KELAS BUNDER: PENCIPTAAN LINGKUNGAN KELAS SEKOLAH FORMAL YANG KONDUSIF SEBAGAI SALAH SATU PILAR PENDIDIKAN HOLISTIK
Afina Mutmainnah Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Bogor, 16681, pos-el:
[email protected] Nur Hannah Muthohharoh Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Bogor, 16681, pos-el:
[email protected] Astri Setiamurti Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Bogor, 16681, pos-el:
[email protected]
Abstrak Kajian ini bertujuan untuk mengkaji model pembelajaran yang kondusif dalam lingkungan kelas agar mampu membangun pendidikan yang holistik. Sistem pendidikan formal di Indonesia baik di tingkat SD hingga SMA umumnya masih mengabaikan kemampuan dan potensi siswa yang beragam. Proses belajar masih didominasi oleh peran guru yang dianggap paling tahu segalanya. Materi ditransfer setiap harinya dan siswa terkesan pasif menerima materi yang disampaikan. Hal ini jelas mampu mematikan kreativitas siswa, kemampuan berpikir kritis, kerangka berpikir yang lebih universal, motivasi belajar, dan lain-lain. Berulang kali pemerintah membuat kurikulum demi peningkatan mutu dan kualitas peserta didik, misalnya student centre learning untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa, namun hal ini tidak didukung dengan pengembangan dalam aspek lainnya seperti pengelolaan kelas dan pengembangan materi ajar. Pengelolaan kelas (class management) berarti membangun dan memelihara lingkungan kelas yang kondusif bagi pembelajaran dan prestasi siswa. Dalam psikologi bentuk, geometri dan bangun ruang memiliki makna tersendiri dan membuat persepsi visual yang berbeda bagi yang melihatnya. Bentuk kelas bunder dan manajemen bangku dalam kelas diyakini dapat dipersepsikan dengan lebih baik oleh manusia sebagai bentuk yang menyeluruh dan tidak kaku. Makna-makna tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran khususnya bagi siswa sekolah dasar. Kata Kunci: pendidikan holistik, manajemen ruang kelas, kelas bunder.
Abstract This study aims to assess the learning conducive environment model in a classroom to build a holistic education. Formal education system in Indonesia, both in elementary until high school level are generally still ignoring the students' uniqueness. The learning process is still dominated by the role of the teacher is considered to be the most out of everything. The material was transferred each day and impress students passively receiving the material presented. These may deteriorate students' creativity, critical thinking skills, logical framework analysis skill, learning motivation, etc. Government repeatedly changed the educational curriculum in order to improve significantly the quality of learners, for example, implemented a system student learning center to enhance the active participation of students, but this was not supported by the development of other aspects such as classroom management. Classroom management means building and maintaining a classroom environment that is conducive to learning and student achievement. In psychology, shape, geometry and building space has its own significance and could create different visual perception to the viewer. Classroom Bunder management forms and benches
in the classroom are believed to be better perceived by humans as a form of a thorough and rigid. Meanings are expected to improve the effectiveness of learning, especially for elementary school students. Keywords: holistic education, classroom management, classroom Bunder.
penting kiranya orang tua/guru memahami
PENDAHULUAN Latar Belakang
karakteristik khas yang dimiliki setiap anak
Pendidikan merupakan basis dalam membentuk manusia yang berkarakter. Melalui
pendidikan,
manusia
dapat
menemukan berbagai pengetahuan baru yang sifatnya tidak terbatas. Pengetahuan menjadi salah satu bekal bagi manusia untuk mengembangkan dirinya. Menurut Riyanto (2010), pendidikan sebagai
kegiatan
memanusiakan
dipandang
manusia
manusia
sendiri,
untuk yaitu
manusia berbudaya. Pendidikan penting dilakukan sejak diri karena usia dini merupakan
tahapan
awal
pengenalan
berbagai hal, mulai dari pengetahuan mengenai diri sendiri dan pengetahuan mengenai alam sekitar. Megawangi (2007) mengungkapkan
bahwa
usia
dini
merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter
seseorang.
Mutiah
(2010)
menambahkan bahwa kehidupan masa anak dengan berbagai pengaruhnya adalah masa kehidupan yang sangat penting khususnya berkaitan dengan diterimanya rangsangan (stimulasi) dan perlakuan dari lingkungan hidupnya. Orang
agar
hakikat
pendidikan
untuk
mempersiapkan anak menghadapi masa depan/perkembangan
dunia
itu
sendiri
dapat terpenuhi). Barnawi dan Arifin (2012) berpendapat bahwa pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan
potensi
sehingga
bersangkutan
yang
peserta
didik mampu
memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Namun bagaimana mungkin potensi siswa dapat tumbuh secara optimal apabila (pada kenyatannya saat ini sistem pendidikan masih dalam nuansa yang “memaksa” siswa menjadi manusia dengan kompetensi yang seragam) masih dalam nuansa sistem pendidikan yang “memaksa” siswa menjadi manusia dengan kompetensi yang seragam. Sistem
pendidikan
formal
di
Indonesia baik di tingkat SD maupun SMA umumnya masih mengabaikan kemampuan dan potensi siswa yang beragam. Proses belajar masih didominasi oleh peran guru yang dianggap paling tahu segalanya.
tua/guru
seharusnya
mengupayakan terciptanya perkembangan kecerdasan dan kemampuan anak yang optimal dalam proses pendidikan. Maka,
Materi ditransfer setiap harinya dan siswa terkesan pasif menerima materi yang disampaikan.
Hal
ini
jelas
mampu
mematikan kreativitas siswa, kemampuan
tanpa ancaman, dan memberikan semangat
berpikir kritis, kerangka berpikir yang lebih
(Barnawi & Arifin, 2012).
universal, motivasi belajar, dan lain-lain.
Selanjutnya, Barnawi dan Arifin
Sering dikatakan bahwa begitu anak masuk
(2012) juga menjelaskan bahwa pendidikan
ke sekolah dasar, kreativitas anak justru
holistik
semakin menurun (Sukadi, 2008). Padahal,
pendidikan yang berangkat dari pemikiran
dua dari empat belas hal yang ditetapkan
bahwa pada dasarnya seorang individu
pemerintah dalam strategi pembangunan
mampu
nasional melalui Peraturan Pemerintah
tujuan hidup melalui hubungannya dengan
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 20101
masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-
meliputi pengembangan dan pelaksanaan
nilai spiritual. Oleh karena itu, penting
kurikulum
serta
menciptakan strategi pengembangan dalam
mengutamakan proses pembelajaran yang
menciptakan suasana kelas yang kondusif
mendidik dan dialogis.
bagi proses belajar mengajar, khususnya di
berbasis
kompetensi
Berulang kali pemerintah membuat
merupakan
menemukan
Rumusan Masalah
kualitas peserta didik, misalnya student
Apabila
learning
makna,
ditelaah
dari
aspek
meningkatkan
manajemen kelas, kebanyakan bentuk kelas
partisipasi aktif siswa, namun hal ini tidak
di berbagai sekolah formal di Indonesia
didukung dengan pengembangan dalam
berbentuk segi empat dengan pengaturan
aspek lainnya seperti pengelolaan kelas dan
bangku yang menghadap ke depan. Secara
pengembangan materi ajar. Pengelolaan
tidak sadar hal ini berpengaruh terhadap
kelas
berarti
proses belajar menjajar yang berlangsung.
membangun dan memelihara lingkungan
Posisi guru berada di sentral seolah-olah
kelas yang kondusif bagi pembelajaran dan
guru menjadi aktor yang serba tahu.
prestasi
2008).
Suasana kaku sering kali membuat siswa
yang
merasa takut saat proses belajar, sehingga
kondusif penting dilakukan dan merupakan
hal ini mengingkari hakikat dari pendidikan
salah
holistik.
(class
untuk
identitas,
filsafat
sekolah formal.
kurikulum demi peningkatan mutu dan
centre
suatu
management)
siswa
Menciptakan
satu
(Ormrod,
lingkungan
strategi
belajar
untuk
menempuh
pendidikan holistik, sehingga anak dapat
Padahal, tujuan pendidikan holistik
belajar dengan efektif di dalam suasana
adalah membantu mengembangkan potensi
yang memberikan rasa aman, penghargaan,
individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan,
1
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
demokratis,
dan
humanis
melalui
pengalaman dalam berinteraksi dengan
terpenting adalah kurikulum pendidikan.
lingkungannya (Barnawi & Arifin, 2012).
Saat ini pemerintah Indonesia sedang
Selama ini, bentuk ruang kelas
mengembangkan dan mulai menerapkan
didominasi oleh kubus ataupun balok yang
Kurikulum 2013. Tema pengembangan
mengesankan
Dalam
kurikulum 2013 adalah dapat menghasilkan
psikologi bentuk, geometri dan bangun
insan Indonesia yang produktif, kreatif,
ruang memiliki makna tersendiri dan
inovatif, dan afektif melalui penguatan
membuat persepsi visual yang berbeda bagi
sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu
yang melihatnya. Bentuk kelas bunder dan
bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa)
manajemen bangku dalam kelas diyakini
yang terintegrasi (Sidiknas 2012).
siku-siku
kaku.
dapat dipersepsikan dengan lebih baik oleh
Menurut
Sidiknas
(2012),
manusia sebagai bentuk yang menyeluruh
pengembangan kurikulum 2013, selain
dan tidak kaku. Makna-makna tersebut
untuk memberi jawaban terhadap beberapa
diharapkan dapat meningkatkan efektivitas
permasalahan yang melekat pada kurikulum
pembelajaran khususnya bagi siswa sekolah
2006, bertujuan juga untuk mendorong
dasar.
peserta didik atau siswa, mampu lebih baik Berangkat dari hal tersebut, maka
menarik
untuk
menciptakan kondusif
dikaji
lingkungan
agar
mampu
bagaimana
dalam
melakukan
bernalar,
observasi,
dan
bertanya,
mengomunikasikan
yang
(mempresentasikan), apa yang diperoleh
membangun
atau diketahui setelah siswa menerima
kelas
pendidikan yang holistik?
materi pembelajaran.
Tujuan
Konsep Pendidikan Holistik Tujuan pembuatan makalah ini
Pendidikan
holistik
bertujuan
adalah untuk mengkaji model pembelajaran
mewujudkan manusia seutuhnya, yakni
yang kondusif dalam lingkungan kelas agar
manusia yang memiliki karakter yang baik.
mampu
Pendidikan
membangun
pendidikan
yang
holistik.
holistik
ditempuh
dengan
strategi-strategi berikut (Barnawi & Arifin, 2012):
KAJIAN PUSTAKA Sistem Pendidikan Indonesia Menurut Hasbullah (2005), sistem
1. Menerapkan
metode
belajar
yang
melibatkan partisipasi aktif murid, yaitu metode
yang
dapat
meningkatkan
pendidikan adalah keseluruhan komponen
motivasi murid karena seluruh dimensi
pendidikan yang saling bekerja sama dan
manusia terlibat secara aktif dengan
terkait secara terpadu untuk mencapai
diberikan
tujuan pendidikan, salah satu komponen
konkret, bermakna, serta relevan dalam
materi
pelajaran
yang
konteks kehidupannya (student active
Student Center Learning serta suasana yang
learning, contextual learning, inquiry-
„ramah anak‟. Metode Student Center
based
Learning ini telah lama dikembangkan
learning,
and
integrated
learning).
dalam sistem pendidikan di Indonesia.
2. Menciptakan lingkungan belajar yang
Akan tetapi, penerapannya di sekolah
community
belum efektif, sebagian guru dan murid
learning) sehingga anak dapat belajar
masih terperangkap dalam zona nyaman
dengan efektif di dalam suasana yang
metode pembelajaran konvensional, yaitu
memeberikan rasa aman, penghargaan,
guru sebagai pusat proses pembelajaran,
tanpa
guru mengetahui segalanya dan murid tidak
kondusif
(conducive
ancaman,
dan
memberikan
tahu apa-apa. Tidak dapat kita pungkiri pula
semangat.
3. Memberikan secara
pendidikan
eksplisit,
karakter
sistematis,
dan
berkesinambungan degan melibatkan
bahwa
pendidikan
mengalami
Indonesia
kemajuan,
memang
namun
masih
berjalan dengan lamban. Pendidikan
aspek knowing the good, loving the
model
konvensional
yang sudah terlalu mengarus-utama mulai
good, dan acting the good.
4. Metode pengajaran yang memerhatikan
ditinggalkan.
Model dikotomis tersebut
keunikan masing-masing anak, yaitu
membuahkan fakta bahwa banyak siswa
menerapkan
juga
yang sulit memahami makna dari ilmu yang
melibatkan sembilan aspek kecerdasan
dipelajari di sekolah dengan relevansi nilai
manusia.
dalam
kurikulum
yang
Hasil Studi Lewis dan Schaos
kehidupan.
paradigma
holistik
Sebagai mulai
gantinya, memberikan
(1996) dalam Megawangi et al. (2008:)
banyak warna pada model pendidikan.
menyatakan bahwa suasana kelas kondusif
Pendidikan holistik ini merupakan sistem
berdampak positif bagi siswa, di antaranya
yang
karena:
konstruktivisme. Dalam sistem ini, siswa
Kemampuan dan karapan akademik
diarahkan untuk membangun (construct)
siswa meningkat.
pengetahuan
Siswa lebih menyukai sekolah.
mereka
Tingkat absensi lebih rendah.
pengalaman yang ada. Pendidikan holistik
menggunakan
pendekatan
secara aktif dengan upaya
berdasarkan
pengetahuan
dan
atau konstruktivistik ini memiliki tiga PEMBAHASAN
prinsip utama
yakni:
keterhubungan
Perancangan kurikulum 2013 dapat
(connectedness), keseluruhan (wholeness),
dikatakan sudah mampu memenuhi standar
dan mewujud (being) (Megawangi et al.
internasional dan berdasarkan pada metode
2008).
Prinsip (connectedness)
berarti
keterhubungan
dengan kondisi pembelajaran. Hal tersebut
bahwa
senada
setiap
dengan
prinsip
PAKEM
komponen dalam kehidupan ini adalah
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
suatu sistem yang saling terhubung dan
Menyenangkan) yang dicantumkan dalam
tidak dapat terpisahkan. Penerapan prinsip
Permendikbud.
ini
adalah
pembelajaran yang baik dan sesuai akan
keterkaitan siswa dengan lingkungannya.
memudahkan proses pembelajaran bagi
Siswa terhubung dengan guru, teman, orang
siswa. Struktur ruang kelas dan
tua, tetangga, dan institusi lain yang
benda-benda dalam kelas sebaiknya ditata
berhubungan dalam kehidupannya. Siswa
sesuai dengan kondisi siswa agar tercipta
dan juga komponen lingkungannya harus
suasana belajar yang kondusif. Beberapa
dapat
membangun
prinsip dasar penataan kelas di antaranya:
pengetahuan dan merelevansikannya dalam
1) kurangi kepadatan di tempat yang sering
kehidupan.
yaitu
dilewati siswa dan guru; 2) guru mudah
keseluruhan (wholeness). Hal-hal yang kita
untuk memantau seluruh aktivitas kelas;
pelajari tidak dapat direduksi menjadi
dan 3) siswa mudah menjangkau materi dan
bagian-bagian kecil atau parsial. Pola
perlengkapan pembelajaran; dan 4) semua
berpikir siswa harus diarahkan ke bentuk
siswa
divergen, bukan lagi berpikir secara linier.
materi dengan mudah (Evertson et al. dalam
Prinsip terakhir yaitu mewujud (being)
Santrock, 2008). Penataan kelas yang
mengarahkan siswa untuk menjadi manusia
dimaksud sangat berkaitan dengan pola
seutuhnya, manusia yang holistik. Manusia
tempat duduk siswa dan guru. Gaya
ini terampil menghadapi tantangan zaman
penataan atau pola tempat duduk dapat
dan memiliki perilaku yang mulia di dalam
divariasikan. Gaya yang cukup sesuai
kehidupannya (Megawangi et al. 2008).
dengan siswa sekolah dasar di antaranya
dalam
pendidikan
bersinergi
holistik
dalam
Prinsip
kedua
dapat
Manajemen
memperhatikan
ruang
layout
penyajian
Pendidikan holistik bersifat ramah
ialah gaya seminar (bentuk O, U, dan
anak. Konsep-konsep di dalamnya mengacu
kotak), gaya klaster, dan gaya off set
pada karakterstik unik setiap siswa dan
(Santrock, 2008).
mengarah pada proses pembelajaran yang
Berkaitan dengan hal ini, kita perlu
dapat diterima oleh siswa. Adapun salah
memerhatikan aspek lain yang mampu
satu
merangsang
dari
beberapa
manajemen
unsur
kreativitas
siswa
melalui
pembelajaran pendidikan holistik ini yaitu
penataan kelas yang „berbeda‟ dari bentuk
manajemen linkungan kelas fisik.
kelas pada umumnya. Apabila sebelumnya
Lingkungan
kelas
fisik
sudah
seharusnya ditata dengan baik, disesuaikan
telah
berkembang
gaya-gaya
penataan
tempat duduk, maka berdasarkan hal ini
dapat
dikembangkan
kembali
dalam
kreativitas, maka hal ini dijadikan sebagai
bentuk-bentuk ruang kelas. “Kelas Bunder”
modal
merupakan bangunan tempat pembelajaran
kehidupan ke depannya.
dalam
menghadapi
tantangan
yang berbentuk bulat. Umumnya kelaskelas formal di Indonesia dibangun dengan bentuk
persegi
yang
memiliki
SIMPULAN
sudut,
sehingga mengesankan siku-siku kaku. Bentuk kelas bunder juga diyakini
Penciptaan lingkungan belajar yang kondusif (conducive community learning) merupakan
salah
satu
strategi
dapat memberikan persepsi yang berbeda
membangun
bagi peserta didik. Secara visual, bentuk
Pendidikan
kelas
paradigma kontruktivistik untuk menjawab
yang
berbeda
mampu
menarik
pendidikan
dalam
holistik
holistik.
muncul
perhatian peserta didik untuk memasuki
persoalan
ruangan kelas. Jika didukung dengan
berkaitan dengan tujuan pendidikan di
penataan pola tempat duduk maka dapat
Indonesia melalui kurikulum 2013 yang
menghasilkan
mendorong sikap aktif peserta didik.
proses
pembelajaran
berdasarkan prinsip PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Apabila
Lingkungan
Hal
ini
belajar,
juga
khusunya
dalam kelas formal seharusnya ditata
pembelajaran
dengan
baik
mampu merangsang kreativitas peserta
kondisi
pembelajaran
didik, maka dapat memunculkan dampak
PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,
positif lainnya. Individu yang kreatif akan
Efektif,
memiliki ciri positif lainnya misalnya rasa
penataan
ingin tahu yang besar, senang bertanya,
dilakukan melalui gaya penataan tempat
imajinasi yang tinggi, minat yang luas,
duduk peserta didik dan guru. Bentuk kelas
tidak takut salah, berani menghadapi resiko,
bunder dan manajemen bangku dalam kelas
bebas dalam berpikir, senang akan hal-hal
diyakini dapat dipersepsikan dengan lebih
baru, dan sebagainya (Sukadi, 2008).
baik oleh manusia sebagai bentuk yang
Penerapan
proses
pendidikan.
sebagai
disesuaikan melalui
Menyenangkan).
ruang
kelas
sendiri
dengan prinsip
Adapun dapat
ini
penting
menyeluruh dan tidak kaku. Makna-makna
Seiring
dengan
tersebut diharapkan dapat meningkatkan
program pemerintah wajib belajar 12 tahun,
efektivitas pembelajaran khususnya bagi
maka tahapan sekolah paling dini berada
siswa sekolah dasar.
dilakukan
sejak
strategi
dan
dan
dini.
pada tahap sekolah dasar. Tahapan ini sebagai awal pembentukan sikap bagi
PUSTAKA RUJUKAN
peserta didik. Apabila sejak dini siswa
Barnawi, Arifin, M. 2012. Strategi dan
diarahkan untuk memunculkan berbagai
Kebijakan
Pembelajaran
Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Hasbullah.
2006.
Pendidikan.
Usia Dini. Jakarta: Kencana.
Dasar-dasar Jakarta:
PT
Ilmu
Ormrod, JE. 2009. Psikologi Pendidikan:
Raja
Membantu Siswa Tumbuh dan
Grafindo Persada. Megawangi,
Ratna.
Mutiah. 2010. Psikologi Bermain Anak
2007.
Berkembang. Pendidikan
Educational
Terjemahan
dari:
Psychology:
Karakter. Hal. 21. Bogor: Indonesia
Developing Learners. Penerjemah:
Heritage Foundation.
Amitya Kumara. Jakarta: Penerbit
Megawangi, R. Latifah, M. Dina W.F. 2008. Pendidikan Holistik. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.
Erlangga.