KELUARGA MUSUM:
Institusi Suci di Atas Suci H. Mohammad Riezam Dosen PAl Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
ABSTRACT The concept ofMuslim families who have been thrown by Islam since the
fifteenth century ago, step by step has been able to align themselves with the concepts of modem family celebrated a very long time. Even in the development of next, did not rule out the concept ofMuslim families will outpeiform the concepts ofthefamily who has been there. It's all because the concept ofMuslim families is a concept designed by God, that is substances that regulate the right to life and human life. In the last decade alone, many experts in modem family (western Europe and the United States) adopted the concept ofMuslim families to supplement the family concepts that they make. They begin to assess, the concept of family that was brought by Islam were in line with human dignity and universal. According to some of them, Muslim families have been able to manifest themselves as a family institution of the most clean and pure. In the Muslim family of each member will be able to maintain human dignity as a noble and honorable, to develop his personality in an optimal and maintain self-identity for the future does not happen blurring and vandalism identity To be sure, the concept ofMuslim families had socialized by Muhammad Saw., Fifteen centuries ago and managed to raise the dignity of Muslim families in Medina is very superior in all sectors, into a family full of goodness, happiness, and welfare are equally broad. Keywords: Muslim family establishment, welfare.
J.t..J. ..liJ ,~L. ,:, J} ?
~ ..L... y~ 'il WWI i ~ i~ 'il J...L.,.:>i ..li
.yjJl ~ ~..LJ..I WWI i~
Jl ~':'i;~
oM: ;~ i~1 tl.,b.:;....l
~WI ~Wl ~ yJL'i 1 WWI i ~ J ~ J y Vol. 1, No.1, Juni 2013
J.A::-l.I J ,:,i J..l:-!.J 93
H. Mohammad Riezam
;l::>- ~
J! ~ J~J '&1 ~ r~ ~~'il a.lJWI (.)f.y IhJ .c.S?f.y\ . ~J d WI
(~riJ lU} 0'") ~jJl ~Ip:l-\ 0i
R
,?IJf.y1 ~I .;:..\rJI ~
; frSJl ~Ull 0'" I~ .u \... Jl a.;l..P~ ~~ 'il a.lJWI r ~ (.) J~ Iyfl»- ~L:.,. r~'il 4J. ~k ~jJl i ~\
(.)i (.) Jf.-
~f.y IhJ .4.:l;--:11 oy....U
~ ~~ 'il a.lJW\ r ~ (.)1 ~ Jli .~ J ~.r.?- J d WI J A .~ ("'I U~f.yl ~ .;;1\ (.)I:..~L" ~ I JI (.) _. a.lJWI ~i I_L (.)i -r'" r-=- ~J .r.:-• ~ ~ u-:-
(.)~ C?' ~ J f- ~ (.)i ~~'il a.lJWI ~~i 0'" ~ jSJ ~ (.)i ~ C?' ~10'" c.S~ ~ts:. Jl ~ ~f.- (.)iJ ,op$:-~. \...~
. ~ "J.-s. ~ } ~f" ~f.- "Y (.) iJ ,.;:..y? ~ 4.>.-\ J:! '&1 J YJ ori) ol:Ji.u ~~'il a.lJW\ r # (.)i ~tG-'i\ 0'" ~"Y
~\ J..~ J
c:-4 Ill) .~\... (')J) ?
ol)WI ,- -,'-\J ,~ o~UI) ~tj)l
~ .L r-L) ~ '&1 ~ ~
#
JJ ,oJ?\ ~..ul J ,:?~)I
.~i dW .~tj)1 ,~"j.....'il a.lJWI 4.,.lil :~\ JS~~
I. Pendahuluan Pergantian generasi adalah sebuah proses yang alami, dimana generasi tua yang sudah tidak mampu lagi melanjutkan estaJeta perjuangan umat manusia harus digantikan oleh generasi muda yang lebih segar, lebih trampil, lebih cerdas, lebih bersemangat dalam mewarisi nilai-nilai luhur, melanjutkan, melestarikan dan mengembangkan peradaban dan budaya manusia. Dalam menghadapi pergantian generasi ini, sering timbul goncangan yang biasanya disebabkan adanya kesenjangan komunikasi yang muncul dalam bentuk kekhawatiran dan ketidak percayaan dari generasi tua terhadap generasi muda yang akan menggantikannya. Mereka beranggapan bahwa generasi muda belum cukup mampu dan dapat dipercaya untuk melanjutkan perjuangannya. Akibatnya, mereka merasa belum waktunya untuk menyerahkannya.
94
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Keluarga Muslim: Institusi Sud di Mas Sud
Sebetulnya adanya ketakutan, kekhawatiran dan ke~<Jak percayaan itu tidak perlu terjadi jika generasi tua menyadari bahwa pergantian generasi adalah sebuah kepastian. Dengan kesadaran itu akan memberi dorongan bagi generasi tua untuk mempersiapkan secara mantap generasi muda yang akan menggantikannya. Dengan demikian, maka ketika proses itu terjadi, tidak akan muncul problem yang menakutkan. Dalam upaya mempersiapkan generasi muda yang diharapkan dapat melanjutkan sejarah dan perjuangan hidup manusia, lembaga keluarga mempunyai peran yang menentukan. Mukti Ali (1974) mengatakan, bahwa pembangunan negara ini sangat tergantung pada pembinaan keluarga. Jika keluarganya baik maka negara ini akan baik. Tanpa membangun keluarga, tidak akan mungkin tercapai pembangunan negara. Dalam upaya pembentukan lembaga keluarga dan sekaligus upaya untuk mempersiapkan generasi muda yang memiliki kesanggupan dan kemampuan yang diharapkan, Islam telah mampu tampil sebagai sebuah pedoman dan tata aturan yang sempurna. Lembaga keluarga yang dibentuk melalui konsep Islam merupakan lembaga yang paling tepat menjadi wadah "menyiapkan generasi yang diharapkan. Bahkan yang lebih memikat lagi, keluarga yang dibentuk oleh Islam akan merasakan kenikmatan dan kebahagiaan tanpa harus kehilangan harkat dan martabat kemanusiaannya sebagai makhluk yang bernilai tinggi dan penuh dengan kehormatan.
ll. SebuahPendekatan Studi keislaman selalu menjadi studi yang menggelitik minat. Ter":~ lepas dari unsur dan sikap subyektif dan obyektif, studi keislaman pasti memberi semangat kepada para cendekiawan baik muslim maupun non muslim. Seakan-akan ada misteri dalam Islam yang tidak pernah kering untuk dicari dan didapatkan. Ada diantara mereka yang hanya sekedar menggali untuk memperluas wawasan, tapi tidak sedikit yang berniat membuka tabir rahasia dari keberhasilan agama ini. Satu di antara aspek keislaman yang cukup menarik minat untuk dikaji adalah masalah keluarga. Telah banyak hasil kajian
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 93-115
95
H. Mohammad Riezam
yang mengungkap permasalahan keluatga muslim. Namun peimasalahannya tidak pemah habis. Bahkan satu permasalahan belum tuntas dikaji, sudah muncul permasalahan baru yang memerlukan kajian. Berapa banyak orientalis yang sengaja menghembuskan isu kebobrokan sistem kekeluargaan dalam Islam, tetapi temyata tidak sedikit diantara mereka yang kemudian merubah pandangan, bahwa konsep keluarga dalam Islam diakui telah mampu tidak saja menyetarakan diri dengan konsep-konsep keluarga yang telah ada, bahkan mampu mengungguli konsep tersebut. Menurut konsep Islam, lembaga keluarga menduduki posisi sentral dalam hidup dan kehidupan manusia, bahkan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan itu sendiri. Khursyid (1984) memberi gambaran yang cukup jelas tentang eksistensi keluarga dalam kehidupan. Beliau mengatakan, bahwa keluarga merupakan institusi sud yang didalamnya mengandung hikmah. Lembaga keluarga tidak dibentuk melalui' pengalaman manusia yang berkembang melalui tahapan uji coba yang berlangsung sepanjang masa. Dia lahir bersamaan dengan pendptaan manusia, sehingga munculnya rasa manusia dikatakan sebagai hasil dari institusi ini. Sejak kisah Adam dan Hawa, adanya lembaga keluarga sudah ditempatkan sebagai simbol dari kehidupan umat manusia itu sendiri. Perhatikan surat al-Nisaa';l: ...
J.
~
....
J.
\.,z\ J.
....
~j ~Jj~ ~j o~\j ~ ~ ~ <:,>lJ\ ~J d~ U\ ~i 4 "..4; . . o~,. ~.4 ~ 0l5' ~\ 01 r~ ~\1\j ~ 0}~L:i <:,>lJ\ ~\-\.,z\j ;L.:Jj \~ ~t,;.. J ~ .... "'... , ......" ... j.
...
="J.
...
J. ...
""
<,
~W\) ~J
Artinya: "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari satu din dan daripadanyaAllah menciptakan jodohnya dan memperkembangbiakkan dari keduanya laki-laki yang banyak dan perempuan. Bertaqwalah kepada Allah yang kamu saling meminta dengan menyebut nama-Nya dan memelihara ke/uarga. Sesungguhnya Allah sangat memperhatikan kamu " (al-Nisaa'; 1)
96
INSYlRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Keluarga Muslim: Institusi Sud di Atas Sud
Perhatikan juga surat al-Ruum; 21: ?
",.
J.
",.
"'"
J.
.J.,...
J.'"
,.
",.
~J) ;;; ~~)~! I~ k.1)ji ~i ~ ~ ~ ~i ~0~) ""
-'"
,.
""""
".,.
(Y' rJyl) 0J~ r~ ~~ ~~ .-
~
-i 0!
Artinya: "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia telah menciptakan untuk kamu istri dari jenismu supaya kamu tenteram
bersamanya. Dia menjadikan cinta dan kasih sayang diantara kamu. Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda bagi orang-orang yang be1pikir" Cal-Ruum; 21)
Demikian juga dalam surat al-Ra'du; 38: ...
110
,."'?
0 "
J
0""
0
0",'"
?
"""
~4 ~4 0i J';) 015'~) ~~~) k.1)) ~ n;;) ~ 0-- ~~ lL ~i .lAl) ?
...
-,.
?
...
...
......
"",
~
(1 /\ ~)I) yl5" ~I ...
?
tJJ J.
(/I
jsJ
,0 .iii I 0~~ ~l
"" .,..
(/I
......,
...
Artinya: ''Dan sungguh Kami telah mengutus rasul-rasul sebelum kamu
dan kami adakan istri-istri dan keturunan. Tidak ada kekuasaan bagi seorang rasul mendatangkan satu tandapun melainkan dengan izinAllah. Bagi tiap-tiap masa ada kitabnya"Cal.:.Ra'du; 38)
Setidaknya ada dua madzhab yang mencoba melakukan pendekatan terhadap keluarga muslim. Pertama, madzhab moralitas. Pengikut madzhab ini mencoba mendekati keluarga dari sudut norma moral. Hasil dari pendekatan madzhab ini, mereka beranggapan bahwa pernikahan Cawal dari pembentukan keluarga) hanyalah sekadar produk agama yang lepas dari lingkungan sosial dan budaya. Menurut mereka, perkawinan hanya sekadar melegitimasi hubungan laki-laki dan perempuan yang tidak memerlukan aturan pola tingkah laku sesudahnya. Kedua, madzhab sosiologis-antropologis. Madzhab ini berpendapat, keluarga adalah hasil dari pemikiran sosial dan budaya. Mereka beranggapan perkawinan adalah upacara seremonial yang berhubungan dengan adat kebiasaan masyarakat. Jika pada suatu saat masyarakat merasa jenuh dengan perkawinan dan menginginkan hapusnya lembaga tersebut, berarti perkawinan sudah tidak diperlukan dan pembentukan lembaga keluarga tidak perlu lagi melalui perkawinan.
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 93-115
97
H. Mohammad Riezam
Lembaga keluarga dalam Islam melalui al-Qur'an dan alSunnah telah memberi isyarat, bahwa perkawinan tidak hanya sekadar ceremonial religitts, tetapi didalamnya memuat juga kepentingan-kepentingan sosial kemasyarakatan dan budaya. Islam tidak hanya menempatkan perkawinan sebagai bentuk syariat, tetapi juga mengingatkan adanya kewajiban dan hak pribadi dan sosial kemasyarakatan. Islam tidak menghendaki perilaku sosial dan budaya terlepas dari lingkaran syariat, demikian juga sebaliknya, Islam tidak menghendaki syariat lepas begitu saja dari kebiasaan yang berlaku. Sebagai sebuah tatanan hidup, sebenamya Islam telah cukup mampu memberi bukti, bahwa ajaran Islam adalah tatanan Ilahi yang lengkap dan sempuma, sangat bersih dan indah, tidak perlu diragukan kebenarannya. Perhatikan surat al-Maidah; 3: ,..,
"
~""
J
""
J,.,,,
J
...
0....
0
~: r~Y\ ~,~ -~)) I,?~~;.s:#,~ ::;iJ~: ~ ~i r~\'" j. ....
,
" ; " . . '':'\ (i o.llll.\) ~ J J.P """ ,.,
~,.,
:,1 ~ v}-'
,...
''1• r-' 1$"''' CI
...'"
"I;
-~
I...AJ~ ?...
;0.
.r.P
J.
0
-
;
;
.;
~ ?
c..I •
.....
0
"1_:.0\
~
....
;. ;.rJ .,;
Artinya: ".. .pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah aku cukupkan kepada kamu nikmat-Ku dan telah Aku Ridhai Islam sebagai agama bagi kamu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan bukan kesengajaan berbuat dosa, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Penyayang" (alMaidah; 3)
Demikian juga perhatikan surat al-Nisaa'; 105: J;~//
CI
;~~ ~ '1) ...,..
""
1\
!J\) ~
""
i.J"U\ ;;;
J "
O//CI
~ j;J~ yGs::.!\ ~l
'"
....
~
uji \.;1 "'..........,; (,.0 ~W\) ~
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu
dengan sebenarnya, supaya kamu menghukum antara manusia dengan apa yang Allah telah perlihatkan kepadamu.]anganlah kamu menjadi pembela orang-orang yang berkhianat"(al-Nisaa': 105)
Juga dalam surat al-Maidah; 49 dan 50:
98
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Keluarga Muslim: Institusi Sud di Atas Sud
."
,
,
0yjy.. "
~
.:: I .,"1<' ir ~ a»\ 0'" ~I 0'"J 0~ ~1.>.o.J\ r-~ " I )
I
;I"
~,.....,
J
" " ,
...
;
';.'. ; ;
0
.;
"",
I ;
"
1
0
;
",,/
~;.i
",
0
,,"
-
-I ;:'c
I
i'"
< ) 0~wd~\
",,,
".
<0
•-
,
t ~ o..til1.\)
Artinya:" Hendaklah kamu menghukum diantara mereka dengan
hukum yang telah diturunkanAllah, dan janganlah kamu menuruti hawa naftu mereka. Hati-hatilah dengan mereka dengan sebab mereka menfitnah kamu dari sebagian yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum itu) ketahuilah, sesungguhnya Allah akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Sungguh sebagian dari mereka adalah orang-orangfasiq D apakah hukum jahiliyah yang mereka cari ? dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hokum Allah bagi kaum yang yakin ?" Cal-Maidah; 49 - 50)
Perhatikan juga surat al-Jaatsiyah; 20:
<". a.;\.J:.I) '0}J; i ~ ~J) I.S~) U'"UJ )~ 1.1;. ...
;I
...
'"
......
Artinya:" Ini (al-Qur'an) adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang yakin" Cal-Jaatsiyah; 20)
Juga dalam surat Ali Imran; 112:
<" "
Artinya: ''Ditimpakan atas mereka kehinaan dimana saja mereka
berada, kecuali jikaa mereka (berpegang) tali (agama) Allah dan tali (hubungan) dengan manusia. ,," CAli Imran: 112)
Bahkan dengan tegas Allah menyatakan, hanya al-Qur'an satu-satunya altematif pemecahan masalah hidup dan kehidupan manusia yang paling tepat dan selamat. Lihat surat al-Israa'; 9: '"
$ r
...
,.
$
0;1
0'"
$
,,"',J.O
".
$
~ 0\ ~~t:J\ 0 ~ ~~\ ~~I ~) ~;;i ~ ~ \.fo~ 0T~1 I~ 0!
<~ ~I.r"":ll) I~ I/.-f ;
Artinya:" Sesungguhnya al-Qur'an ini memberi petunjuk kepada
jalan yang lebih turus dan memberi berita gembira bagi orang-orang mukmin yang beramal shaUh. Sesungguhnya bagi mereka pahala yang besar"Cal-Israa'; 9) Vol. 1, No.1, Juni 2013: 93-115
99
H. Mohammad Riezam
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam adalah sebuah pendekatan yang paling dapat dipertanggungjawabkan, karena Islam memang sengaja diciptakan olehAllah untuk mendekati semua persoalan manusia dan masyarakat.
m.Gambaran Dasar Keluarga Muslim Hingga saat ini, belum ada kesepakatan dari para ahli dalam memberi arti tentang keluarga. Yang ada hanyalah mencoba beberapa tipologi dan model-model keluarga untuk mendapatkan bentuk dan struktur keluarga yang memenuhi syarat. Ambigousitas tersebut kebanyakan disebabkan adanya tumpang suh dalam member arti antara perkerabatan dan keluarga. Ada yang mengatakan perkerabatan lebih luas daripada keluarga dan sebaliknya. Namun, ada dua ulama yang mencoba meletakkan Islam sebagai landasan pembentukan lembaga keluarga. Kedua ulama tersebut adalah Khursyid Ahmad dan· Hammudah Abdul al-'Ati. Dari keduanya dapat disimpulkan (HammudahAbd al-'Ati, 1984) setidaknya ada empat komponen yang· menjadi karakteristik dalam keluarga muslim, yaitu; (a) institusi sud (b) mengandung hikmah, (c) adanya karena hubungan darahlperkawinan dan (d) munculnya rasa saling harap dan ikatan batin. Keluarga muslim dikatakan sebagai institusi sud, karena: 1. Institusi ini didesain sendiri oleh Allah tanpa campur tangan pihak manapun. 2. Institusi ini dibentuk dengan menghadirkan Allah sebagai saksi (ijab-kabuD. 3. Institusi ini diatur dengan aturan yang secara sengana dibuat sendiri oleh Allah. Keluarga muslim adalah lembaga keluarga yang didalamnya mengandung hikmah ilabiyab yang tidak terhitung macam dan jumlahnya. Ada beberapa hikmah dari sekian banyak hikmah yang bisa menjadi ilustrasi, yaitu: 1. Awalnya manusia didptakan oleh Sang Khaliq dari diri yang satu, kemudian dibelah menjadi dua, yaitu manusia laki.:.laki dan manusia perempuan. Perhatikan surat al-Nisaa'; 1: 100
INSYIRAH, Jurnal llmu Bahasa Arab dan StudiIslam
Keluarga Muslim: Institusi Sud di Atas Sud
<,
~W\) •••
Artinya: "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kamu kepada Tuhanmu
yang telah menciptakan kamu dan satu din dan danpadanya Allah menciptakan jodohnya ... " Cal-Nisaa'; 1)
Karena tadinya satu, maka masing-masing mempunyai keeenderungan untuk bersatu kembali. Dari sini muneul rasa saling membutuhkan. Berkumpulnya kembaH dua insan yang saling membutuhkan itu akan memuneulkan ketenangan hidup yang luar biasa. 2. Allah telah menganugerahkan alat reproduksi yang sang at bersepadanan kepada tiap-tiap manusia laki-laki maupun perempuan. Manusia wajib mensyukuri anugerah tersebut dengan menfungsikan alat reproduksi sesuai dengan jalan Allah, yaitu nikah. 3. Terjaganya identitas diri. Seorang bayi yang lahir dalam keluarga muslim akan segera diketahui nasabnya, sehingga akan dapat diketahui dengan pasti masalah-masalah yang berhubungan dengan waH dan waris. Keluarga muslim adalah institusi keluarga yang hanya dapat dibentuk melalui hu-bungan darah (pernasaban) dan perkawinan, karena eiri dari institusi ini adalah hu-bungan anggota keluarga yang memiliki rasa saling harap dan ikatan batin. Hubu-ngan tersebut tidak mungkin muneul dengan sendirinya, namun melalui proses yang panjang dan berdasarkan pengalaman-pengalaman spiritual yang terus menerus. Oleh sebab itulah, maka hubungan yang seperti itu hanya dapat muneul melalui perna-saban dan perkawinan. Institusi keluarga yang dikehendaki oleh Islam adalah istitusi yang demokratis dalam kebersamaan. Bukan institusi yang dikuasai oleh seorang kepala keluarga seeara mutlak, dan juga bukan warisan dari konsep keluarga praislam yang mendudukkan laki-laki sebagai yang sangat berkuasa, memiliki hak mutlak untuk berbuat semaunya. Dalam institusi ini semua anggota mempunyai peran yang sama penting, proporsional, kondisional dan seimbang.
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 93-115
101
H. Mohammad Riezam
Yang lebih penting lagi, konsep keluarga yang disodorkan Islam menempatkan identitas masing-masing anggota keluarga pada jalur yang bersih dan lurns. Seorang istri bila dia menginginkan, maka dia tetap menggunakan jalur nasab dan tidak perlu menggunakan nama suami dibelakang namanya. Islam tidak menghendaki terjadinya kekaburan identitas masing-masing anggota. Islam meletakkan kedudukan sebuah keluarga dalam sebuah jalur yang benar dan tepat, yaitu dalam jalur keturunan dan identitas yang paling bersih dan sud dalam kedudukannya sebagai institusi moral, sosial, maupun budaya manusia. Bahkan dalam hal adopsipun Islam dengan tegas mengingatkan untuk tidak merubah jalur identitas asli anak dengan jalur baru (keluarga yang mengadopsi). Keseimbangan identitas, kewajiban, hak, tanggung - jawab dan peran masing-masing pihak tetap menjadi tanggungjawab masing-masing dalam kebersamaan . . Dalam keluarga muslim, tanggungjawab individu bukan kepada individu yang lain. Istri dan anak tidak bertanggungjawab kepada suami atau bapak, tetapi tanggungjawab pribadi kepada Allah semata. Dengan demikian menjadi semakin jelas, konsep keluarga muslim adalah konsep keluarga yang sanggup mengembangkan kepribadian masing-masing anggota keluarga dalam kolektivitas keluarga. Dengan sangat jelas konsep keluarga muslim berusaha meletakkan ikatan keluarga bukan berdasarkan kepentingan masing-masing anggota, tetapi berdasarkan kepentingan seluruh anggota keluarga secara bersama-sama. Dengan konsep kehiarga muslim yang seperti itu, memungkinkan orang non muslim masuk menjadi anggota sebuah keluarga muslim tanpa harus mengorbankan keimanan dan ibadahnya. Walaupun demikian, ulama tetap berpegang pada keanggotaan muslim, karena akan menumbuhkan ikatan kekeluargaan yang lebih erat dan lebih kokoh. Semua persoalan yang muncul dalam keluarga muslim akan segera dapat dipisahkan melalui pertimbangan agama dan iman yang lebih matang secara bersama. IV. Struktur, Bentuk dan Fungsi Keluarga Muslim
Islam memberi kebebasan kepada umatnya untuk menentukan sendiri struktur dan bentuk keluarga yang diinginkan. Menurut Islam hal itu bukan permasalahan yang penting. Justru menurut Islam 102
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Keluarga Muslim: Institusi Sud di Atas Suci
yang lebih penting adalah sendi-sendi yang menjadi landasanadanya institusi keluarga, yaitu adanya rasa saling cinta, kasih sayang, ikatan batin, saling harap, dan keinginan bersama untuk dapat mencapai kehidupan yang bahagia dan sejahtera, penuh dengan
sakinah, mawaddah wa rahmah. Namun demikian, secara tradisional struktur dan bentuk keluarga muslim cenderung mendekati keluarga yang berkembang daripada memusat. Secara struktural tradisional, lembaga keluarga muslim terbagi menjadi tiga lapis, yaitu; keluarga dekat, keluarga tengah dan keluarga jauh. Dalam Islam tidak pemah diperkenalkan adanya keluarga gabungan, yaitu gabungan daribeberapa kelompok keluarga u,ntuk berkesinambungan dalam sistem perekonomfan keluarga, dimana kepala keluarga menjadi pengendali. Jika disimak, dari struktur dan bentuk keluarga Islam tradisional, keluarga muslim mempunyai dua unsur, yaitu keluarga inti dan keluarga tambahan, yang keduanya saling melengkapi bangunan keluarga muslim secara utuh. Walaupun masing-masing keluarga inti dan tambahan mempunyai kewajiban dan tanggungjawab sendiri-sendiri, tetapi secara bersama-sama bertanggungjawab atas keutuhan dan jalannya keluarga. Bahkan jika dalam keluarga muslim ada yang non muslim, ketetapan itupun tetap harus dijalankan. Satu hallagi yang menunjukkan betapa unggulnya keluarga muslim, yaitu tidak dibolehkannya hubungan istimewa dan terlalu dekat antar anggota. Intimitas hubungan antar anggota keluarga dikhawatirkan akan merusak hubungan seluruh anggota keluarga. Misalnya, terlalu intimnya hubungan antara bapak dengan salah seorang anaknya, akan menimbulkan rasa ifi dari anak-anak yang lain, apalagi jika intimitas itu menimbulkan perbedaan kewajiban, hak dan peran. Keunggulan konsep keluarga muslim yang lain adalah, menempatkan rumah tangga sebagai pusat aktifitas seluruh anggota keluarga. Bahkan semua aktifitas anggota keluarga diluar institusi ini harus tetap berada dalam bingkai rumah tangga dan berorientasi pada bangunan keluarga agar lebih kokoh. Oleh karena itu, seorang bapak dalam keluarga muslim tidak boleh menyita waktu terlalu lama melakukan aktifitas diluar rumah, sebab pasti akan
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 93-115
103
H. Mohammad Riezam
mengabaikan dan mengurangi kewajiban dan tanggungjawabnya kepada keluarga. Keluarga muslim bukan keluarga monarkhi maupun dinasti. Dalam keluarga monarkhi dan dinasti, kekuasaan mutlak ada ditangan kepala keluarga. Seorang kepala keluarga (lakilaki atau perempuan) dapat mengambil keputusan apapun atas kewenangannya. Keputusan adalah undang-undang yang harus ditaati. Produk-produk monarkhi dan dinasti sering menyebabkan terjadinya kekacauan internal dan tidak jarang menimbulkan perebutan kekuasaan . . Islam tidak menghendaki kekacauan seperti diatas. muncul dalam keluarga muslim. Kepala keluarga dalam keluarga muslim tidak boleh menentukan keputusan atau kebijaksanaan keluarga tanpa musyawarah dengan anggota yang lain. Bahkan Islam menggariskan, seorang kepala keluarga tidak boleh memberikan sesuatu kepada satu diantara anggota keluarga tanpa diketahui oleh anggota keluarga yang lain. Dalam Islam, keluarga bukan hanya sekedar masalah cinta dan seks, juga bukan hanya untuk melegalisir seksualitas dan pabrik yang memproduksi anak. Keluarga dalam Islam adalah lembaga yang menjadi sumber dari seluruh perkembangan sosioreligius dan sosiokultural serta penyempurnaannya. Dari keluarga muslim dapat diwujudkan manusia-manusia yang diharapkan mampu melanjutkan dan mengembangkan missi keamanatan dan kekhalifahan manusia di bumi. Lihat surat al-Baqarah; 223:
Artinya: "Perempuan-perempuan Cistri-istri) kamu itu bagaikan
ladang bagi kamu, maka datangilah ladangmu itu sebagaimana kamu kebendaki dan buatlah kebaikan untuk dirimu, bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu akan menghadap Allah dan sampaikanlah berita gembira bagi orang-orang beriman (( (alBaqarah; 223)
Manusia adalah mahluk monodualis. Disatu sisi manusia atas kesadarannya sendiri ingin bertindak bebas, tetapi disisi yang 104
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Keluarga Muslim: Institusi Sud di Atas Sud
lain menusia juga atas kesadatannya sendiri membutuhkan tataman untuk mengatur hidupnya. Dalam kaitannya dengan hal tersebut Islam telah memberi alternatif yang paling baik. Keluarga yang ditata oleh Islam merupakan keluarga yang paling bersih, absab, dan paling terpelihara termasuk dalam hal perilaku seksualnya. Aturan-aturan dalam keluarga muslim adalah aturan ilahi yang sangat sesuai dengan fitrah manusia, karena memang diciptakan oleh Allah di atas gambaran fitrah manusia itu sendiri. AI-'Ati (1984) menyatakan, bahwa "manusia itu sangat sulit untuk diatur dan ingin bebas berbuat. Dan seks merupakansalah satu perilaku yang menginginkan kebebasan penyaluran daripada menahan. Seks kadang dapat menjadikan seseorang bertindak sembrono yang membahayakan bagi hubungan antar manusia". Murdock (1984) menambahkan, bahwa "perilaku seks yang tidak terkendali akan mendorong munculnya penyimpangan perilaku manusia daripada yang lainnya, kadang-kadang menimbulkan personalitas yang kacau, tanpa kepuasan, membahayakan kesehatan mental dan sejenisnya". Konsep penataan perilaku seksual manusia. telah sering dibuat dan diuji cobakan. Namun ternyata "hasilnya hingga kini sarna sekali tidak memuaskan, bahkan justru menimbulkan banyak kekacauan kehidupan sosial kemasyarakatan yang lebih luas, seperti terjangkitnya berbagai penyakit kelamin dari yang paling ringan sampai yang berat dan mematikan, semakin menyebamya penyimpangan perilaku seksual dan sejenisnya. Dalam kondisi seperti itulah maka manusia baru menengok apa yang dikatakan oleh agama untuk dirinya. Diantara itu yang paling menjamin untuk menjaga diri dan martabatnya hanyalah apa yang diatur oleh Islam. Perhatikan surat al-Isra'; 9: "'"
$""
,.,
J.
til
I)
'Ii
0....
tP
",,""
~o
""
t;9
~ 0i ~~~\ 0~ ~:U\ ~~\~) ~y;i ~ ~ c,,>~ 0T~\ \~ 0!
(~ ~\r~\) I~ (;.r /
Artinya: "Bahwa sesungguhnya al-Qur-an ini memberi petunjuk
kepada jalan yang lebih turus dan mambawa kabar gembira untuk orang-orang yang percaya dan yang beramal shaUh. Sesungguhnya bagi mereka pahala yang besar" Cal-Israa-; 9)
Vol. 1, No.1, Juni 2013: 93-115
105
H. Mohammad Riezam n t
Islam telah menata perilaku seks\lal manausia paling menjanjikan, yaitu melalui lembaga pemikahan dan keluarga yang bersih, sud dan sehat. Manusia berbeda dengan beberapa kelompok binatang. Pada kelompok binatang tertentu hasrat seksualnya hanya berlangsung pada masa tertentu dan tidak akan berlangsung selain masa itu (musim kawin) Sedangkan pada manusia hasrat seksual sebagai anugerah Tuhan akan tetap berlangsung sepanjang masa. Dari hal di atas, pengendalian dan pengaturan menjadi sangat penting terutama jika dikaitkan dengan harkat dan martabat manusia yang mulia dan dimuliakan, yang harus tetap bersih, sehat dan sud. Dengan demikian dapat dikatakan,. bahwa keluarga dalam Islam adalah institusi yang memberi perlindungan moral bagi manusia, sehingga dengan institusi ini moralitas manusia tetap akan terjaga tanpa takut dan khawatir jatuh kepada dosa. Hubungan suami dan istri dalam keluarga muslim tidak hanya sekedar hubungan saling harap, saling membutuhkan dan saling melengkapi. Menurut Khursyid Ahmad, (1984) bahwa hubungan suami-istri dalam keluarga muslim lebih dekat pada hubungan emosional, psikologis dan spiritual yang kemudian menum-buhkan rasa saling dnta, kasih sayang, bahagia, menghormati, pengorbanan, pelipur lara dan dukungan. Dari institusi inilah dapat diharapkan memberi keintiman dan tempat yang sebaik-baiknya bagi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian manusia secara utuh. Hidup berkeluarga merupakan naluri manusia sebagai ungkapan syukur atas anugerah dan keagungan Allah. Dengan anugerah inilah manusia akan dapat menyempumakan diri dan imannya kepada Allah. Perhatikan juga surat al-Ra' du; 38: o
'"
""
.
,s"
at~ ~~ 0i J;'} ~i ~j ~~~j k.ljjt ~ d:;"j ~:r. ~~ ti:. ~i ~j fI,."
".
""
(f A ~)I)
"'fJ'
""
II
II
0
yl5 ~i ~ 1»1 0~y' ~l ""
1J
... "
""
",
"
Artinya: ''Dan sunggub Kami telab mengutus rasul-rasul sebelum
katnu, dan Kami jadikan istri-istri dan keturunan. Tidak ada kekuasaan bagi seorang rasul menda-tangkan satu ayat kecuali atas izin Allab, sunggub bagi tiap-tiap ajal ada kitab"al-Ra'du; 38)
106
INSYlRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Keluarga Muslim: Institusi Sud di Atas Sud
Demikian juga surat al-Nur; 32 dan 33:
Artinya: ''Dan nikahlah laki-laki yang sendirian dan perempuan yang janda diantara kamu serta hamba laki-laki dan hamba perempuan kamu yang patut nikah. Apabila mereka miskin Allah akan mencukupkan rizqi mereka dari karunia-Nya. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui (a) Hendaklah orang-orang yang tidak mampu nikah, menjaga kehormatan diri hingga Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya, dan hamba-hambamu yang menginginkan kemerdekaan, maka buatlah perjanjian dengan mereka jika kamu mengetahui ada kebaikan mereka. Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang telah dikaruniakan kepadamu.]anganlah kamu paksa hamba-hamba perempuan kamu melacurkan dirinya sedangkan mereka ingin terpelihara disebabkan kamu menginginkan harta benda dunia. Barangsiapa yang memaksa mereka sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Penyayang" Cal-Nuur; 32 - 33)
Dalam Islam, keluarga juga merupakan wadah tranformasi nilai, dimana orang tua memindahkan nilai-nilai iman, islam dan ikhsan kepada anak cucunya. Keluarga muslim adalah sumber dari proses pendidikan yang tidak akan mungkin dapat digantikan oleh institusi manapun juga. Proses pendidikan anak yang dijalankan dalam institusi ini akan dapat memberi arti secara utuh dan penuh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dan ini semua menjadi kewajiban dan tanggungjawab orang tua. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim:" ... semua manusia itu lahir fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nashrani, atau Majusi" Peran orang tua dalam proses pendidikan anak dalam keluarga muslim akan lebih tampak pada upaya untuk menyiapkan
VoL 1, No.1, Juni 2013: 93-115
107
H. Mohammad Riezam
generasi pengganti yang dapat dipercaya untuk melanjutkan estaJeta perjuangan hidupnya. Dimulai dari institusi keluarga inilah Islam mengembangkan sistem sosial dan ekonomi masyarakat. Masalah nafakah, zakat, waris, shadaqah merupakan bentuk keterjaminan sosial dan ekonomi dalam keluarga muslim disertai dengan pendekatan dan pembagian yang proporsional, meluas, melebar dan merata, tidak saja pada pusat keluarga, tetapi juga sampai kepada dahan dan ranting-rantingnya. Yang perlu diketahui, sistem sosial-ekonomi yang dilontarkan Islam merupakan sistem yang terunggul jika semua kondisi individu dalam keluarga normal. Sebab Islam juga memberi peluang kemungkinan diberlakukan sistem lain jika secara kondisional sistem lain itulah yang diterima. Keterjaminan sosial dalam keluarga muslim terlihat jelas dalam perlakuan yang dituntut oleh Islam kepada setiap individu dalam hubungannya dengan individu lain dalam keluarga itu. Bagaimana perlakuan suami kepada istri, suami kepada anak, istri kepada anak, anak kepada anak, dan anak-anak· kepada orang tuanya. Demikian juga bagaimana Islam mengatur hubungan antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain, antara rumah tangga satu dengan rumah tangga yang lain dan juga dalam kehidupan bertetangga. Di samping itu Islam juga mengatur perlakuan kepada anak yatim dan fakir miskin, orang jompo, anak angkat dan pembantu rumahtangga. Dengan tuntunan perlakuan yang telah digariskan oleh Islam, maka tidak akan mungkin terjadi munculnya perseteruan antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain, antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain, antara rumahtangga satu dengan rumahtangga yang lain dan juga antar tetangga. Tidak akan lagi dijumpai orang jompo yang harus terlempar ke panti jompo, anak yatim dan fakir miskin yang terpaksa diangkut ke panti asuhan atau lembaga sosial atau dibiarkan mati kelaparan di pinggir jalan karena tidak ada satupun keluarga yang memperhatikan dan bersedia memelihara. Perhatikan peringatan Allah dalam surat al-Ma'un:
iQ, "" 108
J; ~ ~j ('\') r~-:it t~ ~.ul &.li <\) ~~4 ~~ ~.u\ ~{) ",."......""..
INSYIRAH, Jurnal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Keluarga Muslim: Institusi Sud di Atas Sud
~ ~.Jl ( 0) 0;t.: ~~ if ~ ~.JI, ,. ""
(t)
~i~~il~;
(i)
.".
,.
J.
....
O
....
' .... 0"",.
~\ ,. ,. "" ""
J.
J.
(V) .JyLJ\ .J~J (i) .JJ>-I~
Artinya: "Perbatikan orang yang mendustakan agama a yaitu orang yang mengbardik anak yatim a dan tidak memberi makan kepada fakir miskin a sunggub wei bagi orang yang sbalat a yaitu orang yang lalaui dengan sbalatnya a dan orang-orang yang riya' a dan orang yang enggan memberi pertolongan" (al-Ma'un; 1 - 7)
Islam memang tidak meletakkan kebutuhan ekonomi sebagai kebutuhan yang paling puncak. Islam justru meletakkan kebutuhan emosional spiritual sebagai kebutuhan mendasar dan essensial dalam keluarga muslim. Bahkan Hadits mengingatkan: "Tidak dikatakan iman di antara kamu apabila kamu tidak mencintai saudaramu seperti pada dirimu sendiri". Institusi keluarga yang ditata oleh Islam mampu memperluas hubungan antar kelompok manusia. Ini dimulai dari konsep pemikahan yang diatur oleh Islam yang tidak saja hubungan antara suami dan istri, tetapi juga suami dengan keluarga istri, istri dengan keluarga suami, keluarga suami dengan k~luarga istri, yang jika ditelusuri terus akan menjadi semakin berkembang, meluas dan merata. Bahkan secara umum Islam telah meminta kepada umatnya untuk menjalin hubungan saudara dengan sesama muslim melalui silaturrahim. Dengan tegas pula Islam menyatakan, silaturrahim akan menyebabkan muslim mendapat umur panjang dan rizqi yang melimpah. Islam adalah shirat al-mustaqim, sama sekali tidak menghendaki adanya kekaburan identitas. Islam juga tidak menghendaki rasa hormat yang berlebih-lebihan kepada sebuah keluarga sampai-sampai menghilangkan rasa hormatnya kepada keluarga moyangnya. Islam tetap meletakkan sistem kekeluargaan diatas landasan nilai-nilai agama yang universal, dimana seluruh anggota keluarga mempunyai identitas yang jelas berdasarkan prinsipprinsip agama yang universal dan tanggungjawab dalam satu ikatan kebersamaan yang kokoh. Islam memberi altematif pelurusan yang lebih baik dan tepat dengan cara yang bertahap, tidak kaku dan tidak sangat dibat~si. Vol. 1, No.1, Juni 2013: 93-115
109
H. Mohammad Riezam
Misalnya Islam sendiri masih membolehkan adanya adopsi dan persekutuan. Hanya saja, adopsi dan persekutuan yang dikehendaki oleh Islam adalah yang tidak menyebabkan timbulnya kekaburan identitas sebagai-mana yang terjadi dibanyak negara terutama di Eropa dan Amerika, yang justru sering merugikan pihak inti keluarga. Jadi sistem kekeluargaan Islam memberi makna yang lebih bersih tanpa harus mengorbankan diri dan keluarganya. Pelurusan yang dilakukan oleh Islam bermaksud agar tiap-tiap orang tetap memiliki dan diketahui identitas diri dan keluarganya secara jelas dan tegas, sehingga tidak akan menimbulkan kekisruhan .sebagai akibat dari perilaku tersebut. Jika seseorang merubah identitas keluarganya dari Abdullah bin Harun menjadi Abdullah bin Kerto, maka dalam kurun waktu yang beberapa lama, pasti tidak akan lagi diketahui lagi jalur identitas keluarga aslinya. Ini akan menimbulkan banyak kesulitan, terutama dalam hal nikah dan waris. Al-'Ati (1984) sempat mengingatkan:"... jika praktek-praktek keluarga praislam semacam itu tetap dipertahankan, niscaya justru akan meruntuhkan nilai-nilai yang telah dibangun oleh Islam sendiri" Perubahan sosiokultural yang dibawa oleh Islam tampak jelas lebih mengajak ma-nusia kembali kepada harkah dan martabat kemanusiaannya yang penuh dengan kebersamaan, terutama dalam status dan tugas. Perhatikan surat al-Hujurat; 13:
51 \;J~ J~j ~;l rs-d:;"j Jrj j; '"
,;"
<jI$
(' i ,.:.>1#1) ~
::r rs-(ii~ 4'"
,I.;'
~l ~GI ~
4fr 4 J.
0 "
~)~ 11 51... ~lZi " 11 ~ ~)1 ""... ,,,.
Artinya: "Wabai sekalian manusia sunggub telab Kami jadtkan
kamu sekalian dari seorang laki-laki dan perempuan dan telab Kami jadikan kamu sekalian berbangsa dan bersuku untuk saling mengenal. Sesunggubnya yangpaling dekat diantara kamu dengan Tubanmu dalab yang bertaqwa . .. " (al-Hujurat; 13)
Perhatikan juga al-Dzariyat; 56:
Artinya:" Dan tidaklab Aku menciptakan jin dan manusia, kecuali
agar mereka itu banya mengbambakan diri Obadab) kepada-Ku" 110
INSYIRAH, Jumal Ilmu Bahasa Arab dan Studi Islam
Keluarga Muslim: Institusi Sud di Atas Sud
;i~11 1 ~./; ;~, 1 ' * ' ; ;~ ~ / yy..J ~J ~ J. ;'
:U,
j ~ -:. _L~ ~ ... .,
,4
A
2»1 1 ~ ~I 1 ' rfG; J. *" ' ,~ .Jr J '"
(0
4.1) ~~:~\I :r..: ~~J
Artinya:"Dan tidaklah Aku perintahkan mereka itu (manusia) kecuali agar mereka itu menghambakan diri (ibadah) kepada Allah dengan mengikhlaskan diri bagi-Nya (Allah) ketaatan dan dengan bersungguh-sungguh"
Islam juga melontarkan konsep kesederajatan. Kesedarajatan dalam Islam bukan hanya berdasarkan kontrak sosial, melainkan berdasarkan pada nilai-nilai agama yang bersih dan universal. Memang masih ada yang mengganjal ketika Islam berbicara tentang kesederajatan, yaitu tentang lembaga budak. Beberapa orientalis menuduh, Islam tetap mempertahankan lembaga budak, sebagai upaya untuk melestarikan pergundikan Philip K. Hitti (1964) dengan sinis menyatakan, bahwa dipertahankannya lembaga.budak dalam Islam hanyalah sebagai alasan untuk melestarikan para homoseks dan lesbian. Mereka tidak mau menerima alasan yang dilontarkan Islam, bahwa hubungan tuan dan budak dalam Islam, sangat berbeda dengan hubungan tuan dan budak praislam. Dalam Islam, jika sudah terjadi hubungan antara budak dengan tuannya, maka dia beserta keluarga dan keturunannya menjadi bebas. Dia bukan budak lagi. Dengan demikian dapat diketahui, sistem keluarga dalam Islam, adalah sistem keluarga yang akan mampu membangun dan mengembangkan kehidupan dan kesatuan sosial dalam masyarakat yang lebih luas, yang memungkinkan institusi ini merupakan kesatuan dari antar suku dan antar bangsa. Seorang individu tidak akan terhapus ikatan kekeluargaannya dengan keluarga asalnya meskipun dia menikah dengan orang dari suku atau bangsa lain. Bahkan ketika satu diantaranya meninggal, hubungan antar anggota keluarga masih tetap utuh dan dipertahankan. Yang paling unik dalam keluarga muslim, bahwa dalam rumahtangga muslim (wadah anggota keluarga muslim beraktifitas sehari-harD peran yang menentukan justru dipegang oleh perempuan. Dialah yang paling bertanggungjawab atas segala sesuatu yang ada dan terjadi di dalam rumahtangga, sepertLkeVol. 1, No.1, Juni 2013: 93-115
111