KEEFEKTIVAN PERMAINAN “SODONG” DALAM MENINGKATKAN PERILAKU PENYESUAIAN SOSIAL ANAK TAMAN KANAK-KANAK Tadjoer Ridjal Bdri This research relates to the application of behavior modification of by using quasi experiment method. Designs experiment applied is "multiple time series". Experiment technique applied is game "sodong". Research subjects are pupil of nursery school at level "nol kecil" who demonstrating low social behavior. Result from data analysis indicates that there are significant difference between changes of behavior of happened at group of treatment and at group of control. By basing on result of data analysis, hence it is concluded that game “ sodong" be effective.
orang-orang lain di lingkungan dekatnya. Tugas ini akan menjadi berkembang manakala anak memasuki taman kanakkanak. Anak tersebut harus bergaul dengan orang lain di lingkungan taman kanak-kanak (TK), terutama dengan teman-teman sebaya (Berry, 1979). Anak tumbuh dan berkembang pada kecepatan yang berbeda. Mereka memiliki kematangan yang berbeda dalam “menyelesaikan” tugas perkembangan yang harus dipelajarinya. Dalam pendidikan di TK, anak harus memperoleh kesempatan yang sama dengan anak-anak yang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas yang harus dipelajarinya. Hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan, yaitu fungsi pengembangan, fungsi diferensiasi, dan fungsi pengintegrasian (Shertzer dan Stone, 1981). Berkaitan dengan fungsi pendidikan tersebut dan memperhatikan kesiapan pada individu anak, maka layanan bantuan yang berfokus pada individu anak sangat ditekankan. Sehubungan dengan hal itu, bantuan yang diberikan kepada tiap anak adalah bimbingan yang tujuan utamanya adalah memfasilitasi perkembangan pribadi anak sebagai murid (Shertzer dan Stone, 1981), yang sekaligus terkait dengan mencegah pola-pola perilaku yang menghambat perkembangan anak (Locascio, di dalam Pietrofesa, dkk., 1980). Hal ini sesuai dengan fungsi bimbingan di TK, yaitu
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu yang hidup dalam lingkungan masyarakat menghadapi serangkaian tugas panjang yang harus diselesaikannya. Tugas-tugas tersebut jika berhasil diselesaikan akan memberikan kepuasan dan ganjaran bagi yang bersangkutan. Sedangkan ketidakberhasilan menyelesaikannya akan menimbulkan kekecewaan dan penentangan masyarakat. Tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh setiap individu tersebut dinamakan “tugastugas perkembangan” (Havighurst, di dalam Hurlock, 1978). Tugas-tugas tersebut lebih merupakan proses psikologis yang bersifat alamiah, tetapi terjadi dalam konteks sosiokultural. Atau, pada periode tertentu dari kehidupannya, individu akan dipandang “siap” untuk diajar keterampilan tertentu oleh masyarakat (teachable moment). Tugas-tugas perkembangan tersebut dipandang lebih bersifat sosial karena ia merupakan representasi dari harapanharapan sosial (Havighurst dan Zaccaria, dalam Hurlock, 1978). Setiap periode tertentu dari kehidupan individu memberikan tugas-tugas tertentu yang harus dipelajari. Anak usia taman kanak-kanak juga menghadapi tugas-tugas tertentu yang harus dipelajarinya. Salah satu dari tugas-tugas perkembangan yang harus dipelajari oleh anak adalah belajar berhubungan secara emosional dengan 1
fungsi pengembangan dan fungsi pencegahan (Berry, 1979). Sesuai dengan sifat anak, kegiatankegiatan yang dilakukan oleh anak sebagian besar dilakukan dalam latar bermain (Hetherington & Park, 1986), baik bermain aktif maupun bermain pasif (Hurlock, 1978). Hal ini juga sesuai dengan keputusan hasil dari White House Conference pada tahun 1933 yang dikutip oleh Bordin (dalam Brown & Brooks, 1981), bahwa pekerjaan anak adalah bermain. Aktivitas bermain yang dapat diikuti oleh anak yang sedang dalam masa peralihan tersebut harus sudah dikenal oleh anak. Hurlock (1978) mengatakan bahwa anak lebih mudah mengimitasi jenis-jenis permainan yang sudah dikenalnya atau yang biasa dilakukan oleh generasi sebelumnya di lingkungan masyarakatnya. Permainan yang demikian, walaupun pada mulanya lebih berfungsi sebagai alat rekreatif, tetapi juga memiliki nilai-nilai belajar yang penting bagi perkembangan anak (Hildebrand, 1986, Hetherington & Parke, 1986). Dubnoff (dalam Galsscote, dkk., 1974) juga mengatakan bahwa anak TK belajar dari ibu dan dari bermain. Dengan demikian, bentuk permainan (aktif atau pasif) yang sudah dikenal oleh anak dapat digunakan sebagai alat bantu pendidikan bagi anak yang sedang mengalami masa peralihan dari keluarga ke lingkungan TK. Sebagaimana telah disebutkan terdahulu, tidak semua anak menunjukkan kesiapan mempelajari tugas-tugas perkembangan yang harus dihadapinya. Mereka mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri pada lingkungan baru tersebut. Kesulitan yang dialami oleh anak yang demikian dapat menimbulkan problem-problem perilaku dan proses belajarnya (Thompson dan Rudolph, 1983). Karena itu, bantuan yang diberikan kepada anak-anak yang mengalami kesulitan penyesuaian pada lingkungan sosial baru tersebut adalah bimbingan kelompok. Di samping itu, aktivitas bimbingan kelompok memiliki fungsi pengembangan dan pencegahan (Pietrofesa, dkk.,1980). Kedua
2 fungsi tersebut ditekankan dalam pelaksanaan bimbingan di TK (Berry, 1979). Pelaksanaan bimbingan kelompok untuk anak-anak harus memperhatikan keterlibatan anak dalam aktivitas kelompok. Glanz (1974) mengatakan bahwa anak secara sangat efektif terlibat dalam kelompok melalui teknik-teknik bermain atau mendengarkan cerita khayal. Penekanan bentuk permaianan kelompok untuk membantu penyesuaian sosial anak adalah penting. Romanzyck (dalam Roos, 1981) mengatakan bahwa anak-anak yang normal mengembangkan keterampilan sosial melalui interaksi bermain dengan temanteman sebayanya. Thompson dan Rudolph (1983) selanjutnya juga menambahkan bahwa aktivitas bermain kelompok dan mendengarkan cerita merupakan metode yang efektif untuk mengajarkan keterampilan sosialisasi anak. Aktivitas bermain kelompok dan mendengarkan cerita dapat merupakan upaya menyajikan modelmodel perilaku sosial sehingga memungkinkan terjadinya belajar perilaku sosial pada anak. Hal ini dapat terjadi mengingat cara belajar anak adalah “lewat pengamatan” (Bandura 1977). Berkaitan dengan hal ini maka, bentuk permainan yang bagaimanakah yang tepat dan dapat diikuti oleh anak-anak TK yang mengalami masa peralihan tersebut? Masyarakat di Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, memiliki bentuk permainan kelompok dan aktivitas mendengarkan cerita untuk kelompok anak. Kedua bentuk aktivitas kelompok tersebut berupa bermain sodoran dan dongengan. Kedua bentuk aktivitas bermain tersebut diupayakan untuk digabungkan. Selanjutnya, gabungan dua bentuk permainan tersebut oleh peneliti diberi nama sodong. Penggabungan kedua bentuk permainan tersebut memungkinkan terjadinya “model hidup” (individu-individu anak yang terlibat permainan) dan “model simbolis” (tokoh dongeng). Hal ini mendasarkan pada pertimbangan bahwa cara anak belajar perilaku adalah “lewat pengamatan”.
2. Rumusan Masalah Sehubungan dengan hal tersebut, masalah penelitian ini dirumuskan adalah: Apakah penggunaan permainan “sodong” sebagai teknik bimbingan kelompok membantu penyesuaian sosial anak-anak Taman Kanak-kanak? 3. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah untuk menguji keefektifan permainan “sodong” dalam mengurangi frekuensi terjadinya perilaku penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki pada anak TK. 4. Manfaat Penelitian Temuan yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan mendatangkan manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoretis: hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pijakan penelitian lanjut, utamanya bagi para peneliti yang tertarik dalam penelitian sejenis. 2. Secara praktis: bentuk perlakuan dalam penelitian (sodong) diharapkan menambah perbendaharaan teknik bimbingan kelompok di TK B. KAJIAN PUSTAKA Perilaku penyesuaian sosial yang ditunjukkan oleh anak merupakan hasil belajar. Perilaku penyesuaian sosial anak tumbuh dan berkembang dalam proses sosialisasi. Kunci sosialisasi (sosial) anak adalah interaksinya dengan orang lain. Interaksi sosial anak sebagian besar terjadi dalam latar bermain (Hetherington dan Parke, 1986). Berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan untuk anak-anak, maka keterlibatan anak-anak kecil secara sangat efektif terlihat dalam aktivitas kelompok melalui teknik bermain dan pemberian cerita. Aktivitas bermain kelompok dan bermain cerita, dengan demikian, dapat direkayasa menjadi teknik bimbingan kelompok. Penggunaan teknik permainan kelompok dan pemberian cerita memberikan peluang kepada anak untuk mengalami belajar perilaku sosial secara langsung
3 (direct experience) dalam kesempatan interaksi sosial. Aktivitas tersebut juga memungkinkan hadirnya model hidup dan model simbolis yang menjadi prasyarat bagi terjadinya belajar perilaku sosial pada anak lewat pengamatan. Sebagaimana telah disebutkan bahwa masyarakat di lokasi penelitian memiliki bentuk permainan kelompok dan aktivitas mendengarkan cerita untuk kelompok anak. Kedua bentuk aktivitas kelompok tersebut berupa bermain sodoran dan dongengan. Kedua bentuk aktivitas bermain tersebut diupayakan untuk digabungkan. Selanjutnya, gabungan dua bentuk permainan tersebut oleh peneliti diberi nama sodong. Permainan “sodong” menyajikan model-model perilaku (baik simbolis maupun hidup) yang berkemungkinan dapat diamati oleh anak yang terlibat dalam permainan. Permainan “sodong” merupakan bentuk permainan kelompok. Permainan kelompok selalu memberikan peluang kepada anak-anak lain untuk bertindak sebagai model dan pemberi penguatan (Hetherington dan Parke, 1986). Interaksi sosial seperti itu mendorong terjadinya “imitasi perilaku yang timbal balik” (Tomlinson-Keasey, 1985; McDavid & Garwood, 1978). Penguatan yang diberikan oleh anak cenderung terarah pada anak lain yang berperilaku sosial (Hurlock, 1978; Tomlinson-Keasey, 1985). Dasar dari perilaku sosial anak adalah atraksi antarpribadi dan persahabatan (McDAvid dan Garwood, 1978). Penguatan selalu menghasilkan peningkatan perilaku. Dalam permainan ini, perilaku yang diberi penguatan adalah perilaku anak pemain yang mematuhi aturan bermain. anak yang “nakalan” akan mendapat hukuman. Peristiwa semacam ini memberikan peluang bagi anak lain untuk mengamati secara vicarious. Anak belajar perilaku dengan cara “lewat pengamatan”. Cara belajar ini memerlukan kehadiran model, baik model hidup maupun model simbolis. Model hidup dapat disajikan dalam aktivitas bermain sodoran. Model simbolis dapat disajikan
dalam dongengan. Anak belajar melalui pengamatan atau pengalaman langsung (Bandura, 1977). Pengalaman belajar tersebut selanjutnya akan diubah (atau dipertahankan) oleh konsekuensi perilaku tersebut (LaFramboise, 1985). Namun, sebagian besar tingkah laku anak dipelajari dari hasil mengamati tingkah laku orang lain atau model. Kesempatan anak untuk mengamati tingkah laku orang lain berkemungkinan dapat berlangsung dalam aktivitas bermain sodoran maupun dongengan. C. METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di salah satu TK Islam perdesaan dalam wilayah Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang. Subjek penelitian adalah anakanak TK tingkat kelas “nol kecil” yang menunjukkan kesulitan berperilaku sosial. Kesulitan tersebut ditandai oleh tinginya frekuensi kemunculan perilaku penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki dalam beberapa kali pengamatan. Teknik pengambilan subjek dilakukan secara bertujuan atau purposive sampling. Pengambilan subjek dilakukan secara bertahap yaitu diawali terlebih dahulu melakukan penetapan TK sampel, kemudian melakukan penetapan subjek penelitian. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimen kuasi, atau berkaitan dengan suatu upaya memodifikasi perilaku individu. Dalam penelitian ini, peneliti berpijak pada pendekatan behaviorisme. Karena itu, kelompok individu yang dijadikan subjek adalah individu-individu yang menunjukkan perilaku yang tidak diinginkan (Shaffer dan Galinsky, 1974). Fokus perhatian pada subjek yang menunjukkan perilaku yang tidak dikehendaki tersebut dipenuhi dalam penelitian dengan melakukan pencarian subjek. Pencarian subjek tersebut berdasar pada hasil pengukuran lewat pengamatan selama tiga hari berturut-turut terhadap masing-masing subjek secara individual. Hal
4 ini mengikuti apa yang dilakukan oleh Firestone (di dalam Ross, 1981). Perilaku yang ditunjukkan oleh subjek tersebut harus perilaku yang “kasatmata” (Krumboltz, 1970; Shaffer dan Galinsky, 1974; dan Goodwin & Coates, 1976). Pengukuran perilaku dilakukan melalui pengamatan dapat mendasarkan pada frekuensi, intensitas atau durasinya (Israel dan Wick-Nelson, 1984). Pengukuran dalam penelitian ini mendasarkan pada frekuensi saja. Teknik pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik Bijou (Osipow & Walsh, 1970) karena hanya mendasarkan pada frekuensi terjadinya perilaku yang tidak dikehendaki. Penggunaan teknik Bijou tersebut juga mengingat penelitian ini berkaitan dengan penerapan suatu teknik bimbingan untuk mengubah perilaku subjek. Teknik bimbingan yang diterapkan dalam penelitian diuji keefektifannya. Karena itu, di samping mendasarkan pada perubahan perilaku yang dihasilkan, juga diperlukan adanya kelompok pembanding, yaitu bentuk perlakuan lain atau kondisi tanpa perlakuan (Shaffer dan Galinsky, 1974). Dalam penelitian ini, pembandingnya adalah “tidak ada” perlakuan dari peneliti. Pengendalian subjek dalam penelitian ini adalah memadankan beberapa hal, yaitu hanya anak yang dipilih (lihat penetapan subjek), usia sama, tingkat kelas sama, dan latar belakang pekerjaan orang tua sama. Subjek yang diteliti adalah anak-anak TK yang memiliki karakteristik sebagai berikut. a. Berusia 4-5 tahun. b. Siswa tingkat kelas “nol kecil”. c. Berasal dari keluarga petani. d. Memiliki orangtua lengkap (ayah dan ibu). e. Hanya anak-anak TK yang dipilih untuk dijadikan subjek (lihat pencarian subjek). Ubahan penelitian ini meliputi ubahan bebas dan ubahan bergantung. Kaitan antarubahan tersebut diilustrasikan pada gambar berikut ini.
5 Ubahan bebas
Ubahan bergantung
Penggunaan permainan “sodong”
Perilaku penyesuaian sosial
Rancangan perlakuan yang digunakan adalah multiple time series. Penggunaan rancangan ini mengingat dalam penelitian
Kelompok Perlakuan Kontrol
Pengukuran Sebelum 010203040506 010203040506
juga menggunakan kelompok kontrol. Diagram rancangan tersebut adalah sebagai berikut.
Treatment X -
Pengukuran Sesudah 010203040506 010203040506
Keterangan: 0 = pengukuran hari keX = penggunaan permainan “sodong” selama 1 minggu - = tidak ada perlakuan Penggunaan rancangan perlakuan tersebut juga bertujuan untuk mengendalikan gangguan pada validitas internal. Pengukuran berulang-ulang pada waktu sebelum dan sesudah perlakuan sebagai upaya mengendalikan ubahanubahan lain (Kerlinger, 1973). Pengukuran dilakukan dengan cara mengamati perilaku penyesuaian sosial subjek. Teknik pengamatan menggunakan teknik Bijou (Osipow dan Walsh, 1970), yaitu hanya mendasarkan pada frekuensi terjadinya perilaku penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki pada waktu sebelum dan sesudah perlakuan. Tenaga pengamat ditetapkan sebanyak 2 orang guru yang sudah diberi pelatihan, untuk memenuhi etika pengamatan terhadap murid dan mempertahankan kondisi natural (Crawford, 1960), dan menyesuaikan penggunaan rumus agreement (Good & Brophy, 1976). Karena penelitian berkaitan dengan upaya memodifikasi perilaku sosial anak, maka fokus perhatian pengamatan harus pada kemunculan perilaku sosial yang tidak dikehendaki (Red, 1979) Berkaitan dengan pelaksanaan pengukuran, peneliti berusaha untuk mengendalikan terjadinya bias pada hasil pengukuran. Usaha peneliti tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Tenaga pengamat diberi latihan dulu sebelum mengadakan pengukuran. b. Tenaga pengamat yang digunakan adalah 2 orang untuk masing-masing TK. c. Tenaga pengamat yang ditetapkan memiliki karakteristik yang relatif sama, yaitu sebagaimana kriteria tenaga pemberi perlakuan. d. Perilaku-perilaku yang diamati telah ditetapkan dulu oleh peneliti, yaitu termuat dalam daftar cek yang digunakan sebagai instrumen pengamatan yang telah diujicobakan. Penekanan pengukuran hanya pada penghitungan frekuensi terjadinya perilaku yang tidak dikehendaki. Namun, perilaku yang diukur tersebut harus spesifik dan kasat mata (overt). Pengertian spesifik atau overt tersebut bukan berarti sangat terbatas. Penggunaan sampel perilaku yang terbatas hanya mampu menggambarkan perilaku pada topografinya saja, sedang pada fungsionalnya tidak memenuhi. Peneliti berpijak pada pola perilaku penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki di mana tiap pola tersebut digambarkan oleh beberapa bentuk tingkah laku. Dalam pengukuran, peneliti juga mempertimbangkan faktor internal sampling dalam pengamatan. Pengukuran difokuskan pada kemunculan perilaku penyesuaian
6 bentuk tingkah laku (Good dan Broophy, 1976). Dengan demikian, penetapan 5 deskriptor tersebut merupakan batas terendah kemampuan seorang pengamat. Penetapan batas terendah tersebut memungkinkan kecermatan seorang pengamat dalam mengamati perilaku subjek. Penyusunan daftar cek dan penggunaannya memperhatikan ubahan-ubahan pengamatan. Ubahan-ubahan tersebut adalah ubahan perilaku, ubahan stimulus dan ubahan organismik (Edward, 1964). Instrumen penelitian yang telah dikembangkan kemudian diuji coba. Uji coba lapangan ini dilaksanakan di kelaskelas sampel penelitian. Di kelas uji coba ini, ditetapkan diambil 10 anak (masingmasing kelas diambil 5 anak secara acak) yang hendak dikenai uji coba instrumen. Anak yang menjadi subyek uji coba instrumen tidak dilibatkan sebagai subyek penelitian. Dalam uji coba melibatkan dua orang pengamat. Pengamatan dilakukan selama 3 (tiga) hari. Hasil pengamatan tiap hari dari dua pengamat dihitung reliabilitasnya untuk tiap indikator (pola perilaku), dengan rumus:
sosial yang tidak dikehendaki (event sampling). Di samping itu, pengukuran dilakukan selama 6 hari sebelum dan 6 hari sesudah treatment, dengan rincian pengamatan tiap hari adalah 15 menit pada waktu berlangsung pengajaran dan 15 menit pada waktu istirahat (time sampling). Pengukuran, dengan berpijak pada pengamatan kemunculan bentuk-bentuk tingkah laku yang menggambarkan pola perilaku tertentu dan pengukuran dilakukan berulang-ulang pada situasi yang berbeda, berarti telah memenuhi topografi dan fungsional perilaku. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah daftar cek yang dikembangkan sendiri oleh peneliti. Penggunaan instrumen ini mengingat data yang dikumpulkan berupa hasil pengukuran tingkah laku anak. Daftar cek ini memuat 6 bentuk perilaku sebagai indikatornya. Masing-masing indikator memuat 5 deskriptor setara sebagai bentuk perilaku yang diamati. Penetapan 5 deskriptor setara tersebut mengingat kemampuan seorang pengamat pemula. Kemampuan pengamat dalam satu waktu amatan berkisar 5 – 10 (A B) * r 1 (Good & Broophy, 1976) (A B) *) A = hasil pengamat I B = hasil pengamat II
Langkah-langkah analisis data 2. Hasil perhitungan nomor 1 dituangkan yang diikuti dalam penelitian ini ke dalam grafik. sebagaimana disebutkan berikut ini. 3. Data dari grafik tersebut kemudian dicari 1. Hasil pengukuran dari dua pengamat base rate dan post rate-nya untuk tiap dihitung rata-ratanya untuk tiap hari tiap subjek. subjek individual selama pengukuran 4. Menghitung persentase perubahan tiap pada waktu sebelum dan sesudah subjek individual dengan menggunakan perlakuan. rumus (postrate – baserate) X 100 (Goodwin & Coates, 1976) Baserate 5. Mencari garis penurunan frekuensi 6. Menguji perbedaan perubahan perilaku terjadinya perilaku penyesuaian sosial atas kelompok-kelompok subjek yang tidak dikehendaki dari subjek (kelompok perlakuan dan kelompok individual (juga kelompok subjek bila kontrol), dengan menggunakan uji U memenuhi syarat), dengan (Siegel, 1965). Data yang dianalisis menggunakan teknik analisis trend dengan uji U tersebut adalah base rate (Goldman, 1978). dan post rate subjek, serta persentase
7 kelompok sangat kecil dan jumlah anggota tiap kelompok tidak sama.
perubahan perilaku subjek. Penggunaan analisis dengan uji U ini mengingat tiap
dari subjek dilakukan selama 6 hari sebelum D. HASIL PENELITIAN perlakuan. Hasil pengukuran tiap hari 1. Hasil pengukuran Sebelum selama 6 hari sebelum perlakuan dinyatakan perlakuan Pengukuran terhadap perilaku sebagai fase baseline. penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki Tabel 4.01. Hasil Pengukuran Perilaku Penyesuaian Sosial yang Tidak Dikehendaki dari Subjek Selama 6 Hari Sebelum Perlakuan
Kelompok Subjek
Perlakuan
Kontrol
2.
01.B 02.B 03.B 04.B 05.B 06.B 01.b 02.b 03.b 04.b
Hari Ke- (Frekuensi Muncul) 1 11,5 16 10 13 17 15 12,5 14 13 13,5
2 12,5 11,5 13 13 14,5 14,5 13 12,5 12,5 15
Hasil Pengukuran Sesudah Perlakuan Pengukuran terhadap perilaku penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki
3 15 14,5 11 11 12,5 12,5 15 12 13 12,5
4 12,5 13 13,5 13 14 14 11,5 11 12 10,5
5 12 10,5 10 13,5 14,5 13 14 13 13 13,5
6 15 14,5 12,5 12 15 13 14 13 14,5 12,5
Baserate 13,08 13,33 11,67 12,58 14,58 13,67 13,33 12,58 13,00 12,92
dari subjek dilakukan selama 6 hari sesudah perlakuan. Hasil pengukuran tiap hari selama 6 hari pengukuran sesudah perlakuan dinyatakan sebagai fase postline.
8 Tabel 4.02. Hasil Pengukuran Perilaku Penyesuaian Sosial yang Tidak Dikehendaki dari Subjek Selama 6 Hari Sesudah Perlakuan Kelompok Subjek Hari Ke- (Frekuensi Muncul)
Perlakuan 01.B 02.B 03.B 04.B 05.B 06.B Kontrol 01.b 02.b 03.b 04.b
1 3,5 5 4,5 4 6,5 5 7 8,5 9,5 6,5
2 6 3,5 5,5 5,5 7 3,5 7,5 8 9 6
3 4,5 4,5 4 5,5 5,5 5 11,5 8,5 7,5 9,5
4 3,5 7 4,5 4,5 5 5,5 6 6 5 9,5
5 6 3,5 3,5 7 6 4,5 11 9 12,5 8
Postrate 6 5,5 6,5 6,5 5 5 3 5,5 5,5 8 7,5
4,83 5,00 4,75 5,25 5,83 4,42 8,08 7,58 8,58 7,83
3. Profile perilaku hasil pengukuran Hasil pengukuran perilaku sebagaimana tertuang di dalam grafik penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki berikut ini. pada subjek di kelompok perlakuan adalah Grafik 4.01 Profile perilaku subyek kelompok perlakuan pada fase base-line dan post-line
Hasil pengukuran perilaku penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki pada subjek di kelompok kontrol adalah
sebagaimana tertuang di dalam grafik berikut ini.
9 Grafik 4.02 Profile perilaku subyek kelompok kontrol pada fase base-line dan post-line
4.
Hasil Analisis Data Analisis data yang dilakukan di sini terdiri atas dua tahap, yaitu analisis data subjek individual dan analisis data kelompok subjek. a.
Analisis data subjek individual Analisis data subjek individual di sini menggunakan dua teknik analisis yaitu analisis kecenderungan (trend) dan analisis persentase perubahan perilaku.
a.1. Analisis kecenderungan Analisis data ini bertujuan untuk mengetahui arah kecenderungan pengurangan perilaku penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki dari masing-masing subjek pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil analisis data tersebut adalah sebagaimana tertuang di dalam grafik berikut ini.
Grafik:4.03 Arah kecenderungan penurunan perilaku subyek pada kelompok perlakuan
10 Grafik: 4.04 Arah kecenderungan penurunan perilaku subyek pada kelompok kontrol
a.2.
Analisis persentase perubahan perilaku Analisis data ini bertujuan untuk memperoleh persentase perubahan perilaku
penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki dari masing-masing subjek. Teknik analisis ini menggunakan rumus:
{ postrate – baserate } ----------------------------- . X 100 Baserate *) Baserate adalah rata-rata frekuensi terjadinya perilaku yang dimunculkan oleh subjek yang didapat dari hasil pengukuran selama 6 hari sebelum perlakuan. *) Postrate adalah rata-rata frekuensi terjadinya perilaku yang dimunculkan oleh subjek yang didapat dari hasil pengukuran selama 6 hari sesudah perlakuan. Hasil analisis data untuk memperoleh persentase perubahan perilaku penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki
dari masing-masing subjek adalah sebagaimana disebutkan dalam tabel 4.03 berikut ini.
11 Tabel 4.03. Persentase Perubahan Perilaku Penyesuaian Sosial yang Tidak Dikehendaki dari Masing-masing Subjek
Kelompok Subjek Perlakuan
Kontrol
01.B 02.B 03.B 04.B 05.B 06.B 01.b 02.b 03.b 04.b
Keterangan: ++ (berhasil)
Baserate 13,08 13,33 11,67 12,58 14,58 13,67 13,00 12,58 13,00 12,92 --
Postrate 4,83 4,83 4,75 5,25 5,83 4,42 8,08 7,58 8,58 7,83
% Simpulan Perubahan 63,07 ++ 63,77 ++ 59,30 ++ 58,27 ++ 60,01 ++ 67,67 ++ 37,85 -39,75 -34,00 -39,40 --
(tidak berhasil)
masing kelompok subjek. Rata-rata tersebut b. Analisis data pada kelompok subjek Data yang dianalisis pada kelompok bersumber dari penghitungan terhadap subjek ini hanya data hasil pengukuran frekuensi terjadinya perilaku subjek pada perilaku-perilaku penyesuaian sosial yang masing-masing kelompok. Kelompok subjek tidak dikehendaki. Untuk keperluan analisis yang dimaksud di sini adalah para subjek ini, hasil pengukuran dari masing-masing yang menjadi anggota kelompok perlakuan subjek dicari rata-ratanya untuk masingdan kelompok kontrol. Tabel: 4.04 Rekapitulasi Persentase Perubahan Perilaku No.
Kelompok
Perilaku
% Perubahan
Keterangan
1
Perlakuan
Penyesuaian sosial
> 50%
Berhasil
2
Kontrol
Penyesuaian sosial
< 50%
Tidak berhasil
Penghitungan rata-rata frekuensi tersebut bersumber dari data hasil pengukuran sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Pertimbangan pengambilan ratarata tersebut mengingat hasil pengukuran dari masing-masing subjek pada
kelompoknya rentangan perbedaannya tidak besar dan merujuk pada istilah subjek itu sendiri. Hasil penghitungan rata-rata hasil pengukuran tersebut adalah sebagaimana dalam tabel 4.05.
12 Tabel 4.05. Frekuensi Rata-rata Terjadinya Perilaku Penyesuaian Sosial yang Tidak Dikehendaki dari Kelompok-Kelompok Subjek Setiap Hari pada Saat Sebelum Perlakuan (fase base) dan sesudah perlakuan (fase post)
Kelompok Fase
1
Pengukuran Hari Ke2 3 4 5
6
Rate
Base 13,8 13,2 12,8 13,3 12,2 13,7 13,17 Perlakuan Post
4,8
5,2
4,8
5,0
5,1
5,3
5,03
Base 13,3 13,3 13,1 11,3 12,9 13,5 12,90 Kontrol Post
7,9
7,6
9,3
6,6
10,1
6,6
8,02
Analisis data yang digunakan dalam analisis kelompok ini menggunakan tiga teknik, yaitu analisis kecenderungan (trend),
analisis persentase perubahan, dan teknik analisis (uji U Mann-Whitney).
b.1. Analisis kecenderungan (trend)
yang tidak dikehendaki dari masing-masing
Data dianalisis dengan teknik ini
kelompok subjek. Hasil analisis adalah
bertujuan untuk mengetahui kecenderungan
sebagaimana tertuang di dalam grafik
arah perubahan perilaku penyesuaian sosial
berikut ini.
13
Grafik: 4.05 Arah kecenderungan penurunan perilaku pada kelompok perlakuan
Grafik: 4.06 Arah kecenderungan penurunan perilaku pada kelompok kontrol penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki dari masing-masing kelompok subjek..
b.2.
Analisis persentase perubahan perilaku Analisis data ini bertujuan untuk memperoleh persentase perubahan perilaku
Tabel 4.06. Persentase Perubahan Perilaku Penyesuaian Sosial yang Tidak Dikehendaki dari Masing-masing Kelompok Subjek Kelompok
Base-rate
Post-rate
% Perubahan
Kesimpulan
Perlakuan
13,15
5,01
62
++
Kontrol
12,88
8,13
37
--
Keterangan: ++ (berhasil),
-- (tidak berhasil)
14 c.
Analisis statistik dengan uji U MannWhitney Analisis data dengan menggunakan teknik uji U Mann-Whitney
ini bertujuan untuk memperoleh signifikansi perbedaan perubahan perilaku antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Tabel 4.07. Nilai U Hasil Analisis dengan Uji U Mann Whitney pada Saat Sebelum Perlakuan Antara Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Nilai U Empirik
Nilai p
Simpulan
7
0,176
-
Keterangan: - (tidak signifikan) Tabel 4.08. Nilai U Hasil Analisis dengan Uji U Mann Whitney pada Saat Sesudah Perlakuan Antara Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Nilai U Empirik
Nilai p
Simpulan
0
0,005
+
Keterangan: + (signifikan) Tabel 4.09. Nilai U Hasil Analisis dengan Uji U Mann Whitney pada Persentase Perubahan Perilaku Antara Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Nilai U Empirik
Nilai p
Simpulan
0
0,005
+
Keterangan: + (signifikan)
E. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Perilaku penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki, baik pada subjek-subjek dari kelompok perlakuan maupun dari kelompok kontrol, menunjukkan arah penurunan. Namun, arah penurunan yang ditunjukkan oleh subjek-subjek pada kelompok perlakuan “lebih tajam” (lihat grafik 4.05 – 4.06). Hal ini akan lebih jelas bila dirujuk pada hasil analisis persentase
perubahan perilaku. Persentase perubahan perilaku pada subjek-subjek dari kelompok perlakuan > 50%, sedangkan pada kelompok kontrol < 50%. Padahal, batas minimal persentase perubahan perilaku yang dianggap berhasil sebesar 50% (Goodwin & Coates, 1976). Perbedaan tersebut signifikan, sebab nilai p yang diperoleh pada saat sebelum perlakuan > 0,05%. Sedangkan nilai p yang diperoleh setelah perlakuan
maupun dari hasil persentase perubahan perilaku < 0,05%. Berdasar pada hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa subjeksubjek yang mendapat perlakuan lebih berhasil mengurangi frekuensi terjadinya perilaku penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki. Dengan berdasar pada hasil analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa permainan “sodong” ternyata efektif. Keefektifan permainan “sodong” dalam mengurangi frekuensi terjadinya perilaku penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki tersebut menandakan subjek yang ikut serta dalam permainan memperoleh pengalaman belajar perilaku penyesuaian sosial. Subjek penelitian adalah anak-anak. Cara belajar perilaku yang utama pada anak adalah “lewat pengamatan” (Bandura, 1977). Cara belajar yang demikian memperlukan adanya model yang diamati. Dalam permainan “sodong” memberikan peluang tersajinya model, baik model hidup atau simbolis. Model hidupnya adalah anak-anak lain teman bermain. Model simbolisnya adalah tokoh yang diceritakan dalam dongeng. Hadirnya model-model tersebut sangat mungkin diamati oleh anak. Keterlibatan anak dalam aktivitas sodong membentuk pola hubungan antara anak dengan model. Pola hubungan sangat menentukan bagi seseorang untuk mengamati model. Permainan “sodong” merupakan permainan kelompok. Di dalamnya terjadi F. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan sebagai berikut. a. Permainan “sodong” membantu penyesuaian sosial anak-anak TK. 1). Hasil pengukuran perilaku penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki terhadap masing-masing subyek pada waktu sesudah perlakuan, antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan perbedaan yang signifikan. 2). Tingkat persentase keberhasilan pengukuran frekuensi terjadinya
15 interaksi sosial antar-anak. Dalam interaksi yang demikian, anak lain teman bermain berpeluang menjadi model dan sekaligus sebagai pemberi penguatan (Hetherington & Parke, 1986). Interaksi sosial yang demikian dapat menimbulkan “imitasi imbal balik” (Tomlinson-Keasey, 1985; McDavid & Garwood, 1978). Perilaku yang diimitasi tersebut biasanya perilaku yang menyenangkan anak. Anak cenderung mengimitasi perilaku anak lain yang sosial (Hurlock, 1978). Penguatan dari anak lain merupakan konsekuensi perilaku anak. Kosekuesi-konsekuensi tersebut berfungsi menuntun perilaku anak, sehingga anak akan meregulasi perilakunya, mengganjar atau menghukum (Bandura, 1977 dan LaFromboise, 1985). Dalam interaksi sosial anak, mereka cenderung memberikan penguatan hanya pada perilaku yang sosial. Hal ini akan menghasilkan peningkatan frekuensi terjadinya perilaku yang sosial dalam kelompok tersebut. Perubahan frekuensi dalam kelompok pada akhirnya akan mempengaruhi perubahan perilaku individu-individu. Lingkungan sangat berpengaruh dalam mengubah perilaku anak (Berry, 1979). Hal ini dapat terjadi mengingat hubungan antara individu anak, perilaku yang dimunculkan, serta lingkungan bermain merupakan hubungan yang saling mempengaruhi. Bandura (1977) menamakan hubungan yang demikian sebagai “reciprocal determinism”. perilaku penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menunjukkan perbedaan yang signifikan. b. Permainan “sodong” membantu mengurangi terjadinya perilaku penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki. 1). Subjek penelitian pada kelompok perlakuan berhasil mengurangi terjadinya bentuk-bentuk perilaku penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki, yaitu menunjukkan arah penurunan (pengurangan) yang lebih
tajam daripada subjek penelitian pada kelompok kontrol. 2). Subjek penelitian pada kelompok perlakuan berhasil mengurangi terjadinya bentuk-bentuk perilaku penyesuaian sosial yang tidak dikehendaki (terutama dalam tindak hubungan antar anak) sebesar >50%, sedangkan sujek penelitian pada kelompok kontrol <50%. 2. Saran Beberapa saran yang dapat dikemukakan berdasar pada temuan hasil penelitian yang disimpulkan tersebut dinyatakan sebagai berikut. a. Bagi peneliti lanjut, hendaknya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pijakan penelitian yang sejenis. b. Bagi para guru TK, hendaknya bentuk perlakuan dalam penelitian ini (yaitu permainan “sodong”) dapat dijadikan tambahan perbendaharaan teknik bimbingan kelompok untuk membangun penyesuaian sosial anak-anak TK. c. Bagi konselor sekolah yang diminta bantuan para guru TK untuk membantu penyesuaian sosial anak-anak TK, hendaknya bentuk perlakuan dalam penelitian ini (yaitu permainan “sodong”) dapat dimasukkan sebagai alternatifalternatif teknik bimbingan kelompok. DAFTAR PUSTAKA Aldrich, Richard. (1985, June). Learning by playing. Education Today, Journal of the College of Preceptors. Vol.13 (3). h. 336-354. Arif Furqon. (1982). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (terjemahan). Surabaya: Usaha Nasional.
16 School: Its Theoretical Base. The Personnel and Guidance Journal. Vol.557 (10). H. 513-520. Blackham, Grath J. dan Silberman, Adolph. (1971). Modification of Child Behavior. Belmont California,: Wadsworth Publishing Company, Inc. Brown, Duane dan Brooks Linda. (1984). Career Choice and Development. San Francisco: Jossey-Bass Publishers. Campbell, Donald T. dan Stanley, Julian C. (1963). Experimental and QuasiExperimental Designs for Research. Chicago: Rand McNally College Publishing Company. Corey, Gerald. (1982), Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Second edition. Monterey California: Brooks/Cole Publishing Company. Conklin, John K. (1984). Sociology: An Introduction. New York: Macmillan Publishing Co., Inc. Cornille, Thomas A. dan Bayer, Allan E. (1983). School and New Comers: A National Survey of Innovative Programs. The Personnel and Guidance Journal. Vol. 62 (4). h. 229 – 236. Dorn, Fred J. (1984). The Social Influence Model: A Social Psychological Approach to Counseling. The Personnel and Guidance Journal. Vol. 62 (6). h. 342 – 345. Edward, Allen L. (1964). Experimental Design in Psychological Research. New York: Rinehart & Company, Inc., Publishers.
Bandura, Albert. (1977). Social Learning Theory. New Jersey, Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc.
Gage, N.L. and Berliner, David C. (1998). Educational Psychology, Second edition. Chicago: Rand McNally College Publishing Company.
Berry, Elyzabeth. (1979, Juni). Guidance and Counseling in the Elementary
Gay, L.R. (1987). Educational Research: Competencies for Analysis and
Application. Columbos: Company.
Third edition. Ohio, Merrill Publishing
Glasscote, Raymond dan Fishman, Michael E. (1974). Mental Health Program for Preschool Children: a Field Study. Washington: American Psychiatric Association. Good, Thomas L. dan Brophy, Jere E. (1976). Looking in Classrooms. Second edition. New York: Harper & Row, Publishers. Goldman, Leo. (1978). Research Methods for Counselors: Practical Approach in Field Settings. New York: John Wiley and Sons. Hansen, James C. dan Cramer, Stanley H. (1971). Group Guidance and Counseling in the Schools: Selected Readings. New York: Meredith Corporation. Hamblin, Robert L., dkk. (1985). Changing the Game from „Get the Teacher‟ to „Learn‟. Dalam William F. (Ed.). Sociology Full Circle: Contemporary Readings on Society. New York: Holt, Rinehart and Winston. h. 67-78. Hetherington, E. Mavis dan Parke, Ross D. (1986). Child Psychology: Contemporary Viewpoint. Third edition. New York: McGraw Hill Book Company. Hildebrand, Verna. (1986). Introduction to Early Childhood Education. Fourth edition. New York: Macmillan Publishing Company. Hurlock, Elyzabeth B. (1978). Child Development, Sixth edition. New Delhi: McGraw-Hill Publishing Company, Ltd. Kerlinger, F.N. (1973), Foundation of Behavioral Research. New York: Holt, Rinehart and Winston.
17 Krumbolts, John D. dan Theresen, Carl E. (1976). Counseling Methods. New York: Holt, Rinehart and Winston. Levin, Gerald R. (1983). Child Psychology. California. Monterey: Brooks/Cole Publishing Company. McDavid, John W. dan Grarwood, S. Gray. (1978). Understanding Children: Promoting Human growth. Massachusetts: D.C. Health and Company. Osipow, Samuel H. dan Walsh, W. Bruce. (1970). Strategies in Counseling for Behavior Change. New York: ACC Meredith Corporation. Pietrofesa, John J., dkk. (1980). Guidance an Introduction. Chicago: Rand McNally College Publishing Company. Rass, Allan O. (1981). Child Behavior Therapy: Principles, Procedures and Empirical Basi. New York: John Willey & Sons. Redd, William H., dkk. (1979). Behavior Modification: A Behavior Approaches to Human Problems. New York: Random House. Sponseller, Dorris. (1982). Play and Early Education. Dalam Bernard Spodek (ed.). Handbook of Research in Early Childhood Education. New York: The Free Press, A Division of Macmillan Publishing Co., Inc. Siegel, Sydney. (1956). Nonparametric Statistics: For the Behavioral Sciences. New York: Mcgraw-Hill Book Company. Thompson, Charles L. dan Rudolph, B. (1983). Counseling Children. California, Monterey: Brooks/Cole Publishing Company.
Tomlinson-Keasey, Carol. (1985). Child Development. Homewood. Illionis: .
i
The
Dorsey
Press
PENULIS: Prof. Dr. H. Tadjoer Ridjal Bdr., M.Pd. adalah Professor Bidang Sosiologi dan Kebudayaan di Universitas Darul ‘Ulum Jombang. Lahir di Jombang, 22 Oktober 1962.
18