2014
KEPROTOKOLAN INDONESIA TATA PENGATURAN KEPROTOKOLAN (UNDANG-UNDANG NO. 9 TAHUN 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN)
DISUSUN DAN PEMATERI OLEH dwi awan putra 1
1 PROTOCOLE < PROTOKOLLUM < PROTOS KOLLA ; LEMBAR PERTAMA & LEM
1985
PERSPEKTIF 1992
PAPYRUS; CITY STATES; OFFICIAL MINUTES; AGREEMENT > TREATY TATA CARA MENYELENGGARAKAN ACARA AGAR TERTIB, KHIDMAT, RAPI, LANCAR & TERATUR MENURUT KEBIASAAN YANG BERLAKU. PENGATURAN YANG BERISI NORMA/ATURAN/KEBIASAAN MENGENAI TATA KERJA UNTUK MENCAPAI TUJUAN YANG DISEPAKATI.. FIGURE ; PROTOKOL PROFESI (OFFICIAL / OFFICER) DAN PROTOKOL FUNGSI
JENDERAL TNI (PURN) H.R.MOH. YOGIE S.M.
H.E. JASSER ARAFAT
2
1
2
ASAS (Psl 2 UU No. 9 Th 2010) UU NO. 9 TH 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN PENGGANTI UU No. 8 Th 1987 TTG PROTOKOL (RDP 3 DES 2007 RAPNA DPR RI 2 MRT 2010)
KEBANGSAAN “MENCERMINKAN SIFAT WATAK BANGSA INDONESIA YG PLURALISTIK KETERTIBAN DAN KEPASTIAN HUKUM “HRS MENIMBULAN KKH DLM MSY” KESEIMBANGAN, KESERASIAN DAN KESELARASAN “HRS MENCERMINKAN K3 ANTARA KEP INDIVIDU DGN KEP BANGSA DAN NEGARA, DAN ASAS TIMBAL BALIK
MAKSUD TUJUAN. (Psl 3 UU No. 9 Th 2010) (1) MEMBERIKAN PENGHORMATAN KEPADA SESEORANG SESUAI KEDUDUKAN/JABATANNYA DLM NEGARA, PEMERINTAHAN, MSY. (2) MEMBERIKAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN ACARA TERTIB, RAPI, LANCAR, TERATUR SESUAI KETENTUAN DAN KEBIASAAN YANG BERLAKU. DAN (3) MENCIPTAKAN HUBUNGAN 3 BAIK DALAM TATA PERGAULAN ANTAR BANGSA.
3, APA YANG TERKAIT DENGAN PENGATURAN KEPROTOKOLAN
TERMINOLOGI DALAM KEPROTOKOLAN;
PROTOKOL, KEPROTOKOLAN, PROTOKOLER.
PROTOKOL KENEGARAAN; PROTOKOL PEMERINTAHAN.
ACARA KENEGARAAN DAN ACARA RESMI. KEDUDUKAN PROTOKOLER, HAK PROTOKOLER DAN PENGHORMATAN PROTOKOLER. TATANAN KEPROTOKOLAN.
LAMBANG KEHORMATAN NKRI;
KEDUDUKAN PROTOKOLER. UNSUR LAMBANG KEHORMATAN NKRI. TATA PENGGUNAAN DALAM KEPROTOKOLAN. 4
2
4 PENGATURAN KEPROTOKOLAN DIBERLAKUKAN HANYA DALAM ACARA KENEGARAAN ATAU ACARA RESMI BAGI PEJABAT NEGARA, PEJABAT PEMERINTAHAN, PERWAKILAN NEGARA ASING, ORANISASI INTERNASIONAL DAN TOMASTU. (Psl 4 (2) UU No. 9 Th 2010).
ACARA KENEGARAAN “ACARA YG DIATUR DAN DILAKSANAKAN OLEH PANITIA NEGARA SECARA TERPUSAT, DIHADIRI PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN SERTA PEJABAT NEGARA DAN UNDANGAN LAIN”. (Psl 1 (2) UU No. 9 Th 2010).
ACARA RESMI “ACARA YANG DIATUR DAN DILAKSANAKAN OLEH PEMERINTAH ATAU LEMBAGA NEGARA DLM MELAKSANAKAN TUGAS DAN FUNGSI TERTENTU DAN DIHADIRI OLEH PEJABAT NEGARA DAN/ATAU PEJABAT PEMERINTAHAN SERTA UNDANGAN LAIN”. (Psl 1 (3) UU No. 9 Th 2010). 5
5 SUBYEK KEPROTOKOLAN PENGATURAN KEPROTOKOLAN DIBERLAKUKAN HANYA BAGI PEJABAT NEGARA, PEJABAT PEMERINTAHAN, PERWAKILAN NEGARA ASING, ORANISASI INTERNASIONAL DAN TOMASTU. (Psl 4 (2) UU No. 9 Th 2010).
1. PEJABAT NEGARA (Psl 1 (7) UU No. 9 Th 2010 dan Psl 11 (1) UU No. 43 Th 1999)
3. TOMASTU (Psl 1 (10) UU No. 9 Th 2010) TOMASTU TK NAS DAN DAERAH (Psl 5 PP No. 62 Th 1990)
3. PERWAKILAN NA ORANG YG DITUGASKAN NEGARA PENGIRIM BAGI R.I. UNTUK BERTINDAK SESUAI TUPOKSINYA. (Penj Psl 9 hrp l UU No. 9 T Th 2010
2. PEJABAT PEMN/PEMH (Psl 1 (8) UU No. 9 Th 2010 dan Psl 1 (5-7) UU No. 43 Th 1999)
4. TUAN RUMAH PENYELENGGARA DAN PEJABAT TUAN RUMAH (Penj Psl 13 UU No. 9 Th 2010
1. TAMU NEGARA (KEPNEG, WK PRES, KEPPEM, SEKJEN PBB) (Psl 33 (1) UU No. 9 Th 2010
4. ORGANISASI INT
2, TAMU PEM/LEMB NEG
ORANG YG DITUNJUK SBG KEPALA ORGANASASI ANTAR PEMERINTAH UTK BERTINDAK SESUAI TUPOKSINYA. (Penjelasan Psl 9 hurup l UU No. 9 Th 2010
(PEJ TI LNA, MTN KN/PM/WPM, MENTERI, KAPERW NA, UTUSAN SUS, TOMAS NA, INT. (Psl 33 (1) UU No. 9 Th 2010 6
3
6 PANITIA NEGARA YANG DIKETUAI MENTERI SETNEG UNTUK ACARA KENEGARAAN YANG DILAKSANAKAN NEGARA (Pasal 6 Ayat (1) UU No. 9 Th 2010) SEKRETARIAT LEMBAGA NEGARA UNTUK ACARA KENEGARAAN DILINGKUNGAN LEMBAGA NEGARA, DENGAN KOORDINASI PANITIA NEGARA (Pasal 6 ayat (2) UU No. 9 Th 2010).
PETUGAS PROTOKOL YANG MERUPAKAN BAGIAN DARI KESEKRETARIATAN LEMBAGA NEGARA DAN/ATAU INSTANSI PEMERINTAHAN UNTUK ACARA RESMI. (Pasal 7 ayat (1) UU No. 9 Th 2010).
PENDANAAN KEPROTOKOLAN DALAM ACARA KENEGARAAN DAN ACARA RESMI DIBEBANKAN PADA APBN DAN/ATAU APBD (Pasal 36 UU No. 9 Th 2010)
7
7
1. TATA TEMPAT “PENGATURAN TEMPAT BAGI PEJABAT NEGARA, PEJABAT PEMERINTAHAN, PERWAKILAN NEGARA ASING, ORGANISASI INTERNASIONAL , TOMASTU DLM ACARA KENEGARAAN /ACARA RESMI” (Psl 1 (4) UU No. 9 Th 2010)
JENIS TATA TEMPAT (NASIONAL, PROV, KAB/KOTA, INDIVIDU (WAKIL, MEWAKILI, PENY NEG, PEJ NEG ASING, TUAN RMH.
(Psl 9 sd 16 UU No. 9 Th 2010) PEDO MAN TATA TEM PAT
1. HAK PRESEANCE; 2. URUTAN PRESEANCE; 3. DUDUK BERJAJAR (JL GANJIL/ GENAP) 4. JAJAR KEHORMATAN (RLO) 5. KEDATANGAN DAN KEPERGIAN 6. BENTUK LAY OUT.
2. TATA UPACARA
3. TATA PENGHORMATAN 8
4
PRESEANCE NASIONAL (Psl 9 UU No. 9 Th 2010) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA; b. WAKIL PRESIDEN R.I; c. MANTAN PRESIDEN, WK PRESIDEN; d. KETUA MAJELIS PERM RAKYAT R.I.; e. KETUA DEWAN PERW RAKYAT RI; f. KETUA DEWAN PERW DAERAH RI; g. KETUA BADAN PEMERIKSA KEU RI; h. KETUA MAHKAMAH AGUNG RI; i. KETUA MAHKAMAH KONSTITUSI RI; j. KETUA KOMISI YUDISIAL RI; k. PERINTIS PERGERAKAN KEBANGSAAN/KEMERDEKAAN; l. DUBES/KAPERW NA/ORG INT; m. WK KETUA MPR, DPR, DPD, GUB BI, KETUA BP PEMILU, WK KETUA MA, MK, KY REPUBLIK INDONESIA; n. MENTERI/STNGKAT, ANGG DPR RI, ANGG DPD RI, DUBES RI LBBP; o. KASTAF TNITNI-AD, AU, AL; p. PEMIMPIN PARTAI POLITIK; q. ANGG BPK RI, KETUA MUDA DAN HAKIM MA,, HAKIM MK, ANG KY; a.
r. PEM LN SBG PN, PEM LN LAINNYA YG DITETAPKAN UU, DEPUTI GUB SENIOR DAN DEPUTI GUBERNUR BANK IND, WK KETUA BP PEMILU; s. GUBERNUR KEPALA DAERAH; t. PEMILIK TANDA JASA DAN TANDA KEHORMATAN RI; u. PIMPINAN LPNK, WAKIL MENTERI, WK KASTAF TNI-AD, AU, AL, WK KAPOLRI, WK JAKSA AGUNG, WAKIL GUBERNUR, KETUA DPRD PROVINSI, PEJABAT ESELON I; v. BUPATI / WALIKOTA, KETUA DPRD KABUPATEN / KOTA; w. PIMPINAN TERTINGGI REPRESENTASI ORGANISASI KEAGAMAAN TINGKAT NASIONAL YANG DIAKUI OLEH PEMERINTAH, MASYARAKAT. 9
PRESEANCE PROVINSI
PRESEANCE KAB/KOTA
(Psl 10 UU No. 9 Th 2010)
(Psl 11 UU No. 9 Th 2010)
a. GUBERNUR; b. WAKIL GUBERNUR; c. MANTAN GUBERNUR, WK GUBERNUR; d. KETUA DPRD PROVINSI/NAMA LAIN; e. KEP PERW KONSULER NA DI DAERAH; f. WAKIL KETUA DPRD PROV/NAMA LAIN; g. SEKDA PROVINSI, PANG/DAN TI TNI, KAPOLDA. KETUA PENGADILAN TI SEMUA BDN PERADILAN, KAJATI; h. PEMIMPIN PARPOL DI PROVINSI YG MEMILIKI WK DI DPRD PROVINSI; i. ANGGOTA DPRD PROVINSI/NAMA LAIN, ANGG MAJELIS PERMUSYARATAN ULAMA ACEH, DAN ANGGOTA MAJELIS RAKYAT PAPUA; j. BUPATI / WALIKOTA; k. KEP KTR PERW BPK, KA KTR PERW BI, KETUA KPU DAERAH; l. PEMUKA AGAMA, PEMUKA ADAT, DAN TOMASTU TINGKAT PROVINSI; m. KETUA DPRD KABUPATEN/KOTA; n. WAKIL BUPATI/WAKIL WALIKOTA, WK KETUA DPRD KAB/KOTA; o. ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA; p. ASS SEKDA, KADIS, KEPALA KTR INST VERTIKAL, KABAN PROV, PEJ ES II; q. KABAG PEMDA PROVINSI, PEJ ES III.
a. BUPATI / WALIKOTA;; b. WAKIL BUPATI / WAKIL WALIKOTA; c. MANTAN BUPATI/WALIKOTA, MANTAN WK BUPATI/WK WALIKOTA; d. KETUA DPRD KAB / KOTA; e. WK KETUA DPRD KAB/KOTA; f. SEKDA, DANTI TNI SEMUA ANGK, KEPALA KEPOLISIAN, KETUA PENGADILAN SEMUA BADAN PERADILAN, DAN KAJARI; g. PEMIMPIN PARPOL DI KAB/KOTA YG MILIKI WK DI DPRD KAB/KOTA; h. ANGG DPRD KAB/KOTA / NAMA LAIN; i. PEMUKA AGAMA, PEMUKA ADAT, DAN TOMASTU TK KAB/KOTA; j. ASS SEKDA, KABAN, KADIS TK KAB/KOTA, ESELON II, KA KANTR PERW BI, KETUA KPU KAB/KOTA; k. KAKANT INST VERT TK KAB/KOTA, KANIT LAKNIS INST VERTIKAL, DAN TI TNI DI KEC, DAN KEP POL KEC; l. KABAG PEMDA, CAMAT, PEJ ES III; m. LURAH/KADES/NAMA LAIN, DAN PEJABAT ESELON IV. 10
5
PRESEANCE KAB/KOTA (Psl 11 UU No. 9 Th 2010) a. BUPATI / WALIKOTA;; b. WAKIL BUPATI / WAKIL WALIKOTA; c. MANTAN BUPATI/WALIKOTA, MANTAN WK BUPATI/WK WALIKOTA; d. KETUA DPRD KAB / KOTA; e. WK KETUA DPRD KAB/KOTA; f. SEKDA, DANTI TNI SEMUA ANGK, KEPALA KEPOLISIAN, KETUA PENGADILAN SEMUA BADAN PERADILAN, DAN KAJARI; g. PEMIMPIN PARPOL DI KAB/KOTA YG MILIKI WK DI DPRD KAB/KOTA; h. ANGG DPRD KAB/KOTA / NAMA LAIN; i. PEMUKA AGAMA, PEMUKA ADAT, DAN TOMASTU TK KAB/KOTA; j. ASS SEKDA, KABAN, KADIS TK KAB/KOTA, ESELON II, KA KANTR PERW BI, KETUA KPU KAB/KOTA; k. KAKANT INST VERT TK KAB/KOTA, KANIT LAKNIS INST VERTIKAL, DAN TI TNI DI KEC, DAN KEP POL KEC; l. KABAG PEMDA, CAMAT, PEJ ES III; m. LURAH/KADES/NAMA LAIN, DAN PEJABAT ESELON IV. 11
2. TATA UPACARA “ATURAN UNTUK MELAKSANAKAN UPACARA DALAM ACARA KENEGARAAN / ACARA RESMI” (Psl 1 (5) UU No. 9 Th 2010)
LIPUTAN TATA UPACARA UPACARA BENDERA DAN UPACARA BUKAN UPACARA BENDERA (Psl 16 dan 26 UU No. 9 Th 2010)
RULING TATA UPACARA KELENGKAPAN UPACARA, PERLENGKAPAN UPACARA, URUTAN / SUSUNAN ACARA, TATA LAMBANG KEHORMATAN NKRI, TATA PAKAIAN. (Pasal 17 dan 27 UU No. 9 Th 2010)
a. UPACARA BENDERA HANYA DAPAT DILAKSANAKAN UNTUK ACARA KENEGARAAN /ACARA RESMI; HUT PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI, PERINGATAN HBN, HUT LEMBAGA NEGARA /INSTANSI PEM, PROVINSI/KABUPATEN/KOTA. (Psl 16 UU No. 9 Tahun 2010))
KELENGKAPAN UPACARA PERLENGKAPAN UPACARA (IRUP, DANUP, PAUP, PESUP, (BENDERA, TIANG BENDERA DGN TALI, PEMBAWA NASKAH, PEMBACA MIMBAR UPACARA, NASKAH PROKLAMASI, NASKAH DAN PEMBAWA ACARA). PANCASILA, PEMBUKAAN UUD NEGARA (Psl 24 ayat (2) UU No.9 Th 2010) REPUBLIK INDONESIA TH 1945 DAN TEKS DOA). Psl 24 (3). UU No. 9 Th 2010)
12
6
LIPUTAN DAN ACARA UPACARA BENDERA (UU No. 9 Th 2010) HUT REPUBLIK INDONESIA TATA URUTAN UPACARA BENDERA DALAM RANGKA PERINGATAN HUT PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA SEKURANGKURANGNYA MELIPUTI; PENGIBARAN BENDERA NEGARA DIIRINGI LAGU KEBANGSAAN INDONESIA RAYA; MENGHENINGKAN CIPTA; MENGENANG DETIK DETIK PROKLAMASI DIIRINGI TEMBAKAN MERIAM, SIRINE, BEDUG, LONCENG DLL SELAMA SATU MENIT; PEMBACAAN TEKS PROKLAMASI, DAN PEMBACAANDOA. (Psl 20 UU No. 9 Tahun 2010)
TATA UPACARA BENDERA DLM AK/AR MELIPUTI; TATA URUTAN DLM UPACARA BENDERA, TATA BENDERA NEGARA, TATA LAGU KEBANGSAAN, TATA PAKAIAN. (Psl 17 UU No. 9 Th 2010) UPACARA BENDERA / PHBN TATA URUTAN UPACARA BENDERA SEKURANGKURANGNYA MELIPUTI; PENGIBARAN BENDERA NEGARA DIIRINGI LAGU KEBANGSAAN INDONESIA RAYA; MENGHENINGKAN CIPTA; PEMBACAAN NASKAH PANCASILA; PEMBACAAN PEMBUKAAN UUD NRI TH 1945, DAN PEMBC DOA. (Psl 19 UU No. 9 Tahun 2010) 13
TATA UPACARA BUKAN UPACARA BENDERA (Pasal 26 – 30 UU No. 9 Tahun 2010) PELAKSANAAN (Psl 26) UPACARA BUKAN UPACARA BENDERA DPT DILAKSANAKAN UNTUK ACARA KENEGARAAN ATAU ACARA RESMI (Psl 26 UU No. 9 Th 2010)
LIPUTAN (Psl 27) TATA URUTAN UPACARA DAN TATA PAKAIAN TATA PAKAIAN DISESUAIKAN MENURUT JENIS ACARA.
TATA LETAK BENDERA NEGARA
URUTAN ACARA (Psl 28) TATA URUTAN ACARA ANT LAIN MELIPUTI; MENYANYIKAN DAN/ATAU MENDENGARKAN LAGU KEBANGSAAN INDONESIA RAYA; PEMBUKAAN; ACARA POKOK; DAN PENUTUP.
BENDERA NEGARA DALAM ACARA KENEGARAAN ATAU ACARA RESMI UPACARA BUKAN UPACARA BENDERA DIPASANG PADA SEBUAH TIANG BENDERA DAN DILETAKKAN DI SEBELAH KANAN MIMBAR. (Pasal 30 UU No. 9 Tahun 2010) 14
7
3. TATA PENGHORMATAN DEFINISI
“ATURAN UTK MELAKSANAKAN PEMBERIAN HORMAT BAGI PN, PP, PWNA ORG INT, TOMASTU DLM ACARA KENEGARAAN/RESMI”. (Psl 1 (6) UU No. 9 Th 2010)
HAK PROTOKOLER
PEJABAT NEGARA, PEJABAT PEMERINTAHAN, PERWAKILAN NEGARA ASING, ORGANISASI INTERNASIONAL, DAN TOMASTU DALAM ACARA KENEGARAAN /ACARA RESMI MENDAPAT PENGHORMATAN (Psl 31 (1CARA ) UU No. 9 Th 2010)
B E N T U K
PENGHORMATAN DENGAN BENDERA NEGARA PENGHORMATAN DENGAN LAGU KEBANGSAAN BENTUK LAIN / DALAM KEADAAN TERTENTRU
(Psl 31 (2) UU No. 9 Th 2010)
PROS DATKAT; VOOR RIJDERS/SWEEPER; PENDAMPING; PEMANDU GREE ANNCOUNCEMENT. 15
8
KARAKTERISTIK PENGATURAN ACARA KENEGARAAN DAN ACARA RESMI BERDASARKAN UU NO. 9 TAHUN 2010 ARRANGEMENT ACARA
ACARA KENEGARAAN
ACARA RESMI
PEMBESAR UP
RI – 1 / RI – 2. (Psl 1 (2)
PN /PP (Psl 1 (3)
PENYELENGGARA
NEGARA (Psl 6 (1)
LN/PEM/ORG (Psl 7 (2)
PELAKSANA
PANT NEGARA (Psl 6 (1)
PET PROT (Psl 7 (1)
DRESS CODE
PSL, PAK BES (Psl 23 (2)
PSH / GAM (Psl 23 (3)
TAPAT, TAUP, TAHOR
DILAK SECARA PENUH
SESUAI SIKON
PENDANAAN
APBN / APBD (Psl 36)
APBN / APBD (Psl 36)
16
8
PARADIGMA KEPROTOKOLAN PENGHORMATAN DAN PERLAKUAN TERHADAP SESEORANG SESUAI DENGAN KEDUDUKANNYA DALAM NEGARA, PEMERINTAHAN, ATAU DI MASYARAKAT DAPAT MENJAGA KEHORMATAN DAN MENUMBUHKAN KEWIBAWAAN ADALAH “CERMIN KUALITAS SESEORANG” MERUPAKAN HAK ASASI MANUSIA YANG HARUS DIJUNJUNG TINGGI. PENGHORMATAN DAN PERLAKUAN TERHADAP LAMBANG – LAMBANG KEHORMATAN NKRI YANG SELARAS DENGAN KEDUDUKANNYA SEBAGAI LAMBANG KEDAULATAN NEGARA ADALAH PARAMETER BANGSA YANG BERADAB DEMI TEGAK UTUH DAN LESTARINYA NEGARA KESATUAN R.I.
17
10
KEBIJAKAN DIBIDANG KEPROTOKOLAN NASIONAL (UU No. 9 Th 2010)
PEMDA (PERDA/PER/KEP KEPALA DAERAH
LEMBAGA NEGARA; INST PEMERINTAH PUSAT.
DPRD
(SOP / PROTAP)
(PER TATIB)
KONTEN KEBIJAKAN KETENTUAN UMUM (DEFINISI/PENGERTIAN); RUANG LINGKUP; KETENTUAN UPACARA BENDERA PHBN; KETENTUAN UPACARA BUKAN UPACARA BENDERA; KUNJUNGAN TAMU NEGARA DAN PEMERINTAH; TATA PENGGUNAAN LAMBANG KEHORMATAN NKRI; PENDANAAN DAN PELAKSANA KEPROTOKOLAN; KETENTUAN LAIN-LAIN; DAN KETENTUAN PENUTUP. 18
9
11
KEPROTOKOLAN MENDUKUNG KEWIBAWAAN JABATAN RI -1 DAN RI-2
PEJABAT LAIN
19
12
20
10
KESIMPULAN BAHASAN
PENGATURAN KEPROTOKOLAN
PENGATURAN KEPROTOKOLAN ADALAH IMPLEMENTASI MISI UU NO. 9 TH 2010 TENTANG KEPROTOKOLAN DGN MENGAPLIKASIKAN PERUNDANGPERUNDANG-UNDANGAN YG TERKAIT YAKNI; UU NO. 24 TH 2009, UU NO. 27 TH 2009, UU NO. 43 TH 1999. MAKSUD TUJUANNYA IALAH; MENJAGA KEHORMATAN “DIGNITY” DAN MENUMBUHKAN KEWIBAWAAN SESEORANG SESUAI DENGAN KEDUDUKANNYA DLM NEGARA, PEMERINTAHAN, MSY. PENGHORMATAN DAN PERLAKUAN TERHADAP LAMBANG KEHORMATAN NKRI DALAM KEPROTOKOLAN MERUPAKAN CERMIN BANGSA YANG BERADAB. MERUPAKAN PEDOMAN AGAR PENYELENGGARAAN KEPROTOKOLAN BERJALAN TERTIB, KHIDMAT, LANCAR DAN RAPI DAN UNTUK MENCIPTAKAN POLA KESERAGAMAN DI WILAYAH NKRI.
FAKTOR PENTING KEPROTOKOLAN;
SUBYEK KEPROTOKOLAN, TATA TEMPAT “PRESEANCE”, TATA UPACARA, TATA PENGHORMATAN, DAN TATA LAMBANG KEHORMATAN NKRI DIAPLIKASIKAN DALAM PENYELENGGARAAN KEPROTOKOLAN SESUAI KETENTUAN YANG BERLAKU. PELAKSANA KEPROTOKOLAN ADALAH PETUGAS PROTOKOL YANG MERUPAKAN FRONT LINER INSTITUSI HARUS MEMAHAMI TATA PENGATURAN KEPROTOKOLAN DENGAN BAIK DAN BENAR. PELAKSANAAN KEPROTOKOLAN DAPAT MEMBANGUN CITRA “IMAGE BUILDING” + / PENDANAAN KEPROTOKOLAN BERSUMBER DARI APBN / APBD HARUS TEPAT WAJAR. SANKSI DALAM HAL PELAKSANAAN KEPROTOKOLAN.
21
22
11
23
24
12
TRIMAKASIH
SELAMAT BERPRESTASI
SEMOGA BERMANFAAT
25
13