PROSPEK USAHA PEMBENIHAN IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) Nurul Herfah Hidayat1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Suprianto2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
[email protected] Dedi Darusman3) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi
[email protected] ABSTRAK Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu di Desa Mekarjaya, Kecamatan Padakembang, Kabupaten Tasikmalaya yang merupakan satu-satunya kelompok yang spesialis usahanya di bidang pembenihan dan sudah mendapatkan pengesahan dan pengukuhan kelas kelompok dari Kepala Desa Mekarjaya dan Camat Padakembang. Informasi mengenai teknis pembenihan Ikan Nilem dan prospek pasarnya diperoleh berdasarkan hasil wawancara langsung dengan responden, sementara analisis yang digunakan adalah R/C dan BEP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dilihat dari aspek teknis budidaya usaha pembenihan Ikan Nilem yang dilakukan oleh pembenih responden masih bersifat tradisional. Sementara berdasarkan hasil analisis R/C, menunjukkan bahwa R/C benih Ikan Nilem ukuran satu cm (lempung) sebesar 4,79, sehingga dilihat dari analisis tersebut usaha pembenihan Ikan Nilem layak untuk diusahakan. Titik impas volume produksi dan titik impas nilai penjualan usaha pembenihan Ikan Nilem yang dilakukan oleh Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu selama satu kali proses produksi (7 hari) sebesar Rp. 30.081,92 dengan volume produksi sebesar 4 cangkir. Untuk prospek pasar benih Ikan Nilem masih menunjukkan prospek yang cerah dilihat dari permintaannya yang semakin meningkat dan pangsa pasarnya jelas. Kata Kunci :Pembenihan Ikan Nilem (lempung), Biaya, R/C, BEP, Prospek pasar
ABSTRACT The method used in this research is a case study on hatchery unit Mekar Saluyu people in the village Mekarjaya Padakembang Tasikmalaya district which is the only group that scale hatchery business in the field and has to get approval and affirmation of group classes Mekarjaya head. Technical information about the fish hatchery nilem obtained by direct interviews with respondents, while the analysis that is in use is the R/C and BEP. The result indicate that the views of technical aspect of aquaculture fish hatchery operations conducted by nilem hatchery respondents still traditonal. While based on the analysis of R/C indicating that R/C nilem size of the fish seed cm (lempung) of 4,79, so seen from the analysis of the fish hatchery operation nilem feasible to try. Break even volume production and sales value nilem fish hatchery operation conducted by units of the peopleβs hatchery Mekar Saluyu Rp. 30.081,92, with a production volume amounted to 4 cups. For nilem fish seed market outlook still shows a bright prospect seen from the increasing demand and market share are clear. Key Word: Nilem case fish hatchery (lempung), Cost, R/C, BEP, Market prospect PENDAHULUAN Ikan Nilem merupakan ikan endemik (asli) Indonesia yang hidup di sungai-sungai dan rawa-rawa. Sejalan dengan perkembangan, ikan tersebut dibudidayakan di kolamkolam untuk tujuan komersil. Di daerah lain di Indonesia, seperti di Jawa Tengah, Sumatera, dan Kalimantan Ikan Nilem dikenal dengan sebutan wader dan payon. Secara nasional keberadaannya kurang populer kecuali di Jawa Barat dengan produksi nasional hampir mencapai 80 persen (Ika Gartika, 2007). Ikan Nilem ini mempunyai tubuh pipih memanjang dengan sirip punggung yang relatif lebih panjang dari ikan mas dan memiliki dua pasang sungut di kepala. Warna punggung coklat kehijauan, warna sirip ekor, dubur dan perut kemerahan dan ukuran maksimum dapat mencapai 35 cm (Sapto Ciptanto, 2010). Ikan ini tergolong dalam keluarga Cyprinidae seperti Ikan Mas dan Ikan Tawes, komoditas keberadaannya telah dikenal dan dibudidayakan sejak jaman dahulu. Kebutuhan Ikan Nilem saat ini semakin meningkat karena ikan ini merupakan plankton feeder, sehingga sering digunakan untuk pembersih danau melalui program restocking. (Sona Eka Sanjaya, 2011).
Ikan Nilem (Osteochelus hasseltii) dalam aspek ketersediaan benihnya hanya mengandalkan benih secara alami, karena bersifat musiman yang ditemukan hanya pada saat awal musim hujan. Penyediaan benih tidak hanya dalam jumlah yang cukup dan terus-menerus, tetapi diperlukan untuk mutu yang baik serta tepat sasaran (Nugroho dan Kristanto, 2008). Data statistik perikanan 2005 menunjukkan bahwa produksi Ikan Nilem di Jawa Barat tercatat lebih dari 13.000 ton. Dari jumlah tersebut, 94,29% nya berasal dari Priangan. Selama 20 tahun terakhir pelita IV, tercatat kontribusi nilem sekitar 83% ikan ini mempunyai potensi yang cukup besar dalam industri perikanan budidaya air tawar (ikan konsumsi dan produk olahan seperti pengolahan telur, pindang, βbaby fishβ, dendeng) dimasa mendatang. Selain memiliki keunggulan komparatif, pasarnya pun terbuka lebar dan menjadi primadona Priangan (Husein, 2002). Daerah Priangan yang menjadi salah satu penghasil Ikan Nilem adalah Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan data produksi Ikan Nilem di Tasikmalaya mencapai 60% dari produksi total di Jawa Barat, sebagian besar berupa benih. Produksi Ikan Nilem di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2011 mencapai 8.932,38 ton dengan harga Rp 13.000/kg, maka omset ikan itu dapat diperkirakan Rp. 2,45 miliar lebih. Jumlah petani yang terlibat sebanyak 63.515 orang tersebar di semua wilayah kabupaten (Kabar Priangan, 2013). Daerah potensi tersebar berada di wilayah Kecamatan Padakembang, Sukaratu dan Leuwisari. Kecamatan Padakembang merupakan daerah dengan jumlah produksi Ikan Nilem terbesar di Kabupaten Tasikmalaya (Tabel 1). Tabel 1. Jumlah Produksi Ikan Nilem Tahun 2012 No Kecamatan Produksi ikan (Ton) 1 Padakembang 1.582,42 1.265,81 2 Sukaratu 1.246,85 3 Leuwisari Jumlah 4.095,08
Nilai (Rp.1000) 18.989,04 15.189,72 14.962,20 49.140,96
Sumber : Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya, 2012.
Kecamatan Padakembang merupakan daerah yang menghasilkan produksi Ikan Nilem terbesar dikarenakan sebagian besar bermata pencaharian sebagai pembudidaya Ikan Nilem dengan cara tradisional dalam melakukan kegiatan usahanya. Kecamatan Padakembang mempunyai potensi air yang berlimpah berasal dari kawasan Gunung Galunggung, salah satunya adalah Desa Mekarjaya.
METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu di Desa Mekarjaya Kecamatan Padakembang, Kabupaten Tasikmalaya. Pemilihan kelompok dilakukan secara purvosive berdasarkan pertimbangan bahwa kelompok tersebut merupakan satu-satunya kelompok yang spesialis usahanya di bidang pembenihan dan sudah mendapatkan pengesahan dan pengukuhan kelas kelompok dari Kepala Desa Mekarjaya dan Camat Padakembang. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis usaha
yang
meliputi analisis R/C ratio, analisis BEP penjualan dan produk. Menurut Soekartawi (1995) dan Ken Suratiyah (2008), analisis data yang dimaksud dijabarkan sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui besarnya R/C dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : R/C =
ππππππππππ π΅πππ¦π
Dengan ketentuan : -
Apabila R/C >1, maka usahatani tersebut menguntungkan.
-
Apabila R/C =1, maka usahatani tersebut tidak untung tidak rugi.
-
Apabila R/C <1, maka usahatani tersebut merugi.
2) Untuk mengetahui besarnya BEP nilai penjualan dihitung dengan rumus sebagai berikut : BEP nilai penjualan (Rp) =
π΅πππ¦π πππ‘ππ 1β
Biya Variabel Nilai Penjualan
3) Untuk mengetahui besarnya BEP volume produksi dihitung dengan rumus sebagai berikut : BEP volume produksi (cangkir) =
BEP Nilai Penjualan Harga Jual
Adapun untuk mengetahui perubahan titik impas yang di sebabkan adanya perubahan biaya dan harga jual digunakan Analisis Sensitivitas (Sensitivity Analysis) dengan rumus sebagai berikut : π΅πππ¦π πππ‘ππ π₯ πππππ πππππ’ππππ
SA=πππππ πππππ’ππππβπ΅πππ¦π ππππππππ
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kegiatan Pembenihan Ikan Nilem a.
Sistem Kolam Pembenihan Kolam merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk tempat memelihara
ikan. Kolam yang diperlukan adalah kolam pemeliharaan induk dua buah (induk jantan dan betina), kolam pemijahan dan kolam penetesan telur. Kolam pemeliharaan induk adalah kolam yang digunakan untuk memelihara induk jantan dan betina secara terpisah agar dapat terlihat induk mana yang siap dipijahkan. Biasanya kolam pemeliharaan ini ukurannya tidak terbatas, bahkan ada sebagian anggota yang tidak memiliki kolam pemeliharaan induk. Mereka hanya akan membeli induk yang siap untuk dipijahkan dan menjualnya kepada pengusaha pindang, pemancing ikan dan konsumen ikan. Kolam pemijahan mempunyai ukuran 1 x 1 m atau 1 x 2 m dengan kedalaman 40 β 50 cm dibagian terdalam dan 15 cm di bagian terdangkal yang berada di depan pintu pengeluaran. Sedangkan kolam penetasan mempunyai ukuran 4 x 5 m dengan kedalaman air 30 β 40 cm dan dilengkapi dengan penampungan benih ukuran 0,5 x 0,5/0,4 m atau menggunakan hapa halus. Untuk penyimpanan diperlukan dua buah hapa yang berukuran 1 x 1 x 0,8 m (untuk jantan dan betina). b.
Persiapan Induk Untuk keperluan pemijahan harus mempersiapkan induk Ikan Nilem jantan dan
betina serta terjamin kualitasnya. Induk Ikan Nilem yang digunakan oleh Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu baik jantan maupun betina rata-rata sama usianya yaitu lima bulan karena sudah dapat dibedakan jenis kelaminnya dan merupakan pemijahan pertama. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan pengurutan ke arah anus, sehingga akan mengeluarkan cairan putih kental dari lubang genitalnya pada induk jantan. Sedangkan induk betina apabila diurut ke arah anus, akan mengeluarkan cairan jernih kekuningan dari lubang genitalnya. Selain itu, untuk membedakan induk jantan dan betina dapat dilihat dari perutnya karena induk betina mempunyai perut lebih gendut (besar) dibanding dengan induk jantan. c.
Pemeliharaan Telur dan Larva Setelah proses perkembangbiakan berlangsung, selanjutnya telur-telur akan
berkumpul di depan saluran penghubung antara kolam pemijahan dan kolam penetasan. Di depan pintu air terhubung kolam pemijahan dengan kolam penetasan telur diberikan
kere penghalang, maka telur-telur yang dikeluarkan akan menerobos celah-celah kere dan hanyut bersama derasnya air ke kolam penetasan, sedangkan induk-induknya tetap tertahan di kolam pemijahan. Agar telur-telur tidak banyak yang busuk, maka harus dilakukan pemerataan telur dengan bambu yang dibalut ijuk secara perlahan-lahan supaya telur tidak banyak yang pecah. Setelah telur menetas pada hari ke tiga dari waktu pemijahan dan pada hari ke lima larva sudah siap dipanen. d. Pemanenan Pemanenan dapat dilakukan setelah larva Ikan Nilem berumur dua hari setelah penetasan. Panen harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati karena larva masih kecil dan rentan terhadap kematian. Pemanenan larva dilakukan pada pagi jam 05.00 atau sore hari jam 16.00 ketika suhu udara masih segar/dingin. Sebelum pemanenan, air kolam dikeluarkan secara perlahan-lahan dengan menggunakan sosog yang dilapisi hapa halus agar benih ikan yang dipanen tidak lolos. Pengeluaran air diperlambat hingga air yang tersisa dalam kolam mencapai 10-15 cm, pada saat itu pemanen turun kedalam kolam untuk mengatur sisa air, agar air mengalir ke arah pintu pengeluaran melalui kemalir yang terdapat di tengah-tengah dasar kolam. Kemudian melakukan pembersihan lumpur pada kemalir agar aliran air lancar dan ikan dapat terkumpul. Pada ujung kemalir bisa ditengah maupun dekat pintu pemasukan dibuat kobakan (gombangan) untuk tempat berkumpulnya benih ikan. Alat yang biasa digunakan adalah : sosog, sair, cireung, baskom, hapa, cengkul, gagaruan dan lain-lain. Untuk penampungan benih ditampung dalam kain larva/waring yang diletakkan pada air yang mengalir. Kemudian larva siap untuk dijual dengan cara ditakar menggunakan cangkir yang sudah disiapkan. e. Teknik Pembenihan Ikan Nilem di Desa Mekarjaya Pada dasarnya pembenihan Ikan Nilem dilakukan dengan memanfaatkan aliran air yang cukup deras di depan pintu pengeluaran kolam/bak pemijahan sebagai perangsang untuk memijah. Berdasarkan perbedaan kondisi daerah terutama mengenai sumber air, maka di Desa Mekarjaya menggunakan teknis pemijahan Ikan Nilem dengan cara galunggung. Cara ini banyak dilakukan oleh para pembenih Ikan Nilem di Desa Rancapaku Kecamatan Leuwisari (sekarang Desa Mekarjaya Kecamatan Padakembang) Kabupaten
Tasikmalaya. Cara ini menggunakan kolam/bak pemijahan berukuran 1 x 2 m2 dan luas kolam penetesan berukuran 20 m2. Kedalaman airnya 40 β 50 cm di daerah pemasukan air dan 15 β 20 cm di depan pintu pengeluaran yang dipasangi batu β batu kecil/kerikil serta tanama air jenis rumput kakawatan (Cynodon dactylon). Di depan pintu pengeluaran air dipasang saringan supaya induk Ikan Nilem tidak keluar masuk ke kolam penetasan. Ketinggian air di kolam penetasan berkisar antara 30 β 40 cm dengan dasar kolam berpasir serta dicuci dan dikeringkan sebelum digunakan. Dibelakang kolam penetasan dibuat bak/kantong kecil tempat penangkapan larva/benih Ikan Nilem. Analisis Kelayakan Analisis usaha pembenihan Ikan Nilem pada prinsipnya ditujukan untuk mencapai keuntungan yang maksimal dengan cara pengelolaan yang sebaik-baiknya. Analisis usaha di sini ditekankan pada usaha pembenihan Ikan Nilem. Sebagaimana dengan usaha yang bergerak dibidang produksi, keuntungan usaha pembenihan Ikan Nilem ditentukan oleh penerimaan dan biaya produksi. Jumlah benih Ikan Nilem (lempung) yang dijual satu kali proses produksi (7 hari) sebanyak 74,50 cangkir. 1.
Biaya Produksi Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha
perikanan. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan tidak habis dalam satu kali proses produksi, diantaranya adalah penyusutan peralatan yang digunakan, pembelian induk, Pajak lahan (PBB) dan Iuran Wajib Kelompok dalam satu kali proses produksi. Sementara biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan secara berulang-ulang, yaitu pembelian pakan dan tenaga kerja. a) Biaya Tetap Biaya tetap yang dikeluarkan terdiri dari pembelian induk, penyusutan alat, Pajak lahan (PBB), Iuran Wajib kelompok dalam satu kali proses produksi dan bunga modal. Untuk lebih jelasnya mengenai biaya tetap dapat di lihat pada tabel 3. Besarnya biaya tetap dalam usaha pembenihan Ikan Nilem pada Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu selama satu kali proses produksi (7 hari) ini adalah sebesar Rp. 25.291,86 angka ini diperoleh dari pajak lahan yang dibayar selama proses produksi berlangsung yaitu sebesar Rp. 92,50, penyusutan induk Ikan Nilem (jantan dan betina) sebesar Rp. 11.412,50, penyusutan alat sebesar Rp. 12.476,04, iuran wajib anggota sebesar
Rp. 1.250 per satu kali proses produksi dan bunga modal tetap (0,25%) sebesar Rp.60,82. Tabel 8. Biaya Tetap Usaha Pembenihan Ikan Nilem untuk Satu Kali Proses Produksi (7 hari) pada Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu Nilai No Jenis Biaya (Rp/periode produksi) 1 Pajak lahan 92,50 2 Penyusutan : a. Induk 11.412,50 b. Alat 12.476,04 3 Iuran wajib 1.250,00 4 Bunga modal tetap (0,25%) 60,82 Jumlah Rp. 25.291,86 Sumber : Data Primer Diolah, 2013
b) Biaya Variabel Biaya variabel yang dikeluarkan terdiri dari pakan (ganggang dan dedak halus) dan bunga modal. Biaya variabel untuk satu kali proses produksi (7 hari) pada Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya Variabel Usaha Pembenihan Ikan Nilem untuk Satu Kali Proses Produksi (7 hari) pada Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu Nilai No Jenis Biaya (Rp/periode produksi) 1 Pakan : a. Ganggang 40.000,00 b. Dedak Halus 18.750,00 2 Tenaga kerja 30.000,00 3 Bunga modal variabel (0,25%) 221,88 Jumlah Rp. 88.971,88 Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Pada Tabel 9 menunjukan bahwa biaya variabel yang dikeluarkan oleh Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu dalam satu kali proses produksi (7hari) untuk usaha pembenihan Ikan Nilem sebesar Rp. 58.750 untuk pakan, tenaga kerja Rp. 30.000 dan bunga modal variabel (0,25%) sebesar Rp. 21,88. 2.
Penerimaan Penerimaan dari usaha pembenihan Ikan Nilem berupa penjualan benih berukuran
satu cm (lempung) dengan memakai cangkir sebagai takarannya. Untuk penerimaan benih dalam satu kali proses produksi (7 hari) yang diterima anggota Unit Pembenih
Rakyat (UPR) Mekar Saluyu diperoleh dari hasil kali antara jumlah produk sebanyak 74,50 dengan harga jual Rp. 7.500/cangkir, maka penerimaannya sebesar Rp. 558.750. 3.
Pendapatan Pendapatan yaitu selisih dari penerimaan dengan biaya total. Besarnya pendapatan
yang diperoleh dalam usaha pembenihan Ikan Nilem didapat dari jumlah penerimaan dengan biaya total. Maka dapat diketahui besarnya pendapatan yang diperoleh anggota Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu selama satu kali proses produksi yaitu sebesar Rp. 444.486,26. 4.
Analisis R/C Abas Tjakrawiralaksana (1983) menyatakan, bahwa semakin tinggi rasio
penerimaan yang diterima Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu responden maka usahanya tersebut semakin menguntungkan. Analisis usaha ini digunakan untuk melihat kelayakan sebuah usaha yang akan dijalankan atau dikembangkan. Untuk mengetahui penerimaan, pendapatan dan R/C Ratio dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 menunjukan bahwa nilai R/C Ratio yang diperoleh Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu dari penjualan larva dan penjualan induk sebesar 4,79 ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan sebesar empat koma tujuh puluh sembilan rupiah. Berdasarkan hasil analisis usaha, pembenihan Ikan Nilem dilakukan oleh Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu ini layak untuk diusahakan. Tabel 10. Penerimaan, pendapatan dan R/C Ratio Usaha Pembenihan Ikan Nilem dalam Satu Kali Prose Produksi (7 hari). Nilai No Uraian (Rp/Periode Produksi) 558.750,00 1 Penerimaan 2 Biaya Total 114.263,74 3 Pendapatan 444.486,26 4,79 4 R/C Sumber : Data Primer Diolah, 2013
5.
Analisis Titik Impas (Break Event Point/BEP) Dalam suatu usaha kegiatan produksi harus diketahui pada titik mana usaha
tersebut mencapai titik impas suatu usaha, sebab hal ini akan dapat menentukan posisi usaha yang dijalankan. Selain itu, juga dapat dijadikan sebagai alat informasi tentang
kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan, untuk mengetahui hal tersebut maka dapat digunakan analisis titik impas. Analisis titik impas dapat digunakan untuk mengetahui pada nilai penjualan dan volume penjualan berapa kegiatan usaha tersebut tidak dapat memperoleh keuntungan atau tidak menderita kerugian. Apabila nilai penjualan dan volume produksi lebih besar dari nilai penjualan dan volume produksi impas, maka usaha tersebut dalam keadaan untung dan layak untuk diusahakan, tetapi apabila terjadi sebaliknya, maka usaha tersebut dalam keadaan rugi, sehingga Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu tersebut harus cepat mengambil keputusan untuk menghentikan usaha dengan merubah kebijakankebijakan yang telah diambil. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui bahwa Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu dalam keadaan impas pada nilai penjualan sebesar Rp. 30.081,92 dengan volume produksi sebanyak 4 cangkir. Penerimaan dan Biaya
R Biaya Total
BEP
30.081,92 Biaya Variabel
Biaya tetap
0
4 Gambar 4. Kurva Titik Impas Usaha Pembenihan Ikan Nilem
Volume Penjualan
Dengan demikian, apabila UPR Mekar Saluyu berada dibawah nilai titik impas tersebut maka UPR Mekar Saluyu ini tidak akan mendapat keuntungan atau mengalami kerugian.
6. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya perubahan titik impas yang diakibatkan oleh adanya perubahan harga jual dan biaya. Bila dilihat dari perubahan pada tahun 2011 ternyata perubahan harga mencapai 20 persen. Perubahan harga ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam melihat analisis kepekaan. Untuk Unit Pembenih Rakyat (UPR) nilem Mekar Saluyu dengan perubahan harga 20 persen dan perubahan biaya variabel 5 persen. a.
Perubahan Harga Jual Harga jual produk akan mempengaruhi keadaan titik impas suatu usaha. Bila terjadi
kemungkinan naik atau turunnya harga jual (elemen biaya berubah), maka titik impas akan bergeser. Apabila perubahan sebesar 20 persen dari harga jual semula, maka akan terjadi berbagai kemungkinan. Untuk melihat perubahan tersebut dapat dilihat dalam tabel 12. Tabel 11. Perubahan Titik Impas Akibat Perubahan Harga Jual Benih Ikan Nilem. Harga Jual Semula (Rp) 7.500
Perubahan Harga Jual (Rp) 6.000 (turun 20%) 9.000 (naik 20%)
Titik Impas Semula
Perubahan Titik Impas
Rp. 30.081,92 4 cangkir
Rp. 31.577,02 (4,97%) 5 cangkir Rp. 29.161,430 (3,06%) 3 cangkir
Penurunan harga jual sebesar 20 persen menyebabkan terjadinya pergeseran titik impas ke sebelah kanan menjadi 4,97 persen menjadi Rp. 31.577,02 (5 cangkir) dari titik impas semula, sehingga keadaan titik impas akan dicapai pada jumlah produk yang lebih banyak. Kenaikan harga jual sebesar 20 persen menyebabkan terjadinya pergeseran titik impas ke sebelah kiri 3,06 persen menjadi Rp. 29.161,43 (3 cangkir) dari titik impas semula. Hal ini menunjukkan semakin tinggi harga jual benih Ikan Nilem, maka akan mempunyai efek yang menguntungkan, karena titik impasnya turun yang berarti untuk mencapai titik impas yang cukup diperlukan jumlah produk yang lebih kecil. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Penerimaan dan Biaya
R R2
R1
Biaya Total BEP2 31.577,02 30.081,92
BEP1 BEP
29.161,43
Biaya Variabel
Biaya tetap
25.291,86
0
3
4
5
Volume Penjualan
Gambar 5. Pergeseran Titik Impas Akibat Perubahan Harga Jual Benih Ikan Nilem
b.
Perubahan Biaya Situasi pasar maupun keadaan iklim dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada
faktor β faktor produksi pertanian. Hal ini dapat menimbulkan perubahan pada struktur biaya produksi terutama biaya variabel. Apabila perubahan biaya variabel yaitu pakan (ganggang dan dedak halus) sebesar 5 persen (elemen harga jual dan biaya tetap konstan), maka akan terjadi kemungkinan perubahan titik impas. Perubahan ini dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Perubahan Titik Impas Akibat Perubahan Biaya Variabel Bibit Ikan Nilem Biaya Variabel Semula (Rp) 88.971,88
Perubahan Biaya Variabel (Rp)
84.523,29 (turun 5%) 118.712,33 (naik 5%)
Titik Impas Semula
Rp. 30.081,92 4 cangkir
Perubahan Titik Impas Rp. 29.799,73 (turun 0,94%) 3 cangkir Rp. . 30.369,50 (naik 0,95%) 4 cangkir
Perubahan biaya variabel ini akan menggeser garis biaya total kesebelah kiri apabila biaya variabel naik dan kesebelah kanan apabila biaya variabel turun. Bergesernya garis biaya total akan mengubah pula letak titik impas. Dalam hal ini penurunan biaya variabel sebesar 5 persen mengakibatkan terjadinya penurunan titik impas sebesar 0,94 persen menjadi Rp. 29.799,73 (3 cangkir). Kenaikan biaya variabel sebesar 5 persen tidak mengakibatkan terjadinya pergeseran titik impas dikarenakan volume produksi yang dihasilkan berada di titik impas yaitu 4 cangkir. Dengan demikian kenaikan biaya variabel lebih sensitif daripada penurunannya. Untuk lebih jelasnya pergeseran titik impas akibat dari perubahan biaya variabel dapat dilihat pada Gambar 6. Penerimaan
BEP2 R BEP
Biaya Total2
30.369,50 30.081,92 29.799,73
Biaya Total Biaya Total1 BEP1
Biaya Variabel
Biaya tetap
25.291,86
Volume Penjualan 0
3
4
Gambar 6. Pergeseran Titik Impas Akibat Perubahan Biaya Variabel Pakan Ikan Nilem
Prospek Pasar Benih Ikan Nilem Hampir setiap bulan benih Ikan Nilem belum dapat memenuhi permintaan konsumen. Untuk pendederan Ikan Nilem yang berukuran 2-3 cm sebanyak 10 ton per bulan, ternyata kelompok pembudidaya Ikan Nilem ini hanya dapat memproduksi 4 ton (40 persen) dari jumlah total permintaan selama satu bulan. Istilahnya berapapun Ikan Nilem yang dimiliki oleh pembenih, maka konsumen siap untuk membelinya. Ikan Nilem kebanyakan dikonsumsi untuk rumah makan di Bandung dan Jakarta atau dipelihara lagi di kolam pembesaran. Permintaan masyarakat terhadap ikan nilem semakin meningkat, karena Ikan Nilem ini banyak diolah menjadi makanan yang nikmat seperti baby fish, pindang, telurnya diolah menjadi pepes dan untuk terapi. Ikan nilem ini dipilih untuk terapi karena ikan ini tidak galak, jinak bisa bersahabat dengan manusia dan bisa ditebar di kolam secara masal. Manfaat dari terapi ini diantaranya menghilangkan jaringan kulit mati, memperhalus kulit, menghilangkan kulit pecah-pecah di kaki (rorombeheun dalam bahasa sunda), melancarkan darah, dan manfaat yang lainnya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Secara umum teknis pembenihan Ikan Nilem yang dilaksanakan oleh Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Mekar Saluyu menggunakan teknik atau cara galunggung.
2.
Hasil analisis kelayakan dengan menggunakan R/C menunjukan bahwa R/C usaha pembenihan Ikan Nilem 4,79, sehingga dilihat dari analisis tersebut usaha pembenihan Ikan Nilem ini layak untuk diusahakan. Sedangkan titik impas volume produksi dan titik impas nilai penjualan usaha pembenihan Ikan Nilem yang dilakukan oleh Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu sebesar Rp. 30.081,92 dengan volume produksi sebanyak 4 cangkir. Berdasarkan penelitian yang paling sensitif pengaruhnya adalah penurunan harga output (penurunan harga jual) dibandingkan dengan kenaikan atau penurunan harga input.
3.
Prospek pasar benih Ikan Nilem masih menunjukkan prospek yang cerah. Produksi benih Ikan Nilem yang dihasilkan oleh Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu mencapai 50 persen dari total permintaan selama satu bulan.
Saran Berdasarkan hasil kesimpulan, maka saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Dalam upaya mengembangkan usaha pembenihan Ikan Nilem di Desa Mekarjaya, disarankan untuk mengembangkan skala usahanya menjadi lebih besar dengan memperluas atau memperbanyak lahan kolam pembenihan Unit Pembenih Rakyat (UPR) Mekar Saluyu sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen. Hal ini dapat meningkatkan keuntungan dan mencapai visi yang telah dibuatnya yaitu menjadi produsen benih Ikan Nilem terbesar di Jawa Barat dengan kualitas unggul. Apalagi permintaan terhadap komoditi ini semakin meningkat dan pangsa pasarnya sudah jelas. Sehingga diharapkan Ikan Nilem dapat lebih dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia seperti ikan mas dan ikan-ikan populer lainnya. DAFTAR PUSTAKA Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan. 2012. Data Produksi Ikan Nilem di Kabupaten Tasikmalaya. Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya. Husein. 2002. Budidaya Ikan di Pekarangan. Priangan. Jawa Barat. Ika Gartika. 2007. Optimalisasi Penggunaaan Input dan Analisis Finansial Pada Usaha Pendederan Ikan Nilem di Desa Rancapaku Kecamatan Padakembang Kabupaten Tasikmalaya. Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor. Kabar Priangan. 2013. Nilem, Bukan Sekedar Penyeimbang Ekosistem. (http://www.kabar-priangan.com/news/detail/8713). (21April 2013) Ken Suratiyah. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Nugroho. E dan Kristanto. A 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 12. Erlangga. Jakarta. Sapto Ciptanto. 2010. Top 10 Ikan Air Tawar. Lily Publisher. Yogyakarta. Soekartawi. 1995. Ilmu Usahatani. UI-Press. Jakarta. Sona Eka Sanjaya. 2011. Pembenihan Ikan Nilem di Balai Benih Ikan Bayongbong Garut, Jawa Barat. Teknologi Produksi dan Pengembangan Masyarakat Pertanian, Program Diploma IPB Bogor.