KEPADATAN DAN PERILAKU NYAMUK Aedes (Diptera: Culicidae) DI DESA BABAKAN KABUPATEN BOGOR
DWIATI NIRVANA BAHARI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
ABSTRAK DWIATI NIRVANA BAHARI. Kepadatan dan Perilaku Nyamuk Aedes (Diptera: Culicidae) di Desa Babakan Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SUSI SOVIANA dan UPIK KESUMAWATI HADI. Berbagai tindakan telah dilakukan untuk menurunkan kasus Demam Berdarah Dengue, di antaranya gerakan 3M (menutup penampungan air, mengubur barang bekas, dan menguras penampungan air), dan pengasapan. Dalam melakukan upaya pengendalian dibutuhkan pengetahuan tentang kepadatan dan perilaku vektor nyamuk. Penelitian ini bertujuan mengetahui kepadatan populasi nyamuk Aedes, serta mempelajari perilaku menggigit dan istirahat nyamuk Aedes. Penelitian ini dilakukan di wilayah permukiman padat penduduk lingkar kampus IPB, Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, pada Februari- Juli 2011. Koleksi nyamuk dilakukan dengan penangkapan nyamuk berumpan manusia (landing collection) dan nyamuk yang beristirahat (resting collection) baik di dalam maupun di luar rumah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis nyamuk terbanyak yang menghisap darah dan beristirahat di dalam rumah adalah Ae. aegypi (0.34 nyamuk/jam/orang). Jumlah nyamuk terbanyak yang menghisap darah di luar rumah adalah Ae. albopictus (0.3 nyamuk/jam/orang), namun tidak diketahui apakah nyamuk ini lebih menyukai beristirahat di dalam atau di luar rumah. Kata kunci: Ae.aegypti, Ae, albopictus, Demam Berdarah Dengue, Kepadatan, Perilaku
ABSTRACT DWIATI NIRVANA BAHARI. Density and Behavior Aedes (Diptera: Culicidae) in Babakan Village Bogor Regency. Supervised by SUSI SOVIANA and UPIK KESUMAWATI HADI. Interventions have been done to reduce DHF (Dengue Haemoragic Fever) incidence, such known as 3 M plus (to dry, to close, and to bury water container) and fogging. Those effort need knowledge of the mosquitoes as the vector of DHF such as density and behavior of mosquitoes. This study was conducted to know population density and behavior of Aedes at indoor and outdoor. The data were gathered by mosquitoes resting and landing collection method. Observation was done in Babakan Village, Bogor Regency at February until July 2010. The highest outdoor man biting rate showed by Ae. albopictus (0,3 females per man hour). At indoor, Ae. aegypti had both of highest man biting rate and resting activity rate (0.34 females per man hour). While from resting collection method, Ae. albopictus was not showed resting activity at indoor or outdoor. Keywords: Ae. aegypti, Ae. albopictus, Dengue Haemoragic Fever, Density, Behavior
KEPADATAN DAN PERILAKU NYAMUK Aedes (Diptera: Culicidae) DI DESA BABAKAN KABUPATEN BOGOR
DWIATI NIRVANA BAHARI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kepadatan dan Perilaku Nyamuk Aedes (Diptera: Culicidae) di Desa Babakan Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan pembimbing dan belum pernah diajukan pada perguruan tinggi lain atau lembaga mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2011
Dwiati Nirvana Bahari NIM: B04070190
©Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Kepadatan dan Perilaku Nyamuk Aedes (Diptera: Culicidae) di Desa Babakan Kabupaten Bogor Nama : Dwiati Nirvana Bahari NRP : B04070190
Disetujui
Dr. drh. Susi Soviana, Msi Pembimbing I
Dr.drh. Upik Kesumawati Hadi, MS Pembimbing II
Diketahui
Dr.Nastiti Kusumorini Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahiim, Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Kepadatan dan Perilaku Nyamuk Aedes (Diptera: Culicidae) di Desa Babakan Kabupaten Bogor” Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada : 1. Papa Kasturi L. dan Mamaku Misinem S. tercinta yang telah membesarkan, mendidik, memberikan kasih sayang yang luar biasa, perhatian, dan do’a kepada penulis. 2. Dr. drh. Susi Soviana, Msi. dan Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS. yang telah berkenan membimbing dalam menyelesaikan tugas akhir ini, atas segala ilmu, nasehat, saran, kritik dan kesabarannya. 3. Dr. drh. Aryani SS. MSc. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama masa kuliah, penelitian dan penyelesaian tugas akhir. 4. Dr. drh. Dwi Jayanti Gunandini, Msi. yang telah bersedia menjadi dosen penilai dalam penelitian ini. 5. Adik tersayangku Setiawati Ayu Ningrum yang selalu memberi semangat, doa, dan keceriaan setiap saat. 6. Teman-teman seperjuangan Lainil Wafa dan Trismawati Wahid, terima kasih atas bantuan, kerjasama, semangat, dan persahabatan yang indah. 7. Tim Nyamuk.com Gita, Iin, Faidz, Lia, Fitrah, uni Desi, Pipit, Ranti, Tante Jelita, Cha-cha dewa, Cholil, Abertus, Rico, Rahman, Arif, Hafidz, Andrini, Gita alvernita, muhni, Leo, Muhni, Banjar, Ani, 8. Mas Agus, om Jefri, cak Joko, cak Pur, mbak Ika, andek Antok, mas Adi Setiawan, adek Resti, bibik Luluk, paklek Tris, tante Ana, lek Rasmadi, adek Elsa, lek Jadi, bik Ninah, mas Tomo, pakde Mayar, bude Nanik, bude Mentil yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materiil.
9.
Andrini Aditya Wardhani, Yasmin H. Baisa, Nur Adilla Adha Purba, Sinta Mutia Harpa, Zulinarti, Rema Ruliyanti Marali dan Risa Octriana, terima kasih atas persahabatan yang indah.
10. Teman-teman Tiamor’s, teh Novi, teh Triana, teh Mayang, teh Reni, Nifa, Endah, Umi, dan Cempaka atas kebersamaan dan keceriaan selama ini. 11. Teman-teman Wisma Azzahra teh Ria, teh Sandra, teh Santi, Lina-chan, teh Fera, Adek, Widia, dan Alma terimakasih atas persaudaraan dan kebersamaannya. 12. Teman-teman FKH 44 Gianuzi’s yang tak bisa kusebutkan satu per satu. 13. Keluarga besar Laboratorium Entomologi, ibu Jujuk, mas Supri, pak Heri, atas segala bimbingan dan keteramilan yang telah diberikan. 14. Seluruh pihak yang telah memberikan warna, keceriaan, dan membantu dalam menjalani kehidupanku.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Oktober 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Gorontalo, pada tanggal 24 Desember 1989. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, putri pasangan Kasturi Legiman dan Misinem Samirin. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1995-2000 di SDN Bongo I. Pada tahun 2001-2002 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP PGRI 02 Lawang Malang, kemudian melanjutkan pendidikannya di MAN Insan Cendekia Gorontalo dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur SPMB (Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Selama kuliah penulis memiliki pengalaman organisasi antara lain sebagai anggota organisasi himpro Ruminansia, sekretaris divisi syiar An-Nahl, sekretaris Ikatan Mahasiswa Kedokteran cabang FKH-IPB, dan anggota Himpunan Mahasiswa Gorontalo. Penulis juga pernah mengikuti berbagai kepanitiaan di antaranya panitia ketangkasan domba Garut se-Jawa Barat, Seminar Nasional dan Diskusi Interaktif “Dengan Pesta Peternakan Kita Sukseskan Peternakan Indonesia Untuk Indonesia Yang Lebih Baik Di Era Globalisasi”, Panitia Seminar, dan Diklat Nasional Peran Dokter Hewan dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Melalui Penyediaan Pangan Asal Hewan yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal. Pemeriksaan hewan kurban 2008, 2009, dan 2010, dan Panitia Masa Orientasi Fakultas Kedokteran Hewan tahun 2009 dan 2010. Sebagai syarat memperoleh gelar sarjana penulis melakukan kegiatan penelitian. Hasil kegiatan tersebut telah disusun dalam bentuk skripsi dengan judul ” Kepadatan dan Perilaku Nyamuk Aedes (Diptera: Culicidae) di Desa Babakan Kabupaten Bogor” di bawah bimbingan Dr. drh. Susi Soviana, Msi. dan Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS.
DAFTAR ISI No
Halaman
PRAKATA ....................................................................................................
vii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................
ix
DAFTAR ISI .................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xiv
PENDAHULUAN ........................................................................................ Latar Belakang .................................................................................. Tujuan Penelitian .............................................................................. Manfaat Penelitian ............................................................................ Gambaran Umum Masyarakat Sasaran Kondisi Fisik dan Lokasi Geografis Desa Babakan ................... Kondisi Umum Masyarakan Desa Babakan............................... Kondisi Sosial Masyarakat Desa Babakan ................................. Catatan Kesehatan Masyarakat Desa Babakan .......................... TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... Klasifikasi Aedes sp. ......................................................................... Morfologi Nyamuk Aedes sp. .......................................................... Telur Aedes sp. ........................................................................... Larva Aedes sp. .......................................................................... Pupa Aedes sp. ............................................................................ Aedes sp. Dewasa ....................................................................... Fisiologi dan Siklus Hidup ................................................................ Perilaku Hidup Aedes Sp. .................................................................. Peran Aedes sp. Sebagai Vektor Penyakit .........................................
1 1 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 8 9 11 12 13
METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... Metode Pengumpulan Data ............................................................... Metode Penangkapan Nyamuk ......................................................... Analisis Data .....................................................................................
14 14 14 14 15
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
16
SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... Simpulan ........................................................................................... Saran ..................................................................................................
26 26 26
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
27
LAMPIRAN ..................................................................................................
30
DAFTAR TABEL No 1
Halaman Kelimpahan nisbi (%) nyamuk menggigit orang yang tertangkap di dalam dan di luar rumah ..............................................................
2
16
Kelimpahan nisbi (%) nyamuk istirahat yang tertangkap di dalam dan di luar rumah ............................................................................
16
3
Kepadatan jenis-jenis nyamuk yang menggigit orang ....................
17
4
Total nyamuk tertangkap dengan metode landing collection di dalam rumah ...............................................................................
20
Total nyamuk tertangkap dengan metode landing collection di luar rumah ...................................................................................
21
Total nyamuk tertangkap dengan metode resting collection di dalam dan di luar rumah ..................................................................
23
5
6
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1
Thoraks Ae. aegypti dan Ae. albopictus dewasa ............................
6
2
Telur Aedes ......................................................................................
7
3
Larva Ae. aegypti dan Ae. albopictus .............................................
8
4
Larva Aedes .....................................................................................
8
5
Pupa Aedes ......................................................................................
9
6
Ae. aegypti dewasa ..........................................................................
10
DAFTAR LAMPIRAN No 1
Halaman Peta lokasi penelitian .................................................................... 30
2
Laporan bulanan jumlah penduduk ...............................................
31
3
Persebaran mata pencaharian penduduk .......................................
31
4
Sarana kesehatan Desa Babakan ...................................................
32
5
Data pasien demam berdarah ........................................................
32
6
Histogram total nyamuk tertangkap dengan metode landing collection di dalam rumah .............................................................
32
Histogram total nyamuk tertangkap dengan metode landing collection di luar rumah ................................................................
33
Histogram total nyamuk tertangkap dengan metode resting Collection di dalam rumah ............................................................
33
Histogram total nyamuk tertangkap dengan metode resting collection di luar rumah ................................................................
34
Data pengambilan nyamuk (1-12 Februari 2010) di dalam rumah..................................................................................
35
Data pengambilan nyamuk (1-12 Februari 2010) di luar rumah .....................................................................................
36
Data pengambilan nyamuk (28 juni-7 juli 2010) di dalam rumah..................................................................................
37
Data pengambilan nyamuk (28 juni-7 juli 2010) di dalam rumah..................................................................................
38
7
8
9
10
11
12
13
PENDAHULUAN Latar Belakang Nyamuk merupakan serangga berukuran kecil, halus, langsing, kaki-kaki atau tungkainya panjang langsing, dan mempunyai bagian mulut untuk menusuk kulit dan menghisap darah (Hadi et al. 2006). Nyamuk merupakan jenis serangga yang tersebar luas di seluruh dunia. Terdapat 2.960 jenis nyamuk di seluruh dunia, 457 jenis di antaranya terdapat di Indonesia, yaitu 80 spesies Anopheles, 82 spesies Culex, 125 spesies Aedes dan 8 spesies Mansonia sedangkan sisanya tidak termasuk mengganggu (O’Connor dan Sopa 1981 dalam Hadi dan Koesharto 2006 ). Nyamuk termasuk kedalam famili Culicidae dan memiliki 3 sub famili penting yaitu Toxorhynchitinae, Culicinae, dan Anophelinae . Sebagian spesies nyamuk dari genus Anopheles dan Culex yang bersifat zoofilik berperan dalam penularan penyakit pada binatang dan manusia, tetapi ada juga spesies nyamuk
anthropofilik yang hanya menularkan penyakit pada
manusia, di antaranya adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus dan Ae. scutellaris, tetapi sampai saat ini yang menjadi vektor utama dari penyakit DBD ke manusia adalah
Aedes aegypti. Nyamuk memiliki kemampuan terbang yang terbatas
antara 0,5 sampai 2 km sehingga sebagai vektor penyakit nyamuk harus berada dekat dengan inang yang mengandung agen penyakit (Service 1986, DEPKES 2007). Nyamuk merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Telur nyamuk Aedes biasanya dilekatkan pada dinding bak mandi, ban bekas, WC, tempayan, drum air, bak air menara (water tower ) yang tidak tertutup, dan sumur gali. Selain itu telur nyamuk Aedes juga dapat ditemukan pada wadah yang berisi air bersih atau air hujan seperti tempat minum burung, vas bunga, pot bunga, ban bekas, potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan air di kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air meskipun dalam volume kecil (DEPKES 2007). Pada musim kemarau telur nyamuk diletakkan pada dinding bak penampung bagian dalam sebelum bak penampung tergenang air, apabila kemudian bak tersebut berisi air yang jernih seperti air hujan maka telur akan segera menetas karena telur Aedes tahan terhadap kekeringan. Hal tersebut mengakibatkan
2
prevalensi penyakit demam berdarah cenderung meningkat ketika awal musim hujan (Sintorini 2007) Pemberantasan nyamuk yang dilakukan oleh pemerintah saat ini terbatas pada sosialisasi 3M yaitu mengubur barang bekas, menutup penampungan air dan menguras bak mandi, selain sosialisasi kepada masyarakat, pemerintah juga mengadakan pengasapan atau biasa dikenal dengan istilah melakukan
foging. Dalam
foging petugas harus mengetahui tempat peristirahatan nyamuk
ataupun waktu aktif nyamuk. Pemberantasan nyamuk yang dilakukan akan lebih efektif jika kegiatan ini dilakukan pada tempat peristirahatan nyamuk atau pada waktu nyamuk beraktivitas, sehingga pemberantasan bisa berlangsung secara maksimal. Desa Babakan merupakan desa yang paling dekat dengan wilayah kampus IPB, sebagian besar penduduk di desa ini adalah mahasiswa IPB yang setiap tahunnya selalu berganti ataupun bertambah. Kepadatan penduduk dan mobilitas yang begitu cepat memungkinkan terjadinya penyebaran penyakit DBD dengan cepat ke penduduk setempat. Sebagian besar masyarakat Desa Babakan menggunakan sumber air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga untuk menghemat penggunaan air tanah masyarakat menggunakan wadah-wadah penampung air (TPA), penggunaan wadah-wadah penampung air ini berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. Desa Babakan merupakan daerah yang berpotensi dalam penyebaran DBD, secara fisik desa ini merupakan daerah urban padat pemukiman, dengan sanitasi yang buruk, dan curah hujan yang tinggi. Selama ini di daerah yang secara fisik berpotensi sebagai sumber penyebaran DBD tersebut belum pernah dilakukan survei terhadap vektornya. Survei dapat meliputi pengamatan perilaku dan populasi nyamuk dewasa, maupun terhadap jentik atau larva nyamuk. Selain untuk mengetahui perilaku istirahat dan aktif nyamuk Ae. aegypti, data dari hasil survei juga dapat dijadikan acuan dasar untuk peningkatan kewaspadaan terhadap penyakit DBD di desa ini.
3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengetahui kepadatan populasi nyamuk Aedes, serta mempelajari perilaku menggigit dan istirahat nyamuk Aedes. Manfaat Panelitian 1 Diperoleh informasi mengenai kepadatan populasi vektor DBD yang ada di Desa Babakan, sehingga dapat dijadikan sebagai data dasar untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit yang dapat ditularkan oleh nyamuk tersebut. 2
Dengan mengetahui kepadatan populasi nyamuk dapat diketahui potensi desa sebagai daerah berisiko DBD.
3
Meningkatkan peran mahasiswa dalam mengamalkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan sosial di masyarakat secara langsung. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
Kondisi Fisik dan Lokasi Geografis Desa Babakan Secara administratif, Desa Babakan termasuk dalam wilayah Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Sebelah utara berbatasan
dengan Desa Cikarawang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Darmaga sebelah barat berbatasan dengan Desa Cibanteng, dan sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Balubang Jaya, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Desa Babakan berjarak 1,5 km dari Kecamatan Darmaga, 25 km dari Kabupaten Bogor, 129 km dari Bandung dan 67 km dari Jakarta. Luas desa ini mencapai 334.384 Ha dengan ketinggian tanah dari permukaan laut 196 di atas permukaan laut, banyak curah hujan mencapai 250-450 mm/thn, dan suhu rata-rata 25˚–32˚C. Kondisi Umum Masyarakan Babakan Desa Babakan terdiri atas 4 Dusun, 9 RW (Rukun Warga) dan 35 RT (Rukun Tetangga), dengan jumlah keluarga miskin (Gakin) mencapai 398 KK dengan persentase 25% dari jumlah keluarga yang ada di Desa Babakan. Adapun jumlah penduduk desa ini ±10.902 jiwa yang terdiri atas 5.196 jiwa laki-laki dan 5.706 jiwa perempuan, yang terdiri atas 2.439 kepala keluarga. Data kependudukan Desa Babakan tercantum pada Lampiran 2.
4
Lebih dari 70% penduduk Desa Babakan menggantungkan hidupnya dari sektor perdagangan dan wirausaha. Hal ini karena banyaknya kebutuhan mahasiswa IPB baik itu kebutuhan primer maupun sekunder, sehingga memotivasi masyarakat setempat untuk membuka usaha dari kecil-kecilan hingga menengah dan besar. Data lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Babakan Sebagian besar penduduk Desa Babakan adalah penduduk usia muda yang berusia kurang dari 27 tahun. Fasilitas pendidikan Desa Babakan meliputi 6 bangunan Taman Kanak-Kanak, 4 bangunan Sekolah Dasar, 2 bangunan SLTP/MTs dan 4 bangunan SLTA/SMK. Catatan Kesehatan Masyarakat Desa Babakan Sarana kesehatan di Desa Babakan cukup memadai dengan fasilitas balai pengobatan ataupun klinik yang ada, sebagaimana tersaji dalam Lampiran 4. Menurut catatan dokter Desa Babakan, rata-rata penyakit yang diderita oleh masyarakat Desa Babakan adalah demam yang disebabkan oleh perubahan cuaca yang tiba-tiba, atau karena virus influenza. Data mengenai kasus DBD tahun 2009 yang tercatat hanya mencapai tiga jiwa. Data penderita DBD di Desa Babakan sulit diperoleh karena sebagian besar penduduknya merupakan mahasiswa dari berbagai daerah yang akan kembali ke daerah ketika sakit, sehingga data yang diperoleh dari Puskesmas Cangkurawok dan beberapa klinik swasta yang ada di sekitar lokasi sangat terbatas. Rata-rata penyakit deman berdarah ini menyerang anak-anak, hal ini karena pada siang hari anak-anak bebas bermain tanpa pengawasan dari orang tua, dan nyamuk vektor demam berdarah beraktivitas pada siang hari.
5
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Aedes sp. Nyamuk masuk dalam ordo Diptera, famili Culicidae, dengan tiga subfamili yaitu Toxorhynchitinae (Toxorhynchites), Culicinae (Aedes, Culex, Mansonia, Armigeres), dan Anopheline (Anopheles) (Eldridge 2003). Di seluruh dunia, dilaporkan terdapat sekitar 3100 spesies dari 34 genus. Aedes, Culex, Mansonia, Armigeres, Haemagogus, Sabethes, Culiseta, Psorophora dan Anopheles adalah genus nyamuk yang menghisap darah manusia dan berperan sebagai vektor penyakit. Beberapa nyamuk terbatas di daerah tertentu seperti Haemagogus dan Sabethes ditemukan hanya di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, sedangkan Psorophora hanya ditemukan di Amerika Utara. Beberapa jenis nyamuk dapat dijumpai di berbagai tempat (kosmopolitan) seperti Culex dan Aedes (Hadi et al. 2006).
Sub famili Toxorhynchitinae
hanya memiliki satu genus yaitu
Toxorhyncites, sub famili ini lebih mudah dibedakan dari subfamili yang lain, karena telur, larva, dan dewasa memiliki ukuran yang besar (Service 1986). Di antara ketiga subfamili tersebut hanya subfamili culicidae yang dapat bertindak sebagai vektor virus dengue yaitu Ae.aegypti dan Ae.albopictus. Berikut klasifikasi nyamuk Ae.aegypti dan Ae.albopictus : Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Diptera
Sub ordo
: Nematocera
Famili
: Culicidae
Genus
: Aedes
Subgenus
: Stegomyia
Spesies
: Ae. aegypti dan Ae. albopictus (Becker 2003)
6
Morfologi nyamuk Aedes sp. Nyamuk Aedes masuk dalam ordo Diptera ”di” artinya dua dan “pteron” artinya (sayap) maka dapat diartikan sebagai serangga yang mempunyai dua pasang sayap. Spesies ordo ini mempunyai satu pasang sayap membran, sepasang sayap di bagian metathoraks yang mengalami modifikasi membentuk halter (Soulsby 1982). Ae.aegypti dan Ae. albopictus dewasa dapat dibedakan dari garis putih yang terdapat pada bagian skutumnya. Skutum Ae. aegypti berwarna hitam dengan dua garis putih sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih. Sementara skutum Ae. albopictus yang juga berwarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal di bagian dorsalnya (Sivanathan 2006) sebagaimana terlihat pada Gambar 1.
A
B
Gambar 1 Thoraks Ae. aegypti (A) dan Ae. albopictus (B) dewasa (Sumber: Sivanathan 2006) Telur Aedes Setelah nyamuk Aedes mencapai dewasa, maka akan terjadi perkawinan. Untuk proses pematangan telur nyamuk akan menghisap darah 0,63-0,76 menit per hari hal ini dilakukan karena darah merupakan sumber protein esensial untuk pematangan telur. Sebagian besar nyamuk Ae. aegypti betina meletakkan telurnya di beberapa sarang selama satu kali siklus gonotropik (World Health Organization 2002). Telur Ae. aegypti umumnya diletakkan di permukaan air satu persatu, di tempat penampungan air atau di dekat garis di permukaan air (James & Harwood 1979 ).
7
Telur dari nyamuk Aedes pada saat pertama kali diletakkan berwarna putih, kemudian berubah menjadi gelap sampai hitam dalam waktu 12-24 jam, satu telur panjangnya 0,5 mm dan dapat dilihat dengan kasat mata. Perubahan warna pada telur terjadi karena adanya lapisan endokorion yang merupakan lapisan pelindung telur. Telur Aedes berwarna hitam dan berbentuk ovoid menyerupai bola rugby (Gambar 2) dalam permukaan poligonal dan diletakkan satu demi satu pada permukaan air atau pada perbatasan air (Clement 1963). Telur yang ditetaskan pada suhu kamar akan menetas dalam waktu satu atau dua hari, dan selanjutnya akan menjadi larva. Pada suhu 16˚ C telur baru bisa menetas pada hari ketujuh.
Gambar 2 Telur Aedes (Sumber: Sivanathan 2006) Larva Aedes Larva nyamuk Aedes mempunyai panjang 10 mm dan tubuhnya terdiri atas kepala, thoraks dan abdomen (Gambar 4). Kepala terdapat mata yang majemuk, antena dan mulut. Abdomen terdiri atas delapan ruas dan pada segmen terahir terdapat sifon yang berfungsi untuk mengambil udara dari luar. Stadium larva mempunyai bentuk sifon yang pendek dan gemuk dengan satu pasang hair tuft serta pecten yang tumbuh tidak sempurna (Kettle 1984). Larva nyamuk biasanya berenang di permukaan air untuk bernapas dan mengambil makanan di dasar air (bottom feeder). Larva nyamuk Aedes mengalami pergantian kulit (molting) sebanyak empat kali (Service 1986). Larva nyamuk dilengkapi oleh insan anal, posisi istirahat larva membentuk sudut 45˚ dengan permukaan air (Levine 1994). Pada fase larva perbedaan antara Ae. aegypti dan Ae. albopictus dapat dilihat dari pecten teeth dan comb scales seperti terlihat pada Gambar 3.
8
Gambar 3 Larva Ae. aegypti dan Ae. albopictus (Sumber: Sivanathan 2006)
Gambar 4 Larva Aedes (Sumber: Sivanathan 2006) Pupa Aedes Pupa nyamuk, dikenal dengan tumbles yang berbentuk koma, dengan kepala dan thoraks membentuk cephalothoraks dan abdomen menggulung di bawahnya (Kettle 1984), seperti terlihat pada Gambar 5. Setelah 2-3 hari kemudian, larva stadium keempat yang telah mengalami pergantian kulit akan berubah menjadi pupa yang dapat mencapai ukuran 6 mm (Anonimus 2004). Pupa nyamuk Aedes
berbentuk bengkok dengan bagian kepala yang
membesar dan dilengkapi dengan sepasang terompet kecil pada bagian thoraks yang berfungsi sebagai alat pernapasan. Pupa akan segera mengalami eklosi menjadi nyamuk dewasa. Pupa bernapas dengan menggunakan terompet respirasi yang terdapat pada thoraks dan kantung udara yang terletak di antara bakal sayap. Setelah melewati stadium ini, pupa akan melakukan eklosi (keluar dari
9
kepompong) menjadi nyamuk dewasa yang dapat terbang dan keluar dari air. Stadium pupa tidak lama rata-rata berumur 2,5 hari (Service 1986).
Gambar 5 Pupa Aedes (Sumber: Sivanathan 2006) Aedes dewasa Tubuh nyamuk Aedes terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, thoraks, dan abdomen (Soulsby 1986). Nyamuk famili Culicidae memiliki bentuk yang langsing, kecil, bentuk kepala membulat, probosis dan kaki yang panjang (Kettle 1984). Menurut Christophers (1960) Nyamuk Ae. aegypti dewasa umumnya berukuran 3-4 mm, berwarna hitam dengan garis-garis putih sepanjang thoraks dan abdomen serta cincin di kakinya, seperti terlihat pada Gambar 6. Pada tubuh dan tungkai nyamuk Aedes ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan, bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua (Womack 1993).
Gambar 6 Ae. aegypti dewasa (Sumber: Sivanathan 2006)
10
Secara umum morfologi nyamuk jantan dan betina dapat dibedakan dari berbagai anggota tubuhnya. Nyamuk jantan memiliki tipe antena plumose sedangkan nyamuk betina memiliki tipe antena pilose. Nyamuk jantan memiliki antena yang panjang dan memiliki banyak bulu (plumose), sedangkan nyamuk betina antenanya hanya ditutupi sedikit bulu (pilose) (Little 1972). Menurut Cheng (1974), pada antena Ae. aegypti jantan terdapat organ Johnston’s yang membantu mendeteksi keberadaan Ae. aegypti betina. Nyamuk Ae. aegypti jantan tidak menghisap darah melainkan menghisap madu dan sarisari tumbuhan sedangkan nyamuk betina menghisap darah manusia maupun hewan (Christophers 1960). Fisiologi dan Siklus Hidup Secara bioekologis spesies nyamuk Aedes mempunyai dua habitat yaitu akuatik (perairan) untuk fase pradewasanya (telur, larva, dan pupa), dan terestrial (daratan) untuk fase dewasa. Nyamuk dewasa akan mencari daerah akuatik untuk meletakkan telur. Nyamuk Ae. aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur (Cheng 1974). Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar tumbuhan. Nyamuk jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah. Nyamuk ini kerap menyerang anak-anak karena anakanak cenderung duduk di dalam kelas selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran bagi nyamuk jenis ini (Womack 1993). Semua nyamuk mengalami metamorfosis sempurna (Holometabola) yaitu telur, larva, pupa dan nyamuk dewasa. Telur nyamuk Aedes diletakkan secara tunggal dalam kelompok kecil di tepi permukaan air (Christophers 1960). Telur Ae. aegypti yang dihasikan dalam satu kali bertelur antara 100-400 butir . Selain ditemukan pada permukaan air, telur juga dapat ditemukan sedikit di bawah permukaan air dengan jarak sekitar 2 cm dari dinding bejana (Kettle 1984). Telur Ae. aegypti dapat bertahan selama beberapa bulan pada suhu -2°C sampai 42°C.
11
Telur Aedes dapat bertahan hidup tanpa air dalam waktu yang cukup lama bahkan sampai dengan enam bulan (James & Harwood 1979). Telur dapat menetas menjadi larva dalam 3-5 hari pada suhu 30°C, sedangkan pada suhu 16°C telur akan menetas dalam waktu 7 hari. Suhu air yang optimum untuk penetasan telur adalah 25-28°C selama 1-3 hari (Kettle 1984) Telur yang menetas akan membentuk larva, terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar satu ke instar empat memerlukan waktu sekitar lima hari. Setelah mencapai instar ke IV, larva berubah menjadi tidak aktif (dorman). Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung (Womack 1993). Larva yang menetas dari telur tersebut akan hidup mengapung di bawah permukaan air. Hidup larva tersebut berhubungan dengan upayanya menjulurkan alat pernafasan yang disebut sifon untuk menjangkau permukaan air guna mendapatkan oksigen untuk bernafas (Judarwanto
2007). Stadium larva ini
memakan waktu 9-10 hari pada suhu rata-rata dan 4-7 hari pada suhu tinggi. Perkembangan larva menjadi pupa akan bertambah cepat jika suhu lingkungan diatas suhu normal, namun pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali bila suhu ruangan kurang dari 10°C atau lebih dari 40°C. Setiap akhir dari perkembangan, instar larva melepaskan kulitnya yang disebut dengan molting. Larva merupakan tahap aktif makan, beberapa larva dapat berkembang selama lima sampai enam hari dan setelah menjadi larva instar empat kemudian berubah menjadi tahap pupa (Christopers 1960). Tahap pupa merupakan tahap tanpa makan, tahap ini berlangsung hanya beberapa hari kemudian jaringan pada larva berubah menjadi jaringan dewasa. Lama perkembangan pupa menjadi dewasa yaitu dua sampai tiga hari (Service 1986). Ketika pupa menetas (eklosi), kulit pupa robek akibat gelembung udara yang terbentuk dari desakan nyamuk dewasa yang melepaskan diri. Nyamuk yang baru keluar dari pupa akan terbang untuk mencari makan. Nyamuk jantan dan betina dewasa akan melakukan perkawinan saat nyamuk sedang terbang dan berlangsung dalam waktu beberapa detik saja.
12
Perilaku Aedes aegypti Nyamuk Ae. aegypti merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropis. Nyamuk ini biasanya hidup pada 35° Lintang Utara dan 35° Lintang Selatan, namun pada musim panas nyamuk ini dapat ditemukan pada daerah 45° Lintang Utara (DEKES 2007). Ada perbedaan perilaku makan darah antara nyamuk dewasa yang belum dan sudah terinfeksi virus DBD. Perbedaan itu berimplikasi terhadap frekuensi kontak nyamuk dengan inang. Nyamuk Ae. aegypti mempunyai perilaku makan yaitu menghisap nektar dan jus tanaman sebagai sumber energinya. Selain energi, nyamuk betina juga membutuhkan pasokan protein untuk keperluan reproduksi (anautogenous) dan proses pematangan telurnya. Pasokan protein tersebut diperoleh dari darah inang, sehingga nyamuk yang menghisap darah inang dalam waktu yang lama akan memperoleh protein dalam jumlah yang banyak (Merrit & Cummins 1978) Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ponlawat & Harington (2005) sekitar tahun 2003 dan 2004 di Thailand menunjukkan bahwa Ae. aegypti hampir seluruhnya (99%) menghisap darah manusia. Oleh karena itu, kisaran inang dan preferensi vektor terhadap inang tersebut menentukan status spesies tersebut sebagai vektor utama virus DBD. Cara penularan virus DBD adalah melalui gigitan nyamuk Aedes betina terhadap inang penderita DBD. Nyamuk Aedes bersifat anthropofilik itu lebih menyukai darah manusia dibandingkan dengan darah hewan. Peranan Aedes sebagai vektor penyakit Penyakit yang dipindahkan oleh vektor nyamuk merupakan penyakit yang sering menimbulkan banyak penderitaan bahkan kematian di daerah tropis. Ae. aegypti dan Ae. albopictus telah diketahui adalah vektor penyakit demam berdarah dengue. Penularan penyakit DBD hanya melalui gigitan nyamuk (Service 1986).
Di Indonesia vektor utama penyakit ini adalah Ae. aegypti,
nyamuk ini tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia dan hidup di sekitar permukiman manusia di dalam dan di luar rumah terutama di daerah padat penduduk (Gunandini 1999).
13
Demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae, ada empat serotype yaitu dengue -1, dengue -2, dengue-3, dan dengue -4. Virus tersebut berada dalam darah viremia penderita selama masa periode intrinsik 3-14 hari (rata-rata 4-7 hari). Virus akan masuk ke dalam tubuh nyamuk pada saat nyamuk menghisap darah penderita. Pada suhu 30°C, di dalam tubuh nyamuk Ae. aegypti memerlukan waktu 8-10 hari untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsik dari lambung sampai ke kelenjar ludah nyamuk (World Health Organization 2002). Beberapa hal yang menyebabkan Ae. aegypti dianggap sebagai vektor potensial penular penyakit demam berdarah antara lain bersifat anthropofilik, lebih menyukai darah manusia sebagai makanannya, mudah terganggu sehingga sering berpindah-pindah pada waktu menghisap darah, sehingga lebih banyak orang yang digigit dan penyakit lebih tersebar (Gubler 1997).
14
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah permukiman padat penduduk lingkar kampus IPB, Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor , FebruariJuli 2010. Tempat penelitian meliputi 4 RW yang terdiri dari RW 1 (RT 1, RT 2, RT 3, RT 4), RW 7 (RT 1, RT 2 RT 3, RT 4), RW 8 (RT 2), dan RW 9 (RT 2). Penentuan wilayah ini didasarkan pada RT atau RW yang memiliki jarak terdekat dengan wilayah kampus IPB. Metode Pengumpulan Data Langkah awal dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Cangkurawok Desa Babakan Kec. Darmaga dan Klinik Farfa di Jalan Darmaga untuk mengetahui jumlah penderita yang pernah terinfeksi DBD dapat dilihat pada Lampiran 5. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menghitung kepadatan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus pada beberapa sampel rumah penduduk baik di dalam maupun di luar rumah. Pengumpulan data dilakukan oleh 3 orang kolektor nyamuk di dalam ruangan dan 3 kolektor di luar ruangan. Penangkapan nyamuk yang hinggap (landing collection) dilakukan selama 20 menit untuk setiap rumah. Selain itu dilakukan juga penangkapan nyamuk yang istirahat (resting collection) selama 5 menit pada setiap rumah. Setiap kolektor dalam sehari melakukan penangkapan nyamuk pada 6 rumah penduduk. Oleh karena itu selama 20 hari diperoleh data yang berasal dari 360 rumah penduduk. Metode Penangkapan Nyamuk Penangkapan nyamuk dilakukan pada masa aktif nyamuk Aedes mencari inang atau mengisap darah, yakni pada pukul 08.00-11.00 WIB. Penangkapan nyamuk dewasa dilakukan oleh dua orang kolektor disetiap rumah, satu orang melakukan penangkapan nyamuk di dalam dan satu orang lagi di luar rumah. Setiap kolektor berperan sebagai umpan dan sekaligus penangkap. Setiap kolektor duduk dalam suatu ruangan yang ditentukan (dalam rumah) atau di halaman rumah (luar rumah), dengan menggulung ujung celana sampai ke lutut, tidak
15
beralas kaki, dan tidak makan, minum ataupun merokok dan menunggu nyamuk yang datang untuk menggigit. Bila ada nyamuk yang datang, maka sewaktu nyamuk hinggap sebelum menggigit (landing), nyamuk ditangkap dengan menggunakan aspirator, kemudian ditempatkan dalam wadah berupa paper cup. Penangkapan nyamuk istirahat juga dilakukan dengan menggunakan aspirator selama 5 menit pada nyamuk yang hinggap di dalam rumah meliputi di dinding, furnitur, gantungan baju, dan lain sebagainya, dan untuk di luar rumah di tanaman, pagar, sekitar ternak, dan lain sebagainya. Nyamuk-nyamuk yang tertangkap dibius dengan khlorofom lalu dilakukan pinning dan diidentifikasi dengan menggunakan Kunci Identifikasi Aedes Jentik Dan Dewasa di Jawa (DEPKES 1989). Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis lalu disajikan secara deskriptif disertai tabel dan gambar. Analisis data yang dilakukan adalah perhitungan angka-angka MHD dan Resting rate (DEPKES 2007)
16
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Nyamuk Jenis nyamuk yang ditemukan pada penangkapan nyamuk berumpan orang dan nyamuk istirahat adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex, dan Armigeres. Jenis nyamuk dan persentase jumlah nyamuk yang tertangkap dengan umpan orang di dalam dan di luar rumah dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan persentase jenis nyamuk istirahat yang tertangkap di dalam dan di luar rumah terlihat pada Tabel 2. Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase nyamuk tertangkap yang menggigit orang yang tertinggi adalah Ae. aegypti, di dalam rumah sebesar 75.93% dan di luar rumah 21.81%. Persentase kedua adalah Ae. albopictus di dalam rumah sebesar 11.11% dan di luar rumah 65.45%. Urutan selanjutnya adalah Culex di dalam (11.11%)dan di luar rumah (19.06%), sedangkan Armigeres hanya ditemukan 0.02% di dalam rumah dan 3.64% di luar rumah. Banyaknya nyamuk Ae. aegypti yang ditertangkap pada umpan orang di dalam rumah menunjukkan bahwa nyamuk ini bersifat anthropophilic dan lebih memilih menggigit di dalam rumah (endophilic). Nyamuk Ae. albopictus lebih banyak ditemukan di luar rumah karena nyamuk ini bersifat exophilic. Nyamuk Ae. albopictus merupakan vektor sekunder penyakit DBD, hal ini terjadi karena nyamuk ini tidak mampu menularkan penyakit DBD jika dalam wilayah tersebut tidak dijumpai vektor utamanya yaitu Ae. aegypti. Tabel 1 Kelimpahan nisbi (%) nyamuk yang menggigit orang yang tertangkap di dalam dan di luar rumah Jenis Nyamuk
Dalam
Luar
Total
%
41
75.93
12
21.81
Ae. albopictus
6
11.11
36
65.45
Culex
6
11.11
5
9.09
Armigeres
1
0.02
2
3.64
54
100
55
100
Ae. aegypti
Total
Total
%
17
Tabel 2 Kelimpahan nisbi (%) nyamuk yang istirahat yang tertangkap di dalam dan di luar rumah Jenis Nyamuk Ae. aegypti Ae. albopictus Culex Armigeres Total
Dalam Total 57 5 102 6 170
Luar % 33.53 2.94 60 3.53 100
Total 5 4 28 1 38
% 13.16 10.53 73.68 2.63 100
Tabel 2 secara keseluruhan menunjukkan bahwa nyamuk Culex banyak ditemukan beristirahat di dalam maupun di luar rumah, dengan persentase di dalam rumah 60% dan di luar rumah 73.68%. Hal ini terjadi karena Culex merupakan spesies nyamuk rumah yang selalu ditemukan di pemukiman penduduk terutama di wilayah yang banyak ditemukan genangan air kotor. Selain itu nyamuk Ae. aegypti ditemukan dengan total jumlah tertinggi beristirahat di dalam rumah adalah 33.53% dan di luar sebanyak 13.16%. Nyamuk Ae. aegypti merupakan nyamuk yang lebih menyukai mencari inang di dalam rumah, setelah mendapatkan asupan darah nyamuk akan segera beristirahat tidak jauh dari inang yaitu didalam rumah, sehingga nyamuk Ae. aegypti lebih banyak ditemukan beristirahat di dalam rumah. Jumlah nyamuk Ae. albopictus yang beristirahat di dalam rumah hanya 2.94% dan 10.53% di luar rumah, sedangkan nyamuk Armigeres hanya ditemukan 3.51% di dalam rumah dan 2.63% di luar rumah. Kepadatan Nyamuk Yang Menggigit Kepadatan nyamuk adalah angka nyamuk yang ditunjukkan dengan nilai Man Hour Density (MHD) sebagaimana tersaji dalam Tabel 3. Tabel 3 Kepadatan jenis-jenis nyamuk yang menggigit orang Jenis Nyamuk
MHD Dalam
Luar
Total
Ae. aegypti
0.34
0.10
0.44
Ae. albopictus
0.05
0.30
0.35
Culex
0.05
0.04
0.09
0.008
0.017
0.025
Armigeres
18
Dengan menggunakan data Tabel 3 dapat dilihat bahwa MHD Ae. aegypti di dalam rumah adalah 0.34 nyamuk/jam/orang dan 0.05 nyamuk/jam/orang untuk Ae. albopictus. Nilai ini berarti bahwa di dalam rumah setiap tiga jam inang akan digigit lebih dari satu nyamuk Ae. aegypti. Dari nilai tersebut terlihat bahwa di dalam rumah Ae. aegypti lebih berpotensi dalam menyebarkan penyakit DBD apabila dibandingkan terhadap Ae. albopictus yang hanya memiliki nilai MHD 0.05 nyamuk/jam/orang,
Ae.aegypti memiliki kepadatan nyamuk lebih tinggi
sehingga memiliki peluang yang lebih besar dalam penyebaran penyakit DBD. Perhitungan nilai MHD dari Tabel 3 terlihat bahwa MHD Ae. albopictus 0.3 nyamuk/jam/orang dan Ae. aegypti 0.1 nyamuk/jam/orang. Jika dibandingkan dengan
Ae.
aegypti
0.3 nyamuk/jam/orang,
nilai
MHD
sehingga
Ae. albopictus
Ae.albopictus
lebih
lebih
tinggi
berpotensi
yaitu dalam
menyebarkan penyakit DBD di luar ruangan. Semakin tinggi nilai MHD maka semakin tinggi potensi nyamuk tersebut dalam menyebarkan penyakit DBD. Sampai saat ini belum ada nilai standar MHD nyamuk yang dikatakan berisiko dalam mentransmisikan virus dengue. Menurut Lok (1985) dalam bukunya menyatakan bahwa apabila di suatu wilayah terdapat inang serta terjadi kontak dengan vektor, maka dengan nilai MHD > 2 dikatakan berisiko dalam mentrasmisikan penyakit yellow fever. Selain itu Onyido et al. (2009) dalam penelitiannya mengenai vektor yellow fever di Nigeria yang melakukan penangkapan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus dari pukul 17.00-20.00 mendapatkan nilai MHD Ae. aegypti 3.04 dan Ae. albopictus 1.72. Dikatakan nilai ini menunjukkan risiko yang tinggi dalam penyebaran infeksi yellow fever. Apabila dibandingkan dengan nilai MHD Ae. aegypti dan Ae. albopictus penelitian pada Tabel 3, nilai MHD pada penelitian ini menunjukkan nilai yang sangat kecil. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan tempat, waktu, iklim daerah penelitian dan tidak secara langsung menunjukkan potensinya dalam penyebaran DBD. Perilaku Menggigit Menurut Service (1986) dilihat dari inangnya nyamuk dibedakan menjadi empat jenis yaitu spesies nyamuk yang menyukai darah manusia disebut
19
anthropophagic, spesies yang menyukai darah hewan disebut zoophagic, nyamuk yang menyukai darah bangsa burung disebut ornitophagic, dan yang terahir adalah nyamuk indiscriminate biters yang berarti nyamuk yang tidak memiliki kesukaan terhadap inang tertentu. Menurut aktivitas dalam pencarian makanan nyamuk dibedakan menjadi dua jenis yaitu nyamuk yang mencari makanan di dalam rumah disebut endophagic dan spesies nyamuk yang mencari makanan di luar rumah disebut exophagic. Setelah mencari makan sebagian besar spesies nyamuk akan mencari tempat untuk mencerna darah yang dimakan dan melakukan pematangan sel telur. Sebagian spesies nyamuk akan melakukan istirahat dan pematangan sel telur di dalam rumah atau disebut endophilic, dan spesies yang melakukannya di luar ruangan disebut exophilic. Pengamatan perilaku menggigit nyamuk dilakukan dengan melihat banyaknya nyamuk yang hinggap pada inang yang disediakan (landing). Perilaku menggigit ini hanya dilakukan oleh nyamuk betina. Nyamuk betina yang aktif menggigit adalah nyamuk dalam masa pematangan telur, karena protein dari darah hanya diperlukan untuk pematangan sel-sel telur. Nyamuk betina akan terbang berkeliling sampai menemukan inang yang cocok diterima oleh alat penerima rangsangan. Berbeda dengan Anopheles sp. yang langsung menggigit mangsanya, nyamuk Ae. aegypti memiliki kebiasaan terbang disekitar inang terlebih dahulu sebelum menggigit (DEPKES 2007). Tabel 4 menunjukkan jumlah nyamuk tertangkap dengan metode landing collection di dalam rumah tertinggi adalah Ae. aegypti yaitu
43.90%, dan
terendah 4.88%. Banyaknya nyamuk Ae. aegypti yang tertangkap di dalam rumah menunjukkan bahwa Ae. aegypti memiliki sifat endophagic yaitu mencari makanan di dalam ruangan. Hasil penangkapan nyamuk berumpan manusia di dalam rumah disajikan pada Tabel 4.
20
Tabel 4 Total nyamuk tertangkap dengan metode landing collection di dalam rumah waktu Ae.aegypti Ae.albopictus penangkapan ∑ % ∑ % 8:00-8:20 6 14.63 3 50 8:30-8:50 7 17.07 0 0 9:00-9:20 18 43.90 0 0 9:30-9:50 3 7.32 0 0 10:00-10:20 5 12.19 2 33.33 10:30-10:50 2 4.88 1 16.67 Total 41 100 6 100
Culex Armigeres ∑ % ∑ % 1 16.67 0 0 2 33.33 0 0 0 0 1 100 0 0 0 0 1 16.67 0 0 2 33.33 0 0 6 100 1 100
Menurut DEPKES (2007) nyamuk Ae. aegypti lebih banyak menggigit di dalam rumah (endophagic) dari pada di luar rumah (exophagic). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Novelani (2007) di Jakarta Timur yang melakukan koleksi dengan menggunakan umpan manusia sebagai inang yang paling disukai oleh nyamuk Aedes, rata-rata hasil penangkapan di dalam rumah tertinggi adalah nyamuk Ae. aegypti yaitu 1.7 nyamuk. Aktivitas menggigit Ae. aegypti lebih banyak ditemukan di dalam rumah karena nyamuk ini lebih menyukai tempat perindukan berupa kontainer yang umumnya ditemukan di dalam rumah, di sekitar rumah atau tidak jauh dari rumah. Untuk meletakkan telurnya, nyamuk betina tertarik pada kontainer berwarna gelap, terbuka, dan terletak di tempat-tempat terlindung di dalam rumah (DEPKES 2007). Selain itu hasil penelitian Santoso dan Budiyanto (2008) di Sumatera Selatan mendapati bahwa 76% larva Ae. aegypti ditemukan pada tempat penampungan air (TPA) yang terdapat di dalam rumah. Beberapa penelitian menyatakan bahwa puncak aktif menggigit nyamuk Aedes pada umumnya terjadi pada dua waktu aktif yaitu pada pagi hari dan sore hari, sehingga pengambilan data yang dilakukan pada pukul 08.00-11.00 diharapkan dapat mewakili puncak aktif menggigit nyamuk Aedes. Pengambilan data hanya dilakukan selama tiga jam karena beberapa alasan, di antaranya adanya keterbatasan biaya, waktu, ataupun sumber daya manusia yang bertindak sebagai umpan sekaligus kolektor nyamuk.
21
Pengamatan aktivitas nyamuk penting untuk dilakukan sebagai faktor utama yang mempengaruhi penularan DBD karena seringnya kontak dengan manusia dan mobilisasinya. Dari Tabel 4 terlihat bahwa perolehan tertinggi Ae. aegypti aktif menggigit pada pukul 08.00-09.20 dan mulai mengalami penurunan pada pukul 10.50. Hal ini sesuai dengan pernyataan DEPKES (2007) kebiasaan menggigit nyamuk Ae. aegypti pada pagi hari dan sore hari, yaitu pada pukul 08.00-12.00 dan pukul 15.00-17.00, selain itu Lopez et al. (2011) dalam bukunya menyatakan bahwa nyamuk Ae. aegypti hanya melakukan aktivitas menggigit pada pagi hari dan sore menjelang malam. Novelani (2007) menyatakan bahwa aktivitas menggigit nyamuk Ae. aegypti di Jakatra Timur terjadi di sepanjang hari dari jam 08.00-12.00 dan sore hari pada pukul 16.00-18.00. Nyamuk Ae. aegypti mencari makan pada pagi hari atau menjelang sore, namun dalam keadaan mendung nyamuk Ae. aegypti aktif mencari makan sepanjang hari (Lampiran 6). Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil tangkapan tertinggi adalah Ae. albopictus dengan jumlah 41.67% dan terendah 5.56%. Waktu penangkapan tertinggi Ae. albopictus terjadi pada jam 08.00-08.20, aktivitas menggigit mengalami kenaikan kembali pada pukul 09.00-10.50 (Lampiran 7). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Ae. albopictus lebih banyak menggigit di luar rumah ari pada di dalam rumah. Tabel 5 Total nyamuk tertangkap dengan metode landing collection di luar rumah waktu penangkapan 8:00-8:20 8:30-8:50 9:00-9:20 9:30-9:50 10:00-10:20 10:30-10:50 Total
Ae.aegypti Ae.albopictus Culex ∑ % ∑ % ∑ 2 16.67 15 41.67 0 1 8.33 1 2.78 1 3 25 2 5.56 0 4 33.33 4 11.11 1 1 8.33 8 22.22 3 1 8.33 6 16.67 0 12 100 36 100 5
% 0 20 0 20 60 0 100
Armigeres ∑ % 0 0 1 50 0 0 0 0 0 0 1 50 2 100
Banyaknya nyamuk Ae. albopictus yang tertangkap di luar ruangan menunjukkan bahwa nyamuk ini lebih memiliki sifat exophagic. Hal ini sesuai dengan penelitian Novelani (2007) yang menyimpulkan bahwa Ae. albopictus
22
lebih bersifat exophagic atau mencari makan di luar rumah dengan puncak aktif menggigit pada jam 08.00-10.00 dan 16.00-18.00. Hasil penelitian Rumini di Bogor (1980) mengenai pemencaran nyamuk Ae. albopictus di lapangan menemukan bahwa nyamuk
Ae. albopictus lebih
menyukai daerah kebun yang lebat dengan pohon-pohonan. Keadaan tersebut sesuai dengan sifat nyamuk Ae. albopictus yang lebih menyukai kebun sebagai habitatnya. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Delatte et al. (2010) yang melakukan pengamatan perilaku istirahat dan makan Ae. albopictus selam 24 jam di daerah epidemik Cikungunya di La Réunion, hasil penelitian mendapatkan bahwa 89% Ae. albopictus bersifat exophagic dan 87% bersifat exophilic. Ae.albopictus merupakan spesies nyamuk yang sering ditemui di daerah perkebunan atau hutan. Karena hidup di daerah perkebunan nyamuk ini cenderung memilih tempat perkembangbiakan pada air yang tergenang dengan bahan dasar alami seperti potongan bambu, pangkal daun atau lobang-lobang bebatuan yang terisi air bersih. Hal ini menyebabkan nyamuk Ae. albopictus cenderung mencari inang di luar rumah (exophagic). Perilaku Istirahat Pengamatan perilaku istirahat nyamuk dilakukan dengan melakukan penangkapan nyamuk yang sedang hinggap atau istirahat. Penangkapan di dalam rumah biasanya dilakukan pada gantungan-gantungan baju, kelambu, gorden, bawah meja, bawah tempat tidur ataupun daerah-daerah tersembunyi yang jarang terkena sinar matahari, sedangkan penangkapan di luar rumah dilakukan pada dinding rumah, sedekitar tanaman hias atau di bawah pohon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah nyamuk Ae.aegypti yang beristirahat di dalam adalah 91.94%. Hal ini menjelaskan bahwa Ae. aegypti lebih banyak beristirahat di dalam rumah (endophilic) dibandingkan di luar rumah. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Tandon dan Sudipta (2000) di India yang mendapati bahwa 82.51% nyamuk Ae. aegypti beristirahat di dalam ruangan (endophilic). Tempat yang disenangi oleh nyamuk Ae. aegypti untuk beristirahat selama menunggu pematangan telur adalah tempat-tempat yang gelap, lembab, dan sedikit angin, sehingga tempat yang biasa dipilih adalah baju-baju yang digantung dalam ruangan atau tempat-tempat lain yang berada di dalam ruangan
23
remang-remang (DEPKES 2007). Hasil penangkapan nyamuk yang istirahat di dalam rumah terlihat bahwa nyamuk Culex dan Ae. aegypti memiiki aktivitas resting tertinggi di dalam rumah, sebagaimana tersaji dalam Tabel 6. Tabel 6. Total nyamuk tertangkap dengan metode resting collection di dalam dan di luar rumah Waktu penangkapan
Ae.aegypti
Ae.albopictus
D L D L 3 4 0 1 7 1 0 0 15 1 3 2 10 1 1 0 11 0 1 1 11 2 0 1 57 5 5 4 0.15 0.014 0.014 0.011
8:20-8:25 8:50-8:55 9:20-9:25 9:50-9:55 10:20-10:25 10:50-10:55 Total Resting per Rumah D : di dalam rumah
Culex D 17 9 18 20 22 16 102 0.28
Armigeres
L 5 3 6 4 7 8 28 0.09
D 0 2 0 0 1 3 6 0.016
L 1 0 0 0 0 0 1 0.002
L : di luar rumah
Tabel 6 terlihat bahwa pukul 08.00-11.00 merupakan waktu istirahat nyamuk Ae.aegypti, hal ini ditunjukan dari nilai resting per rumah 0.15 nyamuk. Pukul 08.00-11.00 merupakan waktu aktif menggigit nyamuk Ae. aegypti, namun dalam Tabel 5 pada waktu yang sama banyak didapati Ae. aegypti yang melakukan aktivitas istirahat. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas menggigit dan istirahat nyamuk Ae. aegypti terjadi pada waktu yang sama. Dalam siklus hidupnya nyamuk Ae. aegypti betina melakukan istirahat untuk pematangan telur segera setelah mendapatkan protein dari darah manusia. (Lampiran 8 & Lampiran 9). Dalam penelitian ini selain Aedes juga ditemukan Culex dalam jumlah yang tinggi, hal ini dapat mencerminkan bahwa Desa Babakan merupakan desa yang memiliki sanitasi yang buruk. Culex merupakan spesies nyamuk yang lebih menyukai bertelur pada genangan-genangan air kotor dan tercemar, sehingga dengan melihat hal ini dapat dikatakan bahwa Desa Babakan memiliki sistem pembuangan air (drainase) yang buruk sehingga banyak genangan air yang dapat dijadikan tempat perkembangbiakan
nyamuk Culex.
Menurut Hadi dan
Koesharto (2006) genangan air akibat air hujan maupun limbah rumah tangga
24
merupakan faktor yang mendukung perkembangan nyamuk, khususnya jenis Culex yang senang hidup pada genangan air dan lingkungan yang kotor. Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil penangkapan nyamuk Culex di tertinggi adalah didalam rumah (78.46%). Hal ini menjelaskan bahwa Culex cenderung memiliki sifat endophilic atau beristirahat di dalam rumah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Service (1986) dan Eldridge (2003) bahwa Culex memiliki sifat
endophilic atau beristirahat di dalam rumah. Tabel 6 terlihat bahwa hasil penangkapan nyamuk istirahat di luar rumah tertinggi adalah nyamuk Culex dan Ae. aegypti. Hasil yang sama juga diperoleh dari hasil penangkapan nyamuk istirahat di dalam rumah. Nilai ini menunjukkan bahwa nyamuk Culex dan Ae. aegypti banyak beristirahat di dalam dan di luar rumah, meski demikian kedua nyamuk tersebut cenderung beristirahat di dalam rumah (endophilic) yang terlihat dari hasil penangkapan nyamuk yang beristirahat dalam rumah yang lebih banyak dibanding di luar rumah. Nyamuk Ae. albopictus tidak ditemukan beristirahat di dalam maupun di luar rumah, hasil penangkapan yang diperoleh di dalam rumah hanya 2.94% dan di luar rumah 10.52%. Sehingga dengan data tersebut belum diketahui tempat yang disukai dari nyamuk Ae. albopictus beristirahat. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya nyamuk Ae. albopictus banyak beristirahat di luar ruangan atau exophilic (Becker 2003). Hasil penelitian Tandon dan Sudipta (2000) di India juga mendapati bahwa 62.06% nyamuk Ae. albopictus melakukan aktivitas istirahatnya di luar rumah atau exophilic. Sebagian besar nyamuk beristirahat tidak jauh dari sumber makanan atau inang. Tabel 6 juga menunjukkan bahwa Ae. albopictus banyak menggigit di luar rumah, sehingga segera setelah menggigit nyamuk tersebut akan beristirahat tidak jauh dari inangnya atau di luar rumah. Faktor Risiko DBD Melihat nilai kepadatan nyamuk di Desa Babakan, baik nilai MHD maupun resting per rumah masih menunjukkan nilai yang sangat kecil jika di bandingkan dengan hasil penelitian Onyido et al. (2009) ataupun pernyataan Lok (1985) mengenai nilai MHD yang dikatakan memiliki potensi dalam penyebaran penyakit. Namun dalam penyebaran suatu penyakit ada beberapa faktor yang
25
harus dipenuhi di antaranya adalah, adanya agen penyebab penyakit, inang, vektor, serta lingkungan yang mendukung. DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, jika dalam suatu wilayah tidak terdapat virus dengue maka dalam wilayah tersebut tidak akan terjadi penyakit DBD. Penyakit ini tidak akan terjadi meskipun di wilayah tersebut banyak ditemukan nyamuk Aedes yang terkenal sebagai vektor pembawa virus dengue. Hal yang serupa akan terjadi jika dalam wilayah tersebut terdapat agen penyakit yaitu virus dengue namun tidak ditemukan nyamuk Aedes maka tidak akan terjadi penyakit DBD. Selain agen penyakit dan vektor, dalam penyebaran penyakit juga membutuhkan inang dan lingkungan yang mendukung. Jika suatu wilayah terdapat virus dengue dan nyamuk Aedes namun tidak ditemukan inang penyakit tersebut, dimana pada penyakit DBD inangnya adalah manusia, maka tidak akan terjadi penyakit DBD. Penyebaran penyakit DBD juga sangat di pengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan yang mendukung penyebaran penyakit ini di antaranya adalah curah hujan yang tinggi, suhu ruangan yang mendukung, banyaknya genangan air yang mendukung perkembangan larva Aedes, serta higiene personal masyarakat setempat.
26
SIMPULAN
1
Kepadatan Ae. aegypti lebih tinggi di dalam rumah (MHD 0.34 nyamuk/jam/orang), sedangkan
Ae. albopictus di luar rumah (MHD
0.3 nyamuk/jam/orang). 2
Nyamuk Ae. aegypti menghisap darah di dalam rumah (endophagic), sedangkan Ae. albopictus lebih banyak menghisap darah di luar rumah (exophagic).
3
Nyamuk Ae. aegypti lebih banyak beristirahat di dalam rumah (endophilic).
4
Aktivitas istirahat nyamuk Ae. albopictus tidak dijumpai di dalam maupun di luar rumah.
SARAN Pelaksanaan survei jentik maupun penyelidikan entomologi sebaiknya dilakukan secara rutin terutama untuk kesiapan menghadapi kasus DBD.
27
DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2004. Medical Entomology. Http://www.geocities.com/kuliah farm/pa rasitologi/insecta.doc. [12 februari 2011] Barrera R, M Amador, & GG Clark. 2006. Ecological Factors Influencing Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) Productivity in Artificial Containers in Salinas, Puerto Rico. J. Med. Entomol. 43(3):484-92. Becker N, D Petric, M Zgomba, C Boase, M Madon, C Dahl, & A Caiser. 2003. Mosquitoe and Their Control. New York: Springer. Cheng TC.1974. General Parasitology. New York & London: Academic Press Christophers. 1960. Aedes aegypti (L) The Yellow Fever Mosquito. London: Cambridge University. Clement AN. 1963. The Phyisilogy of Mosquito. USA: Pergamon Press. Delatte H, A Desvars, A Bouétard, S Bord, G Gimonneau, G Vourc'h, & D Fontenille. 2010. Blood-Feeding Behavior of Aedes albopictus, a Vector of Chikungunya on La Réunion. Vector-Borne and Zoonotic Diseases. 10(3): 249-258. [DEPKES] Departemen Kesehatan. 2007. Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Direktorat Jenderal Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta: Badan Litbang dan Pengembangan Kesehatan [DEPKES] Departemen Kesehatan. 1989. Kunci Identifikasi Aedes jentik Dan Dewasa Di Jawa. Direktorat Jenderal Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta: Badan Litbang dan Pengembangan Kesehatan [DEPKES] Departemen Kesehatan. 2007. Survai Entomologi Demam Berdarah Dengue. Direktorat Jenderal Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta: Badan Litbang dan Pengembangan Kesehatan Eldridge BF. 2003. Mosquitoes. Di dalam: Vincent H. Rest & Ring T. Carde, editor. Encyclopedia of Insects. California: Academik Press. hlm 743-749. Gubler DJ. 1997. Epidemic Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever: A Global Public Health Problem in the 21st Century. Dengue Bulletin, Volume 21. [http://203 .90.70 117/PDS_DOCS/B0776.pdf, 21 Oktober 2011] Gunandini DJ. 1999. Penentuan Status Resistensi Nyamuk Aedes aegypti Terhadap Malation Melalui Gambaran Pola Larik DNA Sebagai Dasar Strategi Pengendalian. Laporan Penelitian Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Hadi UK & FX Koesharto. 2006. Nyamuk. Di dalam: SH Sigit, UK Hadi, dkk, editor. Hama Pemukiman Indonesia. Unit Kajian pengendalian Hama Pemukiman (UKPHP) FKH-IPB. Bogor.hlm 23-51.
28
James MT & RF Harwood. 1979. Medical Entomology. VI ed. Collier MacMillan Publ. London.484 hal. Judarwanto, W. 2007. Profil Nyamuk Aedes dan Pembasmiannya. http://www.ind onesiaindonesia.com/f/13744-profil-nyamuk-aedes-pembasmiannya. Kettle DS. 1984. Medical and Veterinary Entomology. New York: A Wiley-Inter Science Publication. Levine DN. 1994. Parasitologi Veteriner. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta. Little PA. 1972. General and Applied Entomology. New York and London: Happer and Row. Lok CK. 1985. Methods and Indices Used in The Surveillance of Dengue Vectors. Mosquito Borne Diseases Bulletin 1(4): 79-104. Lopez O, JGF Bolanos, JH Clark, & GA Kraus. 2011. Green Trends in Insect Control. New York:RSC publishing. [http://books.google.co.id, 24 Juni 2011]. Novelani BA. 2007. Studi Habitat dan Perilaku Menggigit Nyamuk Aedes Serta Kaitannya Dengan Kasus Demam Berdarah di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Onyido AE, NPL Deezia, MO Obiukwu, & ES Amadi. 2009. Ecology Of ManBiting Mosquitoes In The Development Site Of Nnamdi Azikiwe University Awka, Anambra State Southeastern Nigeria. Internet J. Hlt. 9: 2- 3 [http://web. ebscohost. com, 1 Agustus 2011] [Pemda Kabupaten Bogor] Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. 2009. Gambaran Umum Potensi Desa Babakan, Darmaga. Ponlawat A & LC Harrington. 2005. Blood feeding patterns of Aedes aegypti and Aedes albopictus in Thai-land. J. Med. Entomol. 42: 844 -849. Rueda LK, KJ Patel, RC Axtell, & RE Stinner. 1990. Temperature-dependent development and survival rates of Culex quinqefasciatus and Aedes aegypti (Diptera: Culicidae). J.Med.Entomol. 27: 892-898. Rumini W. 1980. Beberapa aspek biologi Aedes (s.) albopictus (Skuse) di laboratorium dan pemencarannya dilapangan [tesis]. Bogor: Sekolah pasca sarjana IPB Santoso & A Budiyanti. 2008. Hubungan Pengetahuan Sikap dan Perilaku (PSP) Masyarakat Terhadap Vektor DBD di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ekologi Kesehatan. 7(2): 732-739 Service MW. 1986. Medical Entomology. London: Chapman & Hall.
29
Sintorini MM. 2007. Peran Lingkungan pada Kasus Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue. International Seminar on Mosquito and Mosquito-borne Disease Control Through Ecological Approach. Yogyakarta. Sivanathan P. 2006. Ekologi dan Biologi Aedes aegypti (L) dan Aedes albopictus (Skues) (Diptera:Culicidae) dan Status Keterpaparan Aedes albopictus (Strain Lapangan) terhadap Organofosfat di Pulau Pinang. Malaysia [Tesis]. Malaysia: Program Pasca Sarjana, Universitas Malaysia. Soulsby EJL. 1982. Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animals. London: Bailliere Tindal. Tandon N & S Ray. 2000. Host Feeding Pattern of Aedes aegypti and Aedes albopictus in Kolkata India. Dengue Bulletin, Volume 24, December 2000. [http://www.searo.who.htm, 24 Juni 2011] Womack M. 1993. The yellow fever mosquito, Aedes aegypti. Florida Mosquito Control Association. 5(4): 4. World Health Organization. 2002. Pencegahan Dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah: Panduan Lengkap. Palupi W, penerjemah: Salmiyatun, Editor. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Prevention And Control of Dengue And Dengue Haemorragic Fever: Comprehensive Guidelines.
30
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lokasi Penelitian
30
Kec. Dramaga
Skala 1:185.000
30 1:500
31
Lampiran 2 Laporan bulanan (bulan November 2009) jumlah penduduk Desa Babakan, Kecamatan Dramaga Bogor.
No
Rincian
1
Warga Negara RI Laki- Perempuan laki 5195 5710
Penduduk awal bulan ini 2 Kelahiran 9 5 bulan ini 3 Kematian 5 3 bulan ini 4 Pendatang 3 3 bulan ini 5 Pindah 6 9 bulan ini 6 Penduduk 5196 5706 ahir bulan ini Sumber: Pemda Kabupaten Bogor (2009)
Orang Asing Laki- Perempuan laki -
Lakilaki 5195
Jumlah Perempuan 5710
10905
-
-
9
5
14
-
-
5
3
8
-
-
3
3
6
-
-
6
9
15
-
-
5196
5706
10902
Lampiran 3 Persebaran Mata Pencaharian Penduduk Desa Babakan Kecamatan Dramaga
Pekerjaan Petani Buruh Tani Pedagang PNS TNI/POLRI Karyawan Swasta Wirausaha Lainnya
L+P
Jumlah (orang) 1230 150 5 325 575
Sumber: Pemda Kabupaten Bogor (2009)
31
32 Lampiran 4 Sarana kesehatan Desa Babakan Kecamatan Dramaga Bogor
Sarana yang tersedia Puskesmas Puskesmas Pembantu Polides Balai Pengobatan/Klinik Dokter Umum Posyandu Pos KB Desa Bidan Petugas Gizi Keliling Dukun Bayi Terlatih
Jumlah (bangunan) 1 2 5 8 2 2 -
Sumber: Pemda Kabupaten Bogor (2009)
Lampiran 5 Data kasus DBD di Desa Babakan Kecamatan Darmaga, Bogor 2010
Bulan
Puskesmas Klinik Farfa (orang) Cangkurawok (orang) Januari 4 14 Februari 3 9 Maret 1 20 April 2 8 Mei 0 11 Juni 0 12 Juli 0 4 Agustus 1 16 September 0 17 Oktober 0 10 November 0 30 Desember 2 3 Jumlah 13 154 Sumber: Pemda Kabupaten Bogor (2009)
Jumlah kasus DBD 18 12 21 10 11 12 4 17 17 10 30 5 167
32
33
Lampiran 6 Histogram total nyamuk tertangkap dengan metode landing collection di dalam rumah
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Ae.aegypti
Ae.albopictus
Culex
Armigeres
Lampiran 7 Histogram total nyamuk tertangkap dengan metode landing collection di luar rumah
16 14 12 10 8 6 4 2 0
Ae.aegypti
Ae.albopictus
Culex
Armigeres
33
34
Lampiran 8 Histogram total nyamuk tertangkap dengan metode nyamuk istirahat di dalam rumah
25 20 15 10 5 0
Ae.aegypti
Ae.albopictus
Culex
Armigeres
Lampiran 9 Histogram total nyamuk tertangkap dengan metode nyamuk istirahat di luar rumah
8 7 6 5 4 3 2 1 0
Ae.aegypti
Ae.albopictus
Culex
Armigeres
34
35 Lampiran 10. Data pengambilan nyamuk di Desa Babakan, Darmaga-Bogor (1-12 Februari 2010),di dalam ruangan RT/RW 1/1 2/1 3/1 4/1 1/7 2/7 3/7 4/7 2/8 1/9
08.00-08.20 Ae Ab Cx Ar 2
2 1 2
Landing 09.00-09.20 09.30-09.50 Ae Ab Cx Ar Ae Ab Cx Ar
1 2
jumlah 10.00-10.20 Ae Ab Cx Ar 1 1
10.30-10.50 Ae Ab Cx Ar 1
1
1 1 2
1
1 2 1
08.20-08.25 Ae Ab Cx Ar 1/1 2/1 3/1 4/1 1/7 2/7 3/7 4/7 2/8 1/9
08.30-08.50 Ae Ab Cx Ar
1
1
1
1
2
08.50-08.55 Ae Ab Cx Ar
09.20-09.25 Ae Ab Cx Ar
Resting 09.50-09.55 Ae Ab Cx Ar 1 1 1 3
1 4 2 3 1
1
1 2 2 1 1
1 3 2 2
1
4 2 2
3 1 2 2
Ae
1
2 1 1 3
2 4 1 2
10.00-10.25 Ab Cx Ar 3 1 1 2 2 1 4 4 1
3
Ae
10.50-10.55 Ab Cx Ar 3 2 4
1 2 3 1
3
5 0 4 3 2 2 3 6 0 3
6 2 5 7 13 13 20 17 14 11
Keterangan: Ae : Aedes aegypti, Ab : Aedes albopictus, Cx : Culex, Ar : Armigeres
35
36 Lampiran 11. Data pengambilan nyamuk di Desa Babakan, Darmaga-Bogor (1-12 Februari 2010) di luar rumah RT/RW 1/1 2/1 3/1 4/1 1/7 2/7 3/7 4/7 2/8 1/9
1/1 2/1 3/1 4/1 1/7 2/7 3/7 4/7 2/8 1/9
08.00-08.20 Ae Ab Cx Ar 1
1
08.30-08.50 Ae Ab Cx Ar 1
Landing 09.00-09.20 09.30-09.50 Ae Ab Cx Ar Ae Ab Cx Ar 1 1
jumlah 10.00-10.20 Ae Ab Cx Ar 1
1
1
2
1 1
10.30-10.50 Ae Ab Cx Ar 3 1 1 1 1 1
1
08.20-08.25 Ae Ab Cx Ar 1 1
08.50-08.55 Ae Ab Cx Ar
09.20-09.25 Ae Ab Cx Ar
Resting 09.50-09.55 Ae Ab Cx Ar 1
Ae
10.20-10.25 Ab Cx Ar
1 1
1 2 1 1
1
1
2
Ae
10.50-10.55 Ab Cx Ar 1 2 2
8 2 2 0 3 0 0 1 3 2
3 3 3 2 2 0 1 5 0 0
Keterangan: Ae : Aedes aegypti, Ab : Aedes albopictus, Cx : Culex, Ar : Armigeres
36
37 Lampiran 12. Data pengambilan nyamuk di Desa Babakan, Darmaga-Bogor (28 Juni-7 Juli 2010) di dalam rumah RT/RW 1/1 2/1 3/1 4/1 1/7 2/7 3/7 4/7 2/8 1/9
1/1 2/1 3/1 4/1 1/7 2/7 3/7 4/7 2/8 1/9
08.00-08.20 Ae Ab Cx Ar
08.30-08.50 Ae Ab Cx Ar
Landing 09.00-09.20 09.30-09.50 Ae Ab Cx Ar Ae Ab Cx Ar
jumlah 10.00-10.20 Ae Ab Cx Ar 1
10.30-10.50 Ae Ab Cx Ar 1 0 1 3 1 2 1 2 3 11
1 2
1
1 1
1
1
1
1 1
1
1 11
08.20-08.25 Ae Ab Cx Ar 2
08.50-08.55 Ae Ab Cx Ar
09.20-09.25 Ae Ab Cx Ar
Resting 09.50-09.55 Ae Ab Cx Ar
1 1
1 2
1
3
2 3
1 1
1
1 7 1
Ae
10.20-10.25 Ab Cx Ar
Ae 1
10.50-10.55 Ab Cx Ar 1
1 2 1 1
1
3
4
1 5
2
7
1
3
4 3 6 0 6 4 13 7 1 18
Keterangan: Ae : Aedes aegypti, Ab : Aedes albopictus, Cx : Culex, Ar : Armigeres
37
38 Lampiran 13. Data pengambilan nyamuk di Desa Babakan, Darmaga-Bogor (28 Juni-7 Juli 2010) luar rumah RT/RW 1/1 2/1 3/1 4/1 1/7 2/7 3/7 4/7 2/8 1/9
1/1 2/1 3/1 4/1 1/7 2/7 3/7 4/7 2/8 1/9
08.00-08.20 Ae Ab Cx Ar 1
08.30-08.50 Ae Ab Cx Ar 1 1
Landing 09.00-09.20 09.30-09.50 Ae Ab Cx Ar Ae Ab Cx Ar 4
jumlah 10.00-10.20 Ae Ab Cx Ar 1 3
1
1
1
10 1 2 0 0 3 0 3 15 0
1
1
1 11
1
08.20-08.25 Ae Ab Cx Ar 1
10.30-10.50 Ae Ab Cx Ar
08.50-08.55 Ae Ab Cx Ar
1 1
3
09.20-09.25 Ae Ab Cx Ar 1
Resting 09.50-09.55 Ae Ab Cx Ar
Ae
10.20-10.25 Ab Cx Ar
Ae
10.50-10.55 Ab Cx Ar 1
4 1 1
1
1
1
2 1 1
1
1
1
1 2
1 1
2
1
2
2 5 1 1 0 3 0 7 3 7
Keterangan: Ae : Aedes aegypti, Ab : Aedes albopictus, Cx : Culex, Ar : Armigeres
38