Kegagalan Kontrasepsi dengan Kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) Pada Wanita Usia Berisiko Tinggi di Indonesia (Analisis Lanjut Data SDKI 2012)
Nurlaely Presty Diasanti, R. Sutiawan
Departemen Biostatistik dan Ilmu Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
[email protected]
Abstrak
Kehamilan tidak diinginkan menjadi penyebab utama aborsi tidak aman dan berdampak buruk pada wanita yang mengalaminya serta janin yang dikandungnya. Risiko kehamilan tidak diinginkan semakin meningkat pada wanita usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Penelitian ini menggunakan disain studi cross-sectional dengan menganalisis lanjut data SDKI tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan 18% wanita hamil pada usia berisiko yang memiliki kehamilan tidak diinginkan. Wanita yang mengalami kegagalan kontrasepsi berkecenderungan 8,5 kali untuk memiliki kehamilan tidak diinginkansetelah dikontrol oleh variabel umur, jumlah anak, status ekonomi, pengetahuan KB, dan akses ke pelayanan kesehatan.
Contraceptive failure with Unwanted Pregnancy on High Risk Age Women In Indonesia (Analysis of IDHS 2012)
Abstract
Unwanted pregnancy is a major cause of unsafe abortion and adverse impact on women who experience it as well as the fetus. The risk of unwanted pregnancy increased in women aged less than 20 years and more than 35 years old. This study used a cross-sectional study design to analyze further the IDHS 2012 data. Results showed 18% of pregnant women at risk of age had unwanted pregnancies, and women who experience contraceptive failure 8.5 times tended to have an unwanted pregnancies after controlled by age, number of children, economic status, knowledge of family planning, and access to health care variables.
Keyword : unwanted pregnancy, contraceptive failure
Pendahuluan
1 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014
Kehamilan merupakan suatu hal yang luar biasa bagi seorang wanita dalam hidupnya. Kehamilan memungkinkan seorang wanita mempunyai risiko untuk komplikasi baik pada saat kehamilan itu sendiri maupun pada saat melahirkan. Untuk itu, semua kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan dan direncanakan oleh seorang ibu dan pasangannya agar risiko-risiko kehamilan dan melahirkan dapat diminimalisir. Kehamilan yang tidak diinginkan dapat mengancam kesehatan atau kesejahteraan wanita karena seorang ibu mungkin punya masalah kesehatan atau kekurangan dukungan dan sumber daya yang dia butuhkan untuk memiliki kehamilan yang sehat dan membesarkan anak yang sehat nantinya. Menurut statistik WHO tahun 2008, diperkirakan ada 210 juta kehamilan di seluruh dunia setiap tahun, 75 juta diantaranya berakhir dengan aborsi yang tidak aman. Di Indonesia, aborsi menjadi penyebab kelima kematian ibu pada saat melahirkan yakni sebesar 5% dari seluruh kematian ibu setelah pendarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), dan komplikasi pada masa puerpureum (8%). Kehamilan yang tidak diinginkan juga sangat membebani perempuan yang tidak memiliki akses terhadap layanan aborsi yang aman, banyak resor untuk prosedur yang tidak aman yang dapat menyebabkan kematian atau kecacatan. Di seluruh dunia, kehamilan yang tidak direncanakan bertanggung jawab untuk sekitar 90% dari kelahiran yang tidak diinginkan. Hal ini menyumbang 17% dari beban penyakit ibu dan 89% dari aborsi yang tidak aman. Di Indonesia sendiri melalui Survei Kesehatan dan Demografi, diketahui proporsi kehamilan yang tidak dinginkan pada wanita usia subur yaitu sebanyak 15,8% pada tahun 2002/2003, 19,7% pada tahun 2007, dan 13,6% pada tahun 2012. Meskipun pada tahun 2012 angkanya menurun, namun tetap saja hal ini harus menjadi perhatian pemerintah mengingat dari 10 kehamilan, 1 diantaranya tidak diinginkan. Faktor-faktor yang menjadi penyumbang angka kematian ibu terbesar selain karena akses pelayanan kesehatan adalah empat terlalu, yaitu terlalu muda, terlalu rapat, terlalu banyak, dan terlalu tua untuk hamil.
Terlalu muda untuk hamil sangat berisiko untuk
terjadinya komplikasi kehamilan dan kelahiran karena pada usia tersebut wanita belum siap secara fisik maupun mental untuk hamil dan melahirkan.
Sayangnya, Undang-Undang
Perkawinan di Indonesia melegalkan perkawinan pada usia 16 tahun bagi wanita di mana pada usia-usia tersebut wanita belum siap untuk hamil dan melahirkan.
Kenyataannya,
menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, 10% remaja wanita umur 15-19 tahun pernah melahirkan atau sedang hamil anak pertama. Sedangkan, terlalu tua untuk hamil berisiko terjadinya pendarahan, partus macet, dan cacat bawaan. 2 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014
Selain itu, kesehatan ibu juga menurun seiring dengan bertambahnya usia ibu sehingga sangat rawan terjadinya komplikasi saat hamil dan melahirkan. Kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita usia berisiko (<20 tahun dan >35 tahun) mempunyai dampak yang cukup signifikan bagi seorang wanita baik ketika ia memutuskan untuk meneruskan kehamilannya maupun ketika ia memutuskan untuk melakukan aborsi. Bagi wanita yang memutuskan untuk meneruskan kehamilannya, kehamilan yang tidak diinginkan memiliki akibat adanya gangguan kesehatan reproduksi secara fisik, mental, dan sosial serta komplikasi pada kehamilan dan kelahiran.
Menurut penelitian Prawiroharjo
(1997), kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun dan kematian maternal meningkat lagi pada wanita usia 30-35 tahun. Sedangkan, bagi wanita yang memutuskan untuk aborsi juga akan terkena imbasnya baik secara psikis maupun psikologis. Risiko kesehatan secara psikis diantaranya kemandulan, kecacatan, pendarahan hebat yang bisa menyebabkan kematian, infeksi yang bisa menyebar ke seluruh organ dalam pinggul, sobeknya vagina, uterus, saluran kencing, saluran makanan dan organ perut lainnya, serta komplikasi terhadap ginjal, paru-paru, dan jantung. Selain risiko kesehatan secara psikis, risiko kesehatan secara psikologis pun tak kalah bahayanya seperti shock berat dan adanya perasaan merasa bersalah seumur hidupnya (Yayasan Mitra Inti, 2004) Menurut penelitian Mohamad (1998), sebab-sebab KTD adalah kehamilan karena perkosaan, kehamilan terjadi pada saat yang belum diharapkan, dan kehamilan terjadi diluar nikah.
Sedangkan, menurut PKBI (1998), penyebab utama kehamilan tidak dinginkan
diantaranya adalah tidak menggunakan alat kontrasepsi ketika melakukan hubungan seksual dan kegagalan penggunaan kontrasepsi ketika melakukan hubungan seksual. Selain itu, Dela (1998) juga menyatakan bahwa kehamilan yang tidak diinginkan disebabkan antara lain oleh semakin dininya usia menstruasi pertama (menarche) dan penundaan usia kawin pertama, tidak menggunakan alat kontrasepsi dan kegagalan kontrasepsi. Kontrasepsi sendiri telah hadir di kalangan masyarakat dengan berbagai bentuk dan pilihan, baik untuk pria maupun wanita, di antaranya tubektomi/vasektomi, suntikan, IUD, susuk (implant), pil, kondom, diafragma, penggunaan metode amenorrhe laktasi (MAL), pantang berkala, senggama terputus, dan kontrasepsi darurat.
Menurut data SDKI,
pengetahuan terhadap kontrasepsi pada wanita usia 15-19 tahun mencapai 97,1% pada tahun 2002/2003, 97,2% pada tahun 2007 dan 94,7% pada tahun 2012 dan pada wanita usia lebih 3 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014
dari 35 tahun mencapai 98% baik pada SDKI tahun 2002/2003, 2007, maupun tahun 2012 untuk semua alat dan cara KB. Itu artinya, pengetahuan tentang alat dan cara kontrasepsi pada wanita usia rawan dan berstatus menikah sudah baik dari tahun ke tahun. Menurut laporan terbaru SDKI tahun 2012, pemakaian kontrasepsi sudah mencapai 48,1% pada wanita menikah usia 15-19 tahun dan mencapai 60% lebih pada wanita usia 35-44 tahun. Angka ini tidak jauh berbeda dengan laporan SDKI sebelumnya yakni sebesar 46,8% pada wanita kawin usia 15-19 tahun dan sekitar 65% pada wanita usia 35-44 tahun pada tahun 2007. Meskipun begitu, masih banyak wanita yang ternyata mengalami kehamilan walaupun sudah memakai alat kontrasepsi. Menurut Wilopo (2001), pemakaian kontrasepsi tidak menjamin bebas dari kegagalan alat yang dipakai, terutama pada metode yang memerlukan kekonsistenan yang tinggi dari penggunanya. Tidak ada kontrasepsi yang mencegah kehamilan secara sempurna. Lebih lanjut, WHO menyebutkan bahwa tidak ada kontrasepsi yang efektifitasnya mencapai 100%, diperkirakan bahwa 8-30 juta kehamilan di dunia setiap tahunnya terjadi karena kegagalan kontrasepsi. Di Indonesia sendiri, menurut laporan SDKI sebanyak 10% wanita berhenti memakai alat/cara kontrasepsi karena hamil ketika memakai alat/cara kontrasepsi untuk semua cara pada tahun 2002/2003, 6,9 % pada tahun 2007,dan 6,8% pada tahun 2012. Pemakaian kontrasepsi yang tepat dan konsisten menjadi hal yang penting saat ini bagi pasangan yang ingin menunda kehamilannya agar tidak terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Usia-usia rawan untuk hamil dan melahirkan pun harus menjadi pertimbangan tersendiri bagi wanita yang ingin hamil dan mempunyai anak. Maka, dari hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti mengenai kegagalan kontrasepsi dengan kejadian kehamilan yang tidak diinginkan pada wanita usia berisiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) di Indonesia serta hal-hal lain yang mempengaruhinya.
Tinjauan Teoritis
1. Definisi Kehamilan Tidak Diinginkan Kehamilan yang tidak diinginkan meliputi mereka yang memang tidak menginginkan anak lagi (unwanted) maupun yang menginginkan kemudian (mistimed).
Di lain sisi, kehamilan digambarkan sebagai kehamilan yang
diinginkan jika kehamilan tersebut terjadi pada waktu yang tepat atau setelah
4 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014
berkeinginan untuk hamil namun terlambat karena alasan infertilitas atau kesulitan dalam hamil (Santelli, 2003).
2. Kehamilan Berisiko Kehamilan berisiko merupakan keadaan yang berbahaya yang mungkin bisa menjadi penyebab langsung kematian ibu seperti misalnya pendarahan, eklamsia, dan infeksi (CH Maulina, 2010). Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2003, ibu hamil yang berisiko adalah ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan risiko tinggi. Faktor risiko tinggi kehamilan terjadi pada empat golongan berikut : a.
Terlalu Muda Derajat kesehatan wanita usia muda harus selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu.
Perkawinan dan kehamilan pada wanita usia muda dapat menimbulkan
kematian pada ibu, namun juga bayi yang dikandung dan dilahirkannya. Dari segi kependudukan, perkawinan usia muda jelas berisiko untuk meningkatkan jumlah anak sehingga tidak baik pengaruhnya terhadap Program Kependudukan dan Keluarga Berencana.
Hal lain yang perlu diperhatikan pada pernikahan dan
kehamilan usia muda adalah kesehatan ibu dan bayi, dimana sang ibu belum cukup matang untuk memecahkan masalah kesehatannya, yang juga akan berpengaruh terhadap pengawasan pertumbuhan dan perkembangan bayinya. Perkawinan pada usia muda didorong oleh berbagai faktor, diantaranya adat istiadat, ekonomi, sosial dan budaya, serta adanya anggapan bahwa kawin terlambat memberikan status sosial yang rendah, khususnya untuk para wanita (Sampoerno, 1987). b. Terlalu Tua Pada usia 35 tahun ke atas kemungkinan terjadi problem kesehatan seperti hipertensi, diabetes mellitus, anemia, saat persalinan terjadi persalinan lama, pendarahan dan risiko cacat bawaan c.
Terlalu Rapat Bila jarak kelahiran anak terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, pada keadaan ini perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama, atau pendarahan.
d. Terlalu Banyak
5 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014
Ibu yang memiliki anak lebih dari 4, apabila terjadi hamil lagi perlu diwaspadai karena semakin banyak anak, rahim ibu semakin melemah. Selain itu, risiko juga terjadi pada ibu hamil yang mengalami tiga terlambat, yaitu: a.
Terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan
b.
Terlambat dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
c.
Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
3. Kegagalan Kontrasepsi Hingga saat ini tidak ada metode kontrasepsi yang terbukti 100% efektif. WHO memperkirakan 8-30 juta kehamilan setiap tahunnya merupakan hasil dari kegagalan kontrasepsi yang tidak konsisten atau tidak benar dalam penggunaan metode kontrasepsi atau justru karena kegagalan metode itu sendiri (WHO,1998). Wanita yang memakai kontrasepsi, umumnya belum atau tidak ingin hamil lagi, sehingga dapat dikatakan bahwa kegagalan kontrasepsi mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Family
Planning Perspective, 50% dari semua kehamilan di Amerika Serikat merupakan kehamilan yang tidak diinginkan, termasuk kehamilan yang berakhir dengan aborsi, keguguran atau yang lahir hidup. Sebagian wanita yang mengalami kehamilan tidak diinginkan ini ternyata memakai kontrasepsi sebelum mereka hamil (Trierweiler, 2000). Berikut ini merupakan beberapa alasan mengenai kegagalan kontrasepsi yang sering terjadi (www.womenshealth.about.com): 1.
Tidak mengikuti petunjuk penggunaan kontrasepsi secara benar.
2.
Penggunaan kontrasepsi yang tidak konsisten.
3.
Kondom bocor saat berhubungan seks.
4.
Menggunakan antibiotik atau obat-obatan lain atau jamu bersamaan dengan pil kontrasepsi.
5.
Mempercayai bahwa pada periode ketidaksuburan tidak bisa hamil atau tidak merasa berisiko karena hanya hubungan seks satu kali tanpa menggunakan jenis kontrasepsi apapun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Institusi Guttmatcher di New York, satu
dari empat wanita memiliki kemungkinan menjadi hamil karena ketidakkonsistenan penggunaan kontrasepsi.
Beberapa masalah ini dikarenakan kurangnya akses ke
pelayanan kesehatan, dimana para ibu mengatakan mereka tidak memiliki uang atau 6 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014
tidak sanggup untuk beberapa metode kontrasepsi modern yang efektif, seperti misalnya pil pengontrol kelahiran yang diresepkan saat kunjungan ke dokter. Banyak wanita yang tidak puas dengan metode kontrasepsi yang ada, sehingga dapat memicu missing-nya pil KB atau kegagalan untuk mendapatkan kondom (www.nlm.nih.gov). Angka kegagalan kontrasepsi secara teoritis dan praktek per 100 wanita menurut Luknis Sabri tahun 1999/2000 adalah sebagai berikut : Tabel 1. Angka Kegagalan Kontrasepsi Kontrasepsi
Kegagalan per 100 wanita Teoritis (%)
Praktis (%)
Tubektomi
0,04
0,1 – 0,5
Vasektomi
0,15
0,2 – 0,6
Pil
0,34
4 – 10
Suntikan
0,25
3 -5
Minipil
1 – 1,5
5 – 12
IUD
1 -3
5 -6
Kondom
3
10 -20
Spermatisid
3
20 – 30
Kegagalan kontrasepsi dengan kehamilan tidak diinginkan mempunyai hubungan yang signifikan menurut Heny Lestary pada tahun 2004. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa ibu yang mengalami kegagalan kontrasepsi cenderung untuk mengalami kehamilan tidak diinginkan sebesar 3,2 kali lipat dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami kegagalan kontrasepsi. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Abbaasi-Shavazi (2004) yang melakukan penelitiannya di Iran dan menyatakan bahwa 67,2% responden yang mengalami kehamilan tidak diinginkan menggunakan kontrasepsi sebelum kehamilan terjadi. Hamdela (2004) juga menyebutkan bahwa alasan yang paling sering disebut oleh wanita hamil yang mengalami kehamilan tidak diinginkan di Hosanna, Ethiopia Selatan adalah kegagalan kontrasepsi, sedang menyusui sebelum hamil, dan faktor keinginan suami untuk memiliki anak lagi.
7 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014
Metode Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dan dilakukan dengan menganalisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012. Faktor risiko yang dianalisis pada penelitian ini hanya terbatas pada variabel yang tersedia di dalam kuesioner SDKI tahun 2012, yang meliputi karakteristik demografi ibu (pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, tempat tinggal, dan umur), pengetahuan tentang alat/cara KB, akses ke pelayanan kesehatan, dan jumlah anak hidup.
Disain penelitian ini menggunakan pendekatan studi
crossectional, di mana variabel independen dan variabel dependen diukur pada waktu bersamaan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh wanita hamil dengan usia risiko tinggi di Indonesia. Sampel adalah responden yang tercatat dalam SDKI 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi untuk sampel adalah wanita yang berusia <20 tahun dan >35 tahun dan sedang hamil. Sedangkan kriteria eksklusinya adalah jika ada data missing pada variabel terpilih. Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai dengan melakukan analisis univariat yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dan distribusi frekuensi variabel yang diteliti, kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis bivariat yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan analisis crosstab untuk variabel dua kategori dan regresi logistik untuk variabel lebih dari dua kategori dengan tingkat kepercayaan 95% dan nilai α = 0,05. Analisa yang dilakukan berikutnya adalah analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik untuk pembuatan model awal. Pemodelan yang dilakukan adalah pemodelan faktor risiko yang bertujuan untuk mengestimasi secara valid hubungan variabel utama yaitu status pemakaian kontrasepsi dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan dengan dikontrol oleh beberapa variabel konfounder.
8 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014
Hasil Penelitian Tabel 1. Gambaran Umum Responden Variabel
Frekuensi
Persentase
Status Kehamilan -
Tidak Diinginkan
80
18%
-
Diinginkan
363
82%
Kegagalan Kontrasepsi -
Gagal
75
16,9
-
Tidak Gagal
368
83,1%
-
Terlalu Tua
260
58,6%
-
Terlalu Muda
183
41,4%
Umur
Tingkat Pendidikan Ibu -
Rendah
303
68,4%
-
Tinggi
140
31,6%
Sosial Ekonomi -
Miskin
171
38,5%
-
Menengah
125
28,2%
-
Kaya
147
33,3%
Tempat Tinggal -
Desa
238
53,6%
-
Kota
205
46,4%
Pengetahuan KB -
Kurang
251
56,6%
-
Cukup
192
43,4%
Akses Ke Pelayanan Kesehatan -
Tidak dikunjungi maupun mengunjungi petugas
90
20,4%
-
Dikunjungi maupun mengunjungi petugas
353
79,6%
9 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014
Jumlah anak hidup -
≥ 3 orang
415
93,6%
-
< 3 orang
28
6,4%
443
100%
Total
Tabel 2. Asosiasi Sederhana Faktor Risiko dan Konfounding Terhadap KTD Variabel
Kehamilan Tidak Diinginkan
Total
OR
p-value
(95% CI) Tidak diinginkan
Diinginkan
Kegagalan Kontrasepsi -
Gagal
34 (59,2%)
23 (40,8%)
57 (100%)
10,745
-
Tidak Gagal
46 (11,9%)
340 (88,1%)
386 (100%)
(3,8 – 30,04)
Terlalu Tua
70 (27%)
190 (73%)
260 (100%)
6,607
0,0005
Umur
-
0,0005
(3,2 – 13,5) -
Terlalu Muda
10 (5,3%)
173 (94,7%)
183 (100%)
51 (17%)
252 (83%)
303 (100%)
Tingkat Pendidikan Ibu -
Rendah
0,799
0,554
(0,38 – 1,7) -
Tinggi
28 (20,3%)
112 (79,7%)
140 (100%)
Sosial Ekonomi -
Miskin
25 (14,5%)
146 (85,5%)
171 (100%)
-
Menengah
30 (24,4%)
94 (75,6%)
124 (100%)
0,290 0,53 (0,23 – 1,2)
-
Kaya
25 (16,7%)
123 (83,3%)
148 (100%)
0,884 (0,4 – 1,78)
10 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014
Tempat Tinggal -
Desa
41 (17,2%)
197 (82,8%)
238 (100%)
0,882
0,726
(0,4 – 1,78) -
Kota
39 (19%)
166 (81%)
205 (100%)
35 (14,1%)
216 (85,9%)
251 (100%)
Pengetahuan KB -
Kurang
0,545
0,076
(0,28 – 1,07) -
Cukup
44 (23,2%)
148 (76,8%)
192 (100%)
Tidak dikunjungi maupun mengunjungi petugas
11 (12,2%)
79 (87,8%)
90 (100%)
Dikunjungi maupun mengunjungi petugas
69 (19,5%)
284 (80,5%)
353 (100%)
13 (46,5%)
15 (53,5%)
28 (100%)
Akses Ke Pelayanan Kesehatan -
-
0,574
0,191
(0,25 – 1,33)
Jumlah anak hidup -
≥ 3 orang
4,526 (1,4 – 15,1)
-
< 3 orang
67 (16,1%)
348 (83,9%)
415 (100%)
11 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014
0,008
Tabel 3. Hasil Akhir Pemodelan Multivariat No
Variabel
1
Kegagalan kontrasepsi
2
Status ekonomi
P value
OR
0,0005
8,53
0,39
Status ekonomi (1)
0,504
Status ekonomi (2)
0,902
3
Pengetahuan KB
0,071
0,479
4
Akses ke pelayanan kesehatan
0,374
0,578
5
Jumlah anak
0,017
4,599
6
Umur
0,013
3,023
Pembahasan Kejadian kehamilan tidak diinginkan pada wanita pernah kawin usia berisiko (<20 tahun dan ≥ 35 tahun) sebesar 18,6%. Distribusi responden lebih banyak pada responden yang berusia terlalu tua untuk hamil (≥ 35 tahun), berpendidikan rendah, tingkat sosial ekonomi rendah (miskin), beretempat tinggal di desa, pengetahuan mengenai KB kurang, akses ke pelayanan kesehatan sudah baik dan mempunyai jumlah anak hidup lebih dari 2 anak. Kejadian kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran akibat dari kehamilan (PKBI, 1998).
Tidak
diinginkannya kehamilan di sini meliputi mereka yang memang tidak menginginkan anak lagi (unwanted) maupun yang menginginkan kemudian (mistimed). Berdasarkan hasil analisis pada wanita hamil usia berisiko, diketahui bahwa kasus kehamilan tidak diinginkan sebanyak 18%. Jika dilihat dari hasil penelitian sebelumnya, tren angka kejadian kehamilan tidak diinginkan pada kelompok tersebut cenderung mengalami penurunan dari waktu ke waktu, yakni sebesar 23,7% (Afifah, 2000), 20,3% (Lestary, 2004), dan 19,9% (Muzdalifah, 2008). Meskipun begitu, penurunan ini belum signifikan dari tahun ke tahun, karena 1 dari 5 wanita yang hamil pada usia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun memiliki kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pranata (2013) yang menyebutkan bahwa kehamilan tidak diinginkan di Indonesia
12 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014
banyak terjadi pada wanita yang berusia di atas 35 tahun dan pada perkawinan usia muda (16 – 20 tahun). Kehamilan tidak diinginkan berdampak pada tingginya kasus aborsi. Menurut Pranata (2013), dari semua kejadian kehamilan tidak direncanakan, 6,71% diantaranya sengaja digugurkan dan lebih banyak dilakukan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun. Kegagalan kontrasepsi dibagi menjadi dua, yakni responden yang gagal kontrasepsi dan responden yang tidak gagal kontrasepsi. Responden yang mengalami kegagalan kontrasepsi sebanyak 12,9%. Hal ini berarti, satu dari 10 wanita yang hamil di usia yang berisiko mengalami kegagalan kontrasepsi. Dari responden yang mengalami kegagalan kontrasepsi, ternyata hampir 60% responden mengaku bahwa kehamilannya tidak diinginkan. Hasil analisis multivariat mengenai hubungan kegagalan kontrasepsi dengan kehamilan tidak diinginkan menunjukkan perbedaan yang signifikan (p value = 0,0005) dengan odds ratio 8,5 yang berarti wanita yang mengalami kegagalan kontrasepsi cenderung untuk mengalami 8,5 kali lebih besar untuk memiliki kehamilan tidak diinginkan daripada wanita yang tidak mengalami kehamilan yang tidak diinginkan setelah dikontrol oleh variabel yang lain. Hasil penelitian dari Heny Lestary (2004) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kegagalan kontrasepsi dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan yakni wanita yang mengalami kegagalan kontrasepsi cenderung 3,2 kali lipat untuk mengalami kehamilan tidak diinginkan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Abbaasi-Shavazi (2004) yang melakukan penelitiannya di Iran dan menyatakan bahwa 67,2% responden yang mengalami kehamilan tidak diinginkan menggunakan kontrasepsi sebelum kehamilan terjadi. Hamdela (2004) juga menyebutkan bahwa alasan yang paling sering disebut oleh wanita hamil yang mengalami kehamilan tidak diinginkan di Hosanna, Ethiopia Selatan adalah kegagalan kontrasepsi, sedang menyusui sebelum hamil, dan faktor keinginan suami untuk memiliki anak lagi. Dari hasil penelitian-penelitian tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa kegagalan kontrasepsi memang mempunyai peran yang cukup besar untuk kejadian kehamilan tidak diinginkan. Hasil analisis tambahan juga menunjukkan bahwa kegagalan kontrasepsi terjadi pada pengguna pil (50,6%), kondom (15,2%), suntik (8,9%), susuk KB (2%), dan lain-lain (23,4%). Jika dilihat dari angka tersebut, kegagalan kontrasepsi lebih banyak terjadi pada pengguna alat kontrasepsi non MKJP. Artinya, kegagalan kontrasepsi banyak terjadi pada 13 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014
wanita yang menggunakan alat kontrasepsi yang memerlukan kekonsistenan tinggi dalam pemakaiannya. Kegagalan kontrasepsi juga hampir semua terjadi pada kelompok wanita usia tua (97,9%) dan 99,1% wanita usia muda tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Hal ini
menunjukkan bahwa anjuran untuk memakai alat kontrasepsi masih sangat perlu dilakukan pada wanita usia muda yang ingin menunda kehamilan dan anjuran penggunaan kontrasepsi MKJP sangat perlu dilakukan pada wanita usia tua yang tidak menginginkan kehamilan lagi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Guttmatcher di New York, satu dari empat wanita memiliki kemungkinan menjadi hamil karena ketidakkonsistenan penggunaan kontrasepsi.
Masalah lain yang mempengaruhi kegagalan kontrasepsi ini juga karena
kurangnya akses ke pelayanan kesehatan, dimana para ibu sulit untuk mendapatkan alat kontrasepsi dan tidak memiliki uang atau tidak sanggup untuk membayar beberapa metode kontrasepsi modern yang efektif seperti metode kontrasepsi jangka panjang.
Selain itu,
penyebab kegagalan kontrasepsi pada metode kontrasepsi jangka panjang ditengarai karena kesalahan pemasangan alat kontrasepsi oleh petugas kesehatan. Kesimpulan a. Kejadian kehamilan tidak diinginkan pada wanita usia berisiko (<20 tahun dan >35 tahun) di Indonesia sebesar 18%. b. Kegagalan kontrasepsi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kehamilan tidak diinginkan. c. Wanita yang mengalami kegagalan kontrasepsi mempunyai kecenderungan untuk memiliki kehamilan tidak diinginkan sebesar 8,5 kali setelah dikontrol oleh variabel status ekonomi, umur, pengetahuan tentang alat/cara KB, akses ke pelayanan kesehatan, dan jumlah anak hidup. Saran a. Konten promosi kesehatan tentang KB dari pemerintah tidak hanya mengenai jumlah anak saja, namun juga lebih gencar lagi mengenai usia-usia yang tepat untuk mempunyai kehamilan. b. Perlunya peningkatan kualitas pelayanan konseling KB oleh petugas kesehatan, sehingga dapat membantu akseptor KB menemukan metode kontrasepsi yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan. 14 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014
c. Promosi kesehatan mengenai alat kontrasepsi perlu diberikan kepada pasangan muda yang baru menikah dan promosi pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang perlu diberikan kepada wanita yang sudah tidak ingin memiliki anak lagi. d. Masyarakat turut aktif dalam mencari informasi mengenai KB, diantaranya mengenai kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi, biaya, cara penggunaan yang baik dan benar, serta seberapa besar kemungkinan kegagalan alat kontrasepsi.
Daftar Referensi
Abbaasi-Shavazi, et.al. 2004. Unitended Pregnancies in the Islamic Republic of Iran : levels and Correlates. Asia Pasific Population Journal. March. Adhikari, Ramesh et al. 2009. Corralates of Unitended Pregnancy among Currently Pregnant Married Women in Nepal. BMC International Health and Human Right, 9,17. Admin. Kehamilan Risiko Tinggi. Diambil pada Senin, 24 Februari 2014 dari : http://www.psychologymania.com/2012/08/kehamilan-risiko-tinggi.html Admin. Risiko Aborsi. Diambil pada Jum’at, 6 November 2013 dari : http://www.aborsi.org/risiko.htm. Afifah, Tin. 2000. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan (Analisis Lanjut Data SDKI 1997). Skripsi : FKM UI. BKKBN. 2013. Laporan Umpan Balik Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi.. Jakarta : BKKBN BKKBN, BPS, Kemenkes RI, Measure DHS ICF International. 2012.
Laporan
Pendahuluan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta : BKKBN BKKBN. 2012. Rencana Aksi Pembangunan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga 2012 – 2014. Jakarta : BKKBN
15 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014
BPS. 2013. Penentuan Definisi/Klarifikasi Urban Rural.
Di ambil pada Jum,at, 14
Februari 2014 dari : http://demografi.bps.go.id/phc4/index.php/persiapan/103konsep-definisi-dan-klasifikasi/153-penentuan-definisi-klasifikasi-urban-rural Conforth, Tracee. 2014. The ‘Why’ Behind Contraceptive Failure. Di ambil pada Jum’at, 16
Mei
2014
dari
:
http://womenshealth.about.com/od/birthcontrol/a/contraceptive_failure.htm Department of Making Pregnancy Safer. Indonesia Profile Country. Diambil pada Rabu, 6
November
2013
dari
:
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/countries/ino.pdf Direktorat Bina Kesehatan Ibu. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu. Diambil pada 28 Juni 2014 dari : http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2013/01/Factsheet_Upaya-PP-AKI.pdf Geda, N.R., Lako, T.K. 2011. A Population Based Study on Unitended Pregnancy among Married Women in a District in Southern Ethiopia. Journal of Geography and regional Planning, 4 (7), 417-427. Global Alliance. 2003. Buku Pegangan Promosi Kesehatan Pekerja : Tanya Jawab Seputar Kesehatan Reproduksi.
Jakarta : Global Alliance for Workers and
Communities – Indonesia. Guttmacher Institute. 2008. Aborsi di Indonesia. Guttmacher Institute Seri 2008, No 2. Hamdela, Belayneh., Tilahun, Tizta., Mariam, Abebe G,. 2012. Unwanted Pregnancy and Associated Fastors among Pregnant Married Women in Hosanna Town, Southern Ethiopia. Plos One Vol 7 Issue 6 Harbin, Vanessa G.
2012. Are Teenagers and Young Adults Realy So Different?
Examining The Factors Associated With Unintended Pregnancy Among Women in Their Teens and Early Twenties. Tesis : Faculty of the Graduate School of Art and Sciences of Georgetown University. Lestari, Henny. 2005. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kehamilan tidak diinginkan pada wanita pernah kawin usia 15-49 tahun di Indonesia (Analisis Data SDKI 2002 – 2003). Skripsi : FKM UI 16 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014
Maulina, CH. 2010. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Pemeriksaan Kehamilan pada Ibu yang Memiliki Balita di Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal. Skripsi : Universitas Sumatera Utara. Muzdalifah, Eva. 2008. Hubungan antara Kegagalan Kontrasepsi dengan Kejadian Kehamilan tidak Diinginkan (KTD) pada wanita pernah kawin usia 15-49 tahun di Indonesia ( Analisis data SDKI 2002 – 2003). Skripsi : FKM UI Nuryati, tati. 2001.
Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Kehamilan Tidak
Diinginkan di desa Penanggapan Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes Jawa Tengah Tahun 1999/2000. Tesis : FKM UI. Omarsari, Sri Dwi; Djuwita, Ratna. 2008. Kehamilan pranikah remaja di Kabupaten Sumedang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 3 : 57 – 64. Oye-Adeniran, Boniface et al. 2003. Community-Based Survey of Unwanted Pregnancy in Southwestern Nigeria. Africa Reproduction Health Journal, 8 (3), 103-115. Palada, P. 1997. Implikasi Perkawinan dan Kehamilan pada Wanita Usia Muda. Jakarta : IAKMI. Paydar, Ali A., Malekafzali, Hossein. 2001. Sociodemographic Attributes of Iranian Wives Who Reported Unwanted Pregnancies.
Journal of Biodemography and
Social Biology, 48 (1), 105-124. PKBI, 1998. KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan) Seri Kesehatan Reproduksi Perempuan. Jakarta : Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Pranata, Setia; FX Sri Sadewo. Kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan di Indonesia. Diambil
pada
Rabu,
6
November
2013
dari
:
http://grey.litbang.depkes.go.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jkpkbppk-setiaprana-3714 Prawirohardjo, Sarwono. 1997.
Ilmu Kebidanan.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Purwanto R, J. 2012. Metodologi Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta : Badan Pusat Statistik Royston, Erica. 1994. Pencegahan Kematian Ibu Hamil. Jakarta : Binarupa Aksara. 17 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014
Sabri, Luknis. 2013. Kontrasepsi. Depok : Materi Kuliah FKM UI. Sampoerno, Does, dan Azrul Azwar. 1987. Perkawinan dan Kehamilan pada Wanita Muda Usia. Jakarta : Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia. Santelli, John S., Rochat, Roger., dkk. 2003. The Measuremnet and Menaning of Unitended Pregnancy. Perspectives on Sexual and Reproductive Health Volume 35. Santelli, John S., Linberg, Laura. D., Diaz Daniel. D. 2009. Changing Behavioral Risk for Pregnancy among High School Students in the Unoted State, 1991 – 2007. Journal of Adolescent Health. Schlesselman JJ. 1982. Case-control study : Design, conduct, analysis. NewYork : Oxford. Sedgh, Gilda; et al. 2006. Unwanted Pregnancy and Associated Factors Among Nigerian Women. International Family Planning Perspective, 32 (4), 175-184. Trisiani, Desi. 2005.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kehamilan
Tidak Diinginkan di PKBI Bandung Daerah Jawa Barat Periode Januari – Juni 2005. Skripsi : FKM UI Wilopo, Siswanto Agus. 2001. Pidato Sambutan Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN. Dalam : Utomo, Budi, et al., 2001. Prosiding Seminar Insiden dan Aspek Psiko-sosial Aborsi di Indonesia, 2001. Puslitkes UI & UNFPA, Jakarta. Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu komunikasi. Jakarta : EGC WHO. Adolescent Pregnancy. Diambil pada Rabu, 6 November 2013 dari : http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/maternal/adolescent_preg nancy/en/
18 Kegagalan kontrasepsi..., Nurlaely Presty Diasanti, FKM UI, 2014