencegahan Keracunan Dalam lingkungan industri, pencegahan merupakan tindakan yang lebih baik dari pada membiarkan terjadi keracunan. Antisipasi dan tindakan keamanan harus merupakan upaya pertama. Prinsip kerja secara aman adalah penting, namun sering dianggap berlebihan karena mengeluarkan biaya lebih banyak dan tidak menghasilkan nilai tambah yang nyata pada produk. Pencegahan terjadinya keracunan dalam proses produksi di industri dapat dilakukan dengan menggunakan zat kimia alternatif yang kurang toksik, dan mengurangi bahaya dan resiko yang mungkin dapat ditimbulkan pada pekerja
©2003 Digitized by USU digital library
9
dan lingkungan. Selain itu perlu diusahakan upaya pengamanan seperti menyediakan tempat penyimpanan yang aman, tersedianya sarana air pembilas di tempat-tempat strategis, menyediakan dokter perusahaan, melengkapi pekerja dengan masker dan sarung tangan, dan sebagainya. 6. Penanggulangan Dini Keracunan Penanggulangan keracunan perlu dilakukan untuk kasus akut maupun kronis. Kasus akut lebih mudah dikenal sedangkan kasus kronis lebih sulit dikenal. Pada kasus kecacunan akut, diagnosis klinis perlu segera dibuat. Ini berarti mengelompokkan gejala-gejala yang diobservasi dan menghubungkan dengan golongan xenobiotik yang memberi tanda-tanda keracunan tersebut. Hal ini tentu membutuhkan pengetahuan luas tentang suatu toksis semua zat kimia. Tindakan dini dapat dilakukan sebelum penyebab pasti dari kasus diketahui, karena sebagian besar keracunan dapat diobati secara simtomatis menurut kelompok kimianya. Beberapa contoh tindakan yang perlu dilakukan pada kasus keracunan akut adalah sebagai berikut: Koma Penderita hilang kesadarannya. Periksalah apakah penderita masih bernafas teratur sekitar 20 kali semenit. Bila tidak bernafas maka perlu dilakukan pernafasan buatan. Dalam keadaan koma penderita harus segera dibawa ke rumah sakit yang besar yang biasa merawat kasus keracunan. Jangan diberi minum apa-apa, dan hanya boleh dirangsang secara fisik untuk membangunkan seperti mencubit ringan atau menggosok kepalan tangan di atas tulang dada (sternum). Obat perangsang seperti kafein tidak boleh diberikan persuntikan. Bila muntah, tidurkanlah telungkup supaya muntahan tidak terhirup dalam paru-paru. Kejang Bila terdapat kejang maka penderita perlu diletakkan dalam sikap yang enak dan semua pakaian dilepas. Menahan otot lengan dan tungkai tidak boleh terlalu keras, dan di antara gigi perlu diletakkan benda yang tidak keras supaya lidah tidak tergigit. Penderita keracunan dengan kejang harus diberi diazepam intravena dengan segera, namun perlu dititrasi, karena bila berlebihan dapat membahayakan. Penderita juga harus segera dirawat di rumah sakit. Gejala-gejala keracunan perlu dikelompokkan. Misalnya bila terdapat koma dengan gejala banyak keringat dan mulut penuh dengan air liur berbusa, muntah, denyut nadi cepat, maka dapat dipastikan bahwa hal ini merupakan keracunan insektisida organofosfat atau karbamat. Pemeriksaan laboratorium mungkin tidak diperlukan. Antidotumnya sangat ampuh. yaitu atropin dosis besar yang diulangulang pemberiannya. Bila terdapat kelompok gejala: kulit kering (tidak lembab), mulut kering, pupil membesar dan tidak bereaksi terhadap cahaya lampu, serta denyut jantung cepat, maka dapat dipastikan bahwa racun penyebabnya sejenis atropin. Bila hal ini disertai dengan denyut jantung yang tidak teratur, maka kemungkinan besar zat ini merupakan obat antidepresan (yang menyerupai atropin). Pengenalan penyebab keracunan harus didasarkan pada pengetahuan sifat-sifat obat dan zat kimia dalam kelompok-kelompok gejala seperti di atas. Walaupun secara pasti belum dapat ditentukan zat kimianya, namun pengenalan
©2003 Digitized by USU digital library
10
kelompoknya sudah cukup untuk dapat melakukan upaya pengobatannya. Bila diinginkan identifikasi zat yang lebih pasti maka diperlukan bantuan laboratorium toksikologi. Namun perlu disadari bahwa tanpa pedoman diagnosis kelompok penyebab, laboratorium sulit sekali melakukan testing. Selain itu perlu juga diwaspadai bahwa setiap keracunan dapat mirip dengan gejala penyakit. 7. Manajemen Penderita Keracunan Tindakan pada kasus keracunan bila tidak ada tenaga dokter di tempat adalah sebagai berikut: Ø Ø
Tentukan secara global apakah kasus merupakan keracunan Bawa penderita segera ke rumah sakit, terutama bila tidak sadar
Sebelum penderita dibawa kerumah sakit, mungkin ada beberapa hal yang perlu dilakukan bila terjadi keadaan sebagai berikut: Ø
Bila zat kimia terkena kulit, cucilah segera (sebelum dibawa kerumah sakit) dengan sabun dan air yang banyak. Begitu pula bila kena mata (air saja). Jangan menggunakan zat pembersih lain selain air.
Ø
Bila penderita tidak benafas dan badan masih hangat, lakukan pernafasan buatan sampai dapat bernafas sendiri, sambil dibawa ke rumah sakit terdekat. Bila tanda-tanda bahwa insektisida merupakan penyebab, tidak dibenarkan meniup ke dalam mulut penderita.
Ø
Bila racun tertelan dalam batas 4 jam, cobalah memuntahkan penderita bila sadar. Memuntahkan dapat dengan merogoh tenggorokan (jangan sampai melukai !).
Ø
Bila sadar, penderita dapat diberi norit yang digerus sebanyak 40 tablet, diaduk dengan air secukupnya.
Ø
Semua keracunan harus dianggap berbahaya sampai terbukti bahwa kasusnya tidak berbahaya.
Ø
Simpanlah muntahan dan urin (bila dapat ditampung) untuk diserahkan kepada rumah sakit yang merawatnya.
Ø
Bila kejang, diperlakukan seperti dibahas di atas.
Daftar Pustaka Kusnoputranto, H. (1995), Toksikologi Lingkungan, Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan, Jakarta. Manahan, Stanley E. (1994), Environmental Chemistry, sixth edition, Lewis Publishers, Boca Raton, Ann Arbor, London, Tokyo Scott, Ronald McLean. (1989), Chemical Hazard in the Workplace, Lewis Publishers, Inc., 121 South Main Street, Chelsea, Michigan 48118
©2003 Digitized by USU digital library
11