KELAYAKAN USAHATANI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN KEDELAI (Glycine max L.) Muh. Fajar Dwi Pranata1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Hj. Betty Rofatin, Ir., M.P.2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
[email protected] Suyudi, S.P., M.P.3) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kertajaya Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran, dengan tujuan untuk mengetahui biaya, penerimaan, pendapatan, R/C dan perbedaan kelayakan usahatani kacang tanah dan kedelai pada Kelompok Tani di Desa Kertajaya Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa biaya yang dikeluarkan pada usahatani kacang tanah rata-rata sebesar Rp. 943.349,21 per musim tanam per 0,047/ha dan pada usahatani kedelai biaya yang dikeluarkan yaitu rata-rata sebesar Rp. 983.976,20 per musim tanam per 0,050/ha. Pendapatan usahatani kacang tanah rata-rata sebesar Rp.651.807,04 per musim tanam per 0,047/ha sedangkan untuk pendapatan usahatani kedelai sebesar Rp. 676.657,14 per musim tanam per 0,050/ha. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan luas lahan yang sama untuk usahatani kacang tanah menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dari pada usahatani kedelai. Kelayakan untuk usahatani kacang tanah adalah 1,71, sedangkan kedelai adalah 1,69. Hal ini menunjukkan bahwa secara finansial usahatani kacang tanah dan kedelai layak untuk diusahakan. Perbedaan kelayakan antara kedua usahatani kacang tanah dengan kedelai. Bahwa usahatani kacang tanah lebih layak dari pada usahatani kedelai atau sebaliknya usahatani kedelai lebh layak diusahakan dari pada kacang tanah, maka berdasarkan hasil dan pembahasan hipotesis, bahwa terdapat perbedaan kelayakan
1
antara usahatani kacang tanah dengan usahatani kedelai, dimana usahatani kacang tanah lebih layak dari pada usahatani kedelai. Kata Kunci : Biaya, Penerimaan, Pendapatan, Kelayakan ABSTRACT
The costs incurred in peanut farming an average of Rp. 943,349.21 per growing season per 0,047 ha and on soybean farming costs an average of Rp. 983,976.20 per growing season per 0,050 ha. Peanut farm income on average of Rp. 651,807.04 per growing season per 0,047 ha, while for soybean farming income of Rp.676,657.14 per growing season per 0,050 ha. This suggests that the use of the same land for peanut farming produces higher revenues than in soybean farming. Feasibility for peanut farming is 1.71, whereas soy is 1.69. This shows that financially farming peanuts and soybeans worth the effort. The difference between the two farming feasibility of peanuts with soybeans. That peanut farming more feasible than in soybean or soybean otherwise rely more viable than in peanuts, then based on the results and discussion of the hypothesis, that there is a difference between the viability of farming peanuts with soybean, peanut farming which is more feasible than in farming soybean. Key Word: Cost, Revenue, Income, Feasibility PENDAHULUAN Pangan memiliki peran yang penting bagi kehidupan dan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi sepanjang kehidupan. Indonesia memiliki keragaman pangan yang sangat bervariasi. Keragaman pangan mulai dari keragaman pangan komoditas perairan dan kelautan juga keragaman pangan komoditas dari hasil budidaya pertanian dan perkebunan. Pertanian bagi para petani sudah menjadi sebagian dari kehidupan, masih banyak petani yang bergantung hidupnya pada sektor pertanian. Komoditas palawija (jagung, kacang-kacangan, dan umbi-umbian) memegang peranan strategi sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, dan bahan-bahan industri, karena itu permintaan akan tanaman palawija dari tahun ke tahun terus 2
meningkat. Namun, kemampuan produksi dalam negeri masih belum maksimal, terutama untuk tanaman kacang-kacangan yang masih mengimpor dalam jumlah besar (Soedaryono, 2005). Menurut Setijo Pitijo (2009), Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman palawija yang menduduki urutan ke tiga setelah jagung dan kedelai. Komoditas Kacang Tanah juga merupakan tanaman yang bernilai ekonomis cukup tinggi dan merupakan salah satu sumber protein nabati penting dalam pola menu makanan penduduk di Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat, sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan gizi masyarakat serta meningkatkan kapasitas industri pakan dan makanan. Tabel 1. Realisai Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Usahatani Kacang Tanah di Kecamatan Cigugur Tahun 2014. No Tahun Luas tanam Luas panen Produktivitas (ha) (ha) (kw/ha) 1 2012 25 87 38,93 2 2013 27 121 39,14 3 2014 53 129 41,57 Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Cigugur (2014) Berdasarkan Tabel 1, usahatani kacang tanah di Kecamatan Cigugur dari tahun 2012 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan, maka perlu adanya pelatihanpelatihan secara terus menerus agar mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petani. Meningkatnya permintaan akan komoditas kacang-kacangan akan kebutuhan protein, gizi tidak hanya diperoleh dari kacang tanah saja melainkan dapat diperoleh juga dari kedelai, akan tetapi komoditas kedelai sekarang masih mengandalkan komoditas impor. Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu tanaman pangan dan sumber protein nabati untuk menu makanan sehat sama seperti kacang tanah. Kedelai dapat ditanam pada bekas lahan areal sawah dan lahan yang kering, pola tanam kedelai biasanya dilakukan dengan cara tumpangsari dan bagi perusahaan kedelai ini merupakan tanaman sampingan (Sumarno, 1986). Hampir sama halnya dengan
3
usahatani kacang tanah, produktivitas usahatani kedelai juga mengalami peningkatan dari tahun 2012 sampai tahun 2014. Tabel 2. Realisasi Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Usahatani Kedelai di Kecamatan Cigugur tahun 2014. No Tahun Luas tanam Luas panen Produktivitas (ha) (ha) (kw/ha) 1 2012 25 99 39,90 2 2013 28 112 40,42 3 2014 53 132 42,20 Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Cigugur (2014) Usahatani kacang tanah dan kedelai adalah salah satu tanaman alternatif peluang agrobisnis yang mampu memberikan lapangan pekerjaan dipedesaan, walaupun demikian usahatani kacang tanah dan kedelai tidak terlepas dari berbagai hambatan, salah satu diantaranya biaya, ketersediaan benih, luas tanaman, peralatan, serta akses pasar. Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Berapa besarnya biaya, pendapatan, dan kelayakan usahatani Kacang Tanah dan Kedelai di Desa Kertajaya Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran? (2) Apakah ada perbedaan kelayakan antara usahatani Kacang Tanah dengan Kedelai di Desa Kertajaya Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Biaya, pendapatan, dan kelayakan usahatani Kacang Tanah dan Kedelai di Desa Kertajaya Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran dan perbedaan kelayakan antara usahatani Kacang Tanah dengan Kedelai di Desa Kertajaya Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey pada Kelompok Tani Parung Kadu dan Kelompok Tani Cantilan 1 yang terletak di Desa Kertajaya, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Pangandaran. Menurut (Zikmund, 1997), metode penelitian survey adalah satu bentuk teknik penelitian dimana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel melalui pertanyaan-pertanyaan. Pemilihan
4
Kelompok Tani tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kelompok tani tersebut merupakan salah satu kelompok tani yang telah melaksanakan usahatani kacang tanah dan kacang kedelai yang merupakan salah satu komoditas utama dan sebagai sentra produksi di Desa Kertajaya Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran, berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran. Data yang dikumpulkan sehubungan dengan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan anggota kelompok tani di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas atau intansi–intansi yang terkait dalam penelitian ini. Operasinalilasi
variabel
berfungsi
mengarahkan variabel-variabel
yang
digunakan dalam penelitian ini ke dalam indikator-indikator yang lebih mendetail yang berguna dalam pembahasan hasil dari penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari perbedaan persepsi dari berbagai istilah tersebut, maka perlu adanya batasan untuk mempermudah pemahaman mengenai bahasan dalam penelitian ini. Adapun variabel-variabel yang diamati dan didefinisikan adalah sebagai berikut : 1)
Biaya adalah nilai yang dikeluarkan dalam suatu proses produksi. Kemudian dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
2)
Hasil produksi merupakan hasil yang dikeluarkan dari suatu proses produksi yaitu hasil produksi (kacang tanah dan kacang kedelai) yang dinilai dalam satuan kilogram (kg).
3)
Harga jual untuk kacang tanah dan kedelai ditingkat petani merupakan nilai hasil produksi usahatani yang dinilai dengan satuan rupiah (Rp/kg).
4)
Penerimaan merupakan perkalian dari hasil produksi dengan harga jual yang dinilai dalam satuan rupiah (Rp).
5)
Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp).
6)
R/C adalah imbangan antara penerimaan dengan biaya.
5
Batasan masalah dan asumsi usahatani kacang tanah dan kedelai pada penelitian ini, yaitu; Harga input dan output selama penelitian berlangsung dianggap tetap untuk masing-masing usahatani. Keadaan kesuburan tanah, pengairan dan iklim pada usahatani kacang tanah dan kedelai dianggap sama. Satu musim taman untuk kacang tanah dan kedeali dianggap sama. Teknologi yang digunakan pada usahatani kacang tanah dan kedelai tidak berubah. Hasil produksi kedua usahatani tersebut dianggap habis terjual. Selanjutnya untuk mengetahui besarnya biaya dan penerimaan maka digunakan analisis menurut Soekartawi (2000) dengan rumus sebagai berikut : Biaya total diperoleh dengan cara menjumlahkan total biaya tetap dengan total biaya variabel dengan rumus sebagai berikut : TC = TFC + TVC Keterangan : TC
= Total Cost (Biaya total)
TFC
= Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total)
TVC
= Total Variabel Cost (Biaya Variabel Total)
Penerimaan adalah jumlah hasil produksi dikalikan harga jual. Secara umum total penerimaan dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut : TR = TP. HP Keterangan : TR
= Total Revenue (Penerimaan Total)
TP
= Total Hasil Produksi
HP
= Harga Satuan Hasil Produksi
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang telah dikeluarkan. Rumus yang digunakan adalah : = TR – TC Keterangan :
= Pendapatan Usahatani TR = Total Penerimaan
6
TC = Total Biaya Sedangkan untuk menghitung kelayakan usahatani kacang tanah dan kedelai secara finansial menurut Abas Tjakrawiralaksana (1983) menyatakan, bahwa analisis R/C adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya. Analisisnya dapat dituliskan sebagai berikut : R/C = Analisis R/C digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha yang dijalankan. Adapun kriteria penilaian kelayakan tersebut yaitu : R/C = 1, maka usahatani kacang tanah dan kedelai tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian (impas). R/C < 1, maka usahatani kacang tanah dan kedelai yang dilakukan mengalami kerugian dan tidak layak diusahakan. R/C > 1, maka usahatani kacang tanah dan kedelai yang dilakukan memperoleh keuntungan dan layak diusahakan. Mengetahui perbedaan kelayakan usahatani kacang tanah dengan kedelai, maka digunakan uji-t yang tidak berpasangan. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kelayakan usahatani kacang tanah dan kedelai, dengan rumusan sebagai berikut: thitung= (x1-x2) – (µ1-µ2) Sx1-x2 H0:µ1= µ2, (usahatani kacang tanah lebih layak dari pada usahatani kedelai) H1:µ1≠µ2, (usahatani kacang tanah kurang layak dari pada usahatani kedelai) Kriteria uji-t: thitung ≥ ttabel, maka Hipotesis (H0) ditolak thitung < ttabel, maka Hipotesis (H0) diterima HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Responden Berdasarkan data primer yang diperoleh dari 32 orang petani kacang tanah dan 30 orang petani kedelai, indikator yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan identitas responden dalam penelitian ini berdasarkan kuisoner di Desa Kertajaya
7
adalah umur petani, pendidikan petani, pengalaman berusahatani dan tanggungan keluarga petani. 1)
Umur Petani Responden Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa umur petani responden
dalam penelitian ini berkisar antara 35 sampai 68 tahun, jika dilihat dari umur menunjukkan bahwa para petani kacang tanah dan kedelai pada umumnya masih berada pada umur yang produktif. Sebagian besar petani responden pada penelitian ini memiliki umur sebanyak 41 sampai 50 tahun. Sehingga tenaganya masih segar untuk mengolah lahan dan melakukan usahatani kacang tanah dan kedelai, pada umur produktif petani dapat memilah-milah mana yang baik untuk dilaksanakan. Tabel 3. Umur Petani Responden No Umur Petani Responden Petani Kacang Tanah 1 31-40 7 2 41-50 12 3 51-60 9 4 > 60 4 Jumlah 32
Jumlah (Orang) Persentase Petani (%) Kedelai 21,87 5 37,50 13 28,13 9 12,50 3 100 30
Persentase (%) 16,67 43,33 30,00 10,00 100
Sumber : Data Kuisioner Yang Diolah. 2)
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan formal petani responden dapat menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan perubahan sikap, pola pikir, maupun tingkah laku masyarakat, serta salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Petani yang melakukan kegiatan usahatani kacang tanah dan kedelai pada penelitian di Desa Kertajaya Kecamatan Cigugur sebagian besar adalah tamatan Sekolah Dasar. Responden petani kacang tanah yang lulusan tingkat pendidikan SD sebesar 20 orang lebih sedikit dibandingkan dengan responden petani kedelai sebesar 22 orang, dan pada petani kacang tanah yang lulusan SMP dan SMA sebesar 12 orang lebih besar dibandingkan dengan petani kedelai sebesar 8 orang.
8
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Formal Petani Responden No Pendidikan Jumlah (Orang) Petani Kacang Persentase Petani Tanah (%) Kedelai 1 Tamat SD 20 62,50 22 2 Tamat SMP 7 21,87 5 3 Tamat SMA 5 15,63 3 Jumlah 32 100 30 Sumber : Data Kuisioner Yang Diolah. 3)
Persentase (%) 73,33 16,67 10,00 100
Pengalaman Berusahatani Hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa pengalaman berusahatani pada
penelitian ini berkisar antara 8 sampai 26 tahun. Dengan pengalaman berusahatani yang lama maka rendahnya tingkat pendidikan petani tidak akan berpengaruh banyak terhadap berlangsungnya usahatani yang dilakukan. Pengalaman merupakan modal untuk memperbaiki usaha sehingga dapat meningkatkan hasil kepada arah yang lebih baik. Tabel 5. Pengalaman Berusahatani Petani Responden No Pengalaman Jumlah (Orang) Berusahatani Petani Kacang Persentase Petani (Tahun) Tanah (%) Kedelai 1 5-10 20 59,37 9 2 11-15 2 6,25 12 3 16-20 5 15,63 4 4 21-25 4 12,50 4 5 ≥ 26 1 6,25 1 Jumlah 32 100 30 Sumber : Data Kuisioner Yang Diolah. 4)
Persentase (%) 30,00 40,00 13,33 13,33 3,34 100
Tanggungan Keluarga Tanggungan keluarga sering dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi, karena akan berpengaruh terhadap keseluruhan sistem keluarga. Dari hasil penelitian secara keseluruhan jumlah anggota rumah tangga responden sebanyak 219 orang, yang terdiri dari petani kacang tanah 115 orang dan petani kedelai 104 orang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 9. Sebagian besar petani responden pada penelitian ini memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 sampai 4 9
orang. Dengan
banyaknya tanggungan keluarga dapat menjadikan motivasi untuk meningkatkan hasil usahatani untuk menghidupi keluarganya. Tabel 6. Tanggungan Keluarga Petani Responden No Tanggungan Jumlah (Orang) keluarga Petani Kacang Persentase Petani Tanah (%) Kedelai 1 0-2 5 15,62 8 2 3-4 21 65,63 16 3 5-6 6 18,75 6 Jumlah 32 100 30 Sumber : Data Kuisioner Yang Diolah.
Persentase (%) 26,67 53,33 20,00 100
Analisis Usahatani Kacang Tanah dan Kedelai 1)
Analisis Biaya Tetap pada Usahatani Kacang Tanah dan Kedelai Biaya tetap adalah jenis biaya yang tidak mengalami perubahan dengan
bertambah atau berkurangnya produksi, meliputi : Pajak Bumi Bangunan (PBB) dan Penyusutan Alat. Besarnya PBB pada tempat penelitian ini adalah sama sebesar Rp. 450 per meter persegi, karena dalam penelitian ini dilakukan dalam satu daerah yang sama. Tabel 7. Rata-rata Biaya Tetap Usahatani Kacang Tanah dan Kedelai. Kacang Tanah Kedelai Nilai Nilai (Rp/0,047ha) (Rp/ha) 210.937,50 4.500.000,00
Nilai (Rp/0,05ha) 225.000,00
Penyusutan 21.788,27 464.816,53 alat Jumlah Biaya Tetap 232.725,78 4.964.816,53 Sumber: Data Primer Diolah.
21.992,86
439.857,30
246.992,86
4.939.857,30
No 1
Uraian PBB
2
2)
Nilai (Rp/ha) 4.500.000,00
Analisis Biaya Variabel pada Usahatani Kacang Tanah dan Kedelai. Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume
produksi selama satu musim tanam atau tergantung pada skala produksi, meliputi biaya sarana produksi (benih, pupuk, dan pestisida) dan biaya tenaga kerja.
10
Tabel 8. Rata-rata Biaya Variabel Usahatani Kacang Tanah dan Kedelai. Kacang tanah Kedelai No Uraian Nilai Nilai (Rp/ha) Nilai Nilai (Rp/ha) (Rp/0,047ha) (Rp/0,05ha) 1 Sarana Produksi - Benih 38.250,00 816.000,00 33.541,67 670.833,30 - Pupuk 52.968,75 44.500,00 Kandang 1.130.000,00 890.000,00 a) Urea 27.337,50 583.200,00 24.660,00 493.200,00 b) NPK 17.321,87 369.533,33 17.173,33 343.466,70 c) KCl 6.601,56 140.833,33 4.208,33 84.166,67 d) SP-36 5.656,25 120.666,67 6.300,00 126.000,00 e) POC 20.781,25 443.333,33 14.000,00 280.000,00 - Pestisida 11.137,50 239.733,33 13.433,33 268.666,70 2 Biaya Tenaga Kerja - Pengolahan 124.218,75 135.833,33 Tanah 2.650.000,00 2.716.667,00 - Penanaman 123.437,50 2.633.333,33 135.000,00 2.700.000,00 - Pemupukan 79.687,50 1.700.000,00 87.500,00 1.750.000,00 - Penyiangan 79.687,50 1.700.000,00 85.000,00 1.700.000,00 - Panen 123.437,50 2.633.333,33 135.833,33 2.716.667,00 Jumlah Biaya Variabel 710.623,44 15.159.966,65 736.983,00 14.739.667,37 Sumber: Data Primer Yang Diolah. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan untuk usahatani kacang tanah pada luas lahan 0,047 ha rata-rata sebesar Rp. 710.623,44 dan jumlah biaya variabel yang dikeluarkan untuk usahatani kedelai pada luas lahan 0,050 ha rata-rata sebesar Rp.736.983,00. Jumlah rata-rata biaya sarana produksi yang dikeluarkan pada usahatani kacang tanah adalah sebesar Rp. 180.154,68 dan untuk biaya sarana produksi yang dikeluarkan pada usahatani kedelai sebesar Rp. 157.816,67. Jumlah rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pada usahatani kacang tanah adalah sebesar Rp.530.468,75 dan untuk biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pada usahatani kedelai adalah sebesar Rp. 579.167,00. Upah tenaga kerja yang berlaku pada tempat penelitian ini di Desa Kertajaya Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran adalah sebesar Rp 25.000,00 per hari orang kerja (HOK).
11
Tabel 9. Rata-rata Biaya Total Usahatani Kacang Tanah dan Kedelai. Kacang tanah Kedelai No Uraian Nilai Nilai (Rp/ha) Nilai Nilai (Rp/ha) (Rp/0,047ha) (Rp/0,05ha) 1 Biaya tetap 232.725,78 4.964.816,53 246.992,86 4.939.857,30 2 Biaya variabel 710.623,44 15.159.966,65 736.983,00 14.739.667,37 Jumlah Biaya Total 943.349,21 20.124.783,18 983.976,20 19.679.524,67 Sumber: Data Primer Yang Diolah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata biaya total untuk usahatani kacang tanah oleh petani responden di Kertajaya sebesar Rp.943.349,21 dan jika dikonversi dalam satu hektar adalah sebesar Rp.20.124.783,18 sedangkan jumlah rata-rata biaya total yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani kedelai sebesar Rp. 983.976,20 dan jika dikonversi dalam satu hektar adalah sebesar Rp.19.679.524,67. 3)
Penerimaan Besarnya penerimaan usahatani kacang tanah dan kedelai dengan cara
mengalikan dari hasil produksi dengan harga jual yang berlaku saat penelitian. Sementara itu harga jual yang berlaku pada saat penelitian di petani kacang tanah sebesar Rp. 8.300,00/kg dan di petani kedelai Rp. 7.700,00/kg. Jumlah hasil produksi rata-rata usahatani kacang tanah dan kedelai pada tempat penelitian di Desa Kertajaya adalah 192,19 kg per musim tanam dan 215,67 kg per musim tanam, maka besarnya penerimaan yang diperoleh petani responden kacang tanah pada rata-rata luas lahan 0,047 ha sebesar Rp.1.595.156,25 per satu kali panen. Sedangkan penerimaan untuk kedelai pada rata-rata luas lahan 0,050 ha adalah Rp.1.660.633,33 per satu kali panen. 4)
Pendapatan Pendapatan usahatani jagung dan kacang tanah pada penelitian ini tepatnya di
Desa Kertajaya Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran diperoleh dari hasil penerimaan dikurangi dengan biaya total produksi per musim tanam.
12
Tabel 10. Rata-rata Pendapatan dan dan Kedelai Kacang tanah No Uraian Nilai (Rp/0,047ha) 1 Penerimaan 1.595.156,25 2 Biaya total 943.349,21 3 Pendapatan 651.807,04 4 R/C 1,71 Sumber : Data Primer Yang Diolah.
R/C Petani Responden Usahatani Kacang Tanah
Nilai (Rp/ha) 34.030.000,00 20.124.783,18 13.905.216,82
Kedelai Nilai (Rp/0,050ha) 1.660.633,33 983.976,20 676.657,14 1,69
Nilai (Rp/ha) 33.212.667,00 19.679.524,67 13.533.142,33
Soekartawi. (1986), menyatakan bahwa pendapatan kotor itu sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Berdasarkan hasil penelitian di Pangandaran, Desa Kertajaya bahwa ratarata luas lahan 0,047 ha pendapatan usahatani kacang tanah adalah sebesar Rp.651.807,04 per musim tanam dan jika dikonversikan dalam satu hektar yaitu sebesar Rp.13.905.216,82 per musim tanam sedangkan untuk pendapatan usahatani dengan rata-rata luas lahan 0,050 ha yaitu sebesar Rp. 676.657,14 per musim tanam dan jika dikonversikan dalam satu hektar yaitu sebesar Rp. 13.533.142,33 per musim tanam. 5)
Kelayakan Usahatani Menurut Ken Suratiyah (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi ratio
pendapatan yang diterima petani maka usahanya tersebut semakin menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Berdasarkan Tabel 10 penerimaan pada usahatani kacang tanah dibagi dengan jumlah biaya total yang dikeluarkan, maka akan diperoleh nilai R/C sebesar 1,71. Artinya bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan pada usahatani kacang tanah akan menghasilkan keuntungan sebesar 0,71 rupiah. Sedangkan usahatani kedelai diperoleh nilai R/C sebasar 1,69. Artinya bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan pada usahatani kedelai akan menghasilkan keuntungan sebesar 0,69. Berdasarkan uraian di atas usahatani yang dilakukan responden kacang tanah dengan penerimaan sebesar 1,71 rupiah dan keuntungan sebesar 0,71 rupiah, juga usahatani yang dilakukan responden kedelai dengan penerimaan sebesar 1,69 rupiah 13
dan keuntungan sebesar 0,69 rupiah, maka usahatani pada Kelompok Tani Parung Kadu dan Cantilan 1 di Desa Kertajaya Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran layak untuk diusahakan. 6)
Perbedaan Kelayakan Usahatani Kacang Tanah dengan Kedelai Perbedaan kelayakan antara usahatani kacang tanah dengan usahatani kedelai
dapat dihitung dengan mencari R/C setiap kelompok tani Parung Kadu dengan Cantilan 1. Berdasarkan keputusan kelayakan diatas menyatakan bahwa nilai kelayakan usahatani kacang tanah (1,71) lebih tinggi dari pada nilai kelayakan usahatani kedelai (1,69). Menurut data yang dihasilkan secara statistik dengan kriteria H0 diterima bila nilai signifikan lebih besar dari pada 0,05 maka varians datanya diasumsikan sama dan dan jika H0 ditolak bila nilai signifikan lebih kecil dari pada 0,05 maka varians datanya diasumsikan tidak sama (Imam Ghazali, 2011). Pada hasil analisis menunjukkan bahwa nilai signifikan usahatani kacang tanah dan kedelai adalah 0,028 lebih kecil dari pada 0,05 maka data variansnya tidak sama, Hipotesis yang menyatakan bahwa kelayakan usahatani kacang tanah lebih tinggi dari pada kelayakan usahatani kedelai. Hasil uji t menunjukkan bahwa thitung besarnya 5,057, sedangkan ttabel (α=0,05) besarnya 1,697, dan dengan t
tabel
berdasarkan perbandingan t
hitung
yaitu 5,057 > 1,697, maka keputusan hipotesisnya H0 ditolak, terdapat
perbedaan kelayakan antara usahatani kacang tanah dengan usahatani kedelai dimana usahatani kacang tanah lebih layak dari pada usahatani kedelai. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan: 1.
Biaya yang dikeluarkan pada usahatani kacang tanah per 0,047/ha sebesar Rp.943.349,21 dan pendapatan sebesar Rp. 651.807,04 per musim tanam, sedangkan pada usahatani kedelai biaya yang dikeluarkan per 0,050/ha yaitu sebesar Rp. 983.976,20 dan pendapatan sebesar Rp. 676.657,14 per musim tanam. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan luas lahan masing-masing kelompok tani jika di konversikan dalam satu hektar, untuk usahatani kacang tanah menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 13.905.216,82 yang lebih tinggi dari pada pendapatan usahatani kedelai sebesar Rp.13.533.142,33. Untuk
14
usahatani kacang tanah dengan usahatani kedelai keduanya layak untuk diusahakan, dengan nilai R/C kacang tanah sebesar 1,71 dan kedelai sebesar 1,69. 2.
Terdapat perbedaan kelayakan antara usahatani kacang tanah dengan usahatani kedelai, dimana usahatani kacang tanah lebih layak dari pada usahatani kedelai.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan, maka penulis
menyarankan ada hal-hal sebagai berikut: 1.
Petani yang ada di Desa Kertajaya Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran agar tetap menjadikan sektor pertanian sebagai mata pencariannya pada usahatani kacang tanah dan kedelai, guna meningkatkan taraf hidup rumah tangga, serta lebih aktif mencari informasi dalam mengembangkan usahatani sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh Balai Penyuluh Pertanian setempat.
2.
Petani harus memperhatikan dan mempertimbangkan teknologi baru sebelum menerapkannya dilapanagan dan diharapkan petani dapat memperoleh keuntungan yang lebih tinggi.
3.
Pengurus dan anggota di Pangandaran Desa Kertajaya Kecamatan Cigugur disarankan untuk memanfaatkan kelompoknya. Dengan berfungsinya kelompok sebagai wadah pemasaran hasil produksi, maka posisi tawar petani bisa kuat dan petani tidak mengalami kerugian.
15
DAFTAR PUSTAKA Abas Tjakrawiralaksana, 1983. Usahatani. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas, IPB. Bogor. Balai Penyuluhan Pertanian, 2014. Program Penyuluhan Pertanian Tahun 2014. Balai Peyuluhan Pertanian Kecamatan Cigugur. Pangandaran. Imam Ghazali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 16. BP-UNDIP. Semarang. Setijo Pitijo. 2009. Benih Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Simanjuntak, P.J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Edisi kedua. Lembaga Penelitian. Jakarta. Soekartawi, 2000. Ilmu Usahatani, Universitas Indonesia Press. Jakarta. Soekartawi. 1986. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI- Press). Jakarta. Sudaryono. 2005. Kontribusi Ilmu Tanah Dalam Mendorong Perkembangan Agribisnis Kacang Tanah di Indonesia. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. Sumarno. 1986. Kedelai dan Cara Budidayanya. C.V. Yasaguna. Jakarta. Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Zikmund. 1997. Metodologi Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Sosial Dan Ekonomi. Andira Publisher. Makasar.
16