1.1 Latar Belakang Setiap individu akan melewati proses yang alamiah dan melewati tahapan kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Seseorang yang melewati fase dewasa akhir merupakan suatu proses alamiah dalam siklus kehidupan yang dialami oleh semua individu bila ia berumur panjang. Jadi, seseorang yang sudah memasuki usia 60 tahun ke atas dalam kehidupannya dikatakan sebagai lanjut usia. Kehidupan menjadi tua akan mengalami kemunduran secara fisik, seperti kulit yang keriput, gigi yang sudah mulai hilang, sistem indera yang mulai menurun seperti pendengaran dan penglihatan, serta gerakan yang semakin melambat. Kemunduran secara psikologis dan sosial juga akan dialami seseorang yang berusia lanjut. Perpanjangan usia hidup dan peningkatan populasi lansia dikarenakan oleh perkembangan dan kemajuan teknologi serta perbaikan dalam pelayanan kesehatan masyarakat yang mengakibatkan meningkatnya sejumlah besar pasien yang selamat dari kondisi yang dapat menimbulkan kematian. Populasi lansia di dunia yang berusia 65 tahun atau lebih diperkirakan mengalami peningkatan dari 17% menjadi 82% pada 1996-2025. Populasi lansia di dunia diperkirakan melebihi 1 milyar, di mana kebanyakan dari mereka hidup di negara-negara sedang berkembang pada 2025 (Yenny & Herwana, 2006). Nugroho (2008) mengatakan bahwa penyebaran populasi lansia di Indonesia diperkirakan meningkat sekitar 15,3 juta (7,4%) dari jumlah penduduk pada 2000. Biro Pusat Statistik menyatakan bahwa penduduk lanjut usia di Indonesia mencapai 18.283.107 pada 2005. Proporsi penduduk lansia di Indonesia tersebut
Universitas Sumatera Utara
mencapai 23,9 juta jiwa (9,77% persen dari total keseluruhan penduduk Indonesia) pada tahun 2010. Jumlah ini akan melonjak hingga ±33 juta orang lanjut usia (12% dari total penduduk) pada tahun 2020 dengan umur harapan hidup kurang lebih 70 tahun. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah penduduk lanjut usia di atas 60 tahun mengalami peningkatan dari sebesar 554.761 jiwa (4,6%) pada tahun 2005 meningkat menjadi sebesar 765.822 jiwa (5,9%) pada tahun 2010 di Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan data Badan Pusat Statistik Kota Medan berdasarkan Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lanjut usia di Kota Medan mencapai 117.216 orang (5,59%) yang meningkat jumlahnya dari tahun 2005 sebesar 77.837 orang (3,85%). Populasi lansia yang meningkat akan diiringi dengan meningkatnya risiko untuk menderita penyakit kronis. Hal ini dikarenakan oleh faktor genetik maupun gaya hidup sehingga terjadi penurunan fungsi pada organ tubuhnya. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkepanjangan dan jarang sembuh sempurna. Roach (2001) menyatakan bahwa lansia cenderung menderita penyakit kronis, dan sekitar 80% lansia di dunia menderita sedikitnya satu penyakit kronis (Sabrian & Zulfitri, 2010). Penduduk lansia yang menderita berbagai penyakit kronis diperkirakan mencapai 57 juta pada 2000 dan akan meningkat menjadi 81 juta lansia pada tahun 2020 di Amerika Serikat. Lansia yang berusia≥ 65 tahun akan menderita lebih dari satu penyakit kronis sekitar 50-80% (Yenny & Herwana, 2006). Gambaran dari Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PRSSI) (2009) juga memaparkan bila sekitar 74% dari lansia di Indonesia menderita penyakit
Universitas Sumatera Utara
kronis (Sabrian & Zulfitri, 2010). Hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan oleh komnas lansia, diketahui bahwa penyakit kronis terbanyak yang diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%), hipertensi (38,8%), dan katarak (23%). Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyakit utama pada lansia. Walaupun tidak semua penyakit kronis mengancam keselamatan jiwa, tetapi akan menjadi beban ekonomi bagi individu, keluarga, dan komunitas secara keseluruhan. Keluarga mengambil peranan penting bagi kehidupan individu dalam keluarga tersebut, tak terkecuali bagi lansia. Keluarga memiliki tugas perkembangan dalam merawat lansia, seperti mengenal masalah kesehatan lansia, mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan pada lansia, memodifikasi lingkungan fisik dan psikologis sehingga lansia dapat beradaptasi terhadap proses penuaan, serta menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dan sosial dengan tepat sesuai dengan kebutuhan lansia. Keberadaan keluarga akan mempengaruhi perbaikan psikologis lansia yang cenderung merasa rendah diri karena kemunduran secara fisik yang dialaminya. Penyakit kronis menimbulkan gangguan dari segi mental, seperti gangguan dalam hal vitalitas hidup, fungsi sosial, keadaan emosional, dan kesehatan mental secara umum. Oleh karena itu, lansia membutuhkan dukungan yang kuat dari keluarga dalam melewati penyakit yang tengah diderita. Dukungan keluarga yang bisa diberikan kepada lansia dapat berupa dukungan informasional, penilaian, instrumental dan emosional. Keluarga bisa memberikan dukungan dengan cara memberikan informasi yang berkaitan dengan penyakit yang sedang diderita lansia, memberikan penghargaan dan tetap menerima lansia dengan tulus,
Universitas Sumatera Utara
memfasilitasi segala kebutuhan lansia terkait dengan status kesehatannya, serta mendengarkan segala keluhan yang dirasakan oleh lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Diana Juliana dan Ika Sukmawati (2008) dengan judul penelitian “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Salah Satu RW Kelurahan Pondok Cina Kecamatan Beji Kota Depok” menunjukkan bahwa 67,5% lansia mendapat dukungan keluarga yang baik. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang tinggi tidak beresiko mengalami depresi pada lansia. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Yenni (2011) dengan judul penelitian “Hubungan Dukungan Keluarga dan Karakteristik Lansia dengan Kejadian Stroke pada Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Perkotaan Bukit Tinggi” menunjukkan bahwa lansia mendapatkan dukungan keluarga yang tinggi. Hasil yang diperoleh diklasifikasikan sesuai dengan komponen dukungan keluarganya. Dari penelitian yang dilakukan didapat 57,3% lansia sudah mendapatkan dukungan instrumental yang efektif dari keluarga, 54,8% lansia sudah mendapatkan dukungan emosional yang efektif, 53,6% lansia sudah mendapatkan dukungan penghargaan, dan 52,4% lansia sudah mendapatkan dukungan informasi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang efektif dapat menurunkan angka kejadian stroke yang dialami oleh lansia. Berdasarkan dari dua penelitian terkait sebelumnya, terlihat bahwa adanya pengaruh antara dukungan keluarga dengan penurunan angka kejadian penyakit yang dialami oleh lansia. Gambaran dukungan keluarga yang sangat besar bagi lansia yang sedang mengalami penyakit, menyebabkan peneliti tertarik untuk
Universitas Sumatera Utara
meneliti dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada lansia yang menderita penyakit kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor.
1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1.
Mengidentifikasi dukungan keluarga pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
2.
Mengidentifikasi dukungan keluarga informasional pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
3.
Mengidentifikasi dukungan keluarga penilaian pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
4.
Mengidentifikasi dukungan keluarga instrumental pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
5.
Mengidentifikasi dukungan keluarga emosional pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, adapun pertanyaan dari penelitian ini adalah: 1.
Bagaimanakah dukungan keluarga pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
2.
Bagaimanakah dukungan keluarga informasional pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
Universitas Sumatera Utara
3.
Bagaimanakah dukungan keluarga penilaian pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
4.
Bagaimanakah dukungan keluarga instrumental pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
5.
Bagaimanakah dukungan keluarga emosional pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor
1.4 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini bermanfaat untuk pelayanan keperawatan, pendidikan dan peneliti. Secara rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Bagi Pelayanan Keperawatan Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
informasi
dan
meningkatkan pengetahuan perawat dalam hal dukungan keluarga yang diberikan keluarga terhadap lansia yang menderita penyakit kronis. Pengetahuan tersebut dapat menjadi dasar bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, khususnya ketika memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga sehingga keluarga dapat memenuhi kebutuhan lansia dengan penyakit kronis. 1.4.2 Bagi Pendidikan Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
saran
terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya keperawatan komunitas dalam mengembangkan metode untuk meningkatkan dukungan keluarga terhadap lansia dengan penyakit kronis.
Universitas Sumatera Utara
1.4.3 Bagi Peneliti Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
masukan
bagi
pengembangan penelitian keperawatan selanjutnya yang berhubungan dengan dukungan keluarga pada lansia dengan penyakit kronis.
Universitas Sumatera Utara