Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
Jurnal Visioner & Strategis
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012 ISSN: 2338-2864 p. 107-123
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
The visioner of leadership is leadership form that sterss on good vision in working together among the member of in company. A successfull leader not only has good idea, financial, and courageous in wprking but also has the ability to develop her/his business, appreciate the potency of the offialdom, able to guide her/his members to work more with the great motivate to reach the target.
Yanita
Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe
Keywords: Leadership, visioner, motivation, discipline.
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
107
Yanita
PENDAHULUAN Dalam konteks organisasi, realitas menunjukkan bahwa motivasi dan profesionalisme pegawai banyak dipengaruhi oleh persoalan kepemimpinan, karena keberhasilan manajemen pemerintahan akan ditentukan oleh efektifitas kepemimpinan sehingga kepemimpinan atau leadership dapat dikatakan inti dari manajemen pemerintahan, Ali (2007). Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja, antara lain : motivasi, kepemimpinan, lingkungan kerja, insentif, budaya kerja dan disiplin, Parlinda dan Wahyuddin (no date). Dewasa ini kepemimpinan menjadi perhatian banyak orang dimana sangat dibutuhkan pemimpin visioner yang akan mengarahkan mereka, para pemimpin yang ulet dan percaya pada kemampuannya, berani mengambil resiko, lugas dan bersemangat serta mampu memberikan inspirasi dan dorongan, Nanus (2001). Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu membawa organisasi sesuai dengan asas-asas manajemen modern sekaligus bersedia memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada bawahan, karena itu keberhasilan seorang pemimpin dapat dilihat dari produktifitas dan prestasi yang dicapainya, juga dapat dinilai dari kepiawaiannya dalam memimpin suatu organisasi, Rivai dan Arifin (2009 : 7). Lebih jauh Hesselbein dan Johnston, (2005) mengatakan bahwa pemimpin harus memiliki kemampuan memprediksi, mengkalkulasikan dan merancang berbagai solusi untuk menyikapi setiap perubahan yang terjadi dengan cepat di sekitarnya. Sementara itu Gibson (1977 dalam Notoatmodjo 2009 : 124) menyebutkan faktorfaktor yang menentukan kinerja seseorang diantaranya, organisasi yang terdiri dari kepemimpinan, struktur organisasi, sikap terhadap pekerjaan, motivasi dan kepribadian. Kepemimpinan visioner selalu berupaya untuk menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis, mengenai masa depan organisasi dimana kepemimpinan yang efektif mempunyai empat peran penting, yakni sebagai penentu arah, sebagai agen perubahan (agent of change), 108
juru bicara (spokesperson) dan sebagai pelatih (coach), Nanus (2001 : 17) Keberhasilan suatu institusi atau organisasi ditentukan oleh dua faktor utama, yakni sumber daya manusia, karyawan atau tenaga kerja, sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas kerja, sumberdaya manusia lebih penting daripada sarana dan prasarana pendukung, sebab secanggih dan selengkap apapun fasilitas yang tersedia dalam suatu organisasi tanpa adanya sumber daya yang memadai, maka niscaya organisasi tersebut tidak dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasinya, Notoatmodji (2009 : 124). Peran kepemimpinan sangat strategis dan penting dalam suatu organisasi sebagai salah satu penentu keberhasilan dalam pencapaian misi, visi dan tujuan organisasi, Porter (1996) dalam Baihaqi (2010). Sementara menurut Siagian (1983) yang mengatakan bahwa keberhasilan atau kegagalan yang dialami sebagian besar organisasi sangat ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki orang-orang yang diserahi tugas memimpin organisasi. Hal senada juga disampaikan oleh Suranta (2002) bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Salah satu cara untuk dapat tercapainya tujuan organisasi adalah dengan menerapkan kepemimpinan visioner sebagaimana dikemukakan oleh Kartanegara (2003) dalam Ardi (2011) kepemimpinan visioner adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas. Seseorang layak disebut sebagai pemimpin visioner, memang bukan hanya diukur dari kemampuannya melahirkan ide-ide inovatif dan keberaniannya menantang resiko, tetapi yang tak kalah penting adalah mempersiapkan dan mengembangkan model kepemimpinan yang lebih terdesentralisasi dan melembaga, Sugihartati (2008). Menurut Masrukhin dan Waridin (2006) Jurnal Visioner & Strategis
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
mengatakan bahwa kepemimpinan, motivasi kerja, kepuasan kerja, budaya organisasi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Sementara Lodge dan Derek dalam Heriyanti (2007) menyebutkan bahwa perilaku pemimpin memiliki dampak signifikan terhadap sikap, perilaku dan kinerja karyawan, efektifitas pemimpin dipengaruhi karakteristik karyawan dan terkait dengan proses komunikasi antar pemimpin dan bawahan. Lebih jauh Gibson et al (1995: 56) memberikan gambaran lebih rinci dan komprehensif tentang faktor–faktor yang berpengaruh terhadap kinerja, yaitu: a. Variabel individu, meliputi kemampuan, keterampilan, mental fisik, latar belakang keluarga, tingkat sosial, pengalaman, demografi (umur, asal – usul, jenis kelamin). b. Variabel organisasi, meliputi sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desain pekerjaan. c. Variabel psikologis yang meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Sementara itu menurut Timple dalam Mangkunegara (2006) kinerja terdiri dari dua faktor yaitu : a. Faktor Internal yang terkait dengan sifat-sifat seseorang misalnya kinerja baik disebabkan mempunyai kemampuan tinggi dan tipe pekerja keras. b. Faktor Eksternal yang terkait dengan lingkungan seperti perilaku, sikap dan tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi. Menurut Fahmi (2011 : 2) “ kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi, baik organisasi tersebut bersifat profit dan nonprofit oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu. Lebih jauh Bastian (dalam Fahmi 2011) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Kemudian elemen lain yang merupakan hal penting dalam organisasi selain kepemimpinan Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
visioner adalah motivasi. Handoko (2003) menjelaskan bahwa motivasi kerja yaitu keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Selain motivasi, faktor penting dalam organisasi pemerintah adalah disiplin. Menurut Setiyawan dan Waridin (2006) mendefinisikan disiplin sebagai keadaan ideal dalam mendukung pelaksanaan tugas sesuai aturan dalam rangka mendukung optimalisasi kerja, tanpa adanya disiplin yang baik jangan harap akan dapat diwujudkan sosok pemimpin atau karyawan ideal sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat dan organisasi. Fathoni (2006 : 126) memberikan definisi disiplin sebagai suatu kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma yang berlaku. Sejalan dengan diberlakukannya UndangUndang Nomor 43 Tahun 1999 tentang “Pokokpokok Kepegawaian” pasal 3 ayat (1) Pegawai Negeri Sipil berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan (Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999) dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dimana dalam pasal 1 diatur secara jelas bahwa “Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin”. Sukses tidaknya organisasi dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sangat dipengaruhi oleh kedisiplinan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil mempunyai peran yang sangat menentukan keberhasilan dalam meraih tujuan dan merupakan kunci dalam menentukan berhasil tidaknya organisasi pemerintahan. Menurut Wirawan (2009) dan Suranta (2002) dalam Abdilah (2011) ada beberapa variabel yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai antara lain: a. Gaya kepemimpinan yang biasa diterapkan 109
Yanita
pimpinan kepada bawahan atau pegawai dalam rangka proses kepemimpinannya. b. Motivasi kerja yang biasa diberikan pemimpin atau organisasi kepada bawahan atau pegawai. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja adalah motivasi. Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang individu yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku, Gibson, Ivancevich & Donnelly (no date). Menurut Hakim (2006) menyatakan bahwa pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan menunjukkan hubungan positif dan signifikan. Lebih lanjut menurut Brahmasari dan Suprayitno (2008) mengatakan bahwa motivasi dan budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja sedangkan kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan serta motivasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Selanjutnya Listianto dan Setiaji (2007) menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Dari penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara motivasi dan kinerja berbanding lurus, artinya bahwa semakin tinggi motivasi karyawan dalam bekerja maka kinerja yang dihasilkan juga tinggi. Berkaitan dengan kinerja, motivasi mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan produktivitas kerja pegawai, apabila seorang termotivasi, maka semangat kerja akan semakin tinggi dan pada akhirnya akan berpengaruh pada prestasi kerja. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Kepemimpinan Jusmaliani (2010 : 195) memberikan pengertian kepemimpinan adalah “kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan organisasi. Sumber pengaruh ini dapat formal seperti yang diberikan oleh pejabat atau para manajer yang memegang posisi dalam organisasi perusahaan ataupun informal sebagai yang dimiliki oleh mereka yang mampu memberikan pengaruh tanpa harus menduduki jabatan pimpinan”. 110
Kepemimpinan berorientasi pada dua dimensi yaitu orientasi pada tugas dan orientasi hubungan dengan bawahan sebagaimana teori dari Hersey dan Blanchard dalam Jusmaliani (2011 : 198) yang dikatergorikan menjadi tinggi atau rendah dan selanjutnya dikombinasikan pada empat perilaku spesifik dari pemimpin yaitu : a. Menjelaskan (telling) untuk kondisi dimensi orientasi pada tugas tinggi sedangkan dimensi hubungan rendah; perilaku pemimpin disini harus directive. b. Menjual (selling) untuk kondisi dimensi tugas tinggi dan dimensi hubungan juga tinggi; perilaku pemimpin direktive dan sekaligus supportive. c. Berpartisipasi (participacing) untuk kondisi dimensi tugas rendah dan dimensi hubungan tinggi. Pemimpin dan bawahan bersama membuat putusan, peran utama pemimpin adalah memfasilitasi dan berkomunikasi. d. Mendelegasikan (delegating) untuk dimensi tugas rendah dan dimensi hubungan juga rendah. Pemimpin hanya memberikan sedikit sedikit pengarahan dan sedikit support. Pemimpin dalam mewujudkan good governance hendaknya kepemimpinan yang visioner, bersih, berwawasan, demokratis, responsif dan responsibel. Lebih lanjut Robbins (2008 : 49) “kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang ditetapkan”. Sedangkan menurut Rivai, (2004 : 2) “kepemimpinan adalah proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikutnya untuk mencapai tujuan dan mempengaruhi kelompok dan budayanya” Lebih lanjut Agustian (2007 : 158) membagi kepemimpinan dalam lima tingkatan yaitu : a. Pemimpin yang dicintai b. Pemimpin yang dipercaya c. Pebimbing d. Pemimpin yang berkepribadian e. Pemimpin yang abadi Berdasarkan hal tersebut di atas maka jelaslah bahwa tingkat keberhasilan seseorang Jurnal Visioner & Strategis
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
sangat ditentukan pada seberapa tinggi tingkat kepemimpinannya. Tingkat kepemimpinan seseorang juga menentukan seberapa besar dan seberapa jauh tingkat pengaruhnya terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya. Kepemimpinan Visioner Kepemimpinan visioner merupakan kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis dan menarik tentang masa depan organisasi dan ke arah mana tujuan organisasi. Visi adalah daya pandang yang jauh, mendalam dan luas yang merupakan daya fikir abstrak yang memiliki kekuatan amat dahsyat dan dapat menerobos segala batas-batas fisik, waktu dan tempat. Gaffar, (1994) dalam Fataruba (2010). Sementara Nanus (2001 : 9-10) mendefinisikan “visi adalah pernyataan tujuan ke mana masa depan organisasi akan dibawa, sebuah masa depan yang lebih baik, lebih berhasil, atau lebih diinginkan dibandingkan dengan kondisi sekarang”. Lebih lanjut Raharjo dalam Mulyono (2008) visi adalah bayangan tentang masa depan organisasi baik itu perusahaan atau lembaga. Hal senada dikemukakan oleh Lembaga Administrasi Negara (2005) visi adalah berkaitan dengan pandangan ke depan, ke mana instansi pemerintah harus dibawa dan diarahkan, agar dapat bekerja secara eksis, konsisten, antisipatif, inovatif dan produktif. Kepemimpinan visioner adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas, Kartanegara, (2003) dalam Ardi, 2011). Hal senada dikemukakan oleh Golleman et.al (2006) dalam Sutja (2010) kepemimpinan visoner adalah gaya atau kemampuan seseorang untuk menggerakkan orang lain mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan cara pandang ke depan yang realistik, lebih sederhana lagi pengertian kepemimpinan visioner adalah kemampuan menggerakkan orang–orang ke arah impian bersama. Dari beberapa pengertian yang telah Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa visi merupakan suatu gambaran masa depan mengenai keadaan organisasi yang dicitacitakan, yaitu organisasi yang lebih baik, inovatif, kompetitif dan mampu mengubah diri serta lingkungan. Lebih lanjut Rivai dan Arifin, (2009 : 215) menyebutkan indikator (ciri-ciri) kepemimpinan sebagai berikut : a. Percaya diri b. Menyenangkan c. Ramah tamah d. Sabar e. Berhati-hati f. Akurat g. Logis h. Fokus kualitas. Nanus (2001 : 15-18), menyebutkan ada empat peran yang harus dimainkan oleh pemimpin visioner dalam melaksanakan kepemimpinannya, yaitu: a. Peran penentu arah (direction setter). Peran ini merupakan peran di mana seorang pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih pada masa depan. Hal ini bagi para ahli dalam studi dan praktek kepemimpinan merupakan esensi dari kepemimpinan. Sebagai penentu arah, seorang pemimpin menyampaikan visi, mengkomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan, serta meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang benar, dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha menuju masa depan. b. Agen perubahan (agent of change). Agen perubahan merupakan peran penting kedua dari seorang pemimpin visioner. Dalam konteks perubahan, keinginan para stakeholders. para pemimpin yang efektif harus secara konstan menyesuaikan terhadap perubahan dan berpikir ke depan tentang perubahan potensial dan yang dapat dirubah. Hal ini menjamin bahwa pemimpin disediakan untuk seluruh situasi atau peristiwa-peristiwa yang dapat mengancam kesuksesan organisasi saat ini, dan yang paling penting masa depan. Akh111
Yanita
irnya, fleksibilitas dan resiko yang dihitung pengambilan adalah juga penting lingkungan yang berubah. c. Juru bicara (spokesperson). Memperoleh “pesan” ke luar, dan juga berbicara, boleh dikatakan merupakan suatu bagian penting dari memimpikan masa depan suatu organisasi. Seorang pemimpin efektif adalah juga seseorang yang mengetahui dan menghargai segala bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi masa depan. Pemimpin, sebagai juru bicara untuk visi, harus mengkomunikasikan suatu pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi-secara internal dan secara eksternal. Visi yang disampaikan harus “bermanfaat, menarik, dan menumbulkan kegairahan tentang masa depan organisasi.” d. Pelatih (coach). Pemimpin visioner yang efektif harus menjadi pelatih yang baik. Dengan ini berarti bahwa seorang pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk mencapai visi yang dinyatakan. Seorang pemimpin mengoptimalkan kemampuan seluruh “pemain” untuk bekerja sama, mengkoordinir aktivitas atau usaha mereka, ke arah “pencapaian kemenangan,” atau menuju pencapaian suatu visi organisasi. Pemimpin, sebagai pelatih, menjaga pekerja untuk memusatkan pada realisasi visi dengan pengarahan, memberi harapan dan membangun kepercayaan di antara pemain yang penting bagi organisasi dan visinya untuk masa depan. Dalam beberapa kasus, hal tersebut dapat dibantah bahwa pemimpin sebagai pelatih, lebih tepat untuk ditunjuk sebagai “player-coach.” Sementara itu menurut Nanus (1992 dalam Ardi, 2011) pemimpin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci yaitu: a. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan komponen lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.” b. Memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala 112
ancaman dan peluang. c. Memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved vision). d. Memiliki atau mengembangkan peluang untuk mengantisipasi masa depan. Sedangkan menurut (Goleman dalam Kurniawan 2010) salah satu gaya kepemimpinan yang paling positif adalah kepemimpinan visioner, yaitu kemampuan pemimpin untuk menggerakkan orang ke arah impian bersama. Kepemimpinan ini berdampak sangat positif terhadap suasana emosi organisasi. Kepemimpinan visioner ini tepat digunakan ketika perubahan membutuhkan visi baru atau ketika dibutuhkan arah yang jelas. Menurut Antonio (2008) dalam Jusmaliani (2011 : 200-201) menyebutkan bahwa teladan kepemimpinan sesungguhnya terdapat pada diri Rasulullah Saw karena ia adalah pemimpin yang hilostic, accepted dan proven. Holistik karena beliau adalah pemimpin yang mampu mengembangkan leadership dalam berbagai bidang termasuk diantaranya, self development, bisnis dan entrepreneurship kehidupan rumah tangga yang harmonis. Kepemimpinan accepted karena diakui lebih dari 1,3 milyar manusia. Sedangkan kepemimpinan proven karena sudah terbukti sejak lebih dari 15 abad yang lalu dan hingga hari ini masih relevan diterapkan. Lebih lanjut Hilal (2005) dalam Wahidin (2008) mengemukakan bahwa seorang pemimpin harus memiliki sekurang-kurangnya lima syarat, yaitu: 1. Muslim 2. Berilmu 3. Adil 4. Memiliki kemampuan memimpin 5. Sehat jasmani sehingga dapat menjalankan tugas-tugasnya. Sosok pemimpin teladan adalah sosok pemimpin yang mampu menyelenggarakan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin serta memiliki daya kenegarawanan dan keteladanan. Lebih Jurnal Visioner & Strategis
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
lanjut Sujatno (2009) tipe pemimpin teladan adalah pemimpin yang memenuhi 4 pilar suri teladan para Nabi dan Rasul yaitu : 1. Siddiq, yaitu jujur, benar berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan; 2. Amanah, yaitu dapat dipercaya, memiliki legitimasi dan akuntabel; 3. Tabligh, yaitu senantiasa menyampaikan risalah kebenaran, tidak pernah menyembunyikan yang wajib disampaikan; 4. Fathanah, yaitu cerdas, memiliki intelektualitas yang tinggi dan profesional. Lebih lanjut seorang filosof Islam termasyhur Alfarabi (257-339 H/870-950 M dalam Riza (2012 : 8) mempersyaratkan kepemimpinan moral dalam suksesi kepemimpinan,sebagai berikut : a. Lengkap anggota badannya b. Mempunyai daya paham yang baik c. Intelektual d. Cakap dalam mengemukakan argumentasi sehingga mudah dipahami rakyat e. Cinta pendidikan dan ilmu pengetahuan f. Tidak tamak, bukan pemabuk dan penzina g. Cinta kejujuran dan membenci kebohongan h. Berjiwa besar dan berakhlaq karimah i. Tidak mengutamakan kemegahan dan kemewahan j. Pencinta keadilan dan benci kezaliman k. Tanggap terhadap penegakan hukum berkeadilan l. Istiqamah dan berani menjalankan kebenaran. Sementara Kurniawan (2010) mengatakan ada empat karakter dan model kepemimpinan berdasarkan Al Qur’an yang dapat menjadi contoh teladan bagi kita yaitu : a. Hafiizun Alim (memelihara dan berilmu) yakni kepemimpinan model Nabi Yusuf as. b. Basthathan fil Ilmi wal Jism (Kuat dalam Ilmu dan Fisik) yakni Kepemimpinan Model Nabi Daud as. c. Qawiyyul Amiin (Teguh dan Amanah) yakni Kepemimpinan Model Nabi Ibrahim as.. d. Raufurrahim (Bersikap Lembut dan Penyayang) yakni Kepemimpinan Model Nabi Muhammad saw. Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
Lebih lanjut Kurniawan (2010) menyebutkan prinsip-prinsip dasar kepemimpinan menurut Al Qur’an sebagai berikut : a. Hikmah, Mengajak manusia dengan penuh Hikmah (Qs An Nahl : 125) b. Diskusi dengan cara yang baik, jika ada perbedaan berdiskusi dengan cara baik (QS An Nahl : 125) c. Qudwah, memimpin dengan memberi contoh ( QS Al Ahzab : 21) d. Pelajaran yang baik, orang akan ikhlas menerima perintah jika dia memahami apa manfaat yang didapatkannya (QS An Nahl : 125) e. Musyawarah, kalau ada perintah yang akan dikerjakan sebaiknya melakukan musyawarah dengan orang yang kita pimpin (QS Ali Imran: 159) f. Keadilan, menjadi pemimpin dengan sikap adil, yaitu proporsional dan tidak memihak. QS An Nisaa : 58 g. Kebebasan berpikir dan kreativitas (ijtihad). Rasul saw menerima pendapat dan ijtihad para sahabatnya h. Ikatan hati, kelembutan dan saling mendoakan orang yang dpimpinnya. QS Ali Imran : 159 i. Empati terhadap masalah dan keadaan orang yang dipimpin (QS Ali Imran : 159. j. Mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi orang lain. Rasul saw mengutus para sahabatnya untuk berdakwah menggantikan posisinya ke Madinah, Habasyah, Yaman dan lain-lain. Lebih lanjut tugas utama seorang pemimpin menurut Stonen (dalam Sitompul, 2010) adalah: a. Pemimpin bekerja dengan orang lain Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi. b. Pemimpin adalah tanggungjawab dan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas). Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggungjawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan. 113
Yanita
c. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas. Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efesien dan menyelesaikan masalah secara efektif. d. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual. Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain. e. Pemimpin adalah seorang mediator. Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah). f. Pemimpin adalah politisi dan diplomat. Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya. g. Pemimpin membuat keputusan yang sulit. Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah atau persoalan yang dihadapi. Lebih jauh, Rivai dan Arifin (2009 : 267) menyebutkan bahwa seorang pimpinan adalah orang yang mempunyai kemampuan sebagai pemimpin yaitu : a. Dapat dipercaya oleh pengikutnya/ follower. b. Mempunyai pengaru positif yang kuat terhadap pengikutnya. c. Saling melayani dengan pengikutnya d. Mampu menjadi navigator yang andal. e. Menumbuhkan kreativitas pengikutnya. Kemudian Tasmara (2002 : 102103) mendefinisikan kepemimpinan ialah “kemampuan untuk mengambil posisi dan sekaligus memainkan peran (role) sehingga kehadiran dirinya memberikan pengaruh pada lingkungannya, seorang pemimpin adalah orang yang mempunyaai personalitas yang tinggi”. Lebih lanjut Tasmara (2002 : 103) memaparkan 114
bahwa dalam Islam ” seorang pemimpin harus memiliki pandangan atau wawasan ke depan (visioner leadership), gaya kepemimpinan seperti ini merupakan salah satu gaya kepemimpinan Rasulullah yang memiliki prinsip-prinsip serta wawasan ke depan (future outlook) bahkan gagasan pemikiran pemikiran beliau jauh melampaui zamannya dimana kepemimpinan beliau adalah bentuk kepemimpinan dengan keteladanan, uswatun hasanah (leadership by example) dimana kepemimpinan beliau terpadu tiga komponen yang mutlak dibutuhkan oleh para pemimpin yaitu vision, value dan vitality. Selanjutnya menurut Covey (1997) dalam bukunya yang berjudul “Principle Centered Leadership” Ibrahin, (2001) dalam Sitompul (2010) menguraikan prinsip-prinsip kepemimpinan itu sebagai berikut : a. Selalu Belajar (Belajar Seumur Hidup). Belajar tidak diartikan melalui pendidikan formal saja, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar, terbuka terhadap saran-usul dan kritik. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar. b. Berorientasi pada pelayanan Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik. c. Memancarkan energi positif. Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif. d. Percaya pada orang lain. Seorang pemimpin mampu memberikan kepercayan pada orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka termotivasi untuk bekerja lebih baik. Kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian. e. Hidup seimbang. Seorang pemimpin harus dapamenyeimbangkan tugasnya dan beroriJurnal Visioner & Strategis
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
entasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara pekerjaan dan kemampuan untuk menjaga kesehatan (melaui olah raga, rekreasi, istirahat yang cukup). Keseimbangan kebutuhan phisik dan psikis. Keseimbangan antara kehidupan dunia dan akherat. f. Melihat kehidupan sebagai petualang. Dalam hal ini ‘petualang‘ berarti kemampuan untuk menikmati hidup dengan segala konsekuensinya. Karena hidup adalah suatu petualangan yang membutuhkan inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan dari dalam diri sendiri. g. Sinergitas (Kompak) Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergistik dan merupakan katalis (media) perubahan. Dia selalu mengatasi kelemahannya dirinya dengan kekuatan orang lain. Sinergi adalah bekerjasama (working together) yang memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja. h. Latihan mengembangkan diri sendiri. Seorang pemimpin harus selalu memperbaharui diri agar mampu mencapai keberhasilan yang tinggi. Oleh karena itu orientasi jangan hanya pada produk, tetapi juga pada proses. Proses ini berhubungan dengan pemahaman dan pendalaman, memperluas melalui belajar dan pengalaman diri sendiri dan orang lain, penerapan prinsip-prinsip dan pemantauan hasil. Selanjutnya menurut Sofa (2008) beberapa karakteristik pemimpin visioner yaitu : a. Sebagai penentu arah dimana pemimpin harus mampu menyusun langkah berbagai sasaran yang dapat diterima sebagai suatu kemajuan rill oleh semua elemen bangsa. Seperti nakhoda, pemimpin harus mampu menentukan arah negara dalam situasi dan kondisi apapun dengan langkah-langkah yang tepat untuk mengamankan, menyelamatkan atau dalam memajukan negara dengan langkah revolusioner sekalipun (bila benar-benar dibutuhkan). Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
b. Sebagai agen perubahan pemimpin harus mampu mengantisipasi berbagai perkembangan di bunia luar, memperkirakan implikasinya terhadap negara, menciptakan sense of urgency dan prioritas bagi perubahan yang disyaratkan oleh visi, mempromosikan eksperimentasi dan memberdayakan orangorang untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan. Gambaran sederhana pemimpin sebagai agen perubahan adalah rakyat yang tadinya disiplin menjadi berdisiplin tinggi, rakyat yang tadinya dihantui konflik etnis dan agama menjadi penuh toleran, rakyat yang tadinya membuang sampah sembarangan menjadi membuang sampah pada tempatnya. c. Sebagai orator ulung, yang mampu mengkomunikasikan visi dan misinya kepada rakyat sehingga rakyat antusias mendengarkan dengan penuh perhatian ketika pemimpin tersebut memberi pencerahan. Selain itu pemimpin juga harus bisa berdiplomasi di tingkat dunia untuk mempromosikan berbagai gagasannya yang orsinil dan universal. d. Sebagai guru dan pemberi teladan yang baik, pemimpin harus sanggup dan mampu dijadikan cermin bagi warganya dan sanggup menjadi tauladan yang baik kepada siapapun. Pemimpin harus menjaga ahlaknya karena pemimpin sebagai pusat perhatian, pemimpin juga harus menciptakan banyak karya dan keberhasilan sebab pemimpin akan dicontoh oleh warganya. Contoh kepemimpinan transfomasional sekaligus visioner bisa kita perhatikan ada pada diri nabi dan rasul sejak zaman Nabi Adam AS sampai Nabi Muhammad SAW dan terutama Rasul Ulul Azmi. Rasul Ulul Azmi dikenal dengan rasul yang mempunyai banyak keinginan dan harapan untuk kemajuan peradaban manusia dan mampu mengatasi krisis kemanusian pada zamannya sehingga manusia pada saat itu mendapat bimbingan dan tercerahkan serta mempunyai efek (pengaruh) yang sangat besar sampai pada kehidupan masa kini. Rasul Ulul Azmi tersebut adalah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad.
Lebih jauh, Hart sang penulis buku 115
Yanita
“Seratus Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah” dalam Agustian (2007 : 161) mengatakan bahwa “Muhammad bukan saja pemimpin agama, tetapi juga pemimpin dunia. Hart menilai, adanya kombinasi yang tak tertandingi yang mampu dipegangnya secara seimbang, antara agama dan duniawi, melekat erat dalam diri Nabi Muhammad, sehingga Muhammad itu manusia paling berpengaruh dalam sejarah manusia”. Sementara itu Rivai dan Arifin (2009 : 8) menyebutkan “untuk mendapatkan pemimpin yang sesuai dengan era kini diperlukan kejelian dalam menghadapi segala permasalahan yang ada, mempunyai kemampuan memimpin dan kemampuan intelektual. Selain itu seorang pemimpin hendaknya mempunyai karisma untuk melakukan transformasi atau perubahan dalam organisasi dan juga transformasi dalam pemikiran individu serta pihak-pihak yang ada dalam organisasi”. Menurut Sofa (2008) kepemimpinan visioner harus bisa menjadi penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih oleh karena itu seorang pemimpin visioner harus : a. Menyusun arah dan secara personal sepakat untuk menyebarkan kepemimpinan visioner ke seluruh organisasi. b. Memberdayakan para karyawan dalam bertindak untuk mendengar dan mengawasi umpan balik. c. Selalu memfokuskan perhatian dalam membentuk organisasi mencapai potensi terbesarnya. Keberhasilan manajemen pemerintahan sangat dipengaruhi oleh efektivitas kepemimpinan, sehingga kepemimpinan atau leadership dapat dikatakan inti dari manajemen pemerintahan. Seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola bawahannya, karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya, Waridin dan Guritno, (2005). Namun pada kenyataannya, masih terdapat karyawan yang kurang mendapat dukungan dan perhatian dari pimpinan sehingga berakibat pada menurunnya kinerja pegawai yang berdampak pada produktifitas organisasi menjadi kurang optimal dan tidak tercapainya 116
visi organisasi tersebut. Pada sisi lain dengan adanya program kesejahteraan diharapkan dapat memenuhi berbagai kebutuhan para karyawan sehingga menimbulkan disiplin yang tinggi karena dengan disiplin yang tinggi berarti karyawan sadar dan bersedia bekerja dalam kondisi yang baik, bersungguh-sungguh dan dengan sepenuh hati melaksanakan tugas-tugasnya perlu adanya program kesejahteraan sehingga mendukung keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Hasibuan (2001:182) mengatakan bahwa “Pentingnya program kesejahteraan yang diberikan kepada karyawan dalam rangka meningkatkan disiplin kerja karyawan”. Tipe-tipe Pemimpin Menurut Siagian (2002) pemimpin dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe utama yaitu sebagai berikut : a. Tipe pemimpin otokratis b. Tipe pemimpin militeristis c. Tipe pemimpin pathernalistis d. Tipe pemimpin kharismatis e. Tipe pemimpin demokratis Sedangkan Robbins (2006) dalam Reza (2010) mengidentifikasikan empat jenis gaya kepemimpinan antara lain: a. Gaya Kepemimpinan Kharismatik. Para pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau yang luar biasa ketika mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka b. Gaya Kepemimpinan Transaksional. Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas persyaratan peran dan tugas. Gaya kepemimpinan transaksional lebih berfokus pada hubungan pemimpin-bawahan tanpa adanya usaha untuk menciptakan perubahan bagi bawahannya. c. Gaya Kepemimpinan Transformasional. Pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada hal-hal dan kebutuhan pengembangan dari masing-masing pengikut. Pemimpin Jurnal Visioner & Strategis
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
transformasional mengubah kesadaran para pengikut akan persoalan-persoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan cara-cara baru dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan dan mengilhami para pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai sasaran kelompok. d. Gaya Kepemimpinan Visioner. Kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit organisasi yang tengah tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Visi ini jika diseleksi dan diimplementasikan secara tepat, mempunyai kekuatan besar sehingga bisa mengakibatkan terjadinya lompatan awal ke masa depan dengan membangkitkan keterampilan, bakat dan sumber daya untuk mewujudkannya. Dari beberapa definisi kepemimpinan sebagaimana telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan itu meliputi : a. Adanya upaya saling mempengaruhi antar individu (pimpinan – bawahan) b. Situasi terjadinya proses tersebut (faktor lingkungan) c. Adanya dorongan dan arahan dari pimpinan. d. Adanya proses komunikasi tertentu e. Tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga halnya dengan disiplin yang merupakan salah satu indikator dari kinerja pegawai dalam merealisasikan tujuan organisasi, baik tujuan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan. Peran dan fungsi Pegawai Negeri Sipil menjadi kata kunci dapat tidaknya dilaksanakan secara berkesinambungan dalam rangka peningkatan kinerja pegawai negeri sipil dan harus benar-benar mampu mengemban tugas pokok dan fungsi yang pada akhirnya dapat memperlancar dan mempercepat tercapainya tujuan organisasi. Pegawai Negeri Sipil harus berwibawa, berdaya guna, bersih, loyal, penuh dedikasi pada bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta mampu menjalankan tugas pokok dan fungsi pada bidang masingmasing dan hanya mengabdikan diri kepada Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
kepentingan bangsa dan negara. Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud di atas, beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe antara lain : a. Memberikan kesempatan belajar ke jenjang yang lebih tinggi bagi pegawai dan pada gilirannya diharapkan pegawai mempunyai pengetahuan dan berwawasan luas sebagai pendukung dalam menunjang tugas sehari-hari. b. Melalui pelatihan dan pengembangan diri yang disesuaikan dengan bidang tugas yang diarahkan untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi demi kelancaran pelaksanaan tugas dan diarahkan untuk pengembangan karir dari pegawai secara perorangan. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata bahasa latin yaitu “moreve” yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku, Notoatmodjo (2009 : 114). Sementara motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan, menggerakkan dan menyalurkan perilaku, sikap dan tindak-tanduk seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan, Siagian (2011). Dorongan seseorang bekerja dipengaruhi adanya kebutuhan yang harus dipenuhi dan tingkat kebutuhan yang berbeda pada setiap pegawai sehingga dapat terjadi perbedaan motivasi untuk berprestasi. Menurut Robbins (2002 : 55) “motivasi yaitu keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu”. Selanjutnya Masrukhin dan Waridin (2006 dalam Reza 2010 : 18) mengemukakan bahwa motivasi merupakan faktor psikologis yang menunjukkan minat individu terhadap pekerjaan, rasa puas dan ikut bertanggungjawab terhadap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan. Buhler, (2004 : 191) memberikan definisi motivasi adalah proses yang menentukan seberapa banyak usaha yang akan dicurahkan untuk melaksanakan pekerjaan. Selanjutnya Hasibuan (2003 : 141) mengatakan bahwa “motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan agar mau 117
Yanita
bekerjasama secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan”. Kemudian Jusmaliani (2011 : 180) menyatakan bahwa “motivasi adalah faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu ke arah tujuan yang akan dicapainya”. Lebih lanjut Rivai dan Arifin (2009 : 387) memberikan definisi motivasi “sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja seseorang untuk melakukan perbuatan atau kegiatan tertentu”. Kemudian Stooner (1992) dalam Notoatmodjo (2009 : 115) mendefinisikan motivasi adalah sesuatu hal yang menyebabkan dan yang mendukung tindakan atau prilaku seseorang. Senada dengan hal tersebut di atas menurut Mangkunegara (2005) dalam Abdilah, 2011 : 28) “motivasi merupakan kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Lebih lanjut menurut Reksohadiprojo dan Handoko (1996 : 256) dalam Anikmah (2008) motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Rivai dan Arifin (2009 : 387) membagi motivasi kepada dua macam yaitu sebagai berikut : a. Motivasi finansial, yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan, imbalan tersebut sring disebut insentif. b. Motivasi nonfinansial, yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk financial/ uang, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusia dan sebagainya. Selanjutnya Maslow (dalam Robbins 2002 : 56) dan Ivancevich dkk, (2005: 148) menyebutkan bahwa ada lima tingkat kebutuhan yaitu : a. Kebutuhan fisik (berupa : lapar, haus, seks dan kebutuhan tubuh lainnya) b. Kebutuhan rasa aman (meliputi perlindungan dari bahaya fisik dan emosi). c. Kebutuhan sosial (meliputi kasih sayang, rasa memiliki, penerimaan dan persahabatan) d. Kebutuhan penghargaan (berupa pengakuan 118
dan perhatian dari orang lain) e. Kebutuhan aktualisasi diri (berupa pencapaian potensi diri dan pemenuhan kebutuhan diri sendiri. Seirama dengan teori Maslow yaitu teori ERG Aldelfer dalam Ivancevich at.el (2005 : 150) yang menyebutkan bahwa teori kebutuhan ada tiga tingkatan yaitu : a. Eksistensi (existence). Kebutuhan yang dipuaskan oleh factor-faktor seperti makanan, udara, imbalan dan kondisi kerja. b. Hubungan (relatedness). Kebutuhan yang dipuaskan oleh hubungan sosial dan interpersonal yang berarti. c. Pertumbuhan (growth). Kebutuhan yang terpuaskan jika individu membuat kontribusi yang produktif atau kreatif. Selain daripada hal tersebut di atas Jusmaliani (2011 : 192) menyebutkan bahwa Allah SWT dalam menciptakan manusia menganugerahkan lima naluri dasar yang merupakan kebutuhan primer yaitu : a. Agama (al-din), kebutuhan terhadap Tuhan selalu ada pada diri setiap manusia, apakah disadari atau tidak. b. Kehidupan (al-nafs), kebutuhan untuk kehidupan ini adalah yang diperlukann oleh jasad, misalnya makanan, kesehatan, rumah dan pakaian. c. Akal/ Intelektualitas ( al-Aql). Hal ini dapat ditafsirkan dengan selalu belajar, mengasah kecerdasan diri. d. Keturunan/Posterity (al-Nasl). Manusia secara naluri membutuhkan keturunan yang merupakan suatu kebanggaan, kebahagiaan dan kepuasan tersendiri, dipercaya Allah untuk membesarkan amanah yang dititipkan-Nya. e. Harta/Properti (al-Mal) Motivasi yang tinggi ditandai oleh semangat atau kegairahan karyawan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Motivasi kerja para pegawai tidak muncul begitu saja, akan tetapi ada faktor-faktor penyebabnya, artinya motivasi kerja hanya dapat diwujudkan apabila faktor-faktor pendorongnya dipahami. Hal ini sangat penting karena manusia Jurnal Visioner & Strategis
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
merupakan sumber daya terpenting dalam organisasi, baik organisasi swasta maupun pemerintah dalam rangka mencapai tujuannya. Dari beberapa definisi motivasi yang telah disebutkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan bagi seseorang untuk bekerja yang dipengaruhi oleh adanya kebutuhan yang harus dipenuhi dan tingkat kebutuhan yang berbeda pada setiap orang sehingga dapat terjadi perbedaan motivasi untuk berprestasi. Dimana motivasi mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan arahan dan yang memberikan motivasi guna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi, baik organisasi swasta maupun pemerintah. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Menurut Saydam (2000 : 257) dalam bukunya, “Manajemen Sumber Daya Manusia” faktorfaktor motivasi dibagi ke dalam dua kelompok yaitu : a. Faktor eksternal (karakteristik organisasi) Faktor eksternal yaitu lingkungan kerja yang menyenangkan, tingkat kompensasi, supervisi yang baik, adanya penghargaan atas prestasi, status dan tanggungjawab. b. Faktor internal (karakteristik pribadi). Faktor internal yaitu tingkat kematangan pribadi, tingkat pendidikan, keinginan dan harapan, kebutuhan, kelelahan dan kebosanan. Lebih lanjut Rivai dan Arifin (2009 : 396-398) menyebutkan bahwa motivasi dipengaruhi oleh : a. Pengaruh lingkungan fisik, dimana setiap orang menghendaki lingkungan yang baik untuk bekerja seperti lampu yang terang, bebas dari ganggua, dan sebagainya. b. Pengaruh lingkungan sosial terhadap motivasi. Manusia sebagai makhluk socsal dalam bekerja tidak semata-mata hanya mengejar penghasilan saja, tetapi juga mengharapkan bahwa dalam bekerja dia dapat diterima dan dihargai oleh orang lain. c. Kebutuhan pribadi. Pada dasarnya setiap manusia dalam hidupnya dikuasai oleh kebutuhan tertentu yang mendorong dia unVolume 1, Nomor 1, Maret 2012
tuk bekerja, dimana manusia memiliki 1001 macam kebutuhan. Berikut ini adalah jenis-jenis motivasi menurut Notoatmodjo (2009 : 131) yang dibagi menjadi 2 yaitu: a. Motivasi positif (incentive positive) yaitu suatu dorongan yang bersifat positif yakni pimpinan memberikan hadiah ataun reward kepada bawahan yang berprestasi atau kinernya baik, dengan hadiah yang diberikan akan meningkatkan semangat kerja para pegawai yang akhirnya akan memicu kinerja mereka lebih meningkat. b. Motivasi negative (incentive negative) yaitu memberikan pegawai ancaman hukuman kepada bawahan yang kurang berprestasi atau kinerjanya rendah, baik dengan teguran atau kalau perlu hukuman, pemecatan, penurunan pangkat dan sebagainya. Lebih lanjut Jawwad, (2006 dalam Jusmaliani, 2009 : 180) menyebutkan motivasi dipengaruhi banyak macam sebagaimana zaman Rasulullah lebih banyak member motivasi non –materi dalam bentuk pujian, perkataan maupun arahan. Misalnya perkataan Rasul kepada Abu Dzar ra, tiada yang dinaungi langit dan dipikul bumi yang lebih setia dari Abu Dzar. Dari beberapa faktor motivasi yang telah diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi seseorang tidak semata-mata dipengaruhi oleh imbalan dalam bentuk finansial akan tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan motivasi dalam bentuk pujian, senyuman atau sekedar sapaan dari sang pimpinan terhadap bawahan juga merupakan sesuatu penghargaan dan hal ini dapat membangkitkan semangat kerja karyawan atau pegawai dalam mencapai kinerja yang optimal karena bawahan merasa dihargai dan ini yang sering terlupakan oleh pimpinan. Untuk pengembangan organisasi motivasi mempunyai tujuan sebagai berikut (Hasibuan, 2003) : a. Mendorong gairah dan semangat kerja pegawai b. Meningkatkan kepuasan kerja pegawai yang pada akhirnya meningkatkan kinerjanya. 119
Yanita
c. Meningkatkan produktifitas kerja karyawan d. Meningkatkan loyalitas dan integritas karyawan e. Meningkatkan kedisiplinan karyawan f. Meningkatkan kehadiran kerja karywan. Pengertian Disiplin Menurut Jusmaliani (2011 : 305) “disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota memenuhi berbagai tuntutan berbagai ketentuan dengan kata lain suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk prilaku karyawan agar secara sukrela berusaha bekerja secara kooperatif. Lebih lanjut menurut Heidjrachman dan Husnan (2002 : 15) mengemukakan bahwa : “disiplin adalah setiap perseorangan dan juga kelompok yang menjamin adanya kepatuhan terhadap perintah dan berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang diperlukan seandainya tidak ada perintah”. Hal senada dikemukakan oleh Fathoni (2006 : 126) disiplin adalah “kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku”. Sedangkan menurut Davis (2002 : 112) “Disiplin adalah tindakan manajemen untuk memberikan semangat kepada pelaksanaan standar organisasi, ini adalah pelatihan yang mengarah pada upaya membenarkan dan melibatkan pengetahuanpengetahuan sikap dan perilaku pegawai sehingga ada kemauan pada diri pegawai untuk menuju pada kerjasama dan prestasi yang lebih baik”. Sementara menurut Suryohadiprojo (1989) disiplin itu merupakan suatu kesadaran bahwa tanpa disadari unsur ketaatan, tujuan organisasi tercapai, hal itu berarti bahwa sikap dan perilaku didorong adanya kontrol diri yang kuat, artinya sikap dan perilaku untuk mentaati peraturan organisasi muncul dari dalam dirinya. Sementara itu menurut Waridin (2006) dalam Novitasari (2008) menyebutkan indikator disiplin sebagai berikut : a. Penggunaan waktu secara efektif meliputi : ketepatan waktu dalam tugas dan penghematan waktu. b. Ketaatan terhadap peraturan meliputi : taat jam kerja, taat terhadap pimpinan dan taat terhadap prosedur/ metode kerja. 120
c. Tanggaungjawab dalam tugas dan pekerjaan meliputi : melaksanakan tugas sesuai rencana, mengvaluasi hasil pekerjaan dan keberanian menerima resiko (kesalahan) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin kerja dalam suatu perusahaan. Menurut Saydam (1996:202), faktor-faktor tersebut antara lain: a. Besar kecilnya pemberian kompensasi b. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan c. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan d. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan e. Ada tidaknya pengawasan pimpinan f. Ada tidaknya perhatian kepada pada karyawan g. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin. Lebih jauh Notoatmodjo (2009 : 127) menyebutkan bahwa indikato yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan dalam suatu organisasi diantaranya adalah : a. Tujuan dan kemampuan b. Teladan pimpinan c. Balas jasa d. Keadilan e. Waskat (pengawasan melekat) f. Sanksi hukuman g. Ketegasan h. Hubungan kemanusiaan. Menurut Nitisemito (1984:119-123) ada beberapa hal yang dapat menunjang keberhasilan dalam pendisiplinan karyawan yaitu: a. Ancaman : dalam rangka menegakkan kedisiplinan kadang kala perlu adanya ancaman meskipun ancaman yang diberikan tidak bertujuan untuk menghukum, tetapi lebih bertujuan untuk mendidik supaya bertingkah laku sesuai dengan yang kita harapkan. b. Kesejahteraan : untuk menegakkan kedisiplinan maka tidak cukup dengan ancaman saja, tetapi perlu kesejahteraan yang cukup Jurnal Visioner & Strategis
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
yaitu besarnya upah yang mereka terima, sehingga minimal mereka dapat hidup secara layak. c. Ketegasan : Jangan sampai kita membiarkan suatu pelanggaran yang kita ketahui tanpa tindakan atau membiarkan pelanggaran tersebut berlarut-larut tanpa tindakan yang tegas. d. Partisipasi : Dengan jalan memasukkan unsur partisipasi maka para karyawan akan merasa bahwa peraturan tentang ancaman hukuman adalah hasil persetujuan bersama. e. Tujuan dan kemampuan : Agar kedisiplinan dapat dilaksanakan dalam praktek, maka kedisiplinan hendaknya dapat menunjang tujuan perusahaan serta sesuai dengan kemampuan dari karyawan. f. Keteladanan Pimpinan : Pemimpin atau manajer mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menegakkan kedisiplinan sehingga keteladanan pimpinan harus diperhatikan. Dalam hal pengembangan sumber daya manusia dituntut tersedianya tenaga yang profesional, untuk itu diperlukan adanya aparatur yang mempunyai komitmen dan dedikasi tinggi sehingga pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Amidjoyo (1982) mengatakan bahwa pada dasarnya tujuan pembangunan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk merubah suatu keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Pembangunan yang merupakan suatu proses tiada akhir yang dilakukan secara terus menerus tidak saja dalam bentuk fisik tapi juga non fisik termasuk pengembangan sumber daya manusia, kepemimpinan, motivasi kerja, disiplin kerja dalam mewujudkan kinerja optimal yang berlangsung sepanjang waktu. KESIMPULAN Sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta. Salah satu cara yang tepat adalah
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
didukung oleh kepemimpinan visioner, motivasi dan disiplinuntuk Dengan adanya peraturan-peraturan yang tegas dan adil yang dilakukan pemerintah, dapat memacu kesadaran pegawai untuk lebih meningkatkan disiplin kerja sehingga prestasi atau kinerjanya dapat meningkat dan tujuan pemerintahan dapat tercapai. Kedisiplinan merupakan tindakan manajemen untuk mendorong anggota organisasi merealisasikan tujuan organisasi. Jadi kedisiplinan merupakan bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk sikap perilaku pegawai untuk meningkatkan prestasi kerja. Menurut Setiyawan dan Waridin (2006) disiplin sebagai keadaan ideal dalam mendukung pelaksanaan tugas sesuai aturan dalam rangka mendukung optimalisasi kerja. Salah satu syarat agar disiplin dapat ditumbuhkan dalam lingkungan kerja ialah adanya pembagian kerja yang tuntas sampai kepada pegawai atau petugas yang paling bawah, sehingga setiap orang tahu dan sadar apa tugasnya, bagaimana melakukannya, kapan pekerjaan dimulai dan selesai, seperti apa hasil kerja yang disyaratkan, dan kepada siapa mempertanggung jawabkan hasil pekerjaan itu (Setiyawan dan Waridin, 2006). Untuk itu disiplin harus ditumbuh kembangkan agar tumbuh pula ketertiban dan efisiensi. Disiplin tidak akan terwujud jika tidak disertai adanya kepemimpinan yang baik, sebab kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang agar bekerja mencapai tujuan. Pemimpinan juga mengharapkan perilaku bawahannya untuk mencapai kinerja optimal sebagaimana yang diharapkan organisasi Tanpa disiplin yang baik dari pimpinan dan bawahan di semua tingkat dalam suatu organisasi, maka pencapaian tujuan dan keberhasilan organisasi menjadi sesuatu yang sulit bahkan mustahil dicapai. Karena sukses tidaknya birokrasi pemerintahan sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan dan bawahan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam organisasi.
121
Yanita
Referensi Agustian, Ari Ginanjar, 2007, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ Emotional Spiritual Quotient. Cet. Ketigapuluh Tiga, Arga, Jakarta. As-Suwaidan, Thariq M dan Basyarahil, Faishal. U, 2006, Mencetak Pemimpin : Tips Melahirkan Orang Sukses dan Mulia, Cetakan Pertama, Khalifa, Jakarta. Davis, Keith, 2002, Fundamental Organization Behavior, Diterjemahkan Agus Dharma, Erlangga, Jakarta. Desler, Gary, 2009, Human Resource Management (Manajemen Sumber Daya Manusia) (edisi bahasa Indonesia), Edisi Kesepuluh Jilid 2, PT Indeks, Jakarta Gibson, James L, John M. Ivencevich, James H. Donelly, Jr, 1997, Organisasi. (Perilaku, Struktur, Proses) jilid II. Terjemahan Edisi Kedelapan. Binarupa Aksara. Jakarta. Handoko, Tani T 1992, Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. BPFE. Yogyakarta ______, 2003 Manajemen. Edisi II. BPFE Yogyakarta. Hasibuan, Melayu SP, 1996, Organisasi dan Motivasi Bumi Aksara Bandung. Helmi, Avin Fadilla, 1996, Disiplin Kerja, Buletein psikologis, Tahun IV No.2 ISSN : 0854-7108 Hersey, Paul and Kenneth Blanchard, 1982, Management of Oganization Behavior. Utilizing Human Reource, 4 th Edition, Prentice - Hall Inc Singapore.. Hesselbein, Frances dan Jhonston, 2005, A Leader to Leader Guide, On Creative, Innovation and Renewal (Tentang Kreativitas, Inovasi dan Pembaharuan), Alek Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta. Heidjrachman dan Husnan, Suad, 2002, Manajemen Personalia, BPFE, Yogyakarta Kouzes dan Posner, 2004, Leadership The Challeng, Tantangan Kepemimpinan, Erlangga, Jakarta. Kurniawan, Boy Hadi 2010, The Art of Leadership : Menjadi Pemimpin efektif dan Berpengaruh, Just Another Wordpress.com.weblog. Lembaran Negara, 1974, Undang-undang Pokok Kepegawaian No.8 Tahun 1974, Jakarta. ______,1999, Undang-undang Pokok Kepegawaian No. 43 Tahun 1999 Jakarta. ______,2010, Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, Jakarta. Mangkunegara, Anwar Prabu, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT.Remaja Rosda Karya, Bandung. Nanus, Burt, 2001, Kepemimpinan Visioner: Menciptakan Kesadaran Akan Arah Dan Tujuan di Dalam Organisasi, Cetakan Pertama, PT.Prenhallindo, Jakarta. ______, 2003, Manajemen Karya,Bandung.
Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, PT. Remaja Rosda
_______, 2003, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Rajawali Pers. Jakarta. _______ dan Arifin, Arviyan, 2009, Islamic Leadership Membangun Superleadership Melalui Kecerdasan Spiritual, Cet. Pertama, PT.Bumi Aksara, Jakarta.
122
Jurnal Visioner & Strategis
Kepemimpinan Visioner, Motivasi dan Disiplin dalam Manajemen
Robbins, Stephen.P dan Judge, Timopthy. 2008, Perilaku Organisasi (organizational behavior) Edisi 12 buku dua (edisi bahasa Indonesia) Salemba Empat, Jakarta. _______, 2002, Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi, Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta. Siagian, SP, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia Bumi Aksara Bandung. _______, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cet. Kesembilan belas, PT.Bumi Aksara, Jakarta _______, 1989, Teori Motivasi dan Aplikasinya Bina Aksara, Jakarta. _______, 1983, Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, PT. Gunung Agung, Jakarta. Sutja, Akmal, 2010, Kepemimpinan Visioner, http://akmalsutja.blogspot.com. Tasmara, Toto, 2002. Membudayakan Etos Kerja Islam, Cet. Pertama, Gema Insani, Jakarta. Wahidin. Dadan, 2008, leadership Menurut Ajaran Islam, htm Wahjosumidjo, 1994, Kepemimpinan dan Motivasi, Ghalia Indonesia: Jakarta
Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
123
Yanita
124
Jurnal Visioner & Strategis