EJAAN YANG DISEMPURNAKAN BAHASA INDONESIA
Oleh. NAMA
:
PRODI/KELAS
:
NIM
:
SMKS CITRA BORNEO SUNGAI AMBAWANG TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya lah saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, yakni tentang Ejaan Yang Disempurnakan. Tersusunnya makalah ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu tidak lupa saya sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada: 1. Ibu Arni, M.Pd selaku Dosen Pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia. 2. Kedua orang tua dan adik-adik tercinta yang selalu di hati saya dan, 3. Rekan-rekan mahasiswa prodi TIK, kelas A sore.
Penulisan makalh ini adalah suatu usaha permulaan. Oleh sebab itu, dalam penulisan ini, tentu saja masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis dengan senang hati dan rasa terima kasih menerima kritik dan saran dari pembaca. Dengan kritik dan saran tersebut, diharapkan makalah ini bisa menjadi lebih baik dan akan menjadi sumbangan yang lebih berharga lagi dalam membina dan mengembangkan kemampuan dalam pembuatan karya tulis berikutnya.
Pontianak,16 Januari 2014
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................... i Daftar Isi .............................................................................................................. ii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4 C. Tujuan ............................................................................................. 4 D. Ruang lingkup ................................................................................ 4
BAB II
KAJIAN TEORI A. Ejaan Van Ophuijsen..................................................................... 5 B. Ejaan Soewandi ............................................................................. 5 C. Ejaan Melindo ............................................................................... 6 D. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ............................. 6
BAB III
PEMBAHASAN A. Pengertian EYD ............................................................................. 7 B. Pemakaian Huruf ........................................................................... 7 C. Pemakaian Huruf kapital dan Huruf Miring .................................. 13 D. Penulisan Kata ............................................................................... 17 E. Penulisan Unsur Serapan ............................................................... 23 F. Pemakaian Tanda Baca.................................................................. 23
BAB IV
PENUTUP A. Simpulan ........................................................................................ 33 B. Saran .............................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 34
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat mengungkapkan diri baik secara lisan maupun tulis, dari segi rasa, karsa dan cipta serta pikir baik secara etis, estetis dan logis.Seiring dengan berjalannya waktu serta peningkatan zaman dari masa ke masa hingga saat ini semangkin terasa betapa pentingnya peran bahasa sebagai alat komuniksi. Bahasa berperan penting dalam kehidupan manusia, tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari,tetapi juga diperlukan untuk menjalankan segala pemberitaan bahkan untuk menyampaikan pikiran, pandangan, dan perasaan. Kenyataannya selain dari ahli – ahli bahasa sendiri, para ahli dalam bidang lainnya seperti ilmu pengetahuan umum, kedokteran, politik, pendidikan serta lainnya semakin memperdalam dirinya dalam bidang teori dalam praktek bahasa. Semua orang semakin menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh dalam bahasa. Bahasa dapat di jadikan sebagai alat komunikasi yang dapat mempersatukan seluruh elemen bangsa. Warga Negara Indonesia sendiri yang mahir berbahasa indonesialah yang akan dapat menjadi warga negara yang dapat memenuhi kewajibannya dimanapun mereka berada ditanah air dan dengan siapapun mereka bergaul diwilayah NKRI. Oleh sebab itu, kemahiran berbahsa Indonesia menjadi bagian dari kepribadian Indonesia. Terdapat anggapan yang menyatakan bahwa “ selama orang Indonesia masih ada, bahasa Indonesia tidak akan punah “. Seandainya anggapan yang
1
2
menyerupai slogan itu benar, yang perlu diterangkan adalah bagaimana upaya menjaga keberadaan bahasa Indonesia itu pada waktu-waktu yang akan datang. Pertanyaan itu diajukan mengingat adanya kenyataan yang menunjukkann bahwa semangat generasi muda memiliki bahasa Indonesia itu tidak sama dengan semangat generasi muda tahun 1928 untuk memperjuangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Gejala-gejala yang akan mengarah kepada kenyataan itu sudah terlihat pada saat ini, baik dari sikap generasi muda terhadap bahasa Indonesia maupun dari aspek kebahasaan sendiri yang selalu mengalami perubahan, seperti pengaruh bahasa jawa, bahasa gaul, bahasa slank dan lainnya. Hal itu menggambarkan sikap generasi muda terhadap bahasa Indonesia dengan sikap yang berbeda-beda tergantung dari latar belakang budaya dan pendidikan. Perkembangan bahasa Indonesia telah terjadi sepanjang masa, dapat dibuktikan dengan terdapatnya perbedaan antara bahasa Indonesia zaman dulu
( Ejaan Lama )
sampai dengan bahasa Indonesia pada saat ini ( Ejaan Yang Disempurnakan ). Perbedaan itu telah menimbulkan pertentangan diantara mereka yang ingin agar bahasa Indonesia dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Berdasarkan Fakta-fakta tersebut diatas upaya mewujudkan bahasa Indonesia agar dapat dimiliki semua komponen bangsa indonesia baik didalam negeri maupun luar negeri diperlukan upaya kebersamaan dalam pembinaan berbahasa Indonesia. Upaya kebersamaan tersebut harus dilakukan dari tanah keluarga, social, pendidikan, budaya dan pemerintah secara berkesinambungan. Untuk mewujudkan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD ) sebagai tataan penggunaan bahasa Indonesia dapat dilakukan berbagai upaya yang strategis dalam pengajaran bahasa Indonesia. Salah satunya adalah Dosen, Guru dan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia di rana pendidikan ( Rohmadi, 2008 ).
3
Pemahaman Ejaan sangat perlu karena ejaan merupakan “ rambu lalu lintas “ dalam penggunaan bahasa, terutama bahasa tulis. Ejaan itu sendiri dapat diartikan sebagai keseluruhan peraturan bagaiman melambangkan bunyi ajaran dan bagaimana anatarhubungan antara lambang-lambang itu ( pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa ). Secara teknis, yang dimaksud dengan Ejaan adalah penulisan huruf, pnulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Batasan tersebut menunjukkan pengertian kata ejaan berbeda dengan pengertian kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata atau kata sedangkan ejaan adalah suatu system aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatuir keseluruhan cara menuliskan bahasa. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk bahasa, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan. Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD ). EYD mulai diberlakukan pada tanggal 16 agustus 1972. Ejaan yang ke 3 dalam bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama 25 tahun yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi ( Mentri PP dan Kewarganegaraan Republik Indonesia pada saat itu diresmikan pada tahun 1947 ). Ejaan pertama bahasa Indonesia adalah Ejaan Van Ophuijsen ( nama seorang guru besar belanda yang juga pemerhati bahasa ) yang diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah belanda yang berkuasa di Indonesia pada masa itu. Ejaan Van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama dari Ejaan Republik.
4
yang dipakai selama 25 tahun. Ejaan van Ophuijsen baru diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka. Untuk sekedar memperoleh gambaran tentang ejaan yang pernah berlaku pada masa itu dan sekaligus untuk membandingkan dengan ejaan sekarang. Perhatikan pemakaian huruf dan kata-kata yang ditulis dengan ketiga macam ejaan itu.
B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertain EYD? 2. Bagaimana tata cara pemakaian huruf sesuai dengan EYD? 3. Bagaimana penulisan huruf kapital dan huruf miring sesuai dengan EYD? 4. Bagaimana penulisan kata sesuai dengan EYD? 5. Bagaimana penulisan unsur serapan sesuai dengan EYD? 6. Bagaimana pemakaian tanda baca sesuai dengan EYD? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertain EYD. 2. Untuk mengetahui bagaimana tata cara pemakaian huruf sesuai dengan EYD. 3. Untuk mengetahui bagaimana penulisan huruf kapital dan huruf miring sesuai dengan EYD. 4. Untuk mengetahui bagaimana penulisan kata sesuai dengan EYD. 5. Untuk mengetahui bagaimana penulisan unsur serapan sesuai dengan EYD. 6. Untuk mengetahui bagaimana pemakaian tanda baca sesuai dengan EYD. D. Ruang Lingkup 1. Pengertian EYD. 2. Penggunaan atau Penulisan Huruf. 3. Penulisan huruf kapital dan huruf miring. 4. Penulisan Kata. 5. Penulisan Unsur Serapan. 6. Pemakaian Tanda Baca.
BAB II KAJIAN TEORI
Secara umum ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ajaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang itu ( pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa ). Perkembangan bahasa Indonesia sendiri sudah melalui beberapa perubahan di antaranya sebagai berikut : 1.
Ejaan Van Ophuijsen Pada tanggal 1901 ditetapkan ejaan bahasa melayu dengan huruf Latin, yang di sebut Ejaan van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan iu yang dibantu oleh engku Bawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menbonjol dalam ejaan van Ophuijsen adalah sebagai berikut: a.
Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang, panjah, sajang.
b.
Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
c.
Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda rema, dipakai untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’
2.
Ejaan Soewandi Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan Ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan Ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubung dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut: a.
Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.
b.
Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
c.
Kata ulang boleh ditulis dengan angaka-2, seperti anak2 berjalan2, kebarat2-a
5
6
d.
Awalan di- dan kata depan di kedua-duannya dituls serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamarkan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.
3.
Ejaan Melindo Pada akhir 1949 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (slametmulyani-Syeh Nasir bin Ismail, ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.
4.
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Pada tanggal 16 agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.
B. Pemakaian huruf. 1. Abjad Dalam bahasa Indonesia abjad yang digunakan terdiri dari huruf sebagaimana tersebut di bawah ini. Nama masing –masing abjad disertakan disebelahnya. Huruf
nama
huruf
nama
Huruf
nama
A a
a
J
j
je
S s
es
B b
be
K k
ka
T t
te
C c
ce
L l
el
U u
u
D d
de
Mm
em
V v
fe
E e
e
N n
en
Ww
we
F f
ef
O o
o
X x
eks
G g
ge
P p
pe
Y y
ye
H h
ha
Q q
ki
Z z
zet
I i
i
R r
er
7
8
2. Huruf Vocal Contoh pemakaian huruf
Di depan
Di tengah
Di belakang
a
Anak
Sampah
Duka
e*
Enak
Tema
Tempe
Elang
Berat
Periode
Intan
Biru
Mentari
Isyarat
Timba
Merpati
Obeng
Koran
Bakso
Oleh
Dorong
Sado
Udara
Tukar
Jambu
Ulang
bukit
sapu
i
o
u
Catatan: Dalam perajaran lafal kata, dapat digunakan tanda akses jika ejaan kata menimbulkan keraguan. Contoh : a. Ayah duduk di teras rumah. b. Pejabat teras itu sedang mengunjungi korban gempa.
3. Diftong Contoh pemakaian huruf Ai
au
oi
Di depan
Di tengah
Di belakang
-
-
Pantai
-
-
Damai
Aus
Saudara
Beliau
Aula
Saudagar
Kemarau
-
-
amboi
9
Catatan : Diftong yang dieja dengan au,ai, dan oi dilafalkan sebagai bunyi vocal yang diikuti oleh bunyi konsonan luncuan w atau y karana diftong bukanlah gabungan dua bunyi vocal. Istilah semi vocal yang kadangkadang dipakai untuk w dan y sudah menunjukan bahwa keduanya bukan vocal. Bandingkan beda lafal au dan ai dalam kemarau dan menggulai (au dan ai di sini adalah diftong), dan dalam mau dan menggulai (au dan ai di sini melambangkan deret dua bunyi vocal).
4. Huruf konsonan
Huruf
Di depan
Di tengah
Di belakang
B
Bedak
Lambat
Sebab
c
Cantik
Kefap
-
d
Dadar
Sedan
Abad
f
Fajar
Sifat
Kilaf
g
Gemar
Lega
Gudeg
h
Heran
Saham
Tumpah
j
Jemur
Gajah
-
k
Kabar
Makan
Badak
Makmur
Tebak
kh
Khusus
Akhir
Tarikh
l
Lapar
Jalam
Kapal
m
Musim
Semak
Demam
n
Nakal
Kenanga
Korban
ng
Ngarai
Dingin
Burung
ny
Nyali
Sunyi
-
p
Paku
Depan
Gelap
10
q
Quran
Durqan
Sidiq
r
Rumah
Serang
Gemar
s
Salah
Pusat
Kapas
sy
Syair
Isyarat
Arasy
t
Tikar
Bentuk
Kilat
v
Voli
Diva
-
w
Wanita
Sawah
Bungalow
x
Xero
-
-
y
Yakin
Gaya
-
z
zakat
lezat
-
Catatan : a. Huruf K di sini melambangkan bunyi hamzah. b. Khusus untuk nama dan kepentingan ilmu.Persukuan. Dalam bahasa Indonesia setiap suku kata ditandai oleh sebuah vokal. Vokal itu dapat diikuti maupun didahului oleh konsonan. a. Bahasa Indonesia mengenal empat macam pola umum suku kata yaitu : 1) V
: a-kar, u-bi, ba-u, a-du, i-kan
2) VK
: an-cam, li-ar, in-tan, em-ber
3) KVK
: pin-tu, lam-pu, dom-ba, rim-ba
b. Selain itu bahasa Indonesia masih memiliki beberapa pola suku kata yang seperti berikut ini. 1) KKV
: in-tro, le-pra, ul-tra, in-fra
2) KKVK
: prak-tis, trak-tir, spon-sor, span-duk
3) VKK
: eks, ons, ohm, eks-por
4) KVKK
: teks, pers, lars
11
5) KKVKK : kom-pleks, ter-pleks 6) KKKV
: sara-ta, stra-te-gis, in-stru-men
7) KKKVK : struk-tur, in-struk-si Keterangan :
K = konsonan V = vokal
c. Cara pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut: 1) Untuk kata yang di tengahnya ada dua vokal yang berurutan, maka pemisahan tersebut dilakukan di antara kedua vokal itu. Contoh: si-ap, tu-an, ki-an, bi-as, hi-as, li-ar 2) Untuk kata yang ditengahnya ada konsonan diantara dua vokal, maka pemisahan tersebut dilakukan sebelum konsonan itu. Contoh: su-sah, sa-kit, si-kat, te-tap, da-pat Untuk ng, ny, sy, dan kh yang melambangkan satu konsonan, maka gabungan huruf-huruf itu tidakpernah diceraikan sehingga pemisahan tersebut dilakukan sebelum konsonan itu. Contoh: nya-ta, sya-rat, ang-kuh, akh-lak, se-ngat 3) Untuk kata yang ditengahnya ada dua konsonan yang berurutan, maka pemisahan tersebut dilakukan di antara kedua konsonan itu. Contoh: ul-tra, in-fra, am-bruk, ben-trok, bang-krut 4) Untuk kata yang dendapatkan imbuhan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk sehingga biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya maka pemisahan suku kata tersebut di lakukan untuk dipisahkan sebagai satu kesatuan. 5. Nama diri Untuk penulisan nama gunung, laut, jalan, sungai, tempat, dan sebagainya disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Begitu juga untuk penulisan nama orang, badan hukum, juga nama diri lain yang sudah Lazim dipakai
12
supaya disesuaikan dengan EYD, kecuali apaila ada petimbangan yang bersifat khusus 6. Pemenggalan Kata Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut: a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu. Misalnya: Au-la
bukan
a-u-l-a
Sau-da-ra
bukan
sa-u-da-ra
Am-boi
bukan
am-bo-i
b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya: Ba-pak
ba-rang
su-lit
La-wan
de-ngan
ke-nang
Mu-ta-khir c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggaan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Misalnya: Man-di
som-bong
swas-ta
d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya: in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut
13
C. Pemakaian Huruf Kapital Dan Huruf Miring 1. Huruf Besar atau Huruf Kapital. a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya: Dia mengantuk. Apa maksudnya? Pekerjaan itu belum selesai. b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, “kapan kita pulang” Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!” “kemarin engkau terlambat, “katanya. c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Allah
Alkitab
Islam
Yang Mahakuasa
Quran
Kristen
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Mahaputra Yamin Sultan Hasanuddin e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik Perdana Menteri Nehru
14
Laksamana Muda Udara Husen Sastra Negara f. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pengkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama termpat. Misalnya: Siapa nama gubernur yang baru dilantik itu? Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal. g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah Dewi Sartika
h. Huruf
kapital sebagai Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa. Misalnya: Bangsa Indonesia Suku Sunda Bahasa Inggris i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah. Misalnya: Bulan Agustus
hari Natal
Bulan Maulid
perang Candu
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: Asia Tenggara
Kalai Brantas
Banyuwangi
Lembah Baliem
15
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. Misalnya: Republic Indonesia Majelis Permusyawaratan Rakyat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta dokumen. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa. Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya membaca buku Dari Ave Maria kejalan lain ke Roma Bacalah majalah Bahasa dan Sastra n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya: Dr.
dokter
M.A.
master of art
S.H.
sarjana huku
16
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya: “Kapan Bapak berangkat?” Tanya Harto Adik bertanya, “Itu apa Bu?” Surat Saudara sudah saya terima. i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda. Misalnya: Sudahkah Anda tahu? Surat Anda telah kami terima. 2. Huruf Miring a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: Majalah Bahasaa dan Kesastraan. Buku Negarakertagama karangan Prapancana. Surat kabar Suara Karya. b. Huruf
miring
dalam
cetakan
dipakai
untuk
menegaskan
atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama kata abad ialah a Dia bukan menipu, tetapi ditipu c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya: Nama ilmiah buah mnggis ialah Carcinia Mangostana. Politik divide et impera pernah merajalela di Negara ini.
17
D. Penulisan Kata 1. Kata Dasar Kata yang berupa kata dasar ditulis seagai satu satuan Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu. Kantor pajak penuh sesak. Buku itu sangat tebal.
2. Kata Turunan a. Imbuhan (awalan, sispan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya Misalnya: bergelar Menengok
dikelola
penetapan
mempermainkan
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: bertepuk tangan Menganak sungai
garis bawah sebar luaskan
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: menggarisbawahi Dilipatgandakan
menyebarluaskan penghancurleburan
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: adipati Audiogram
aerodinamika
antarkota
anumerta
awahama
bikarbonat
biokimia
3. Bentuk Ulang Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya:
anak-anak
biri-biri
buku-buku
bumiputra-bumiutra Hati-hati
kuda-kuda
mata-mata
laba-laba
18
4. Gabungan Kata a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar Meja tulis
orang tua
kambing hitam
model linear simpang empat
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubungan untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Misalnya: ibu-bapak kami Orang-tua muda
anak-istri saya
buku sejarah-baru
mesin-hitung tangan watt-jam
c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali Segitiga
wasalam
titimangsa
sekalipun
saripati
5. Kata Ganti -ku, kau, mu, dan –nya Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya –ku, mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
apa yang kumiliki boleh kau ambil Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan
6. Kata Depan di, ke, dan dari Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagia satu kata seperti kepada dan daripada. Misalnya:
kain itu terletak di lemari. Bermalam semalam di sini Di mana siti sekarang?
7. Kata si dan sang kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya misalnya:
harimau itu marah sekali kepada sang kancil.
19
Surat itu dikembalikan kembali kepada si pengirim. 8. Partikel a. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: bacalah buku itu baik-baik. Apakah yang tersirat dalam surat itu? Apatah gunannya bersedih hati? b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: apapun yang dinamakannya, ia tetap kurus Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi. c. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahulukan atau mengikutinya. Misalnya: pegawai mendapatkan kenaikan gaji per 1 April. Mereka masuk kedalam ruangan satu per satu. 9. Singkatan dan akronim a. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. 1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
A.S. Kramawijaya Muh. Yamin M.B.A (master of business administration) Kol.
(Kolonel)
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdidi atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
DPR
(Dewan Perwakilan Rakyat)
PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia PT
(Perseroan Terbatas)
20
3) Singkatan umum terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya:
dll.
(dan lain-lain)
Dsb.
(dan sebagainya)
Dst.
(dan seterusnya)
4) Lembang kimia, singkatan satuan ukur, timbangan dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya:
Cu
(kuprun)
TNT
(trinitrotoluene)
b. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. 1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya:
ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) LAN (Lambang Administrasi Negara)
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Misalnya: Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) Sespa (Sekolah Staf Pimpinan Administrasi) 3) Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: Pemilu (pemilihan umum) Radar (radio detecting andranging)
21
10. Angkat dan Lambang Bilangan a. Angkat dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan Angka Arab atau Angka Romawi. Angka Arab Angka Romawi
: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L
b. Angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (2) satuan waktu (3) nilai uang , dan (4) kuantitas Misalnya: 0,5 sentimeter
1 jam 20 meter
5 kilogram
pukul 15.00
2.000 rupiah
27 orang
c. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya: jalan tanah Abang 1 no.12 Hotel Indonesia, kamar 169 d. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya: Bab x, Pasal 5, halaman 242 Surah Yasin: 9 e. Penulisan lambang blangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. 1) Bilangan utuh 2) Bilangan pecahan f. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya: Paku Buwono X Bab II Bab ke-2
22
g. Penulisan lambang bilangan yang mendapatkan akhiran –an mengikuti cara yang berikut. Misalnya: tahun 50-an Uang 5000-an
atau tahun lima puluhan atau uang lima ribuan
h. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti lambang perincian dan pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratusekor ayam. i. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Lima belas tewas dalam kecelakaan itu. Pak darmo mengundang 250 orang tamu. j. Angka menunjukkan bilangan utuh yang besar data dieja sebagai supaya lebih mudah dibaca. misalnya: perusahaan itu saja mendapat pinjaman 234 juta rupiah. Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 123 juta orang. k. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Di lemari itu tersimpan 456 buku dan majalah. l. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
23
Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 456.000 (empat ratus lima puluh enam ribu)
E. Penulisan Unsur Serapan Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugal, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de I’homme. Unsurunsur ini dipakai dalam konteks bahas Indonesia tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
F. Pemakaian Tanda Baca 1. Tanda Titik (.) a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di solo. Biarlah mereka duduk di sana. b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, atau daftar Misalnya: A. Direktorat Jenderal Agraria III. Departemen Dalam Negeri
24
c. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detk yang menunjukkan waktu. Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik). d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya: 1.32.20 jam (1 jam, 32 menit, 20 detik) e. Tanda dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda Tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya: Siregar, Merari. 1992. Azab dan sengsara. f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya: Desa itu berpenduduk 12.122 orang g. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya: ia lahir pada tahun 1993 di bandung. h. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, table, dan sebagainya. Misalnya: Acara kunjungan Adam Malik. Bentuk dan kebudayaan. i. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengiriman dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat. Misalnya: Jalan diponegoro 82
Jakarta
2. Tanda Koma (,) a. Tanda koma dipakai di antara unsure-unsur dalam satu perincian atau pembilangan. Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta. Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
25
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului kata seperti tetapi atau melainkan. Misalnya: saya ingin dating, tetapi hari hujan. Didi bukan anak saya, melainkan anak pak Kasim. c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu medahului induk kalimatnya. Misalnya: kalau hari hujan, saya tidak akan datang. Karena sibuk, ia lupa kan janjinya. d. Tanda koma dipakai di belakang
kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat termasuk didalamnya oleh karena itu, jadi, lagipula, meskipun begitu, dan akan tetapi. Misalnya: ….oleh karena itu, kita harus berhati-hati. ….jadi, soalnye tidak semudah itu. e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain terdapat di dalam kalimat. Misalnya: o, begitu? Wah, bukan main! f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya: kata Ibu, “saya gembira sekali” g. Tanda koma dipakai di antara (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat, (3)tempat dan tanggal, (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: surat-surat ini harap dialamatkan kepada Deken Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salembara 6, Jakarta. h. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
26
Misalnya: alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakyat. i. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya: W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karangmengarang (Yogyakarta: UP Indonesia 1967). Hal. 4 j. Tanda koma dipakai di abtara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakan dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: B. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A. k. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya: 12,5 M
Rp12,50
l. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan yang sifatnya tidak membatasi. Misalanya: guru saya, pak Ahmad, pandai sekali. Di daerah Kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih. m. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Dalam
pembinaan
dan
pengembangan
bahasa,
kita
memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. n. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian yang lain mengiringinya dengan kalimat jika petikan langsung itu berakhir itu berakhir dengan tanda Tanya atau tanda seru. Misalnya: “di mana saudara tinggal?” Tanya karim.
27
3. Tanda Titik Koma (;) a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya: malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga. b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya: Ayah mengurus tamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; 4. Tanda Titik Dua a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pertanyaan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya: kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau unkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya: ketua
: Ahmad Wijaya
Sekretaris
: S. Handayani
Bendahara
: B. Hartawan
c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya: ibu
: “bawa koper ini, mir!”
Amir : “baik, bu.” d. Tanda titik dua dipakai (1) di antara jilid atau nomor halaman, (2) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (3) di antara judul dan anak judul suatu karangan. Serta (4) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya: Tempo, I (1971), 34:7 Surah Yasin:9
28
5. Tangan Hubung (-) a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian barisnya. Misalnya: Di samping cara-cara lama itu ada juga secara yang baru.
b. Tanda hubung menyambung awalan dengann bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris. Misalnya: Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas. Kukuran baru ini memudahkan kita meNgukur kelapa.
c. Tanda hubung menyambung unsure-unsur kata ulang. Misalnya: anak-anak Berulang-ulang d. Tanda hubung yang menyambung huruf kata dieja satu-satu dan bagianbagian tanggal. Misalnya: p-a-n-i-t-i-a
8-4-1993
e. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (1) hubungan bagianbagian kata atau ungkapan, dan (2) penghilang bagian kelompok kata. Misalnya: ber-evolusi
Dua puluh-lima-ribuan
f. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (1) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (2) ke- dengan angka, (3) angka denganan-, dan (4) nama jabatan rangkap. Misalnya: se-Indonesia
Se-Jawa Barat
g. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsure bahasa Indonesia dengan unsure bahasa asing. Misalnya: di-smash
pen-tackle-an
29
6. Tanda Pisah (-) a. Tanda pisah membatasi penisipan kata atau kalimat yang member penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya: kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. b. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas Misalnya: rangkaian temuan ini-evolusi, teori kenisbi-an, dan kini juga pembelahan atom-telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tunggal dengan arti ‘sampai’ Misalnya: 1990-1994
Jakarta – Bandung
7. Tanda Elipsis (…) a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat terputus-putus. Misalnya: kalau begitu…ya, marilah kita bergerak. b. Tanda ellipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya: sebab-sebab kemerosotan…akan diteliti lebih lanjut. 8. Tanda Tanya (?) a. Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya. Misalnya: kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
b. Tanda Tanya dipakai di dalam tanda kurang untuk menyatukan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya: ia lahirkan pada tahin 1883 ?. Uangnya sebanyak 10 juta rupiah ? hilang.
30
9. Tanda Seru (!) Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidak parcayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Misalnya:
alangkah seramnya peristiwa itu! Bersihkan kamar itu sekarang juga!
10. Tanda Kurang ((…)) a. Tanda kurang mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya: dalam perencanaan sudah selesai menyusun DIK (daftar isian kegiatan) kantor itu. b. Tanda kurang mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian itegral pokok pembicaraan. Misalnya: Sejak Tranggono yang berjudul “ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. c. Tanda kurang mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya: pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya. d. Tanda kurang yang mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan. Misalnya: factor produksi menyangkut masalh (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal. 11. Tanda Kurang Siku ([…]) a. Tanda kurang siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Misalnya: Sang Sapurba men [d]engar bunyi gemerisik. b. Tanda kurang siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelasan yang sudah bertanda kurang.
31
Misalnya: persamaan kedua proses ini(perbedaanya [lihat halaman 35-38] tidak dibicarakan) perlu dibentang di sini. 12. Tanda Petik (“…”) a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Misalnya: “saya belum siap,”kata mira, “tunggu sebentar!” b. Tanda petik mengapit syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya: Bacalah “bola lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari suatu tempat. c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja. d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Misalnya: kata Tono,”saya juga minta satu” e. Tanda petik penutup kalimat atau bagian kalmia di tempat dibelakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagaian kalimat. Misalnya: karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam” 13. Tanda Petik Tunggal (‘…’) a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan. Misalnya: Tanya Basri,”kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?” b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing. Misalnya: feed-back ‘balikan’ 14. Tanda Garis Miring a. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
32
Misalnya: no. 7/PK/1973 Jalan Kramat II/10 b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan , atau, atau tiap. Misalnya: mahasiswa/mahasiswi Harganya Rp150,00/lembar Tahun anggaran 1987/1989 15. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘) Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya:
Ali ‘kan kusurati. (‘kan=akan) 1 januari ’88 (‘88=1988)
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan Penggunaan tanda baca perlu diperhatikan dalam penulisan karya tulis atau karya ilmiah. Masing masing tanda baca memiliki aturan dan tata letak penggunaanya, sehingga kita harus cermat dalam menggunakan tanda baca dan menempatkan tanda baca pada aturan yang telah di tetapkan. Penggunaan ejaan yang disempurnakan (E Y D) sangat dibutuhkan dalam penulisan karya tulis ilmiah agar sebuah karya tulis ilmiah tersebut dapat tersusun dengan baik dan mudah dipahami. Dari berbagai macam kesimpulan, maka penggunaan tanda baca perlu untuk dipahami dan dipelajari lebih detail agar penggunaan tanda baca pada karya ilmiah yang kita buat menjadi benar dan mudah dipahami oleh orang-orang yang akan membaca karya tulis kita.
B.
Saran Dari tugas makalah tersebut, banyak hal yang dapat kita pelajari. Seperti halnya yang sudah kami harapkan dan sampaikan pada kata pengantar tugas makalah ini, yaitu semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menambah wawasan kita dan pemahaman kita mengenai pengguanaan tanda baca yang baik dan benar yang tentu saja sesuai dengan EYD.
33
DAFTAR PUSTAKA
Komposisi BI,Lamuddin Finoza, S.J.DIKSI. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan Ardiansyah Andre.Ejaan Yang Disempurnakan.Surabaya: Pustaka Agung Harapan
Achmadi Mukhsin.1990.Dasar-dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Malang : Yayasan Asah Asih Asuh Nasucha Yakub, Rochmadi Muhammad, Wahyudi Agus Budi. 2012. Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa Keraf Gorys. 1970. Komposisi. Flores : Nusa Indah
Arifin E Zainal,Tasai Amran. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta : Akademika Pressindo 2005. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan. Cetakan ke VII. Bandung : Pustaka Setia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2001. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Edisi ke II. Bandung : Yrama Widya
34