KEKUATAN PEMBUKTIAN KETERANGAN AHLI BAHASA ISYARAT DALAM UPAYA PEMBUKTIAN PERKARA PENCABULAN TERHADAP ANAK YANG TUNA WICARA (Studi Putusan Pengadilan Militer II-10 Semarang Nomor: PUT/K-11/PM.1110/AD/III/2010)
Novita Listyaningrum ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah kekuatan pembuktian keterangan ahli bahasa isyarat dalam upaya pembuktian perkara pencabulan terhadap anak yang tuna wicara. Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif . Jenis data sekunder meliputi bahan hukum primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan melalui media internet, istrumen penelitian berupa Putusan Pengadilan Militer II-10 Semarang Nomor: PUT/K-11/PM.II-10/AD/III/2010 tanggal 22 Maret 2010, selanjutnya teknik analisis sata menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Oditur Militer menghadapi hambatan dalam upaya membuktikan terjadinya tindak pidana pencabulan terhadap anak yang tuna wicara dengan menghadirkan ahli-ahli bahasa isyarat untuk membantu korban memberikan keterangannya di hadapan sidang pengadilan. Keterangan yang diberikan oleh seorang ahli menjelaskan mengenai bidang yang dikuasainya, bukan mengenai pokok perkara sehingga berkekuatan pembuktian bebas dan tidak mengikat. Kata Kunci: Pencabulan anak, keterangan ahli
ABSTRACT The aim of this research is to determined the strength of evidence of a sign language expert testimony in the effort of proving a sexual assault case toward a mute minor. This research is normative legal research which is descriptive in nature. The data used in this research is secondary data including primary legal materials and secondary. Data collection techniques used is library study and through cyber media. A Semarang’s II-10 Military Court verdict number: PUT/K-11/PM.11-10/AD/III/2010 on March 22nd 2010 will be the main instrument to be considered. Technical analysis is qualitative method. The result show that the military prosecutor face the obstacle in his effort to prove the crime of sexual assault toward a mute minor with presenting sign language experts before trial court to help victim give testimony before the trial court. The testimony given by the sign language expert explaining about the areas of their expertise, absolutely not at all about the principal of the case which makes their testimony have the strenght of evidence that is free and unbinding. Key words: Sexual assault, minor, expert testimony
1
A. PENDAHULUAN Tindak pidana pencabulan adalah suatu tindak pidana yang bertentangan dan melanggar kesopanan dan kesusilaan seseorang yang semuanya dalam lingkungan nafsu birahi kelamin. Dilakukan oleh seseorang yang didorong oleh keinginan seksual untuk melakukan hal-hal yang dapat membangkitkan hawa nafsu birahi, sehingga menimbulkan kepuasan pada dirinya. Tindak pidana pencabulan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pada bab XIV Buku ke-II yakni dimulai dari Pasal 289-296 KUHP. Tindak pidana pencabulan tidak hanya diatur dalam KUHP saja namun diatur pula dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Dalam proses peradilan di persidangan, pembuktian merupakan titik sentral hukum acara pidana, dimana pembuktian merupakan sebagian dari hukum acara pidana yang mengatur macam-macam alat bukti yang sah menurut hukum, sistem yang dianut dalam pembuktian, syarat-syarat dan tata cara mengajukan bukti tersebut serta kewenangan hakim untuk menerima, menolak, dan menilai suatu pembuktian (Hari Sasangka dan Lily Rosita, 2003). Pemeriksaan perkara pidana di sidang pengadilan merupakan puncak proses pembuktian, dimana semua alat bukti ataupun barang-barang bukti yang telah berhasil dikumpulkan diperiksa kembali untuk dinilai apakah bernilai sebagai alat bukti yang sah menurut undang-undang. Proses pembuktian lebih dominan pada sidang pengadilan guna menemukan kebenaran materiil akan suatu peristiwa pidana yang terjadi dan memberi keyakinan kepada hakim tentang kejadian tersebut sehingga hakim dapat memberikan putusan seadil mungkin. Untuk membuktikan dakwaannya, beban pembuktian dalam pembuktian perkara pidana berada pada jaksa penuntut umum, dimana dalam lingkungan peradilan militer yang berwenang untuk bertindak sebagai penuntut umum adalah Oditur. Salah satu alat bukti yang dapat digunakan oleh Oditur dalam proses pembuktian di sidang pengadilan ialah alat bukti keterangan ahli. Alat bukti keterangan ahli adalah salah satu dari lima alat bukti yang sah menurut Pasal 184 KUHAP. Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan (Pasal 1
2
butir 28 KUHAP). Seperti juga yang dinyatakan oleh Timothy L. Arcaro dalam tulisannya yang berjudul Child Victims of Sexual Abuse and The Law (The Michigan Child Welfare Law Journal, Vol. XII, Issue III, 2009:19): To render expert testimony, the witness must possess the requisite “knowledge, skill, expertise, training or education” in the area of inquiry. Bahwa suatu keterangan dapat dikatakan sebagai suatu keterangan ahli, saksi ahli harus memiliki pengetahuan, kecakapan, keahlian, telah terlatih atau menerima pendidikan dibidang yang diselidiki. Pembahasan pada tulisan ini akan difokuskan pada permasalahan mengenai bagaimanakah kekuatan pembuktian keterangan ahli bahasa isyarat dalam upaya pembuktian perkara pencabulan terhadap anak yang tuna wicara. B. METODE PENELITIAN Penulisan jurnal ini merupakan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan. Penelitian hukum normatif adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2005:35).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus (case approach).
Analisis terhadap bahan hukum dilakukan dengan metode deduksi. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Peneltian a. Kasus Posisi Terdakwa yang bernama Kemin Sutomo menjadi prajurit TNIAD sejak tahun 1985/1986 melalui pendidikan Secata TNI-AD di Ipar Gunung Jayapura selama 3 (tiga) bulan dilanjutkan pendidikan Susjurta Korsik di Pusdik Ajend Lembang Bandung, setelah lulus dan dilantik ditugaskan di Ajendam IV/Diponegoro, kemudian pada tahun 1994 mengikuti pendidikan Secaba Reg. Ter di Rindam IV/Diponegoro selama 4 (empat) bulan dan setelah lulus ditempatkan di Kodim 0733/BS Semarang sampai dengan sekarang telah berpangkat Serma NRP. 587342.
3
Pada tanggal 5 Agustus 2009 saat Dewi Sulisyani, anak dari tetangga Terdakwa yang saat itu baru berusia 14 tahun yang sejak lahir tidak dapat mendengar dan berbicara, sedang bermain di rumah Terdakwa, lalu Dewi Sulisyani ditarik oleh Terdakwa masuk ke dalam kamar. Selanjutnya pintu kamar ditutup oleh Terdakwa, kemudian Terdakwa menidurkan Dewi Sulisyani dengan posisi telentang di tempat tidur dan Terdakwa membuka celananya dan celana Dewi Sulisyani. Setelah itu Terdakwa menindih Dewi Sulisyani dari atas, memasukkan paksa alat kelaminya ke dalam vagina Dewi Sulisyani selama kurang lebih 5 (lima) menit hingga mengeluarkan sperma di dalam Dewi Sulisyani dan pada saat Dewi Sulisyani disetubuhi oleh Terdakwa, Dewi Sulisyani hanya meronta-ronta serta menangis. Setelah selesai
menyetubuhi
Dewi
Sulisyani, Terdakwa
memberikan uang pecahan sebesar Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) kepada Dewi Sulisyani serta menyuruh Dewi Sulisyani dengan menggunakan bahasa isyarat agar tidak menceritakan perbuatan Terdakwa kepada orang tuanya maupun orang lain, selanjutnya Terdakwa menyuruh Dewi Sulisyani untuk pulang namun Dewi Sulisyani tidak mau pulang dan selang beberapa saat kemudian Terdakwa kembali terangsang dan mengulangi perbuatannya kepada Dewi Sulisyani, setelah itu Terdakwa menyuruh Dewi Sulisyani pulang. Pada saat Dewi Sulisyani pulang ke rumahnya, bertemu dengan kakaknya yang bernama Jumiarni yang curiga dengan tingkah laku Dewi Sulisyani yang aneh. Kemudian Jumiarni bersama ibunya, Sulastiyah, menanyai Dewi Sulisyani di dalam rumahnya dan Dewi Sulisyani kemudian mengaku telah disetubuhi oleh Terdakwa. Selanjutnya Jumiarni memeriksa celana dalam Dewi Sulisyani dan ditemukan ada sperma yang menempel di bagian paha kiri Dewi Sulisyani. Selanjutnya Sulastiyah melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Mijen dan kemudian oleh petugas Polisi diantar ke Denpom IV/5 Semarang untuk diproses lebih lanjut. b. Identitas Terdakwa
4
Nama lengkap
: Kemin Sutomo
Pangkat/Nrp
: Serma/587342
Jabatan
: Babinsa Ramin 08/Mijen
Kesatuan
: Kodim 0733/BS Semarang
Tempat, tanggal lahir
: Magetan, 31 Desember 1963
Jenis kelamin
: Laki-laki
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Tempat tinggal
: Desa Rejosari RT. 02 RW. 04 Kel. Wonopolo Kec. Mijen Kotas Semarang
c. Dakwaan Dakwaan yang diajukan oleh Oditur MIliter dalam perkara ini merupakan dakwaan alternatif dimana nantinya Majelis akan memilih dakwaan mana yang lebih tepat diterapkan kepada Terdakwa berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan. Dakwaan alternatif tersebut sebagai berikut: Kesatu : Bahwa terdakwa pada waktu (waktu-waktu) dan di tempat (tempat-tempat) sebagaimana tersebut di bawah ini, yaitu pada tanggal lima Agustus dua ribu Sembilan setidak-tidaknya dalam tahun dua ribu Sembilan di Desa Rejosari RT. 02 RW. 04 Kel. Wonopolo Kec. Mijen Kota Semarang setidak-tidaknya di tempat-tempat yang termasuk daerah hukum Pengadilan Militer II-10 Semarang telah melakukan tindak pidana: “ Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain”. Perbuatan tersebut dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 1) Bahwa terdakwa menjadi TNI-AD sejak tahun 1985/1986 melalui pendidikan Secata TNI-AD di Ipar Gunung Jayapura selama 3 (tiga) bulan dilanjutkan dengan pendidikan Susjurta Korsik di Pusdik Ajend Lembang Bandung, setelah lulus dan dilantik ditugaskan di Ajendam
5
IV/Diponegoro, kemudian pada tahun 1994 mengikuti pendidikan Secaba Reg. Ter di Rindam IV/Diponegoro selama 4 (empat) bulan dan setelah lulus ditempatkan di Kodim 0733/BS Semarang sampai dengan sekarang telah berpangkat Serma NRP. 587342. 2) Bahwa sejak tahun 1997 Terdakwa hidup bersama dengan anaknya yang bernama Sdr. Edi Kurniawan hasil dari pernikahan Terdakwa yang pertama dan tinggal di Desa Rejosari RT. 02 RW. 04 Kel. Wonopolo Kec. Wijen Kota Semarang, tetapi sejak bulan Juni 2009 Terdakwa tinggal sendirian di rumahnya karena anaknya yang pertama melanjutkan sekolah ke Surabaya sedangkan istrinya yang kedua bersama anaknya tinggal di rumah Terdakwa di daerah Pedurungan Semarang. 3) Bahwa selanjutnya sekira tahun 2003, Sulastiyah bersama suaminya membuka usaha pembuatan batu bata di sebelah kana pekarangan rumah Terdakwa yang bekerja dari pagi hingga sore hari dengan membawa anak mereka yaitu Dewi Sulisyani yang mengalami cacat Tuna Rungu sehingga Dewi Sulisyani sering main ke rumah Terdakwa. 4) Bahwa Dewi Sulisyani adalah anak dari pasangan suami istri Sulastiyah dengan Sdr. Sahri yang dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1995 sesuai kutiban Akte Kelahiran No. 13136/TP/1999 tanggal 24 Desember 1999 yang dikeluarkan oleh Kantor Catatan Sipil Kota Semarang dan sekarang berusia kurang lebih 14 (empat belas) tahun. 5) Bahwa pada tanggan 5 Agustus 2009 saat Dewi Sulisyani sedang bermain di rumah Terdakwa, lalu Dewi Sulisyani ditarik oleh Terdakwa masuk ke dalam kamar, selanjutnya pintu kamar ditutup oleh Terdakwa, kemudian Terdakwa menidurkan Dewi Sulisyani dengan posisi telentang di tempat tidur dan Terdawa membuka celananya dan celana Dewi Sulisyani. Setelah itu Terdakwa menindih Dewi Sulisyani dari atas, menciumi bibir Dewi Sulisyani, meremas buah dada Dewi Sulisyani serta memasukkan paksa alat kelaminnya ke dalam vagina Dewi Sulisyani selama kurang lebih 5 (lima) menit hingga mengeluarkan sperma di dalam vagina Dewi Sulisyani dan pada saat Dewi Sulisyani disetubuhi oleh Terdakwa, Dewi Sulisyani hanya meronta-ronta serta menangis.
6
6) Bahwa kemudian setelah selesai menyetubuhi Dewi Sulisyani, Terdakwa memberikan uang pecahan sebesar Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) kepada Dewi Sulisyani serta menyuruh Dewi Sulisyani dengan bahasa isyarat agar tidak meceritakan perbuatan Terdakwa kepada orang tuanya maupun orang lain, selanjutnya Terdawa menyuruh Dewi Sulisyani untuk pulang namun Dewi Sulisyani tidak mau pulang dan selang beberapa saat kemudian Terdakwa kembali terangsang dan mengulangi perbuatannya kepada Dewi Sulisyani, setelah itu Terdakwa menyuruh Dewi Sulisyani pulang. 7) Bahwa pada saat Dewi Sulisyani pulang ke rumahnya bertemu dengan kakaknya Jumiarni yang curiga dengan tingkah laku Dewi Sulisyani yang aneh, kemudian Jumiarni bersama ibunya, Sulastiyah, menanyai Dewi Sulisyani di dalam rumahnya dan Dewi Sulisyani mengaku telah disetubuhi oleh Terdakwa, selanjutnya Jumiarni mengecek celana dalam Dewi Sulisyani dan ditemukan ada sperma yang menempel di paha kiri Dewi Sulisyani. Selanjutnya Sulastiyah melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Mijen dan kemudian oleh petugas Polisi diantar ke Denpom IV/5 Semarang untuk diproses lebih lanjut. atau Kedua : Bahwa terdakwa pada waktu (waktu-waktu) dan di tempat (tempat-tempat) sebagaimana tersebut di bawah ini, yaitu pada tanggal lima Agustus dua ribu Sembilan setidak-tidaknya dalam tahun dua ribu Sembilan di Desa Rejosari RT. 02 RW. 04 Kel. Wonopolo Kec. Mijen Kota Semarang setidak-tidaknya di tempat-tempat yang termasuk daerah hukum Pengadilan Militer II-10 Semarang telah melakukan tindak pidana: “Barang
siapa
bersetubuh
dengan
seorang
wanita
diluar
pernikahan, padahal diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin”. Perbuatan tersebut dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
7
1) Bahwa terdakwa menjadi TNI-AD sejak tahun 1985/1986 melalui pendidikan Secata TNI-AD di Ipar Gunung Jayapura selama 3 (tiga) bulan dilanjutkan dengan pendidikan Susjurta Korsik di Pusdik Ajend Lembang Bandung, setelah lulus dan dilantik ditugaskan di Ajendam IV/Diponegoro, kemudian pada tahun 1994 mengikuti pendidikan Secaba Reg. Ter di Rindam IV/Diponegoro selama 4 (empat) bulan dan setelah lulus ditempatkan di Kodim 0733/BS Semarang sampai dengan sekarang telah berpangkat Serma NRP. 587342. 2) Bahwa sejak tahun 1997 Terdakwa hidup bersama dengan anaknya yang bernama Sdr. Edi Kurniawan hasil dari pernikahan Terdakwa yang pertama dan tinggal di Desa Rejosari RT. 02 RW. 04 Kel. Wonopolo Kec. Wijen Kota Semarang, tetapi sejak bulan Juni 2009 Terdakwa tinggal sendirian di rumahnya karena anaknya yang pertama melanjutkan sekolah ke Surabaya sedangkan istrinya yang kedua bersama anaknya tinggal di rumah Terdakwa di daerah Pedurungan Semarang. 3) Bahwa selanjutnya sekira tahun 2003, Sulastiyah bersama suaminya membuka usaha pembuatan batu bata di sebelah kana pekarangan rumah Terdakwa yang bekerja dari pagi hingga sore hari dengan membawa anak mereka yaitu Dewi Sulisyani yang mengalami cacat Tuna Rungu sehingga Dewi Sulisyani sering main ke rumah Terdakwa. 4) Bahwa Dewi Sulisyani adalah anak dari pasangan suami istri Sulastiyah dengan Sdr. Sahri yang dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1995 sesuai kutiban Akte Kelahiran No. 13136/TP/1999 tanggal 24 Desember 1999 yang dikeluarkan oleh Kantor Catatan Sipil Kota Semarang dan sekarang berusia kurang lebih 14 (empat belas) tahun. 5) Bahwa pada tanggan 5 Agustus 2009 saat Dewi Sulisyani sedang bermain di rumah Terdakwa, lalu Dewi Sulisyani ditarik oleh Terdakwa masuk ke dalam kamar, selanjutnya pintu kamar ditutup oleh Terdakwa, kemudian Terdakwa menidurkan Dewi Sulisyani dengan posisi telentang di tempat tidur dan Terdawa membuka celananya dan celana Dewi Sulisyani. Setelah itu Terdakwa menindih Dewi Sulisyani dari atas, menciumi bibir Dewi Sulisyani, meremas buah dada Dewi Sulisyani serta
8
memasukkan paksa alat kelaminnya ke dalam vagina Dewi Sulisyani selama kurang lebih 5 (lima) menit hingga mengeluarkan sperma di dalam vagina Dewi Sulisyani dan pada saat Dewi Sulisyani disetubuhi oleh Terdakwa, Dewi Sulisyani hanya meronta-ronta serta menangis. 6) Bahwa kemudian setelah selesai menyetubuhi Dewi Sulisyani, Terdakwa memberikan uang pecahan sebesar Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) kepada Dewi Sulisyani serta menyuruh Dewi Sulisyani dengan bahasa isyarat agar tidak meceritakan perbuatan Terdakwa kepada orang tuanya maupun orang lain, selanjutnya Terdawa menyuruh Dewi Sulisyani untuk pulang namun Dewi Sulisyani tidak mau pulang dan selang beberapa saat kemudian Terdakwa kembali terangsang dan mengulangi perbuatannya kepada Dewi Sulisyani, setelah itu Terdakwa menyuruh Dewi Sulisyani pulang. 7) Bahwa pada saat Dewi Sulisyani pulang ke rumahnya bertemu dengan kakaknya Jumiarni yang curiga dengan tingkah laku Dewi Sulisyani yang aneh, kemudian Jumiarni bersama ibunya, Sulastiyah, menanyai Dewi Sulisyani di dalam rumahnya dan Dewi Sulisyani mengaku telah disetubuhi oleh Terdakwa, selanjutnya Jumiarni mengecek celana dalam Dewi Sulisyani dan ditemukan ada sperma yang menempel di paha kiri Dewi Sulisyani. Selanjutnya Sulastiyah melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Mijen dan kemudian oleh petugas Polisi diantar ke Denpom IV/5 Semarang untuk diproses lebih lanjut. 8) Bahwa pada saat Terdakwa menyetubuhi Dewi Sulisyani yaitu pada tanggal 5 Agustus 2009 usia Dewi Sulisyani belum 15 (lima belas) tahun, sesuai dengan kutipan Akta Nikah Nomor: 13136/TP/1999 tanggal 24 Desember 1999 atas nama Dewi Sulisyani yang dikeluarkan oleh Kantor Catatan Sipil Kota Semarang masih berumur 14 (empat belas) tahun. Berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa tersebut telah cukup memenuhi unsur-unsur tindak pidana sebagaimana dirumuskan dan diancam dengan pidana yang tercantum dalam: Kesatu : Pasal 81 (1) UU RI Nomor 23 Tahun 2002 Kedua : Pasal 287 (1) KUHP
9
d. Keterangan Saksi Korban Saksi korban dalam putusan Pengadilan Militer II-10 Semarang nomor: PUT/K-11/PM.11-10/AD/III/2010 bernama Dewi Sulisyani yang pada saat terjadinya perkara pencabulan masih berusia 14 (empat belas) tahun dan telah menderita cacat tuna rungu dan tuna wicara sejak dari lahir. Bahwa saksi memberikan keterangan di depan persidangan tidak dibawah sumpah karena masih dibawah umur. Bahwa dipersidangan ini Saksi tidak bisa memberikan keterangan dengan lancar dan hanya sebagian isyarat yang diperagakan oleh kakaknya yaitu Sdri. Jumiarni dan saksi hanya mengangguk. Bahwa tanda isyarat yang dianggukan oleh Saksi adalah benar telah disetubuhi oleh Terdakwa di rumah Terdakwa tetapi caranya bagaimana Saksi tidak mau menerangkan karena menurut keterangan Guru SLB yaitu Dra. Arena Peristiwani Guru Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri yang juga mendampingi Saksi menerangkan bahwa seorang tuna wicara dalam situasi yang baru tidak akan bisa beradaptasi dan cenderung diam. Adapun keterangan yang diberikan Saksi yang pada pokoknya sebagai berikut: a.
Bahwa pada tanggal 5 Agustus 2009 ketika Saksi main di rumah Terdakwa, Saksi telah disetubuhi oleh Terdakwa, dengan cara membuka celana yang dipakai oleh Saksi, kemudian Terdakwa mencium bibir Saksi, meremas buah dada setelah itu Terdakwa memasukkan alat kelaminnya ke dalam vagina Saksi dengan posisi Terdakwa di atas sedangkan Saksi di bawah.
b.
Bahwa Terdakwa melakukan hubungan badan dengan Saksi sebanyak 2 (dua) kali.
c.
Bahwa setelah disetubuhi oleh Terdakwa, Saksi diberi uang sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah).
e. Keterangan Ahli Saksi ahli dalam putusan Pengadilan Militer II-10 Semarang nomor: PUT/K-11/PM.11-10/AD/III/2010 bernama Dra. Arena
10
Peristiwani. Keterangan yang diberikan oleh ahli tersebut adalah sebagai berikut: 1) Bahwa saksi tidak kenal dengan Terdakwa dan tidak ada hubungan keluarga. 2) Bahwa Saksi adalah lulusan Universitas Sebelas Maret Solo pada tahun 1989 dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3) Bahwa Saksi setelah lulus dari Universitas Sebelas Maret Solo menjadi guru pada Sekolah Luar Biasa swasta sejak tahun 1989 sampai dengan 2008, dan Tmt 1 Mei 2008 Saksi diangkat menjadi guru SLB Negeri Semarang dibagian tuna wicara dan tuna rungu. 4) Bahwa Saksi kenal dengan Saksi korban (Dewi Sulisyani) sejak tanggal 11 September 2009 karena dimintai bantuan sebagai Saksi Ahli untuk mengartikan bahasa isyarat Saksi korban yang menderita cacat tuna wicara oleh penyidik POM dalam perkara persetubuhan yang dilakukan Terdakwa terhadap Saksi korban. 5) Bahwa Saksi tidak dapat berkomunikasi ataupun menerjemahkan bahasa isyarat yang dilakukan oleh Saksi korban (Sdri. Dewi Sulisyani) karena bahasa isyarat yang digunakan oleh Saksi korban adalah jenis bahasa isyarat spontan dimana hanya orang yang berada di dalam lingkungannya yang memahami bahasa isyarat tersebut. 6) Bahwa sesuai dengan ilmu pengetahuan yang Saksi ketahui tentang bahasa isyarat yang digunakan oleh orang yang menderita tuna wicara ada 3 (tiga) macam yaitu spontan yaitu bahasa isyarat yang hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang berada dalam lingkungannya dan ini tidak dikenal di pendidikan SLB. Yang kedua adalah bahasa isyarat local, bahasa ini dikenal dalam pendidikan formal sehingga Saksi bisa mengartikannya karena diciptakan dalam local pendidikan SLB yang bersangkutan. Yang ketiga adalah bahasa isyarat baku ini dikenal oleh seluruh SLB karena merupakan bahasa isyarat yang umum digunakan di lembaga formal. 7) Bahwa seorang yang menderita cacat bisu tuli atau tuna wicara maka dalam lingkungan yang baru seperti di Pengadilan ini tidak akan mau
11
memperagakan bahasanya karena menganggap masih asing terhadap lingkungan tersebut. 8) Bahwa mengenai daya tahan tubuh anak-anak yang memiliki kekurangan seperti Saksi korban, cepat capek dan lemah, dapat dikatakan seperti beby dan diminta apa saja biasanya mengikutinya karena ada rasa takut dan minder. 9) Bahwa sesuai pengamatan Saksi terhadap Saksi korban, adalah anak yang pemalu, pada waktu saksi korban masuk ke sekolah SLB dimana Saksi mengajar, Saksi korban tidak mau menerima figure laki-laki, sehingga Pak Umur meminta Saksi untuk membimbingnya dan Saksi sendiri merasa kewalahan. 10) Bahwa seseorang yang menderita cacat bisu tuli atau tuna wicara maka dalam lingkungan yang baru seperti di Pengadilan ini tidak akan mau memperagakan bahasanya karena menganggap masih asing terhadap lingkungan tersebut. f. Putusan Hakim 1) Menyatakan: Terdakwa Kemin Sutomo Serma NRP. 587342 terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana: “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya”. 2) Memidana Terdakwa oleh karena itu dengan: Pidana pokok
: Pidana penjara selama 4 (empat) tahun dan 6 (enam) bulan. Dan denda sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayarkan diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.
Pidana tambahan : Dipecat dari dinas militer.
12
3) Menetapkan barang bukti berupa: Surat-surat: a) 1 (satu) lembar fotocopy Kutipan Akta Nikah Kelahiran Nomor: 13136/TP/1999 tanggal 24 Desember 1999 A.n Dewi Sulisyani b) 4 (empat) lembar Visum Et Repertum Nomor: 26/VER/PPKPA/VIII/2009 tanggal 5 Agustus 2009 A.n Dewi Sulisyani dari RSUD Tugurejo Semarang yang ditanda tangani oleh dr. Ratih Widayati. Tetap dilekatkan dalam berkas perkara. Barang-barang: a) 1 (satu) buah celana dalam warna krem milik Terdakwa Serma Kemin Sutomo NRP. 587342. b) 1 (satu) buah selimut motif bungan warna hijau putih. c) 1 (satu) sprei tenun songket warna ungu. d) 1 (satu) buah celana dalam warna krem milik Sdri. Dewi Sulisyani. Dikembalikan kepada yang berhak. 1 (satu) lembar uang pecahan Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) No. Seri GCN230870. Dirampas untuk Negara. 3 (tiga) buah kaset CD yang berisikan bahasa isyarat/bahasa gerak Sdri. Dewi Sulisyani. Tetap disimpan sebagai barang bukti. 4) Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp. 5.000,(lima ribu rupiah). 5) Memerintahkan Terdakwa untuk ditahan. 2. Pembahasan Kekuatan Pembuktian Keterangan ahli Bahasa Isyarat Dalam Pembuktian Perkara Pencabulan Terhadap Anak Yang Tuna Wicara Untuk membuktikan kesalahan terdakwa, pengadilan terikat oleh caracara atau ketentuan-ketentuan tentang pembuktian sebagaimana telah diatur dalam undang-undang. Dapat dikatakan bahwa pembuktian merupakan
13
sebagian dari hukum acara pidana yang didalamnya mengatur tentang kegiatan membuktikan, memperlihatkan bukti-bukti yang ada, melakukan dan melaksanakan sesuatu yang menandakan kebenaran, menyaksikan macam-macam alat bukti yang sah menurut hukum, sistem yang dianut dalam pembuktian, syarat-syarat dan tata cara mengajukan bukti tersebut untuk meyakinkan hakim serta kewenangan hakim untuk menerima, menolak dan menilai suatu pembuktian. Pembuktian yang sah harus dilakukan didalam sidang pengadilan yang memeriksa terdakwa dan pemeriksaan terhadap alat-alat bukti harus dilakukan didepan sidang. Didalam Pasal 184 KUHAP, disebutkan adanya 5 alat bukti yang sah, salah satunya adalah keterangan ahli. Keterangan ahli merupakan keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan baik yang dinyatakan dihadapan sidang maupun pada waktu pemeriksaan. Keterangan ahli seperti juga keterangan saksi, diberikan dibawah sumpah dengan ketentuan bahwa mereka akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenarbenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya. Gagasan utama dari upaya pencarian bukti dengan meminta keterangan ahli adalah membuat terang tindak pidana, dikarenakan terbatasnya pengetahuan penyidik, jaksa penutut umum serta hakim akan suatu perkara tindak pidana. Dalam membuat terang perkara tindak pidana tersebut, seorang ahli diharapkan untuk memberikan penjelasan mengenai suatu hal yang diketahui, dipahami dan dikuasainya baik yang berupa pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal maupun yang diperoleh dari pengalamannya tanpa pendidikan khusus, yang menyangkut perkara pidana yang diperiksa. Seorang
ahli
dalam
memberikan
keterangannya
tidak
harus
meyaksikan atau mengalami sendiri suatu peristiwa pidana, akan tetapi dengan
berdasarkan
keahlian,
keterampilan,
pengalaman
maupun
pengetahuan yang ia miliki dapat memberikan keterangan-keterangan tentang sebab akibat suatu peristiwa atau fakta tertentu dari alat bukti yang
14
ada, kemudian mengemukakan pendapatnya yang berupa kesimpulan untuk membantu membuat terang suatu perkara tersebut. Dalam penelitian hukum ini yang termasuk dalam keterangan ahli merupakan keterangan yang diberikan oleh Saksi ahli dihadapan sidang. Sebelum memberikan keterangannya, Saksi ahli (Dra. Arena Peristiwani) mengucapkan sumpah akan memberikan keterangan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya. Saksi ahli adalah seorang ahli bahasa isyarat yang mendapatkan keahliannya melalui pendidikan formal dari FKIP UNS yang lulus pada tahun 1989. Bepengalaman menjadi guru dibagian tuna rungu dan tuna wicara di SLB Negeri Semarang sejak 1 Mei 2008. Berdasarkan keahliannya didalam bidang bahasa isyarat, Saksi ahli menerangkan adanya 3 (tiga) jenis bahasa isyarat yang dapat dipergunakan oleh seorang penderita tuna wicara. Ketiga bahasa isyarat tersebut antara lain adalah bahasa isyarat lokal, bahasa isyarat baku dan juga bahasa isyarat spontan. Bahasa isyarat lokal merupakan bahasa isyarat yang diciptakan dan dikembangkan dalam lingkungan SLB yang bersangkutan, bahasa isyarat baku merupakan bahasa isyarat yang dikenal dan digunakan dalam lembagalembaga formal, sedangkan bahasa isyarat spontan merupakan bahasa isyarat yang diciptakan dan dikembangkan dalam lingkungan pergaulan keseharian seorang penderita cacat tuna wicara. Menurut Saksi ahli, bahasa isyarat yang digunakan oleh Korban (Dewi Sulisyani) termasuk dalam jenis bahasa isyarat spontan. Bahasa ini merupakan bahasa yang dikembangkan dalam lingkungan pergaulan keseharian Korban (Dewi Sulisyani) dan hanya dimengerti oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan pergaulan tersebut. Bahasa isyarat spontan ini adalah satu-satunya bentuk komunikasi yang dimengerti oleh Korban (Dewi Sulisyani). Berdasarkan pengalamannya selama menjadi guru SLB Negeri Semarang dibagian tuna rungu dan tuna wicara, Saksi ahli memberikan kesimpulan bahwa seseorang yang menderita cacat bisu tuli atau tuna wicara maka dalam lingkungan yang baru tidak akan mau memperagakan
15
bahasanya karena menganggap masih asing terhadap lingkungan tersebut. Serta kondisi daya tahan tubuh anak-anak yang memiliki kekurangan seperti Korban (Dewi Sulisyani) adalah cepat capek dan lemah, dapat dikatakan seperti ‘beby’ (bayi) dan diminta apa saja biasanya mengikuti, tidak berani menolak karena mempunyai rasa takut juga rasa minder. Dalam penelitian hukum ini, permasalahan yang diangkat oleh penulis adalah bagaimanakah kekuatan pembuktian keterangan ahli bahasa isyarat dalam pembuktian perkara pencabulan terhadap anak yang tuna wicara. Sistem pembuktian yang dianut di Indonesia merupakan sistem pembuktian negatif. Dimana untuk menjatuhkan pidana kepada terdakwa, terlebih dahulu hakim harus diyakinkan dengan sedikitnya dua alat bukti yang sah bahwa terdakwa terbukti bersalah melakukan suatu tindak pidana yang didakwakan kepadanya. Pada dasarnya, semua alat bukti yang disebut dalam Pasal 184 KUHAP tidak berbeda nilai pembuktiannya antara satu dengan lainnya apabila berdiri sendiri-sendiri. Setiap alat bukti tersebut sama menjadi sama nilai pembuktiannya, masing-masing mempunyai kekuatan pembuktian yang bebas (Vrijbewijskracht). Hakim bebas menilai kebenaran alat bukti tersebut dan tidak harus menerima kebenarannya. Keterangan yang diberikan oleh Saksi ahli merupakan keterangan yang berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh Saksi ahli dalam bidang keahliannya. Walaupun keterangan tersebut diberikan dihadapan sidang dan dibawah sumpah, keterangan yang diberikan oleh Saksi ahli sama sekali tidak menyangkut pokok perkara pencabulan terhadap anak yang tuna wicara, sedangkan tujuan dari pembuktian dalam perkara pidana adalah mencari kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang sebenar-benarnya. Kebenaran materiil dalam pokok perkara pencabulan anak yang tuna wicara dalam penelitian hukum ini adalah benarkah telah terjadi peristiwa pidana pencabulan terhadap Dewi Sulisyani, seorang anak yang tuna wicara dan benarkah Terdakwa (Kemin Sutomo, Serma/587342) yang melakukan tindak pidana pencabulan tersebut. Keterangan yang diberikan oleh Saksi ahli berkekuatan pembuktian bebas (vrijbewijskranct), tidak sempurna dan tidak menentukan, dan hakim
16
bebas menilainya. Keterangan yang diberikan oleh Saksi ahli tidak mengikat hakim ataupun mengharuskan hakim untuk mesti menerima kebenaran dari keterangan tersebut. Hal ini dikarenakan keterangan yang diberikan oleh Saksi ahli merupakan keterangan yang tidak menyangkut pokok perkara pidana yang diperiksa. Bersifat lebih untuk menunjukan atau menjelaskan suatu keadaan yang masih kurang terang mengenai suatu hal atau keadaan dikarenakan terbatasnya pengetahuan hakim, penyidik, oditur militer maupun Terdakwa (Kemin Sutomo) dan penasihat hukumnya dalam bidang pengetahuan bahasa isyarat. D. KESIMPULAN Keterangan yang diberikan oleh Dra. Arena Peristiwani termasuk keterangan ahli karena merupakan keterangan yang berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh Saksi dalam bidang keahliannya. Walaupun keterangan tersebut diberikan dihadapan sidang dan dibawah sumpah, keterangan yang diberikan oleh Saksi sama sekali tidak menyangkut pokok perkara pencabulan terhadap anak yang tuna wicara, sedangkan tujuan dari pembuktian dalam perkara pidana adalah mencari kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang sebenar-benarnya. Kebenaran materiil dalam pokok perkara pencabulan anak yang tuna wicara dalam penelitian hukum ini adalah benarkah telah terjadi peristiwa pidana pencabulan terhadap Dewi Sulisyani, seorang anak yang tuna wicara dan benarkah Terdakwa (Kemin Sutomo, Serma/587342) yang melakukan tindak pidana pencabulan tersebut. Keterangan yang diberikan oleh Saksi-5 berkekuatan pembuktian bebas (vrijbewijskranct), tidak sempurna dan tidak menentukan, dan hakim bebas menilainya. Keterangan yang diberikan oleh Saksi-5 tidak mengikat hakim ataupun mengharuskan hakim untuk mesti menerima kebenaran dari keterangan tersebut. Hal ini dikarenakan keterangan yang diberikan oleh Saksi-5 merupakan keterangan yang tidak menyangkut pokok perkara pidana yang diperiksa. Bersifat lebih untuk menunjukan atau menjelaskan suatu keadaan yang masih kurang terang mengenai suatu hal atau keadaan dikarenakan terbatasnya pengetahuan hakim, penyidik, oditur militer maupun Terdakwa (Kemin Sutomo) dan penasihat hukumnya dalam bidang pengetahuan bahasa isyarat.
17
E. DAFTAR PUSTAKA Buku: Sasangka, Hari dan Lily Rosita. 2003. Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana Untuk Mahasiswa dan Praktisi. Bandung: CV. Mandar Maju. Marzuki, Peter Mahmud. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Jurnal: Arcaro, Timothy L. 2009. “Child Victims of Sexual Abuse and the Law”. The Michigan Child Welfare Law Journal. Vol XII, Issue III Spring 2009. Lansing: MSU College of Law. Undang-Undang: Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Soesilo, R. 1996. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal. Bogor: Politeia Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Alamat Korespondensi: Novita Listyaningrum Mahasiswa Fakultas Hukum UNS 088215491664
[email protected]
18