Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
KEPEKAAN ISOLAT SALMONELLA ENTERITIDIS DAN SALMONELLA HADAR YANG DIISOLASI DARI DAGING AYAM TERHADAP ANTIBIOTIKA (The Sensitivity of Salmonella enteritidis and Salmonella hadar isolated from chicken meat to antibiotics) SUSAN M. NOOR, MASNIARI POELOENGAN dan ANDRIANI Balai Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinata 30, Bogor 16114
ABSTRACT The use of antibiotics in animal fed for disease prevention or for growth powder but it can cause the resistance to food –borne pathogen. The sentivity test on 7 isolated of S. enteritidis and 8 isolates of S. hadar to the antibiotics (amoxicyclin, tetracycline and chloramphenicol) was done in this experiment. The test was done in vitro by filter paper diffusion method. The result shows that 14.28% of S. enteritidis that resistant to chloramphenicol and 28.5% of S. enteritidis that resistant to tetracycline and amoxicyclin. The resistance of S. hadar was 12.5% to chloramphenicol, 50% to amoxicyclin and 75% to tetracycline. Key Words: Antibiotics, Resistency, Salmonella, Chicken Meat ABSTRAK Pemakaian antibiotika dalam pakan ternak baik untuk pencegahan penyakit maupun pemacu pertumbuhan (growth promoter) dilaporkan mempunyai peranan untuk terjadinya resistensi food-borne patogen. Pada penelitian ini dilakukan uji kepekaan terhadap 7 isolat Salmonella enteritidis dan 8 isolat Salmonella hadar yang diisolasi dari daging ayam terhadap antibiotika amoksisilin, tetrasiklin, dan kloramfenikol. Pengujian dilakukan secara in vitro dengan metode diffusi kertas cakram (Beurr Kirby). Hasil uji menunjukkan bahwa banyaknya isolat S. enteritidis yang resisten terhadap kloramfenikol adalah 14,28%, sedangkan yang resisten terhadap tetrasiklin dan amoksisilin adalah 28,57%. Sementara resistensi isolat S. hadar adalah 12,5% terhadap kloramfenikol, 50% terhadap amoksisilin, dan 75% terhadap tetrasiklin. Didapatkan satu isolat S. enteritidis dan satu isolat S. hadar yang resisten terhadap ke tiga antibiotika yang diuji. Kata Kunci: Antibiotika, Resistensi, Salmonella, Daging Ayam
PENDAHULUAN Antibiotika banyak digunakan secara ekstensif pada hewan untuk pengobatan dan pencegahan penyakit serta sebagai imbuhan pakan pakan. Sekitar 40% antibiotika dalam pakan ternak digunakan sebagai Antimicrobial Growth Promoters (AGP) untuk pemacu pertumbuhan dan mengurangi kejadian penyakit (MITCHELL et al., 1998; VAN DEN BOGAARD et al., 1999; Radetsky, 1998). Pemakaian antibiotika sebagai AGP walaupun dalam konsentrasi kecil, yaitu berkisar antara 2,5 – 125 mg/kg (ppm), namun dapat mengakibatkan terjadinya resistensi bakteri patogen terhadap antibiotika (BRADBURY dan MUNROE, 1985). Berdasarkan
laporan dari JETACAR (1999), bakteri patogen asal hewan yang telah resisten terhadap antibiotika dapat mentransfer gen yang resisten tersebut ke manusia. Salmonella, Campylobacter, Enterococci dan Escherichia coli merupakan contoh bakteri yang resisten terhadap antibiotika dan dapat mentransfer gen yang resisten tersebut dari hewan ke manusia melalui rantai makanan atau kontak langsung (VAN DEN BOGAARD dan STOBBERINGH, 1999; BUTAYE et al., 2003; WHO, 1997). Penelitian teknik molekuler telah membuktikan bahwa pemakaian antibiotika dalam pakan ternak berkontribusi untuk terjadinya resistensi antimikrobial pada manusia (MCEWEN dan FEDORKA-CRAY, 2002; SWARTZ, 2002) yang mengakibatkan tingginya angka morbiditas dan
743
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
mortalitas serta naiknya biaya kesehatan (BATON, 2000). Pemakaian antibiotika pada pakan ternak di Indonesia juga banyak dilakukan terutama dalam pakan unggas. Hasil monitoring dan surveilans residu antibiotika pada sample daging sapi, daging ayam, dan telur di kota Padang, dan Pakanbaru pada tahun 2004 menunjukkan adanya residu golongan tetrasiklin 3% dan aminoglikosida 2% (98 sampel) di Padang serta golongan penisilin 4,8% (22 sampel) di Pakanbaru (YUL FITRIA, 2004). Oleh karena penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendterminasi kepekaan beberapa antibiotika (amoksisilin, tetrasiklin dan kloramfenikol) terhadap bakteri Salmonella enteritidis dan Salmonella hadar yang disiolasi dari karkas ayam. MATERI DAN METODE Isolasi dan identifikasi Salmonella spp. dari karkas ayam Salmonella diisolasi dari sample karkas ayam yang dijual dipasaran. Sebanyak 25 gram sampel ayam ditambahkan ke dalam 225 ml buffered pepton water (Oxoid) dan di stomacher selama 15 menit. Sampel dihomogenkan dan diinkubasi selama 20 jam pada suhu 37°C. Kemudian diambil 1 ml dari suspensi sampel tersebut dan diinokulasikan ke dalam 10 ml rappaport-vassiliadis medium (Oxoid), diinkubasi pada suhu 42°C selama 24 jam. Setelah diinkubasi, diambil 1 ose kultur diinokulasikan pada xylose lysine desoxycholate (XLD) agar (Oxoid) dan diinkubasi kembali pada suhu 37°C selama 24 jam. Koloni Salmonella spp. dikonfirmasi secara biokimia dan uji serologis untuk identifikasi Salmonella enteritidis dan Salmonella hadar. Pembuatan inokulum bakteri Inokulum bakteri dibuat dengan cara mentransfer 4 – 5 koloni bakteri S. enteritidis and S. hadar dari setiap cawan petri ke dalam 4 ml NaCl fisiologis. Kekeruhan suspensi disetarakan dengan MC. FARLAND III. Setelah kekeruhannya sesuai dengan MC.FARLAND III, diambil 200µl kultur dan dituang pada permukaan agar Muller Hinton, diratakan dan
744
dibiarkan selama 15 menit kemudian sisa kultur dibuang. Uji kepekaan isolate Salmonella terhadap antibiotika Discs antibiotika (Oxoid) yang digunakan, yaitu kloramfenikol (30µg), amoksisilin (25µg) dan tetrasiklin (30µg). Isolat Salmonella yang diuji kepekaannya adalah S. enteritidis 7 isolat dan S. hadar 8 isolat. Disc antibiotika diletakkan secara individual memakai forsep steril pada permukaan cawan petri berisi agar MUE yang telah diinokulasi bakteri Salmonella tersebut. Tekan pelan-pelan disc antibiotika sampai kontak dengan permukaan agar dan kemudian cawan petri diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah diinkubasikan semalam (24 jam), diameter daerah hambat (DDH) pertumbuhan bakteri yang terbentuk disekitar disc antibiotika diukur dengan penggaris dalam millimeter. Interpretasi hasil Data DDH pertumbuhan bakteri yang diperoleh diinterpretasikan berdasarkan Appendix dari SCA-Animal Health Committee (SIMMONS and CRAVEN, 1980) dengan menggunakan 3 kategori yaitu suseptible (S), intermediate (I) dan resistant (R). HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, kepekaan antibiotika kloramfenikol, amoksisilin dan tetrasiklin terhadap Salmonella enteridis dan Salmonella hadar dianalisis. Semua isolat Salmonella dikultur dari sample karkas ayam yang diperoleh dari pasar yang ada di Jakarta. Hasil uji kepekaan berdasarkan interpretasi dari standard SCA-Animal Health Committee Australia seperti tercantum pada Table 1. Hasil uji kepekaan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar isolate S. enteritidis dan S. hadar masih sensitif terhadap antibiotika kloramfenikol, dan hanya ada 1 isolat dari S. enteritidis dan S. hadar yang sudah resisten. Sedangkan terhadap amoksisilin kepekaan kedua strain Salmonella tersebut tergolong dalam tingkat intermediate,
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Table 1. Kepekaan isolat Salmonella enteridis dan Salmonella hadar yang diisolasi dari sampel karkas ayam terhadap antibiotika kloramfenikol, amoksisilin dan tetrasiklin Strain Salmonella
Kloramfenikol
Amoksisilin
Tetrasiklin
S R S S S S S S R S S S S S S
I R I R I I I I R I R I R R I
S R S S S S R S R S R R R R R
Salmonella enteritidis Salmonella enteritidis Salmonella enteritidis Salmonella enteritidis Salmonella enteritidis Salmonella enteritidis Salmonella enteritidis Salmonella hadar Salmonella hadar Salmonella hadar Salmonella hadar Salmonella hadar Salmonella hadar Salmonella hadar Salmonella hadar S: succeptible; I: intermediate; R: resistance
namun terlihat ada kecenderungan untuk menjadi resisten terhadap amoksisilin. Sensitifitas isolat S. enteritidis terhadap antibiotika tetrasiklin tampak lebih tinggi (5 dari 7) jika dibandingkan dengan sensitifitas isolate S. hadar (2 dari 8). Persentase dari hasil uji kepekaan 15 isolat bakteri Salmonella sp. terhadap ke-3 antibiotika yang diuji tercantum pada Tabel 2. Table 2. Persentase S. enteritidis dan S. hadar yang telah resisten terhadap antibiotika kloramfenikol, amoksisilin, dan tetrasiklin Resistensi S. enteritidis (n = 7)
Resistensi S. hadar (n = 8)
Kloramfenikol
14,28%
12.5%
Amoksisilin
28,57%
50%
Tetrasiklin
28,57%
75%
Antibiotika
Jika rata-rata hasil resistensi ke-2 isolate Salmonella terhadap ke-3 antibiotika dibuat secara persentase (Tabel 3) maka menunjukkan bahwa persentase S. enteritidis yang telah resisten terhadap antibiotika kloramfenikol, adalah sebanyak 14,28%, dan terhadap amoksisilin dan tetrasiklin adalah 28.57%. Sebaliknya prosentasi isolate S. hadar yang resisten terhadap amoksisilin da n tetrasiklin tampak lebih tinggi dibandingkan S. enteritidis yaitu 50 dan 75% masing-masing. Pada Tabel 3 terlihat bahwa persentase kepekaan isolate Salmonella spp yang diisolasi dari daging ayam terhadap antibiotika kloramfenikol adalah 86,67% dan terhadap tetrasiklin 46,67%. Sedangkan terhadap antibiotika amoksisilin, tidak ada satu isolate Salmonella spp yang tergolong sensitive terhadap amoksisilin, kepekaan berkisar antara intermediate (66,67%) dan resisten (33,33%).
Table 3. Persentase Salmonella sp yang telah resisten terhadap antibiotika kloramfenikol, amoksisilin dan tetrasiklin Antibiotika Kloramfenikol Amoksisilin Tetrasiklin
Susceptible 86,67% 0 46,67%
Intermediate 0 66,67% 0
Resistent 13,33% 33,33% 53,33%
745
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
PEMBAHASAN Informasi kejadian resistensi food-borne bakteri terhadap antibiotika belum banyak dilaporkan di Indonesia dibandingkan dengan negara maju, padahal seperti diketahui berbagai macam antibiotika telah digunakan pada ternak terutama pada ternak unggas sebagai pemacu pertumbuhan dan sebagai pengobatan terhadap infeksi bakteri. MARSUMIYANTO (1989) mengatakan perlunya mewaspadai munculnya resitensi bakteri yang berasal dari daging ayam dan telur terhadap manusia melalui rantai makanan. Oleh karena itu perlu dilakukan determinasi kepekaan bakteri yang diisolasi dari produk ternak terhadap antibiotika di Indonesia untuk mengidentifikasi tingkat kepekaannya terhadap antibiotika. Hal ini mengingat bakteri patogen yang telah resisten terhadap antibiotika dapat mentransfer gen resisten ke manusia secara langsung maupun tidak langsung melalui bahan makanan (VAN DEN BOGAARD dan STOBBERINGH, 1999; BUTAYE et al., 2003; WHO, 1997). Banyak dari bakteri galur patogen yang dilaporkan telah menjadi resisten terhadap beberapa jenis antibiotika seperti ampisilin, amoksisilin, kloramfenikol, streptomisin, sulfonamide dan tetrasiklin (NAWAZ, 2001). Selain itu dilaporkan pula 4 strain bakteri yang telah reisten terhadap beberapa antibiotika yaitu bakteri Salmonella sp., Campylobacter, Enterococci dan Escherichia coli (NAWAZ, 2001). Department of Health and Human Service's (HHS), Food and Drug Administration (FDA), dan Centers for Disease Control (CDC) melaporkan bahwa resistensi strain Salmonella, Campylobacter, dan E. coli pada manusia terhadap antibiotika yang menyebabkan terjadinya penyakit berhubungan dengan penggunaan antibiotika pada manusia (GAO REPORT, 1999). Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk menguji kepekaan isolat S. enteritidis dan S. hadar yang diisolasi dari karkas ayam terhadap antibiotika kloramfenikol, amoksisilin dan tetrasiklin. Pada penelitian ini digunakan 7 isolat S. Enteritidis dan 8 isolatS. hadar yang diuji terhadap ke-3 antibiotika tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke dua isolate Salmonella yang diuji tersebut terlihat masih sensitive terhadap antibiotika
746
kloramfenikol dibandingkan dengan amoksisilin dan tetrasiklin. Kepekaan ke dua isolate Salmonella yang diuji terhadap amoksisilin dan tetrasiklin, terlihat ada kecenderungan menjadi resisten (33%. – 50%). Tingkat resistensi isolat S. hadar terhadap antibiotika yang diuji terlihat lebih tinggi jika dibandingkan dengan isolate S. enteritidis. Hasil studi yang dilakukan di Perancis dalam kurun waktu 4 tahun (1994 – 1997) juga menunjukkan hasil yang hampir sama yaitu persentase isolat Salmonella sp yang resisten terhadap antibiotika amoksisilin mencapai 45% – 66% sedangkan terhadap sulfonamid dan tetrasiklin mencapai 70% (ANONIM, 2000). Perbedaan tingkat sensitifitas ke dua strain Salmonella terhadap antibiotika tersebut dapat dipengaruhi oleh pemakaian antibiotika pada ternak unggas yang tidak bijaksana karena kurangnya pemahaman tentang tata cara pemakaian antibiotika sehingga pemakaian antibiotika tidak sesuai dosis yang dianjurkan baik sebagai pemacu pertumbuhan maupun pengobatan terhadap penyakit (MARSUMIYANTO, 1989). Walaupun jumlah isolat Salmonella dari karkas ayam yang diuji kepekaannya terhadap ke-3 antibiotika pada penelitian ini masih belum dapat mewakili jumlah sample keseluruhan di Indonesia, namun karena hasilnya menunjukkan adanya kecenderungan untuk menjadi resisten terhadap ke-3 antibiotika tersebut maka perlu mendapat perhatian. Mengingat tingkat kontaminasi Salmonella pada karkas ayam cukup tinggi maka sangat memungkinkan untuk terjadinya transfer gen dari bakteri patogen yang resisten terhadap manusia yang mengakibatkan gangguan kesehatan yang serius pada manusia.(GALLAND et al., 2001). Selain itu, residu antibiotika pada daging ternak sangat berbahaya karena dapat menimbulkan rekasi allergik pada orang yang peka dan dapat pula menggangu mikroba usus yang membantu pencernaan akibatnya orang menjadi peka terhadap terjadinya infeksi oleh mikroba patogen (MITCHELL et al., 1998; RADETSKY, 1998; MC. DONALD et al., 1997; LEVY, 1998). Oleh karena itu, sudah saatnya dilakukan di Indonesia pengawasan yang ketat terhadap pemakaian antibiotika pada ternak untuk menghindari efek negatif terhadap kesehatan manusia. Hal ini terkait dengan hasil penelitian
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
yang dilakukan oleh TJANIADI et al. (2003), menunjukkan adanya kecenderungan multiresisten bakteri yang diisolasi dari pasien penderita diare dari beberapa rumah sakit di Indonesia terhadap beberapa antibiotika dalam kurun waktu tujuh.
JETACAR (JOINT EXPERT ADVISORY COMMITTEE ON ANTIBIOTIC RESISTANCE) Australia. 1999. The use Antibiotic in Food Producing Animals: Antibiotic resistance Bacteria in Animals and humans. Commonwealth of Australia. LEVY, S.B. 1998. The challenge of antibiotic resistance. Scientific American. pp. 46 – 53.
KESIMPULAN Isolat S. enteritidis dan S. hadar yang diisolasi dari karkas ayam masih tergolong sensitive terhadap antibiotika kloramfenikol. Kepekaan isolate S. enteritidis dan S. hadar menunjukkan adanya kecenderungan untuk resisten terhadap amoksisilin dan tetrasiklin. Persentase resistensi S. enteritidis terhadap amoksisilin dan tetrasiklin mencapai 28,57% sedangkan persentase resistensi S. hadar terhadap amoksisilin adalah 50% dan tetrasiklin adalah 75%. DAFTAR PUSTAKA ANONIMUS. 2000. Antibiotics resistence in Salmonella isolated from human and animals in France: Comparative data from 1994-1997. J. Antimicrobial Chemotherapy. http:www. JAC. BATON, M.D. 2000. Antibiotic use in animal feed and its impact on human health. Copyright Nutrition Society. 13: 1 – 19. CABI publishing, New York. USA. BRADBURY, W.C. and D.L.G. MUNROE. 1985. Occurance of plasmids and antibiotic resistance among Campylobacter jejuni and Campylobacter coli isolated from healthy and diarheic animals. J. Clin. Microbiol. 22: 339 – 346. BUTAYE, P., L.A. DEVIASE and F. HASEBROUCK. 2003. Antimicrobial Growth Promoters Used in Animal Feed: Effects of Less Well Known Antibiotics on Gram-Positive Bacteria Clin. Microbiol Rev. 16 (2): 175 – 188. GALLAND, J.C, D.R. HYATT, S.S. CRUPPER and ACHESON DW. 2001. Prevalence, Antibiotic Susceptibility, and Diversity of Escherichia coli O157:H7 Isolates from a Longitudinal Study of Beef Cattle Feedlots. Appl. Environ. Microbiol. 67(4):1619 – 1627. GAO REPORT. 1999. Food Safety: The Agricultural Use of Antibiotics and Its Implications for Human Health. GAO's World Wide Web Home Page at: http:// www.gao.gov.
MARSUMIYANTO. 1989. Waspada terhadap antibiotika. Majalah Ayam dan Telur (35): 23 – 24. MCDONALD, L.C., M.J. KUEHNERT, F.C. TENOVER and W.R. JARVIS. 1997. Vancomycin-resistant enterococci outside the health-care setting: prevalence, sources, and public health implications. Emerging Infectious Diseases. 3(3): 311 – 317. MCEWEN, S.A. and FEDORKA-CRAY, P.J. 2002. Antimicrobial Use and Resistance in Animals. Clin. Infect. Dis. 34(Suppl 3): S93 – 106. MITCHELL J, GRIFFITHS MW, MCEWEN SA, MCNAB WB, YEE AJ. 1998. Antimicrobial drug residues in milk and meat: causes, concerns, prevalence, regulations, tests and test performance. J. Food Protection. 61(6): 742 – 56. NAWAZ, M.S. 2001. Human Health Impact and Regulartory issues Involving Antimicrobial Ressitance in Food Animal Production Environment. Regulator Research Perspective. Vol 1. Arkansas.5. RADETSKY P. 1998. Last Days of the Wonder Drugs. Discover November: 76 – 85. SIMMONS, G.C. and CRAVEN, J. 1980. Antibiotic Sensitivity Tests Using The Disc Methods. Aust. Bureau Anim. Health 1 – 8. SWARTZ, M.N. 2002. Human Diseases Caused by Foodborne Pathogens of Animal Origin. Clin. Infect. Dis. 34(Suppl. 3): S11 – 122. TJANIADI, P., M. LESMANA, D. SUBEKTI, N. MACHPUD, S. KOMALARINI, W. SANTOSO, C.H. SIMANJUNTAK, N. PUNJABI, J.R. CAMPBELL, W.K. ALEXANDER, H.J. BEECHAM, A.L. CORWIN and B.A. OYOFO. 2003. Antimicrobial Resistance of Bacterial Pathogens Associated with Diarrheal Patients in Indonesia. Am. J. Trop. Med. Hyg. 68(6): 666 – 670. VAN DEN BOGAARD and A.E. STOBBERINGH. 1999. Antibiotic usage in animals: impact on bacterial resistance and public health. Drugs. 58(4): 589 – 607.
747
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
WHO. 1997. The medical impact of the use of antimicrobials in food animals: report and proceedings of a WHO meeting. 13 – 17 October. Berlin. WHO. Geneva. 28.
748
FITRIA, Y., R.H. NUGROHO, H.B. SOSIAWAN, NOVIARTI dan NURHAYATI. 2004. Hasil monitoring dan surveilanse cemaran mikroba dan residu antibiotika di kota Padang, Pekanbaru dan Jambi tahun 2004. Bull. Infromasi Kesehatan Hewan. 6(69): 10 – 15.