Eksplorasi Beberapa Tanaman Yang Berpotensi Sebagai Larvisida Aedes Aegypty (Diptera :Culicidae) Tri Murini1, Tri Baskoro T,S2., Mae Sri Hartati,W1 1 Bagian Farmakologi dan Terapi, FK-UGM 2 Bagian Parasitologi FK-UGM E-mail:
[email protected]
Abstrak Pemberantasan nyamuk Aedes aegypty telah dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi hasilnya belum memuaskan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan pemberantasan larva sebelum berkembang menjadi nyamuk. Penggunaan bahan kimia sebagai larvisida dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan resistensi pada larva nyamuk Aedes aegypti.Oleh karena itu dilakukan eksplorasi berbagai tanaman yang berasal dari daerah Sleman Yogyakarta yang dianggap berpotensi sebagai larvisida. Dua belas spesies tanaman diekstraksi menggunakan cara maserasi dengan metanol selama 3 hari pada suhu kamar. Pengujian 12 ekstrak pada larva nyamuk dilakukan di laboratorium Parasitologi menurut metode WHO (2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 ekstrak tanaman, diperoleh 3 tanaman yang berpotensi dikembangkan sebagai larvisida (LC50 < 500 ppm) yaitu daun Sirsak (Annona muricata L) 473,22 ± 5,79 ppm, daun Srikaya (Annona squamosa L) 299,62 ± 3,42 ppm dan rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet (L) J.E.Smith) 299,62 ± 3,42 Kata kunci:Bahan Tanamana, ekstraksi, larvisidal, Aedes aegypty, LC50
Pendahuluan Iklim tropis Indonesia memungkinkan nyamuk berkembang biak dengan baik yang dapat berfungsi sebagai vector penyebar penyakitpenyakit seperti dengue, filariasis, malaria, demam kuning, dan encephalitis (Mardihusodo dkk., 1987). Salah satu cara yang paling efektif untuk menghambat penyebaran penyakit tersebut adalah dengan menghindari vektor penularnya, yakni nyamuk, terutama ketika nyamuk masih dalam bentuk larva. Wabah demam berdarah sering terjadi di Indonesia yang berlangsung hampir sepanjang tahun terjadi di Indonesia.Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama penyebab demam berdarah dengue di Indonesia.Untuk mengantisipasi penyebar ini lebih efektif apabila diberantas ketika masih dalam bentuk larva. Larvisida adalah salah satu cara yang dapat menekan kepadatan populasi vektor serendahrendahnya. Pemberantasan larva nyamuk dengan menggunakan larvisida hingga kini dipergunakan adalah Abate Pemakaian insektisida secara terus menerus dalam waktu lama dapat mengakibatkan resistensi organisme sasaran. Resistensi larva Aedes agypti terhadap temefos telah dilaporkan terjadi di French Polynesia , Karibia, Venezuela dan Kuba ,
Thailand dan Brazil (Failloux et al., 1994, Rawlin dan Wan, 1995; Rodriguez et al., 2001; Ponlawat et al., 2005; Braga et al., 2005). Oleh karena itu timbul suatu masalah yang luas yaitu bahan manakah yang tidak menimbulkan resistensi pada serangga terutama larvanya ? Penggunaan senyawa aktif secara selektif yang toksik terhadap serangga dari tumbuh-tumbuhan merupakan pilihan alternatif pada saat ini, karena mudah mengalami biodegradasi di alam sehingga dapat digunakan pada manajemen program pengendalian serangga sasaran.Tujuan penelitian ini untuk mencari beberapa bahan tumbuhan yang berpotensi sebagai larvisida dengan indicator LC50.
Metode Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan subyek yang digunakan adalah larva instar III nyamuk Aedes aegypti, obyek penelitian adalah larvisida. Bahan uji yang digunakan adalah ekstrak metanol dari beberapa tanaman yang diambil dari daerah Sleman Yogyakarta.
Ekstraksi Sebelum dilakukan ekstraksi, bahan tanaman basah dicuci bersih, ditiriskan, dikeringkan
Prosiding “Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal”
183
kemudian diserbuk. Serbuk kering simplisia diekstraksi dengan cara maserasi disertai pengadukan selama 3 hari pada suhu kamar menggunakan 1 liter metamol. Penyaringan dilakukan menggunakan corong buchner dan ampasnya dimaserasi kembali dengan cara yang sama sebanyak dua kali kemudian disaring. Filtrat yang didapat digabung dan diuapkan, sehingga diperoleh ekstrak metanol kental dan ditimbang beratnya.
Pengujian larvisida Pengujian larvisida nyamuk dilakukan di laboratorium Parasitologi menurut metode WHO (2005). Pengujian efikasi ekstrak terhadap larva A. aegypty instar III digunakan tiga wadah gelas berukuran 225 ml dengan 8 tingkat konsentrasi dengan replikasi 3 kali. Jumlah larva A. aegypty instar Tabel 1.
184
III sebanyak 20 ekor setiap perlakuan. Pengamatan dilakukan 24 jam setelah larva kontak dengan ekstrak simplisia yang diuji. Larva dinyatakan mati apabila tenggelam atau tidak bergerak setelah diganggu atau disentuh dengan pipet pada sifon atau daerah toraks.
Analisa hasil Hasil perhitungan mortalitas larva diolah dengan analisis probit (Finney, 1971), menggunakan komputer program MINITAB versi 16 untuk mendapatkan nilai LC50 dan LC90 .
Hasil dan Pembahasan Bahan simplisia dari 12 tanaman basah yang dikeringkan dan dibuat ekstrak dengan pelarut metanol disajikan pada tabel 1.
Data simplisia yang digunakan pada pengujian larvisida dengan pelarut metanol pada larva instar III A.aegypti
Prosiding “Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal”
Hasil pengujian aktivitas larvisida dari 12 jenis tanaman disajikan pada tabel 2.Nilai LC50 dan LC90 dari 12 tanaman yang diekstraksi dengan pelarut metanol, terdapat 3 tanaman yang nilai LC50 Tabel 2.
dibawah 500 ppm, artinya dalam konsentrasi dibawah 500 ppm mampu membunuh 50% populasi larva instar III A. aegypti.Semakin kecil nilai LC50 toksisitas terhadap larva semakin tinggi.
Harga LC50 dan LC 90 berbagai ekstrak metanol yang diujikan pada larva instar III A. aegypti
Perbedaan pelarut polar dan non polar ternyata juga berpengaruh terhadap kelarutan bahan aktif yang terdapat dalam tanaman tersebut. Hal ini terlihat pada tabel 3 menggunakan pelarut non polar untuk ekstraksi pada daun sirsak dengan pelarut kloroform dan eter. Metanol merupakan pelarut polar yang hanya dapat melarutkan bahan biokimia yang bersifat polar misalnya bahan yang mempunyai bobot molekul besar sebagai contoh protein, glikan dan lainnya. Sementara pelarut semi polar seperti kloroform, eter dapat melarutkan steroid, alkaloid. Pada tabel 3 terlihat bahwa nilai LC50 dan LC90 dengan pelarut baik kloroform maupun eter mempunyai nilai lebih kecil dibandingkan dengan etanol pada larva instar III yang sama
yaitu A.aegypti. Dapat diartikan bahwa ekstrak daun sirsak mengandung bahan yang larut dalam pelarut non polar lebih poten sebagai larvisida dibandingkan pelarut polar. Bahan aktif yang terkandung dalam sirsak maupun srikaya adalah acetogenin termasuk annomuricine, annonacine, isoannonacine, solanin, squamocin, uvariamicin (Raintree Nutrion, 2004, Kim et al., 2008). Acetogenin, squamucin dan annonacin terdapat dalam daun, ranting dan biji menunjukkan mempunyai aktivitas larvisida (Alvarez et al., 2007) Kemungkinan salah satu alkaloid tersebut yang larut dalam pelarut polar yang mempunyai aktivitas sebagai larvisida yang cukup poten
Prosiding “Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal”
185
Tabel 3.
Nilai LC50 dan LC 90 ekstrak daun sirsat (Annona muricata L.) dengan pelarut kloroform, eter, dan etanol pada larva instar III A.aegypti
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa dengan pelarut eter ekstrak rimpang lempuyang gajah memberikan nilai LC 50 dan LC 90 lebih kecil dibandingkan dengan pelarut kloroform maupun etanol, baik pada larva instar III A.aegypti maupun Cx.quinquefasciatus. Pengujian pada daun maupun rimpang lempuyang gajah diperoleh adanya golongan sesquiterpen, zederone pada ekstrak Tabel 4.
Nilai LC50 dan LC90 ekstrak rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet (L). J.E.Smith) dengan pelarut dan larva instar III yang berbeda
Kesimpulan Pada 12 tanaman yang telah dilakukan pengujian larvisida, 3 tanaman yang berpotensi dikembangkan sebagai larvisida (LC50 < 500 ppm) yaitu daun Sirsak (Annona muricata L) 473,22 ± 5,79 ppm, daun Srikaya (Annona squamosa L) 299,62 ± 3,42 ppm dan rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet (L) J.E.Smith) 299,62 ± 3,42
Referensi Alvarez, O., Neske, A., Popich, S.y.Bardon, A.2007. Toxc effect of annonaceous acetogenin from Annona chermolia (Magnoliales:Annonaceae) on Spodoptera frugiperda (Lepidoptera: Noctuidae) Journal Pesticide Science, 80:63-67 Bhuiyan, N.I., Chowdhury, J.U., and Begun , J., 2009. Chemical Investigated of the leaf and rhizome
186
etanol (Bhuiyan et al., 2009). Sementara Jang dan Seo (2005) menyatakan golongan sesquiterpenoid tersebut mempunyai bioaktifitas yang potensial. Singh et al. (2012) memaparkan beberapa penelitian tentang rimpang lempuyang gajah dengan banyak khasiat antaralain sebagai antikanker, antiinflamasi, antimikroba dan lain sebagainya
Essential Oils of Zingiber zerumbet (L) Smith from Bangladesh J.Pharmacology (4): 9-12 Braga, I.A., Mello, C.B., Montella, I.R., Lima, J.B.P., Junior, A.J.M., Medeiros,P.F.V., Valle, D. 2005. Effectiveness of methoprene, an insect growth regulator, against temephos-resistant Aedes aegypti populations from different Brazilian localities, under laboratory conditions. Journal of Medical Entomology 42: 830-837 Failloux, A.B., Ung, A., Raymond, M., Pasteur, N. 1994.Insecticide Susceptibility in Mosquitos (Diptera, Culicidae) from French-Polynesia. Journal of Medical Entomology 31: 639-644. Finney, D.J., 1971. Probit Analysis, Cambridge University Press, London Jang DS, Seo EK., (2005) Potentially bioactive two new natural sesquiterpenoids from the
Prosiding “Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal”
rhizomes of Zingiberis zerumbet Smit. Acta Horticulturae 829:p6 Kim G., Zeng Lu., Alali F., Rogers L.L., Wu Feng.McLaughlin J.L and Sastrodihardjo S. 1998.Two New Mono-Tetrahydrofuran Ring acetogenin, Annomuricin E and Muricaptocin, from the leaves of Annona muricata.J.Nat.Prod. 61 (4), pp 432-436 Kusuma S.H.P, Satoto, T.B., Ernaningsih. 2014. Larvicidal activity of chloroform extract from Zingiber zerumbet (L). J.E.Smithagains Aedes aegypti larvae in Laboratory. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Mardihusodo, S.J., Mardyah, dan Bardlowi., 1987, Mengembangkan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan vektor Haemorragic Fever, Berkala Ilmu Kedokteran XX (1), 9-19. Muktiadi., Satoto, T.B.,Wahyuningsih, M.S.H. . 2014. Efek larvisidal ekstrak eter rimpang lempuyang gajah Zingiber zerumbet (L). J.E.Smith terhadap larva nyamuk Aedes aegypti .Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Priyoutomo, Satoto, T.B., Murini, T. 2014. The Larvicida effect of ether extract from Zingiber zerumbet (L). J.E.Smith agains larva Culex quinquefasciatus. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Prasetyo, B., Satoto, T.B.,Wahyuningsih, M.S.H. . 2014. Efek larvisida ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah Zingiber zerumbet (L). J.E.Smith sebagai terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Prasetyo, Y.C., Satoto, T.B.,Wahyuningsih, M.S.H. . 2014. Ekstrak etanol rimpang lempuyang gajah Zingiber zerumbet (L). J.E.Smith sebagai larvisida terhadap larva instar III-IV Culex quinquefasciatus. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Ponlawat A, Scott J .G.,and Harrington L .C.,2005.Insecticid susceptibility of Aedes aegypti and Aedes albopictus a cross Thailand, J.Med.Entomol 4, 2 (5):821-825. Rawlins, S.C., Wan, J.O.H. 1995. Resistance in Some Caribbean Populations ofAedes aegypti to Several Insecticides.Journal of the American Mosquito Control Association 11: 59-65. Raintre Nutrition, 2004. Graviola Monogrraph.www:rain-tre.com/GraviolaMonograph.pdf. Visitasi Februari 20012 Rodriguez, M.M., Bisset, J., De Fernandez, D.M., Lauzan, L., Soca, A. 2001.Detection of insecticide resistance in Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) from Cuba and Venezuela. Journal of Medical Entomology 38: 623-628. Singh, C.B., Nongalleima, Kh., Brojendrosingh, S., Ningombam Swapana, Lokendrajit, N., Singh,L.W. (2012), Biological and chemical properties of Zingiber zerumbet Smith : a review. Phytochem Rev. (11) :113-125 World Health Organization, 2005.Guidelines forLaboratory and Field Testing of Mosqiuto Larvicides. Dikutip dari :http://whqlibdoc.who. int/hq/2005/ WHO CDS WHO PES GC DPP 2005.13.pdf. Diakses tanggal 10 September 2011
Prosiding “Simposium Nasional Peluang dan Tantangan Obat Tradisional dalam Pelayanan Kesehatan Formal”
187