Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 3, September 2012
KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN THE TEACHERS’ ABILITY TO ENACT THE SCHOOL-BASED CURRICULUM Herry Widyastono Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemdikbud Jl. Gunung Sahari IV - Jakarta Pusat Email:
[email protected] Diterima tanggal:22/07/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal:25/07/2012, Disetujui tanggal:30/08/2012
Abstrak: Studi bertujuan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan. Studi ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September 2011. Responden berasal dari Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, dan Tangerang sebanyak 150 orang guru yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Terdiri atas 30 orang guru SD, 50 orang guru SMP, dan 70 orang guru SMA, mengajar Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Fisika, Kimia, atau Biologi. Teknik pengolahan datanya adalah studi analisis dokumen. Triangulasi dilakukan dengan cara diskusi fokus di dalam kelas (6 kelas), yang kemudian dilanjutkan dengan wawancara mendalam
terhadap orang-orang tertentu untuk memvalidasi data dan
informasi. Hasil studi menyimpulkan bahwa kemampuan guru dalam menyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan (silabus), yang meliputi komponen: 1) standar kompetensi; 2) kompetensi dasar; 3) materi pokok; 4) kegiatan pembelajaran; 5) indikator; 6) penilaian; 7) alokasi waktu; dan 8) sumber belajar, masih sangat rendah, bahkan kebanyakan hanya mengadopsi kurikulum dari satuan pendidikan lain atau dari penerbit buku yang belum tentu sesuai dengan satuan pendidikannya. Oleh karena itu, disarankan kepada pemerintah pusat agar melakukan penataan ulang kurikulum tingkat satuan pendidikan
menjadi kurikulum tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/kota, dan satuan pendidikan. Kata kunci: kemampuan guru, kurikulum tingkat satuan pendidikan, silabus. Abstract: The objective of the study is to obtain the information on the teachers’ ability in enacting the school-based curriculum. This is a descriptive research using qualitative approach. The data collection was conducted in September 2011. The respondents of the research are from Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, and Tangerang as much of 150 teachers, and they are chosen based on the purposive technique sampling. They consist of 30 primary teachers, 50 junior high teachers, and 70 senior high teachers. Some of whom are teaching Math, Science, Physics, Chemistry, or Biology. The data of the document is analised, and the triangulation was conducted through focus discussion in a classroom (6 classroom), which then be continued by interviewing comprehensively to some of them in order to get the valid data. The research concludes that the teachers’ ability in writing up school-based curriculum (syllabus) which comprises the components of 1) standard competence; 2) basic competence; 3) core content; 4) learning activities; 5) indicator; 6) evaluation; 7) time allotment; and 8) learning resource are still very low and even most of them merely adobt other school curriculum or using them produced by book-publishers which are not actually suitable to themselves. It is therefore, advisable that the government should do some serious effort to redesign the in effect curriculum to become the national, province, district, and school curriculums. Keywords: the teachers’ ability, school-based curriculum, syllabus.
244
Herry Widyastono, Kemampuan Guru dalam Menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Pendahuluan
yang lain,
Sejak zaman kemerdekaan, pendidikan dasar di
de ngan dae rah yang lai n; d an y ang pali ng
Indonesia setidaknya sudah mengalami delapan
mem aham i potensi da n ke mamp uan seti ap
kali penyempurnaan kurikukulum. Berturut-turut
peserta didik adalah guru-guru yang bersang-
mulai dari tahun 1947 yang istilahnya adalah
kutan. Oleh karena itu, yang paling ideal menyusun
Rencana Pelajaran 1947, tahun 1964 disem-
kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah para
purnakan
guru yang bersangkutan.
menjadi Rencana Pendidikan 1964,
tahun 1968 disempurnakan menjadi Kurikulum
Pad a
berbeda antara daerah yang satu
ta hun
2005
tel ah
d iber lakukan
196 8, t ahun 197 5 di semp urna kan menj adi
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (PP
Kurikulum 1975, tahun 1984 disempurnakan
19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan,
menjadi Kurikulum 1984, tahun 1994 disem-
seb agai
purnakan menjadi Kurikulum 1994, tahun 2004
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
disempurnakan menjad i Kurikulum Berbasis
Pe ndid ikan Nasiona l. PP 19 /200 5 te rseb ut
Kompetensi (KBK), tahun 2006 disempurnakan
mengatur tentang kurikulum pendidikan dan
menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
me ngam anat kan
(KTSP). Kurikulum yang disempurnakan bukan
pendidikan disusun oleh masing-masing satuan
berarti kurikulum sebelumnya jelek, tetapi karena
pendidikan, yang disebut dengan istilah Kurikulum
sudah tida k se suai lag i de ngan zam anny a.
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
pengaturan
pela ksanaan
bahw a
Unda ng-
kurikulum
satuan
Kurikulum baik di zamannya (Hasan, 2000), zaman
Satuan pendidikan bersama komite sekolah/
berubah maka kurikulumpun diubah, harus selalu
madrasah diharapkan mampu mengembangkan
di sesuaika n de ngan tuntut an zaman ser ta
sendiri KTSP. Pengembangan KTSP sesuai dengan:
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1) tujuan satuan pendidikan; 2) potensi daerah/
Nabi Muhammad SAW pun pernah bersabda
karaktersitik daerah; 3) sosial budaya masyarakat
“Hendaklah kita mengajar peserta didik kita sesuai
se temp at; dan 4) p eser ta d idik , di baw ah
dengan zamannya” (Savitri, 2007). Selain itu,
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau
kurikulum juga harus berwawasan ke depan dan
kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk
relevan dengan kebutuhan (Arismunandar, 1996).
pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan
Kurikulum 1947 sampai Kurikulum 2004
menengah.
sifatnya sentralistik (Kurikulum Nasional), sesuai
Satuan pendidikan diberikan kewenangan
dengan era pengelolaan pemerintahan pada saat
untuk menyusun sendiri kurikulumnya; hal ini
itu yakni sentralistik. Kurikulum disusun oleh
merupakan perwujudan dari kebijakan otonomi
pemerintah pusat, guru tinggal mengimplemen-
pendidi kan
tasikannya di satuan pendidikan masing-masing.
management. Namun, kebijakan ini ada yang
dala m
ra ngka
school
based
Se iring de ngan per ubahan p enge lola an
menganggapnya merupakan langkah yang terlalu
pemerintahan, yang memasuki era desentralisasi,
berani mengingat menurut sejarah pendidikan di
ot onom i da erah, di ikut i de ngan per ubahan
Indonesia, bahkan sejak zaman kolonial, belum
pengelolaan pendidikan, berupa desentralisasi
sekalipun satuan pendidikan diberikan kewe-
pendidikan, otonomi pendidikan, dan otonomi
nangan menyusun sendiri kurikulumnya.
satuan pendidikan, kurikulum yang sifatnya
Ternyata, setelah KTSP diberlakukan selama
se ntra list ik sudah tid ak sesuai l agi deng an
sekitar lima tahun, keraguan tersebut sesuai
zamannya, perlu disesuaikan dengan tuntutan
dengan isu-isu di lapangan, banyak guru yang
zaman. Dengan kurikulum yang sentralistik, di
belum siap menerima pelimpahan kewenangan
mana satu kurikulum diberlakukan untuk semua
dari pemerintah pusat untuk menyusun sendiri
peserta didik dari Sabang sampai Merauke, berarti
kurikulum satuan pendidikannya. Pada akhirnya
potensi dan kemampuan peserta didik seolah-
sampai saat ini hanya mengadaptasi bahkan
olah dianggap sama. Kenyataannya, potensi dan
mengadopsi kurikulum satuan pendidikan lain
kemampuan setiap peserta didik berbeda satu
yang belum tentu sesuai dengan karakteristik
de ngan yang la in, ber beda ant ara satuan
satuan pendidikannya.
pendidikan yang satu dengan satuan pendidikan
245
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 3, September 2012
Sehubungan dengan latar belakang di atas,
pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang ber-
maka perlu dilakukan studi tentang kemampuan
tanggung jawab menyusun guru juga. Studi ini
guru dalam menyusun KTSP, yang masalahnya
difokuskan pada dokumen 2, yaitu Silabus mata
dap at d irum uska n se baga i be rikut: “ Baga i-
pelajaran Matematika, IPA, Fisika, Kimia, dan
manakah kemampuan guru dalam menyusun
Biologi yang disusun oleh Guru SD, SMP, dan SMA.
KTSP?”
Tujuan
studi
dim aksudkan
unt uk
Si labus
se kura ng-k ura ngny a
me liputi
memperoleh informasi tentang kemampuan guru
komponen: 1) Standar Kompetensi (SK); 2) Kom-
dalam menyusun KTSP, yang dapat digunakan
petensi Dasar (KD); 3) Materi Pokok; 4) Kegiatan
sebagai salah satu bahan pertimbangan oleh
Pembelajaran; 5) Indikator; 6) Penilaian; dan
pengambil kebijakan dalam rangka melakukan
7) Sumber Belajar (BSNP, 2006), yang dapat di-
evaluasi secara mendalam terhadap penerapan
susun secara narasi ke bawah maupun dalam
KTSP yang pada gilirannya diharapkan dapat
bentuk tabel seperti Tabel 1 dan Tabel 2.
meningkatkan mutu pendidikan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kajian Literatur
SK dan KD terdapat dalam Standar Isi yang telah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
disahkan pemberlakuannya dengan
Kur ikulum adal ah sep erangk at re ncana dan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI)
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
ped oman
keg iata n pe m-
Meski sudah disahkan dalam Permendiknas,
belajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
namun dalam rangka penyusunan Silabus, SK dan
penyele ngga raan
Peraturan
Tabel 1. Format Silabus Alternatif 1
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
MATERI POKOK
KEGIATAN PEMBELAJARAN
INDIKATOR
PENILAIAN
SUMBER BELAJAR
Sumber: BSNP, 2006
Tabel 2. Format Silabus Alternatif 2
STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR
MATERI POKOK
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENILAIAN
SUMBER BELAJAR
Sumber: BSNP, 2006
tertentu. Sedangkan KTSP adalah kurikulum
KD
perl u
di kaji
dengan
memp erha tika n:
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
1) urutannya berdasar hierarki konsep disiplin
di masing-masing satuan pendidikan (PP 19/2005)
ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus
KTSP meliputi 3 dokumen, yaitu dokumen 1,
selalu sesuai dengan urutan yang terdapat dalam
yang be rtanggung ja wab meny usun Kep ala
SI; 2) keterkaitan antara SK dan KD dalam mata
Satuan Pendidikan; dokumen 2, yang berupa
pelajaran yang sama; dan 3) keterkaitan antara
silabus mata pelajaran, yang bertanggung jawab
SK dan KD antarmata pelajaran.
menyusun guru; dan dokumen 3, berupa rencana
246
Herry Widyastono, Kemampuan Guru dalam Menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Materi Pokok
melanjutkan ke kompetensi berikutnya, sedang-
Menetapkan materi pokok mengacu pada KD
kan yang belum tuntas diberikan remedial teaching.
dengan mempertimbangkan: 1) potensi peserta
Ukuran tuntas, menurut Bloom (1956) minimal
didik ; 2) rel evansinya dengan karakter istik
telah menguasai 75% dari kompetensi yang
daerah; 3) tingkat perkembangan fisik, intelektual,
ditetapkan, sedangkan di satuan pendidikan
emosional, sosial, dan spiritual peserta didik;
se suai dengan KKM yang te lah dite tapk an
4) kebermanfaatan bagi peserta didik; 5) struktur
sebe lumnya ; 3) Pe nentua n uruta n kegi atan
keilmuan; 6) aktualisasi, kedalaman, dan keluasan
pem bela jara n ha rus sesuai d enga n hi erar ki
ma teri pem bela jara n; 7 ) re leva nsi deng an
konsep materi pembelajaran; dan 4) Rumusan
kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;
pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal
dan 8) alokasi waktu yang tersedia.
mengandung tiga unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta
Kegiatan Pembelajaran Keg iata n
pe mbel ajar an
didik, yaitu kegiatan peserta didik, materi, dan d irancang
unt uk
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan
nil ai-nilai
karakte r,
e konomi
k reat if
d an
kewirausahaan, dan/atau pendidikan antikorupsi.
proses ment al d an f isik mel alui int erak si antarpeserta didik, peserta didik dengan guru,
Indikator
lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam
Indikator merupakan penanda pencapaian KD
rangka pencapaian KD. Pengalaman belajar dapat
yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat
ter wujud
di ukur, me liputi
me lalui pe nggunaan
pendeka tan
sikap, pe nget ahua n,
d an
pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada
keterampilan. Indikator dikembangkan mengacu
pe sert a di dik. Pengala man bela jar memuat
KD, dan mempertimbangkan karakter peserta
kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta
didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi
di dik, yang me liputi k ecak apan aka demi k,
da erah, da n di rumuska n da lam kata ker ja
ke caka pan prib adi, kecakap an sosia l, d an
operasional (KKO) yang terukur dan/atau dapat
kecakapan vokasional.
diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar
Meng embangk an kegi atan p embelaj aran
untuk mengembangkan alat penilaian.
me ngacu pa da K D de ngan mem perhatik an bahwa: 1) kegiatan pembelajaran disusun untuk
Penilaian
memberikan bantuan kepada guru agar dapat
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
me laksanak an p rose s p embe laja ran seca ra
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data
profesional; 2) kegiatan pembelajaran memuat
tentang proses dan hasil belajar peserta didik
rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh
yang di lakukan seca ra siste mati s da n be r-
peserta didik secara berurutan untuk mencapai
kesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
KD. Yang belajar adalah peserta didik, sehingga
bermakna dalam pengambilan keputusan.
yang harus aktif adalah peserta didik, bukan
Penilai an p enca paia n KD peserta did ik
gurunya. Untuk mengaktifkan peserta didik dalam
dilakukan mengacu indikator. Penilaian dilakukan
belajar, perlu dilakukan langkah-langkah kegiatan:
dengan menggunakan: tes dan nontes, dalam
(a) Pendahuluan (apersepsi) yang tujuannya agar
bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
peserta didik siap secara fisik dan mental untuk
pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa
mem peroleh informasi ba ru, yang ber upa
tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan
penge tahuan, keteramp ilan, da n/atau sikap
portofolio, dan penilaian diri (Depdiknas, 2007a).
tertentu; (b) Kegiatan inti, berupa: (i) eksplorasi,
Penilai an p erlu mem perhatik an hal-hal
(ii) elaborasi, dan (iii) konfirmasi; (c) Penutup
berikut: 1) penilaian diarahkan untuk mengukur
(evaluasi), untuk mengukur daya serap peserta
pencapaian kompetensi; 2) penilaian meng-
didik, yang kemudian dipakai sebagai acuan
gunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa
menetapkan tindak lanjut (Depdiknas, 2007c).
yang bi sa d ilak ukan peserta did ik setel ah
Peserta didik yang sudah mencapai kriteria
mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk
ke tunt asan minimal (K KM) tert entu dap at
me nent ukan
posisi
sese orang
te rhad ap
247
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 3, September 2012
kelompoknya; 3) sistem yang direncanakan
Pe nari kan samp el m eng guna kan teknik
adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
purposive sampling, dengan kriteria: 1) latar
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih,
belakang pendidikannya lulusan Strata 1 dari
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
Fa kult as Pendi dika n M atem atik a da n Il mu
KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk
Pengetahuan Alam (FPMIPA), dari perguruan tinggi
mengetahui kesulitan peserta didik; 4) hasil
negeri maupun swasta; 2) profesinya sebagai
penilaian dianalisis untuk menentukan tindak
guru, baik guru SD, SMP, maupun SMA, negeri
lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses
maupun swasta, dan
pembelajaran berikutnya, program remedi bagi
Fisika, Kim ia, atau Biologi ; da n 3) sed ang
peserta didik yang pencapaian kompetensinya di
mengikuti kuliah Telaah Kurikulum Matematika atau
baw ah K KM, dan prog ram peng ayaa n ba gi
Telaah Kurikulum IPA pada Program Pascasarjana
peserta didik yang telah memenuhi KKM; 5) sistem
UNINDRA.
penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman
Be rdasar
mengajar Matematika, IPA,
k rite ria
tersebut
dip erol eh
be laja r ya ng d item puh dal am p rose s pe m-
responden sebanyak 150 orang guru berasal dari
bel ajar an.
Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, dan Tangerang,
Misa lnya ,
menguna kan
ji ka
pend ekat an
p embe laja ran observa si
terdiri atas 30 orang guru SD, 50 orang guru SMP,
lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada
t ugas
dan 70 orang guru SMA. Dari 150 responden
proses (keterampilan proses), misalnya teknik
tesebut, yang
wawancara, maupun produk/hasil melakukan
Kurikulum Matematika sebanyak 70 orang dan
observasi lapangan yang berupa informasi yang
Telaah Kurikulum IPA sebanyak 80 orang, yang
dibutuhkan.
ter seba r di 3 k elas par alel Program Studi Matematika dan
Alokasi Waktu
sedang mengikuti kuliah Telaah
3 kelas paralel Program Studi
IPA.
Penentuan a loka si w aktu pad a se tiap KD
Data dan informasi tentang kemampuan guru
didasarkan pada jumlah Minggu efektif dan alokasi
dalam menyusun silabus diperoleh berdasarkan
wak tu m ata
pela jara n
deng an
dokumen yang telah disusun guru. Masing-masing
kel uasa n,
responden diminta untuk memilih dokumen salah
ked alam an, ting kat kesulita n, d an t ingk at
satu silabus dari salah satu SK yang dianggap
kepentingan KD. Alokasi waktu yang dicantumkan
paling baik dibanding lainnya. Kemudian silabus
dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata
yang telah dipilih dikumpulkan kepada peneliti.
mem pert imba ngka n
pe rminggu
jumlah
KD,
untuk meng uasa i KD ya ng d ibut uhka n ol eh peserta didik yang beragam.
Teknik pengolahan datanya adalah studi analisis dokumen. Peneliti dibantu ahli bidang studi MIPA melakukan studi analisis dokumen
Sumber Belajar
terhadap masing-masing silabus. Triangulasi
Sumber belajar adalah rujukan, obyek dan/atau
dilakukan dengan cara diskusi fokus di dalam kelas
bahan yang digunakan untuk kegiatan pem-
(6 kelas), yang kemudian dilanjutkan dengan
bel ajar an, yang ber upa
wawancara mendalam terhadap orang-orang
medi a ce tak
dan
elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik,
tertentu untuk memvalidasi data dan informasi.
alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan atas SK, KD, materi pokok,
Hasil Studi dan Pembahasan
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
Kompetensi Dasar (KD)
kompetensi. Selain itu, juga mengacu pada
KD merupaka n pe njab aran dar i SK , ya ng
Standar Sarana-Prasarana (Depdiknas, 2007b).
keduanya terdapat dalam SI. Meskipun SK dan KD ini sudah dibakukan dengan Permendiknas,
Metodologi Penelitian
namun sebenarnya satuan pendidikan masih
Studi ini merupakan penelitian deskriptif yang
diberi kewenangan untuk mengaturnya, bahkan
menggunakan pendekatan kualitatif. Pengum-
menyempurnakannya sesuai dengan situasi dan
pulan data dilaksanakan pada bulan September
kondisi setempat (BSNP, 2006).
2011.
248
Herry Widyastono, Kemampuan Guru dalam Menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Re sponden
tida k
me nyem purnakan
ad a
rum usa n
sa tupun KD ,
ya ng
pelajaran yang merupakan buku wajib untuk
me skip un
siswa, sehingga tidak perlu dirumuskan seperti
rumusan KD tidak sinkron dengan rumusan SK.
itu. Seharusnya, meskipun sudah ada dalam buku
Misalnya dalam mata pelajaran Fisika SMA tentang
teks tetap harus ditulis di dalam silabus, karena
Viktor, peserta didik harus memiliki kemampuan
kalau beranggapan sudah ada dalam buku teks
prasya rat tent ang Trig onom etri pad a ma ta
tidak perlu ditulis, maka tidak perlu ada silabus,
pelajaran Matematika. Tetapi ternyata materi
karena yang ada dalam silabus semuanya sudah
Matematika tersebut belum diajarkan, sehingga
tertulis di buku teks.
urutan materi Matematika tersebut seyogyanya diubah, yakni diajarkan mendahului materi Viktor
Kegiatan Pembelajaran
pada mata pelajaran Fisika. Contoh yang lain,
Kegiatan pembelajaran merupakan rangkaian
pada SK kemampuan peserta didik
dituntut
at au l angk ah-l angk ah k egia tan yang har us
sampai pada ranah C-3 (penerapan), sedangkan
dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai KD.
pada KD hanya ranah C-1 (pengetahuan) dan C-
Peserta didik yang belajar, bukan guru yang
2 (pemahaman). Ketika hal ini ditanyakan lebih
belajar. Oleh karena itu, peserta didiklah yang
lanjut, alasan responden tidak ada yang berani
har us a ktif, guru m emfa sili tasi nya. Unt uk
mengubah karena menurut Pengawas dan Kepala
mengaktifkan peserta didik dalam belajar, setelah
Satuan Pendidikan SI tidak boleh diubah karena
guru melakukan apersepsi, dilanjutkan
sudah dibakukan oleh Menteri, sehingga dianggap
inti dengan menugaskan peserta didik untuk
semuanya sudah benar.
melakukan eksplorasi dan elaborasi. Kemudian
kegiatan
dilanjutkan dengan konfirmasi yang difasilitasi Materi Pokok
guru. Selain itu, kegiatan pembelajaran juga
Materi pokok merupakan ruang lingkup atau
harus mencerminkan nilai-nilai karakter, ekonomi
batasan keluasan dan kedalaman materi yang
kreatif dan kewirausahaan, dan/atau pendidikan
harus dipahami peserta didik, mengacu pada KD.
antikorupsi, sesuai dengan yang dikehendaki. Hal
Materi pokok yang dirumuskan sebagian
ini dapat diilustrasikan seperti Bagan 2.
besar responden (75%) kurang tegas ruang
Kegiatan pembelajaran yang dirumuskan
lingkupnya, misalnya dalam Matematika SD ditulis
se bagi an
“Penjumlahan” tanpa disebutkan sampai bilangan
mencerminkan pembelajaran yang mengaktifkan
ber apa. Seharusnya rumusannya b erbunyi
peserta didik, melainkan guru yang aktif. Dari 10%
“Penjumlahan sampai bilangan 100, atau 1000,
responden yang mencerminkan pembelajaran
at au sampa i n” sesuai dengan taha p pe r-
yang mengaktifkan peserta didik, tidak satupun
kembangan peserta didik. Contoh yang lain,
yang urutannya lengkap mulai dari eksplorasi,
misalnya dalam IPA SD ditulis “Perkembangbiakan
elaborasi, dan konfirmasi. Selain itu, juga tidak
adenium” tanpa disebutkan berbagai caranya.
mengakomodasi nilai-nilai karakter, ekonomi kreatif
Seharusnya rumusannya berbunyi “Perkembang-
dan
biakan adenium, melalui: 1) biji; 2) stek; 3)
antikorupsi.
cangkok; dan 4) okulasi; seperti pada Bagan 1.
b esar
respond en
kew irausaha an,
( 90%)
dan/ atau
tid ak
pendidi kan
Ketika ditanya lebih lanjut, semua guru
Ketika ditanya lebih lanjut, alasan guru-guru
beralasan bahwa pemb elajaran yang meng-
ad alah kar ena suda h a da d alam buk u te ks
aktifkan peserta didik dirumuskan dalam RPP.
Bagan 1. Contoh Merumuskan Materi Pokok
KD
MATERI POKOK
Mengembangbiakkan adenium
Perkembangbiakan adenium melalui: 1) biji; 2) stek; 3) cangkok; dan 4) okulasi.
Sumber: Hasil Pengembangan Peneliti
249
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 3, September 2012
Bagan 2. Contoh Merumuskan Kegiatan Pembelajaran
KD
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Mengembangbiakkan adenium
• Mempelajari berbagai cara mengembangbiakkan adenium melalui berbagai sumber belajar (buku teks, VCD, internet, dsb.) secara mandiri dalam kelompok, untuk mengembangkan rasa ingin tahu. (Eksplorasi) • Memerinci berbagai cara mengembangbiakkan adenium melalui diskusi kelompok untuk mengembangkan rasa ingin tahu. (Elaborasi) • Mempraktekkan berbagai cara mengembangbiakkan adenium secara kelompok untuk mengembangkan rasa ingin tahu. (Elaborasi) • Mempresentasikan berbagai cara mengembangbiakkan adenium di depan kelas (wakil masing-masing kelompok) untuk mengembangkan rasa ingin tahu. (Elaborasi) • Menyimpulkan berbagai cara mengembangbiakkan adenium, secara bersama-sama untuk mengembangkan rasa ingin tahu. (Konfirmasi)
Sumber: Hasil pengembangan peneliti
Adapun nilai-nilai karakter, ekonomi kreatif dan
Indikator
kewirausahaan, dan/atau pendidikan antikorupsi
Ind ikat or
diletakkan pada kolom tersendiri. Namun, ketika
me ncap ai K D. O leh
di cek RPPnya, ternyat a rumusa n Ke giat an
dirumuskan dalam rangka mencapai KD, dalam
Pembelajarannya juga belum mencerminkan
bentuk kata kerja operasional (KKO) yang terukur
kegiatan belajar yang mengaktifkan peserta didik.
dan/ata u da pat diob serv asi. Hal ini dap at
Bahkan rumusannya antara lain berbunyi “Guru
diilustrasikan seperti Bagan 3.
m erup akan
tanda-t anda kar ena itu,
unt uk
ind ikat or
menjelaskan perkembangbiakan adenium” yang
Indikator yang dirumuskan sebagian besar
berarti gurunya yang aktif. Nilai-nilai karakter,
(90%) responden selain rumusannya tidak benar
ekonomi kreatif dan kewirausahaan, dan/atau
karena tidak terukur (tidak menggunakan KKO)
pendidikan antikorupsi karena diletakkan pada
juga kurang lengkap, dan tidak satupun yang
kolom tersendiri akibatnya banyak yang tidak
mencerminkan nilai-nilai karakter, ekonomi kreatif
rel evan
dan
dengan
kegi atan
pem bela jara n,
kew irausaha an,
dan/ atau
pendidi kan
ce nder ung seke dar mema sukk an nilai -nil ai
antikorupsi. Tentang nilai-nilai karakter, ekonomi
tersebut tanpa memikirkan implementasinya.
kreatif dan kewirausahaan, dan/atau pendidikan
Bagan 3. Contoh Merumuskan Indikator
KD
INDIKATOR
Mengembangbiakkan adenium
• Menyebutkan berbagai cara mengembangbiakkan adenium secara mandiri untuk mengembangkan rasa ingin tahu. • Memerinci masing-masing cara mengembangbiakkan adenium secara mandiri untuk mengembangkan rasa ingin tahu. • Mendemontrasikan (praktikum) berbagai cara mengembangbiakkan adenium secara kelompok untuk mengembangkan rasa ingin tahu.
Sumber: Hasil pengembangan peneliti
250
Herry Widyastono, Kemampuan Guru dalam Menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
ant ikor upsi
set elah
dit anya
leb ih
l anjut,
kompre hensif k emud ian dit anya kan kepa da
responden beranggapan tidak perlu muncul di
peserta didik yang kemampuannya diasumsikan
dalam indikator karena tidak perlu dinilai. Hal ini
medium. Apabila dia dapat menjawab dengan
tidak benar, karena penilaian harus mengukur
benar, maka diasumsikan separuh dari peserta
aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan
didik di kelas sudah mencapai KKM. Kemudian
sehingga nilai-nilai karakter, ekonomi kreatif dan
dibuat satu soal lagi yang bobotnya sama dengan
kewirausahaan, dan/atau pendidikan antikorupsi
soal pertama, kemudi an ditanyakan kepada
harus tersurat dalam indikator.
peserta didik yang diasumsikan kemampuannya paling rendah. Apabila dia dapat menjawab
Penilaian
dengan benar, maka dapat diasumsikan bahwa
Penilaian pencapaian KD berdasarkan indikator,
semua peserta didik di kelas sudah mencapai KKM.
menggunakan tes maupun nontes, dalam bentuk
Prinsaipnya, berdasar tes formatif,
peserta didik
Bagan 4. Contoh Merumuskan Penilaian
INDIKATOR
PENILAIAN
• Menyebutkan berbagai cara mengembangbiakkan adenium secara mandiri untuk mengembangkan rasa ingin tahu.
• Tes lisan, untuk mengukur aspek kognitif
• Memerinci masing-masing cara mengembangbiakkan adenium secara mandiri untuk mengembangkan rasa ingin tahu. • Mendemontrasikan (praktikum) berbagai cara mengembangbiakkan adenium secara kelompok untuk mengembangkan rasa ingin tahu.
• Pengamatan kinerja, untuk mengukur aspek keterampilan dalam praktikum • Pengukuran sikap, untuk mengukur aspek sikap peserta didik dalam belajar secara mandiri dan kelompok
Sumber: Hasil pengembangan peneliti
ter tulis maupun lisan, peng amatan kiner ja,
yang sudah mencapai KKM
pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa
ke kompetensi berikutnya, yang belum mencapai
dapat melanjutkan
tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan
KKM harus diberikan remedial teaching.
portofolio, dan penilaian diri. Sebelum mengakhiri pembelajaran, penilaian formatif wajib dilak-
Alokasi Waktu
sanakan, karena untuk mengukur daya serap
Alokasi waktu merupakan perkiraan waktu rerata
peserta didik sebelum dilanjutkan membahas
untuk menguasai KD yang dibutuhkan peserta
kompetensi berikutnya (Bloom, 1956).
di dik. Alokasi wak tu t atap muk a ya ng d i-
Dalam contoh di atas, penilaian tentang
rencanakan oleh kurang dari separuh (50%)
mengembangbiakkan adenium, diilustrasikan
responden didasarkan atas jumlah minggu efektif
seperti pada Bagan 4.
dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu
Penilaian yang dirumuskan sebagian besar
dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan,
responden (90%) tidak mengukur aspek sikap dan
kedalaman, tingkat kepentingan KD. Separuh
keterampilan, hanya mengukur aspek penge-
lainnya hanya didasarkan atas perkiraan semata-
tahuan semata-mata. Itupun hanya berbentuk tes
mata.
tertulis. Evaluasi formatif jarang dirumuskan de ngan ala san kekurangan wakt u. Padahal
Sumber Belajar
penilaian formatif harus dilakukan, karena untuk
Sumber belajar didasarkan pada SK, KD, materi
mengukur daya serap peserta didik sebelum
pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, dan
dilanjutkan membahas kompetensi berikutnya.
alokasi waktu, yang dapat berupa media cetak
Penilaian formatif dapat dilakukan secara lisan,
(buku teks, buku pengayaan, modul, dsb), media
misalny a de ngan mem buat sat u soal y ang
elektronik {internet, audio visual aid (AVA), dsb},
251
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 3, September 2012
lingkungan (fisik, alam, sosial, budaya), dan nara
diimplementasikan dengan alasan kekurangan
sumber. Sebagian besar responden (90%) hanya
waktu; 6) Hanya sekitar 50% responden yang
mengandalkan buku teks pelajaran semata-mata,
mer enca naka n
dengan alasan sudah cukup memadai. Padahal,
didasarkan atas jumlah minggu efektif dan alokasi
untuk menarik minat peserta didik dalam belajar
wak tu m ata pela jara n pe r mi nggu dengan
harusnya menggunakan sumber belajar yang
mem pert imba ngka n
bervariasi. Misalnya, dalam mengembangbiakkan
kedalaman, tingkat kepentingan KD. Yang lain
adenium, dapat menggunakan sumber belajar
hanya perkiraan semata-mata; dan 7) Sebagian
berupa buku teks, buku pengayaan, internet, AVA,
besar responden (90%) hanya mengandalkan
dan lingkungan alam (pohon adenium di kebun
buku teks pelajaran semata-mata, dengan alasan
satuan pendidikan).
sudah cukup memadai, tidak memanfaatkan
al okasi
wa ktu
jumlah
tata p
KD,
muka
kel uasa n,
sumber belajar yang lebih menarik. Simpulan dan Saran
Hal-hal di atas dapat dimaklumi karena guru-
Simpulan
guru ketika masih menempuh kuliah di lembaga
Berdasar hasil studi dan pembahasan di atas
pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) belum
dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam
diajari te ntang bagaimana mengembangkan
menyusun kurikulum (silabus)
kurikulum
rendah,
masih sangat
send iri,
yang di ajar kan
adal ah
sebagian besar hanya mengadaptasi
bagaimana mengimplementasikan kurikulum yang
ba hkan mengadopsi kur ikul um d ari satuan
sudah disiapkan oleh pemerintah pusat (kurikulum
pendidikan lain atau dari penerbit buku yang
nasional/sentralistik).
belum tentu sesuai dengan satuan pendidikan
Sebagian besar guru menyatakan bahwa
(visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan), potensi
si labus ya ng d isusun hanya sek edar unt uk
dae rah/ kara kter isti k da erah, sosial bud aya
formal itas
masyara kat
da n
satuan
di dik
pendidi kan, tid ak d iimp leme ntasikan dal am pembelajaran. Pembelajaran mengacu buku teks
seperti dijelaskan sebagai berikut: 1) Tidak ada
pelajaran yang sudah disyahkan oleh Pemerintah
sat upun respond en y ang meny empurnak an
Pusat. Bahkan, lembar kerja siswa (LKS) yang
rumusan SK dan/atau KD, meskipun rumusan KD
seharusnya disusun oleh guru, ternyata sebagian
tidak sinkron dengan rumusan SK; 2) M a t e r i
besar guru justru membeli dari penerbit, dengan
pokok
dir umuskan
pe sert a
a dministr asi
(kemampuan dan karakteristiknya). Secara rinci
yang
sete mpat ,
mem enuhi
besar
alasan kalau disusun oleh guru tidak ada uang
responden (75%) kurang tegas ruang lingkupnya;
untuk penggandaan atau tidak boleh dijual di
3) Kegiatan pembelajaran yang dirumuskan
satuan pendidikan. Hal ini antara lain sebagai
se bagi an
tid ak
akibat dari adanya kebijakan satuan pendidikan
mencerminkan pembelajaran yang mengaktifkan
gratis, tidak boleh memungut uang apapun dari
peserta didik, melainkan guru yang aktif. Selain
peserta didik. Kalau menggunakan LKS dari
itu, juga tidak mengakomodasi nilai-nilai karakter,
penerbit, guru tinggal memerintahkan peserta
ekonomi kreatif dan kewirausahaan, dan/atau
didik membelinya.
b esar
seba gian
respond en
( 90%)
pendidi kan anti korupsi; 4) Indik ator ya ng dirumuskan sebagian besar responden (90%)
Saran
selain rumusannya tidak benar, karena tidak
Berdasar simpulan di atas, direkomendasikan
terukur (tidak menggunakan KKO) juga kurang
kepada Pemerintah dalam hal ini Kementerian
lengkap, serta tidak satupun yang mencerminkan
Pendidikan dan Kebudayaan, agar: 1) melakukan
nilai-nilai karakter, ekonomi kreatif dan kewi-
pelatihan dan pendampingan secara kontinyu dan
rausahaan, dan/atau pendidikan antikorupsi; 5)
berkelanjutan kepada guru, kepala sekolah, dan
Pe nila ian yang dir umuskan seba gian besar
pengawa s
ca ra-cara
peny usunan,
responden (90%) tidak mengukur aspek sikap dan
implementasi, dan evaluasi KTSP;
2) melakukan
keterampilan, hanya mengukur aspek penge-
evaluasi mendalam tentang kebijakan penerapan
tahuan semata-mata. Itupun hanya berbentuk
KTSP, karena guru belum disiapkan secara matang,
tes tertulis. Selain itu, evaluasi formatif jarang
se hing ga b elum sia p m ener ima peli mpahan
252
te ntang
Herry Widyastono, Kemampuan Guru dalam Menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
kewenangan yang sangat drastis dari Pemerintah
nasional, daerah, dan sekolah.
Pusat langsung kepada satuan pendidikan untuk
seyogyanya terdapat pembagian kewenangan
mengemb angk an
berjenjang, mulai dari pemerintah pusat, provinsi,
sendi ri
K TSP
(kur ikul um
desentralistik).
kab upat en/k ota,
dan
sat uan
Dalam hal ini,
pend idik an.
Sebaiknya pelimpahan kewenangan untuk
Pemerintah Pusat bertanggung jawab untuk
mengembangkan kurikulum secara berjenjang,
mengembangkan silabus dan buku teks mata-
mul ai d ari kewe nang an p emer inta h pusat
mata pelajaran tertentu (pokok), pemerintah
(nasional), provinsi, kabupaten/kota, dan satuan
provinsi mengembangkan silabus dan buku teks
pendidika n. Hal ini sejala n deng an ama nah
mata-mata pelajaran tertentu lainnya, pemerintah
Re ncana
Me neng ah
kabupaten/kota mengembangkan silabus dan
Nasional Tahun 2010-2014 sektor pendidikan
Pe mbanguna n
J angk a
buku teks mata pelajaran muatan lokal, dan
(Bappenas, 2010) yang
satuan pendidikan tidak lagi
salah satunya, yaitu
mengembangkan
program aksi tentang kurikulum, yakni penataan
silabus melainkan mengembangkan KTSP dan RPP
ulang kurikulum sekolah menjadi kurikulum tingkat
saja.
Pustaka Acuan Arismunandar, Wiranto. 1996. Sistem Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi Dalam Era Globalisasi: Pengalaman dan Pemikiran di Institut Teknologi Bandung. Jakarta: Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan, Balitbang Depdikbud. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2010.
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014. Jakarta. Bloom, Benyamin S. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals, Handbook I Cognitive Domain. New York: Longman Inc. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2007a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2007b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007b tentang Standar Sarana dan Prasarana. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2007c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007c tentang Standar Proses. Jakarta. Hasan, Hamid. 2000. Kurikulum Masa Depan. Jakarta: Balitbang Depdiknas. Savitri. 2007. Kurikulum Highschope: Paper Seminar Kajian Mata Pelajaran. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
253