MANAJEMEN RISIKO DALAM USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei), STUDI KASUS DI PT. SURI TANI PEMUKA, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN
SKRIPSI
ANA LESTARI H34066011
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN ANA LESTARI, H34066011, 2009. Manajemen Risiko Dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), Studi Kasus di PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI). Udang sebagai salah satu komoditas perikanan yang harus ditingkatkan produksinya merupakan andalan ekspor hasil perikanan Indonesia. Usaha budidaya udang mempunyai backward dan forward linkage yang cukup luas bagi aktivitas ekonomi masyarakat. Salah satu jenis udang yang dapat dibudidayakan di Indonesia adalah udang vannamei (Litopenaeus vannamei). Udang vannamei adalah komoditas baru yang merupakan udang introduksi. Udang ini tergolong mudah untuk dibudidayakan sehingga membuat para penambak udang di tanah air beberapa tahun terakhir banyak yang mengusahakannya. Oleh karena itu, dengan meningkatnya jumlah petambak yang mengusahakan budidaya udang vannamei mengakibatkan kebutuhan akan benih udang vannamei meningkat pula. Hal ini menjadi peluang utama untuk usaha pembenihan udang vannamei. Selain adanya peluang yang masih terbuka lebar untuk usaha pembenihan udang vannamei, usaha pembenihan udang vannamei seringkali dihadapkan pada berbagai risiko. Risiko yang dihadapi dalam usaha pembenihan udang dapat disebabkan oleh risiko operasional maupun risiko pasar. Risiko operasional biasanya terjadi pada kegiatan produksi yang disebabkan oleh cuaca, adanya berbagai penyakit yang menyerang benih udang vannamei dan induk penjenis udang vannamei yang harus diimpor dari negara asalnya. Adanya beberapa faktor sumber risiko operasional ini menyebabkan adanya fluktuasi produksi benih udang vannamei. Risiko pasar pada usaha pembenihan udang vannamei pada umumnya disebabkan oleh fluktuasi harga yang relatif tajam. Fluktuasi harga jual benih udang vannamei sangat berpeluang terjadi. Hal ini disebabkan karena udang vannamei merupakan komoditi baru yang sedang merintis pasar dan baru dikenal oleh konsumen. Fluktuasi harga yang cukup mencolok umumnya terjadi di pasar domestik. PT. Suri Tani Pemuka merupakan salah satu perusahaan yang mengusahakan pembenihan udang vannamei yang melakukan usahanya di daerah Bali, Kalimantan dan Serang. Menghadapi permasalahan yang disebabkan karena adanya risiko dalam pembenihan udang vannamei lantas tidak membuat PT. Suri Tani Pemuka berhenti berproduksi tetapi tetap mampu bertahan dalam dunia usaha. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari manajemen risiko PT. Suri Tani Pemuka dalam mengendalikan sumber-sumber risiko yang dihadapi baik risiko operasional maupun pasar yang di dalamnya terdapat tujuan khusus yaitu mengidentifikasi sumber-sumber risiko operasional dan pasar yang dihadapi oleh PT. Suri Tani Pemuka dan menganalisis tingkat dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko pada kegiatan pembenihan udang vannamei terhadap PT. Suri Tani Pemuka. Analisis awal yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi sumbersumber risiko apa saja yang sering terjadi di perusahaan. Analisis dilanjutkan
dengan mengklasifikasikan sumber risiko ke dalam peta risiko untuk mengetahui seberapa krusial sumber risiko yang terdapat dalam perusahaan tersebut. Analisis lain yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka. Analisis ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif melalui observasi, wawancara dan diskusi dengan pihak perusahaan mengenai manajemen risiko yang telah diterapkan perusahaan. Analisis yang dilakukan selanjutnya adalah analisis probabilitas dan dampak dari risiko produksi naupli, produksi benur, risiko derajat kelangsungan hidup benur dan risiko penerimaan yang dialami perusahaan. Pengukuran probabilitas atau kemungkinan terjadinya kerugian dapat dilakukan dengan analisis nilai standar atau dikenal dengan analisis z-score. Pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Analisis dilakukan menggunakan data produksi dan harga benur udang vannamei di PT. Suri Tani Pemuka selama tahun 2008. Sumber-sumber risiko yang ada di PT. Suri Tani Pemuka dalam kegiatan pembenihan udang vannamei dapat diklasifikasikan ke dalam empat kuadran risiko berdasarkan tingkat kemungkinan terjadinya dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Sumber risiko yang dianggap oleh PT. Suri Tani Pemuka memiliki kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan jika risiko tersebut terjadi juga besar adalah risiko timbulnya penyakit serta risiko yang terjadi karena tingginya tingkat mortalitas benih udang vannamei. Sumber risiko yang kemungkinan terjadinya kecil akan tetapi dampak yang disebabkan oleh jenis risiko ini besar adalah risiko pada kegiatan pengadaan induk. Risiko yang kemungkinan terjadinya besar akan tetapi dampak yang ditimbulkan oleh risiko ini kecil adalah risiko yang terjadi akibat adanya fluktuasi harga induk, pakan dan benih. Sumber risiko yang kemungkinan terjadinya kecil dan dampak yang disebabkan oleh risiko ini kecil pula adalah risiko yang disebabkan oleh cuaca dan kerusakan peralatan teknis. Strategi preventif risiko dilakukan PT. Suri Tani Pemuka untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko. Kuadran yang dapat ditangani dengan strategi preventif adalah risiko yang terdapat pada kuadran 1 dan 3 yaitu dengan melakukan persiapan bak pemeliharaan, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan dan pengepakan benur serta pelatihan sumber daya manusia serta dengan melakukan kontrak pembelian dengan pihak pemasok pakan. Strategi mitigasi risiko dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka untuk menangani risiko pada kuadran 2 melalui kegiatan pengendalian penyakit dan kegiatan pengadaan dan perlakuan induk yang tepat dengan karakteristik induk udang vannamei. Tingkat probabilitas risiko terbesar pada kegiatan produksi terletak pada kegiatan produksi benur yaitu sebesar 22,10 persen. Sedangkan probabilitas risiko pada penerimaan adalah sebesar 34,10 persen. Dampak atau kerugian terbesar terjadi pada risiko survival rate (derajat kelangsungan hidup) benur yaitu sebesar Rp 53.260.994. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa risiko penurunan derajat kelangsungan hidup berada pada kuadran 2. Risiko produksi benur dan risiko penerimaan terdapat pada kuadran 3 dan risiko produksi naupli berada pada kuadran 4, sedangkan untuk kuadran 1 tidak terisi risiko.
MANAJEMEN RISIKO DALAM USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei), STUDI KASUS DI PT. SURI TANI PEMUKA, KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN
ANA LESTARI H34066011
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul Skripsi : Manajemen Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), Studi Kasus di PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten Nama : Ana Lestari NRP
: H34066011
Disetujui, Pembimbing
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131415082
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131415082
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Manajemen Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), Studi Kasus di PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2009
Ana Lestari H34066011
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bangka pada tanggal 26 September 1985. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Juanto Sutrisno dan Ibunda Martinah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 447 Parit Tiga Jebus Bangka pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTPN 1 Jebus Bangka. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Diponegoro 01 Jakarta diselesaikan pada tahun 2003. Penulis diterima di program Diploma III pada program studi Manajer Alat dan Mesin Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003. Pendidikan Diploma diselesaikan penulis pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan
pada
program sarjana
penyelenggaraan khusus
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Manajemen Risiko dalam Usaha Pembenihan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), Studi Kasus di PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten . Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari manajemen risiko di PT. Suri Tani Pemuka dalam mengendalikan sumber-sumber risiko yang dihadapi baik dalam aspek teknis maupun aspek ekonomis dalam kegiatan pembenihan udang vannamei. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2009 Ana Lestari
UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1.
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2.
Dr. Ir. Anna Farianti, MS selaku dosen evaluator sekaligus dosen penguji skripsi yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.
3.
Rahmat Yanuar, SP, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4.
Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini menjadi persembahan yang terbaik.
5.
Pihak PT. Suri Tani Pemuka atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.
6.
Firman Kamil selaku pembahas dalam seminar atas saran dan masukan yang telah diberikan untuk membangun skripsi ini.
7.
Teman-teman seperjuangan dan teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan 1 atas semangat selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Bogor, Mei 2009 Ana Lestari
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
v
I.
PENDAHULUAN ...................................................................... 1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1.2. Perumusan Masalah .............................................................. 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 1.4. Kegunaan Penelitian ............................................................. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................
1 1 5 8 8 8
II.
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 2.1. Karakteristik Udang Vannamei ............................................. 2.2. Pembenihan Udang Vannamei .............................................. 2.3. Risiko dalam Pembenihan Udang Vannamei .........................
9 9 11 13
III.
KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................ 3.1.1. Manajemen Risiko ....................................................... 3.1.2. Definisi dan Konsep Risiko ......................................... 3.1.3. Klasifikasi Risiko ........................................................ 3.1.4. Pengukuran Risiko ....................................................... 3.1.5. Konsep Penanganan Risiko .......................................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ..........................................
18 18 18 19 21 23 25 26
IV.
METODE PENELITIAN .......................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 4.2. Data dan Sumber Data .......................................................... 4.3. Metode Pengumpulan Data ................................................... 4.4. Metode Pengolahan Data ...................................................... 4.4.1. Analisis Deskriptif ....................................................... 4.4.2. Pengukuran Kemungkinan Terjadinya Risiko (Probabilitas) ....................................................................... 4.4.3. Pengukuran Dampak Risiko ......................................... 4.4.4. Pemetaan Risiko .......................................................... 4.4.5. Penanganan Risiko ......................................................
30 30 30 31 31 31
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................... 5.1. Profil Perusahaan .................................................................. 5.2. Lokasi Perusahaan ................................................................ 5.3. Produk-Produk yang Dihasilkan Perusahaan ......................... 5.4. Proses Budidaya ................................................................... 5.5. Fasilitas Pada Proses Pembenihan .........................................
38 38 40 41 43 47
V.
31 33 34 35
i
VI.
ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PENERIMAAN BENIH UDANG VANNAMEI ............................................................... 6.1. Sumber-Sumber Risiko Pada Usaha Pembenihan Udang Vannamei ............................................................................. 6.2. Strategi Penanganan Risiko di PT. Suri Tani Pemuka ........... 6.3. Analisis Probabilitas Risiko Produksi dan Penerimaan .......... 6.4. Analisis Dampak Risiko Produksi ......................................... 6.5. Pemetaan Risiko ................................................................... 6.6. Penanganan Risiko Produksi ..................................................
49 55 66 70 73 75
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 7.1. Kesimpulan ........................................................................... 7.2. Saran ....................................................................................
80 80 81
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
82
LAMPIRAN ..........................................................................................
83
VII.
49
ii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Perkembangan Volume Ekspor Udang Indonesia 2000-2006 .......
1
2.
Perkembangan Nilai Ekspor Udang Indonesia 2000-2006 ............
2
3.
Volume Pasokan Eksportir Utama Udang ke Pasar Amerika ........
4
4.
Hasil Identifikasi Sumber dan Penanganan Risiko .......................
65
5.
Perbandingan Tingkat Probabilitas Sumber Risiko .......................
67
6.
Perbandingan Dampak Terjadinya Risiko Terhadap Perusahaan ..
72
7.
Status Risiko ...............................................................................
73
iii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Matriks Frekuensi dan Signifikansi ..............................................
25
2.
Kerangka Pemikiran Operasional .................................................
29
3.
Peta Risiko Menurut Kountur (2008) ............................................
34
4.
Preventif Risiko ...........................................................................
35
5.
Mitigasi Risiko ............................................................................
36
6.
Alternatif Strategi Menghadapi Risiko .........................................
37
7.
Peta Hasil Identifikasi Sumber Risiko ..........................................
54
8.
Strategi Preventif Risiko PT. Suri Tani Pemuka ............................
62
9.
Strategi Mitigasi Risiko PT. Suri Tani Pemuka ............................
63
10. Alternatif Strategi Penanganan Risiko oleh PT. Suri Tani Pemuka ...
64
11. Grafik Produksi Naupli, Produksi Benur, Survival Rate, dan Penerimaan ..................................................................................
66
12. Hasil Pemetaan Risiko .................................................................
75
13. Preventif risiko Produksi dan Penerimaan .....................................
76
14. Mitigasi Risiko Produksi dan Penerimaan .....................................
78
15. Alternatif Strategi Menghadapi Risiko Produksi dan Penerimaan..
79
iv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Perhitungan Probabilitas Risiko Produksi Naupli .........................
84
2.
Perhitungan Probabilitas Risiko Produksi Benur ..........................
85
3.
Perhitungan Probabilitas Risiko Survival Rate .............................
86
4.
Perhitungan Probabilitas Risiko Pada Penerimaan .......................
87
5.
Perhitungan Dampak Risiko Produksi Naupli ..............................
87
6.
Perhitungan Dampak Risiko Produksi Benur ...............................
88
7.
Perhitungan Dampak Risiko Survival Rate ..................................
88
8.
Perhitungan Dampak Risiko Pada Penerimaan .............................
89
v
I. 1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang sangat penting untuk
meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Sektor perikanan melalui komoditas-komoditas yang dihasilkannya merupakan sumber devisa negara dan memiliki potensi yang sangat
besar untuk meningkatkan pertumbuhan
perekonomian. Beberapa produk perikanan Indonesia merupakan produk-produk andalan ekspor. Upaya pengembangan produk perikanan diharapkan dapat meningkatkan stabilitas ekonomi. Potensi perikanan kemudian menjadi salah satu program revitalisasi pertanian yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Program revitalisasi yang akan dikembangkan mencakup revitalisasi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang ada berupa berbagai kegiatan usaha di bidang penangkapan ikan dan budidaya. Komoditas yang difokuskan dalam kegiatan ini serta yang dianggap mampu menciptakan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru dan mempunyai prospek yang baik adalah tuna, udang dan rumput laut. Udang sebagai salah satu komoditas perikanan yang harus ditingkatkan produksinya merupakan andalan ekspor hasil perikanan Indonesia. Usaha budidaya udang mempunyai backward dan forward linkage yang cukup luas bagi aktivitas ekonomi masyarakat. Tabel 1 menunjukkan perkembangan volume ekspor Indonesia. Tabel 1. Perkembangan Volume Ekspor Udang Indonesia 2000-2006 (Persen) Negara tujuan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Jepang
61,36
62,21
64,39
56,92
39,88 37,16
34,40
AS
18,40
16,86
18,18
20,70
38,53 40,91
41,64
UE
20,24
20,93
17,43
25,58
21,59 21,93
23,96
Sumber: Ditjen P2HP dalam Trobos edisi Januari 2008 Dipilihnya udang sebagai andalan utama penghasil devisa sangat beralasan. Indonesia mempunyai luas lahan budidaya yang potensial untuk udang, yaitu mencapai 866.550 hektar, dan sampai tahun 1999 tambak yang dibangun baru seluas 344.759 hektar yang berarti tingkat pemanfaatannya baru mencapai
39,7 persen saja1. Sementara itu potensi penangkapan udang di laut diperkirakan 74.000 ton/tahun dan telah dimanfaatkan sekitar 70.000 ton per tahun. Ini berarti tingkat pemanfaatannya sudah mencapai 95 persen. Oleh karena itu yang perlu ditingkatkan sebagai andalan utama adalah udang hasil pemeliharaan di tambaktambak budidaya. Pada tahun 2007, pemerintah mematok target produksi udang sebesar 410 ribu ton. Departemen Kelautan dan Perikanan mengestimasi jumlah benur yang dibutuhkan sebanyak 40,465 juta ekor untuk bisa menghasilkan udang sebanyak itu. Induk udang yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan jumlah benur tersebut, diperlukan tak kurang dari 337.208 ekor.2 Secara umum, Indonesia mempunyai peluang yang sangat baik untuk memposisikan diri sebagai salah satu produsen dan eksportir utama produk perikanan, terutama udang. Tabel 2 menunjukkan perkembangan nilai ekspor udang Indonesia. Kenyataan ini bertitik tolak dari besarnya permintaan produk perikanan berupa udang, baik di pasar domestik maupun pasar ekspor yang terus meningkat sebagai akibat dari bergesernya selera konsumen dari red meat (daging merah dari ternak ruminansia seperti sapi) ke white meat (udang atau ikan). Pergeseran ini dipicu terutama oleh merebaknya berbagai penyakit ternak seperti penyakit mulut dan kuku dan penyakit sapi gila. Tabel 2. Perkembangan Nilai Ekspor Udang Indonesia 2000-2006 (Persen) Negara tujuan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Jepang
67,79
67,92
66,17
62,51
48,69
43,40
40,60
AS
18,84
17,35
17,91
20,69
34,78
38,09
40,43
UE
13,37
14,73
15,92
16,80
16,53
18,51
18,97
Sumber: Ditjen P2HP dalam Trobos edisi Januari 2008 Salah satu jenis udang yang dapat dibudidayakan di Indonesia adalah udang
vannamei
(Litopenaeus
vannamei).
Saat
ini,
pembenihan
dan
pembudidayaan udang vannamei sudah sangat luas. Udang vannamei memberikan dampak yang sangat baik bagi perkembangan komoditas udang tambak Indonesia. 1
www. ptppa.com/detilnews.asp?id=3430&kode=8-15k-. Lampung Butuh Pengolah Udang. Diakses tanggal 29 Desember 2008 2 Sl-paciran.apsidoarjo.ac.id/index.php?&task=view&id=3&itemid=9-chached. DKP Kembangkan Udang Vaname untuk Ekspor. Diakses tanggal 10 Januari 2009.
2
Udang vannamei adalah komoditas baru yang merupakan udang introduksi. Udang ini tergolong mudah untuk dibudidayakan sehingga membuat para penambak udang di tanah air
beberapa
tahun terakhir
banyak
yang
mengusahakannya 3 . Saat ini budidaya udang vannamei banyak digeluti oleh petambak di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB), serta beberapa daerah di Sulawesi. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri lebih dari 13.000 pulau dan memiliki lebih dari satu milyar hektar pantai. Sebagai negara yang terletak di garis khatulistiwa Indonesia memiliki 12 bulan penuh musim pertumbuhan untuk udang laut. Karena kondisi demikian, Indonesia memiliki potensi yang lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lainnya untuk pengembangbiakan udang laut termasuk udang vannamei yang keberadaannya didatangkan dari negara lain. Daya tarik udang vannamei terletak pada ketahanannya terhadap penyakit dan tingkat produktivitasnya yang tinggi dibandingkan dengan udang windu. Udang vannamei sangat memungkinkan untuk dipelihara di tambak dengan kondisi padat tebar yang tinggi karena mampu memanfaatkan pakan dan ruang secara lebih efisien. Selain itu, udang vannamei juga dapat matang gonad di dalam tambak sehingga mudah dalam penyiapan bakal induk untuk usaha pembenihan. Melalui SK Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 41/2001 pemerintah secara resmi melepas udang vannamei sebagai varietas unggul untuk dibudidayakan petambak di Indonesia. Udang vannamei dijadikan varietas unggul dikarenakan memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah lebih tahan terhadap penyakit, tumbuh lebih cepat, tahan terhadap fluktuasi kondisi lingkungan, waktu pemeliharaan yang relatif pendek, tingkat survival rate (SR) atau derajat kelangsungan hidupnya tergolong tinggi dan hemat pakan (Amri dan Kanna, 2008). Upaya dalam peningkatan produksi udang dilakukan pemerintah melalui peluncuran kebijakan pada tahun 2003 berupa revitalisasi tambak udang dan pembukaan tambak udang baru pada lahan marjinal dan sawah non irigasi teknis. Sesuai tata laksana pengelolaan perikanan dunia yang dituangkan pada kode etik 3
www.trobos.com. Volume Ekspor Meningkat. Diakses tanggal 8 Januari 2009.
3
perikanan yang bertanggung jawab, maka seluruh upaya revitalisasi dan pengembangan budi daya udang didasarkan pada konsep pengembangan kawasan budi daya udang berkelanjutan. Hal ini dilakukan dengan penerapan teknologi yang didasarkan pada daya dukung dan pengendalian lingkungan (Amri dan Kanna, 2008). Sejak tahun 2001 pasokan udang vannamei mulai membanjiri pasar udang dunia. Hampir semua Negara penghasil udang menjadi penyumbang udang vannamei ke pasar dunia. Indonesia diperkirakan memasok udang vannamei untuk pasar dunia sekitar 10 persen dari produksi total dunia 4 . Dari segi persaingan, udang vannamei Indonesia memiliki peluang yang cukup baik di pasar ekspor karena pesaing utamanya hanya dua Negara yaitu Cina dan Ekuador. Tabel 3 menunjukkan posisi Indonesia sebagai salah satu eksportir utama udang ke pasar Amerika. Tabel 3. Volume Pasokan Eksportir Utama Udang ke Pasar Amerika (Persen) Negara Tahun 2002 2003* Thailand
30,20
28,82
Cina
13,00
17,16
Vietnam
11,73
12,68
India
11,61
9,95
Ekuador
7,80
7,46
Meksiko
6,38
5,53
Brasil
4,65
5,02
Indonesia
4,58
4,88
Venezuela
2,71
2,23
Honduras
2,57
1,99
Guyana
2,53
2,47
Bangladesh
2,24
1,81
Sumber: National Marine Fieheris Services dalam Amri dan Kanna, 2008 *s/d November
4
www.riaupos.com. Kompetisi Tak Ketat, Ekspor Udang Cerah. Diakses tanggal 15 Januari 2009
4
Selain pasar ekspor, pasar domestik juga merupakan pasar yang menjanjikan bagi udang vannamei. Penduduk Indonesia saat ini dengan populasi lebih dari 200 juta jiwa merupakan pasar yang potensial. Jika sekitar 10 persen saja dari penduduk makan udang, dimana setiap orang mengkonsumsi sekitar 0,5 kg per bulan, maka jumlah udang yang dibutuhkan adalah 10.000 ton per bulan. Di Indonesia, usaha budidaya udang vannamei sudah banyak dilakukan. Oleh karena itu, dengan meningkatnya jumlah petambak yang mengusahakan budidaya udang vannamei mengakibatkan kebutuhan akan benih udang vannamei meningkat pula. Benih merupakan komponen usaha yang penting dalam kegiatan budidaya udang. Khusus pada udang vannamei, pengadaan benih merupakan kegiatan penting yang harus diperhatikan. Hal ini dikarenakan udang vannamei yang merupakan udang introduksi yang keberadaan induknya harus didatangkan dari negara asalnya Amerika. Kesulitan dalam pengadaan induk udang dan benih udang dari negara asalnya ini menjadi peluang utama untuk dilakukannya usaha pembenihan udang vannamei. Selain adanya peluang yang masih terbuka lebar untuk usaha pembenihan udang vannamei, usaha pembenihan udang vannamei seringkali dihadapkan pada berbagai risiko. Risiko yang dihadapi dalam usaha pembenihan udang dapat disebabkan oleh risiko operasional maupun risiko pasar. PT. Suri Tani Pemuka merupakan salah satu perusahaan yang mengusahakan pembenihan udang vannamei yang melakukan usahanya di daerah Bali, Kalimantan dan Serang. Menghadapi permasalahan yang disebabkan karena adanya risiko dalam pembenihan udang vannamei tidak membuat PT. Suri Tani Pemuka berhenti berproduksi tetapi tetap mampu bertahan dalam dunia usaha. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji dan ditelusuri lebih dalam mengenai strategi perusahaan dalam mengendalikan sumber-sumber yang menyebabkan terjadinya risiko sebagai upaya untuk meminimumkan risiko. Mempelajari manajemen risiko yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka merupakan pengetahuan penting mengenai usaha pembenihan udang. 1.2.
Perumusan Masalah Usaha pengembangan pembenihan udang vaname yang merupakan udang
introduksi kerap dihadapkan pada risiko yang dapat menghambat usaha ini. Risiko yang muncul pada usaha pembenihan udang vannamei dapat disebabkan oleh
5
risiko operasional maupun risiko pasar. Risiko operasional yang menjadi sumber risiko diantaranya adalah faktor cuaca, induk udang yang masih diimpor dari negara asalnya dan adanya penyakit yang menyerang benih udang vannamei. Beberapa faktor ini dapat menyebabkan fluktuasi produksi benih udang vannamei. Faktor risiko yang muncul pada aspek pasar dapat dilihat pada fluktuasi harga benih, induk dan pakan udang vannamei. Fluktuasi harga ini disebabkan karena udang vannamei merupakan udang introduksi. Komoditas udang vannamei merupakan salah satu komoditas baru yang sedang merintis pasar dan baru dikenal konsumen. Harga udang vannamei di pasar dalam negeri berfluktuasi sangat tajam. Harga tertinggi adalah sekitar 70 ribu rupiah per kilogram dan harga terendah pada 32 ribu rupiah per kilogram untuk udang yang berukuran besar. Harga udang vannamei yang berukuran kecil berkisar antara 29 ribu rupiah hingga 22 ribu rupiah per kilogramnya. Fluktuasi harga jual udang vannamei ini mewakili terjadinya fluktuasi harga induk udang vannamei yang dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah serta fluktuasi harga jual benih udang vannamei. 5 PT. Suri Tani Pemuka (STP) merupakan salah satu perusahaan yang mampu memanfaatkan potensi budidaya air di Indonesia. PT. Suri Tani Pemuka berdiri sejak tahun 1987 sebagai salah satu perusahaan tambak udang terintegrasi pertama di Indonesia. Kepemilikan saham PT. Suri Tani Pemuka sepenuhnya oleh Japfa Comfeed Indonesia. Basis utama operasi PT. Suri Tani Pemuka ada di Jawa Timur yang saat ini mengoperasikan tujuh lokasi tambak udang, satu pabrik pakan udang, dua pabrik pakan ikan, dua komplek pemrosesan udang serta ikan dan komplek gudang, dua pabrik pembekuan udang serta tiga buah pembenihan udang. PT. Suri Tani Pemuka secara komersial memproduksi jenis udang Penaeus monodon, Penaeus indicus, Penaeus merguensis dan Litopenaeus vannamei serta Seabass dan Tilapia merah. Hampir 100 persen dari seluruh udang yang dihasilkan PT. Suri Tani Pemuka dibudidayakan untuk keperluan produksi olahan internal. PT. Suri Tani memiliki lebih dari 400 hektar tambak udang di Jawa Timur dan sejak akhir 1995 mulai mengembangkan lahan tambak baru seluas 2.000 hektar di Kalimantan Selatan. Dalam usahanya untuk terus meningkatkan kualitas produksi udangnya, 5
www.trobos.com. Harga Udang Vaname Melemah. 1 Juli 2007. Diakses tanggal 16 Mei 2009.
6
pada tahun 1996 PT. Suri Tani Pemuka telah membangun tambak pembenihan (hatchery). Tambak pembenihan udang ini memproduksi aneka jenis udang untuk menghasilkan benur yang berkualitas tinggi. Tambak pembenihan udang pertama berlokasi di perairan yang masih alami di Bali Utara. Tambak pembenihan saat ini sangat menguntungkan karena memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan benur udang sesuai kebutuhan dan kualitas yang diinginkan oleh pelanggan atau pasar. Konsep pembuatan tambak pembenihan memberikan kontribusi yang positif bagi perusahaan karena benur yang dikelola secara khusus mengurangi angka kematian sehingga dapat menekan biaya dan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Tahun 1997, tambak pembenihan yang lain dibangun di Kalimantan Selatan dan telah beroperasi sejak 1998. Pada tahun 2008 PT. Suri Tani Pemuka menambah tambak benih khusus untuk komoditas udang vannamei di Anyer, Banten. PT. Suri Tani Pemuka mampu memproduksi benur lebih dari 300 juta post larva per tahunnya6. Adanya risiko dalam usaha pembenihan udang vannamei dan kenyataan bahwa PT. Suri Tani Pemuka mampu bertahan dan mengembangkan usahanya menjadi sesuatu yang menarik untuk dipelajari mengenai manajemen risiko yang dilakukan PT. Suri Tani Pemuka. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah bagaimana manajemen risiko perusahaan yang diterapkan oleh PT. Suri Tani Pemuka dalam mengendalikan risiko yang dihadapi baik dari risiko operasional maupun risiko pasar. Secara khusus pertanyaan yang perlu dijawab adalah: 1. Sumber-sumber risiko apa saja yang terdapat pada usaha pembenihan udang vannamei baik pada risiko operasional maupun risiko pasar yang dihadapi PT. Suri Tani Pemuka? 2. Bagaimana tingkat dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumbersumber risiko pada kegiatan pembenihan udang vannamei terhadap PT. Suri Tani Pemuka? 3. Bagaimana strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka untuk mengendalikan risiko dalam kegiatan pembenihan udang vannamei?
6
www.japfacomfeed.co.id. Profile PT. Suri Tani Pemuka. Diakses tanggal 9 Februari 2009
7
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian secara umum
adalah bertujuan untuk mempelajari manajemen risiko PT. Suri Tani Pemuka dalam mengendalikan sumber-sumber risiko yang dihadapi baik dalam risiko operasional maupun risiko pasar yang di dalamnya terdapat tujuan khusus yaitu: 1. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko operasional dan risiko pasar yang dihadapi oleh PT. Suri Tani Pemuka. 2. Menganalisis tingkat dan dampak risiko yang disebabkan oleh sumbersumber risiko pada kegiatan pembenihan udang vaname terhadap PT. Suri Tani Pemuka. 3. Menganalisis strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka untuk mengendalikan risiko dalam kegiatan pembenihan udang vannamei. 1.4.
Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini antara lain:
1. Melatih kemampuan penulis dalam menganalisa masalah berdasarkan fakta dan data yang tersedia yang disesuaikan dengan pengetahuan yang diperoleh selama kuliah. 2. Sebagai bahan masukan bagi yang membutuhkan serta sebagai literatur bagi penelitian selanjutnya. 1.5.
Ruang Lingkup Penelitian
1. Produk yang dikaji pada penelitian ini adalah benih udang vannamei yang dibudidayakan oleh PT. Suri Tani Pemuka. 2. Objek penelitian berupa data primer berupa hasil wawancara dan diskusi langsung di perusahaan dan data sekunder berupa data harga jual dan data produksi benih udang vannamei selama tahun 2008. 3. Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah mengenai analisis manajemen risiko yang diterapkan perusahaan sehingga mampu menghadapi risiko yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko baik dalam aspek teknis maupun aspek ekonomis pada usaha pembenihan udang vannamei.
8
II. 2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Udang Vannamei Karakteristik udang vannamei sangat penting diketahui dalam proses
budidaya. Hal ini untuk tujuan memaksimalkan produksi sehingga peningkatan mutu dan kualitas benih dapat terjaga sebagai usaha meminimalkan tingkat risiko mortalitas benih. Proses budidaya yang telah disesuaikan dengan karakteristik udang dapat dijadikan sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan usaha pembenihan udang vannamei. Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan udang introduksi. Habitat asli udang ini adalah di perairan pantai dan laut Amerika Latin seperti Meksiko, Nikaragua, dan Puerterico. Udang ini kemudian diimpor oleh Negaranegara pembudidaya udang di Asia seperti Cina, India, Thailand, Bangladesh, Vietnam dan Malaysia. Dalam perkembangannya Indonesia juga kemudian memasukkan udang vannamei sebagai salah satu jenis udang budidaya tambak, selain udang windu (Penaeus monodon) dan udang putih/udang jrebung (Penaeus merguiensis) yang sudah terkenal terlebih dahulu (Amri dan Kanna, 2008). Secara internasional, udang vannamei dalam dunia perdagangan dikenal sebagai White leg shrimp atau Western white shrimp atau Pacific white leg shrimp. Secara ilmiah, udang vannamei termasuk golongan crustaceae (udangudangan) dan dikelompokkan sebagai udang laut atau udang penaide bersama dengan udang jenis lainnya (Amri dan Kanna, 2008). Udang vannamei memiliki tubuh yang dibalut kulit tipis keras dari bahan chitin berwarna putih kekuning-kuningan dengan kaki berwarna putih. Tubuh udang vannamei dibagi menjadi dua bagian besar, yakni bagian cepalothorax yang terdiri atas kepala dan dada serta bagian abdomen yang terdiri atas perut dan ekor. Induk betina siap pijah umumnya berukuran 35-40 gram/ekor, sedangkan ukuran siap panen di tambak umur 100 hari (3,5 bulan) adalah 60-80 (60-80 ekor/kg) atau rata-rata ukuran 70 untuk kepadatan tebar 80 ekor PL (post larva) dengan SR (survival rate/derajat kelangsungan hidup) sekitar 80 persen (Amri dan Kanna, 2008). Udang vannamei memiliki karakteristik kultur yang unggul. Berat udang ini dapat bertambah lebih dari tiga gram tiap minggu dalam kultur dengan densitas tinggi
(100 udang/m2). Berat udang dewasa dapat mencapai 20 gram dan diatas berat tersebut udang vannamei tumbuh dengan lambat yaitu sekitar satu gram per minggu. Udang betina tumbuh lebih cepat daripada udang jantan. Udang vannamei memiliki toleransi salinitas yang lebar, yaitu 2-40 ppt, tapi akan tumbuh cepat pada salinitas yang lebih rendah, saat lingkungan dan daerah isoosmotik. Temperatur juga memiliki pengaruh yang besar pada pertumbuhan udang. Udang vannamei akan mati jika hidup pada air dengan suhu dibawah 15 derajat celcius atau diatas 33 derajat celcius selama 24 jam atau lebih. Temperatur yang cocok pada pertumbuhan udang vannamei adalah 23-30 derajat celcius (Amri dan Kanna, 2008). Menurut Lim et al., (1989) dalam Mahendra (2007), perkembangan larva udang penaide terdiri dari beberapa stadia yaitu: 1.
Stadia nauplius Nauplius bersifat planktonik dan phototaksis positif. Udang yang masih
dalam stadia ini belum memerlukan makanan dikarenakan masih memiliki kuning telur. Perkembangan stadia nauplius terdiri dari enam stadium. Nauplius memiliki tiga pasang organ tubuh yaitu antena pertama, antena kedua dan mandible. 2.
Stadia zoea Perubahan bentuk dari nauplius menjadi zoea memerlukan waktu kira-kira
40 jam setelah penetasan. Pada stadia ini larva cepat bertambah besar. Tambahan makanan yang diberikan sangat berperan dan mereka aktif memakan phytoplankton. Stadia akhir zoea juga memakan zooplankton. Zoea sangat sensitif terhadap cahaya yang sangat kuat dan ada juga yang lemah diantara tingkat stadia zoea tersebut. 3.
Stadia mysis Larva mencapai stadia mysis pada hari ke lima setelah penetasan. Larva
pada stadia ini kelihatan lebih dewasa sari dua stadia sebelumnya. Stadia mysis lebih kuat dari stadia zoea dan dapat bertahan dalam penanganan. Stadia mysis memakan phytoplankton dan zooplankton, akan tetapi lebih menyukai zooplankton menjelang stadia mysis akhir.
10
4.
Stadia post larva Perubahan bentuk dari mysis menjadi post larva terjadi pada hari
kesembilan. Stadia post larva mirip dengan udang dewasa, dimana lebih kuat dan lebih dapat bertahan dalam penanganan. Post larva bersifat planktonik, dimana mulai mencari jasad hidup sebagai makan. Dibandingkan dengan udang windu, udang vannamei memiliki ukuran tubuh di bawahnya. Disamping itu, harga jualnya pun relatif lebih murah. Belum adanya aturan yang jelas dalam pembenihan dan pembudidayaan udang vannamei memunculkan kekhawatiran terhadap penurunan mutu benih yang disebabkan oleh kemungkinan terjadinya perkawinan sekerabat. Selain itu, udang vannamei juga rentan terhadap penyakit TSV (Taura Syndrom Virus). Permasalahan lain yang dapat memunculkan risiko adalah karena udang vannamei tidak ada di perairan Indonesia. Maka untuk pengembangbiakannya perlu dilakukan impor induk (Amri dan Kanna, 2008). Udang yang dijadikan sebagai induk sebaiknya bersifat SPF (Spesific Pathogen Free). Udang tersebut dapat dibeli dari jasa penyedia udang induk yang memiliki sertifikat SPF. Keunggulan udang tersebut adalah resistensinya terhadap beberapa penyakit yang biasa menyerang udang, seperti white spot, dan lain-lain. Udang tersebut didapat dari sejumlah besar famili dengan seleksi dari tiap generasi menggunakan kombinasi seleksi famili dan seleksi massa (WFS). Induk udang tersebut adalah keturunan dari kelompok famili yang diseleksi dan memiliki sifat pertumbuhan yang cepat, resisten terhadap TSV dan daya hidup di kolam tinggi (Erwinda, 2008). 2.2.
Pembenihan Udang Vannamei Proses pembenihan yang biasa dilakukan pada pembenihan (hatchery)
udang komersial adalah dengan cara perkawinan alami untuk menghasilkan larva. Keuntungan perkawinan alami dibandingkan dengan inseminasi buatan adalah jumlah naupli yang dihasilkan tiap udang betina sekali bertelur lebih banyak dibandingkan naupli yang dihasilkan dengan metode inseminasi buatan7.
7
www.ptppa.com/detilnews.asp?id=3430&kode=8-15k-. Lampung Butuh Pengolah Udang. Diakses tanggal 9 Desember 2008
11
Induk udang vannamei dikumpulkan dan dipelihara dalam kondisi normal untuk maturasi dan kawin secara alami. Setiap sore dilakukan pemeriksaan untuk melihat udang betina yang sudah kawin akan memperlihatkan adanya spermatophore yang melekat. Saat pagi hari, betina yang ada di dalam tangki peneluran dipindahkan lagi ke dalam tangki maturasi. Dalam waktu 12 sampai 16 jam, telur-telur dalam tangki peneluran akan berkembang menjadi naupli. Ovum pada udang betina biasanya mengalami reabsorbsi tanpa adanya peneluran lagi. Masalah tersebut dapat dikurangi dengan cara ablasi salah satu tangkai mata yang menyediakan hormon yang berfungi sebagai stimulus untuk reabsorbsi ovum. Ablasi dilakukan degan cara membakar, mengeluarkan isi dari salah satu batang mata keluar melalui bola mata dan melukai batang mata dengan gunting. Udang yang akan diablasi dipersiapkan untuk memasuki puncak reproduktif. Jika ablasi dilakukan pada tahap premolting maka akan menyebabkan molting, ablasi segera setelah udang molting dapat menyebabkan kematian dan ablasi selama intermolt menyebabkan perkembangan ovum (Erwinda, 2008). Sistem reproduksi udang vannamei betina terdiri dari sepasang ovarium, oviduk, lubang genital dan thelycum. Organ reproduksi utama dari udang jantan adalah testes, vasa deferensia, petasma dan apendiks maskulina. Prilaku kawin pada udang vannamei dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti temperatur air, kedalaman, intensitas cahaya dan fotoperiodisme. Udang jantan hanya akan kawin dengan udang betina yang memiliki ovarium yang sudah matang. Kontak antena yang dilakukan oleh udang jantan pada udang betina dimaksudkan untuk pengenalan reseptor seksual pada udang (Amri dan Kanna, 2008). Proses kawin alami pada kebanyakan udang biasanya terjadi pada malam hari. Akan tetapi, udang vannamei paling aktif kawin pada saat matahari tenggelam. Spesies udang vannamei memiliki tipe thelycum tertutup sehingga udang tersebut kawin saat udang betina pada tahap Interpol atau setelah maturasi ovarium selesai dan udang akan bertelur dalam satu atau dua jam setelah kawin. Peneluran terjadi pada saat udang betina mengeluarkan telurnya yang sudah matang. Proses tersebut berlangsung kurang lebih selama dua menit. Udang vannamei biasa bertelur pada malam hari atau beberapa jam setelah kawin. Udang
12
betina tersebut harus dikondisikan sendirian agar perilaku kawin alami muncul (Erwinda, 2008). 2.3.
Risiko dalam Pembenihan Udang Vannamei Adanya pertumbuhan budidaya udang lebih menguatkan Indonesia sebagai
salah satu produsen udang dunia. Pertumbuhan ini diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup pembudidaya skala kecil, meningkatkan penerimaan dan devisa negara, mendorong perluasan dan kesempatan kerja, meningkatkan mutu produksi, produktivitas, nilai tambah dan daya saing produk, serta pemanfaatan sumberdaya lahan secara optimal dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya lahan budidaya dan lingkungan hidup. Masuknya
udang
vannamei
ke
Indonesia
berawal
dari kondisi
pembudidayaan udang windu yang mengalami berbagai kesulitan akibat serangan penyakit dan juga kasus tingginya kandungan residu antibiotika dalam tubuh udang yang mengakibatkan terganggunya proses produksi dan pemasaran terutama untuk pasar ekspor. Karena kondisi tersebut belum ditangani secara tuntas, maka banyak pembudidaya yang kemudian beralih ke komoditi lain. Salah satu pilihannya adalah membudidayakan udang vannamei. Namun pada kenyataannya, perkembangan usaha pembenihan udang vannamei tidak luput dari permasalahan yang disebabkan karena terjadinya risiko bisnis. Risiko yang terjadi adalah risiko operasional dan risiko pasar. Risiko operasional yang dihadapi dalam usaha pembenihan udang vannamei meliputi kerugian yang disebabkan oleh munculnya penyakit yang menyerang benih, faktor cuaca, kurangnya pengetahuan dan pengawasan pada proses pembenihan, tingkat mortalitas yang disebabkan oleh proses pengepakan, panen dan pengangkutan benih udang. Penelitian mengenai adanya risiko operasional pada dunia usaha pertanian telah dilakukan oleh Trangjiwani (2008) pada komoditas sayuran. Risiko operasional yang muncul tidak jauh berbeda dengan risiko yang ada pada usaha pembenihan udang vannamei. Pada usaha pembudidayaan sayuran, risiko operasional yang sering muncul pada umumnya disebabkan oleh risiko sistem, proses pembudidayaan, SDM dan risiko eksternal.
13
Pada usaha pembenihan udang vannamei, risiko operasional yang sering muncul salah satunya disebabkan oleh tingginya tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit. Menurut Amri dan Kanna (2008), penyakit yang kerap menyerang udang vannamei sejak dari proses pembenihan adalah penyakit WSSV, penyakit IHHNV (Invectious Hypodermal Hematopoetic Virus) dan Leginidium disease. Adanya berbagai penyakit yang menyerang benih udang vannamei ini dapat menyebabkan kerugian bagi pihak hatchery karena penyakitpenyakit ini dapat meningkatkan tingkat kematian benih udang vannamei. Daerah-daerah yang membudidayakan udang vannamei saat ini tersebar di daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, dan beberapa daerah di Sulawesi. Selain di Indonesia, maraknya budidaya udang vannamei juga terjadi di belahan bumi lainnya seperti Thailand, Cina, Brazil, Ekuador, Meksiko, dan beberapa Negara Amerika Latin. Negara-negara tersebut tercatat sebagai produsen udang vannamei utama di dunia.8 Sebagai udang introduksi, benur udang vannamei tidak terdapat di perairan Indonesia secara alami. Oleh sebab itu, pengadaan benur udang vannamei sepenuhnya mengandalkan produksi hatchery (panti benih). Permasalahan utama yang dihadapi pihak pembenihan adalah tingginya harga induk penjenis yang bersertifikat yang harus diimpor oleh pihak hatchery. Permasalahan lain yang disebabkan oleh impor induk penjenis adalah nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing yang berfluktuasi. Jika induk penjenis diperoleh dengan mengimpor induk penjenis yang murah, maka risiko yang dihadapi berupa induk asal tersebut tidak jelas asal-usulnya secara pasti sehingga sering merugikan pihak hatchery. Inbreeding (perkawinan sekerabat) dapat dihindari dengan penerapan kriteria tumbuh cepat dengan sumber benur dari beberapa hatchery. Induk yang berasal dari impor harus bermutu baik dan jelas asal-usulnya. Induk ini kemudian dijadikan induk-induk penjenis, lalu disilangkan dengan secara terarah dengan induk hasil seleksi di Indonesia. Benur-benur hasil induk seperti inilah (F1) yang seharusnya dibudidayakan di tambak. Akan tetapi, dalam menghasilkan benih yang seperti ini, dibutuhkan pengontrolan terhadap kegiatan pembenihan. Selain itu, diperlukan pemahaman mengenai keragaman genetik sehingga tidak 8
Trobos. No 100, edisi Januari 2008 Tahun IX. Perkembangan Budidaya Udang Vannamei sebagai Udang Pengganti Windu.
14
menerapkan kaidah perkawinan silang. Jika syarat ini tidak dapat dipenuhi oleh hatchery maka, risiko terjadinya inbreeding akan tinggi. Hatchery yang baik dan bersertifikat akan memproduksi benih F1 untuk dijual kepada petambak (Amri dan Kanna,2008). Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk melihat benih udang yang berkualitas adalah (Amri dan Kanna, 2008): (1) Antena atau antennula yang terdapat pada kepala benur harus utuh, lengkap, tidak patah (normal), serta ukurannya panjang, (2) Benur yang akan dipilih harus dilihat kondisi isi ususnya. Benur yang dipilih adalah benur yang memiliki isi usus yang penuh, (3) Uropoda yang membuka dan tidak mengalami cacat menunjukkan benur tersebut berkualitas baik, (4) Otot ekor harus memperlihatkan kondisi otot yang sempurna, bersih dan berwarna jernih, (5) Warna tubuh benih udang yang sehat adalah abuabu cerah kecoklatan gelap hingga jingga, (6) Kondisi tubuh benih yang bersih dan mulus menunjukkan adanya pergantian kulit yang sempurna, yang sekaligus menandakan benih tersebut tumbuh cepat, (7) Benih yang berkualitas baik akan berenang aktif dan responsif terhadap rangsangan. Kriteria ini harus mampu dipenuhi oleh pihak pembenihan udang dengan menerapkan persyaratan pembenihan yang bersertifikat dengan menggunakan induk penjenis yang bersertifikat, menerapkan proses perkawinan silang yang terarah dengan induk hasil seleksi di Indonesia serta penerapan proses pengontrolan yang dilakukan oleh pihak yang berkompeten dalam bidang pembenihan. Jika persyaratan ini tidak mampu dipenuhi oleh pihak pembenih, maka risiko yang dihadapi berupa terhambatnya proses pemasaran benih. Proses lain yang sangat penting dalam kegiatan pembenihan adalah proses pemanenan benih, pengepakan, dan pengangkutan benih menuju lokasi pembesaran. Proses ini harus dilakukan dan diawasi dengan ketat karena sangat berpengaruh pada benih udang. Proses yang dilakukan tanpa pengawasan yang tepat akan menyebabkan risiko mortalitas benih yang tinggi. Hal ini dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2008) yang menjelaskan bahwa tingkat risiko pada usaha pembibitan ayam broiler ditentukan oleh proses pengangkutan DOC menuju konsumen. Distribusi DOC yang kurang diawasi dan ditangani dengan baik sering menimbulkan tingginya mortalitas DOC.
15
Risiko lain yang dihadapi adalah dalam aspek ekonomis udang vannamei. Jika dibandingkan dengan udang jenis lainnya, harga udang vannamei lebih berfluktuasi. 9 Hal ini disebabkan karena udang vannamei merupakan udang introduksi yang baru merambah pasar sehingga belum semua masyarakat mengenal jenis udang vannamei ini. Hal serupa dialami komoditas pertanian lainnya seperti yang disimpulkan oleh Rosiana, N (2008) dalam penelitiannya mengenai komoditas akar wangi yang mengalami kendala dalam proses pembudidayaan dan penyulingan akar wangi dihadapkan pada risiko pasar yang disebabkan oleh fluktuasi harga output dan fluktuasi produksi. Fluktuasi harga pasar benih udang vannamei merupakan indikasi terjadinya risiko pasar benih udang vannamei yang dapat memperlihatkan besarnya tingkat risiko pasar yang dihadapi oleh pengusaha ataupun investor dan dapat menunjukkan tingkat pengembalian terhadap risiko. Iskandar (2006), dalam penelitiannya menggunakan data pergerakan harga saham pada perusahaan rokok dan diukur tingkat risiko yang dihadapi dalam investasi pada saham rokok menyimpulkan bahwa saham yang memiliki tingkat risiko yang tinggi mempunyai tingkat pengembalian yang tinggi pula. Tingkat harga dapat pula dijadikan sebagai variabel untuk mengukur besarnya pendapatan dan risiko yang dihadapi dalam kegiatan diversifikasi usaha. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyawati (2005), dengan menggunakan tingkat harga dan pendapatan kemudian dianalisis menggunakan metode analisis pendapatan, analisis imbangan penerimaan biaya dan analisis risiko (metode koefisien korelasi, single index portofolio, dan linear programming). Hal ini dapat dilihat pada penelitian mengenai risiko diversifikasi pada komoditas hortikultura. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komoditas jagung acar memiliki rasio total yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh komoditas lain. Berbagai kriteria risiko yang muncul dalam usaha pembenihan udang vannamei dapat ditangani sesuai dengan status risiko yang muncul dari berbagai sumber risiko. Sumber risiko yang muncul baik dari aspek teknis yang meliputi kegiatan produksi benih maupun aspek ekonomis yang meliputi kegiatan 9
Loc.cit
16
pemasaran benih udang vannamei dapat ditangani sedemikian rupa sehingga risiko yang muncul dapat ditangani dengan tepat dalam usaha meminimalkan risiko. Hal ini selaras dengan yang disimpulkan oleh Trangjiwani (2008), dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa risiko operasional yang muncul dalam kegiatan budidaya sayuran dapat ditangani dengan memprioritaskan risiko krusial terlebih dahulu. Risiko yang paling tinggi nilai status risikonya terdapat pada komoditas tomat dengan menerapkan langkah detect and monitor serta dilakukan melalui upaya low control pada sumber-sumber risiko. Dari pustaka yang telah diuraiankan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam usaha yang berbasis pada pertanian baik usaha pembudidayaan, pembibitan maupun pengolahan hasil atau industri hilir pada komoditas hortikultura, tanaman perkebunan dan peternakan mempunyai risiko usaha. Sumber-sumber terjadinya risiko dapat dibedakan menjadi risiko operasional dan risiko pasar. Risiko operasional usaha dapat disebabkan oleh tingkat mortalitas, penyakit atau kerusakan pada komoditas atau kesalahan penanganan oleh tenaga kerja maupun faktor eksternal seperti cuaca. Risiko pasar dapat terjadi dikarenakan adanya fluktuasi harga pada komoditas pertanian baik tanaman perkebunan, tanaman hortikultura dan komoditas peternakan. Terjadinya risiko pada usaha pertanian ini dapat diukur menggunakan beberapa metode. Pengukuran probabilitas dan dampak risiko dapat dilakukan dengan metode aproksimasi, sedangkan pengukuran dampak risiko pasar dapat diukur menggunakan tingkat harga menggunakan metode Value at Risk. Pengukuran tingkat risiko pada diversifikasi usaha dapat dilakukan menggunakan metode koefisien korelasi. Penelitian yang mempelajari aspek risiko pada usaha perikanan akan dilakukan sebagai bahan masukan pada pustaka-pustaka selanjutnya. Produk perikanan yang akan diteliti adalah komoditas udang yang merupakan salah satu produk andalan impor dengan menilai bahwa produk ini memiliki risiko yang sama dengan komoditas pertanian lainnya.
17
III. 3.1.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Manajemen Risiko Manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai kumpulan langkah-langkah yang berfungsi untuk membantu perusahaan dalam memahami dan mengatur ketidakpastian atau risiko yang mungkin timbul selama proses usaha (Pressman, 2001 dalam Yulianto, 2008). Manajemen risiko berfungsi untuk mengenali risiko yang sering muncul, memperkirakan probabilitas terjadinya risiko, menilai dampak yang ditimbulkan risiko dan menyiapkan rencana penanggulangan dan respon terhadap risiko. Manajemen risiko perusahaan (enterprise risk management) adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada dalam perusahaan dalam usaha mencapai tujuan. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen (Kountur, 2008). Sasaran utama dari manajemen risiko perusahaan adalah menghindari risiko. Manajemen risiko merupakan suatu proses dan struktur yang diarahkan untuk merealisasikan peluang potensial sekaligus mengelola dampak yang merugikan. Pentingnya manajemen risiko diantaranya adalah untuk menerapkan tata kelola usaha yang baik, menghadapi kondisi lingkungan usaha yang cepat berubah, mengukur risiko usaha, pengelolaan risiko yang sistematis serta untuk memaksimumkan laba. Konsep manajemen risiko yang penting untuk penilaian suatu risiko diantaranya adalah tingkat maksimum kerusakan yang akan dialami perusahaan jika terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan risiko atau yang disebut dengan eksposur, besarnya kemungkinan suatu peristiwa yang berisiko, besarnya kerusakan yang akan dialami oleh perusahaan, waktu yang dihabiskan untuk terekspos dalam risiko (Lam, 2007). Manajemen risiko dalam hal ini berfungsi untuk mengenali risiko yang mungkin muncul, memperkirakan probabilitas munculnya risiko, menilai dampak yang ditimbulkan risiko, dan menyiapkan rencana penanggulangan dan respons terhadap risiko. Berdasarkan konsep dasar manajemen risiko, pandangan yang ditawarkan oleh manajemen risiko di dalam mengelola risiko adalah bahwa risiko dapat didekati dengan menggunakan suatu kerangka pikir yang sangat rasional. Hal ini dimungkinkan dengan berkembangnya teori probabilitas dan statistik yang
memungkinkan kita memiliki alat untuk memilah, mengkuantifikasi dan mengukur risiko (Batuparan, 2001). Proses manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi sumber risiko krusial apa saja yang terjadi di perusahaan. Sumber risiko dapat terbagi menjadi tiga bagian yaitu risiko lingkungan adalah kekuatan-kekuatan lingkungan yang menghalangi pelaksanaan strategi dan tujuan perusahaan, risiko proses yaitu proses bisnis yang dapat menimbulkan jurang pemisah antara strategi dan tujuan bisnis, serta risiko informasi yaitu adanya informasi yang tidak relevan dan tidak dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan. Tahap identifikasi ini akan menghasilkan output berupa daftar risiko yang kemudian akan dilakukan pengukuran risiko. Pengukuran risiko terdiri dari tahap pengukuran dampak dan kemungkinan terjadinya risiko yang kemudian akan menunjukkan status risiko dalam perusahaan. Pengukuran status risiko ini akan dibantu oleh peta risiko yang akan menunjukkan posisi risiko. Posisi risiko inilah yang kemudian akan membantu membentuk perumusan manajemen risiko yang tepat untuk pengelolaan risiko yang terjadi (Kountur, 2008). Penerapan hukum Pareto sangat penting dalam manajemen risiko. Hukum Pareto pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi yang bernama Vilfredo Pareto (1848-1923). Ia mengamati bahwa umumnya 80 persen kekayaan suatu negara dikuasai oleh 20 persen penduduk. Hasil pengamatan ini bukan hanya terjadi pada perekonomian suatu negara tetapi terjadi pada hampir semua aspek kehidupan termasuk risiko. Hukum Pareto ini sering dikenal dengan sebutan hukum 80:20 atau 20:80. Aplikasi hukum ini pada risiko yaitu 80 persen kerugian perusahaan disebabkan oleh 20 persen risiko yang krusial. Jika 20 persen risiko yang krusial ini dapat ditangani dengan baik, maka kerugian sebesar 80 persen sudah dapat dihindari (Kountur, 2008). 3.1.2. Definisi dan Konsep Risiko Pada dasarnya setiap usaha memiliki risiko, namun apakah risiko tersebut dapat dideteksi lebih dini atau dapat muncul dengan tiba-tiba, dan jika risiko tersebut terjadi apakah besarnya risiko tersebut dapat mempengaruhi usaha yang sedang dijalankan. Secara sederhana risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Ada tiga unsur penting dari sesuatu yang dianggap
19
sebagai risiko: (1) merupakan suatu kejadian, (2) kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan (bisa terjadi atau tidak terjadi), (3) jika sampai terjadi, akan menimbulkan kerugian (Kountur, 2008). Definisi konseptual mengenai risiko menurut Robert Charette 10 risiko berhubungan dengan kejadian di masa yang akan datang yang melibatkan perubahan dan melibatkan pilihan dan ketidakpastian. Risiko sangat erat kaitannya dengan teori probabilitas. Risiko itu sendiri didefinisikan sebagai suatu kejadian yang masih merupakan kemungkinan. Oleh karena itu, untuk dapat mengelola suatu risiko, maka sangat diperlukan perhitungan probabilitas (kemungkinan terjadinya) risiko yang akan terjadi di masa yang akan datang. Setelah kemungkinan (probabilitas) diketahui, maka pihak manajemen risiko dapat merumuskan kegiatan potensial yang dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko tersebut. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, akan tetapi terdapat perbedaan antara risiko dan ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi (Kountur, 2004). Risiko terjadi karena adanya pengaruh dari dalam dan dari luar perusahaan. Pengaruh terjadinya risiko yang berasal dari luar perusahaan diantaranya terjadi karena kondisi dunia internasional sehingga mempengaruhi kondisi ekonomi negara kita, teknologi yang dapat menimbulkan inovasi usaha atau efisiensi dalam operasional usaha, peraturan pemerintah terhadap dunia usaha serta kekuatan ekonomi masyarakat dalam membeli produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Pengaruh terjadinya risiko yang berasal dari dalam perusahaan diantaranya karena strategi yang dipilih perusahaan dalam menjalankan usahanya. Pada saat perusahaan menentukan strategi maka sejauh mana strategi tersebut dapat meminimalkan risiko. Hal tersebut mengandung ketidakpastian sehingga dapat menimbulkan risiko bagi para pemegang kepentingan perusahaan. Sikap pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut11:
10
www.blogspot.com. Manajemen Risiko Usaha Kecil dan Menengah. Diakses tanggal 18 April 2009. 11 www.deshion.com. Mengelola Risiko Bisnis. Diakses tanggal 15 Januari 2009
20
1.
Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran tingkat kepuasan. 2.
Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan. 3.
Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini
menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan atau menaikkan keuntungan yang diharapkan. 3.1.3. Klasifikasi Risiko Risiko timbul dalam berbagai bentuk dan besaran. Para profesional manajemen risiko umumnya mengenal tiga jenis risiko utama, yaitu: 1.
Risiko pasar yaitu risiko pergerakan harga yang berdampak negatif terhadap
perusahaan. 2.
Risiko kredit yaitu risiko kegagalan pelanggan, pihak ketiga, atau pemasok
untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. Risiko kredit misalnya mencakup kegagalan bayar seorang peminjam hingga kegagalan suatu pemasok memenuhi tenggat waktu karena masalah kredit. 3.
Risiko operasional yaitu risiko kegagalan orang, proses dan sistem, atau
risiko terjadinya suatu peristiwa eksternal (misalnya gempa bumi, kebakaran) yang berdampak negatif terhadap perusahaan (Lam, 2007). Risiko pasar atau yang dikenal juga dengan istilah market risk merupakan risiko munculnya kerugian yang disebabkan oleh pergerakan harga di pasar (Batuparan, 2001). Pada usaha pembenihan udang vannamei, risiko pasar sangat memungkinkan terjadi dan merupakan masalah utama yang sering terjadi. Risiko pasar ini dapat dilihat dari adanya fluktuasi benih udang vannamei yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah karena udang vannamei merupakan salah satu udang introduksi yang baru merintis pasar sehingga belum semua masyarakat mengenal jenis udang ini.
21
Risiko operasional merupakan risiko yang disebabkan oleh kegagalan atau ketidakcukupan proses internal, manusia dan sistem atau kejadian eksternal (Tampubolon, 2004 dalam Trangjiwani, 2008). Risiko operasional akan berdampak pada seluruh kegiatan bisnis karena risiko operasional melekat pada ketika melakukan kegiatan operasional sehari-hari. Risiko operasional dapat muncul karena kesalahan atau kecurangan manusia, kegagalan sistem, proses dan faktor eksternal. Pada usaha pembenihan udang vannamei, keberhasilan usaha sangat ditentukan oleh kegiatan operasional. Proses pembenihan yang membutuhkan teknologi, keterampilan dari tenaga kerja dalam proses pembenihan sangat dibutuhkan. Selain itu, tingkat ketelitian dalam berbagai proses yang dimulai dari pembenihan hingga benih sampai pada tangan konsumen sangat dibutuhkan sebagai faktor penentu keberhasilan usaha. Jika faktor-faktor ini tidak dapat terpenuhi, maka tingkat risiko operasional yang muncul akan tinggi dan dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Risiko juga dapat diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan dan sudut pandang kejadian yang terjadi (Kountur, 2008): 1.
Risiko Dari Sudut Pandang Penyebab
Risiko jika diklasifikasikan dalam sudut pandang penyebab kejadian dapat dibedakan kedalam risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan terjadi karena disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perubahan harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. Sedangkan risiko operasional merupakan risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor non keuangan seperti manusia, teknologi, dan alam. 2.
Risiko Dari Sudut Pandang Akibat
Menurut Kountur (2008), ada dua kategori risiko jika dilihat dari sudut pandang akibat yang ditimbulkan yaitu: (1) risiko murni, yaitu risiko yang akibat yang ditimbulkan hanya berupa sesuatu yang merugikan dan tidak memungkinkan adanya keuntungan, dan (2) risiko spekulatif, yaitu risiko yang memungkinkan untuk menimbulkan suatu kerugian atau menimbulkan keuntungan.
22
3.
Risiko Dari Sudut Pandang Aktivitas
Aktivitas dapat menimbulkan berbagai macam risiko, misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank yang risikonya dikenal dengan risiko kredit. Contoh lain dari sudut pandang penyebab terjadinya risiko adalah ketika seseorang melakukan perjalanan dan dalam perjalanannya dihadapkan pada risiko. Risiko semacam ini disebut juga dengan risiko perjalanan. Banyaknya risiko dari sudut pandang penyebab adalah sebanyak jumlah aktivitas yang ada (Kountur, 2008). 4.
Risiko Dari Sudut Pandang Kejadian
Risiko yang dinyatakan berdasarkan kejadian merupakan pernyataan risiko yang paling baik, misalnya terjadi kebakaran, maka risiko yang terjadi adalah risiko kebakaran. Contoh lain adalah kejadian anjloknya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Risiko yang dinyatakan dari kejadian ini adalah risiko anjloknya nilai tukar rupiah. 3.1.4. Pengukuran Risiko Mengelola manajemen risiko usaha memerlukan kerangka manajemen risiko. Kerangka manajemen risiko menurut Australian Risk Management Standard,12 terdiri dari beberapa langkah. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menetapkan visi dan misi perusahaan , langkah kedua adalah mengidentifikasi risiko yang ada pada usaha, langkah ketiga adalah menganalisa risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya. Langkah analisa ini bertujuan untuk menentukan tingkat pengendalian terhadap risiko dengan mempertimbangkan tingkat kemungkinan dan dampak risiko terhadap perusahaan. Dalam langkah analisa inilah dilakukan pengukuran risiko. Menurut Batuparan (2001), pengukuran risiko dibutuhkan sebagai dasar (tolok ukur) untuk memahami signifikansi dari akibat (kerugian) yang akan ditimbulkan oleh terealisirnya suatu risiko, baik secara individual maupun portofolio, terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan usaha. Lebih lanjut pemahaman yang akurat tentang signifikansi tersebut akan menjadi dasar bagi pengelolaan risiko yang terarah dan berhasil guna. Signifikansi
suatu
risiko
maupun
portofolio
risiko
dapat
diketahui/disimpulkan dengan melakukan pengukuran terhadap dimensi risiko yaitu: 12
www.blogspot.com. Manajemen Risiko Usaha Kecil. Diakses Tanggal 18 April 2009
23
(1) kuantitas risiko yaitu jumlah kerugian yang mungkin muncul dari terjadinya risiko, (2) kualitas risiko yaitu probabilitas dari terjadinya risiko. (Batuparan, 2001). Semakin tinggi tingkat kemungkinan terjadinya risiko (probabilitas) maka semakin besar pula tingkat risikonya.
Semakin tinggi dampak yang ditimbulkan dari
terjadinya suatu risiko maka semakin besar tingkat risikonya. Pengukuran kemungkinan terjadinya risiko bertujuan untuk mengetahui risiko apa saja yang besar dan risiko apa saja yang kecil sehingga dalam penanganannya dapat diketahui risiko-risiko yang perlu diprioritaskan. Mengetahui besarnya kemungkinan terjadinya risiko juga dapat digunakan sebagai petunjuk strategi penangan risiko yang sesuai. Risiko-risiko yang kemungkinan terjadinya sangat besar menggunakan strategi penanganan yang berbeda dengan risiko-risiko yang kemungkinan terjadinya risiko. Setiap kali terjadi risiko, maka akan memberikan dampak kerugian. Pada umumnya, kerugian dapat dihitung dalam rupiah. Sehingga jika terjadi risiko, perusahaan akan mengetahui besar kerugian yang diderita dalam rupiah. Hasil pengukuran risiko kemudian akan dimasukkan ke dalam matriks frekuensi dan signifikansi. Matriks ini akan membantu memperlihatkan posisi risiko yang dievaluasi dan membantu merancang tindakan yang tepat untuk menghadapi risiko tersebut (Trangjiwani, 2008). Menurut Hanafi (2006) dalam Trangjiwani (2008), matriks frekuensi dan signifikansi dapat dikelompokkan ke dalam empat kuadran dan alternatif penanganannya, yaitu: 1.
Signifikansi kecil dan frekuensi kecil (kuadran 4) = low control
2.
Signifikansi besar dan frekuensi kecil (kuadran 2) = detect and monitor
3.
Signifikansi kecil dan frekuensi besar (kuadran 3) = monitor
4.
Signifikansi besar dan frekuensi besar (kuadran 1) = prevent and source
Frekuensi merupakan kemungkinan terjadinya (probabilitas) dari suatu sumber risiko, sedangkan signifikansi adalah dampak atau kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya suatu risiko.
24
Gambar matriks frekuensi dan signifikansi dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut: Signifikansi Besar
Kuadran 2
Kuadran 1
Kuadran 4
Kuadran 3
Kecil
Kecil
Besar
Frekuensi atau Kemungkinan Gambar 1. Matriks Frekuensi dan Signifikansi 3.1.5. Konsep Penanganan Risiko Berdasarkan peta risiko, kemudian dapat diketahui cara penanganan risiko yang tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko yaitu (Kountur, 2008): 1. Preventif Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: (1) membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, (2) mengembangkan sumber daya manusia, dan (3) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. 2. Mitigasi Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah: a. Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta dibeberapa tempat sehingga jika salah satu tempat kena musibah tidak akan menghabiskan semua asset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.
25
b. Penggabungan Penggabungan atau yang lebih dikenal dengan istilah merger menekankan pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi. c. Pengalihan Risiko Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak dari risiko ke pihak lain. Cara ini bermaksud jika terjadi kerugian pada perusahaan maka yang menanggung kerugian tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan dampak risiko ke pihak lain, diantaranya adalah melalui asuransi, leasing, outsourcing, dan hedging. Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan asset perusahaan yang dampak risikonya besar, sehingga jika terjadi kerugian maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang disepakati oleh pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah cara dimana asset digunakan tetapi kepemilikannya adalah pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada aset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas asset tersebut. Outsourcing merupakan cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak lain untuk mengerjakannya sehingga jika terjadi kerugian maka perusahaan tidak menanggung kerugian melainkan pihak yang melakukan pekerjaan tersebutlah yang menanggung kerugiannya. Hedging merupakan cara pengalihan risiko dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan hedging adalah melalui forward contract, future contract, option dan swap. 3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional Usaha pembenihan udang vannamei mempunyai prospek yang sangat baik
untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah kegiatan budidaya udang sebagai salah satu program revitalisasi pertanian yang dicanangkan pemerintah. Selain itu, peningkatan volume dan nilai ekspor udang vannamei serta peningkatan tingkat konsumsi udang masyarakat lokal merupakan
26
salah satu indikasi bahwa usaha pembenihan udang vannamei memiliki peluang yang sangat baik. Peluang usaha yang masih terbuka lebar tersebut harus dihadapkan dengan beberapa permasalahan dalam menjalankannya. Salah satu kendala yang dihadapi adalah permasalahan yang muncul akibat adanya risiko. Risiko dalam usaha pembenihan udang vannamei dapat muncul dalam bentuk risiko operasional maupun risiko pasar. Indikasi adanya risiko operasional adalah tidak stabilnya produksi setiap siklusnya. Sedangkan indikasi adanya risiko pasar yang dihadapi dalam usaha pembenihan udang vannamei adalah adanya fluktuasi harga input berupa harga induk dan pakan, serta fluktuasi harga output yaitu harga benih udang vannamei. Adanya perubahan produksi yang disebabkan oleh faktor cuaca dan penyakit yang menyerang benih udang vannamei merupakan salah satu indikasi terjadinya risiko operasional. Selain itu, faktor lain yang dianggap menyebabkan risiko operasional adalah proses distribusi produk hingga ke tangan pembeli yang sering mengakibatkan tingginya tingkat mortalitas benih udang yang tinggi. PT. Suri Tani Pemuka merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pembenihan udang vannamei. Menghadapi permasalahan dalam usaha pembenihan udang tidak membuat PT. Suri Tani Pemuka berhenti berproduksi tetapi terbukti perusahaan ini mampu mengembangkan usahanya di berbagai daerah. Pengalaman perusahaan dalam usaha perikanan yang sudah dimulai sejak tahun 1987 menjadikan perusahaan ini mampu bertahan dengan kinerja yang dimilikinya untuk mengendalikan segala risiko usaha yang muncul. Hal ini menjadi permasalahan yang menarik untuk dilakukan pembelajaran mengenai
manajemen
risiko
yang
telah
diterapkan
perusahaan
dalam
mengendalikan terjadinya risiko. Untuk mengetahui kegiatan perusahaan dalam melakukan manajemen risiko perusahaan dapat dilakukan analisis manajemen risiko perusahaan. Analisis awal yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi sumber-sumber risiko apa saja yang sering terjadi di perusahaan. Analisis dilanjutkan dengan mengklasifikasikan sumber risiko ke dalam peta risiko untuk mengetahui seberapa krusial sumber risiko yang terdapat dalam perusahaan tersebut. Analisis lain yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi strategi
27
penanganan risiko yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka. Analisis ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif melalui observasi, wawancara dan diskusi dengan pihak perusahaan mengenai manajemen risiko yang telah diterapkan perusahaan. Analisis yang dilakukan selanjutnya adalah analisis probabilitas dan dampak dari risiko produksi naupli, produksi benur, risiko derajat kelangsungan hidup benur dan risiko penerimaan yang dialami perusahaan. Pengukuran probabilitas atau kemungkinan terjadinya kerugian dapat dilakukan dengan analisis nilai standar atau dikenal dengan analisis z-score. Pengukuran dampak risiko dilakukan dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Analisis dilakukan menggunakan data produksi dan harga benur udang vannamei di PT. Suri Tani Pemuka selama tahun 2008. Hasil analisis ini akan menunjukkan status risiko dalam perusahaan yang akan dipetakan ke dalam peta risiko. Peta risiko ini akan menunjukkan posisi risiko dalam perusahaan. Setelah mengetahui posisi risiko, hal selanjutnya yang dilakukan adalah mempelajari penanganan risiko yang tepat untuk meminimalkan risiko yang terjadi. Dari beberapa proses ini output yang dihasilkan adalah pengukuran keefektifan manajemen risiko perusahaan dalam menghadapi risiko yang dihadapi. Kerangka pemikiran secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:
28
Pengalaman dan Kinerja PT. Suri Tani Pemuka Risiko Harga: - Fluktuasi Harga Input berupa induk, pakan - Fluktuasi Harga Output berupa harga benih
Risiko Operasional: - Penyakit - Cuaca - Tingkat mortalitas Bagaimana Manajemen Risiko yang diterapkan PT. Suri Tani Pemuka?
Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Menggunakan Analisis Deskriptif pada: - Aspek Teknis - Aspek Ekonomis
Identifikasi Probabilitas dan Dampak Risiko: - Metode Nilai Standar - Metode Value at Risk
Kesimpulan dan Saran
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
29
IV. 4.1.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Suri Tani Pemuka, yang beralamat di Jl.
Raya Anyer Kosambi II Serang Banten. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dikarenakan daerah Anyer merupakan salah satu daerah sentra pembenihan udang di Provinsi Banten. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2009 - April 2009. Pemilihan lokasi penelitian di PT. Suri Tani Pemuka berdasarkan pengalaman dan kinerja perusahaan ini dalam melakukan usaha pembenihan udang vannamei. Kinerja PT. Suri Tani Pemuka telah terbukti dengan perkembangan perusahaan yang mampu membuka beberapa cabang usaha pembenihan udang vannamei. Selain itu, PT. Suri Tani Pemuka memiliki keunggulan lain dibandingkan dengan perusahaan lain dalam kegiatan pengadaan induk udang vannamei. PT. Suri Tani Pemuka mampu melakukan impor induk udang untuk mendukung usahanya. Beberapa perusahaan serupa di sekitar lokasi penelitian melakukan usaha pembenihan udang vannamei, akan tetapi perusahaanperusahaan selain PT. Suri Tani Pemuka ini hanya melakukan usaha pembenihan hanya dengan memelihara benih udang mulai stadia naupli tidak memulai dari pengadaan induk yang diimpor. 4.2.
Data dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara meliputi keadaan umum perusahaan, manajemen risiko yang diterapkan di perusahaan, dan kegiatan usaha pembenihan udang vannamei yang dijalankan oleh PT. Suri Tani Pemuka. Data sekunder diperoleh dari data historis PT. Suri Tani Pemuka berupa data harga benih udang vaname dan data produksi tahun 2008, data yang diperoleh dari literatur-literatur dan instansi yang terkait dengan penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harga dan produksi benih udang vannamei per siklus panen PT. Suri Tani Pemuka.
4.3.
Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara
dan diskusi dengan manajer pemasaran dan manajer produksi untuk analisis risiko dan analisis manajemen risiko perusahaan. Teknik observasi dilakukan untuk melakukan pengamatan pada kegiatan usaha pembenihan udang vannamei yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka meliputi proses pembenihan dan strategi penanganan
risiko.
Teknik
wawancara
dan
diskusi
dilakukan
untuk
mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang ada dalam usaha pembenihan udang vannamei serta strategi penanganan risiko yang dilakukan di PT. Suri Tani Pemuka. 4.4.
Metode Pengolahan Data
4.4.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis manajemen risiko perusahaan, baik risiko operasional maupun risiko pasar yang diterapkan oleh PT. Suri Tani Pemuka. Analisis deskriptif juga dilakukan untuk mengetahui sumbersumber yang menjadi penyebab terjadinya risiko yang muncul pada aspek teknis maupun aspek ekonomis perusahaan. Analisis dilakukan berdasarkan penilaian pengambil keputusan di perusahaan secara subjektif yang dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko. Metode analisis deskriptif untuk menganalisis manajemen risiko yang diterapkan perusahaan dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan diskusi dengan manajer pemasaran dan manajer produksi. 4.4.2. Pengukuran Kemungkinan Terjadinya Risiko (Probabilitas) Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko (probabilitas) dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Ukuran pertama
31
dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya (probabilitas) yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah dengan menggunakan metode nilai standar (z-score). Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan data berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini, yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi yang meliputi kegiatan produksi naupli, produksi benur dan derajat kelangsungan hidup, serta kemungkinan terjadinya risiko pada penerimaan PT. Suri Tani Pemuka dalam kegiatan penjualan benur. Data yang digunakan untuk menghitung kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi dan penerimaan adalah data produksi naupli, data produksi benur, data derajat kelangsungan hidup benur (SR) serta data harga naupli pada tahun 2008. Jumlah data untuk produksi naupli sebanyak 10 data, jumlah data untuk produksi benur sebanyak tujuh data, data derajat kelangsungan hidup sebanyak tujuh data dan data harga benur sebanyak tujuh data. Langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini adalah (Kountur, 2008): 1. Menghitung rata-rata Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata adalah: n
∑ xi x =
i =1
n
Dimana:
x = Rata-rata xi = Data per i
n = Jumlah data Rata-rata yang dimaksud pada rumus ini adalah rata-rata terjadinya risiko yang dianggap merugikan perusahaan yang akan ditentukan oleh perusahaan.
32
2. Menghitung nilai standar deviasi n
s=
(
∑ xi − x i =1
)
2
n −1
3. Menghitung nilai standar (z-score) risiko z=
x−x s
dimana: x = Batas dari risiko yang dianggap masih menguntungkan dan ditentukan oleh perusahaan 4. Menghitung probabilitas terjadinya risiko Probabilitas diperoleh dari tabel distribusi z. Cari nilai z pada sisi kiri dan bagian atas, pertemuan antara nilai z pada isi tabel merupakan probabilitas yang dicari. 4.4.3. Pengukuran Dampak Risiko Metode yang paling efektif digunakan dalam mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR pada saat ini dianggap sebagai metode standar yang digunakan untuk mengukur risiko pasar. VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu/periode tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Konsep VaR berdiri di atas observasi statistik atas data-data historis. VaR pada penelitian ini digunakan untuk mengukur besarnya dampak kerugian yang ditimbulkan jika risiko terjadi. Pengukuran dampak dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi dan penerimaan. Kegiatan produksi meliputi kegiatan produksi naupli, produksi benur dan derajat kelangsungan hidup benur. Data yang digunakan adalah data produksi naupli, produksi benur, derajat kelangsungan hidup serta data harga di PT. Suri Tani Pemuka selama tahun 2008. Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi dan penurunan penerimaan sebagai akibat terjadinya sumbersumber risiko. VaR dihitung dengan rumus (Kountur, 2008):
33
 s  VaR = x + z   ï£ n
Dimana: VaR
= Besarnya kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya risiko
x
= Rata-rata kejadian merugikan
z
= Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 %
s
= Standar Deviasi
n
= Banyaknya kejadian merugikan
4.4.4. Pemetaan Risiko Sebelum dapat menangani risiko, hal yang perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Menurut Kountur (2008), peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 3. Dampak (Rp) Besar
Kuadran 2
Kuadran 1
Kuadran 4
Kuadran 3
50 juta
Kecil Kecil
20 %
Besar
Probabilitas (%) Gambar 3. Peta Risiko Menurut Kountur (2008)
Probabilitas (kemungkinan) terjadinya risiko kemudian dibagi menjadi dua bagian, yaitu besar dan kecil. Dampak risiko juga dibagi menjadi dua bagian yaitu besar dan kecil. Batas antara kemungkinan besar dan kemungkinan kecil ditentukan oleh manajemen, tetapi pada umumnya risiko yang probabilitasnya 20 persen atau 34
lebih dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan dibawah 20 persen dianggap sebagai kemungkinan kecil. Demikian pula dengan batas dampak besar dan kecil dari risiko. Batas ini ditentukan oleh perusahaan (Kountur, 2008). PT. Suri Tani Pemuka menetapkan nilai standar yang membatasi antara probabilitas kecil dan besar adalah sebesar 20 persen. Nilai yang membatasi antara dampak kecil dan besar yang disebabkan oleh terjadinya risiko adalah sebesar 50 juta rupiah. 4.4.5. Penanganan Risiko 1. Penghindaran Risiko (Preventif) Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam kemungkinan atau probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif
akan
menangani risiko yang berada pada kuadran 1 dan 3. Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka
risiko yang ada pada kuadran 1 akan
bergeser ke kuadran 2 dan risiko yang berada pada kuadran 3 akan bergeser ke kuadran 4 (Kountur, 2008). Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada gambar 4. Dampak (Rp) Besar
Kuadran 2
Kuadran 1
Kuadran 4
Kuadran 3
50 juta
Kecil
Kecil
20 %
Besar
Probabilitas (%) Gambar 4. Preventif risiko 2. Mitigasi Risiko Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian
35
rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 4 dan risiko yang berada pada kuadran 1 akan bergeser ke kuadran 3. strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan dan pengalihan risiko (Kountur, 2008). Mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 5. Dampak (Rp) Besar
Kuadran 2
Kuadran 1
Kuadran 4
Kuadran 3
50 juta
Kecil Kecil
20 %
Besar
Probabilitas (%) Gambar 5. Mitigasi Risiko Hanafi (2006) dalam Trangjiwani (2008), memberikan alternatif strategi untuk menghadapi risiko selain penanganan dengan cara preventif dan mitigasi (gambar 6). 1. Probabilitas Kecil dan Dampak Kecil : low control Perusahaan bisa menerapkan pengawasan yang rendah terhadap risiko pada kategori ini. 2. Probabilitas Kecil dan Dampak Besar : detect and monitor Jika terjadi risiko dengan jenis ini, maka perusahaan akan mengalami kerugian yang cukup besar dan kemungkinan mengalami kebangkrutan. 3. Probabilitas Besar dan Dampak Kecil : monitor Perusahaan bisa memonitor risiko-risiko yang ada pada kuadran ini untuk memastikan bahwa risiko tersebut masih berada pada wilayah normal. 4. Probabilitas Besar dan Dampak Besar : prevent at source Tipe risiko ini jelas menunjukkan bahwa perusahaan tidak lagi bisa mengendalikan risiko, dan bisa mengakibatkan kebangkrutan.
36
Dampak (Rp) Besar
Kuadran 2
Kuadran 1
(Detect and Monitor)
(Prevent at Source)
Kuadran 4
Kuadran 3
(Low Control)
(Monitor)
50 juta
Kecil
Kecil
20 %
Besar
Probabilitas (%) Gambar 6. Alternatif Strategi Menghadapi Risiko
37
V. 5.1.
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Profil Perusahaan PT. Suri Tani Pemuka (STP) merupakan salah satu perusahaan yang
memanfaatkan potensi budidaya air di Indonesia. Kepemilikan saham PT. Suri Tani Pemuka sepenuhnya dimiliki oleh Japfa Comfeed Indonesia yang didirikan pada tahun 1987 sebagai salah satu perusahaan terintegrasi pertama di Indonesia. Basis utama operasi PT. Suri Tani Pemuka ada di Jawa Timur. PT. Suri Tani Pemuka saat ini mengoperasikan tujuh lokasi tambak udang, satu pabrik pakan udang, dua pabrik pakan ikan, dua komplek pemrosesan udang serta ikan dan komplek udang pembekuan udang, serta tiga buah pembenihan udang. PT. Suri Tani Pemuka secara komersial memproduksi empat jenis udang yaitu Penaeus Monodon, Penaeus Indikus, Penaeus Merguensis dan Penaeus vannamei serta Seabas dan Tilapia Merah. Didukung oleh suhu tropis yang berkisar pada 26 derajat celcius sepanjang tahun, Indonesia memiliki iklim yang sangat sesuai untuk budidaya udang. Sebagai negara kepulauan juga menawarkan kondisi perairan yang lebih baik untuk budidaya perairan. Keunggulan-keunggulan ini sangat mendukung para petambak untuk melakukan panen udang sedikitnya dua kali per tahun, yang berarti mempercepat juga waktu pengembalian investasinya. Udang diandalkan untuk pasar internasional sesuai dengan permintaan pasar yang meningkat hingga lima sampai delapan persen per tahunnya, peningkatan dalam permintaan pasar semakin lama semakin berkembang setidaknya dalam 10 tahun terakhir ini. Permintaan akan terus bertambah dan secara proporsional akan menjadi penyedia terbesar di Indonesia. Produksi hilir udang PT. Suri Tani Pemuka memberi kontribusi terbesar pada perusahaan. Keterpaduan dalam operasinya mampu menjamin dihasilkannya produkproduk udang berkualitas tinggi seperti sushi ebi, udang untuk sop, ebi chakin dan haukau, udang kupas, udang tanpa kepala IQF, peeled tail idevenet, filed baterfly, dan udang masak, juga seabass untuk sop. Kira-kira 75 persen dari total produksi total PT. Suri Tani Pemuka adalah produk hasil olahan. PT. Suri Tani Pemuka merupakan eksportir utama di Jawa Timur dengan tujuan penjualan ke Jepang, Amerika Serikat,
Kanada, China, Taiwan, Hongkong, dan beberapa negara di Eropa. Pada tahun 1997 total ekspor udang PT. Suri Tani Pemuka sejumlah 2000 MT. Pada tahun 1993, PT. Suri Tani Pemuka mengawali kerjasama produksi dan distribusi dengan perusahaan pemrosesan produk hasil laut terkemuka dari Jepang. Melalui kerjasama ini PT. Suri Tani Pemuka memproduksi sushi ebi untuk pasar Jepang. Kerjasama ini merupakan salah satu awal sukses kerja sama strategis yang telah membantu melapangkan jalan untuk membangun kerja sama dengan perusahaan-perusahaan Jepang terkemuka lainnya. Saat ini, PT. Suri Tani Pemuka telah memiliki daftar panjang pelanggan-pelanggan yang mempunyai nama besar seperti Marubeni, Hanua dan Mitsubishi. PT. Suri Tani Pemuka juga secara terus menerus selalu memantau peluang-peluang bisnis yang ada dan menjajaki kemungkinan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan makanan beku terkemuka di Jepang. Hampir 100 persen dari seluruh udang yang dihasilkan oleh PT. Suri Tani Pemuka
dibudidayakan untuk keperluan produksi olahan internal. PT. Suri Tani
Pemuka memiliki lebih dari 400 hektar tambak udang di Jawa Timur dan sejak akhir 1995 mulai mengembangkan lahan tambak baru seluas 2000 hektar di Kalimantan Selatan. Lahan tambak ini dikelola secara insentif untuk pembenihan stok udang 20 sampai 40 setiap meter per segi, menggunakan pembenihan ternak benur 100 persen, penganginan buatan dan pakan ternak komersial. Tingkat produksi mencapai rata-rata empat hingga lima MT per hektar per siklus. Dalam usahanya untuk terus meningkatkan kualitas produksi udangnya, pada tahun 1996 PT. Suri Tani Pemuka telah membangun tambak pembenihan (Hatchery) aneka jenis udang untuk menghasilkan benur yang berkualitas tinggi. Bertempat di perairan yang masih alami di Bali Utara, tambak pembenihan ini sangat menguntungkan karena memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan benur udang sesuai kebutuhan dan kualitas yang diinginkan oleh pelanggan atau pasar. Konsep ini memberikan kontribusi positif bagi perusahaan karena benur yang dikelola secara khusus dapat mengurangi angka kematian sehingga dapat menekan biaya dan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Pada tahun 1997, tambak pembenihan yang lain dibangun di Kalimantan Selatan dan beroperasi sejak 1998. Pada tahun 2008 PT. Suri Tani Pemuka kembali membuka tambak
39
pembenihan di daerah Anyer, Banten. PT. Suri Tani Pemuka mampu memproduksi benur lebih dari 300 juta post larva per tahun. PT. Suri Tani Pemuka telah mulai mengembangkan Seabas Asian dan Tilapia Merah sejak tahun 1997. Pembenihan aneka spesies telah dibangun untuk dapat terus menyediakan ikan-ikan kecil berkualitas untuk operasional peternakan PT. Suri Tani Pemuka. Ikan diproduksi di tambak-tambak pantai dan kolam air asin di dalam wilayah operasi budidaya udang PT. Suri Tani Pemuka . Ikan di proses di fasilitas perusahaan untuk memastikan standar kualitas ekspor terpenuhi. Saat ini, ikan-ikan di ekspor ke Asia dan juga dipasarkan di pasar lokal. Pada tahun 1998, produksi pakan akuakultur PT. Suri Tani Pemuka telah mencapai 18 ribu ton, di mana 90 persen diantaranya dijual kepada petambakpetambak di Indonesia. Sementara sisanya yang 10 persen digunakan untuk keperluan tambak sendiri. Dari seluruh total produksi pakan tersebut, 12 ribu ton merupakan produk pakan ikan dan enam ribu ton merupakan produk pakan udang. Untuk memenuhi pertumbuhan permintaan akan pakan ikan, pada tahun 1997 perusahaan membangun pabrik pakan ikan terapung dengan kapasitas produksi 25 ribu ton per tahun. Dalam waktu dekat, PT. Suri Tani Pemuka berencana untuk mengembangkan produksi pakan ikan, sesuai dengan tuntutan permintaan. PT. Suri Tani Pemuka telah mengekspor pakan ke berbagai negara di Asia Tenggara, India dan Srilanka. 5.2.
Lokasi Perusahaan Lokasi usaha PT. Suri Tani Pemuka telah tersebar di seluruh Indonesia dan
terdiri dari beberapa kegiatan usaha yang berbeda. Lokasi pengoperasian usaha PT. Suri Tani Pemuka dibagi menjadi beberapa daerah sesuai dengan jenis kegiatan usaha yang dilakukan. Penyebaran lokasi usaha PT. Suri Tani Pemuka untuk usaha pengolahan dan pembekuan udang terbagi ke dalam daerah Banyuwangi, Jawa Timur dengan kapasitas 20 ton per hari, dan daerah Bati-Bati Kalimantan Selatan. Lokasi usaha untuk tambak udang disebar oleh PT. Suri Tani Pemuka di daerah Watukebo, Banyuwangi Jawa timur dengan luas area air sebesar 241.987 m2, Bomo, Banyuwangi dengan luas area air 318.372 m2, Sobo, Banyuwangi dengan luas area air sebesar 127.931 m2, Karang tekok, Situbondo Jawa Timur
40
dengan luas area air sebesar 144.782 m2, Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur dengan luas area air sebesar 195.178 m2, Lamongan, Situbondo Jawa Timur dengan luas area air sebesar 83.588 m2 serta di daerah Takisung, Tanah Laut, Kalimantan Selatan dengan luas area air sebesar 3.515.000 m2. Lokasi pengoperasian untuk usaha pabrik makanan udang yang dipilih oleh PT. Suri Tani Pemuka adalah di daerah Banyuwangi Jawa Timur. Lokasi usaha PT. Suri Tani Pemuka untuk pabrik makanan udang dan makanan ikan adalah di daerah Sidoarjo, Jawa Timur dan di daerah Cirebon, Jawa Barat untuk pabrik pakan ikan. Sedangkan lokasi yang digunakan oleh PT. Suri Tani Pemuka untuk melakukan kegiatan pembenihan adalah di daerah Singaraja Bali, Pagatan Kalimantan Selatan dan daerah Anyer Banten. 5.3.
Produk-Produk yang Dihasilkan Perusahaan PT. Suri Tani Pemuka merupakan salah satu perusahaan yang
memanfaatkan potensi kelautan yang ada di Indonesia untuk menghasilkan berbagai produk perikanan. Produk-produk tersebut terdiri dari berbagai macam produk segar atau produk olahan perikanan atau bahan baku perikanan. Produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Suri Tani Pemuka diantaranya adalah udang segar beku. Produk-produk udang segar beku yang dihasilkan oleh PT. Suri Tani Pemuka berupa produk mentah yang terdiri dari Head Less (HL), Head On (HO), Peeled Tail On (PTO), Peeled And Deveined (PD), Peeled Un Deveined (PUD), Peeled Tail On Stretch (PTOS), Sushi Ebi (SE) dan Skewered. Selain itu terdapat pula produk udang yang direbus berupa Head Less, Peeled Tail On, Peeled And Deveined serta Peeled Un Deveined. PT. Suri tani Pemuka juga mengeluarkan produk untuk sistem pendingin berupa Block Frozen, Individual Quick Frozen (IQF) serta Semi Individual Quick Frozen. Selain itu, PT. Suri Tani Pemuka juga menghasilkan produk berupa produk pengepakan seperti Inner Carton, Polybag, Vacuum Pack dan Shuttered Pack. PT. Suri Tani Pemuka juga menghasilkan beberapa jenis produk lain berupa seafood yaitu Hau Kau yaitu udang yang dicincang dicampur dengan daging cincang yang ditusuk kayu dan bumbu khusus. Masing-masing dibungkus dalam sembilan lapisan kulit luar, biasanya dihidangkan dalam masakan dim sum, Ebi Chakin yaitu udang yang dicincang dan dicampur dengan bumbu khusus,
41
masing-masing dibungkus kol panas. Jenis makanan olahan lainnya adalah Japone Gyouza yaitu udang cincang yang dicampur dengan jamur shitake dan bumbu khusus, Ebi Nira Gyouza yaitu udang cincang yang dicampur dan irisan bawang dan bumbu khusus. Jenis makanan olahan yang dihasilkan PT. Suri Tani untuk memenuhi pasar Jepang lainnya adalah Pearl Gyouza yaitu udang cincang dicampur dengan tusukan kayu dan bumbu khusus, masing-masing dibungkus berbentuk bulat untuk luarnya, Italian Gyouza yaitu udang cincang dicampur dengan irisan tomat dan bumbu khusus. Seafood lainnya adalah Hana Gyouza yaitu udang cincang dicampur dengan tusukan kayu dan bumbu khusus. Masing-masing kulit dibungkus berbentuk kembang untuk luarnya, Shrimp in Soup yaitu udang kupas dalam sup khusus untuk dimakan selagi panas atau sebagai tambahan nasi goreng atau sup seafood. Masing-masing pak diberi air panas untuk dipanaskan atau microwave serta kakap putih, masing-masing vacuum pak berisi 300 hingga 500 gram Kakap Putih. Semua jenis ikan kolam dan diproses sesuai kondisi kebersihan. PT. Suri Tani Pemuka juga memproduksi produk-produk input pertanian yang berkualitas dan bersertifikat. Produk-produk ini terdiri dari benur udang (post larva) untuk spesies Penaeus monodon, Penaeus indicus dan Litopenaeus vannamei serta bibit ikan dengan spesies Seabass dan Tilapia Merah. PT. Suri Tani Pemuka yang berlokasi di Serang Banten merupakan lokasi khusus pembenihan udang vannamei. 5.4.
Proses Budidaya Sub bab proses budidaya merupakan sub bab yang menjelaskan secara
deskriptif kegiatan usaha yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka. Penggambaran dilakukan untuk menjelaskan bagaimana PT. Suri Tani Pemuka melakukan kegiatan pembenihan udang vannamei dan fasilitas yang digunakan oleh perusahaan ini dalam melakukan usahanya dalam kegiatan pembenihan udang vannamei. Beberapa tahapan penting dalam kegiatan budidaya udang vannamei atau disebut juga dengan kegiatan pembenihan udang vannamei yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka meliputi kegiatan sebagai berikut:
42
1. Persiapan Bak Pemeliharaan Salah satu kegiatan utama yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka adalah melakukan persiapan untuk kegiatan pembenihan. Persiapan yang selalu diperhatikan oleh PT. Suri Tani Pemuka adalah kegiatan persiapan bak pemeliharaan. Persiapan bak pemeliharaan walaupun kelihatannya sederhana namun memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan berhasil tidaknya usaha pemeliharaan induk. Sebelum dipergunakan, bak dibersihkan dari segala bentuk kotoran yang mungkin berpengaruh terhadap kehidupan larva. Untuk mendukung kehidupan larva, bak pemeliharaan harus bersih dan bebas dari segala jenis organisme patogen, bak dan sarana aerasi tersebut dicuci dan disikat sampai bersih kemudian dikeringkan dua sampai tiga hari hingga benar-benar kering. Pengeringan ini dimaksudkan untuk mematikan organisme yang menempel pada media pemeliharaan serta mencegah timbulnya suatu penyakit. Persiapan yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka dilakukan secara kimiawi terhadap bak larva dan sarana aerasi, dengan cara mengusap atau merendam sarana tersebut dengan bahan desinfektan seperti chlorin 150 ppm. Perlakuan bahan ini dapat memantapkan kegiatan selanjutnya karena dengan merendam atau mengusap bahan kimia tersebut jenis bakteri dan organisme patogen dapat mati. Mengingat chlorin, kaporit dan disinfektan lain dalam konsentrasi tertentu dapat meracuni udang, maka pengisian air ke dalam bak pemeliharaan larva dilakukan satu sampai dua jam setelah bak tersebut dibilas. Bahan desinfektan lain yang dapat digunakan diantaranya adalah formalin 50 ppm dan kalium permanganat 100 ppm. 2. Pengadaan dan seleksi calon induk Induk udang vannamei didatangkan PT. Suri Tani Pemuka dari Hawai, Amerika. Induk yang didatangkan adalah induk yang bersertifikat dan dinyatakan bebas penyakit dari pihak karantina hewan untuk kegiatan impor. Induk yang didatangkan tersebut akan bertelur sebanyak empat kali dalam waktu satu bulan. Ukuran calon induk betina yang baik untuk diablasi adalah lebih besar dari 40 gram dan untuk udang jantan di atas 35 gram. Udang vannamei betina yang ideal untuk dipergunakan dalam pembenihan adalah yang berukuran antara 40-50 gram. Ukuran tubuh udang vannamei betina yang termasuk kriteria produktif
43
antara 20 cm hingga 25 cm, sedangkan untuk pemilih calon induk udang vannamei jantan sebaiknya berukuran sedang, yang memiliki panjang tubuh antara 15 cm hingga 20 cm. Sebelum ditebar, kantong pengangkutan induk dimasukkan ke dalam bak yang terisi air dan di aerasi selama kurang lebih 30 menit, setelah itu suhu air kantong ataupun suhu air bak diperiksa. Apabila sudah tidak ada perbedaan suhu atau apabila perbedaannya hanya satu sampai dua derajat Celcius, maka induk dapat dilepaskan dalam bak. Hal serupa untuk salinitas, apabila perbedaan salinitas antara air dalam kantong dengan air dalam bak kurang dari lima ppt maka induk sudah dapat ditebar. 3. Proses pematangan gonad induk Pematangan gonad pada induk betina adalah proses perkembangan telur (Oogenesis) di dalam ovary. Udang vannamei betina mempunyai sistem telikung terbuka. Seperti halnya dengan udang penaeid lainnya, hormon pengontrol reproduksi atau X organ terletak di mata. Sehingga untuk mendorong berkembangnya ovary, harus dilakukan ablasi mata. Induk udang vannamei akan mulai matang gonad sekitar lima sampai enam hari setelah proses pengablasian dilakukan. Setelah itu untuk mempercepat pematangan gonad PT. Suri Tani Pemuka memberikan pakan segar lebih banyak kepada induk udang vannamei. Proses ablasi dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka dengan melakukan pemotongan tangkai mata (ablai) dengan gunting. 4. Perkawinan udang vannamei Proses perkawinan pada udang vannamei berbeda dengan udang penaeus umumnya. Perkawinan terjadi pada saat pada saat kulit atau kerapasnya keras dan ketika telur sudah matang. Pemijahan terjadi beberapa jam setelah perkawinan, biasanya kurang dari tiga jam. Perkawinan udang vannamei dilakukan di luar tubuh dan biasanya terjadi sebelum dan sesudah matahari terbenam dan terjadi 3-16 detik. 5. Pemijahan dan penetasan Derajat pemijahan dan penetasan sangat ditentukan oleh kualitas sperma dan kemampuan penempelan pada telikung serta media penetasan (suhu dan salinitas). Beberapa kegagalan yang terjadi adalah disebabkan oleh tidak
44
terjadinya pembuahan yang disebabkan induk betina belum matang telur atau rusaknya spermator. Induk yang telah dikawinkan, ditandai dengan adanya penempelan sperma pada telikum, dipindahkan ke dalam bak spawning atau pemijahan yang telah dipersiapkan oleh PT. Suri Tani Pemuka dengan kepadatan empat ekor per meter persegi. Satu hingga dua jam kemudian induk akan melepaskan telurnya. Telur akan menetas menjadi naupli dalam kurun waktu 12-16 jam. Setelah pemijahan biasanya induk betina akan moulting. Telur udang vannamei akan menetas pada kisaran suhu 28-300C. Satu induk udang vannamei akan menghasilkan 100-200 ribu telur. 6. Penebaran nauplius Telur yang sudah menetas dan menjadi naupli kemudian dipindahkan ke dalam bak larva yang ada di lokasi pembenihan PT. Suri Tani Pemuka. Naupli udang penaeid pada umumnya mengalami enam kali metamorfhose dalam waktu 45-50 jam dan tumbuh menjadi zoea, selanjutnya berkembang menjadi mysis dan post larva. Penebaran naupli di PT. Suri Tani Pemuka dilakukan pada pagi hari dengan tujuan untuk menghindari perubahan suhu yang terlalu tinggi dengan cara aklimatisasi 30 menit atau sampai suhu di dalam wadah dengan suhu di luar wadah sama. Pemindahan naupli sebaiknya dilakukan pada saat naupli sudah dianggap cukup kuat. 7. Pengelolaan kualitas air Air merupakan faktor utama penentu keberhasilan dalam kegiatan pembenihan udang vannamei. Air yang digunakan oleh PT. Suri Tani Pemuka dalam kegiatan pembenihan udang vannamei terdiri dari air laut dan air tawar. Pengelolaan kualitas air merupakan salah satu faktor penting bagi PT. Suri tani Pemuka dalam kegiatan operasional pemeliharaan larva. Kualitas air pada bak pemeliharaan larva dipertahankan sebaik mungkin. Kualitas air ini meliputi aspek fisik, kimia dan biologi. Beberapa parameter yang dapat diamati langsung dengan mata dan peralatan yang sederhana yaitu salinitas, kekeruhan, blooming alga dan warna air.
45
Selama masa pemeliharaan dimungkinkan untuk tidak melakukan pergantian air. Pengamatan kualitas air dan jumlah makanan yang ada pada bak pemeliharaan larva harus mendapat perhatian khusus. Monitoring kualitas air dilakukan setiap hari pada pagi, siang dan sore hari. Usaha-usaha yang dilakukan selama proses ini antara lain adalah sistem persiapan air yang steril, pengaturan salinitas dan pengaturan temperatur. 8. Pengelolaan pakan Jenis pakan yang digunakan oleh PT. Suri Tani Pemuka untuk diberikan pada larva udang vannamei selama proses pemeliharaan ada dua jenis yaitu pakan alami (phitoplankton dan zooplankton) dan pakan buatan. Makanan buatan yang diberikan berupa Norsan, MOS-100, Frippak dan makanan buatan lainnya dengan frekuensi delapan kali sehari. Pemberian makanan buatan terlebih dahulu diencerkan dan disaring. Pakan alami dari jenis phytoplankton adalah Chaetoceros. Pemberian Chaetoceros dilakukan mulai dari stadia zoea 1 sampai dengan mysis 3. Pada stadia naupli belum diberikan pakan, karena pada stadia ini larva udang vannamei masih memanfaatkan kuning telur sebagai pensuplai makanan. Pemanenan Chaetoceros dilakukan dengan menggunakan pompa celup dan dialirkan melalui pipa transfer alga ke bak pemeliharaan larva. Pakan alami lainnya berasal dari jenis zooplankton yang digunakan adalah artemia dengan cara melakukan pengkulturan selama 24 jam dalam wadah kultur. Artemia yang telah di kultur kemudian diberikan pada larva udang vannamei pada M3
PL1 dengan kepadatan tiga sampai empat individu per mililiter, pada PL2
sampai dengan PL5 dengan kepadatan 8-10 individu/ml dan PL6 sampai PL10 dengan kepadatan 11-13 individu/ml. 9. Pemanenan Naupli pada umumnya bersifat fototaksis positif, artinya naupli akan berkumpul karena tertarik oleh sinar. Sifat ini dimiliki juga oleh naupli udang vannamei. Sifat ini biasanya dipergunakan oleh PT. Suri Tani Pemuka untuk teknik pemanenan naupli. Sinar elektrik diletakkan pada suatu tempat di luar dinding bak sehingga dapat menembus dinding bak dan merangsang naupli untuk mendekati sinar. Kemudian air tempat berkumpulnya naupli dapat dihisap dengan 46
menggunakan selang plastik, sehingga naupli akan ikut terhisap dan masuk ke dalam bak penampung yang telah disiapkan sebelumnya. Bak penampungan naupli tersebut selanjutnya diberi aerasi. Pemanenan benur di PT. Suri Tani Pemuka dilakukan dengan menurunkan volume air sampai 50 persen dan memasang pipa saringan. Setelah mencapai 50 persen pipa saringan dibuka dan air dari saluran pengeluaran ditampung pada ember saringan. Pemanenan dilakukan dengan terlebih dahulu mematikan aerasi. Pembuangan air beserta benur dilakukan pada ember saringan sampai air yang ada pada bak pemeliharaan benar-benar habis. Selanjutnya dilakukan penyiraman bak agar sisa-sisa benur tidak menempel pada bak, kemudian ditampung pada ember plastik yang diberi aerasi. 5.5.
Fasilitas Pada Proses Pembenihan PT. Suri Tani Pemuka mempunyai beberapa fasilitas yang digunakan
dalam kegiatan pembenihan udang vannamei. Beberapa fasilitas tersebut diantaranya adalah bak pemeliharaan induk, bak peneluran atau bak penetasan telur, bak pemeliharaan larva, bak kultur pakan alami, bak penyaringan, bak tandon, serta fasilitas pendukung lainnya yaitu sarana yang digunakan untuk proses produksi seperti pembangkit listrik (generator), blower, alat pemanas (broiler), pendingin air (chiller), pompa air laut, pompa air tawar, pompa penyalur, filter preasure, laboratorium, dan sistem UV. Bak pemeliharaan induk yang digunakan juga untuk tempat pemijahan berbentuk persegi panjang berkapasitas 20 m3 dengan ukuran 6 x 4,5 x 1,4 meter dan dilengkapi dengan saluran inlet dan outlet. Saluran inlet menggunakan pipa PVC berdiameter dua inchi, sedangkan outlet menggunakan pipa PVC berdiameter tiga inchi. Bak pemeliharaan induk dipasang aerasi sebanyak delapan titik dengan jarak 10 cm dengan menggunakan pipa PVC yang berdiameter satu inchi yang disalurkan ke dalam bak dengan menggunakan selang aerasi yang berdiameter 0,5 cm. Bak penetasan telur terbuat dari semen berbentuk persegi panjang dengan kapasitas 24 m3 dan hanya diisi air sebanyak 17 m3. Ukuran bak penetasan telur pada PT. Suri Tani Pemuka adalah 5,5 x 3 x 1,6 meter dan dilengkapi dengan saluran inlet dan outlet. Saluran inlet menggunakan pipa PVC berdiameter dua
47
inchi, sedangkan outlet menggunakan pipa PVC berdiameter tiga inchi dan dipasang aerasi sebanyak delapan titik. Bak pemeliharaan larva yang ada di PT. Suri Tani Pemuka menggunakan sistem pemeliharaan indoor. Prinsip untuk pemeliharaan larva sama dengan bak yang lainnya yaitu dapat menjaga kualitas air secara optimal serta memudahkan dalam penggantian air dengan sedikit membuat posisi dasar bak landai ke saluran panen yang sekaligus berfungsi sebagai saluran pembuangan dengan lebar satu meter. Bak yang digunakan untuk kultur pakan alami di PT. Suri Tani Pemuka terdiri dari bak kultur Skeletonema sp sebanyak 12 buah berbentuk persegi panjang dan bak untuk penetasan artemia sp. Fasilitas lainnya yang ada di PT. Suri Tani Pemuka adalah bak penyaringan. Bak penyaringan terdiri dari dua bak yaitu bak penyaringan 1 dan bak penyaringan 2. Bak ini berfungsi untuk proses filterisasi dengan ukuran 5 x 2 x 1,5 meter. Bak penyaringan 1 dan 2 diisi dengan pasir silika halus pada bagian atas setinggi 30 cm, pada bagian tengah diisi pasir silika kasar dengan ketebalan setinggi 50 cm dan bagian paling dasar terdapat arang dengan ketinggian 50 cm. Hasil penyaringan dari bak 1 dan 2 ditampung dalam bak lain. Bak tandon (reservoir) berfungsi untuk menampung air laut yang telah diolah dari bak filterisasi dan filter preasure berbentuk bulat yang di dalamnya berisi pasir silika halus, kemudian filter preasure berbentuk kapsul yang berisi serbuk arang sebelum digunakan untuk proses produksi. Bak reservoir ini berkapasitas 400 m3 terbuat dari beton dan dilengkapi dengan lampu ultraviolet. Jarak lampu ultraviolet dengan dasar bak adalah 50 cm.
48
VI.
ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PENERIMAAN BENIH UDANG VANNAMEI
6.1.
Sumber-Sumber Risiko Pada Usaha Pembenihan Udang Vannamei Pada kegiatan usaha pembenihan udang vannamei terdapat beberapa
sumber risiko yang dapat menghambat kegiatan usaha. Sumber-sumber risiko tersebut diklasifikasikan ke dalam risiko operasional dan risiko pasar. Sumbersumber risiko tersebut di antaranya adalah: 1.
Risiko operasional Risiko operasional yang teridentifikasi pada PT. Suri Tani Pemuka
terdapat pada beberapa kegiatan utama dalam proses pembenihan udang vannamei. Kegiatan yang teridentifikasi sebagai sumber risiko diantaranya adalah: a) Pengadaan induk udang vannamei Induk udang vannamei didatangkan oleh PT. Suri Tani Pemuka dari Hawai, Amerika. Tingkat risiko yang dihadapi oleh perusahaan kurang lebih sekitar tiga persen. Hal ini disebabkan kematian induk udang vannamei dalam kurun waktu lebih dari 24 jam. Induk yang akan didatangkan oleh perusahaan harus melewati proses karantina terlebih dahulu sehingga tidak jarang proses karantina ini menimbulkan risiko berupa kegagalan dalam proses birokrasi. Jika dalam proses karantina ternyata ditemukan adanya penyakit pada sampel induk udang, maka induk udang tersebut akan dikembalikan pada importir sehingga akan menghambat proses pengadaan induk karena seluruh induk udang yang diimpor dianggap terserang penyakit sama seperti sampelnya. Risiko lainnya yang ditemukan pada pengadaan induk adalah seringnya induk udang vannamei mengalami stres dikarenakan proses distribusi produk yang memakan waktu. Selain itu, perbedaan suhu antara negara asal udang vannamei dan Indonesia menjadi salah satu kendala yang harus ditangani dengan tepat. Suhu pada negara asal induk udang vannamei berkisar antara 190-210C lebih rendah dibandingkan dengan suhu di Indonesia yaitu berkisar antara 280-320C. Kendala lain yang sering dihadapi perusahaan pada induk adalah kegagalan bertelur pada induk. Kegagalan bertelur ini biasanya disebabkan karena suara gaduh pada lokasi pembenihan dan perlakuan yang kurang hati-hati pada penanganan induk udang vannamei. Risiko yang terjadi dalam kegiatan pengadaan induk udang vannamei
akibat dari kegagalan dalam proses pengadaan induk di PT. Suri Tani Pemuka adalah sekitar tiga persen. b) Penyakit yang menyerang udang vannamei Penyakit pada udang vannamei dapat menyerang induk maupun larva. Penyakit yang sering menyerang induk udang vannamei adalah penyakit TSV (Taura Sindrom Virus). Gejala awal induk udang yang terserang penyakit TSV adalah ekor udang berwarna kemerahan dan pada serangan kronis terdapat bercak hitam pada bagian tubuhnya. Adanya penyakit yang menyerang induk ini biasanya terjadi karena penyakit bawaan dari negara asal induk dan pengaruh perbedaan suhu antara negara asal induk udang dan tempat pembenihan udang vannamei. Jika ditemukan induk udang yang terserang penyakit, maka seluruh induk yang ada pada bak penampungan induk yang ada di PT. Suri Tani Pemuka akan dibuang. Hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya kerugian pada perusahaan sehingga pada proses pengadaan induk harus ditangani dengan hati-hati. Dalam proses pemeliharaan larva, serangan penyakit merupakan kendala teknis utama. Penyebab timbulnya penyakit tidak selalu diketahui. Dalam beberapa siklus pembenihan, perusahaan mengalami dua kali gagal produksi pada beberapa bak pemeliharaan larva dikarenakan penyakit parasiter yaitu penyakit yang disebabkan oleh protozoa, metazoa dan jamur. Adanya penyakit yang menyerang larva ini menyebabkan fluktuasi produksi benih udang vannamei. Fluktuasi produksi benih dapat dilihat dari produksi benur selama tahun 2008. Produksi benur terbesar selama tahun 2008 adalah sebanyak 6.639.840 benur, sedangkan produksi terendah adalah sebesar 4.343.040 benur. Risiko yang dialami oleh PT. Suri Tani Pemuka yang disebabkan oleh benur yang terserang penyakit adalah sebesar 27 persen. c) Cuaca Faktor cuaca merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan merupakan salah satu sumber risiko pada proses pembenihan udang vannamei di PT. Suri Tani Pemuka. Salah satu bagian dari cuaca yang menimbulkan risiko adalah suhu udara. Suhu udara sangat mempengaruhi induk udang dan larva. Hal ini disebabkan udang vannamei merupakan udang introduksi yang suhu udara negara 50
asalnya berbeda dengan suhu udara yang ada di Indonesia. Hal ini menyebabkan suhu sebagai salah satu sumber risiko karena jika suhu udara tidak ditangani seperti suhu udara negara asal induk udang vannamei maka akan menimbulkan masalah
yang
menyebabkan
terganggunya
proses
pembenihan
bahkan
menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena tingkat mortalitas induk udang akan tinggi. Kondisi cuaca yang tidak stabil dapat mempengaruhi terserangnya penyakit pada larva. Misalnya pada musim hujan di mana kondisi suhu dan salinitas labil serta sering berfluktuasi. Keadaan ini akan membuat larva menjadi lemah dan mudah terserang penyakit. d) Mortalitas Tingkat mortalitas pada proses pembenihan udang vannamei di PT. Suri tani Pemuka disebabkan oleh beberapa faktor dan dapat terjadi pada beberapa kegiatan
dalam
proses
pembenihan.
Faktor-faktor
penyebab
mortalitas
diantaranya terjadi pada kegiatan pemeliharaan naupli, pemeliharaan larva, pemanenan dan pengemasan. Tingkat mortalitas ini biasanya disebabkan oleh kesalahan penanganan pada pemeliharaan naupli, larva dan proses pengemasan. Tingginya tingkat mortalitas akan mempengaruhi jumlah produksi benih. Tingkat mortalitas yang tidak dapat ditangani oleh perusahaan dapat menyebabkan rendahnya produksi dan sangat berisiko bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan jika terjadi mortalitas pada saat pengemasan atau distribusi merupakan tanggungan dari perusahaan. Oleh karena itu proses tersebut harus benar-benar diperhatikan dan ditangani dengan teliti sehingga tingkat mortalitas benih dapat diperkecil. Tingkat mortalitas benih selama proses pemeliharaan naupli, pemeliharaan benur, pemanenan, pengemasan selama tahun 2008 adalah sekitar 67 persen. e) Kerusakan pada peralatan teknis Peralatan pada usaha pembenihan udang vannamei di PT. Suri Tani Pemuka yang sering mengalami kerusakan kecil maupun besar. Kerusakan ini berisiko menghambat kegiatan produksi. Peralatan yang sering mengalami kerusakan terdiri dari kerusakan sparepart pompa air, kerusakan bak tandon, motor pompa, dan kerusakan pada bohlam lampu UV. 51
2.
Risiko pasar Timbulnya risiko pasar yang dihadapi oleh perusahaan pada umumnya
disebabkan oleh fluktuasi harga pasar beberapa komponen produksi seperti induk, pakan dan benih. Risiko pasar yang dihadapi PT. Suri Tani Pemuka diantaranya adalah: a) Fluktuasi harga induk Tingkat harga induk yang diterima oleh perusahaan dari pihak importir sepanjang tahun 2008 adalah sebesar 35 dolar per ekor. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar akan menyebabkan adanya fluktuasi dari harga induk. Jika nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar maka harga induk udang vannamei akan naik, sebaliknya jika nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika maka harga induk udang vannamei akan turun. Harga induk udang tertinggi pada tahun 2008 adalah sebesar 420 ribu rupiah per ekor induk, sedangkan harga induk terendah adalah sebesar 350 ribu rupiah per ekor induk. Hal ini menunjukkan bahwa harga induk udang vannamei sangat ditentukan oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Dalam hal ini, kondisi perekonomian sangat berperan dalam pembentukan harga induk. Fluktuasi harga induk ini akan menimbulkan risiko bagi perusahaan. Jika nilai tukar rupiah melemah maka tingkat risiko dalam harga induk akan tinggi. Akan tetapi jika nilai tukar rupiah menguat maka tingkat risiko harga induk udang vannamei dapat ditekan. b) Fluktuasi harga pakan Fluktuasi harga pakan untuk benih udang terjadi pada pakan alami. Pakan alami untuk kegiatan pembenihan udang terdiri dari cumi-cumi, cacing laut dan artemia. Fluktuasi harga pakan alami ini terjadi pada pakan alami yang akan digunakan untuk pakan induk udang vannamei. Hal ini dikarenakan pakan alami ini masih tergantung pada alam dan musim. Jika hasil pakan alami yang didapat dari laut sedikit yaitu pada musim kemarau maka tingkat harga pakan alami akan meningkat. Akan tetapi terjadi sebaliknya jika hasil pakan alami dari laut melimpah maka harga pakan alami akan turun. Fluktuasi harga pakan alami akan menyebabkan risiko pada perusahaan. Perusahaan akan mengalami kesulitan mendapatkan pasokan pakan alami pada 52
saat musim kemarau dan walaupun tersedia, tingkat harga yang didapatkan akan tinggi. Harga tertinggi untuk cacing laut adalah sebesar 21 ribu rupiah per kilogram, sedangkan harga terendah adalah 14 ribu rupiah per kilogram. Harga tertinggi untuk cumi-cumi adalah sebesar 28 ribu rupiah, sedangkan harga terendah sebesar 19 ribu rupiah per kilogram. c) Fluktuasi harga benih Konsumen benih udang vannamei yang diproduksi oleh PT. Suri Tani Pemuka terdiri dari konsumen yang berasal dari berbagai daerah. Konsumen tersebut berasal dari Banten, Lampung, Bangka, Indramayu, Cilacap dan Semarang. Perbedaan daerah distribusi ini menyebabkan perbedaan tingkat harga yang diterima oleh konsumen. Fluktuasi harga ini harus ditangani perusahaan dengan berbagai strategi agar perusahaan tetap memperoleh keuntungan dengan tambahan biaya distribusi dan fluktuasi harga input. Jika fluktuasi harga benih tidak dapat ditangani dengan baik oleh perusahaan maka risiko yang dihadapi berupa penurunan penerimaan yang diperoleh perusahaan. Harga benih tertinggi yang diterima perusahaan adalah sebesar 27 rupiah per larva, sedangkan harga terendah per larva adalah sebesar 25 rupiah. Fluktuasi harga benih juga disebabkan oleh adanya pesaing yang menjadi produsen benih udang vannamei. Adanya pesaing menyebabkan perusahaan harus menetapkan harga yang mampu berkompetisi sehingga konsumen dapat memilih PT. Suri Tani Pemuka sebagai pemasok benih udang vannamei. Jika PT. Suri Tani Pemuka menetapkan harga di atas harga yang ditentukan oleh pesaing maka risiko yang dihadapi adalah berpindahnya konsumen pada pesaing. Hasil identifikasi berupa sumber-sumber risiko operasional maupun risiko pasar dapat dipetakan ke dalam peta risiko berdasarkan tingkat kemungkinan terjadinya dan besarnya dampak yang diakibatkan oleh risiko tersebut. Besar atau kecilnya penggolongan tingkat risiko ke dalam probabilitas dan dampak risiko dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan. Penentuan besar atau kecilnya probabilitas adalah berdasarkan tingkat persentase terjadinya sumber risiko pada perusahaan. Sedangkan pengklasifikasian dampak ke dalam dampak yang besar atau kecil adalah berdasarkan tingkat kerugian yang dialami oleh PT. Suri Tani Pemuka yang disebabkan oleh terjadinya sumber risiko.
53
Risiko yang kemungkinan terjadinya risiko paling besar terjadi pada risiko yang disebabkan tingginya tingkat mortalitas, urutan kedua ditempati oleh risiko yang disebabkan oleh penyakit dan urutan selanjutnya ditempati oleh risiko karena adanya fluktuasi harga induk, fluktuasi harga pakan dan fluktuasi harga benih. Risiko yang memberikan dampak kerugian terbesar disebabkan oleh tingkat mortalitas dan penyakit dan urutan selanjutnya disebabkan oleh risiko dalam pengadaan induk. Risiko yang kecil kemungkinan terjadinya kecil dan dampak kerugian yang ditimbulkan kecil pula disebabkan oleh risiko kerusakan peralatan dan risiko yang disebabkan oleh cuaca. Hasil pemetaan sumber-sumber risiko yang ada di PT. Suri Tani Pemuka dalam kegiatan pembenihan udang vannamei dapat dilihat pada Gambar 7. Dampak (Rp)
Besar
Kuadran 2:
Kuadran 1:
-Pengadaan induk
-Penyakit -Tingkat Mortalitas
Kecil
Kuadran 4:
Kuadran 3:
-Kerusakan peralatan
-Fluktuasi harga induk
-Cuaca
-Fluktuasi harga pakan -Fluktuasi harga benih
Kecil
Besar
Probabilitas (%) Gambar 7. Peta Hasil Identifikasi Sumber Risiko
Sumber-sumber risiko yang ada di PT. Suri Tani Pemuka dalam kegiatan pembenihan udang vannamei dapat diklasifikasikan ke dalam empat kuadran risiko berdasarkan tingkat kemungkinan terjadinya dan dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut. Sumber risiko yang berada pada kuadran 1 atau risiko yang dianggap oleh PT. Suri Tani Pemuka memiliki kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan jika risiko tersebut terjadi juga besar adalah risiko
54
timbulnya penyakit yang menyerang induk dan benih udang vannamei serta risiko yang terjadi karena tingginya tingkat mortalitas benih udang vannamei. Sumber risiko yang berada pada kuadran 2 atau risiko yang kemungkinan terjadinya kecil akan tetapi dampak yang disebabkan oleh jenis risiko ini besar menurut PT. Suri Tani Pemuka adalah risiko pada kegiatan pengadaan induk. Hasil pemetaan risiko yang ada di PT. Suri Tani Pemuka yang berada pada kuadran 3 atau risiko yang kemungkinan terjadinya risiko besar akan tetapi dampak yang ditimbulkan oleh risiko ini kecil adalah risiko yang terjadi akibat adanya fluktuasi harga baik harga input maupun output. Fluktuasi harga yang menimbulkan risiko tersebut terjadi pada harga induk, pakan dan benih. Sumber risiko yang terdapat pada kuadran 4 atau risiko yang kemungkinan terjadinya kecil dan dampak yang disebabkan oleh risiko ini kecil pula adalah risiko yang disebabkan oleh cuaca dan kerusakan peralatan teknis. 6.2.
Strategi Penanganan Risiko di PT. Suri Tani Pemuka Menghadapi berbagai sumber risiko yang muncul pada usaha pembenihan
udang baik dari risiko operasional maupun risiko pasar, PT. Suri Tani Pemuka memiliki berbagai macam cara atau strategi untuk menghindari atau mencegah terjadinya sumber-sumber risiko tersebut serta menangani risiko yang sudah terjadi pada usaha pembenihan udang. Strategi-strategi yang dilakukan PT. Suri Tani Pemuka dalam menangani sumber-sumber risiko pada usaha pembenihan udang vannamei meliputi: 1.
Penghindaran risiko (preventif) Strategi preventif dilakukan perusahaan untuk menghindari terjadinya
risiko. Strategi ini dilakukan perusahaan pada beberapa sistem kegiatan pembenihan udang vannamei. Penerapan strategi yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka diantaranya adalah pada kegiatan berikut: a) Mempersiapkan wadah pemeliharaan Kegiatan persiapan wadah pemeliharaan dilakukan PT. Suri Tani Pemuka untuk membersihkan lumut dan kotoran yang menempel pada bak pemeliharaan. Kegiatan persiapan wadah pemeliharaan meliputi kegiatan pencucian bak menggunakan larutan detergen dan kaporit. Kegiatan selanjutnya adalah pengeringan bak yang dilakukan pada saat induk diafkir. Selama kegiatan 55
pengeringan dilakukan beberapa kegiatan diantaranya adalah mencuci selang aerasi, batu aerasi dan timah aerasi dengan deterjen lalu direndam dengan formalin 100 ppm selama 24 jam. Ketika bak akan dipakai terlebih dahulu dicuci dengan detergen dan dibilas hingga bersih lalu aerasi dipasang pada bak. Setelah aerasi terpasang, maka pengisian air pada bak pemeliharaan dapat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan perlakuan pada air. Kegiatan
persiapan
ini
dilakukan
untuk
mengistirahatkan
bak
pemeliharaan dan membersihkan bak serta mensterilkan bahan-bahan pada bak pemeliharaan dari kotoran dan lumut. Hal ini berfungsi sebagai langkah untuk mencegah terserangnya benih udang vannamei oleh berbagai penyakit yang disebabkan oleh jamur dan virus. b) Sistem kontrak pembelian dengan pemasok pakan Salah satu sumber risiko yang harus ditangani adalah pengadaan pakan alami untuk induk udang vannamei. Pada musim kemarau, pakan alami sulit didapat sehingga menyebabkan harga pakan naik. Menghadapi permasalahan tersebut, PT. Suri Tani Pemuka melakukan sistem kontrak dengan pihak pemasok pakan alami. Pihak pemasok pakan alami adalah nelayan yang bertempat tinggal di sekitar pantai Anyer. Dengan adanya sistem kontrak ini, maka perusahaan tidak akan mengalami kesulitan pakan alami pada musim kemarau atau mendapatkan pakan dengan harga tinggi. Sistem kontrak berisi persyaratan kontinuitas pakan alami berupa cacing laut dan cumi-cumi dengan harga sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. c) Pemeliharaan induk Kegiatan pemeliharaan induk bertujuan untuk mematangkan gonad sehingga induk siap dipijahkan. Selain itu, pemeliharaan induk bertujuan untuk mencegah risiko gagal bertelur dan stres pada induk. Kegiatan pemeliharaan induk dipisahkan antara induk jantan dan induk betina. Induk diberi pakan segar berupa cumi-cumi, cacing laut dan kerang-kerangan. Pemberian pakan pada induk udang harus dilakukan dengan tepat waktu untuk mencegah kanibalisme yang dapat menyebabkan kematian pada induk. Selain pakan, faktor utama yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan induk adalah kualitas air. Selama pemeliharaan,
56
setiap pagi hari dilakukan penyiponan dan pergantian air untuk mendukung kematangan gonad. Upaya untuk menghindari risiko kegagalan bertelur juga dilakukan dengan mengurangi suara gaduh yang dapat menyebabkan stres pada induk. Selain itu, proses ablasi harus dilakukan dengan teliti sehingga meminimalkan angka kegagalan. Oleh karena itu, perusahaan mempercayakan pekerjaan tersebut pada pekerja yang berpengalaman dan mengerti mengenai perlakuan pada induk tersebut. d) Pemeliharaan larva Kegiatan pemeliharaan larva merupakan kegiatan yang paling penting untuk menghindari risiko gagal produksi di PT. Suri Tani Pemuka. Pemeliharaan larva dimulai dari stadia naupli hingga mencapai stadia post larva (PL) 10-12 yang dikenal dengan benur atau benih udang. Termasuk di dalamnya kegiatankegiatan seperti persiapan bak pemeliharaan, penebaran larva, pengamatan kondisi dan perkembangan larva, pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air, pengendalian penyakit dan pemanenan. Pengamatan larva dilakukan PT. Suri Tani Pemuka untuk mencegah risiko larva terserang penyakit dan patogen. Pengamatan larva dilakukan oleh bagian laboratorium untuk mengamati morfologi tubuh larva, keberadaan parasit patogen yang menyebabkan larva terserang penyakit. Jika hasil pengamatan laboratorium menunjukkan bahwa ada sampel yang terserang penyakit, maka bak pemeliharaan larva akan ditetesi dengan formalin sehingga larva yang terserang penyakit mati dan larva yang tidak terserang tidak tertular oleh larva yang terserang penyakit. e) Pengelolaan kualitas air Pengelolaan air merupakan hal yang mutlak dilakukan dalam usaha pembenihan udang di PT. Suri Tani Pemuka. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko kegagalan produksi dikarenakan tingkat mortalitas induk dan benih yang tinggi. Pengelolaan kualitas air tersebut dilakukan terhadap media pemeliharaan induk dan media pemeliharaan larva. Pengelolaan kualitas air dalam media pemeliharaan induk udang vannamei merupakan bagian yang penting karena berpengaruh besar terhadap keberhasilan proses budidaya selanjutnya. Untuk menjaga kualitas air tetap stabil pada saat pemeliharaan induk dilakukan 57
dengan cara melakukan pergantian air sebanyak 50-80 persen setiap hari yang dilakukan pada pagi hari. Selain pergantian air, dilakukan juga pembuangan sisa pakan dan kotoran udang serta kulit udang yang sudah moulting serta melakukan pengisian air yang baru. Pengelolaan kualitas air pada media pemeliharaan larva udang vannamei dilakukan dengan cara melakukan Monitoring suhu yaitu berkisar antara 29-30 derajat celcius, melakukan pemeriksaan pH yaitu berkisar pada 7,5-8,5 serta salinitas sekitar 29-34 ppt. Cara selanjutnya yang dilakukan adalah penyiponan atau pembersihan sisa makanan dan kotoran larva. f) Pengelolaan pakan Perkembangan gonad udang vannamei dapat dipacu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pakan, yaitu dengan memberikan pakan yang berprotein tinggi. Pengelolaan pakan yang diberikan pada larva udang vannamei selama proses pembenihan di PT. Suri Tani Pemuka ada dua macam yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pemberian pakan disesuaikan dengan jumlah dan frekuensi tertentu sesuai dengan stadia larva. Pengelolaan pakan yang baik akan meningkatkan produksi benih dan meminimalkan risiko kegagalan produksi. g) Pemanenan dan pengepakan benur Pemanenan benur sangat tergantung pada permintaan konsumen baik waktu pemanenan, jumlah dan ukuran. Hal ini dilakukan perusahaan untuk menghindari risiko benur tidak habis terjual. Sebagian besar konsumen meminta agar pelaksanaannya dilakukan pada sore hari atau malam hari untuk menghindari suhu yang tinggi pada waktu penebaran. Ukuran yang sering diminta oleh konsumen adalah pada PL 10. Proses pengemasan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dengan teliti karena jika proses ini diabaikan ketelitiannya maka akan menimbulkan risiko berupa kematian benur yang kerugiannya akan ditanggung oleh perusahaan. Proses pengepakan atau pengemasan benur dilakukan dengan menggunakan kantong plastik berlapis dua yang diisi air laut sebanyak 2 liter. Kepadatan benur dalam kantong tergantung umur benur tersebut. Jika PL 10 ke atas, maka kepadatannya maksimum 2000 ekor per liter. Selanjutnya diberi oksigen untuk pernapasan udang selama pengangkutan. 58
Selanjutnya plastik diikat kencang dengan karet gelang. Hasil pengemasan kemudian dimasukkan ke dalam kotak sterefoam yang berisi delapan kantong plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh ditambahkan kantong es sehingga tingkat metabolisme udang menurun karena mampu mengurangi aktivitas dan kanibalisme dengan sesamanya. h) Perbaikan fasilitas Beberapa fasilitas yang digunakan dalam kegiatan pembenihan udang vannamei sering mengalami kerusakan baik kerusakan ringan maupun kerusakan berat. Jenis kerusakan berat ditangani perusahaan dengan mengganti alat dengan alat yang baru. Akan tetapi jika kerusakan yang terjadi berupa kerusakan ringan dapat ditangani dengan mengganti komponen yang rusak. Selain perbaikan alat, penanganan
yang dilakukan perusahaan
berupa
perawatan rutin untuk
menghindari terjadi kerusakan berat pada alat. i) Pengembangan sumber daya manusia Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan dalam usaha pembenihan udang vannamei. Pengalaman dalam pembenihan sangat dibutuhkan dalam beberapa kegiatan produksi, diantaranya proses perkawinan induk udang. Sumber daya manusia yang berpengalaman dan berkualitas dapat
menghindari terjadinya kegagalan
perkawinan yang disebabkan perkawinan sekerabat atau kesalahan lainnya. Menghindari kesalahan pada sumber daya manusia, maka PT. Suri Tani Pemuka melakukan seleksi yang sangat ketat untuk penerimaan pekerja. Pekerja yang diterima hanya pekerja yang berpengalaman. Strategi lainnya yang diterapkan PT. Suri Tani Pemuka sebagai upaya mengurangi risiko akibat kesalahan manusia adalah dengan melakukan pelatihan pada pekerjanya secara berkala. 2.
Mitigasi Risiko Strategi mitigasi dilakukan PT. Suri Tani Pemuka dengan tujuan untuk
memperkecil dampak dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan perusahaan dalam berbagai cara, antara lain adalah:
59
a) Pengadaan dan perlakuan induk Pengadaan induk yang masih diimpor dari Hawai sering menimbulkan risiko bagi PT. Suri Tani Pemuka. Oleh karena itu, pengadaan induk sangat diperhatikan oleh perusahaan sebagai upaya untuk mengoptimalkan keuntungan. Strategi perusahaan untuk mencegah terjadinya kerugian akibat kegiatan impor induk adalah melalui sistem garansi yang disepakati oleh pihak pengimpor dan perusahaan. Sistem garansi berlaku untuk penanggungan oleh pihak importir induk udang vannamei jika dalam kurun waktu 24 jam setelah induk berada di tempat pembenihan terdapat induk yang mati atau terserang penyakit. Akan tetapi, jika dalam waktu lebih dari 24 jam terdapat induk yang mati atau terserang penyakit, maka pihak perusahaanlah yang menanggung semua kerugian. Oleh karena itu, untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh kematian induk, maka pihak perusahaan melakukan perlakuan pada induk. Perlakuan pada induk meliputi proses penyesuaian suhu air tempat induk dipelihara dengan suhu negara asal untuk menghindari stres pada induk. Perlakuan dilakukan dengan melakukan penurunan suhu sehingga suhu pada tempat pemeliharaan induk sama dengan suhu di negara asal induk. Penurunan suhu dilakukan dengan menggunakan chiller. b) Pengendalian penyakit Penyakit pada induk udang dan benih udang merupakan masalah utama yang harus ditangani dengan serius karena jika tidak ditangani dengan tepat, maka akan mengakibatkan terganggunya proses produksi dan dapat mengurangi penerimaan perusahaan. Menghadapi permasalahan yang diakibatkan oleh penyakit ini, PT. Suri Tani Pemuka menerapkan salah satu cara untuk meminimalkan angka kerugian. Jika ditemukan sampel induk yang terserang penyakit, maka keseluruhan induk dalam satu bak akan dibuang. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan penyakit pada bak pemeliharaan lainnya. Jika terdeteksi penyakit pada sampel larva, maka bak pemeliharaan larva yang terdeteksi terserang penyakit ditetesi formalin untuk membunuh larva yang terserang penyakit dan tetap membiarkan larva yang tidak terserang penyakit.
60
c) Sistem diversifikasi pemeliharaan Metode mitigasi risiko lainnya yang dilakukan PT. Suri Tani Pemuka adalah sistem diversifikasi pemeliharaan. Sistem diversifikasi dilakukan dengan melakukan pemeliharaan induk dan larva pada bak terpisah. Penerapan pola pemeliharaan ini bertujuan untuk menghindari gagalnya produksi pada keseluruhan benih dan induk udang vannamei. Melalui cara pemisahan ini, maka jika salah satu bak pemeliharaan terserang penyakit, maka bak yang lain dapat dihindari dari terjangkitnya penyakit tersebut. Strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka tersebut dapat digambarkan sesuai dengan peta sumber-sumber risiko yang ada di PT. Suri Tani Pemuka. Hasil pengelompokan strategi penanganan risiko berdasarkan kuadran sumber risiko pada peta risiko dapat dilihat pada gambar 8 dan gambar 9. Strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka berdasarkan hasil pemetaan sumber risiko yang ada dalam kegiatan pembenihan udang vannamei dapat disesuaikan dengan letak risiko pada kuadran yang ada dalam peta risiko. Strategi preventif risiko dilakukan PT. Suri Tani Pemuka untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko, atau dengan kata lain strategi preventif dilakukan perusahaan untuk menangani risiko yang ada pada kuadran dengan probabilitas atau kemungkinan terjadinya besar. Kuadran yang dapat ditangani dengan strategi preventif adalah risiko yang terdapat pada kuadran 1 dan kuadran 3. Risiko yang terdapat pada kuadran 1 atau risiko dengan probabilitas besar dan dampak yang disebabkan besar pula dalam kegiatan pembenihan udang vannamei adalah risiko penyakit dan tingginya tingkat mortalitas. Hasil identifikasi strategi penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan yang sesuai dengan jenis risiko pada kuadran 1 ini adalah dengan melakukan persiapan bak pemeliharaan, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan dan pengepakan benur serta pelatihan sumber daya manusia.
61
Dampak (Rp) Kuadran 2: Besar
Kuadran 1: -persiapan bak pemeliharaan -pemeliharaan induk -pemeliharaan larva -pengelolaan kualitas air -pengelolaan pakan -pemanenan dan pengepakan benur -pengembangan SDM
Kecil
Kuadran 4:
Kuadran 3: -Sistem kontrak pembelian pakan
Kecil
Besar
Probabilitas (%) Gambar 8. Strategi Preventif Risiko PT. Suri Tani Pemuka Risiko yang terdapat pada kuadran 3 atau risiko dengan tingkat probabilitas besar tetapi dampak yang ditimbulkan oleh risiko ini kecil adalah risiko karena adanya fluktuasi harga pada induk, pakan dan benih. Menghadapi risiko yang disebabkan oleh fluktuasi harga merupakan permasalahan yang sulit bagi PT. Suri Tani Pemuka. Risiko karena adanya fluktuasi harga yang dapat ditangani oleh PT. Suri Tani Pemuka adalah risiko fluktuasi harga pakan. Strategi preventif yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka dalam menangani risiko ini adalah dengan melakukan kontrak pembelian dengan pihak pemasok pakan, sedangkan risiko yang disebabkan oleh fluktuasi harga induk belum dapat ditangani oleh perusahaan dikarenakan fluktuasi harga ditentukan oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar. Strategi penanganan risiko menggunakan strategi mitigasi yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka dilakukan untuk mengendalikan risiko-risiko dengan dampak yang besar. Risiko yang digolongkan ke dalam risiko dengan dampak yang besar adalah risiko yang terdapat pada kuadran 1 dan kuadran 2. Kuadran 1 62
merupakan risiko dengan kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan besar pula, sedangkan kuadran 2 merupakan risiko dengan kemungkinan terjadinya kecil, akan tetapi dampak yang ditimbulkan oleh risiko ini besar. Risiko yang terdapat pada kuadran 1 dikendalikan oleh PT. Suri Tani Pemuka menggunakan strategi mitigasi risiko melalui kegiatan pengendalian penyakit sehingga risiko timbulnya penyakit dan tingginya tingkat mortalitas dapat diminimalkan. Risiko yang kemungkinan terjadinya kecil, akan tetapi dampak yang ditimbulkan besar adalah risiko dalam kegiatan pengadaan induk. Risiko ini dikendalikan perusahaan menggunakan mitigasi risiko melalui kegiatan pengadaan dan perlakuan induk yang tepat dengan karakteristik induk udang vannamei. Pola penangan risiko menggunakan strategi mitigasi dapat dilihat pada gambar berikut: Dampak (Rp)
Besar
Kuadran 2:
Kuadran 1:
-pengadaan dan perlakuan
-pengendalian penyakit
induk
-sistem diversifikasi pemeliharaan
Kecil
Kuadran 4:
Kecil
Kuadran 3:
Besar
Probabilitas (%) Gambar 9. Strategi Mitigasi Risiko PT. Suri Tani Pemuka Risiko yang terdapat pada kuadran dengan probabilitas kecil serta dampak yang disebabkan oleh risiko tersebut kecil pula atau risiko yang terdapat pada kuadran 4 yaitu risiko kerusakan alat dan pengaruh cuaca. Risiko yang terdapat pada kuadran ini merupakan risiko yang ringan atau dengan kata lain risiko ini tidak terlalu berpengaruh pada PT. Suri Tani Pemuka. Risiko ini tidak dapat ditangani menggunakan strategi mitigasi ataupun preventif risiko. Kedua jenis penanganan risiko ini dilakukan untuk jenis risiko yang kemungkinan terjadinya besar atau risiko dengan dampak yang besar. Akan tetapi untuk menangani risiko
63
pada kuadran ini, PT. Suri Tani Pemuka melakukan kegiatan perbaikan pada peralatan teknis. Dampak (Rp)
Besar
Kuadran 2:
Kuadran 1:
-Pengadaan induk
-Penyakit
(Detect and Monitor)
-Tingkat Mortalitas (Prevent at Source)
Kecil
Kuadran 4:
Kuadran 3:
-Kerusakan peralatan
-Fluktuasi harga induk
-Cuaca
-Fluktuasi harga pakan
(Low Control)
-Fluktuasi harga benih (Monitor)
Kecil
Besar
Probabilitas (%) Gambar 10. Alternatif Strategi Penanganan Risiko oleh PT. Suri Tani Pemuka Penanganan risiko juga dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka melalui alternatif strategi yang disesuaikan dengan hasil pemetaan risiko. Peta alternatif strategi tersebut dapat dilihat pada gambar10. Risiko yang terdapat pada kuadran 1 yaitu risiko adanya penyakit dan tingkat mortalitas berdasarkan alternatif strategi diatasi dengan strategi prevent at source. Strategi prevent at source dapat dilakukan melalui kegiatan persiapan bak pemeliharaan, pemeliharaan induk, pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan dan pengepakan benur, pengembangan SDM, pengendalian penyakit dan diversifikasi pemeliharaan. Risiko yang terdapat pada kuadran 2 yaitu risiko dalam kegiatan pengadaan induk diatasi dengan strategi detect and monitor. Strategi detect and monitor dapat dilakukan dengan pengadaan dan perlakuan induk. Risiko yang terdapat pada kuadran 3 yaitu risiko fluktuasi pada harga induk, pakan dan benih dapat diatasi dengan alternatif penanganan risiko melalui strategi monitor. Strategi monitor dapat dilakukan melalui sistem kontrak pembelian pakan. Sedangkan
64
risiko yang terdapat pada kuadran 4 yaitu risiko kerusakan alat teknis pembenihan dan adanya pengaruh cuaca dapat diatasi melalui strategi low control. Strategi low control dapat dilakukan dengan kegiatan perbaikan fasilitas. Hasil identifikasi sumber risiko dan upaya penanganan risiko yang dilakukan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Identifikasi Sumber dan Penanganan Risiko No 1
2
3
Sumber Risiko Penyakit
Tingkat mortalitas larva
Upaya Penanganan -Pencegahan: persiapan bak pemeliharaan untuk mengistirahatkan bak -Pengobatan: jika pada bak larva ditemukan ada larva yang terserang penyakit, maka ditetesi dengan formalin. Jika yang terserang penyakit adalah induk udang, maka seluruh induk udang yang ada dalam satu bak akan dimusnahkan Perlakuan yang teliti dan hati-hati dalam kegiatan pemeliharaan induk, pemeliharaan naupli, pemeliharaan larva, kegiatan pemanenan, pengemasan dan distribusi, serta mengadakan pelatihan karyawan, menjaga kualitas air, penerapan pola diversifikasi pemeliharaan induk dan larva
Proses pengadaan induk Menggunakan sistem garansi dan melakukan usaha penurunan suhu
4
Fluktuasi harga induk udang vannamei
Belum dapat ditangani karena harga disesuaikan dengan nilai tukar rupiah Upaya penurunan suhu air
5 6
Cuaca Fluktuasi harga pakan
7
Fluktuasi harga benih
Harga benih disesuaikan dengan daerah konsumen
8
Kerusakan peralatan
Perawatan rutin serta penggantian bagian alat yang rusak
Melakukan kontrak pembelian dengan pemasok pakan alami
Hasil
Meminimalkan risiko gagal panen yang disebabkan tingkat kematian benih akibat terserang penyakit
Meminimalkan tingkat mortalitas induk dan larva
Meminimalkan kerugian jika terjadi kematian pada induk yang masih dalam jangka waktu 24 jam Harga masih berfluktuasi sesuai nilai tukar rupiah terhadap dolar Adaptasi induk cepat Persediaan pakan alami tidak terputus meskipun pada musim tertentu Keuntungan yang diperoleh perusahaan optimal Kerusakan fatal pada peralatan dapat dicegah
65
6.3.
Analisis Probabilitas Risiko Produksi dan Penerimaan Usaha pembenihan udang vannamei sering kali dihadapkan pada kendala-
kendala yang disebabkan oleh sumber-sumber risiko. Sumber-sumber risiko ini juga dihadapi oleh PT. Suri Tani Pemuka sebagai salah satu perusahaan yang melakukan usaha di bidang pembenihan udang vannamei. Menggunakan data produksi naupli dan benur udang vannamei selama tahun 2008 yang dihasilkan oleh PT. Suri Tani Pemuka dapat dipelajari mengenai probabilitas risiko yang dihadapi oleh PT. Suri Tani Pemuka. Indikasi adanya risiko pada kegiatan pembenihan udang vannamei dapat dilihat dari adanya fluktuasi hasil produksi naupli, produksi benur, Survival Rate dan penerimaan yang dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Grafik Produksi Naupli, Produksi Benur, Survival Rate, dan Penerimaan
Risiko yang ada dalam PT. Suri Tani Pemuka dan dapat dihitung probabilitasnya berupa risiko produksi naupli, risiko produksi benur, risiko survival rate dan risiko penurunan penerimaan. Hasil dari perhitungan ini menunjukkan seberapa persen kemungkinan terjadinya risiko-risiko tersebut pada
66
PT. Suri Tani Pemuka. Hasil perhitungan probabilitas risiko produksi dan penerimaan dapat dilihat pada lampiran. Analisis probabilitas risiko dilakukan dengan membandingkan tingkat probabilitas antara beberapa sumber risiko produksi. Hasil perhitungan probabilitas risiko produksi pada beberapa sumber risiko dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Perbandingan Tingkat Probabilitas Sumber Risiko No Sumber Risiko Probabilitas (%) 1
Produksi Naupli
10,90
2
Produksi Benur
22,10
3
Survival Rate
19,80
4
Penerimaan
34,10
Tabel 5 menunjukkan perbandingan probabilitas terjadinya risiko pada beberapa sumber risiko produksi. Tingkat probabilitas risiko terbesar pada kegiatan produksi terletak pada kegiatan produksi benur yaitu sebesar 22,10 persen. Kemungkinan terjadinya risiko produksi benur di bawah target yang telah ditentukan oleh perusahaan yaitu sebesar 6.250.000 benur tiap siklusnya dari 250 pasang induk yang dipelihara oleh PT. Suri Tani Pemuka. Nilai ini diperoleh dari anggapan perusahaan bahwa benur yang dihasilkan sebesar 25 persen produksi naupli normal. Jika produksi naupli normal sebesar 25.000.000 maka produksi benur normal adalah sebesar 6.250.000. Hasil perhitungan nilai z menggunakan metode nilai standar adalah sebesar 0,770. Nilai z positif menunjukkan bahwa nilai z untuk penurunan produksi benur berada di sebelah kanan dari rata-rata di distribusi normal. Nilai z sebesar 0,770 pada tabel z menunjukkan nilai sebesar 0,221. Nilai sebesar 0,221 menunjukkan probabilitas produksi benur dibawah 6.250.000 sebesar 0,221 atau sebesar 22,1 persen. Kemungkinan terjadinya risiko pada produksi benur dapat disebabkan karena pada tahap pemeliharaan naupli menjadi post larva merupakan masa yang memerlukan ketelitian yang tinggi. PT. Suri Tani dalam mencegah kemungkinan terjadinya risiko pada proses produksi benur telah menerapkan beberapa strategi pencegahan kegagalan produksi benur. Kemungkinan terjadinya risiko pada
67
kegiatan produksi benur adalah adanya risiko pada aspek operasional kegiatan pembenihan udang vannamei. Salah satu sumber risiko yang dapat menyebabkan terjadinya kemungkinan risiko produksi benur di bawah target yang ditentukan perusahaan adalah penyakit parasiter yang menyerang benur pada stadia pos larva. Selain pengaruh penyakit, sumber risiko yang dapat menyebabkan tingginya kemungkinan risiko pada proses produksi benur adalah faktor cuaca yaitu suhu dan salinitas yang berfluktuasi sehingga menyebabkan kondisi larva menjadi labil. Tingginya kemungkinan derajat kelangsungan hidup naupli menjadi benur sebesar 19,80 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan produksi dari stadia naupli menjadi post larva, kemungkinan terjadinya risiko derajat kelangsungan hidup benur di bawah target PT. Suri tani Pemuka adalah sebesar 19,80 persen. Nilai z untuk survival rate yang ditentukan perusahaan adalah sebesar 30 persen. Hal ini berarti nilai survival rate yang dianggap normal oleh perusahaan adalah sebesar 30 persen. Hasil perhitungan nilai z untuk survival rate dibawah 30 persen adalah sebesar -0,85. Nilai z ini menunjukkan nilai probabilitas pada tabel z sebesar 0,198 dan berada di sebelah kiri distribusi normal. Besarnya kemungkinan untuk nilai survival rate di bawah nilai 30 persen adalah sebesar 0,198 atau sebesar 19,8 persen. Nilai probabilitas ini merupakan urutan ketiga dari probabilitas kegiatan pembenihan udang vannamei. Tahapan pemeliharaan dari stadia naupli sampai stadia benur merupakan kegiatan terpenting yang sangat diperhatikan oleh PT. Suri Tani Pemuka. Setiap kegiatan dilakukan dengan teliti sehingga dapat memperkecil kemungkinan kegagalan produksi benur yang dapat memperkecil derajat kelangsungan hidup benur. Tingkat probabilitas terkecil dalam kegiatan produksi benih udang vannamei adalah kemungkinan terjadinya risiko produksi naupli di bawah target yang ditentukan oleh perusahaan. Tingkat probabilitas risiko pada produksi naupli adalah sebesar 10,90 persen. Hasil perhitungan nilai z pada penurunan produksi naupli menunjukkan nilai sebesar -1,23. Tanda minus diabaikan karena hanya menunjukkan bahwa nilai tersebut berada di sebelah kiri dari rata-rata di distribusi normal karena nilai standar dari rata-rata pada distribusi normal adalah sama dengan nol. Nilai z sebesar 1,23 pada tabel z menunjukkan nilai sebesar 0,109.
68
Nilai 0,109 adalah nilai probabilitas produksi naupli yang lebih kecil dari 25.000.000. hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan produksi naupli di bawah 25.000.000 adalah sebesar 0,109 atau sebesar 10,90 %. Nilai ini merupakan angka kemungkinan terkecil jika dibandingkan dengan proses produksi benur. Hal ini menunjukkan bahwa pada kegiatan produksi naupli, kemungkinan terjadinya risiko kecil jika dibandingkan dengan kegiatan produksi benur. Kemungkinan terjadinya risiko pada produksi naupli dapat disebabkan oleh kegagalan induk udang menghasilkan telur yang kemudian menetas menjadi naupli. Dari perbandingan tingkat probabilitas risiko pada kegiatan produksi naupli, produksi benur, derajat kelangsungan hidup benur dan penerimaan terlihat bahwa PT. Suri Tani Pemuka mampu mencegah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi naupli sehingga mampu menghasilkan tingkat probabilitas risiko terkecil pada kegiatan produksi naupli. Probabilitas risiko terbesar terjadi pada risiko penerimaan di bawah target yang ditentukan oleh PT. Suri Tani Pemuka. Nilai probabilitas risiko pada penerimaan sebesar 34,10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada penerimaan yang diperoleh PT. Suri Tani Pemuka akan mengalami kemungkinan penerimaan yang di bawah target adalah sebesar 34,10 persen. PT. Suri Tani menetapkan target penerimaan untuk penjualan benur adalah sebesar Rp 156.250.000,00. Nilai ini ditentukan perusahaan berdasarkan harga minimal pada penjualan benur udang vannamei sebesar Rp 25,00 dengan minimal produksi benur sebanyak 6.250.000 benur per siklus. Hasil perhitungan nilai z pada penurunan penerimaan sebesar 0,42 dan menunjukkan nilai 0,341 pada tabel z. Nilai 0,341 ini menunjukkan probabilitas atau kemungkinan perusahaan
mendapatkan penerimaan di bawah Rp
156.250.000,00 sebesar 0,341 atau sebesar 34,1 persen. Nilai probabilitas ini merupakan nilai probabilitas terbesar jika dibandingkan dengan kegiatan produksi lainnya. Kemungkinan terjadinya risiko pada penerimaan yang di bawah target PT. Suri Tani Pemuka ini dapat disebabkan oleh fluktuasi produksi naupli, produksi benur, derajat kelangsungan hidup benih dan tingkat harga yang berbeda pada setiap siklus produksi. Jika terjadi kesalahan penanganan pada salah satu proses produksi, baik produksi naupli maupun
69
produksi benur, maka penurunan produksi akan terjadi sehingga derajat kelangsungan hidup benih pun akan menurun. 6.4.
Analisis dampak Risiko Produksi Analisis dampak risiko penurunan produksi naupli menunjukkan bahwa
perusahaan mengalami kerugian ketika produksi naupli dibawah target perusahaan. Target produksi naupli yang ditetapkan perusahaan sebagai produksi normal adalah sebesar sebanyak 25.000.000 naupli per siklus produksi. Selama tahun 2008 PT. Suri Tani telah memproduksi naupli sebanyak 10 bulan. Dari sepuluh bulan tersebut, perusahaan mengalami 2 kali produksi dibawah target perusahaan. Produksi dibawah target perusahaan tersebut terjadi pada bulan Maret dan September yaitu masing-masing mengalami kekurangan produksi sebesar 2.000.000 dan 1.000.000 naupli untuk memenuhi target produksi. Data dan perhitungan dampak risiko produksi naupli dapat dilihat pada Lampiran 5. Selain penurunan produksi naupli, penurunan produksi benur juga sering kali menyebabkan kerugian dalam usaha pembenihan udang vannamei. Penurunan produksi benur akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Pada produksi benur, hal yang dianggap merugikan adalah jika produksi benur tidak mampu memenuhi target benur yang ditentukan oleh perusahaan. PT. Suri Tani Pemuka menetapkan target sebanyak 6.250.000 benur tiap siklusnya. Jika produksi benur tidak mencapai target yang ditentukan oleh perusahaan, maka hal ini dianggap sebagai kejadian yang berisiko. Siklus produksi benur yang mengalami kerugian atau produksi yang masih dibawah target terjadi pada siklus satu, siklus enam dan siklus tujuh. Kekurangan produksi yang terjadi pada siklus ini masing-masing sebanyak 198.800, 1.906.960 dan 381.016. Tingkat harga benur udang vannamei pada siklus satu sebesar Rp 27,00, pada siklus enam sebesar Rp 26,00 dan pada siklus tujuh sebesar Rp 25,00. Besarnya kerugian yang disebabkan penurunan produksi benur udang adalah sebesar masing-masing pada siklus satu, siklus enam dan siklus tujuh adalah sebesar Rp 5.367.600,00, Rp 49.580.960,00 dan Rp 9.525.400,00. Hasil perhitungan dampak risiko produksi benur dapat dilihat pada lampiran 6. Derajat kelangsungan hidup (SR) merupakan salah satu faktor penting dalam usaha pembenihan udang vannamei. Derajat kelangsungan hidup akan
70
menentukan keberhasilan dalam usaha pembenihan. Jika derajat kelangsungan hidup benur tinggi maka tingkat produksi benur akan tinggi pula. Dalam usaha pembenihan udang vannamei derajat kelangsungan hidup benur tidaklah stabil. Penurunan derajat kelangsungan hidup yang dibawah standar perusahaan akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak mampu memenuhi target produksi yang telah ditetapkan. Target perusahaan untuk derajat kelangsungan hidup adalah sebesar 30 persen. Jika produksi benur tidak mencapai derajat kelangsungan hidup sebesar 30 persen maka produksi benur dianggap berisiko. Kerugian yang disebabkan oleh penurunan derajat kelangsungan hidup terjadi pada siklus tiga dan siklus enam. Pada kedua siklus ini, derajat kelangsungan hidup benur tidak mencapai 30 persen sehingga pada siklus ini terjadi kekurangan produksi dari target produksi yang ingin dicapai perusahaan. Pada siklus tiga terjadi kekurangan produksi sebesar 1.526.800 benur dan pada siklus enam terdapat kekurangan produksi sebanyak 1.906.960 benur. Tingkat harga pada masing-masing siklus ini masing-masing sebesar Rp 25,00 dan Rp 26,00 sehingga kerugian yang terjadi pada siklus tiga adalah sebesar Rp 38.170.000,00 dan pada siklus enam terjadi kerugian sebesar Rp 49.580.960,00. Penerimaan perusahaan merupakan salah satu faktor penting bagi perusahaan sebagai penentu keberhasilan usaha. Jika terjadi penurunan penerimaan perusahaan, maka ini merupakan akibat dari terjadinya risiko. Berdasarkan tujuh siklus produksi yang dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka selama tahun 2008 terdapat empat siklus yang penerimaannya masih dibawah target perusahaan. PT. Suri Tani Pemuka menetapkan target penerimaan tiap siklusnya sebesar Rp 156.250.000,00. Siklus yang masih di bawah target terdapat pada siklus tiga, siklus empat, siklus enam dan siklus tujuh. Masing-masing kerugian dari kekurangan penerimaan tersebut adalah sebesar Rp 38.170.000,00, Rp 19.003.600,00, Rp 43.330.960 dan Rp 9.525.400. hasil perhitungan dampak risiko produksi dan penerimaan dapat dilihat pada lampiran. Perbandingan dampak terjadinya risiko pada kegiatan produksi dapat dilihat pada Tabel 6.
71
Tabel 6 menunjukkan perbandingan hasil perhitungan dampak terjadinya risiko pada kegiatan produksi terhadap PT. Suri Tani Pemuka. Dampak atau kerugian terbesar terjadi pada risiko survival rate (derajat kelangsungan hidup) benur. Hal ini menunjukkan bahwa jika terjadi risiko derajat kelangsungan hidup benur di bawah target yang ditentukan oleh perusahaan maka perusahaan akan mengalami kerugian terbesar jika dibandingkan dengan terjadinya risiko lainnya. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak terjadinya risiko yang disebabkan oleh derajat kelangsungan hidup benur yang tidak memenuhi target, maka tahap pemeliharaan dari stadia naupli hingga menjadi benur sangat diperhatikan oleh PT. Suri Tani Pemuka. Tabel 6. Perbandingan Dampak Terjadinya Risiko Terhadap Perusahaan Sumber Risiko Dampak (Rupiah) Produksi Naupli
15.962.000
Produksi Benur
44.679.261
Survival Rate
53.260.994
Penerimaan
40.596.555
Dampak dari terjadinya risiko pada kegiatan produksi benur merupakan dampak kerugian terbesar kedua setelah dampak yang disebabkan oleh risiko pada derajat kelangsungan hidup benur. Besarnya dampak yang disebabkan oleh risiko pada produksi benur dikarenakan produk hasil dari kegiatan pembenihan adalah benur udang vannamei. Jika terjadi risiko pada proses produksinya maka dampak yang disebabkan sangat mempengaruhi perusahaan. Dampak yang terjadi disebabkan karena perusahaan tidak mampu memenuhi target produksi dan penerimaan dari penjualan benur yang dihasilkan. Hal menyebabkan PT. Suri Tani Pemuka melakukan tindakan untuk mengurangi dampak terjadinya risiko pada produksi benur tersebut. Dampak dari terjadinya risiko pada penerimaan menempati urutan ketiga terbesar dari kegiatan lainnya. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan probabilitasnya, penerimaan mempunyai kemungkinan terjadinya risiko terbesar akan tetapi dampak yang disebabkan tidak sebesar dengan risiko pada derajat kelangsungan hidup benur dan produksi benur. Hal ini dapat menunjukkan bahwa
72
risiko yang disebabkan oleh penerimaan di bawah target perusahaan mempunyai kemungkinan terjadi yang paling besar, akan tetapi dampak yang disebabkan tidak sebesar dampak yang disebabkan oleh risiko pada derajat kelangsungan hidup dan risiko pada produksi benur. Dampak dari terjadinya risiko terkecil terjadi pada produksi benur. Produksi benur selain mempunyai dampak yang kecil juga mempunyai nilai probabilitas atau kemungkinan terjadinya pun paling kecil jika dibandingkan dengan kegiatan produksi benur, derajat kelangsungan hidup benur dan risiko pada penerimaan. Dari hasil analisis dampak ini, maka dapat dijelaskan bahwa PT. Suri Tani Pemuka mampu menekan dampak terjadinya risiko pada produksi naupli sehingga dampak yang disebabkan oleh risiko pada proses produksi naupli lebih kecil jika dibandingkan dengan kegiatan lainnya. 6.5.
Pemetaan Risiko Hasil pengukuran probabilitas dan dampak risiko pada produksi naupli,
produksi benur, derajat kelangsungan hidup dan penerimaan akan menunjukkan status risiko pada PT. Suri Tani Pemuka. Hasil penentuan status risiko yang diperoleh dari hasil perkalian antara probabilitas risiko dan dampak dari risiko yang terjadi pada kegiatan pembenihan udang vannamei. Hasil perhitungan status risiko dapat dilihat pada Tabel 7. Status risiko terbesar terjadi pada penerimaan, urutan kedua pada penurunan derajat kelangsungan hidup, urutan ketiga pada produksi benur dan terakhir pada produksi naupli. Tabel 7. Status Risiko Sumber Risiko
Probabilitas
Dampak
(%)
(Rp)
Status risiko
Produksi naupli
10,9
15.962.000
1.739.858
Produksi benur
22,1
44.679.261
9.874.117
Survival Rate
19,8
53.260.994
10.545.677
Penerimaan
34,1
40.596.555
13.843.426
Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas perkiraan posisinya berada di mana dari hasil perhitungan probabilitas dan dampak risiko. Hasil
73
penempatan risiko pada peta risiko dapat dilihat pada Gambar 12. Peta risiko dapat diklasifikasikan ke dalam dua sumbu yaitu horizontal berupa probabilitas risiko dan sumbu vertikal berupa dampak risiko. Kedua sumbu tersebut dibatasi oleh nilai yang menjadi batasan besar atau kecilnya probabilitas dan dampak risiko. Nilai probabilitas dibatasi oleh nilai 20 persen dan nilai dampak dibatasi oleh nilai 50 juta rupiah. Nilai batasan ini ditentukan oleh perusahaan dan diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan pihak PT. Suri Tani Pemuka. PT. Suri Tani Pemuka menganggap jika kemungkinan risiko melebihi nilai 20 persen maka risiko tersebut digolongkan ke dalam kuadran dengan probabilitas besar, sedangkan jika kemungkinan terjadinya risiko kurang dari 20 persen maka risiko ini digolongkan ke dalam probabilitas kecil. Hal yang sama terjadi pada batasan dampak risiko. Apabila dampak yang ditimbulkan oleh risiko melebihi nilai 50 juta rupiah maka dampak ini dianggap perusahaan sangat besar, akan tetapi jika dampak dari suatu risiko masih dibawah 50 juta rupiah maka dianggap kecil. Hasil pemetaan ini menunjukkan bahwa risiko derajat kelangsungan hidup berada pada kuadran 2. Risiko produksi benur dan risiko penerimaan terdapat pada kuadran 3 dan risiko produksi naupli berada pada kuadran 4, sedangkan untuk kuadran 1 tidak terisi risiko. Hal ini menunjukkan bahwa risiko yang kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang disebabkan oleh risiko dapat diatasi oleh PT. Suri Tani Pemuka. Risiko yang terdapat pada kuadran 1 merupakan risiko yang kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang ditimbulkan dari risiko ini juga besar. Pada hasil pemetaan risiko menunjukkan bahwa pada kuadran 1 tidak terdapat risiko. Hal ini menunjukkan perusahaan masih bisa mengendalikan risiko yang ada dalam perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari strategi PT. Suri Tani Pemuka melakukan persiapan wadah pemeliharaan induk dan larva. Strategi ini terbukti dapat mencegah terjadinya penyakit sehingga produksi benur tidak mengalami risiko. Risiko yang terdapat pada kuadran 2 merupakan risiko yang kemungkinan terjadinya kecil, namun jika terjadi dampak yang ditimbulkan akan besar. Risiko yang terdapat pada kuadran 3 merupakan risiko yang kemungkinan terjadinya
74
besar namun dampak yang ditimbulkan kecil. Risiko yang terdapat pada kuadran 4 berarti risiko ini mempunyai kemungkinan terjadinya kecil dan dampak yang ditimbulkan kecil pula. Hasil pemetaan risiko-risiko ini akan membantu dalam proses penanganan risiko yang tepat untuk mengendalikan risiko-risiko yang dihadapi perusahaan. Dampak (Rp) Besar
Kuadran 2:
Kuadran 1
-Risiko Survival Rate
50 juta Kuadran 4 -Risiko produksi naupli Kecil
Kuadran 3 -Risiko produksi benur -Risiko penerimaan
Kecil
20 %
Besar
Probabilitas (%) Gambar 12. Hasil Pemetaan Risiko 6.6.
Penanganan Risiko Produksi Kegiatan terakhir dari manajemen risiko perusahaan adalah penanganan
risiko. Analisis penanganan risiko dapat dilakukan dengan membandingkan antara penangan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengendalikan sumber risiko dengan penanganan risiko hasil analisis. Penanganan risiko hasil analisis dapat dilakukan dengan bantuan penempatan risiko pada peta risiko. Penanganan risiko perusahaan dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah: 1.
Preventif Risiko Strategi preventif risiko dapat dilakukan pada risiko-risiko yang berada
pada kuadran dengan kemungkinan atau probabilitas yang besar. Kuadran yang dapat ditangani dengan preventif risiko adalah risiko yang berada pada kuadran 1 dan kuadran 3. Hasil pemetaan risiko menunjukkan bahwa risiko yang terdapat pada kuadran 3 adalah risiko produksi benur dan risiko pada penerimaan. Strategi 75
preventif untuk risiko yang ada pada kuadran dengan probabilitas besar dapat dilihat pada Gambar 12. Strategi
preventif
diharapkan
mampu
memperkecil
kemungkinan
terjadinya risiko produksi benur dan risiko penerimaan. Strategi preventif yang umum dilakukan untuk mengendalikan risiko-risiko yang terdapat pada kuadran 3 diantaranya
adalah
membuat
atau
memperbaiki
sistem
dan
prosedur,
mengembangkan sumber daya alam dan memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. Dampak (Rp) Besar
Kuadran 2
Kuadran 1
Kuadran 4
Kuadran 3
50 juta
Kecil
-risiko produksi benur -risiko penerimaan
Kecil
20 %
Besar
Probabilitas (%) Gambar 13. Preventif Risiko Produksi dan Penerimaan Penanganan risiko berdasarkan hasil analisis lebih menekankan pada perlakuan yang tepat dalam pemeliharaan dari naupli menjadi benur sehingga kemungkinan terjadinya risiko penurunan produksi benur yang juga dapat menyebabkan penurunan penerimaan dapat diperkecil. Penanganan risiko menggunakan strategi preventif yang telah dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka diantaranya adalah persiapan wadah pembenihan udang vannamei, perbaikan fasilitas, perlakuan yang teliti dalam kegiatan pemeliharaan induk dan benur udang vannamei serta pelatihan karyawan.
76
2.
Mitigasi Risiko Strategi mitigasi risiko merupakan strategi yang digunakan untuk risiko-
risiko yang ada pada kuadran 1 dan kuadran 2. Mitigasi risiko ini diharapkan mampu memperkecil dampak yang ditimbulkan dari terjadinya risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menggeser posisi risiko pada peta risiko yang berada pada kuadran dengan dampak risiko yang besar ke kuadran yang dampak risikonya kecil. Hasil pemetaan risiko menunjukkan kuadran yang memiliki dampak risiko besar terisi oleh semua sumber risiko pada kegiatan pembenihan udang vannamei di PT. Suri Tani Pemuka. Risiko yang berada pada kuadran 2 terisi oleh risiko derajat kelangsungan hidup (SR). Strategi mitigasi risiko untuk mengendalikan risiko yang ada pada kuadran yang mempunyai dampak yang besar dapat dilihat pada Gambar 13. Risiko yang berada pada kuadran yang memiliki dampak yang besar adalah risiko yang berada pada kuadran 2 yaitu risiko derajat kelangsungan hidup (SR). Risiko pada kuadran 2 ini mempunyai kemungkinan terjadinya kecil, akan tetapi jika terjadi dampak yang ditimbulkan besar. Risiko penurunan derajat kelangsungan hidup benur pada PT. Suri Tani Pemuka pada umumnya disebabkan oleh benur yang terserang oleh penyakit. Strategi mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak terjadinya risiko penurunan derajat kelangsungan hidup benur dapat dilakukan dengan pengendalian penyakit dan sistem diversifikasi pemeliharaan post larva. Strategi mitigasi risiko yang telah dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka diantaranya adalah sistem kontrak pembelian dengan pihak pemasok pakan, pengendalian penyakit dan diversifikasi pemeliharaan. Derajat kelangsungan hidup benur udang ditentukan oleh perbandingan antara produksi naupli dan produksi benur. mempertahankan derajat
kelangsungan
hidup
Oleh karena itu, untuk benur tetap tinggi
maka
pemeliharaan mulai dari stadia naupli hingga stadia post larva harus diperhatikan. Penanganan risiko yang dapat dilakukan diantaranya adalah pengendalian penyakit jika terdapat benur yang terserang penyakit dan diusahakan agar cepat ditangani sehingga tidak semua benur yang tertular penyakit.
77
PT. Suri Tani Pemuka telah melakukan penangan dengan menggunakan strategi mitigasi risiko. Hal ini terlihat dari kesigapan PT. Suri Tani Pemuka dalam menangani benur yang terkena penyakit dengan beberapa langkah yang dilakukan. Selain itu, PT. Suri Tani juga memelihara induk maupun benur dalam beberapa bak pemeliharaan yang terpisah sehingga dapat mengurangi dampak kegagalan produksi jika ada benur yang terserang penyakit.
Dampak (Rp) Besar
Kuadran 2
Kuadran 1
-Risiko Survival Rate
50 juta Kuadran 4
Kuadran 3
Kecil Kecil
20 %
Besar
Probabilitas (%) Gambar 14. Mitigasi Risiko Produksi dan Penerimaan
Strategi lain juga dapat dilakukan selain menerapkan strategi preventif dan mitigasi risiko menggunakan grafik alternatif strategi yang ada pada Gambar 14. Risiko derajat kelangsungan hidup terdapat pada kuadran 2 yaitu kuadran dengan kemungkinan terjadi kecil tetapi jika terjadi dampak yang ditimbulkan akan besar. Jika PT. Suri Tani Pemuka mengalami risiko derajat kelangsungan hidup, maka perusahaan akan mengalami kerugian yang cukup besar dan kemungkinan mengalami kebangkrutan. Strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi risiko derajat kelangsungan hidup adalah menggunakan strategi detect and monitor. Risiko produksi benur dan risiko penerimaan terdapat pada kuadran 3, dimana kemungkinan terjadinya risiko ini besar akan tetapi dampak yang ditimbulkan kecil. Strategi yang dapat dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka adalah memonitor risiko-risiko yang terdapat pada kuadran ini. Risiko yang
78
terdapat pada kuadran 3 ini dapat digolongkan pada risiko yang masih berada pada wilayah normal. Risiko produksi naupli terdapat pada kuadran 4. Risiko yang terdapat pada kuadran ini merupakan risiko yang kemungkinan terjadinya kecil dan jika terjadi dampak yang ditimbulkan dari risiko penurunan produksi naupli ini kecil pula. Alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko yang terdapat pada kuadran ini adalah melalui strategi low control atau penerapan pengawasan yang rendah pada risiko pada kuadran ini.
Dampak (Rp) Besar
Kuadran 2
Kuadran 1
(Detect and Monitor)
(Prevent at Source)
-Risiko Survival Rate
50 juta
Kecil
Kuadran 4
Kuadran 3
(Low Control)
(Monitor)
-Risiko produksi naupli
-Risiko produksi benur -Risiko penerimaan
Kecil
20 %
Besar
Probabilitas (%)
Gambar 15. Alternatif Strategi Menghadapi Risiko Produksi dan Penerimaan
79
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1.
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di PT. Suri Tani Pemuka,
Kabupaten Serang, Provinsi Banten mengenai manajemen risiko perusahaan dalam usaha pembenihan udang vannamei, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sumber-sumber risiko dalam usaha pembenihan udang vannamei yang terdapat di PT. Suri Tani Pemuka diklasifikasikan menjadi risiko operasional dan risiko pasar. Risiko operasional yang terdapat dalam kegiatan pembenihan udang vannamei terdiri dari risiko penyakit, tingkat mortalitas larva, proses pengadaan induk cuaca dan kerusakan pada peralatan teknis. Risiko pasar yang teridentifikasi adalah adanya fluktuasi harga pada induk, pakan dan benih. Hasil pemetaan dan pengklasifikasian sumber-sumber risiko ini, menunjukkan hasil bahwa risiko operasional merupakan risiko terbesar yang terjadi dalam kegiatan pembenihan udang vannamei. Hal ini dapat dilihat dari kedudukan risiko operasional di dalam peta risiko yang menempati kuadran yang kemungkinan terjadinya besar dan dampak yang disebabkan oleh risiko ini besar pula. Hal ini dapat membuktikan bahwa dalam kegiatan pembenihan udang vannamei di PT. Suri Tani Pemuka, risiko operasional merupakan risiko yang paling dominan terjadi yaitu adanya penyakit dan tingkat mortalitas. 2. Berdasarkan hasil analisis risiko, diperoleh risiko penerimaan mempunyai nilai probabilitas tertinggi sedangkan probabilitas risiko produksi terbesar terjadi pada produksi benur. Dampak risiko terbesar disebabkan oleh risiko pada derajat kelangsungan hidup (SR). Risiko penerimaan tidak memberikan dampak yang terbesar bagi perusahaan, tetapi paling memungkinkan terjadi pada perusahaan. 3. Penanganan risiko yang telah dilakukan oleh PT. Suri Tani Pemuka dalam menghadapi risiko dalam usaha pembenihan udang vannamei diantaranya melalui penghindaran risiko dan pengalihan risiko. Tindakan penghindaran risiko diantaranya dilakukan dengan mempersiapkan wadah pemeliharaan induk dan benur, sistem garansi dalam proses pengadaan induk serta
perlakuan induk yang teliti, kegiatan pemeliharaan yang sesuai dengan karakteristik udang vannamei, pemeliharaan kualitas air, pengelolaan pakan, pemanenan dan pengepakan benur dengan tepat, perbaikan fisik dan pengembangan sumber daya manusia. Penanganan risiko lainnya dilakukan melalui strategi mitigasi risiko yang dapat dilakukan dengan melakukan sistem kontrak pembelian dengan pemasok pakan, kegiatan pengendalian penyakit dan sistem diversifikasi pemeliharaan. Strategi penanganan berdasarkan pemetaan risiko dapat dilakukan untuk mengatasi risiko penurunan derajat kelangsungan hidup adalah menggunakan strategi detect and monitor. Risiko penurunan produksi benur dan risiko penurunan penerimaan ditangani dengan memonitor risiko-risiko yang terdapat pada kuadran ini. Alternatif strategi dilakukan untuk mengatasi risiko penurunan produksi naupli adalah melalui strategi low control atau penerapan pengawasan yang rendah. 7.2. 1.
Saran Penanganan risiko yang paling utama ditekankan untuk mengatasi risikorisiko pada aspek teknis terbesar yang berpotensi menimbulkan kerugian terbesar yaitu risiko yang disebabkan oleh penyakit dan tingginya tingkat mortalitas benih.
2.
Saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mempelajari manajemen risiko yang diterapkan di PT. Suri Tani Pemuka pada kegiatan usaha lain selain kegiatan usaha pembenihan udang vannamei karena keberhasilan PT. Suri Tani Pemuka dalam mengendalikan risiko yang ada dalam kegiatan usaha sehingga PT. Suri Tani Pemuka mampu mengembangkan usahanya di berbagai bidang usaha.
81
DAFTAR PUSTAKA Amri, K dan I. Kanna. 2008. Budidaya Udang Vaname. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Batuparan, D.S. 2001. Kerangka Kerja Risk Management. BEI news edisi 5. Jakarta. Erwinda, Y. 2008. Pembenihan Udang Putih Secara Intensif. Program Studi Biologi. Institut Teknologi Bandung. Bandung Iskandar, E. 2006. Analisis Risiko Investasi Saham Agribisnis Rokok dengan Pendekatan ARCH-GARCH. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Kountur, R. 2004. Manajemen Risiko Operasional (Memahami Cara Mengelola Risiko Operasional Perusahaan). PPM. Jakarta Kountur, R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. PPM. Jakarta Lam, J. 2007. Enterprise Risk Management. PT. Ray Indonesia. Jakarta. Mahendra. 2007. Budidaya Udang Vannamei dan Budidaya Pakan Alami. Universitas Soedirman. Jawa Tengah. Rosiana, N. 2008. Kelayakan Pengembangan Usaha Akar Wangi Pada Kondisi Risiko di Kabupaten Garut. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Bogor. Siregar, Y.R. 2008. Analisis Risiko Pemasaran DOC Broiler dan Layer Pada PT. Sierad Produce.Makalah Seminar. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Bogor. Sulistiyawati. 2005. Analisis Pendapatan dan Risiko Diversifikasi Usahatani Sayur-Sayuran Pada Perusahaan Pacet Segar, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Skripsi. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Trangjiwani, W. 2008. Manajemen Risiko Operasional CV Bimandiri di Lembang, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Yulianto. 2008. Manajemen Risiko Proyek Pengembangan Perangkat Lunak Mybiz 2 Di Software House ABC. ITS. Surabaya.
82
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Perhitungan Probabilitas Risiko Produksi Naupli Bulan Produksi Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata Standar Deviasi x z Nilai pada Tabel z Probabilitas Risiko
23.000.000 40.000.000 43.000.000 50.000.000 40.000.000 38.000.000 24.000.000 28.000.000 32.000.000 47.000.000 365.000.000 36.500.000 9.383.792 25.000.000 -1,2255173 0,109 10,90%
84
LAMPIRAN 2. Perhitungan Probabilitas Risiko Produksi Benur Siklus Jumlah Benur 1 6.051.200 2 6.352.992 3 4.723.200 4 5.083.200 5 6.639.840 5 4.343.040 7 5.868.984 Total 39.062.456 Rata-rata 5.580.351 Standar Deviasi 869607,604 x 6.250.000 z 0,770 Nilai Pada Tabel z 0,221 Probabilitas Risiko 22,10%
85
LAMPIRAN 3. Perhitungan Probabilitas Risiko Survival Rate Siklus 1 2 3 4 5 6 7 Total Rata-rata Standar Deviasi x z Nilai pada Tabel z Probabilitas Risiko
SR 30,5 34,2 28,8 35,3 34,8 29,0 36,3 228,9 32,7 3,165 30,0 -0,85296 0,198 19,80%
86
LAMPIRAN 4. Perhitungan Probabilitas Risiko Pada Penerimaan Siklus Jumlah benur Harga Penerimaan 1 6.051.200 27 163.382.400 2 6.352.992 27 171.530.784 3 4.723.200 25 118.080.000 4 5.083.200 27 137.246.400 5 6.639.840 26 172.635.840 6 4.343.040 26 112.919.040 7 5.868.984 25 146.724.600 Total 1.022.519.064 Rata-rata 146.074.152 s 24543923,61 x 156.250.000 z 0,4146 Nilai Pada Tabel z 0,341 Probabilitas 34,10%
LAMPIRAN 5. Perhitungan Dampak Risiko Produksi Naupli Kekurangan Kerugian Bulan Produksi Harga Produksi Penerimaan Maret 23.000.000 2.000.000 Rp 7,14.000.000 September 24.000.000 1.000.000 Rp 8,8.000.000 Jumlah 22.000.000 Rata-rata 11.000.000 s 4.242.640,687 z 1,654 VaR 15.962.000
87
LAMPIRAN 6. Perhitungan Dampak Risiko Produksi Benur Kekurangan Siklus Produksi Harga Kerugian Produksi 1 6.051.200 198.800 Rp 27,5.367.600 6 4.343.040 1.906.960 Rp 26,49.580.960 7 5.868.984 381.016 Rp 25,9.525.400 Jumlah 64.473.960 Rata-rata 21.491.320 s 24.415.010 z 1,645 VaR 44.679.261
LAMPIRAN 7. Perhitungan Dampak Risiko Survival Rate Kekurangan Kerugian Siklus Produksi Harga Produksi Penerimaan 3 4.723.200 1.526.800 Rp 25,38.170.000 6 4.343.040 1.906.960 Rp 26,49.580.960 87.750.960 Jumlah 43.875.480 Rata-rata 8.068.767 s 1,645 z 53.260.994 VaR
88
LAMPIRAN 8. Perhitungan Dampak Risiko Pada Penerimaan Siklus Kerugian 3 4 6 7 Jumlah rata-rata s z VaR
38.170.000 19.003.600 43.330.960 9.525.400 110.029.960 27.507.490 15913757,45 1,645 40596555
89