BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai salah satu lembaga formal memiliki tugas dan wewenang
menyelenggarakan proses pendidikan. Dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang utama, sebab tujuan pendidikan akan tercapai jika kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik. Menurut Arifin (2003: 5) “proses belajar mengajar adalah proses interaksi komunikasi aktif antara siswa dengan guru dalam kegiatan pendidikan”. Sementara itu, Nuryani (2005: 8) berpendapat bahwa interaksi dan komunikasi guru-siswa merupakan syarat utama berlangsungnya proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik apabila komunikasi antara guru dengan siswa atau komunikasi antara siswa dengan siswa berjalan dengan baik. Hasil observasi awal di salah satu SMA Negeri di Bandung diperoleh bahwa keterampilan komunikasi siswa dalam pembelajaran fisika masih rendah. Sebagian besar siswa tidak memiliki kemampuan berdiskusi dalam kelompok atau kelas, tidak berani berpendapat, menanggapi atau bertanya meskipun mereka belum memahami soal atau permasalahan yang dikemukakan oleh guru. Jika siswa dituntut harus menjawab, mereka cenderung menjawab suatu pertanyaan dengan cara mengutip dari buku atau bahan pustaka lain tanpa mengemukakan pendapat atau analisisnya terhadap persoalan tersebut. Bila keadaan ini
1
2
berlangsung terus, maka keterampilan komunikasi siswa tidak akan berkembang, proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik dan pada akhirnya tujuan pendidikan tidak akan tercapai. Observasi awal dilakukan ketika guru menyampaikan materi mengenai kesetimbangan benda tegar. Pada observasi awal ini, peneliti ingin melihat keterampilan komunikasi lisan siswa dengan indikator menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, menyampaikan pendapat, menanggapi pendapat siswa lain saat diskusi kelompok atau diskusi kelas, dan mampu berbicara atau menyampaikan hasil diskusi di depan kelas. Namun, dua indikator terakhir tidak dimunculkan karena tidak terjadi proses diskusi selama pembelajaran. Data hasil observasi awal disajikan dalam tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Keterampilan Komuniksi Lisan Siswa
Hasil
Keterampilan Komunikasi Lisan Menjawab Mengajukan Menyampaikan Pertanyaan Pertanyaan Pendapat
S (Skor total)
2,0
2,0
0,0
n (Jumlah siswa)
1,0
1,0
0,0
Xrata-rata
2,0
2,0
0
Skor ideal Persentse skor ratarata terhadap skor ideal (%)
4,0
4,0
4,0
50,0
50,0
0
Kategori Kemampuan
Cukup
Cukup
Sangat kurang
Sebaran siswa (%)
2,1 %
2,1 %
0%
Sebagian kecil
Sebagian kecil
Tidak ada
Tafsiran
3
Berdasarkan tabel 1.1 di atas, didapatkan data bahwa dalam proses belajar mengajar hanya ada 1 siswa (2,1 %) atau sebagian kecil siswa yang menjawab pertanyaan dengan kategori kemampuan cukup, 1 siswa (2,1 %) yang mengajukan pertanyaan dengan kategori kemampuan cukup, dan tidak ada siswa yang mengajukan
pendapatnya
terhadap
materi
pembelajaran.
Selama
proses
pembelajaran berlangsung, guru mendominasi pembelajaran. Guru memberikan materi dengan metode ceramah, membahas soal dan memberikan latihan soal untuk dikerjakan. Hasil wawancara dengan guru yang bersangkutan, ditemukan masalahmasalah siswa yang berkaitan dengan pembelajaran fisika pokok bahasan dinamika rotasi benda tegar sebagai berikut: 1.
Tidak bisa menggambarkan gaya-gaya yang bekerja pada benda
2.
Salah dalam menerapkan persamaan, misalnya ketika harus menggunakan persamaan ΣF = 0, siswa malah menggunakan ΣF = ma, pada intinya siswa tidak faham mengenai konsep yang sedang dipelajari
3.
Keliru dalam perhitungan, misalnya untuk satuan yang berbeda mereka langsung menjumlahkan atau mengurangkan. Berdasarkan paparan di atas, diduga bahwa salah satu penyebab hal
tersebut adalah proses belajar mengajar yang masih terpusat pada guru (teacher centered),
sehingga
kurang
memberikan
peluang
kepada
siswa
untuk
memunculkan keterampilan komunikasinya. Akibatnya, keterampilan komunikasi siswa kurang terlatih. Padahal, Widodo (1995: 15) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi merupakan keterampilan yang harus mendapatkan
4
perhatian lebih dari para pengajar karena dengan keterampilan ini, siswa dapat menggali informasi sebanyak banyaknya dan dapat menyampaikan informasi secara lisan maupun secara tulisan. Melihat keadaan seperti ini, peneliti berpendapat bahwa perlu adanya model pembelajaran yang dapat melatih keterampilan komunikasi siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat melatih keterampilan komunikasi siswa adalah Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Zhang (Suparlan, 2005: 20) menyatakan bahwa: PBM tidak hanya meningkatkan pengetahuan dasar siswa tetapi juga memiliki potensi untuk mengembangkan keterampilan belajar mandiri, keterampilan komunikasi, meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitiannya, Nurhasanah (2007) mengemukakan bahwa ‘PBM dapat meningkatkan berpikir kritis siswa’. Sementara itu, Widodo (1995: 16) mengemukakan bahwa ‘keterampilan berkomunikasi berkorelasi positif dengan tingkat berpikir’. Berarti secara tidak langsung, model PBM dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Sesuai penelitian terdahulu (Aidah, 2007; Listriani 2008) melaporkan bahwa secara umum Model PBM dapat meningkatkan keterampilan komunikasi siswa. Penerapan Model PBM belum diujikan secara luas untuk berbagai materi pokok dalam mata pelajaran fisika. Kesimpulan yang diambil hanya terbatas pada materi pokok yang dibahas, seperti penelitian yang dilakukan Listriani yang menyatakan bahwa model PBM dapat meningkatkan keterampilan komunikasi siswa pada pokok bahasan suhu dan kalor.
5
Penelitian ini dimaksudkan untuk menerapkan model PBM sehingga dapat meningkatkan keterampilan komunikasi siswa pada pokok bahasan fluida statis. Penelitian ini diberi judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Sains Siswa”.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah peningkatan keterampilan komunikasi siswa setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah?” Rumusan masalah tersebut secara terperinci dapat dinyatakan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: a.
Bagaimana peningkatan keterampilan komunikasi tulisan siswa setelah diterapkannya Model Pembelajaran Berbasis Masalah?
b.
Bagaimana profil keterampilan komunikasi lisan siswa ketika menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah?
c.
Bagaimana efektifitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam upaya meningkatkan keterampilan komunikasi tulisan siswa? Pada penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu model pembelajaran
berbasis masalah sebagai variabel bebas dan keterampilan komunikasi sebagai variabel terikat. Supaya penelitian ini lebih terfokus pada tujuan yang hendak dicapai, masalah penelitian dibatasi sebagai berikut:
6
Ketrampilan komunikasi terdiri dari keterampilan komunikasi tulisan dan keterampilan komunikasi lisan. Indikator ketrampilan komunikasi tulisan adalah mendeskripsikan situasi masalah serta menyatakan solusi masalah menggunakan gambar, konsep dan secara matematis. Sementara untuk keterampilan komunikasi lisan adalah mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menyampaikan pendapat tentang materi yang dibahas, dan menanggapi pendapat siswa lain pada saat diskusi. PBM yang dimaksud adalah PBM dengan sintak yang dikemukakan oleh Ibrahim
(Trianto.
2007:
71),
yaitu
orientasi
siswa
pada
masalah,
mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
C.
Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan
keterampilan komunikasi sains siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Sementara tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Memperoleh gambaran tentang peningkatan keterampilan komunikasi tulisan siswa setelah menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
b.
Memperoleh gambaran tentang profil keterampilan komunikasi lisan siswa ketika menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
7
c.
Mengetahui efektifitas penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam upaya meningkatkan keterampilan komunikasi tulisan siswa.
D.
Hipotesis Terdapat perbedaan yang signifikan mengenai kemampuan berkomunikasi
tulisan siswa sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
E.
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode quasi eksperiment (eksperimen
semu) dengan desain penelitian one group pretest-posttest. Pengumpulan data untuk keterampilan komunikasi tulisan dilakukan melalui tes tertulis sedangkan data keterampilan komunikasi lisan diambil menggunakan lembar observasi.
F.
Lokasi dan Sampel Penelitian ini mengambil lokasi di salah satu SMA negeri di Bandung.
Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPA 1 SMA tersebut dengan jumlah 47 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan maksud tertentu (purposive Sampling). Berdasarkan rekomendasi dari guru fisika kelas XI, kelas yang diambil untuk penelitian ini adalah kelas XI IPA I.