KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Dalam dunia pendidikan, dua komponen yang tidak bisa dipisahkan agar dapat terjalin hubungan timbal balik yang baik, yakni pengajar yang dalam hal ini berperan guru/dosen dan pelajar, yakni siswa yang menerima materi pembelajaran. Kerja sama yang baik antar kedua komponen ini akan berdampak positif bagi keduanya, terutama bagi peserta didiknya. Korelasi berperan penting dalam hal ini untuk mencapai tujuan bersama. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam hal ini guru Indonesia menyadari bahwa, pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan Negara. Oleh sebab itu, Kemerdekaan Republik Indonesia memedomani dasar-dasar berikut: a.
Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasilaguru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional. b. Guru berusaha memperoleh informasi tentang pesrta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. c. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya. Salah satu organisasi yang kita kenal yaitu, PGRI didirikan di Surakarta pada tanggal 25 November 1945, yang merupakan perwujudan aspirasi guru Indonesia dalam mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa. Salah satu tujuan PGRI adalah meningkatkan kesadaran, sikap, mutu dan kegiatan profesi guru serta mensejahterakan mereka selanjutnya. Selain PGRI ada organisasi guru yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI), Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Bahasa Indonesia (HSPBI) dan lain-lain. Untuk menjadi seseorang yang berprofesi sebagai guru dan dosen pada bidangnya, hendaknya dilaksakan berdasarkan prinsip; Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme, memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia, memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang dan tugas, memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, dan memiliki organisasi profesi
yang
mempunyai
kewenangan
mengatur
hal-hal
yang
berkaitan
dengan
keprofesionalan guru. Prinsip-prinsip tersebut hendaknya dijadikan sebagai panutan dalam mengemban tugas sebagai tenaga pendidik yang professional, untuk memperoleh bibit-bibit unggul.
HAKEKAT BIMBINGAN DAN KONSELING Dalam pembelajaran adanya bimbingan juga sangat diperlukan dengan tujuan untuk menjalin kedekatan dengan siswa. Bimbingan berarti, suatu proses yang berkesinambungan, atau suatu proses membantu individu. Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya. Untuk melaksanakan bimbingan dan konseling, bagi konselor dituntut suatu keterampilan khusus dan berbeda dengan tuntutan bagi seorang guru/pengajar. Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling menengahi masalah-masalah diluar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran disekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh (Mortensen & Schemuller 1969). Dalam proses pembelajaran siswa tentunya, setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut sering kali kandas dan tidak bisa terwujud, sering kali mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar. Sebagai tanda bahwa siswa mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya, seperti; hasil belajarnya rendah, dibawah rata-rata siswa, menunjukkan sikap yang kurang wajar, suka menentang, dusta, tidak mau menyelesaikan tugas-tugas, dan sebagainya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang ada yang
mengerti
bahwa
dia
mempunyai
masalah
tetapi
tidak
tahu
bagaimana
menyelesaikannya, dan ada juga yang tidak mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan dalam menyelesaikan masalahnya itu. Apabila masalah itu belum teratasi mungkin tidak dapat belajar dengan baik, karena konsentrasinya akan terganggu. Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan
manusia di jagat raya ini. Tuntutan sumber daya pendidikan yang berkualitas dan profesional menjadi suatu keharusan pada era global, informasi dan reformasi pendidikan. Indikator perubahan sekarang yang dapat diamati adalah sebagian guru mulai melanjutkan pendidikannya kejenjang S-2, sekolah-sekolah mulai menerapkan KTSP dan sudah berbenah menuju ”manajemen berbasis sekolah” [MBS] yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah. Maka, dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, menuntut sumber daya [pimpinan, guru, dan tenaga administrasi] yang memiliki kemampuan profesional dan integritas dalam mengelola pendidikan. Program peningkatan kemampuan sumber daya pendidikan berupa training for trainers atau kemampuan untuk belajar terus menerus untuk meningkatkan kualitas bagi para pendidik [guru] merupakan suatu fokus dan tuntutan yang perlu diperhatikan. Dengan kata lain, lembaga-lembaga pendidikan harus melakukan investasi secara periodik bagi para guru jika ingin tetap memimpin di dunia pendidikan, karena apabila gagal dalam investasi guru akan berakibat patal dalam persaingan merebut animo pengguna pendidikan sebagai pengakuan terhadap kualitas lembaga pendidikan tersebut. Untuk itu, semuanya akan dikembali kepada masyarakat profesional yang memiliki kompetensi serta kapasitas yang akan menilai kualitas dan kompetensi guru.
DIMENSI-DIMENSI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengah-tengah peserta didiknya. Dalam era global saat ini, jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk, sehingga dia tidak mampu bersaing secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang tua maupun masyarakat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang tenaga pendidik, antara lain:
A.
Lingkungan Belajar yang Kompleks dan Tugas-tugas Otentik Siswa tidak boleh diberikan bagian-bagian yang terpisah, penyederhanaan masalah, dan pengulangan keterampilan dasar, tetapi sebaliknya, siswa dihadapkan pada lingkungan belajar yang kompleks, dan masalah yang tidak beraturan. Masalah-masalah yang kompleks itu harus dihubungkan pada aktivitas dan tugas yang otentik, karena keberagaman situasi yang siswa hadapi tersebut, seperti juga aplikasi yang mereka hadapi tentang dunia nyata.
B.
Negosiasi Sosial Tujuan utama pembelajaran adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam membangun serta mempertahankan posisi mereka, dan disaat bersamaan menghormati posisi orang lain dan bekerjasama untuk berdiskusi atau membangun pengertian bersama-sama. Guna menyelesaikan perpaduan ini, haruslah berbicara dan mendengarkan satu sama lain. Dengan kata lain, proses mental ini melalui negosiasi sosial dan interaksi, sehingga kolaborasi dalam pembelajaran dapat dimungkinkan, yakni melahirkan sebuah sikap intersubyektif – sebuah komitmen untuk membangun keragaman pengertian dan menemukan kesamaan umum serta perpaduan penafsiran.
C.
Proses Konstruksi Pengetahuan Pendekatan konstruktivisme mengedepankan untuk membuat siswa peduli pada peran mereka dalam membangun pengetahuan. Asumsinya adalah keyakinan dan pengalaman individu, membentuk apa yang dikenal sebagai dunia. Asumsi dan pengalaman yang berbeda, mengarahkan kepada pengetahuan yang berbeda pula. Apabila siswa peduli terhadap pengaruh-pengaruh yang membentuk pola pikir mereka, maka mereka akan lebih mampu untuk memilih, mengembangkan, dan memanfaatkan posisi dengan cara introspeksi diri, pada saat yang bersamaan menghormati posisi orang lain.
Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaharuan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung, sehingga diharapkan guru akan berperan lebih profesional sesuai dengan tugas dan kewajibannya sebagai salah satu penentu kehidupan bangsa yang akan datang dalam menghadapi globalisasi saat ini.