KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Dedi Darusman2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Eri Cahrial3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pangandaran Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran, dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan usaha pembenihan udang vannamei dengan menggunakan analisis finansial 3 kriteria yaitu NPV, Net B/C dan IRR serta Payback Periods dan Sensitivity Analysis. Metode yang digunakan adalah studi kasus pada Balai Pengembangan Benih Ikan Air Payau dan Laut Pangandaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Balai menggunakan sistem tebar naupli dalam teknis pemeliharaannya dan secara finansial dilihat dari NPV mendapatkan hasil NPV positif sebesar Rp.648.011.998, nilai Net B/C yang lebih besar dari satu yaitu 1,71 dan IRR yang menunjukkan nilai yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang dipersyaratkan yaitu 39,19 persen menunjukkan bahwa pembenihan udang vannamei di Balai tersebut layak untuk diusahakan dan dijalankan. Kata Kunci : Kelayakan Usaha, NVP, Net B/C, IRR, Udang Vannamei
1
ABSTRACT
This study was conducted at Desa Pangandaran, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, with the aim to determine the feasibility of seeding vannamei shrimp using three criteria financial analysis NPV, Net B/C and IRR and Payback Periods and Sensitivity Analysis. The method used is a case study on Seed Development Center Brackish Water Fish and Sea Pangandaran. The results showed that the hall using the nauplii stocking system maintenance and technical financially to get the views of the NPV Rp.648.011.998 positive NPV, the value of Net B/C is greater than one, namely 1.71 and IRR indicate values greater than the required interest rate is 39.19 percent. indicates that the vannamei shrimp hatchery in the hall deserves to be developed and executed. Keywords: Feasibility, NPV, Net B/C, IRR, Vannamei shrimp PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian. Sektor pertanian meliputi sub sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, hortikultura dan perikanan. Kabupaten Pangandaran merupakan salah satu daerah yang menjadikan udang vannamei sebagai salah satu komoditas unggulan. Usaha ini merupakan usaha pembenihan udang vannamei yang dijadikan ciri khas daerah Pangandaran, sehingga Balai tersebut menjadi salah satu sentra pembenihan udang vannamei. Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas perikanan kabupaten Pangandaran (2013), potensi sumberdaya alam perikanan di Kabupaten Pangandaran berupa produk yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Perkembangan benih dan produksi pembenihan selama tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 1.
2
di Kabupaten Pangandaran
Tabel 1. Potensi Sumberdaya Alam Perikanan Di Pangandaran 2013 No 1 2 3 4 5 6 7
Cabang Usaha Tambak Tambak Biokrate Kolam Air Tenang (KAT) Sawah ikan Kolam Air Deras Keramba Jaring Apung Keramba
Potensi 200 ha 1.500 ha Pembesaran 3.689,79 ha Pembenihan 366,59 ha 6.961,77 ha 84 unit 150 unit
Pemanfaatan 20 ha 3.295,20 ha 299,86 ha 5.509 ha 32 unit 30 unit
100 unit
Presentase (%) 10,00 89,30 81,80 69.80 38.09 20,00
74 unit
74,00
Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Pangandaran 2013 Desa Pangandaran merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Pangandaran yang mempunyai kualitas benih udang yang sangat baik, udang yang di ada disana adalah udang vannamei karena mempunyai keunggulan dibandingkan dengan udang lainnya, salah satunya adalah udang vannamei ini tahan terhadap penyakit, proses pemeliharaannya relatif cepat, dan pakan yang tidak sulit untuk didapat. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya Ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis. Kelemahan dalam pengolahan pembenihan udang vannamei salah satunya adalah faktor sumberdaya manusia yang harus diperhatikan adalah kemampuan dan keterampilan tenaga kerja di dalam mengelola bisnis tersebut, terutama pada saat menjalankan fungsi manajemen dan teknis lapangan. Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Bagaimana teknis pembenihan udang vannamei? (2) Bagaimana kelayakan usaha pembenihan udang vannamei? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui teknis pembenihan udang vannamei dan kelayakan usaha pembenihan udang vannamei.
3
METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus di Desa Pangandaran Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja (purposive sampling) yakni dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah penghasil benih udang dengan kualitas yang terbaik di Kabupaten Pangandaran. Pemilihan responden untuk Balai ditentukan secara purposive sampling. Data yang dikumpulkan sehubungan dengan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan Balai di BPBIAPL, sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas atau intansi – intansi yang terkait dalam penelitian ini. Operasinalilasi variabel berfungsi mengarahkan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini ke dalam indikator-indikator yang lebih mendetail yang berguna dalam pembahasan hasil dari penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari perbedaan persepsi dari berbagai istilah tersebut, maka perlu adanya batasan untuk mempermudah pemahaman mengenai bahasan dalam penelitian ini. Adapun variabel-variabel yang diamati dan didefinisikan adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan biaya produksi 2. Penerimaan adalah hasil perkalian antara hasil produksi dengan harga jual. 3. Biaya proyek adalah seluruh biaya yang dikeluarkan proyek guna mendatangkan penghasilan (Return) pada masa yang akan datang. 4. Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan mulai proyek tersebut dilaksanakan sampai proyek tersebut mulai berjalan (beroperasi). 5. Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi itu berlangsung,artinya secara rutin biaya ini harus dikeluarkan. 6. Harga jual adalah jumlah tertentu yang dibayarkan oleh konsumen terhadap barang atau jasa yang diterima.
4
7. Net Present Value (NPV) dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (Present Value) dari selisih antara manfaat dengan biaya pada tingkat suku bunga tertentu (Abdul choliq 1999). 8. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. 9. Internal Rate of Return (IRR) adalah untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahun dan IRR juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. 10. Payback Periods adalah untuk mengetahui jangka waktu pengembalian modal yang diinvestasikan dalam suatu proyek. 11. Sensitivity Analysis yaitu analisis kepekaan yang dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisa jika ada suatu perubahan perkiraan biaya dan manfaat yang telah disusun karena proyeksi selalu menghadapi ketidaktentuan yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah kita perkirakan. Data yang dianalisis dapat dilihat dari kerangka analisis sebagai berikut: Abdul Choliq dkk (1999) menyatakan, bahwa kriteria investasi yang dapat digunakan dalam analisis finansial diantaranya adalah : 1. NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (Present Value) dari selisih antara manfaat dengan biaya pada tingkat suku bunga tertentu. NPV menunjukkan kelebihan manfaat dibandingkan dengan biaya, nilai NPV dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut: NPV = NPV= NPV = Keterangan: Bt = Benefit pada tahun ke-t Ct = Biaya pada tahun ke-t DF = Discount factor
5
i t
= Tingkat bunga yang berlaku = Lamanya periode waktu
Ketentuan : NPV > 0 : Maka usaha tersebut layak dilaksanakan NPV = 0 : Investasi dapat mengembalikan modal sebesar yang dikeluarkan NPV < 0 : Usaha tersebut tidak dapat dilaksanakan 2. Net Benefit of Cost Ratio adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Net B/C menunjukkan berapa kali lipat manfaat akan diperoleh dari setiap unit biaya yang dikeluarkan, nilai Net B/C dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut : Net
Ratio =
Net
Ratio =
Net
Ratio =
Net
Ratio =
Kaidah Keputusan dari Net B/C adalah : Jika nilai Net B/C > 0, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan Jika nilai Net B/C = 0, maka usaha tersebut impas Jika nilai Net B/C < 0, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan 3. Internal rate of return (IRR) adalah untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahun dan IRR juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman. IRR pada dasarnya menunjukan Discount Factor (DF) dimana NPV = 0. Dengan demikan, untuk mencari IRR kita harus menaikan Discount Factor (DF) sehingga tercapai NPV = 0, IRR dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
6
IRR = Keterangan : i1 = Discount actor pertama dimana diperoleh NPV positif i2 = Discount Factor kedua dimana diperoleh NPV negatif Jika nilai IRR lebih besar daripada suku bunga bank yang berlaku pada saat ini, maka proyek tersebut layak untuk diusahakan dan sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga bank, maka proyek tersebut tidak layak untuk diusahakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Pembenihan Udang Vannamei Persyaratan Lokasi Lokasi yang paling tepat untuk membangun hatchery pembenihan udang vannamei adalah jauh dari kota dan lahan pertanian, serta muara sungai. Hatchery harus jauh dari fasilitas produksi. Hatchery memerlukan akses ke prasarana standar industri untuk mengoprasikan fasilitas yang ada. Air tawar dan air laut yang masuk dan kemungkinan mengandung bahan pencemar harus dimonitor sesuai dengan cara budidaya ikan yang baik. Teknik Budidaya Pembenihan Udang Vannamei Teknik budidaya pembenihan udang vannamei yang dilaksanakan oleh Balai di BPBIAPL Pangandaran kecamatan Pangandaran ini dilakukan dengan sistem tebar naupli. Dilakukan melalui berbagai kegiatan yang meliputi persiapan bak, pengairan, padat penebaran dan pemberian pakan, monitoring pertumbuhan, pemeliharaan dan pengendalian penyakit, panen dan pasca panen. Kelayakan Usaha Pembenihan Udang Vannamei Kelayakan usaha pembenihan udang vannamei dapat dilihat dengan menggunakan perhitungan analisis finansialnya dengan tiga kriteria yaitu NPV, Net B/C dan IRR. Serta menggunakan sensitivity analysis (analisis kepekaan) dan payback periods untuk melihat jangka waktu pengembalian modal. Dalam mengelola usaha pembenihan udang vannamei Balai harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menyelenggarakan proses produksi tersebut. Dari tiap jenis usaha produksi, selalu terdapat hubungan antara masukan 7
(input) dan hasil (output). Hubungan ini merupakan landasan utama dari rencana pengelolaan dan anggaran dalam usaha, karenanya maka unsur – unsur dari masukan (input) dan hasil (output) harus jelas menghitung dan menilainya (Kaslan A. Tohir, 1983). Biaya Produksi Biaya produksi yang dikeluarkan dalam pembenihan udang vannamei di BPBIAPL ini selama satu tahun atau delapan kali proses produksi terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dan biaya operasional yang merupakan biaya pelancar untuk menjalankan atau melangsungkan kegiatan usaha sehari – hari. 1. Biaya Investasi Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dari mulai proyek dilaksanakan sampai proyek tersebut berjalan (beroperasi). Jumlah investasi dalam pembenihan udang vannamei ini sebesar Rp.561.250.000 yang digunakan untuk pembuatan bak naupli, pembelian lahan, pembuatan bangunan, pembelian peralatan dan pembelian komputer. Rekapitulasi biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi Biaya Investasi Pembenihan Udang Vannamei pada BPBIAPL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan Bak Naupli Lahan Bangunan Hiblow Pompa Celup Selang Aerasi Fiber Timah Pemberat Terpal Komputer Total
Biaya Investasi (Rp) 20.000.000,00 90.000.000,00 388.950.000,00 50.000.000,00 4.000.000,00 750.000,00 1.500.000,00 1.050.000,00 1.000.000,00 4.000.000,00 561.250.000,00
Biaya reinvestasi pada pembenihan udang vannamei ini terjadi pada tahun ke tiga, tahun ke lima, tahun ke enam dan tahun ke sembilan. Rekapitulasi biaya reinvestasi dapat dilihat pada Tabel 3.
8
Tabel 3. Rekapitulasi Biaya Reinvestasi Pembenihan Udang Vannamei pada BPBIAPL No 1 2 3 4 5
Keterangan
Tahun ke
Selang Aerasi Pompa Celup Fiber Terpal Komputer Total
3, 6, dan 9 5 5 5 5
Biaya Reinvestasi (Rp) 750.000,00 4.000.000,00 1.500.000,00 1.000.000,00 4.000.000,00 11.250.000,00
2. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi artinya dengan rutin biaya ini harus dikeluarkana agar kegiatan operasi atau produksi pembenihan udang vannamei tersebut berjalan dengan lancar, sehingga mengasilkan produk sesuai rencana. Biaya operasional ini meliputi pajak lahan, tenaga kerja, pembelian naupli vannamei, pembelian pakan, vitamin, obat – obatan, solar, pembayaran listrik, pembelian batu aerasi, perlengkapan panen, pembelian ember, gayung, saringan dan tempat makan. Jumlah biaya operasional dalam pembenihan udang vannamei adalah sebesar Rp. 345.212.500 pada tahun ke nol sampai tahun ke lima dan pada tahun ke enam sampai ke sepuluh
biaya operasional meningkat sebesar Rp. 355.242.500. Adapun rekapitulasi
mengenai biaya operasional dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi Biaya Operasional Pembenihan Udang Vannamei No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Keterangan Pajak Lahan Tenaga Kerja Naupli Vannamei Pakan Vitamin Obat – Obatan Solar Listrik Batu Aerasi Perlengkapan Panen Ember Gayung Saringan Tempat Makan Total
Biaya Operasional (Rp) 12.500 54.000.000 72.000.000 150.400.000 4.800.000 4.000.000 2.400.000 36.000.000 5.000.000 16.000.000 200.000 200.000 100.000 100.000 345.212.500
9
Pada tahun ke enam sampai
ke sepuluh biaya operasional naik sebesar
Rp.10.030.000 untuk pembelian pakan, vitamin, obat – obatan dan perlengkapan panen. Penerimaan dan Pendapatan Penerimaan merupakan jumlah pembayaran yang diterima oleh pelaku usaha dari penjualan produk. Penerimaan dihitung dengan mengalikan produk yang terjual dengan harga satuannya. Produk bersih yang dihasilkan setiap tahun nya pada pembenihan udang vannamei ini sebanyak 28.800.000 ekor untuk tahun pertama. Harga jualnya sebesar Rp.25 per ekor untuk penerimaan yang diperoleh tiap tahunnya Rp.720.000.000. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi, pendapatan yang diperoleh untuk pembenihan udang vannamei ini adalah sebesar Rp.374.787.500 untuk tahun pertama dan ke dua. Tahun ke tiga Rp.374.037.500 tahun ke empat Rp.374.787.500, tahun ke lima Rp.362.162.500, tahun ke enam Rp.364.007.500, tahun ke tujuh dan delapan Rp.364.757.500, tahun ke sembilan Rp.364.007.500 dan tahun ke sepuluh Rp.352.132.500. lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Pendapatan Tiap Tahun Larva Udang Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pendapatan (Rp) 374.787.500 374.787.500 374.037.500 374.787.500 362.162.500 364.007.500 364.757.500 364.757.500 364.007.500 352.132.500
Tingkat Kelayakan Investasi Tingkat kelayakan investasi dari usaha ini dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan kriteria finansial. Kriteria finansial yang digunakan dalam analisis ini adalah NPV, Net B/C ratio dan IRR. Dasar kriteria finansial tersebut adalah proyeksi aliran kas bersih (Cas Flow).
10
Tabel 6. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR pada pembenihan udang vannamei dengan tingkat bunga pinjaman sebesar 19,2 persen per tahun. No
Keterangan
1
Net Present Value (NPV)
2
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
3
Internal Rate Of Return (IRR)
Nilai Rp. 648.011.998 1,71 39,19%
1. NPV NPV merupakan nilai sekarang dari selisih antara manfaat dengan biaya pada faktor diskonto tertentu. Faktor diskonto yang digunakan pada perhitungan NPV ini adalah 20 persen. Hasil perhitungan terhadap aliran kas bersih selama 10 tahun diperoleh NPV sebesar Rp. 648.011.998. Nilai NPV positif menunjukkan bahwa usaha pembenihan udang vannamei layak untuk diusahakan dan dikembangkan. 2. Net B/C Net B/C merupakan perbandingan antara total nilai sekarang dari manfaat bersih dalam tiap tahun – tahun dimana manfaat bersih itu bersifat positif dengan total nilai sekarang dari manfaat bersih itu bersifat negatif. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Net B/C sebesar 1,71 yang berarti setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah akan diperoleh tambahan manfaat sebesar 1,71 kali lipat. Net B/C yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usaha pembenihan udang vannamei ini layak untuk diusahakan dan dikembangkan. 3. IRR Perhitungan IRR dimaksudkan untuk mengembangkan tingkat bunga yang dihasilkan oleh suatu kegiatan usaha selama jangka waktu usaha tersebut dijalankan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai IRR sebesar 39,19 persen nilai IRR tersebut lebih besar dari tingkat bunga yang dipersyaratkan, sehingga usaha pembenihan udang vannamei ini layak untuk diusahakan dan dikembangkan.
11
Payback Periods Payback Periods digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian modal yang diinvestasikan dalam suatu proyek. Semakin cepat waktu pengembalian semakin baik untuk diusahakan. Perhitungan payback periods dalam usaha pembenihan udang vannamei ini dilakukan dengan cara mengitung net benefit kumulatif. Berdasarkan hasil perhitungan, jangka waktu pengembalian modal yang diinvestasikan yaitu 2 tahun 5 bulan. Sensitivity Analysis Apabila akan merencanakan suatu proyek, semua biaya yang akan dikeluarkan dan benefit yang akan diperoleh tiap tahun, semuanya diperkirakan berdasarkan data yang diperoleh dari proyek yang sudah ada atau dari teori yang berhubungan dengan proyek yang direncanakan. Dengan demikian mungkin saja terjadi kekeliruan atau ketidaktepatan perkiraan biaya dan benefit yang telah disusun. Usaha pembenihan udang vannamei ini menggunakan analisis kepekaan agar menambah kepercayaan terhadap usaha pembenihan udang vannamei ini, skenario yang dibuat dalam pembenihan udang vannamei ini adalah untuk mencari atau mengetahui perubahan pada harga pakan dan survival rate udang vannamei yang dihasilkan. Tabel 7. Rekapitulasi biaya reinvistasi harga pakan dan potensi hidup udang vannamei jika indikator finansial (NPV, Net B/C, IRR). Indikator NPV DF 20% Net B/C IRR PBP
Aktual Rp.648.011.998 1,71 39,19% 2 tahun 5 bulan
Kenaikan biaya pakan 20% Rp.489.388.198 1,52 44,13% 2 tahun 8 bulan
SR turun 5% Rp.270.533.398 1,29 137,8% 3 tahun 2 bulan
Tabel 7 menjelaskan bahwa kenaikan biaya pakan udang vannamei sebesar 20 persen masih dapat ditolelir pada indikator Net B/C yaitu Net B/C 1,52 artinya masih layak karena Net B/C masih diatas satu, dengan asumsi harga jual tetap. Pada SR turun 5 persen dengan asumsi harga pakan dan yang lainnya tetap dilihat dari NPV, Net B/C, IRR masih layak untuk diusahakan dengan kata lain meskipun diasumsikan harga pakan 12
naik 20 persen dan SR turun 5 persen tetapi usaha pembenihan masih layak untuk diusahakan. Hal ini dapat menambah keyakinan atau kepercayaan pada kelayakan usaha pembenihan udang vannamei. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Aspek Teknis Teknik budidaya pembenihan udang vannamei yang dilaksanakan oleh Balai di
BPBIAPL ini dilakukan dengan sistem tebar naupli. Dilakukan melalui berbagai kegiatan yang meliputi persiapan bak, pengairan, padat penebaran dan pemberian pakan, monitoring pertumbuhan, pemeliharaan dan pengendalian penyakit, panen dan pasca panen. Padat tebar 1.000.000 ekor per bak dan jumlah bak adalah 10 bak dengan pemberian pakan alami dan pakan buatan, dari setiap 1.000.000 ekor naupli yang ditebar rata – rata Balai membutuhkan 2 kg pakan yang terdiri dari pakan alami dan pakan buatan, sehingga dalam 10 bak larva Balai membutuhkan 20 kg pakan. 2.
Kelayakan Usaha Pembenihan Udang Vannamei Hasil finansial usaha pembenihan udang vannamei memperlihatkan kondisi kegiatan usaha ini layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV yang positif Rp. 648.011.998, nilai Net B/C yang lebih besar dari satu yaitu 1,71 dan IRR yang menunjukkan nilai yang lebih besar dari tingkat bunga yang dipersyaratkan yaitu 19,2 persen dengan IRR 39,19 persen. Berdasarkan hasil perhitungan Payback periods, jangka waktu pengembalian modal yang diinvestasikan yaitu 2 tahun 5 bulan. Perubahan penurunan SR sangat sensitif terhadap tingkat kelayakan usaha pembenihan udang vannamei ini, sedangkan perubahan biaya pakan yang cenderung meningkat tidak terlalu sensitif terhadap kelayakan usaha.
13
Saran Saran dari hasil penelitian dan pembahasan pembenihan udang vannamei yaitu sebagai berikut: 1.
Balai kedepannya diharapkan mampu meningkatkan ketahanan hidup naupli/larva yang masih dibawah 50 persen, yaitu dengan cara lebih meningkatkan kualitas pemeliharaan dan peninjauan larva udang vannamei. Semakin besar ketahanan hidup naupli/larva maka keuntungan yang dapat diperoleh semakin banyak, dan mampu memenuhi kebutuhan para petani pembesaran udang vannamei.
2.
Guna menambah keuntungan yang diharapkan, diusahakan agar selalu hati – hati dalam pemeliharaan benih udang vannamei yang berdampak pada menurunnya kualitas maupun ketahanan hidup naupli/larva udang vannamei tersebut, dan berdampak juga pada kelayakan usaha pembenihan udang vannamei tersebut.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Choliq, Sumarna Hasan, Wirasasmita. 1999. Evaluasi Proyek. Pionir Jaya. Ahmad Mudjiman. 1987. Budidaya Udang Putih. PT Penebar Swadaya. Jakarta. Balai Pengembangan Benih Ikan Air Payau. 2013. Pembenihan Udang Vannamei. Balai Pengembangan Ikan Air Payau dan Laut Pangandaran. Moehar Daniel. 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. PT Bumi Aksara. Jakarta. Monografi Desa Pangandaran. Pananjung, Pangandaran. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Yogyakarta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. CV Alfabeta. Bandung.
15