REVISI 1
KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DALAM PENGIMPLEMENTASIAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI Erfan1, Imron Arifin2, Ery Tri Djatmika3 Mahasiswa Pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang Email:
[email protected] Abstrak: Pendidikan budi pekerti diperlukan bukan hanya sebagai subtansi tetapi lebih mendasar sebagai interaksi sosial budaya dan edukatif antara siswa dengan seluruh unsur pendidikan yang ada di sekolah dan di luar sekolah / masyarakat yang kemungkinkan terwujudnya individu yang berakhlak mulia. Dalam pengimplementasian pendidikan budi pekerti di sekolah dibutuhkan kepemimpinan visioner yang berorientasi kepada pencapaian visi, jauh memandang ke depan dan terbiasa menghadapi segala tantangan dan resiko. Implementasi pendidikan berbudi pekerti di sekolah seyogyanya mengacu kepada beberapa prinsip yaitu; berfokus pada visi, misi, dan tujuan sekolah, penciptaan komunikasi formal dan informal, inovatif dan bersedia mengambil risiko, dan memiliki strategi yang jelas. Kata kunci: pendidikan budi pekerti, kepemimpinan visioner, implementasi pendidikan budi pekerti. Perilaku serta budi pekerti dari para
nilai-nilai budi pekerti sangat penting
pelajar atau remaja saat ini sangatlah
karena
memprihatinkan, tingkah
transformasi manusia Indonesia agar
seorang
siswa
kini
laku dari
sudah
berfungsi
sebagai
media
jarang
lebih baik, memiliki keunggulan dan
mencerminkan sebagai seorang pelajar.
kecerdasan di berbagai bidang; baik
Diantara mereka cenderung bertutur
kecerdasan
kata yang kurang baik, terkadang
sosial, kecerdasan spiritual, kecerdasan
mereka bertingkah laku tidak sopan dan
kinestika, kecerdasan logis, musikal,
tidak lagi patuh terhadap orang tua
lenguistik, kecerdasan spesial.
maupun terhadap gurunya. Hal ini tentu
emosional,
Pendidikan
budi
pekerti
hanya
sebagai
saja dipengaruhi oleh kondusif tidaknya
diperlukan
pendidikan budi pekerti yang mereka
subtansi yang semata-mata diajarkan
dapatkan, baik dari lingkungan sekolah
seperti yang selama ini dilaksanakan
maupun
masyarakat.
oleh sekolah, tetapi lebih mendasar
Habibah (2007) mengungkapkan bahwa
sebagai interaksi sosial budaya dan
lingkungan
bukan
kecerdasan
edukatif antara siswa dengan seluruh
sekolah sejak hari pertama sekolah
unsur pendidikan yang ada di sekolah
hingga masa kelulusan. Tujuan dari
dan di luar sekolah / masyarakat yang
implementasi penumbuhan budi pekerti
memungkinkan
dan
adalah menjadikan sekolah sebagai
terwujudnya
taman belajar untuk menumbuhkan
tumbuh
berkembangnya individu
serta
yang
berakhlak
mulia.
karakter-karakter positif peserta didik di
Sebagaimana dijelaskan Sanchez (2006) Salah
satu
berhasilnya
penyebab
semua tingkatan sekolah.
kurang
Faktor
utama
dalam
pendidikan nasional yang
keberhasilan penumbuhan budi pekerti
telah dilakukan secara formal di sekolah
di sekolah adalah guru, sebagai pengajar
adalah karena terlalu menekankan pada
dan
pendidikan akademis yang fokusnya
perilaku peserta didik. Terlepas dari itu
pada
Oleh
peranan kepala sekolah juga sangat
suatu
dibutuhkan,
kecerdasan
karena
itu
keseimbangan
intelektual.
perlu
adanya
antara
pendidikan
pendidik
dalam
membentuk
sebagaimana
diketahui,
kepala sekolah merupakan pemimpin di
akademis dan pendidikan budi pekerti.
tingkat satuan pendidikan.
Mengingat
budi
pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan
pekerti untuk terjaminnya moral bangsa
dalam memimpin di tingkat satuan
yang baik.
pendidikan. Danim dan Suparna, (2009)
betapa
Perkembangan
pentingnya
peserta
didik
Seorang
menyatakan kepemimpinan merupakan
dalam kecerdasan berpikir, budi pekerti
“energi
akhlak dan kesehatan mental adalah
memberi arah yang terkandung dalam
tugas dunia pendidikan atau khusus
diri pribadi pemimpin”. Wibowo, U. B.
ditujukan kepada sekolah. Hal ini telah
(2011)
ditegaskan
kepemimpinan merupakan perwujudan
dengan
diresmikannya
untuk
juga
mempengaruhi
mengutarakan
bahwa
Permendiknas No. 23 Tahun 2015
kepribadian
Tentang Penumbuhan Budi Pekerti,
kedudukannya yang dipandang lebih
Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa
dari individu lain. Oleh karena itu
penumbuhan
pemimpin
budi
pekerti
tersebut
individu
dan
yang
mempunyai
dalam
visi
adalah pembiasaan sikap dan perilaku
kedepan diharapkan mampu menjadikan
positif yang diterapkan terhadap siswa
sekolah
2
sebagai
tempat
untuk
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
menumbuhkembangkan kebiasaan yang baik sebagai bentuk pendidikan budi pekerti. PENDIDIKAN BUDI PEKERTI Istilah pendidikan berasal dari kata paedagogi, dalam bahasa Yunani
Budi pekerti terdiri dari 2 kata
pae artinya anak dan ego artinya
yaitu budi dan pekerti, kata budi
membimbing, berdasarkan hal tersebut
mempunyai arti: akhlak yaitu sebagai
pendidikan dapat diartikan sebagai ilmu
alat untuk menimbang baik dan buruk,
dan seni membimbing anak. Driyarkara
serta tingkah laku dan tutur kata, dan
(Istiqomah, 2003) menyatakan bahwa
pekerti adalah tabiat, perangai, akhlak
pendidikan adalah suatu usaha secara
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).
sadar yang dilakukan oleh pendidik
Dalam arti yang lebih hakiki, budi
melalui bimbingan atau pengajaran dan
pekerti
latihan untuk membantu peserta didik
Secara etimologis, istilah budi pekerti,
mengalami proses pemanusiaan diri ke
atau dalam bahasa Jawa disebut budi
arah tercapainya pribadi dewasa, susila
pakerti, dimaknai sebagai budi berarti
dan dinamis. Pendidikan merupakan
pikir, dan pakerti berarti perbuatan.
sarana proses mendidik agar peserta
Berangkat dari kedua makna kata budi
didik
dan
secara
aktif
dapat
adalah
pakerti
perilaku.
tersebut,
sedangkan
Ki
Sugeng
mengembangkan potensi dirinya. Hal
Subagya (2010) mengartikan istilah
ini sejalan dengan UU RI No. 20 tahun
budi pakerti sebagai perbuatan yang
2003
dibimbing oleh pikiran; perbuatan yang
tentang
Sistem
Pendidikan
merupakan realisasi dari isi pikiran;
Nasional pasal I adalah :
atau perbuatan yang dikendalikan oleh
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
pikiran. Menurut Zubaedi (2011), budi pekerti adalah nilai-nilai luhur yang berakar dari agama, adat istiadat dan budaya bangsa Indonesia dalam rangka mengembangkan kepribadian peserta
3
didik supaya menjadi manusia yang
mengandung nilai-nilai yang berlaku
baik. Sejalan dengan itu, Sedyawati
dan dianut dalam bentuk jati diri, nilai
(Suparno,
persatuan dan kesatuan, integritas, dan
2002)
menyatakan,
budi
pekerti merupakan adat istiadat, sopan
kesinambungan
santun
Sedangkan
suatu sistem moral, dan yang menjadi
Dewantara
pedoman prilaku manusia Indonesia
(Endraswara, 2003), budi pekerti adalah
untuk bermasyarakat, berbangsa dan
perilaku seseorang yang didasarkan
bernegara
pada kematangan jiwanya. Kematangan
falsafah Pancasila dan diilhami oleh
jiwa akan melahirkan budi pekerti
ajaran agama serta budaya Indonesia
dan
menurut
luhur,
perilaku.
Ki
artinya
seseorang
Hajar
sikap
dan
perilaku
masa
dengan
Pendidikan
depan
bersumber
budi
dalam
pada
pekerti
disamping
didasarkan
memiliki makna yang sama dengan
kematangan jiwa juga
diselaraskan
pendidikan moral, pendidikan karakter,
dengan kaidah sosial yang berlaku di
pendidikan akhlak, dan pendidikan
masyarakat sekitarnya. Orang yang
nilai.
berbudi pekerti luhur dalam bertindak
merupakan pendidikan nilai-nilai luhur
akan menggunakan perasaan, pemikiran
yang berakar dari agama, adat
dan dasar pertimbangan yang jelas.
istiadat dan budaya bangsa Indonesia
Menurut Pendidikan,
budi
Ensiklopedia pekerti
Pendidikan
dalam
diartikan
rangka
kepribadian
budi
pekerti
mengembangkan
peserta
didik
supaya
sebagai kesusilaan yang mencakup segi-
menjadi manusia yang baik (Zubaedi,
segi kejiwaan dan perbuatan manusia;
2005).
sedangkan
mengemukakan bahwa, pendidikan budi
manusia
susila
adalah
Sedangkan
pekerti
batiniyahnya sesuai dengan norma etik
dilakukan dalam rangka menanamkan
dan moral. Dalam konteks yang lebih
atau
luas, Pusat Pengembangan dan Sarana
moral ke dalam sikap dan prilaku
Pendidikan (1997) mengartikan istilah
peserta didik agar memiliki sikap dan
budi pekerti sebagai sikap dan prilaku
prilaku
sehari-hari, baik individu, keluarga,
karimah) dalam kehidupan sehari-hari,
masyarakat,
baik dalam berinteraksi dengan Tuhan,
bangsa
yang
4
usaha
(2004)
manusia yang sikap lahiriyah dan
maupun
adalah
Haidar
sadar
menginternalisasikan
yang
luhur
yang
nilai-nilai
(berakhlakul
dengan sesama manusia maupun dengan
berkenaan dengan tindakan, perbuatan,
alam/lingkungan.
prilaku,
Berdasarkan
ulasan
di
dan
seterusnya.
Apabila
atas
disinkronkan ketiga ranah tersebut dapat
pendidikan budi pekerti dapat diartikan
disimpulkan bahwa aspek pendidikan
sebagai usaha sadar melalui kegiatan
budi pekerti dicapai mulai dari memiliki
pembiasaan, pengajaran, dan latihan,
pengetahuan tentang sesuatu, kemudian
serta keteladanan sebagai suatu upaya
memiliki sikap tentang hal tersebut, dan
untuk membentuk peserta didik menjadi
selanjutnya berperilaku sesuai dengan
pribadi seutuhnya yang tercermin dalam
apa yang diketahuinya dan apa yang
kata, perbuatan, sikap, perasaan, dan
disikapinya.
nilai-nilai
Hal senada disampaikan oleh
agama serta norma dan moral bangsa
Lickona (1992), bahwa dalam proses
Indonesia.
pendidikan
hasil
karya
berdasarkan
hendaknya
Adapun aspek-aspek yang ingin
moral/budi guru
tidak
pekerti, semata-mata
dicapai dalam pendidikan budi pekerti
terfokus pada pemberian materi tentang
menurut Haidar (2004) dapat dibagi ke
konsep-konsep
dalam 3 ranah, yaitu: Pertama ranah
pekerti kepada peserta didik, tetapi yang lebih
kognitif, mengisi otak, mengajarinya
berikutnya
dapat
menjadi
memfungsikan kecerdasan
perasaan,
terbentuknya
moral dan tindakan atau perilaku moral. Pernyataan
akalnya
tersebut
semakin
memperkokoh bahwa pendidikan moral
intelegensia.
hendaknya tidak hanya terfokus pada
Kedua, ranah afektif, yang berkenaan dengan
adalah
memiliki pengetahuan moral, perasaan
dapat
membudayakan akal pikiran, sehingga dia
penting
moral/budi
karakter yang baik, yaitu pribadi yang
dari tidak tahu menjadi tahu, dan pada tahap-tahap
pendidikan
aspek kognitif saja, tetapi juga harus
emosional,
menyentuh
pembentukan sikap di dalam diri pribadi
pada
aspek
afektif
dan
psikomotorik.
seseorang dengan terbentuknya sikap,
Tujuan pendidikan Budi Pekerti
simpati, antipati, mencintai, membenci,
adalah untuk mengembangkan nilai,
dan lain sebagainya. Sikap ini semua
sikap
dapat digolongkan sebagai kecerdasan
memancarkan akhlak mulia/budi pekerti
emosional. Ketiga, psikomotorik, adalah
dan
prilaku
siswa
yang
luhur (Haidar, 2004). Sejalan dengan itu 5
UU RI No 20 tahun 2003 tentang
menjadi manusia yang baik, warga
Sistem
masyarakat dan warga negara yang
Pendidikan
Nasional,
menyebutkan tujuan pendidikan budi
baik.
pekerti adalah untuk mengembangkan KEPEMIMPINAN VISIONER
potensi siswa agar menjadi manusia
Ada tiga istilah yaitu pemimpin,
yang beriman dan bertakwa kepada
memimpin,
Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,
mempengaruhi orang lain sehingga
menjadi warga Negara yang demokratis bertanggung
mengandung
jawab.
arti
Hal
bahwa
orang
ini
kemudian
memfasilitasi
siswa
agar
memungkinkan
berkembang
akhlak
mulia
seni,
proses
atau
dengan
kemauan
kepemimpinan
kemampuan
atau
yang
ada
adalah dalam
diri
seseorang baik secara alamiah atau
dan
melalui
dalam
suatu
pendidikan
untuk
mempengaruhi orang lain baik individu
berbagai konteks sosial budaya yang Bhineka (Depdiknas, 2001).
pengaruh,
bahwa
nilai,
tumbuh
adalah
Makawimbang (2012) yang menyatakan
mengembangkan keterampilan sosial yang
kepemimpinan
antusias. Hal senada diungkapkan oleh
serta
mempersonalisasi
Sedangkan
kelompok
mampu
menginternalisasi
mendahului.
mereka akan berusaha mencapai tujuan
untuk
menggunakan pengetahuan, mengkaji, dan
dan
mempengaruhi orang-orang sehingga
Pendidikan budi pekerti yang bertujuan
melaksanakan,
mangarahkan,
terwujud dalam tingkah lakunya.
diintegrasikan
kelompok.
membimbing,
nilai-nilai akhlak yang mulia ke dalam yang
tujuan
akan
O’Donnell, dan Weihrich (1984) adalah
akhlak yang mulia, yaitu tertanamnya
didik
dipengaruhi
Pengertian memimpin menurut Koontz,
yang ingin dibentuk adalah nilai-nilai
peserta
yang
mendukung
dalam
pendidikan Budi Pekerti, nilai-nilai
diri
kepemimpinan.
Pemimpin adalah orang yang dapat
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
serta
dan
maupun
Secara
organisasi
umum, dapat dikatakan bahwa hakekat
sehingga
dari tujuan pendidikan budi pekerti adalah membentuk pribadi anak supaya
6
kelompok dalam dengan
dalam
suatu
situasi
tertentu
sukarela
anggota
organisasi
melakukan
tujuan
yang
proses (merencanakan, melaksanakan,
hendak dicapai.
koordinator,
Kepala
sekolah
adalah
sekolah
dan
evaluasi).
sebagai
seorang
Kepala pimpinan
pemimpin yang menahkodai sekolah
dalam hal membuat rencana strategis
dalam mewujudkan visi misi sekolah.
(renstra)
Menurut Mulyasa (2012) menyatakan
membuat atau menetapkan visi, misi,
“kepala sekolah merupakan pemimpin
dan tujuan organisasi.. Berdasarkan hal
pendidikan tingkat satuan pendidikan
tersebut kepemimpinan kepala sekolah
yang
dasar
haruslah memiliki kemampuan untuk
Maju
mempengaruhi setiap individu di satuan
merupakan
pendidikan (sekolah) yang dipimpinnya.
harus
memiliki
kepemimpinan mundurnya
yang
kuat”.
sekolah
tanggung
jawab
seutuhnya
kepala
sekolah,
harus
mampu
Pengaruh yang kepala sekolah berikan
sekolah sebagai pemimpin di suatu
semata-mata
sekolah/satuan pendidikan.
mewujudkan visi misi sekolah yang
Peraturan Menteri Pendidikan
hanyalah
untuk
dipimpinnya. Sutisna (Rohiat, 2008)
Nasional Republik Indonesia Nomor 13
menyatakan
Tahun 2007 tentang Standar Kepala
sekolah memerlukan pengetahuan dan
Sekolah/Madrasah menyatakan bahwa
keterampilan konseptual, jeli melihat
kepala
harus
organisasi seutuhnya serta sanggup
dan
mengambil peran dalam pembangunan
sekolah/madrasah
mempunyai
kualifikasi
kualifikasi sekolah/madrasah kompetensi,
umum
kepemimpinan
kepala
khusus.
Kepala
harus
mempunyai
Wahyudi (2012) kepemimpinan
kepribadian,
visioner (visionary leadership) adalah
yaitu
dimasa kini dan masa datang.
manajerial, kewirausahaan, supervisi,
kemampuan
dan sosial. Kepala sekolah dalam
mencetuskan ide atau gagasan suatu
kompetensi manajerial harus mampu
visi, selanjutnya melalui dialog yang
memanajemen organisasi yang ada pada
kritis dengan unsur pimpinan lainnya
ranah
merumuskan masa depan organisasi
sumber
kewenangannya daya,
(kurikulum,
keuangan,
sarana
pemimpin
untuk
yang dicita-citakan yang harus dicapai,
prasarana, kesiswaan, dan hubungan
melalui
dengan masyarakat), dan dari segi
organisasi, dan juga melalui proses
7
komitmen
semua
anggota
sosialisasi, transformasi, implementasi
serangkaian kebijakan dan tindakan
gagasan-gagasan ideal oleh pimpinan
yang progressif menapaki tahapan-
organisasi.
Sedangkan
Kahan
tahapan pencapaian tujuannya, adaptif
(Prijosaksono
dan
2005)
terhadap
menyatakan visioner
Sembel,
bahwa
perubaahan
dan
kepemimpinan
tantangan yang dihadapi, serta efisien
kesanggupan,
dan efektif dalam pengelolaan segala
melibatkan
kemampuan,
segala
kepiawaian
yang luar
sumber daya yang dimilikinya.
biasa untuk menawarkan kesuksesan
Robbins dalam Wahyudi (2012)
dan kejayaan di masa depan. Pemimpin
menyatakan
yang visioner adalah pemimpin yang
keterampilan yang perlu dimiliki oleh
dapat melihat masa depan, pemimpin
pemimpin
yang memiliki kegesitan, kecepatan
kemampuan menjelaskan visi kepada
serta
dalam
orang lain; (2) mampu mengungkapkan
membawa jalannya organisasi memiliki
visi; dan (3) mampu memperluas visi
peran yang penting dalam menghadapi
kepada konteks kepemimpinan yang
kondisi
berbeda.
mampu
beradaptasi
organisasi
yang
senantiasa
bahwa
keterampilan-
visioner
Pemimpin
adalah:
yang
(1)
visioner
mengalami perubahan sehingga mampu
adalah pemimpin yang dapat melihat
mewujudkan apa yang dicita-citakan
masa depan dan mampu mewujudkan
oleh organisasi.
apa yang dicita-citakan oleh organisasi
Kepemimpinan visioner, adalah
sehingga mendapat kesuksesan dan
pola kepemimpinan yang ditujukan
kejayaan.
untuk memberi arti pada kerja dan
Pemimpin yang visioner akan
usaha yang perlu dilakukan bersama-
mampu
sama oleh para anggota organisasi
karakteristik, dan tujuan dari visi.
dengan cara memberi arahan dan makna
Kepemimpinan visioner memiliki ciri-
pada kerja dan usaha yang dilakukan
ciri yang menggambarkan segala sikap
berdasarkan
dan perilakunya yang menunjukkan
(Kartanegara
visi
yang
jelas
Diana,
2003).
Kepemimpinan
visioner
memiliki
kemampuan
untuk
memahami
kepemimpinannya kepada
memimpin
yang
pencapaian
konsep,
berorientasi visi,
jauh
memandang ke depan dan terbiasa
menjalankan misi organisasinya melalui
8
menghadapi
segala
tantangan
dan
visioner. Dalam hal ini Nanus Burt
resiko.
(2001), peran
KEMIMPINAN VISIONER DALAM
arah
Pengimplementasian pendidikan
"get-go.".
menyajikan
ini
seorang
suatu
Sebagai
penentu
mengkomunikasikannya,
visi,
arah,
memotivasi
pekerja dan rekan, serta meyakinkan
bahasa (baik bahasa Indonesia maupun
orang
bahasa daerah). Strategi kedua ialah
bahwa
merupakan
dengan mengintegrasikan pendidikan
apa
hal
yang
yang
dilakukan
benar,
dan
mendukung partisipasi pada seluruh
budi pekerti ke dalam kegiatan sehari-
tingkat dan pada seluruh tahap usaha
hari di sekolah. Strategi ketiga ialah
menuju masa depan. Kedua; agen
dengan mengintegrasikan pendidikan
perubahan (agent of change). Para
budi pekerti ke dalam kegiatan yang
pemimpin yang efektif harus secara
diprogramkan atau direncanakan. Dan ialah
Peran
seorang pemimpin menyampaikan visi,
mata
pelajaran agama, kwarganegaraan, dan
keempat
setter).
depan, dan melibatkan orang-orang dari
telah dirumuskan ke dalam seluruh mata
strategi
penentu
suatu organisasi, guna diraih pada masa
kurikulum pendidikan budi pekerti yang
terutama
peran
meyakinkan gambaran atau target untuk
ialah dengan mengintegrasikan konten
relevan,
kepemimpinannya,
(direction
pemimpin
alternatif
strategi secara terpadu. Strategi pertama
pelajaran
dalam
merupakan peran di mana
budi pekerti di sekolah setidaknya dapat empat
visioner
yaitu: Pertama;
PENDIDIKAN BUDI PEKERTI
melalui
pemimpin
melaksanakan
PENGIMPLEMETASIAN
ditempuh
mengungkapkan ada empat
konstan
dengan
menyesuaikan
terhadap
perubahan ini dan berpikir ke depan
membangun komunikasi dan kerjasama
tentang perubahan potensial dan yang
antara sekolah dengan orang tua peserta
dapat dirubah. Ketiga; juru bicara
didik.
(spokesperson). Pemimpin, sebagai juru Pelaksanaan
pengimplementasian
strategi ini
bicara
dapat
untuk
visi,
harus
mengkomunikasikan suatu pesan yang
dilaksanakan dengan mengacu pada
mengikat semua orang agar melibatkan
peran yang dimainkan oleh pemimpin
diri dan menyentuh visi organisasi-
9
secara internal dan secara eksternal.
antara kelas yang satu dengan kelas
Visi
yang
yang
disampaikan
"bermanfaat,
menarik,
harus
lainya
dalam
satu
lembaga
dan
pendidikan belum tentu sama dalam
menumbulkan kegairahan tentang masa
melaksanakan kurikulum budi pekerti
depan organisasi." Keempat; pelatih
yang sifatnya masih baru.
(coach). Pemimpin visioner yang efektif harus
menjadi
tahapan
alur
penerapan program penumbuhan budi
mengoptimalkan
pekerti, yakni: (1) tahap pengajaran; (2)
kemampuan seluruh "pemain" untuk
pembiasaan; (3) pelatihan untuk bisa
bekerja sama, mengkoordinir aktivitas
konsisten; (4) proses pembiasaan; (5)
atau usaha mereka, ke arah "pencapaian
pembentukan karakter; dan (6) menjadi
kemenangan," atau menuju pencapaian
budaya. Kegiatan penumbuhan budi
suatu visi organisasi. Pemimpin, sebagai
pekerti yang diterapkan di sekolah-
pelatih,
sekolah nantinya terbagi menjadi tujuh
pemimpin
menjaga
yang
enam
baik.
Seorang
pelatih
Ada
pekerja
untuk
memusatkan pada realisasi visi dengan
lingkup.
pengarahan, memberi harapan, dan
menumbuhkembangkan nilai moral dan
membangun
spiritual,
kepercayaan
di
antara
Diantaranya
nilai
adalah
kebangsaan
serta
interaksi
dan
pemain yang penting bagi organisasi
kebhinekaan,
positif
dan visinya untuk masa depan.
antara peserta didik dengan guru dan
Pelaksananan pendidikan budi
orang tua. Peserta didik juga nantinya
pekerti bagi siswa akan menemui pro
bakal diajak mengembangkan interaksi
dan
positif antarpeserta didik, merawat diri
kontra
Termasuk
dari
pula
berbagai guru-guru
pihak. sebagai
dan
lingkungan
sekolah,
serta
pelaksana dari kurikulum budi pekerti.
mengembangkan potensi peserta didik
Pelaksanaan pembelajaran budi pekerti
secara utuh dengan melibatkan orang
di kelas pada masing-masing lembaga
tua dan masyarakat di sekolah.
pendidikan sudah pasti akan menemui hambatan-hambatan
dan
Upaya
tantangan.
pengembangan
penumbuhan berbudi
pekerti
dan di
Berbagai hambatan itu akan diatasi oleh
sekolah seyogyanya mengacu kepada
masing-masing
pendidikan
beberapa prinsip berikut ini; Pertama,
dengan cara yang tidak sama. Bahkan
berfokus pada visi, misi, dan tujuan
lembaga
10
sekolah. Fungsi visi, misi, dan tujuan
pekerti perlu dilakukan evaluasi secara
sekolah mengarah pada pengembangan
rutin
sekolah, yaitu penumbuhan budi pekerti
pendek, jangka menengah, dan jangka
di
panjang.
sekolah.
Kedua,
komunikasi
formal
Komunikasi
merupakan
penciptaan
dan
informal.
bertahap,
Oleh
yakni
karena
jangka
itu,
perlu
dikembangkan sistem evaluasi terutama
bagi
dalam hal kapan evaluasi dilakukan,
koordinasi dalam sekolah, termasuk
siapa yang melakukan dan mekanisme
dalam
tindak lanjut yang harus dilakukan,
menyampaikan
dasar
dan
pesan-pesan
pentingnya pendidikan budi pekerti,
Ketujuh,
memiliki
komitmen
komunikasi informal sama pentingnya
yang kuat. Komitmen dari pimpinan dan
dengan komunikasi formal. Dengan
warga
demikian
kedua
implementasi
tersebut
perlu
jalur
komunikasi
digunakan
sekolah
sangat
menentukan
program-program
dalam
pengembangan pendidikan budi pekerti.
menyampaikan pesan secara efektif dan
Lemahnya komitmen terutama dari
efisien. Ketiga, inovatif dan bersedia
pimpinan akan menyebabkan program-
mengambil risiko. Keempat memiliki
program tidak terlaksana dengan baik.
strategi yang jelas. Pengimplementasian
Delapan,
pendidikan budi pekerti di sekolah perlu
konsensus. Ciri budaya organisasi yang
ditopang oleh strategi dan program.
positif adalah pengambilan keputusan
Strategi
partisipatif
mencakup
ditempuh
cara-cara
sedangkan
yang
program
keputusan
yang
pengambilan
berdasarkan
berujung
keputusan
pada secara
menyangkut kegiatan operasional yang
consensus. Sembilan, sistem imbalan
perlu dilakukan. Kelima, berorientasi
yang
kinerja. Pengembangan pendidikan budi
pendidikan budi pekerti di sekolah
pekerti perlu diarahkan pada sasaran
hendaknya
yang terdapat mungkin dapat diukur.
imbalan meskipun tidak selalu dalam
Sasaran
bentuk
yang
mempermudah
dapat
diukur
pengukuran
akan
capaian
jelas.
Pengimplementasian
disertai
dengan
barang atau
uang.
sistem
Bentuk
lainnya adalah penghargaan atau kredit
kinerja dari suatu sekolah. Enam, sistem
poin
bagi
siswa
yang
evaluasi yang jelas. Untuk mengetaui
menunjukkan perilaku
positif
yang
kinerja pengembangan pendidikan budi
sejalan dengan pendidikan budi pekerti.
11
terutama
Sepuluh, evaluasi diri merupakan salah
sperti ini yang sangat dibutuhkan oleh
satu alat untuk mengetahui masalah-
sekolah untuk melaksanakan pendidikan
masalah
yang
disekolah.
budi pekerti. Upaya penumbuhan dan
Evaluasi
dapat
dilakukan
dengan
pengembangan budaya berbudi pekerti
menggunakan
pendekatan
curah
di sekolah seyogyanya mengacu kepada
pendapat
menggunakan
skala
beberapa prinsip berikut ini yaitu;
dihadapi
atau
penilaian diri (Mulyasa, 2012).
Berfokus pada visi, misi, dan tujuan sekolah, penciptaan komunikasi formal
PENUTUP
dan informal, inovatif dan bersedia
Kepala
sekolah
adalah
mengambil risiko,
pemimpin yang menahkodai sekolah
yang jelas, berorientasi kinerja, sistem
dalam mewujudkan visi misi sekolah.
evaluasi yang jelas, memiliki komitmen
Pemimpin merupakan orang yang diberi
yang
tugas untuk memberikan pengarahan, bimbingan,
dan
motivasi
memiliki strategi
kuat,
keputusan
berdasarkan
konsensus, sistem imbalan yang jelas,
kepada
serta evaluasi diri.
bawahannya. Kepemimpinan visioner memiliki kemampuan untuk memimpin
DAFTAR RUJUKAN
menjalankan misi organisasinya melalui
Danim, S. dan Suparna. 2009. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepala Sekolahan: Visi dan Strategi Sukeses Era Teknologi, Situasi Krisis, Dan Internasionalisasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
serangkaian kebijakan dan tindakan yang progressif menapaki tahapantahapan
pencapaian
tujuannya
organisasi,
adaptif
terhadap
segala
perubaahan
dan
tantangan
yang
dihadapi, serta efisien dan efektif dalam
Depdiknas. 2001. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education). Buku I. Jakarta: Depdiknas.
pengelolaan segala sumber daya yang dimiliki. Pemimpin
visioner
adalah
pemimpin yang dapat memandang jauh ke depan merupakan dibutuhkan
untuk
Endraswara, S. 2003. Budi Pekerti Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.
yang sangat menjadikan
organisasi lebih kompetitif, pemimpin
12
Habibah, dkk. 2007. Metode Pengembangan Moral Anak Pra Sekolah. Yogyakarta: FIP UNY.
Kepala Sekolah/Madrasah. (Online), (http://sdm.data. kemdikbud.go.id/SNP/dokume n/Permendiknas%20No%2013 %20Tahun%202007.pdf), diakses 18 Agustus 2016.
Haidar, P. D. 2004. Pendidikkan Islam Dalam System Pendidikan Nasional Di Indonesia. Jakarta; Pranada Media.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. (Online), (http://sdm.data.kemdikbud. go.id/PBP/dokumen/Permendi knas%20No%2015%20Tahun %202015.pdf), diakses 18 Agustus 2016.
Istiqomah, U. 2003. Upaya menuju generasi tanpa rokok. Surakarta: Seti Aji. Kartanegara, Di. 2003. Kepemimpinan Visioner. (Online), (http://www.lintasberita.com/li festyle/pendidikan/pimpinanvisioner). Diakses 18 Agustus 2016.
Prijosaksono, dan Sembel. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Victory Jaya Abadi.
Kontz, H., Donnel, C., dan Weihrich. 1984. Management. Ohio: McGraw Hill Book.
Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Lickona, T. 1992. Education for Character, How Our Schools Teach Reapect and Responsibility. New York: Bantam Books.
Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan. 1997. Pedoman Pengajaran Budi Pekerti. Jakarta: BP3K, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Makawimbang, J. 2012. Kepemimpinan Pendidikan Yang Bermutu. Bandung: Alfabeta. Mulyasa, H. E. 2012. Manajemen & Kepimimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Rohiat. 2008. Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung: Refika Aditama.
Nanus, Burt. 2001. Kepemimpinan Visioner. Alih Bahasa oleh Frederick Ruma. Jakarta: Prenhalindo.
Sanchez, T. R. 2006. The man who could have been king : A storyteller’s guide for character education. Journal of Social Studies Research,30, (2), 3-9.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar
13
Suparno, dkk. 2002.Reformasi Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: CV Nuansa Aulia. Wahyudi. 2012. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajaran (Learning Organisasi). Bandung: Alfabeta. Wibowo, U. B. 2011. Teori Kepemimpinan. Makalah disampaikan pada Pembekalan Ujian Dinas Tahun 2011 Badan Kepegawaian Daerah, Yogyakarta, 14 Juni 2011. Dalam staff UNY database. (Online), (http://staff.uny.ac.id/sites/defa ult /files/tmp/C%20201113%20Teori%20Kepemimpina n.pdf ), diakses 18 Agustus 2016. Zubaedi. 2005. Pendidikan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter; Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana
14