KEPEMIMPINAN STAGE MANAGER DALAM MANAJEMEN PANGGUNG PERTUNJUKAN Oleh:
Haryudi Rahman Universitas Mercu Buana Jakarta Kata Kunci: Kepemimpinan, Stage Manager,Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan
Ringkasan Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan merupakan sebuah kemasan produk pariwisata, dan untuk pelaksana dari pertunjukan tersebut sebagian besar dari Unit Teater dan Pentas yang dijadikan team work yang berdasarkan instruksi dari pimpinan. Kepemimpinan stage manager dalam manajemen panggung pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan merupakan salah satu elemen terpenting dalam strategi pengelolaan pertunjukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus pada pertunjukan Sedratari Ramayana Prambanan. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis isi (content analiysis) untuk mengidentifikasi kepemipinan stage manager dalam manajemen panggung pertunjukan Sendratari Ramayana. Keseluruhan penelitian ini menemukan tahapan pada proses manajemen panggung yakni sebelum pertunjukan dan setelah pertunjukan, dan stage manager meberikan motivasi dengan pujian dan pemahaman terhadap pekerjaan, komunikasi secara menyeluruh dan sebuah kelompok yang dibentuk secara formal dengan aplikasi informal, gaya kepemimpinan yang berdasarkan dari fungsi, gaya yang berorientasi kepada pekerjaan dan pekerja.
A. PENDAHULUAN Manajemen panggung merupakan sebuah tahapan proses pertunjukan, mulai dari sebelum pertunjukan sampai pada pertunjukan. Dalam buku The Handbook Stage Management menekankan bahwa manajemen panggung sangat terkait dengan peran stage manager. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Lonazzi bahwa yang bertanggung jawab atas manajemen panggung adalah stage manager. Jadi stage manager yang mengetahui semua hal teknis panggung dalam sebuah pertunjukan (Lonazzi, 1992). Maka keberadaan stage manager menjadi peran utama dari proses manajemen panggung untuk mencapai satu tujuan bersama, yakni kesuksesan pertunjukan tersebut. Di Indonesia, Yogyakarta istilah mengenai manajemen panggung masih kurang populer dimasyarakat, khususnya dipertunjukan. Hal tersebut, merupakan pengalaman peneliti pada keterlibatan diberbagai pengelolaan pertunjukan yang ditekuni. Saat proses produksi suatu pertunjukan berlangsung, seniman dan tim produksinya tidak pernah menyinggung halhal yang berkaitan dengan manajemen panggung. Faktanya adalah lebih mengarah pada konsep atau materi karya yang akan dipertunjukan. Padahal kesuksesan pertunjukan sebagai suatu tujuan bersama, juga didukung oleh manajemen panggung yang dikelola secara terencana dan terorganisir dengan baik, mulai dari sebelum sampai pada setelah pertunjukan. Pandangan tersebut, menjadikan pentingnya seseorang dalam manajemen panggung yang berperan sebagai pemimpin dalam mengarahkan suatu proses kerja secara NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 77
tim, demi mencapai tujuan yang diharapkan. Secara fungsi, dalam setiap pertunjukan dipilih seseorang yang dikenal dengan sebutan stage manager, untuk bertanggung jawab di panggung. Namun job description seorang stage manager pada proses manajemen yang dimaksudkan di atas masih kurang jelas dan kurang dipahami secara kerja tim dipertunjukan, terkadang dalam kinerjanya stage manager juga terlibat pada divisi lainnya secara manajemen tim. Seperti dijelaskan peneliti sebelumnya, hal tersebut sering terjadi diberbagai proses pertunjukan disebabkan kurangnya wawasan. Baik melalui artikel, majalah atau pun bukubuku yang memberikan informasi kepada masyarakat, khusunya tentang manajemen panggung dan pentingnya peranan dari seorang stage manager. Sendratari Ramayana Prambanan merupakan pertunjukan yang dikemas khusus untuk wisatawan di Yogyakarta. Biasanya pertunjukan ini menarik perhatian para wisatawan domestik dan manca negara yang berkunjung ke Yogyakarta. Selain dari aspek sejarah Ramayana dan keberadaan Candi Prambanan yang terkenal di dunia, dari segi pertunjukan sendratari gaya Yogyakarta pun menjadi ketertarikan tersendiri. Hal tersebutlah yang menjadikan pengelola pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan sangat memperhatikan kualitas dan kuantitas sajian pertunjukan, khususnya manajemen panggung. Pada data pengunjung Sendratari Ramayana Prambanan yang tercatat oleh pengelola dapat dilihat adanya peningkatan yang drastis setiap tahunnya. Tentunya hal ini diperoleh melalui kinerja bersama tim pengelola yang serius dalam manajemen panggung pada pertunjukan yang mereka kemas khusus untuk para wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Maka dari itu, pada penelitian ini mencoba mendeskripsikan manajemen panggung yang dikelola secara tim pada pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan diharapkan sebagai pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat, khususnya di pertunjukan. Lokasi panggung pertunjukan yang dekat dengan Candi Prambanan tentu sangat 78 | Volume 2 Edisi 1, 2015
memerlukan pemikiran yang terencana dan terorganisir agar tidak merusak atau mengurangi keindahan panorama dari bangunan candi. Namun apabila dikelola dengan sebaik mungkin dan semestinya, pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan akan memberikan atraksi tersendiri bagi wisatawan setelah melihat bangunan candi disore harinya. Dilihat dari konstrusksi panggung Open Air, keberadaaan candi sebagai back ground panggung menjadi daya tarik pertunjukan yang disajikan. Menurut (Martono 2008 : 56) salah satu ruang yang representatif yang bertaraf internasional dan memiliki arsitektur yang berbeda dengan ruang-ruang pentas yang lainnya, yaitu panggung Prambanan yang awalnya dibangun untuk menunjang pariwisata Candi Prambanan. Keinginan bagi peningkatan pariwisata tersebut haruslah didukung pengelolaan panggung yang terencana dan teroganisir dengan baik, yakni manajemen panggung. Pentingnya penelitian ini dilakukan agar pengetahuan mengenai manajemen panggung dan stage manager bisa dipahami secara praktisi maupun teoritis. Penelitin ini juga merupakan sebuah bahan evaluasi bagi manajemen panggung Sendratari Ramayana Prambanan. Penelitian ini juga memberikan sebuah wacana baru di dunia akademik, bahwa penting dilakukan sebuah riset tentang manajemen panggung di Indonesia. Secara fungsi, profesi stage manager dalam manajemen panggung akan dibahas lebih rinci dalam penelitian ini. Dan lebih jelasnya, penelitian ini berangkat dari sebuah fenomena, secara fungsi, aplikasi dan pengetahuan tentang stage manager masih perlu diperjelas. Dari penelitian ini diharapkan nantinya akan menjawab semua fenomena yang terjadi. B. METODE PENELITIAN C. PEMBAHASAN Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan merupakan kemasan. Dimana pertunjukan ini bertujuan untuk para wisatawan, jadi pencipta harus mengetahui situasi dan kondisi penonton. Dari pendapat di atas, penulis melihat keterkaitan antara
“kemasan” dengan manajemen panggung pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Secara eksplisit untuk membuat merencanakan hal tersebut, dalam hal ini manajemen panggung (Hadi, 2012:127). Berdasarkan hasil observasi sebelumnya di Unit Teater dan Pentas, pertunjukan ini memang dikelola dengan baik. Setiap minggunya menampilkan tiga pertunjukan dengan kelompok yang berbeda-beda. Dari 11 kelompok yang terlibat dalam Sendratari Ramayana Prambanan dilakukan penjadwalan secara bergilir. Sebagian besar dari kelompok tersebut merupakan penari profesional dan beberapa yang masih pemula. Kelompok yang masih pemula memiliki jadwal tersendiri untuk latihan di Open Air. Dan yang profesional pada umumnya latihan di sanggar masing-masing. Dalam upaya mencapai visi dan misi, tim pengelola manajemen panggung pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan berada di Unit Teater dan Pentas pada PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Pada sistem kerjanya organisasi ini memiliki struktur organisasi tersendiri dari bagian unit perusahaan. Unit tersebut lebih dikhususkan untuk mengelola pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Pada pelaksanaan kerja struktur organisasi sangat dibutuhkan untuk setiap perusahaan/yayasan/lembaga, inilah yang dijadikan panduan bagi seluruh anggota organisasi untuk melakukan berbagai hal dalam upaya pencapaian tujuan bersama (Sule,et.al., 2009:168). Salah satu tujuan dari unit tersebut sebagai pengelola pertunjukan kemasan professional adalah kepuasan penonton, wisatawan terhadap pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Kepuasan penonton diperoleh dari aspek pelayanan dan penyajian pertunjukan yang ditampilkan sesuai dengan harapan awal saat pertunjukan ini sengaja dikemas untuk pariwisata. Untuk mencapai kesuksesan, sinergitas antar elemen pertunjukan sangat dibutuhkan, baik pengelolaan yang berkaitan dengan panggung maupun di luar daripada panggung. Misalnya saja pada mempromosikan sebuah pertunjukan melalui
website, media cetak dan relasi. Secara teknis, kegiatan mempromosikan tidak terkait dengan panggung, tetapi ini sangat menentukan untuk mendatangkan penonton yang mendukung kegiatan pada manajemen panggung, akan sia-sia kerja manajemen panggung jika tidak ada penonton yang menonton begitu juga sebaliknya sehingga dalam pengelolaan sinergitas keduanya sangat diperlukan. Manajemen dan kepemimpinan menjadi suatu keterkaitan. Pada manajemen panggung tentu diperlukannya seorang pemimpin, yakni stage manager. Kepemimpinan tersebut merupakan kemampuan dalam membangun komunikasi dan motivasi satu dengan yang lainnya secara kerja tim. Menurut tingkatan manajemen stage manager berada di tengah, jadi butuh upaya yang keras membangun komunikasi antara top management dan low management. Selain itu stage manager juga membangun komunikasi antara pemain untuk kebutuhan pentas (Ionazzi, 1992: 11). Pernyataan tersebut mendeskripsikan peranan kepemimpinan stage manager yang cakupannya luas mulai membangun komunikasi dan motivasi antar kerja tim teknis maupun dengan kerja antar penari di atas panggung pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Secara definisi operasionalnya seorang stage manager bertugas untuk mewujudkan dan menyatukan keinginan dari sutradara dan produser, mengenai hal-hal yang artisitik untuk diwujudkan dalam suatu pementasan. Stage manager akan bekerja sama dengan aktoraktor yang terlibat di dalamnya. Mengkoordinir, mengatur dan menyatukan berbagai ide dan masukan yang keluar dari banyak pihak yang terlibat untuk mencapai satu kesepakatan yang disetujui bersama (Ionazzi, 1992:9). Merujuk pada definisi di atas bahwa sosok stage manager dalam hal ini membutuhkan kepemimpin untuk mengarahkan semua staf kerja tim dalam manajemen panggung. Pengambilan keputusan sangat menentukan efektifitas sebuah pertunjukan. Biasanya pada pelaksanaan yang tidak sesuai dari perencanaan, dibutuhkan tanggung jawab NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 79
Tabel 1: Deskripsi tugas stage manager dalam SOP (Standar Operasional Pekerjaan)
stage maneger dalam mengambil keputusan. Peranannya dalam membangun tim sangat diperlukan dalam menjaga emosional para stage crew, kordinator kostum, lightingmen, soundman dan pemain. Sejalan dengan pemikiran peneliti. bahwa sebuah pengelolaan membutuhkan seorang pemimpin mengatur semua jalannya sebuah perusahaan untuk meng-goal-kan sebuah tujuan. Pemimpin bukan hanya sekedar memimpin, secara teknis tugas pimpinan meliputi lima kegiatan, yaitu: menyusun rencana, mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasi, mengendalikan kegiatan (Ranupandojo, 1996 : 88). Sehubungan dengan penelitian ini, maka dirumuskan pertanyaan penelitian terkait peranan kepemimpinan dalam manajemen panggung pada sebuah pertunjukan. Tahapan-tahapan manajemen panggung pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan.
80 | Volume 2 Edisi 1, 2015
1. Manajemen Panggung a. Struktur Organisasi Struktur organisasi dibutuhkan dalam setiap perusahaan atau kegiatan-kegiatan tertentu. Dalam manajemen panggung struktur organisasi juga merupakan penentu jalannya pertunjukan. Struktur tersebut nanti masing-masing memiliki pekerjaan yang spesialis di bidangnya dan memiliki uraian pekerjaan. Menurut Lonazzi (1992) yang bergerak pada organisasi teater, memaparkan pentingnya struktur organisasi pada suatu manajemen panggung pertunjukan. Pengaruh tersebut penting karena terkait pada tanggungjawab kerja sebagai stage manager. Dalam studinya beliau mengemukakan dua alasan yang mendasari pembentukan struktur organisasi, yakni berdasarkan pada fungsional dan situasi lingkungan serta berdasarkan kebutuhan produksi (project commercial).
Bagan 2: Struktur Organisasi Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan
Menurut pemahaman Lonazzi (1992) mengenai struktur organisasi manajemen panggung, pada pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan belum memiliki design organisasi (secara bagan yang jelas), namun struktur organisasi yang ada lebih kepada struktur organisasi Unit Pentas dan Teater pada lingkup perusahaan PT.Taman Wisata Candi Prambanan, Boko, dan Borubodur (yang telah digambarkan peneliti di bab 1). Dalam struktur organisasi Unit Teater dan Pentas tersebut tertulis berupa SOP (Standar Operasional Prosedur). SOP inilah yang menjadi acuan untuk pelaksanaan pertunjukan tersebut. Di SOP dijelaskan rincian-rincian pekerjaan yang akan dilakukan setiap koordinator. Petugas pelaksana pertunjukan diberikan instruksi langsung dari pimpinan bahwa harus melaksanakan pertunjukan. Berdasarkan wawancara dengan stage manager, tanggung jawabnya mulai dari parkiran sampai dibelakang panggung. Tabel 1 di atas merupakan deskripsi tugas dari stage manager pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan yang tertera pada SOP tersebut sebelumnya. Secara struktur organisasi, di Unit Teater dan Pentas ada perbedaan penamaan, yakni stage manager yang dimaksudkan merupakan koordinator pementasan dalam struktur organisasi Unit Teater dan Pentas. Apabila ditinjau dari prosedur kerja pada tabel di atas, deskripsi kerja koordinator pementasan memiliki tanggungjawab penentu untuk berlangsungnya pertunjukan. Hal ini, dilihat dari prosedur kerjanya yang
bertanggungjawab pada kesiapan seluruh pelaksana pertunjukan, dan memberikan abaaba dimulainya pertunjukan. Dengan demikian, struktur organisasi yang bersifat fungsional secara langsung, menjadi pedoman pada pertunjukan di malam harinya. Dengan ini, proses kerja struktur organisasi sudah tidak tergambar jelas karena kerja berdasarkan team work, satu kesatuan demi kelancaran pertunjukan. Berdasarkan hasil analisis peneliti menggambarkan struktur organisasi pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan sebagai berikut: Struktur organisasi pada bagan 2, di desain berdasarkan surat perintah kerja yang di dalamnya menuliskan pembagian divisi untuk pertunjukan Sendratari Ramayana. Terlihat pada bagan 2 di atas bahwa stage manager berada pada tingkatan menengah. Ini membuktikan bahwa profesi stage manager bukan hal mudah, bertanggungjawab mengarahkan semua bawahannya dan bertanggung jawab kepada pimpinan produksi. Terlihat garis putus-putus yang menghubungkan antara stage manager dan kelompok tari. Maka dari itu, semua yang terkait dengan pertunjukan stage manager-lah yang bertanggungjawab. Dalam pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan keterlibatan kelompok tari merupakan sebuah kerjasama. Pihak dari Unit Teater dan Pentas memberikan kontrak kepada 11 kelompok tari untuk sebuah pertunjukan. Meskipun demikian, stage manager tetap memiliki tanggung jawab terhadap kelompok tari saat NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 81
pertunjukan. Hubungan ini akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya. Kemudian di SOP (Standar Operasional Pekerjaan) dijelaskan secara detil mengenai uraian pekerjaan. Pembagian kerja tersebut di kelompokkan sebagai berikut, pimpinan produksi, koordinator pementasan, koordinator lighting, dan koordinator properti. Koordinator pementasan adalah stage manager dalam pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Pengelompokan pekerjaan dilakukan berdasarkan kebutuhan pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Menurut (Byrnes, 2009), membagi struktur organisasi menjadi dua yakni organic organization dan mechanistic organization. Organic organization memiliki ciri yakni, struktur yang kurang terpusat, kurang detil dalam peranan dan regulasi, sering ambigu dalam proses kerja, sulit untuk dikontrol (muliple jobdesc), lebih bersifat informal, koordinasi secara personal. Mechanistic organization memilki ciri sebalikanya dari organic organization yakni struktur yang terpusat (ideal), detil pada peranan dan regulasi, divisi yang jelas, mudah dikontrol, bersifat formal, koordinasi secara impersonal (kelompok). Sejalan dengan paparan di atas, pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan saat pertunjukan berlangsung menggunakan organic organization, hal ini terlihat pada SOP . Sedangkan siang hari menggunakan mechanistic organization karena merupakan jabatan fungsional dari PT. Taman Wisata Candi Prambanan, Boko dan Borobudur. Keseluruhan bahasan di atas, pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan memiliki bentuk struktur organisasi formal dan informal, dan dibentuk berdasarkan fungsional dan produksi (project). b. Tahapan Manajemen Panggung Manajemen panggung merupakan sebuah proses yang dilakukan dalam sebuah pertunjukan mengkhusus pada panggung. Menurut Lonazzi, manajemen panggung dilakukan dengan beberapa tahapan yakni, sebelum produksi, latihan dan pertunjukan.
82 | Volume 2 Edisi 1, 2015
Dan yang berperan penting dalam tahapan tersebut adalah stage manager. Pada pertunjukan Sendratari Ramayana melihat secara tahapan dari manajemen panggung, hal tersebut tidak semuanya berlaku dalam pertunjukan tersebut. Berdasarkan wawancara dengan stage manager pertunjukan Sendratari Ramayana merupakan sebuah rutinitas. Jadi pertunjukan ini memiliki tahapan sebelum pertunjukan dan pertunjukan. Karena Sendratari Ramayana merupakan pertunjukan rutinitas. 1) Sebelum Pertunjukan Manajemen panggung dalam pertunjukan Sendratari Ramayana memiliki tahapan, yakni sebelum pertunjukan dan pertunjukan. Dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan, tidak sekedar mengorganisir yang terkait dengan panggung. Stage manager menegaskan bahwa dia mengkoordinir semua yang terkait dengan pertunjukan Sendratari Ramayana. Mulai dari tukang parkir, penjaga tiket, penajaga pintu, penjemput tamu, dan yang bekerja di panggung. Sedangkan hasil analisis manajemen panggung, bahwa secara teoritis
Bagan 3: Tahapan sebelum pertunjukan pada manajemen panggung pertunjukan Sendratari Ramayana
manajemen panggung Sendratari Ramayana tidak sesuai konsep Lonazzi. Peneliti akan menggambarkan dalam bentuk skema tahapan sebelum pertunjukan pada Sendratari Ramayana. Tahapan sebelum pertunjukan ini memiliki persiapan yang harus diselesaikan seperti yang terlihat pada bagan 3. Jadi ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Karena ini adalah tahapan, maka semua pekerjaan harus bertahap dilakukannya. Petugas parkir, mempersiapkan kebutuhannya mulai dari senter, uang koin dan pakaian. Sembari petugas parkir melakukan persiapan, petugas kebersihan membersihkan wilayah sekitar panggung dan panggung. Kebersihan di wilayah panggung meliputi dalam panggung dan belakang panggung. Kemudian sekitar panggung meliputi, kebersihan tempat duduk untuk para penonton, toilet dan kebersihan mulai dari parkir sampai pada area pintu masuk panggung. Adapun yang dilakukan dalam persiapan properti meliputi, gamelan, tungku api dan daun untuk adegan Hanoman obong. Setelah gamelan siap di atas panggung, barulah crew sound memasang microphon disetiap instrumennya. Beberapa crew sound mempersiapkan sound monitor dan sound pelempar di sisi kanan dan kiri panggung. Ketika semua sudah dipersiapkan barulah dilakukan chek sound. Langkah yang ke-empat yakini check lighting, untuk bagian ini memang dilakukan saat hari mulai gelap karena untuk kejelasan plot dari pencahayaan. Jika semua langkahlangkah pada tahapan ini sudah selesai dan hari masih sore, koordinator lighting tetap akan menunggu setelah hari mulai gelap. Disampin itu pula, sebelum melakukan chek lighting para crew lighting melakukan pemerikasaan terhadap setiap lampu yang sudah standbay. Tahapan berikutnya sebelum pertunjukan dilaksanakan, yakni bloking panggung untuk penari. Bloking panggung biasanya dilakukan saat semua crew panggung sedang mempersiapkan peralatan yag dibutuhkan di atas panggung. Saat penari melakukan bloking panggung sementara crew
melakukan tugasnya sesuai dengan tahapan yang telah dipaparkan di atas. Kelompok penari yang biasanya melakukan bloking panggung terlebih dahulu, merupakan kelompok yang belum profesional dalam artian, mereka pemula. Jadi, kelompok tersebut datang lebih awal agar waktu untuk melakukan bloking panggung cukup. Telah dibahasakan sebelumnya, bahwa pertunjukan ini merupakan rutinitas dan seluruh crew panggung telah memahami dan mendalami tugas masing-masing. Untuk itu, kelompok penari hanya sekedar melakukan pemantapan gerak pada panggung dan disertakan pemusik dari setiap kelompok. Biasanya sebelum mereka melakukan bloking, antara pimpinan dari kelompok dan stage manager ada koordinasi semacam pemberitahuan. Setelah itu, instruksi yang dilakukan oleh stage manager kepada setiap koordinator untuk mempersiapkan peralatan untuk melakukan bloking. Dan untuk stage manager sendiri dalam proses sebelum pertunjukan ini, memberikan kepercayaan penuh kepada koregrafer/pimpinan kelompok hal-hal yang terkait dengan koreografi. Kemudian yang terakhir adalah clear area, mengosongkan panggung untuk melangkah ke tahapan yang ke dua. Langkah ini merupakan langkah yang terakhir, untuk memastikan tidak ada lagi pekerjaan yang terkait dengan panggung. Saat dilakukan clear area semua koordinator dan crew memastikan semua sudah siap kepada stage manager. Sebelum melakukan tahapan yang kedua, para koordinator dan crew sudah harus rapi dengan kostum yang sudah ditentukan. Karena di sisi lain, pelayanan terhadap penonton merupakan salah satu tujuan utama dalam pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Maka dari itu, semua koordinator dan crew harus rapi dan bersih agar memberikan kesan yang baik terhadap orang yang melihatnya. 2) Pertunjukan Kemudian pada tahapan ke dua yakni pertunjukan, di bagan yang telah peneliti gambarkan. Pada saat pertunjukan NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 83
Bagan 4: Tahapan pertunjukan, alur koordinasi pelaksana saat pertunjukan berlangsung
berlangsung, stage manager mengontrol jalannya pertunjukan. Para koordinator melakukan koordinasi sesama koordinator dan dikontrol oleh stage manager. Dan stage manager berkoordinasi dengan pimpinan produksi untuk memberikan informasi keadaan pertunjukan. Dalam proses pengontrolan stage manager melihat kekurangan-kekurangan apa saja yang terjadi saat berlangsungnya pertunjukan. Pada bagan 4 jabatan yang tertinggi dalam pertunjukan Sendratari Raamayana Prambanan ini adalah pimpinan produksi. Pimpinan produksi dalam pertunjukan ini berkoordinasi dengan stage manager untuk mengontrol kondisi yang terjadi saat pertunjukan. Sedangkan stage manager selain berkoordinasi dengan koordinator, juga melakukan evaluasi terhadap pertujukan tari yang sedang berlangsung. Saat pertunjukan berlangsung di panggung Open Air, dan kondisi cuaca buruk. Maka yang dilakukan stage manager adalah membiarkan dulu pertunjukan tetap berlangsung. Tetap melihat seberapa buruk cuaca saat pertunjukan tersebut. Jika cuaca 84 | Volume 2 Edisi 1, 2015
sangat buruk dan tidak memungkinkan untuk melanjutkan pertunjukan, MC langsung mengambil alih dan melakukan pemberitahuan kepada seluruh penonton untuk berteduh di tempat yang telah disediakan. Koordinator properti langsung di arahkan untuk mempersiapkan panggung Trimurti. Untuk mengarahkan penonton ke panggung Trimurti, kondisi cuaca-pun sangat diperhatikan. Di dalam SOP (Standar Operasional Prosedur) dijelaskan bahwa ketika hujan belum berhenti dalam 30 menit maka penonton dan penari akan diarahkan ke panggung Trimurti. Penonton di arahkan ke panggung Trimurti melalui pintu depan dan para penjemput tamu memberikan payung ke setiap penonton. Saat penari dipindahkan, koordinator memberikan transportasi agar make-up dari penari tetap terjaga dari air hujan. Dan saat hujan berhenti dalam 30 menit, maka pertunjukan akan dilanjutkan dan seluruh koordinator diberikan waktu sekitar 15 menit untuk melakukan pengeringan panggung dan kursi penonton.
Agar penonton tetap nyaman duduk di tempatnya. Pelayanan memang sangat penting dalam pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pertunjukan ini merupakan pertunjukan yang dikemas untuk wisatawan. Dan memberikan kepuasan melalau pelayanan tersebut. Karena salah satu tolok ukur dari suksesnya pertunjukan ini adalah komplain dari pihak penonton. Hal ini berdasarkan wawancara dengan stage manager. Jika, penonton tidak ada yang komplain pertunjukan tergolong sukses. Stage manager dalam hal ini yang memiliki tanggung jawab yang besar dalam pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Untuk itu, stage manager harus mampu berkomunikasi dengan baik agar semua bisa terkoordinir dengan baik. Dan mengambil keputusan saat terjadi hal-hal yang insidental dalam pertunjukan. Kemudian secara tingkatan manajemen stage manager berada pada level midle. Maka dari itu sangat dibutuhkan keahlian yang lebih agar semua berjalan sessuai dengan yang diharapkan. 3) Hubungan Stage Manager Pertunjukan dan Penari Sendratari Ramayana Sejalan dengan pemikiran Hadi (2012 : 102) dalam proses koreografi, kerjasama antara penata tari dengan penata panggung dimulai dari proses latihan secara keseluruhan. Adapun kerjasama yang terbangun berguna untuk mengontrol, mengatur, memberikan petunjuk, dan mengingatkan seluruh pendukung pertunjukan terutama pada penari. Hal ini dimaksudkan agar konsep dari koreografi dapat dipahami oleh penata panggung pada pertunjukan yang akan dipentaskan. Berdasarkan data wawancara dengan koreografer dan stage manager di Pertunjukan Sendratari Ramayana hubungan kerjasama yang ada sebatas pada memberikan ruang dan waktu untuk latihan di panggung Open Air Prambanan. Fasilitas yang
disediakan tidak seluruh kelompok yang memanfaatkannya karena dari beberapa kelompok memiliki studio tari sendiri dengan alasan untuk lebih memudahkan proses latihan. Dengan demikian apabila dianalisis dengan situasi tersebut keterlibatan stage manager dengan koreografer menjadi tidak jelas tergambarkan dan tentu kerjasama yang dimaksudkan pun tidak terbangun pada pertunjukan tersebut. Namun ada beberapa kelompok tari yang sesekali menggunakan panggung Open Air untuk proses latihan blocking. Seperti pada kelompok tari KAMASETRA UNY melakukan latihan blocking di panggung Open Air sebelum jadwal pertunjukan yang telah ditentukan. Keterlibatan antara stage manager dengan koreografer ada dalam hal menyediakan fasilitas untuk latihan diantaranya : soundsytem, lighting, dan gamelan. Maka dari itu, stage manager tidak terlibat langsung dengan hal-hal yang berkaitan dengan koreografi. Ada sebelas kelompok tari yang dikontrak langsung oleh pihak Unit Teater dan Pentas di Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Mereka telah memiliki jadwal untuk melakukan pertunjukan. Beberapa dari kelompok tari yang melakukan latihan di panggung Open Air akan didampingi oleh pelaksana pertunjukan untuk kelancarannya. Biasanya yang melakukan latihan dari kelompok merupakan kelompok tari yang masih pemula. Untuk itu, mereka mengajukan jadwal latihan dan disusun ulang oleh pelaksana pertunjukan. Keterlibatan stage manager dalam latihan tidak menyentuh pada tarian yang akan dipertunjukkan. Stage manager memberikan kepercayaan penuh kepada koreografer dari setiap kelompok. Dan untuk linghting dan sound di arahkan oleh stage manager. Sebelum pertunjukan penari datang pada jam 17.30 WIB untuk melakukan persiapan, mulai merias sampai pada memakai kostum yang sesuai dengan peran yang dimainkan. Terkecuali kelompok tari yang masih pemula, mereka datang lebih awal untuk melakukan bloking di panggung Open Air.
NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 85
Kemudian saat pertunjukan akan berlangsung salah satu dari team work memberikan informasi keseluruh penari untuk bersiap-siap masuk ke area panggung. Panggung Open Air memiliki beberapa sisi untuk masuk dan keluarnya penari saat pertunjukan, dan mereka sudah memahami hal tersebut. Jadi keterlibatan crew untuk mengontrol keluar masuknya penari tidak dilakukan lagi. Adapun peranan stage manager dalam hubungannya dengan penari ada pada saat evaluasi di setiap pertunjukannya. Stage manager mengontrol apa yang kurang dan berlebih saat pertunjukan. Kemudian saat selesainya pertunjukan akan diberikan catatan langsung kepada pemimpin kelompok tari/koreografer. Begitupula dalam hubungannya dengan ligthing, sound dan properti. Jadi keterlibatan antara pelaksana dan penari pada pertunjukan Sendratari Ramayana sebatas evaluasi dan tidak terlibat secara teknis koreografi penari. Pimpinan dari setiap kelompoklah yang terlibat secara teknis akan hal tersebut. Evaluasi dilakukan dengan melihat apa yang kurang dan lebih saat pertunjukan berlangsung. Hubungan antara stage manager dan penari yang terlibat dalam pertunjukan Sendratari Ramayana, bukan hubungan yang secara umum harus mempunyai keterlibatan langsung dalam koreografi. Namun di sini keterlibatan itu ada pada evaluasi saat pertunjukan dengan melihat apa yang kurang dan lebih. Hubungan ini akan digambarkan melalui bagan 6, sebagai berikut: Bedasarkan skema pada bagan 5 disamping, garis panah hitam tegas yang mengarah ke pimpinan kelompok tari/koreografer adanya instruksi kerja, evaluasi dan pemenuhan kebutuhan. Kemudian garis biru yang mengarah ke stage manager merrupakan permintaan dari setiap kebutuhan koregrafer untuk pertunjukan. Terlihat juga garis merah yang menghubungkan antara koreografer dan penari, menunjukkan bahwa koreografer bersentuhan langsung secara teknis dengan penari. Garis putus-putus antara stage manager dan penari, adanya batasan yang dimiliki oleh 86 | Volume 2 Edisi 1, 2015
Bagan 5: Hubungan antara stage manager, koreografer dan penari
stage manager untuk teknis dalam gerakan tarian. Namun tetap stage manager memiliki wewenang mngevaluasi hasil dari pertunjukan dari penari. Kedua garis panah yang berwarna hitam dan biru jika dilihat secara detil ada hubungan timbal balik. Berdasarkan interpretasi peneliti, bahwa adanya sistem kerja sama yang ditawarkan kepada setiap kelompok dengan melakukan perjanjian tertentu. Kemudian adanya penawaran yang diberikan oleh pimpinan kelompok atau koreografer dalam hal mendukung kelancaran pertunjukan. Penawaran koreografer terhadap stage manager terkait dengan ligthing, sound dan properti. Kemudian penawaran mengenai jadwal pertunjukan dan latihan. Hal tersebut terjadi juga pada stage manager, penawaran yang dilakukan lebih kepada memperbaiki jika ada yang kurang atau lebih saat pertunjukan berlangsung. Namun bisa juga, memenuhi tawaran yang
diinginkan oleh pimpinan kelompok atau koreografer. Koreografer yang memiliki tanggung jawab penuh untuk kekompakan penari dalam melakukan perannya masing-masing dalam pertunjukan Sendratari Ramayana ini. Jadi ada batasan yang dimiliki stage manager antara hubungannya dengan penari. Jika stage manager merasa ada yang perlu dibenahi dalam pertunjukan, maka akan berhubungan langsung dengan pimpinan kelompok atau koreografer. Hubungan kerjasama yang dimaksudkan Hadi (2012) dalam bahasan sebelumnya kecil kemungkinan terjadi karena dilihat dari jumlah kelompok tari yang terlibat di Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Kesulitan itu dikarenakan sebelas kelompok memiliki konsep koreografi yang berbeda satu dengan lainnya walaupun secara ide cerita sama. Selain itu, kemasan pertunjukan untuk pariwisata menjadikan hubungan kerjasama yang terjalin antara stage manager dan koreografer diperkuat dengan kontrak kerjasama yang disepakati kedua pihak. Dengan demikian, pada tataran ini sudah adanya deskripsi hak dan kewajiban dari kedua pihak tersebut. Pihak pertama yakni stage mananger memberikan kewajiban pada penyediaan sarana dan prasarana pertunjukan sedangkan pihak kedua yakni koreografer/pimpinan kelompok tari memiliki kewajiban pada hal-hal yang berkaitan dengan teknis pertunjukan (koreografi). Hadi (2012) dalam paparannya juga menguraikan pentingnya hubungan stage manager dengan penari yakni pada fungsi memberikan petunjuk. Petunjuk yang dimaksudkan adalah pada hal-hal yang berkaitan dengan kostum, tatarias, dan lighting kepada penari dalam pertunjukan. Berbeda halnya dengan Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan secara sistem kerjasama sebaiknya pada paparan di atas dapat diberlakukan. Namun melihat dari situasi dari sistem kerja yang ada di Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan peran stage manager sudah memiliki koordinasi dengan lighting. Koordinasi tersebut memberikan petunjuk
pada para penari saat pertunjukan, sedangkan pada kostum dan tatarias yang dimaksudkan sebelumnya tidak dapat diberlakukan oleh stage manager karena adanya batasan kerja dari kontrak kerjasama yang telah disepakati sebelumnya yakni pada teknis yang bersifat koreografi. Tanggungjawab teknis koreografi diantaranya termasuk kostum dan tatarias merupakan peran dari pimpinan kelompok/koreografer kepada penari bukan lagi menjadi tanggungjawab stage manager kepada para penari. 2. Kepemimpinan Stage Manager a. Proses Menurut Griffin (2000), kepemimpinan sebagai proses difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses dimana para pemimpin menggunakan pengaruhnya. Untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Dari pemahaman di atas, peran stage manager pada Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan memberikan pengaruh kepada seluruh crew. Pengaruh yang diupayakan mendukung proses kerja saat pertunjukan untuk memudahkan koordinasi dan arahan. Dari hasil wawancara bersama stage manager, pemahaman terhadap pekerjaan, dan pujian terhadap hasil kerja yang telah dilakukan merupakan pengaruh yang sangat besar. Pernyataan tersebut menekankan pengaruh stage manager pada crew terlihat sebagai bentuk deskripsi kewajiban kerja masing-masing untuk kelancaran proses kerja di pertunjukan. Untuk lebih mempertajam analisis ini maka peneliti akan menganalisis proses motivasi kemudian komunikasi dan kelompok kerja : 1) Motivasi Selaku stage manager yang memberikan motivasi kepada seluruh koordinatornya, peneliti akan melihat secara mendalam bagaimana stage manager memberikan motivasi tersebut. Pada bahasan sebelumnya mengenai pengaruh stage manager berupa pengarahaan dan koordinasi deskripsi kewajiban kerja NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 87
masing-masing ditegaskan kembali oleh beberapa pendapat yang diungkapkan informan saat diwawancarai. Dengan demikian berdasarkan analisis Grifin (2000), pengaruh yang diberikan stage manager sangat penting dalam memotivasi crew sebagai bentuk koordinasi satu dengan yang lainnya saat proses kerja pada pertunjukan berlangsung. Stage manager memberikan motivasi berupa penghargaan dengan memberikan pujian kepada koordinator serta memberikan pemahaman lebih dalam lagi mengenai pekerjaannya. Dilanjutkan pimpinan produksi, menekankan pada pemahaman tentang kerjasama dalam satu pertunjukan sangat penting untuk memudahkan koordinasi tersebut. Berdasarkan teori motivasi kebutuhan hirarki Masslow, yang menekankan bahwa manusia memiliki kebutuhan. Teori tersebut Masslow menekankan adanya lima tingkatan kebutuhan yang harus dipenuhi dan setelah kebutuhan yang satu terpenuhi maka akan berlanjut pada kebutuhan kedua dan kebutuhan selanjutnya. Secara tingkatan kebutuhan Masslow, stage manager memberikan motivasi pada tingkatan kebutuhan harga diri. Kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan tingkatan tinggi yang memiliki dua kategori, yakni kategori kebutuhan terhadap kekuasaan dan kebutuhan terhadap nama baik (reputation). Pada kategori inilah stage manager memberikan motivasi dengan cara memberikan pujian dan pemahaman setiap koordinator. Secara hirarki, stage manager tidak melalui kebutuhan fisiologis, keamanan, dan sosial. Sedangkan kebutuhan keamanan tidak bisa terpenuhi ketika kebutuhan fisiologis belum tercapai. Jadi ketika membedah secara hirarki kebutuhan Masslow yang dapat ditemukan adalah kebutuhan harga diri. Di dalam sini tidak ditemukan adanya kebutuhan secara hirarki yang terpenuhi. Berdasarkan tersebut di atas, motivasi dalam kepemimpinan stage manager secara teori Masslow, kebutuhan yang terpenuhi adalah kebutuhan harga diri. Sedangkan peneliti sudah paparkan sebelumnya, bahwa kebutuhan yang kedua tidak bisa terpenuhi kalau kebutuhan pertama 88 | Volume 2 Edisi 1, 2015
tidak terpenuhi. Efek yang ditimbulkan ketika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi secara bertahap, mungkin para pekerja mengalami ketidak puasan kerja. Tetapi berdasarkan pernyataan dari informan, semua senang dengan pekerjaannya. Menurut teori kebutuhan dua faktor Herzberg, menjelaskan faktor motivator dan faktor kesehatan (hygine). Faktor motivator meliputi, pekerjaan itu sendiri, prestasi, kemungkinan pertumbuhan, tanggung jawab, kemajuan, pengakuan dan status. Dan faktor kesehatan meliputi, Hubungan dengan penyelia, hubungan antarkolega, hubungan dengan bawahan, kualitas penyeliaan, kebijakan perusahaan dan administrasi, keamanan kerja, kondisi-kondisi kerja dan gaji. Melanjutkan pemahaman Herzberg, jika hanya satu dari dua faktor yang terpenuhi maka karyawan akan mengalami ketidak puasan kerja, tetapi pada tingkat netral. Ditinjau pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan maka stage manager memberikan semua kedua faktor tersebut pada setiap karyawannya. Berdasarkan hasil wawancara bahwa, stage manager memberikan motivasi dengan memberikan pujian dan pemahaman terhadap koordinator. Cara menyampaikannya juga secara personal, dan hubungan antara karyawan sangat baik. Jadi, stage manager memberikan motivasi sesuai dengan teori dua faktor kebetuhan Herzberg. Para pelaksana pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan memang harus mempersiapkan tenaga ekstra untuk mencapai kesuksekan pertunjukan. Dan pertunjukan tersebut dilaksanakan empat kali dalam satu minggu. Selain itu, pada siang hari mereka mengerjakan pekerjaan administratif. Untuk melancarkan semua itu, dibutuhkan pendorong, semangat dan motivasi agar semua sama-sama berjalan. Maka peranan seorang stage manager dibutuhkan untuk melancarkan sebuah pertunjukan. Dengan memberikan motivasi setiap koordinator melalui pujian dan pemahaman mengenai pekerjaannya. Untuk itu, pandangan peneliti dari pembahasan di atas, motivasi menggunakan teori dua faktor kebutuhan Herzberg semua termasuk dalam teori tersebut. Dengan alasan
faktor motivator dan kesehatan itu terpenuhi pada setiap koordinator, tentunya karena stage manager memahami kebutuhan yang akan diberikan untuk setiap koordinatornya. Apabila dilihat menurut Fredrick Winslow Taylor dalam (Sule & Saefullah, 2009:237) menyatakan bahwa faktor yang mendorong pekerja adalah saat diimingimingi dengan kompensasi berupa uang (human are motivated solely by money). Secara khusus, hal tersbut memang ada, namun saat stage manager memberikan motivasi/dorongan bukan pada faktor kompensasi. Dan perlu diketahui juga bahwa, stage manager dalam memimpin para koordinatornya tidak menyentuh sampai pada memberikan kompensasi. Kompensasi merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung produktivitas pekerja. Jika dilihat dari manajemen sumber daya manusia, menurut (Siagian, 2011:254), jika suatu organisasi tidak mampu menerapkan dan mengembangkan suatu sistem imbalan yang memuaskan, organisasi bukan hanya kehilangan tenagatenaga terampil dan berkemampuan tinggi, tapi juga akan kalah bersaing dipasaran tenaga kerja. Berdasarkan hal ini berarti situasi pekerja dalam manajemen panggung pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan memiliki masa-masa yang sulit. Karena berdasarkan pemahaman sebelumnya yang diungkapkan Taylor bahwa, pekerja hanya akan menunjukkan kinerja yang baik ketika diiming-imingi dengan kompensasi berupa uang. Suatu penelitian yang dilakukan di perusahaan Wastern Electrick di Howtorne pada tahun 1927 hingga 1932 dalam (Sule & Saefullah, 2009:39), yang dikenal sebagai The Howtorne Studies atau Studi Howtorne. Penelitian ini dilakukan oleh Eelton Mayo dan rekan-rekannya. Dari eksperimen ini ternyata perhatian khususlah yang akan menentukan produktivitas kerja dalam organisasi. Namun perlu juga diketahui bahwa ekperimen yang dilakukan oleh Elton Mayo bukan di Indonesia, Karena dalam hal ini ternyata lingkungan juga mempengaruhi hasil
dari setiap penelitian mengenai produktivitas pekerja. Jika perhatian mempengaruhi produktivitas pekerjaan, maka peneliti juga memberikan pemahaman yang sama akan hal tersebut. Berdasarkan dari pemikiran di atas, bahwa pujianlah yang menjadi salah satu faktor motivasi yang diberikan oleh stage manager ternyata lebih berpengaruh dari pada kompensasi atau insentif yang diberikan kepada pekerja pelaksana pertunjukan. Hal ini juga dinnyatakan oleh pimpinan produksi bahwa pujian itu tidak bisa dinilai dengan materi. Ini terkait dengan lingkungan pada suatu organisasi juga. Karena mungkin, pada organisasi pertunjukan lain menerupakan hal yang berbeda saat seorang pemimpin memberikan motivasi pada karyawan/pekerjanya. Ini berhubungan, bagaimana seorang stage manager memimpin para koordinatornya. Jadi di sini ada sebuah batasan memotivasi untuk profesi stage manager di manajemen panggung pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. 2) Komunikasi dan Kelompok Kerja Menurut Griffin (2000) terdapat berbagai pola komunikasi dalam kelompok kerja yang dapat diidentifikasi, diantaranya adalah bentuk roda, huruf Y, berkesinambungan/bersambung, lingkaran,dan menyeluruh. Ditinjau dari pemahaman pola komunikasi tersebut maka yang digunakan pada Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan yakni pola komunikasi yang berbentuk menyeluruh. Seorang anggota dan pemimpin memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan pesan atau informasi sebagai bentuk komunikasi yang dilakukan. Seperti inilah pola komunikasi yang dilakukan stage manager dalam melakukan pengarahan. Dalam pengarahannya semua pelaksana pertunjukan terlibat dan memberikan saran, masukan dan evaluasi mengenai pelaksanaan pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Pola menyeluruh juga memberikan ruang satu dengan yang lainnya untuk dapat saling memahami setiap pekerjaan yang ada. Komunikasi yang terbentuk di Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan juga dilihat dari sudut pandang NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 89
proses yang dilakukan stage manager dengan keseluruhan crew. Proses komunikasi dipaparkan (Stoner.,et.,al 1995:216) melalui definisi komunikasi sebagai proses yang dipergunakan oleh manusia untuk mencari kesamaan arti lewat transmisi pesan simbolik. Dari proses komunikasi adanya dua hal yang terkait pada pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan yakni keterlibatan orang lain, dan memiliki kesamaan arti. Keterlibatan dengan orang lain dimaksudkan bahwa pada proses komunikasi yang terjadi adanya keterlibatan stage manager dengan keseluruhan crew, adanya komunikasi satu dengan yang lainnya secara personal maupun kelompok. Kesamaan arti yang dimaksudkan yakni lebih kepada proses komunikasi yang menyampaikan kesamaan pesan atau diartikan juga sebagai satu kesepakatan yang terbentuk saat proses pertunjukan berlangsung. Kesamaan arti pada pelaksana pertunjukan tersebut juga tergambar pada istilah team work yang mereka gunakan saat proses kerja. Berdasarkan teori tersebut, stage manager memberikan pengarahan dengan melibatkan para koordinator. Dari sini, peneliti memandang bahwa adanya komunikasi yang terbangun dengan adanya pertemuan yang dilakukan oleh stage manager. Pada pertemuan tersebut semua yang terlibat dalam pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan mengkomunikasikan hal-hal yang terkait dengan jalannya pertunjukan tersebut. Secara kelompok kerja, posisi stage manager dan seluruh crew pada Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan merupakan suatu kelompok kerja pada malam hari pertunjukan berlangsung yang berbeda ketika siang harinya. Kelompok kerja menurut mereka dalam paparannya dikenal dengan istilah team work. Atas dasar istilah tersebut saat proses kerja stage manager dan seluruh crew menjadi kesatuan bersama-sama bekerja untuk kesuksesan pertunjukan. Hal tersebut di atas juga dikonfirmasi dengan beberapa pendapat koordinator properti, koordinator lighting, dan pimpinan produksi. Dari wawancara dengan koordinator properti, memaparkan pentingnya komunikasi yang terbangun 90 | Volume 2 Edisi 1, 2015
untuk membantu proses persiapan kerja, mulai dari menyiapkan sinopsis dan dalam paparannya beliau juga menekankan pentingnya komunikasi untuk dapat saling membantu demi kelancaran proses kerja. Berbeda halnya dengan koordinator lighting, dalam wawancaranya diungkapkan bahwa komunikasi yang terbangun baik menyebabkan tidak adanya batasan kerja lagi antara stage manager dan crew, hal tersebut menggambarkan kemampuan stage manager dalam membangun komunikasi sehingga disenangi crew dan pada akhirnya mendukung kelancaran proses kerja. Pimpinan produksi pun menegaskan hubungan komunikasi terbangun dengan saling menghormati pekerjaaan masing-masing. Stage Manager yang sebagai pemimpin dalam sebuah pertunjukan memiliki kedekatan personal. Dari hasil wawancara yang telah dituliskan sebelumnya, informan menyatakan hal yang sama kedekatannya dengan stage manager. Disitu juga terdapat penjelasan dari pimpinan produksi, jadi ini memperkuat bahwa stage manager melakukan komunikasi antar personal dan komunikasi secara kelompok. Sesuai dengan teori Griffin (2000) terkait pola komunikasi juga dipaparkan pada aspek kelompok kerja. Kelompok kerja tersebut merupakan pengarahan dan koordinasi pada suatu kelompok kerja pada Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Dengan istilah kelompok adanya kesatuan tujuan yang hendak dicapai dari proses kerja berlangsung. Stoner berpendapat mengenai kelompok kerja, membagi pada dua bentuk yakni, kelompok kerja formal dan informal. Secara formal merupakan suatu perintah dari Unit Teater dan Pentas dari PT. Taman Wisata Candi Prambanan, Boko dan Borobudur sedangkan secara informal pada saat pertunjukan berlangsung yang memiliki kesamaan posisi yang diistilahkan dengan team work. Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan merupakan pertunjukan yang dibawahi Unit Teater dan Pentas. Di dalam Unit tersebut memiliki struktur organisasi sendiri untuk fungsional setiap harinya. Pada
saat pertunjukan mereka adalah team work, begitulah penjelasan stage manager. Dan juga merupakan sebuah pembentukan kelompok kerja untuk mencapai tujuan dari organisasi. Kemudian secara teoritis, pelakasana untuk pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan merupakan informal. Hal tersebut juga terdapat pada pernyataan informan, disitu ditekankan bahwa mereka sadar kalau dipertunjukan tersebut bekerja secara team. Maka mereka bekerjasama untuk mencapai suksesnya pertunjukan. Namun secara formal kerja pada pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan merupakan sebuah instruksi dari pimpinan Unit Teater dan Pentas. Pembentukan team work ini memang dibentuk oleh pimpinan agar tercapainya kesuksesan sebuah pertunjukan. Stage manager secara team work juga sering mengerjakan hal-hal di luar dari pekerjaannya yakni mengontrol. Kalau melihat paraktiknya di lapangan semua pekerjaan terlihat saling membantu. Bukan hanya stage manager semua pelaksana pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan melakukan hal tersebut. Inilah yang stage manager maksud dengan team work dimana para pekerja saling membantu, saling mengisi dan gotong royong. Dengan kata lain secara perintah merupakan bentuk formal, dan saat proses kerja kelompok lebih berbentuk informal. Begitupula para koordinator saat pekerjaanya selesai mereka membantu pekerjaan di panggung yang belum selesai. Dalam profesionalitas pekerjaan memang menjadi fokus, setiap pekerjaan menjadi tanggung jawab karyawan atas apa yang dikerjakannya. Stage manager di pertunjukan ini, tidak melakukan hal tersebut sebagai pijakan utama dalam pekerjaan. Yang utama adalah bagaimana para koordinator bisa bekerjasama dengan baik untuk mencapai kesuksesan. Karena secara teknis pelaksanaan, rata-rata koordinator di pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan bukan pekerja yang spesialis di bidangnya. Materi-materi untuk kelangsungan pertunjukan itu biasanya didapatkan dari pelatihan atau workshop.
Kembali mengenai peranan komunikasi pemimpin pada kelompok kerja dibutuhkan untuk menjaga solidaritas dalam kelompok tersebut. Peneliti melihat adanya strategi rolling yang dilakukan oleh stage manager agar komunikasi terjaga dan tetap solid dalam melangsungkan pertunjukan tersebut. Rolling yang dimaksud stage manager sebuah pergantian atau pertukaran posisi. Menurut stage manager bahwa tidak selamanya yang dibagian parkir menjadi tukang parkir terus, suatu saat mereka juga akan terlibat di belakang panggung. Disinilah bentuk komunikasi dan kelompok kerja yang dibangun stage manager pada seluruh pelaksana pertunjukan. Berdasarkan analisis dan pengamatan yang diperoleh dilapangan, komunikasi antar personal memang sangat baik. Hal tersebut dibuktikan pernyataan dari beberapa informan terkait kedekatannya dengan stage manager. Sebagai team work komunikasi yang dibangun harus efektif agar semua bisa bekerjasama dengan baik untuk mencapai tujuan. Untuk itu peranan stage manager dalam membangun komunikasi secara kelompok dibutuhkan. Stage manager melakukan hal tersebut dengan diadakannya pertemuan. Di dalam pertemuan tersebut membicarakan yang terkait dengan pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Kemudian hal ini juga menjadi pertemuan untuk evaluasi secara general di pertunjukan Sendratari Ramayana. Semua menghadiri pertemuan tersebut mulai dari yang mewakili setiap kelompok tari dan pelaksana pertunjukan. Melalui pertemuan tersebut merupakan satu upaya stage manager untuk membangun komunikasi yang efektif secara kelompok. Sebuah kesempatan bagi semua para pelaksana pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan untuk saling bergantian posisi. Misalnya, pada petugas parkir nantinya akan ditugaskan menjadi petugas di panggung. Jadi, hal tersebut juga bisa mengatasi kejenuhan dalam satu pekerjaan, mengerjakan sesuatu yang baru. Berbagai hal yang bisa diperoleh ketika adanya roling yang diberlakukan dalam pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Para petugas akan mendapatkan NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 91
tambahan wawasan di luar dari pekerjaan yang sebelumnya. Maka dari itu, komunikasi yang dibangun oleh stage manager, dimana semua pelaksana pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan bisa menyampaikan saran, pertanyaan dan kritik. Intinya stage manager dalam pengarahannya sangat terbuka agar semua bisa berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan bersama. Begitu juga yang dilakukan saat dilapangan. Karena komunikasi sangat penting untuk saling berkoordinasi saat jalannya pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Conrad (1985) dalam (Moss, 2001:170) mengidentifikasi komunikasi dalam organisasi lebih kepada fungsi yakni, fungsi perintah dan fungsi relasional. Fungsi komunikasi yang dimaksudkan dalam organisasi adalah bagaimana anggota memanfaatkan komunikasi yang diberikan oleh setiap pemimpin. Dalam fungsi perintah anggota organisasi membicarakan, menerima menafsirkan dan bertindak atas suatu perintah. Fungsi relasional anggota menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif dan hubungan personal dengan anggota organisasi lain. Dalam pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan, fungsi perintah ini berlaku saat dilakukannya pertemuan merencanakan pertunjukan. Secara eksplisit, para pelaksana pertunjukan berdasarkan perintah untuk melaksanakan tugas. Tapi saat pertunjukan akan dilaksanakan, semua terlihat melakukan pekerjaan diluar dari yang telah ditetapkan bersama. Sedangkan fungsi relasional yakni stage manager selalu mengedepankan pentingnya membangun komunikasi agar hubungan yang telah terjalin dengan pelaksana pertunjukan dapat selalu terjaga dalam proses kerja. Selain pembahasan diatas, sisi budaya juga sangat mempengaruhi motivasi dan komunikasi yang terbentuk di Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Faktor budaya dilihat dari proses kerja yang sudah menjadi kebiasaan karena merupakan kemasan pertunjukan pariwisata yang bersifat rutin sehingga hal ini mendorong terbentuknya budaya organisasi. Peneliti meninjau adanya pengaruh budaya yang 92 | Volume 2 Edisi 1, 2015
signifikan pada proses kerja Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan yakni kebudayaan jawa. Kebudayaan jawa yang dimaksud adalah dalam bekerja seluruh pelaksana pertunjukan memiliki keyakinan kerja yang dilakukan bukan sebatas kerja untuk nilai ekonomi saja tetapi adanya persepsi sebagai kerja bakti pelestarian kebudayaan. Hal tersebutlah yang menurut peneliti ikut mempengaruhi motivasi, komunikasi dan kelompok kerja dalam sistem kepemimpinan di pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Beberapa para ahli mengemukaan budaya organisasi juga merupakan hal penting untuk membetuk pola kerja dari setiap karyawan. Budaya organisasi juga mempengaruhi produktifitas karyawan. Setiap karyawan akan senang dengan pekerjaan mereka karena budaya yang diciptakan dalam ruang lingkup organisasi tersebut. Secara garis besar budaya yang dibentuk dalam satu organisasi juga dipengaruhi oleh faktor personal. Dengan demikian budaya organisasi yang terbentuk pada pelaksana pertunjukan menjadi faktor mendukung kesuksesan pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan yang mengedepankan saling membantu, saling mengisi, serta gotong royong. b. Gaya Kepemimpinan Konsep gaya kepemimpinan menurut Griffin (2000) dibagi menjadi dua istilah yakni, jobcentered leader behavior dan employee-centered leader behavior. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pekerjaan cenderung memberikan fokus terhadap pekerjaan dan prosedur yang harus dilakukan dalam pekerjaan, sedangkan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada orang-orang cenderung memberikan perhatian pada pemeliharaan tim dan memastikan seluruh orang-orang mendapatkan kepuasan dalam setiap pekerjaannya. Berdasarkan konsep di atas, gaya yang dimiliki oleh stage manager adalah job-centered leader behavior. Pada hasil wawancara dipaparkan beberapa penejelasan mengenai pentingnya sebuah pekerjaan.
Sejalan dengan konsep Griffin (2000) terhadap gaya kepemimpinan, ini merupakan gaya job-centered leader behavior. Dimana gaya tersebut berorientasi terhadap pekerjaan, karena pengarahan merupakan instruksi dari pihak manajemen yang harus dilaksanakan. Stage manager menekankan saat diwawancarai, bahwa pekerjaan ini bukan kegiatan sosial. Jadi setiap karyawan yang dibawahi Unit Teater dan Pentas merupakan sebuah kewajiban untuk terlibat dalam pelaksanaan pertunjukan Sendratari Ramayana. Meskipun Griffin (2000) menyatakan gaya kepemimpinan stage manager adalah gaya yang berorientasi kepada pekerjaan. Hal tersebut hanya dipandang dari pengarahan yang dilakukan oleh stage manager saat melakukan pertemuan. Pada paragraf sebelumnya telah dijelaskan bahwa, stage manager memberikan pekerjaan tidak menekankan kepada pekerjaan yang telah diberikan. Pelaksana pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan merupakan team work yang harus saling membantu, saling mengisi dan gotong royong. Dari penejelasan tersebut peneliti melihat adanya upaya untuk mengedepankan team work. Sedangkan menurut Griffin (2000) sendiri bahwa gaya employee-centered leader behavior merupakan gaya yang berorientasi kepada orang-orang cenderung memberikan perhatian pada pemeliharaan tim dan memastikan seluruh orang-orang mendapatkan kepuasan dalam setiap pekerjaannya. Gaya ini lebih mendominasi saat peneliti melakukan pengamatan di lapangan. Kemudian stage manager secara fungsi selalu menegaskan dengan istilah kami adalah team work. Selain itu menurut peneliti, stage manager sebagai pemimpin dalam pertunjukan, budaya juga sangat berpengaruh saat stage manager memberikan motivasi, membangun komunikasi dan team work. Dimana stage manager ketika dalam proses pelaksanaan terlihat adanya gotong royong yang diberlakukan dalam manajemen panggung tersebut. Gotong royong sudah menjadi kebiasaan di manajemen pertunjukan Sendratari Ramayana. Meskipun dipertunjukan tersebut memiliki koordinator, ketika sudah dilapangan semua terlihat saling
membantu dan saling mengisi. Dan mereka juga tetap bertanggung jawab dan disiplin atas pekerjaan yang telah di instruksikan oleh stage manager. Ini merupakan ciri khas dari manajemen pertunjukan Sendratari Ramayana ketika melihat dari sudut pandang budaya. Kepemimpinan stage manager dalam manajemen panggung pertunjukan Sendratari Ramayana dipengaruhi juga latar belakang kebudayaan dari seorang pemimpin. Menurut (A.F.Stoner,.et.,al 1995:165) fungsi kepemimpinan berhubungan dengan tugas dan pemeliharaan kelompok cenderung diekspreiskan dengan dua gaya kepemimpinan yang berbeda. Manajer yang mempunyai gaya berorientasi pada tugas mengawasi karyawan secara ketat untuk memsatikan tugas dilaksanakan dengan karyawan atau kepuasan pribadi. Manajer dengan gaya berorientasi pada karyawan lebih menekankan pada memotivasi dari pada mengendalikan karyawan. Secara khusus gaya kepemimpinan dalam penelitian ini berdasarkan dari fungsi kemudian dapat ditentukan gaya kepemimpinan. Namun dalam hal ini, beberapa ahli dalam kepemimpinan untuk menentukan sebuah gaya harus menggunakan pengukuran dengan beberapa pendekatan. Seperti yang dilakukan oleh Fiedler (1965) dalam (A.F.Stoner,.et.,al 1995:172) mengukur gaya kepemimpinan pada skala tingkat seseorang menguraikan secara mengnuntungkan atau merugikan rekan sekerjanya yang paling tidak disukai. Kemudian Fiedler mengidentifikasi tiga macam “situasi kepemimpinan” atau variabel yang membantu menentukan gaya kepemimpinan mana yang efektif: hubungan pemimpin-anggota, struktur tugas dan kekuasaan posisi pemimpin. Berdasarkan keseluruhan pemahaman di atas mengenai gaya kepemimpian yakni dilihat dari fungsinya maka kepemimpinan stage manager di pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan memiliki gaya kepemimpinan berorientasi kepada karyawan dan pekerjaan. Namun, dalam hal ini perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai gaya kepemimpinan yang dapat dinilai secara kuantitatif. NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 93
D. Penutup Manajemen panggung pertunjukan Sendratari Ramayan Prambanan secara struktur organisasi memiliki bentuk struktur organisasi formal dan informal, dan dibentuk berdasarkan fungsional dan produksi (project). Standar Operasional Pekerjaan merupakan acuan formalitas untuk uraian pekerjaan pelaksana pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Pada proses manajemen panggung mimiliki dua tahapan, yakni sebelum pertunjukan. Pada tahapan pertama ini dilakukan proses persiapan sebelum pertunjukan, dimulai dari pukul 15.30 WIB. Pada bagian parkir mempersiapkan parkiran, kebersihan dan persiapan properti, kemudian chek sound, chek lighting dan clear area. Tahapan ke dua yakni pertunjukan, stage manager mengontrol jalannya pertunjukan dan setiap koordinator melakukan koordinasi dengan stage manager untuk memberikan informasi. Stage manager sendiri melakukan koordinasi pada pimpinan produksi untuk memberikan informasi situasi pertunjukan Sendratari Ramayan. Kepemimpinan stage manager dalam manajemen panggung pertunjukan Sendrataari Ramayana memberikan motivasi dengan pujian kepada setiap koordinator saat pertunjukan sukses dan memberikan motivasi saat dilakukan pengarahan. Membangun pola komunikasi menyeluruh setiap koordinator dan artis agar tidak ada kesalah pahaman dalam proses pertunjukan. Memberikan pemahaman bahwa pentingnya kelompok kerja untuk kelangsungan pertunjukan Sendratari Ramayana. Kemudian gaya kepemimpinan stage manager berdasarkan istilah dari gaya yang berorientasi kepada pekerjaan saat dilakukannya pengarahan dan orientasi pada karyawan saat pertunjukan akan dilaksanakan. Kepemimpinan stage manager diperlukan dalam manajemen panggung pertunjukan Sendratari Ramayana untuk mengatur jalannya pertunjukan. Merupakan 94 | Volume 2 Edisi 1, 2015
pengambil keputusan saat terjadi permasalahan dalam pertunjukan atau dalam proses sebelum pertunjukan. Membangun kebersamaan team work untuk keberlangsungan pertunjukan Sendratari Ramayana. Hubungan antara pelaksana pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan dan kelompok tari/koreografer, merupakan hubungan secara tidak langsung. Stage manager cukup memberikan evaluasi untuk setiap pertunjukan dan dikonfirmasikan ke pimpinan tari/koreografer. Stage manager pada pertunjukan Sendratari Ramayana, memberikan tanggung jawab penuh kepada pimpinan kelompok tari/koreografer mengenai gerakan dan kekompkan penari dalam pertunjukan.