Sejarah Masa Kecil Setiap manusia pernah punya masa kecil. Entah masa kecil itu membahagiakan atau tidak. Masa-masa kecil yang takkan terulang. Masa-masa kecil yang tidak mengenakkan memang berperan terhadap masa depan. Seorang anak yang sejak kecil didik salah oleh orangtuanya akan punya pengaruh terhadap kehidupan di masa depannya kelak. Jika anak dibesarkan dengan celaan, dia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan/kekerasan, dia belajar membenci Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, dia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan hinaan, dia belajar menyesali diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi, dia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan dengan pujian, dia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan dorongan, dia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, dia belajar keadilan Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, dia belajar menaruh kepercayaan Jika anak dibesarkan dengan dukungan, dia belajar menyenangi dirinya Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, dia pun belajar menemukan cinta dalam kehidupan. (Dorothy Law Nolte)
Pendidikan masa kecil memiliki efek tersendiri. Tidak sedikit orangtua di masa lampau menerapkan sistem mengasuh anak-anaknya seperti mereka dikala kecil ketika diasuh oleh orangtua mereka. Bahkan bangsa kita pun tak terlepas dari pendidikan masa lampau, orangtua kita pernah mengalami pendidikan orangtuanya yang hidup di masa-masa penjajahan Belanda dan Jepang. Terbiasa terjajah oleh kedua bangsa itu berdampak pada sikap dan mental. Jika manusia Indonesia hari ini memiliki sikap dan mental terjajah, terbiasa kalah dan pasrah pada keadaan yang buruk. Sikap dan mental yang tak menutup kemungkinan akan terus terbawa dan terwariskan hingga ke anak cucu dan generasi-genarasi berikutnya. Melepaskan belenggu mental terjajah akibat penjajahan bangsa memang bukan hal mudah. Selama 350 tahun terbiasa didisik menjadi kalah bukan hal yang mudah untuk keluar dari zona itu. Orangtua yang sukses tentu akan mewariskan nilai-nilai kesuksesan kepada anakanaknya. Tak heran kalau sejarah kegemilangan seseorang bisa dinilai kesuksesan orang-orang yang hadir dalam hidupnya. Ini adalah anugerah. Rezeki dan karunia yang memang telah ada, tinggal anak-anaknya saja yang harus pandai memanfaatkan. Tetapi, latarbelakang dan kesuksesan orangtua bukan hal mutlak, karena manusia bisa belajar, diberikan fungsi hati dan akal untuk digunakan sebaik mungkin. Bagaimanapun sejarah masa lalu hanya tetap sejarah. Kita sendiri yang harus merubahnya jika ingin keluar dari situasi kalah. Seperti kuitpan Al Qur’an, surat Ar-Ra’d ayat 11 bahwa sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum jika kita sendiri yang tak merubahnya. Setiap orang memiliki hak untuk membuat kehidupannya selalu lebih baik setiap harinya. Air yang diam dan tak mengalir akan tergenang, lalu mengendap dan menjadi busuk. Bau. Kotor. Berpenyakit. Memilih untuk diam dan pasrah pada suatu
keadaan yang tak menyamankan malah akan membuat tubuh kita mengadaptasikan dirinya menjadi lemah dari hari ke hari. Lama-lama menjadi tak berdaya. Semakinlah sengsara. Bertahan yang paling baik adalah menyerang. Bukan diam. Bangkitlah. Bangunkan semangat-semangat
juang
itu agar
mendidih di
dalam
jiwa.
Menggerakkan apa-apa yang tak mungkin menjadi mungkin. Kelak, kita tinggal meneruskan kemenangan-kemenangan kecil itu menuju kemenangan yang lebih besar. Mungkin kita masih ingat dengan cerita nabi Musa dan para pengikutnya bani Israil. Orang-orang Israel itu terjajah selama ribuan tahun. Mengalami mental terjajah selama itu membuat bangsa mereka tak memiliki nilai juang yang tangguh. Setiap diberi kemudahan, mereka terlena. Sekalinya diberi kesulitan, tetiba mereka merasa lemah, manja dan tak berdaya. Sesuatu yang sudah terbiasa akan terus menjadi kebiasaan. Menjadi sulit keluar dari mental kalah jika tak didorong dengan semangat untuk menang. Bagaimanapun keberhasilan dan kemenangan adalah proses panjang. Tak ada yang instan. Tinggal kitanya saja, apakah mau berjuang atau tetap kalah digilas zaman. Semakin hari, masalah kian bertambah. Persoalan hidup akan selalu datang silih berganti. Jika tak dibarengi dengan peningkatan kapasitas ilmu kehidupan, siap-siap digilas oleh zaman.
Butterfly Effect Pernah menonton film butterfly effect? di film tersebut diceritakan tentang seorang pemuda yang menginginkan masa depan menjadi lebih baik dari kenyataan yang ia hadapi di masa sekarang untuk memperbaiki masanya yang sekarang, pemuda itu ingin kembali menuju masa lalu dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang akan mengakibatkan bencana di masa depan. Pelajaran yang didapat dari film tersebut adalah sekecil apapun keputusan yang kita ambil, selalu memiliki kaitan dengan yang lain, apa pun itu. Bisa jadi hidup orang lain. Bisa jadi persitiwa lain, bahkan sesuatu yang tak pernah kita harapkan. Ada banyak contoh kejadian-kejadian yang memiliki pengaruh butterfly effect, seperti karyanya Edward Lorenz dalam bukunya berjudul chaos theory. Satu kepakan sayap kupu-kupu di tempat lain, bisa jadi tornado di tempat yang lain. Tentu kita masih ingat dengan tragedi peristiwa 11 September di gedung WTC. Bisa saja, rencana penyerangan menuju gedung WTC itu hanya karena satu otak, satu pikiran dari seseorang, atau beberapa saja dari pemikiran orang-orang yang ingin melakukan aksi ini. Ada jutaan manusia di berbagai belahan dunia yang mengalami akibat dari pewristiwa ini. Dampaknya, terjadilah krisis global di seluruh dunia. Perekonomian yang mengguncangkan Amerika, ternyata berdampak di berbagai negara lainnya. Spanyol misalnya. Akibat peristiwa 11 September ini, banyak para ayah yang kehilangan pekerjaan, akhirnya para ibunya yang turun tangan menafkahi keluarga dan anaknya. Sebagai jalan pintas, karena pekerjaan sulit di dapat, maka pelacur menjadi
pilihan
yang
paling
nyaman
bagi
mereka.
Dan sejenak kita tengok para ibu rumah tangga yang seharusnya memberikan pendidikan bagi anak-anaknya, memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya, lantas mau jadi seperti apa masa depan-anak-anak mereka, ketika ibunya sendiri tak bisa menjaga harga diri dan kehormatannya? krisis moral. krisis kemanusiaan, itu
yang akan didapatkan di masa depan bagi anak-anak yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa. Begitu pun kasus lumpur lapindo. Satu otak pimpinan perusahaan, ialah Bakrie, memutuskan untuk membuang limbahnya dengan menggali tanah dan tidak sesuai prosedur. Efeknya, seluruh warga masyarakat Sidoarjo mengalami kemiskinan, tak punya tempat tinggal layak, mungkin anak-anak mereka pun putus sekolah. Itulah kenapa, tak perrnah benar-benar ada individu value yang mutlak di dunia ini. Apa yang kita lakukan, punya efek dan pengaruh bagi orang lain. Apa yang terjadi dan kita alami hari ini sesungguhnya adalah hasil dari rentetan keputusan dan peristiwa yang terjadi pada masa sebelumnya. Ketika kita hari ini mengalami kemalangan, hal itu tidak serta merta terjadi pada hari yang sama. Ada peristiwa yang menjadi pintu gerbang yang sangat signifikan. Selalu ada jaring laba-laba yang mengaitkannya dengan kejadian-kejadian masa silam. Tak ada yang benar-benar terlepas dan mutlak independen. Nothing personal. Keputusan personal selalu berakibat pada komunal. Suatu komunitas yang kita perankan. Maka, berhatihatilah kita atas segala potensi yang telah diberi akal, hati dan pengetahuan luas. Apa yang akan kita lakukan, sangat berpengaruh bagi kehidupan orang lain. Bahkan bisa jadi dari butterfly effect itu akan timbul teori baru, the circle of butterfly effect. Akan selalu begitu. Keputusan yang kita ambil memiliki pengaruh terhadap kehidupan orang lain, dan terus seperti itu. Tak ada yang bersifat personal dan individual. Seluruh dari kita memiliki ikatan dan kaitan, dengan hidup dan peristiwa yang akan dialami oleh manusia lain dalam kehidupan yang berbeda.
Cantik Menjadi cantik adalah dambaan setiap perempuan. Cantik hanya secara fisik, tentu saja belum sempurna. Cantik, bagi perempuan haruslah meliputi dua hal, bukan hanya soal fisik. Menjadi pintar, cerdas dan mandiri adalah definisi cantik di era ini. Kalau di iklan-iklan, definisi cantik selalu melulu tentang kulit putih, rambut hitam panjang, dan berkaki jenjang. Hati-hati dengan iklan, jangan mudah terpengaruh, tujuan mereka tak lebih dari sekedar menarik pelanggan. Definisi cantik tetap sederhana. Bukan hanya sekedar apa adanya. Tapi bagaimana dengan tampil sederhana dan seadanya tetap terlihat cantik, enak dipandang dan menarik. Banyak perempuan-perempuan tergoda dengan definisi kecantikan yang dibuat oleh iklan-iklan. Berlomba-lomba lah para perempuan memutihkan kulitnya, seminggu dua minggu pun jadi. Syukur-syukur kulit menjadi semakin putih dan bersih, nah kalo kulit yang tak cocok malah semakin membuat kemerahan, kering, kelupas-kelupas dan jerawatan. Lihat saja artis-artis korea, berlomba membinarkan matanya yang sipit, memancungkan hidung dan mempermak sisi-sisi bagian tubuh lainnya agar terlihat menarik dan cantik. Jika seorang lelaki tertarik karena kecantikan perempuan, jangan heran ketika lelaki tersebut di kemudian hari akan lebih tertarik lagi ketika menemukan perempuan lainnya yang lebih menarik dan lebih cantik. Perempuan-perempuan Indonesia sudah harus berpikir bahwa kecantikan tak melulu soal fisik. Ada banyak perempuan berwajah biasa-biasa saja, tetapi terlihat begitu menarik dan mempesona banyak lelaki. Begitupun sebaliknya ada banyak perempuan berwajah cantik, tetapi terlihat biasa-biasa saja dan tak menarik. Itu semua karena ada pesona lain yang membaluti perempuan-perempuan itu, ialah kebajikan jiwa dan kecerdasannya.
Setiap hari ilmu kita bertambah, setiap itu pula wajah kita terlihat semakin cerah kata Anis Matta dalam bukunya Serial Cinta. Itulah kenapa wajah-wajah biasa saja mampu memberikan pesona dan daya tariknya sendiri. Seketika wajah-wajah perempuan cerdas terlihat lebih enak dipandang. Senyumnya semakin cerah dan meneduhkan. Beranjak dari definisi cantik hanya sebatas fisik menjadi cantik yang sebenar-benar cantik. Tak ada yang dapat menggantikan pesona kecantikan batiniah. Karena cantik secara fisik itu tak kekal, berpuluh tahun kemudian fisik akan mengalami perubahan. Suatu saat nanti wajah cantik akan berubah. Yang muda akan menua. Rambut hitam akan beruban. Kulit menjadi keriput dari yang tadinya segar. Bahkan pesona fisik dan batin adalah dua kaki yang dibutuhkan untuk mempertahankan cinta. Jika hanya ada atau salah satu kaki saja, selamanya cinta akan diuji. Satu-satunya jalan untuk memiliki semua pesona itu, adalah dengan memperbanyak wawasan dan ilmu pengetahuan, karena setiap bertambah pengetahuannya, semakin baik wajahnya, keindahan bertambah pada wajahnya kata Malik Bin Nabi. Menanamkan ke dalam diri untuk senantiasa terus bertumbuh sepanjang hayat. Terus meningkatkan diri dan memperbaiki diri agar semakin baik dari hari ke hari. Karena pesona fisik tak akan bertahan lama. Kecerdasan yang akan terus membersamai dan mengekalkan kecantikan di wajah. Malah semakin hari semakin bertambah. Bukan hanya sekedar untuk terlihat memesona dan menarik banyak orang. Tapi, wawasan kita, ilmu pengetahuan yang kita dapat dan kecerdasan yang semakin terasah akan memancarkan kecantikannya sendiri. Wajah menjadi lebih bersinar. Bersahaja. Bercahaya.
Cinta Cinta bukan sekedar soal perasaan. Cinta adalah kata kerja. Ketika cinta hanya terkembang dalam kata-kata tanpa pembuktian yang nyata, cinta belum dikatakan bekerja. Hakikat mencintai adalah memberi, menumbuhkan dan melindungi. Pekerjaan mencintai yang bukan sekedar soal rasa, tetapi bagaimana menumbuhkan orang yang kita cintai terus menerus agar bertumbuh dan berkembang semakin baik dari hari ke hari. Seperti bunga, jika disiram setiap hari akan mekar dan jika dibiarkan, akan mati. Begitu pun dengan cinta. Degupannya memang tak selalu ada. Cinta bahkan bisa hambar pada sepasang suami-istri yang hidup berpuluh-puluh tahun. Jika pun ada sebuah pernikahan yang bertahan hingga lamanya, barangkali memang ketika cinta itu tak ada, tetapi ada komitmen yang menggerakkan sepasang suami-istri itu untuk senantiasa menumbuhkan cinta. Cinta dianugerahkan Tuhan kepada manusia untuk dijaga. Cinta yang suci, yang mengerti bagaimana menjaga diri dari hal-hal yang tak sesuai dengan fitrahnya. Setiap manusia akan merasakan cinta. Memperbaiki diri, memantaskan diri dan terus bertumbuh adalah kumpulan-kumpulan dari pekerjaan mencintai. Cinta tak perlu diburu. Ia akan datang dengan sendirinya di waktu yang tepat bersama orang-orang yang tepat. Ia akan jauh lebih indah ketika getarnya menentramkan bagi orang-orang yang senantiasa menjaga dirinya. Getar yang membuat sepasang suami-istri tak pernah bosan untuk saling menumbuhkan dan hidup bersama. Getar yang kan semakin menggetarkan ketika ditempatkan semestinya.
The Real Fashion Indonesia yang tengah marak dengan jilbab ala hijabers. Berbagai variasi, model, dan style menyerbu para pengguna jilbab yang menamakan dirinya sebagai komunitas hijabers. Jika kita lihat bentuk dan modelnya, pasti tertarik dan ingin mencoba mengikuti trendnya yang kini membludak dan banyak ditiru designer lainnya. Dalam beberapa bulan saja, gaya hijabers ini berhasil menguasai pasar. Bahkan, perempuanperempuan muda sampai yang sudah berusia terlihat cantik dengan menggunakan gaya ala hijabers ini. Sekilas, memang terlihat istimewa dan wah menyaksikan para perempuan berkerudung dengan gaya hijabers. Semenjak kemunculannya, banyak perempuan Indonesia mulai mengenakan hijab. Terutama kalangan menengah ke atas yang masih menganggap hijab itu kuno dan menghambat aktivitas. Selain menjadi the new trendsetter, gaya hijabers ini justru menjadi icon fashion terbaru dalam dunia fashion itu sendiri. Dibalik kesuksesannya, ternyata gaya hijabers ini tak luput dari kritikan. Beberapa pengamat muslimah yang concern dalam tata nilai, menganggap gaya hijabers tidak syar’I karena terlalu menampilkan keindahan berbagai bentuk lilitan yang sejatinya dalam islam bahwa berjilbab itu justru untuk menutupi keindahan perempuan. Dalam majalah Go Girl edisi Juni 2012, Desiana halim menyebutkan “Fashion is free, just be yourself, create your own style”. Fashion itu bukan hanya soal style. “Fashion isn’t just about style. It’s an expression of our heart and it’s not a compulsion. Tak perlu menyinyiri perempuan yang bergaya ala hijabers. Tak perlu mencibiri mereka seolah akan masuk neraka karena ketak-syar’i-annya. Membimbing dan terus mengarahkan adalah sikap terbaik. Manusia itu mahluk pembelajar. Mereka bisa berubah dari waktu ke waktu. Terima keberadaannya sambil terus menyempurnakan
bagaimana menutup aurat yang baik. Kalau baru mengenakan saja sudah dikritik disana sini, bagaimana mau membuat mereka terkesan untuk pertama kalinya ketika ada niatan untuk mengenakan hijab? Berbicara tentang fashion. Bisa saja sebenarnya kita hanya sedang bereuforia, sekedar ikut-ikutan, penasaran atau ingin dibilang gaul. Hakikatnya fashion adalah tentang menjadi diri sendiri, ia membebaskan dan menciptakan, bukan ikut-ikutan. Kalo nyaman, pake. Kalo enggak, ya ga perlu memaksakan. Kenyamanan itu letaknya ada di hati dan diri sendiri. Hanya diri kita sendiri yang tau mana pakaian nyaman dan mana yang tidak. Itu yang semestinya kita ikuti. Toh nanti sendirinya kita akan tau, mana gaya kita dan mana yang bukan gaya kita. Gaya berljilbab itu tentang masalah kreativitas. Setiap perempuan bisa mengenakan hijab dengan cara yang tetap menarik tanpa memberi kesan kuno tapi tetap syar’i. Tidak melulu harus berkiblat pada salah satu fashion yang sedang booming. Kalo orang lain saja bisa menjadi trendsetter, kenapa kita tidak? Beberapa tahun ke depan, bisa saja model pakaian kita yang sederhana, leluasa dan santai menjadi icon fashion berikutnya. Bukan tak mungkin, fashion pun mengalami evolusi. Seperti halnya cantik, dulu cantik identik dengan kulit putih, rambut panjang dan kaki jenjang. Tapi sekarang, tentu saja berbeda. Semua berevolusi. Manusia berubah. Selera pasar akan terus berubah dari waktu ke waktu. Pada akhirnya fashion hanyalah seputar kenyamanan. Tak melulu mewah, elegan, berwarna-warna dan mahal. Sederhana mungkin akan selalu menjadi pilihan ternyaman. Tak jarang orang memilih hal-hal sederhana karena terlihat lebih istimewa dan enak dipandang. Kita akan selalu kembali kepada pilihan yang membuat kita nyaman dan bisa menjadi diri sendiri, sebooming apapun fashion terkini. Bahkan, boleh jadi fashion di abad lampau akan menjadi fashion terbaru di abad mendatang. Fashion sejatinya hanyalah siklus perputaran mode yang diputar, divariasikan, dan dikreativitaskan. Sayangnya, banyak diantara kita yang melupakan
nilai kenyamanannya, kesederhanaannya dan jati diri sesungguhnya karena kita hanya baru bisa ikut-ikutan saja.