KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM HUKUM PERJANJIAN KEAGENAN (KAJIAN PADA PERJANJIAN KEAGENAN CAT ICI INDONESIA DI MEDAN)
TESIS OLEH: M IMANULLAH RAMBEY 017011076/MKn
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM HUKUM PERJANJIAN KEAGENAN (KAJIAN PADA PERJANJIAN KEAGENAN CAT ICI INDONESIA DI MEDAN) TESIS Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magiter Kenotariatan Dalam Program Studi Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
OLEH: M IMANULLAH RAMBEY 017011076/MKn
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Telah Diuji Pada Tanggal:13 Desember 2007 ____________________________________________________________________
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua Anggota
: Prof.Dr.Bismar Nasution,SH.,MH. : 1. Prof.Dr.Ningrum Natasya Sirait,SH.,Mli. 2. Syafruddin Hasibuan,SH.,MH. 3. Prof.Dr.Muhammad Yamin.,SH.,MS.,CN. 4. Notaris Syahril Sofyan,SH.,MKn
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirraahiim Asallamualaikum Wr.Wb. Syukur Alhamdulillah Penulis ucapkan atas Kehadirat Allah Swt atas Ridho dan rahmatNYa
sehingga mampu menyelesaikan tesis ini pada Sekolah Pasca
Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara. Dengan selesainya tesis ini, kepada banyak pihak yang telah memberikan bantuan, Penulis mengucapkan terima kasih secara khusus kepada yang terhormat kepada para Komisi Pembimbing: Prof.Dr.Bismar Nasution,SH.,MH, Prof.Dr. Ningrum Natasya Sirait,SH.,Mli, Syafruddin Hasibuan,SH.MH.atas kesediaannya memberikan bimbingan dan petunjuk serta saran untuk kesempurnaan tesis ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada dosen penguji diluar komisi pembimbing, yaitu yang terhormat Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH.,MS.,CN dan Notaris Syahril Sofyan,SH.,MKn. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, dan para Asisten Direktur beserta seluruh Staff atas kesempatan yang diberikan dalam rangka menyelesaikan pendidikan ini. 2. Bapak Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH.,MS.,CN, selaku Ketua Jurusan Program Studi Magister Kenotariatan beserta staffnya atas kesempatan yang diberikan kepada
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
menyelesaikan Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah Pascasarjana , Universitas Sumatera Utara. 3. Para Dosen di lingkungan Sekolah Pascasarjana, khususnya para Bapak dan Ibu Dosen di Magister Kenotariatan. 4. Para pegawai Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Willy Sutiono,SE, selaku Regional Manager Sumatera Utara PT ICI Paints Indonesia yang telah bersedia diwawancarai dan memberikan informasi yang diperlukan demi kelancaran penulisan ini. 6. Bapak Ir.Chandra, selaku Manager PT Aneka Mujur Sumber Bangunan Medan yang telah bersedia diwawancarai dan memberikan informasi yang diperlukan demi kelancaran penulisan tesis ini. 7. Bapak Ir.Thomas, selaku Manager PT Delta Sakti Selaras Utama Medan yang telah bersedia diwawancarai dan memberikan informasi yang diperlukan demi kelancaran penulisan tesis ini. 8. Bapak Kiang Rotiac, selaku Manager PT Catur Karda Sentosa Medan yang telah bersedia diwawancarai dan memberikan informasi yang diperlukan demi kelancaran penulisan tesis ini. 9. Seluruh rekan-rekan di Sekolah Pascasarjana Magister Kenotariatan Angkatan 2001 s/d 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dorongan untuk menyelesaikan tesis ini.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya penulis persembahkan kedua
orang tua Papanda H. Fachri Choldun Rambey,SH dan Mamanda Hj. Zarona, yang selalu memberikan kasih sayang serta memberikan semangat kepada penulis untuk berbuat yang terbaik demi masa depan penulis. Dan kepada yang dikasihi istri tercinta dr.Haslina Efridawati Siregar yang telah memberikan pengertian dan waktu yang luar biasa kepada penulis untuk menyelesaikan studi ini, dan anakku tersayang Safirah Razanah Rambey. Akhirnya kepada semua sahabat, saudara, dan rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih buat semua kebaikan, ketulusan,dan dukungan kepada penulis selama proses penyelesaian tersis ini,Semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi kita semua. Amiin.
Medan, 13 Desember 2007 Penulis
M.Imanullah Rambey
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I.
IDENTITAS PRIBADI Nama Tempat/tanggal lahi Status Alamat
: : : :
Mahodum Imanullah Rambey,SH,SE Palembang, 28 Juni 1967 Menikah Jl. Roso, Kompleks Taman Marendal Mas Blok D33 Marendal
: : : :
H. Fachri Choldun Rambey,SH Hj. Zarona dr. Haslina Efridawati Siregar Safirah Razanah Rambey
II. KELUARGA Nama Bapak Nama Ibu Nama Istri Nama Anak
III PENDIDIKAN 1. 2. 3. 4. 5.
SD Negeri Pertamina I, Kecamatan Batam, Riau, Tahun 1974-1980 SMP Negeri 3, Bandar Lampung, Tahun 1980-1983 SMA Negeri 2, Bandar Lampung, Tahun 1983-1986 Fakultas Hukum, Universitas Negeri Lampung, Tahun 1986-1991 Sekolah Pendidikan Spesialis Notariat, Universitas Sumatera Utara, Tahun 1998-2001 6. Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Tahun 1998-2002 7. Magister Kenotariatan, Universitas Sumatera Utara, Tahun 2001s/d sekarang
IV. PEKERJAAN 1. Karyawan PT.Schering Plough Indonesia (Farmasi) tahun 1992-1994 2. Karyawan PT. Up Jhon Indonesia (Farmasi) tahun 1994-1997 3. Supervisor PT Dwi Satrya Utama (Cat) untuk Sumatera Utara tahun 19972003 4. Supervisor PT ICI Paints Indonesia (cat) Untuk Sumatera Utara tahun 20032006 5. Staff Pengajar UMSU (Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara), Fakultas Ekonomi, tahun 2003-sekarang 6. Notaris Kotamadya Medan tahun 2003- sekarang 7. PPAT Kotamadya Medan tahun 2006- sekarang
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL……………………………………………………………… LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………. LEMBAR PENGUJI…………………………………………………………… INTISARI………………………………………………………………………. ABSTRACT……………………………………………………………………. KATA PENGANTAR………………………………………………………….. DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………………. DAFTAR ISI……………………………………………………………………
i ii iii iv vi vii x xi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… …... 1 A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ......................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5 D. Faedah Yang Diharapkan................................................................. 5 E. Keaslian Penelitian........................................................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya............................................. 1. Syarat Sah Suatu Perjanjian ......................................................... 2. Jenis-Jenis Perjanjian ................................................................... 3. Asas-Asas Perjanjian.................................................................... 4. Pelaksanaan Perjanjian................................................................. 5. Berakhirnya Perjanjian Keagenan................................................ B. Pengertian Agen Cat Pada Umumnya.............................................. 1. Defenisi Agen .............................................................................. 2. Jenis-Jenis Keagenan ................................................................... 3. Pengaturan Perjanjian Keagenan.................................................. 4. Wilayah Agen dan Saluran Distribusi.......................................... 5. Pengertian Cat .............................................................................. 6. Tanggung Jawab Hukum .............................................................
7 7 10 13 16 21 24 30 30 32 34 35 40 41
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... A. Sifat Penelitian ................................................................................. B. Lokasi Penelitian.............................................................................. C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. D. Teknik Pengumpulan Data............................................................... E. Analisis Data ....................................................................................
42 42 42 43 44 44
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 45 A. Deskripsi Perusahaan PT ICI Paint Indonesia…………. ……… 45 A.1. Sejarah PT ICI Paints Indonesia ............................................. 45 A.2 Bisnis Utama PT ICI Paints Indonesia.................................... 46 A.3 Pemasaran dan Distribusi ........................................................ 48 A.4 Kebijaksanaan ICI Group........................................................ 51 B. Kedudukan dan Tanggung Jawab Para Pihak ................................. 52 Dalam Hukum Perjanjian Keagenan Cat ICI Paints Indonesia........ 52 Di Medan.......................................................................................... 52 B.1 Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian ....... 52 Keagenan Cat ICI Paints Indonesia di Medan ........................ 52 B.1.1. Hak-Hak Principal ....................................................... 54 B.1.2. Kewajiban Dan Tanggung Jawab Principal ................ 55 B.1.3. Hak-Hak Agen............................................................. 57 B.1.4. Kewajiban Dan Tanggung Jawab Agen ...................... 58 B.2 Perlindungan Hukum Terhadap Agen dalam Hukum Dalam .. 66 Perjanjian Keagenan Cat ICI Indonesia di Medan.................... 66 C. Penyelesaian Sengketa Terhadap Wanprestasi Di dalam Perjanjian 77 Keagenan.......................................................................................... 77 BAB V
PENUTUP............................................................................................. 83 A. Kesimpulan........................................................................................ 83 B. Saran .................................................................................................. 84
DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................ 86 LAMPIRAN-LAMPIRAN
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM HUKUM PERJANJIAN KEAGENAN (KAJIAN PADA PERJANJIAN KEAGENAN CAT ICI INDONESIA DI MEDAN) M.Imanullah Rambey 1 Bismar Nasution 2 Ningrum Natasya Sirait 3 Syafruddin Hasibuan 4 INTISARI Sebagai negara berkembang, Indonesia mempunyai keinginan yang kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonominya, akan tetapi keinginan-keinginan tersebut tidak didukung oleh tersedianya sumber-sumber dana. Tidak hanya itu saja pembangunan membutuhkan sumber daya alam yang banyak, tenaga terampil yang cukup, manajemen yang baik, stabilitas politik yang mantap. Namun persoalan utama terletak dalam kebutuhan akan sumber modal dan investasi. Selain permodalan dalam negeri, permodalan diperoleh dari luar negeri. Bukti nyata pemerintah untuk mendapatkan modal dalam menunjang pembangunan nasional dengan mengeluarkan Undang-Undang Penanaman Modal No 25 Tahun 2007. Salah satu perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Indonesia adalah PT ICI Paints Indonesia. Untuk memasarkan catnya keseluruh Indonesia diperlukan saluran pemasaran yang efektif dan efisien, maka PT ICI Paints Indonesia mengangkat agen penjual untuk memasarkan catnya. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimanakah kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam perjanjian keagenan cat, dengan ruang lingkup adalah hak, kewajiban dan tanggung jawab dalam perjanjian keagenan serta upaya-upaya penyelesaian permasalahan perjanjian keagenan cat di Medan. Dalam hal ini diperlukan perjanjian keagenan antara pihak-pihak. Pemerintah melalui Menteri Perindustrian dan Perdagangan mengeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 23/MPM/Kep 1998, tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan, tanggal 21 Januari 1998. Dalam Kepmenperindag ini digunakan istilah lembaga perdagangan. Lembaga perdagangan pasal 1 butir 3 KepMenPerindag Nomor 23/MPM/Kep/1998 adalah suatu instansi/badan yang dapat berbentuk perorangan atau badan usaha, baik sebagai eksportir, importir, pedagang besar, pedagang pengecer, ataupun lembaga-lembaga perdagangan lain yang sejenis, yang didalam tatanan pemasaran barang dan atau jasa, melakukan kegiatan perdagangan dengan cara memindahkan barang dan atau jasa, baik langsung maupun tidak langsung dari produsen sampai pada konsumen. 1
Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Dosen Sekolah Pascasarjana Magister Konotariatan Universitas Sumatera Utara 3 Dosen Sekolah Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara 4 Dosen Sekolah Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara 2
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan metode pendekatan yuridis sosiologis, untuk mengetahui perjanjian keagenan, baik mengenai peraturannya maupun penerapannya dalam praktek. Data penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dan informan dalam penelitian lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen resmi, buku-buku, majalah yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Responden penelitian ditentukan dan dipilih berdasarkan teknik Non Probability sampling yaitu purposive sampling sebanyak 10 toko besi dan cat di Medan. Informan penelitian adalah Regional Manager Sumatera PT ICI Paints Indonesia dan Para Manager Agen ICI Paints di Medan. Alat penelitian yang digunakan adalah wawancara, kuesioner dan studi dokumen. Hasil penelitian menjelaskan bahwa dalam perjanjian bisnis yang diadakan antara agen/prinsipal dengan principalnya, biasanya dilakukan dengan membuat suatu kontrak tertulis yang isinya ditentukan oleh para pihak sesuai dengan kepentingan para pihak tersebut, asal saja tidak bertentangan dengan hukum dan kesusilaan seusuai Pasal 1338 KUH Perdata. Sedangkan menurut perjanjian keagenan sebagai principal tunggal dari PT ICI Paints Indonesia dengan PT Aneka Mujur Sumber Bangunan sebagai agen, PT Catur Karda Sentosa, PT Delta Sakti Selaras Utama di Medan berisi hak, kewajiban dan tanggung jawab principal adalah hak-hak Principal (PT ICI Paints Indonesia), kewajiban dan tanggung jawab principal (PT ICI Paints Indonesia), hak-hak Agen (PT Aneka Mujur Sumber Bangunan Medan, PT Catur Karda Sentosa Medan, PT Delta Sakti Selaras Utama Medan), kewajiban dan tanggung jawab agen (PT Aneka Mujur Sumber Bangun Sejahtera Medan, PT Delta Sakti Selaras Utama Medan, PT Catur Karda Sentosa Medan) Principal dan agen dengan ini dengan tegas melepaskan semua ketentuan yang termaktub dalam pasal 1266 dan pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata perjanjian keagenan ini dianggap batal hanya dengan pemberitahuan tertulis dari principal/agen. Kedudukan principal PT ICI Paints Indonesia adalah sebagai manufaktur, pabrik yang mengolah, memproduksi, dan mengemas barang (cat) sedemikian rupa sehingga menjadi barang jadi yang siap didistribusikan kekonsumen. Kedudukan agen ICI adalah sebagai agen penjual dan sebagai pihak yang mendistribusikan barang Jadi (cat ICI) yang sudah dikemas sedemikian rupa untuk dijual, dipasarkan menurut wilayah yang telah disepakati dalam perjanjian keagenan cat. Dalam perjanjian keagenan cat ICI Indonesia tersebut didasarkan adanya hubungan hukum antara para pihak yang menimbulkan adanya akibat hukum pula dengan timbulnya hak dan kewajiban antara pihak. Tanggung jawab principal dan agen dalam perjanjian keagenan cat ICI Indonesia adalah semua resiko dan kerugian yang telah dicantumkan dalam perjanjian tersebut. Kemudian perlindungan hukum yang diberikan kepada agen terhadap principal ada dalam perjanjian keagenan cat ICI Indonesia di Medan adalah agen dapat memutuskan atau membatalkan kontrak yang telah dibuat dengan menyelesaikan hak dan kewajibannya terlebih dahlulu Kata Kunci: - Hukum Perjanjian Keagenan - Penanaman Modal - Hukum Kontrak
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
THE EXISTENCE AND RESPONSIBILITY OF THE PARTIES ON AGENCY CONTRACT LAW (A STUDY ON AGENCY CONTRACT ICI INDONESIA COMPANY IN MEDAN) M. Imanullah Rambey 1 Bismar Nasution 2 Ningrum Natasya Sirait 3 Syafruddin Hasibuan 4 ABSTRACT As a developing country, Indonesia has politically willing greatly to perform its economy development, but the desires is not supported by the existence of fund sources, beside it the development however require an excessively natural resources, sufficiently skillful people, a credible management and stabile politica situation. But the main problem is precisely seen on the requirement of capital resource and investment. Seemly beside domestic capital exist, there obtained foreign fund is a development then issued a Regulation on Investment No. 25 of 2007. One of the foreign investments in Indonesia is PT ICI Paints Indonesia company. In order to market the product throughout Indonesia required there an effective and efficient marketing channel, formally the PT ICI company assign several sales agent in many cities. The Problem to this business assignment is how their existence and responsibility of the parties in the agency sales of painting, the scope of privilege, the obligation and responsibility in the agency business contact and the efforts how to settle the problem on the agency contract agreement in Medan. In this case is required a formal agency agreement berween the parties. The government through the Ministry of Trades and Industries has issued a ministry decision No. 23/MPM/Kep/1998 regarding the Business Agencies on Trades dated 21 January 1998, which decision is used a certain term with trades agency. The agency in trades as Article 1 point 3 KepMenPerindag Number 23/MPM/Kep/1998 is an institution or agency either form of individual or organization in trades as for the market order on goods and services, performing the trades activitiy there by bring and move the goods and or sevices, performing the trades activity there by bring and move the goods and or services either directly or indirectly from producer through consumers. The result of study indicated that business contract executed between the agency/principal with its principal, usually initiated provide a written business contract which the content by points have been defined by the parties refers to interest 1
Postgraduate Studen, School of Notary, State University of North Sumatera (USU) Senior Lecture, post graduate program, Faculty of Law in USU 3 Senior Lecture, post graduate program, Faculty of Law in USU 4 Senior Lecture, post graduate program, Faculty of Law in USU 2
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
of those parties, but it will not contradict with the law and fairly with the Article 1338 KUH Perdata Civil codes Meanwhile refers to the agency agreement, as sole principal for PT ICI Paints Company in Indonesia with PT Aneka Mujur Sumber Bangunan, PT Catur Karda Sentosa, PT Delta Sakti Selaras Utama in Medan, the privilege and responsibilities of principal is the principal responsibilities (PT ICI Paints Indonesia), the privilege of agent (PT Aneka Mujur Sumber Bangunan Medan, PT Delta Sakti Selaras Utama Medan Principal and agent hereby release firmly all the regulations as intended in the Article 1266 and Article 1267 as Civil Law Codes and this Agency Agreement is assumed postponed with informing only from Principal. The Existence of Principal PT ICI Paints Indonesia is as manufacture perhaps factory to process, produce, and packing the product in commercial to become a finished goods ready to distribute to all consumers. The existence of ICI agent is a sale agent and as partner a party to distribute the finished product (paint) that has been packed accordingly to sale and market refers to the region has been determined as in the agency agreement. In the agency business contract as above formally based on a partnership in business between the parties and will there be a legal consequence of emerging the privilege and obligation between the parties. The responsibilities of Principal and Agency in the agency agreement of business are all the risk and lost that has been listed in the business contract. Still, it is found a legal protection given to those agents mainly as principal there is a special agency provided by Cat ICI Indonesia company, in this case the agent can terminate or postpone contract that has been provided. The legal protection to those agencies ini Medan region is perhaps the agent may terminate and post the contract after settling everything obligations and rights firstly. Keyword : - Legal agent agreement - Investment - Contract Law
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia mempunyai keinginan yang kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonominya. Akan tetapi keinginan-keinginan tersebut tidak didukung oleh tersedianya sumber-sumber dana dalam negeri, karena masih dihadapkan pada situasi dilematis yang dalam dunia perekonomian disebut dengan lingkaran kemiskinan. 5 Pembangunan membutuhkan sumber daya alam yang banyak, tenaga terampil yang cukup, manajemen yang baik, stabilitas politik yang mantap. Namun, persoalan utama terletak dalam kebutuhan akan sumber modal dan investasi. Selain modal dalam negeri, permodalan diperoleh dari luar negeri. Bukti nyata dari usaha pemerintah untuk mendapatkan modal dalam menunjang pembangunan nasional ini adalah dengan mengeluarkan Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UU No.1 Tahun 1967), sebagaimana telah dirubah dengan UU No 11 Tahun 1970, dan telah berubah pula dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 yang bertujuan untuk mengundang investor asing masuk ke Indonesia yang diarahkan untuk berperan dalam menunjang pembangunan nasional. Dalam penjelasan umum dari Undang-Undang No 25 Tahun 2007 menyatakan bahwa PMA menurut Undang-Undang ini dapat dilakukan dalam bentuk
5
Amirizal, Hukum Bisnis Deregulasi dan Joint Venture dalam Teori dan Praktek. (Jakarta, DJambatan, 1996), halaman 1
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
perusahaan yang semula modalnya seratus persen terdiri dari modal asing ataupun dalam bentuk kerjasama antara modal asing dan modal nasional. Salah satu perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Indonesia adalah PT ICI PAINT INDONESIA yang bergerak dalam bidang produksi cat sebagai Prinsipal. Karena penduduk Indonesia yang beragam dan terdiri dari pulau-pulau yang luas, maka sebagai produsen atau prinsipal memerlukan cara untuk memasarkan dan menyebarkan produknya, untuk itu diperlukan perantara perdagangan atau agen yang dapat memberikan saluran distribusi dan saluran pemasaran yang efektif terhadap produk tersebut, agar produk cat ICI dikenal diseluruh wilayah Indonesia yang sulit dijangkau, diperlukan agen-agen Cat ICI. Dalam hal ini diperlukan perjanjian keagenan antara pihak-pihak. Pemerintah melalui menteri perindustrian dan perdagangan mengeluarkan keputusan menteri perindustrian dan perdagangan Nomor 23/MPM/Kep/ 1998 tentang Lembagalembaga Usaha Perdagangan, Tanggal 21 Januari 1998. dalam Kepmenperindag ini digunakan istilah lembaga perdagangan. Lembaga KepMenPerindag Nomor 23/MPM/Kep/ 1998
perdagangan Pasal 1 butir 3
adalah suatu instansi/badan yang
dapat berbentuk perorangan atau badan usaha, baik sebagai eksportir, importir, pedagang besar, pedagang pengecer, ataupun lembaga-lembaga perdagangan lain yang sejenis, yang didalam tatanan pemasaran barang dan/atau jasa, melakukan kegiatan perdagangan dengan cara memindahkan barang dan atau jasa, baik langsung maupun tidak langsung dari produsen sampai pada konsumen.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Sedangkan yang dimaksud dengan Perdagangan dan Pedagang dirumuskan dalam Pasal 1 butir 1 dan butir 2, yaitu sebagai berikut : 1.
Perdagangan adalah kegiatan jual beli barang dan atau jasa yang dilakukan secara terus –menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan atau jasa dengan disertai imbalan dan kompensasi.
2.
Pedagang adalah perorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan perniagaan/perdagangan secara terus menerus dengan tujuan memperoleh laba. 6 Selain agen perdagangan, dikenal pula jenis agen dalam praktek bisnis. Hal ini
dijabarkan dalam Pasal 1 butir 14 – butir 19 Kep. Memperindag Nomor 23 Tahun 1998 diatas sebagai berikut : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) termasuk agen Pemegang Lisensi adalah perorangan atau badan usaha yang ditunjuk untuk dan atas nama pabrik pemilik merek barang dari pihak tersebut. Agen adalah perorangan atau badan usaha yang bertindak sebagai perantara untuk dan atas nama pihak yang yang menunjuknya untuk melakukan pembelian, penjualan/pemasaran tanpa melakukan pemindahan fisik barang. Agen Pabrik (Manufactures Agent) adalah agen yang melakukan kegiatan penjualan atas nama dan untuk kepentingan pabrik yang menunjuknya tanpa melakukan pemindahan fisik barang. Agen penjualan (Sales Agent) adalah agen yang melakukan penjualan atas nama dan untuk kepentingan pihak lain yang menunjuknya tanpa melakukan pemindahan fisik barang. Agen Pembelian (Purchasing Agent) adalah agen yang melakukan pembelian atas nama dan untuk kepentingan pihak lain yang menunjuknya tanpa melakukan pemindahan fisik barang. Agen Penjualan Pemegang Merek (APPM) adalah yang melakukan penjualan atas nama dan untuk kepentingan Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) yang menunjuknya. 7 6 7
Sentosa Sembiring. Hukum Dagang.(Bandung, Citra Aditya, Tahun 2001). halaman 79-80 Ibid ,hal 81-82
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Tentunya di dalam perjanjian keagenan diperlukan keseimbangan posisi sesuai dengan azas kebebasan berkontrak untuk mencapai tujuannya bila para pihak mempunyai bargaining position yang seimbang. 8 Untuk itu diperlukan suatu hukum yang mengaturnya. Salah satu pengertian hukum menurut Utrechts adalah himpunan peraturan-peraturan yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu. 9 Persoalan-persoalan hukum yang muncul dan akan menjadi pusat perhatian dari penelitian ini adalah bagaimana kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan hukum perjanjian keagenan yang dibuat antara PT ICI Paints Indonesia (Prinsipal) dengan agen-agennya, apakah telah memenuhi standar hukum atau posisi yang seimbang yang berlaku dalam hukum perjanjian. B. Perumusan Masalah Bertitik tolak dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, dapat diajukan beberapa masalah hukum tentang perjanjian keagenan sebagai berikut: a. Bagaimanakah kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam hukum perjanjian keagenan cat ICI Indonesia di Medan, b. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap agen dalam perjanjian keagenan cat tersebut ?
8
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlidungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia(.Seri Hukum Perbankan Tahun 1993). halaman 8 9 Ade Maman Suherman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global. Tahun 2002. halaman 22
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
c. Bagaimanakah penyelesaian masalah bila terjadi wanprestasi dalam penerapan perjanjian keagenan tersebut ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka dikemukakan tujuan penelitian untuk menjawab permasalahan, yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian keagenan cat ICI Indonesia di Medan apakah sudah memenuhi prosedur hukum yang berlaku. 2. Untuk mengetahui tanggung jawab pihak-pihak dalam hukum perjanjian keagenan cat ICI Indonesia apakah sesuai antara yang tertulis dalam perjanjian dengan prakteknya dilapangan., serta untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap agen dalam perjanjian tersebut. 3. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian masalah, bila terjadi wansprestasi diantara pihak-pihak tersebut. D. Faedah yang diharapkan Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas dan bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. a. Aspek teoritis, penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk menyumbangkan pemikiran di bidang hukum perjanjian pada umumnya dan dibidang perjanjian keagenan cat pada khususnya. Hasil penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah khasanah materi hukum perjanjian keagenan sebagai bahan literatur bagi peminat akademik dan pihak lainnya. b. Aspek praktis, penelitian ini memberikan manfaat dalam tiga hal yaitu:
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
1. Pada tingkat nasional, memberikan manfaat bagi pemerintah yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian keagenan 2. Kepada masyarakat, penelitian ini dapat memberikan gambaran yang jelas tentang perjanjian keagenan cat. 3. Kepada pelaku pengusaha, akan memberikan kontribusi yang berguna bagi pengembangan hukum perjanjian keagenan. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan informasi yang ada dan sepanjang penelusuran kepustakaan khususnya dilingkungan Universitas Sumatera Utara, khusus judul “ Kedudukan dan Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan Cat ICI Indonesia di Medan, ” Belum Ada Yang Meneliti.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya Ketentuan yang mengatur mengenai masalah perjanjian diatur dalam Buku III KUH Perdata yang berjudul tentang Perikatan. Perjanjian atau perikatan belum mendapat keseragaman bahwa perjanjian berasal dari istilah verbintenis, sebagian pakar hukum ada yang menterjemahkannya menjadi perjanjian,sedangkan kata oveerenkomst diterjemahkan sebagai persetujuan. 10 Maka dari kata verbintenis dan oveerenkomst, adalah verbintenis berasal dari kata kerja verbinden yang artinya mengikat, jadi kata verbintenis menunjuk kepada adanya ikatan atau hubungan, hal ini sesuai dengan definisi verbintenis sebagai suatu hubungan hukum. Atas pertimbangan tersebut diatas kata verbintenis lebih banyak digunakan perikatan sedangkan oveerenkomst berasal dari kata kerja oveerenkomen yang artinya setuju atau sepakat, jadi oveerenkomst mengandung arti kata sepakat sesuai dengan asas konsensualisme yang dianut oleh KUH Perdata. Menurut pasal 1313 KUH Perdata yang dimaksud dengan perjanjian adalah sebagai berikut:“Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan diri pada satu orang atau lebih”.
10
Wiryono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, 1993, halaman 7
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
“Bahwa definisi tersebut menurut para ahli hukum pada umumnya berpendapat bahwa definisi perjanjian tersebut tidak lengkap dan terlalu luas’. 11 Tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian sepihak saja. Dikatakan terlalu luas karena dapat mencakup mengenai hal-hal mengenai perjanjian kawin yaitu perbuatan didalam lapangan perbuatan hukum keluarga yang menimbulkan perjanjian juga namun sifatnya karena dikuasai oleh ketentuanketentuan tersendiri sehingga Buku III KUH Perdata tidak berlaku kepadanya. Adapun kelemahan dari pasal 1313 KUH Perdata ini adalah sebagai berikut: a. Pasal tersebut hanya menyangkut sepihak saja artinya hanya satu pihak saja yang melakukan prestasi, dikatakan demikian karena dapat kita lihat dari rumusan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Kata mengikatkan sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari kedua belah pihak, jadi seharusnya, saling mengikatkan diri, jadi ada persetujuan para pihak. b. Perkataan perbuatan juga menyangkut konsensus. Dalam hal pengertian perbuatan termasuk juga melaksanakan tugas tanpa kuasa (zaakwarneming), tindakan melawan hukum (onrechtmatigedaad), seharusnya dipakai kata persetujuan; c. Pengertian perjanjian terlalu luas, karena termasuk juga perkawinan, janji kawin, hal ini diatur dalam KUH Perdata Buku I, padahal yang dimaksud adalah hubungan antara debitur dan kreditur dalam lapangan harta kekayaan saja. Perjanjian yang dikehendaki Buku III KUH Perdata sebenarnya hanyalah perjanjian yang bersifat kebendaan, bukan yang bersifat personal;
11
Prof.Dr.Mariam Darus Badrulzaman,SH,KUH Perdata Buku III,Hukum Perikatan dan Penjelasan, (Bandung,Alumni, 1983,) halaman 89
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
d. Definisi pasal 1313 KUH Perdata tanpa menyebut tujuan. Dalam pasal ini tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian sehingga pihak-pihak yang mengadakan perjanjian itu tidak jelas mengetahui tujuannya mengikatkan Dalam hal ini juga beberapa pakar hukum memberikan rumusan yang berbeda misalnya Subekti memberikan rumusan sebagai berikut:“suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Selanjutnya beliau mengatakan: “Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. Dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan itu adalah sama artinya sedangkan perkataan kontrak lebih sempit karena ditujukan kepada perjanjian atau persetujuan tertulis. 12 Sedangkan Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa pada umumnya perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu yang dibuat secara lisan dan andaikata dibuat secara tertulis maka ia bersifat sebagai alat pembuktian apabila terjadi perselisihan. 13 Untuk beberapa perjanjian tertentu undang-undang menentukan suatu bentuk tertentu, sehingga apabila bentuk itu tidak dituruti maka perjanjian itu tidak sah. Pada bentuk tertulis itu tidaklah hanya semata-mata merupakan alat pembuktian saja, tetapi merupakan syarat untuk adanya perjanjian itu, misalnya perjanjian untuk mendirikan
12
R.Subekti, Hukum Perjanjian,( Jakarta, PT Intermasa, 1979), halaman 1 Mariam Darus Badrulzaman (et al), Kompilasi Hukum Perikatan (Bandung, Citra Aditya,2001) halaman 65 13
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
PT harus dengan akta Notaris diatur dalam pasal 38 KUHD (pasal 7 UU No.1 Tahun1995). Pendapat lain dikemukakan oleh Sudikno Mertokusumo “perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. 14 M.Yahya Harahap berpendapat, Perjanjian atau verbintenis mengandung pengertian suatu hubungan hukum harta kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak kepada suatu pihak untuk memperoleh suatu prestasi dan sekaligus mewajibkan para pihak lain untuk menunaikan prestasi. 15
1. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian. Syarat sahnya suatu perjanjian Perdata tercantum dalam pasal 1320 KUH Perdata yang berbunyi: Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 syarat yaitu: 1. Sepakat mereka yang membuat perjanjian; 2. Kecakapan untuk membuat perjanjian; 3. Objek tertentu; 4. Suatu sebab yang halal. Syarat pertama dan kedua adalah merupakan syarat subjektif yang membuat perjanjian, apabila salah satu dari syarat subjektif ini tidak dipenuhi, maka perjanjian tersebut atas permohonan pihak yang bersangkutan dapat dibatalkan oleh hakim.
14
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar,(Yogyakarta, Liberty, 1988) halaman 70 15 M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian,( Cetakan 2, Bandung, Alumni, 1986), halaman 6.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif, karena syarat ini menyangkut objek perjanjian. Apabila salah satu syarat ini tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut batal demi hukum. Oleh karena dinyatakan batal demi hukum maka perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada pembatalannya adalah sejak semula. Ad.1. Sepakat mereka yang membuat perjanjian Yang dimaksud dengan kata sepakat adalah bahwa kedua subjek yang melakukan perjanjian itu harus sepakat mengenai hal-hal pokok dari perjanjian yang mereka buat itu, apa yang dikehendaki pihak yang satu juga harus dikehendaki oleh pihak yang lainnya. Kata sepakat ini harus diberikan secara bebas. Menurut pasal 1321 KUH Perdata sepakat yang telah diberikan ini menjadi tidak sah apabila kata sepakat itu diberikan karena: a. Salah pengertian; b. Paksaan; c. Penipuan. Ad.2. Kecakapan untuk membuat perjanjian Suatu perjanjian harus dibuat oleh orang-orang yang benar-benar mempunyai kewenangan untuk membuat perjanjian, dengan perkataan lain pihak yang bersangkutan harus cakap untuk berbuat menurut hukum dan menginsafi benar akan tanggung jawab yang akan dipikulnya sebagai akibat dari perjanjian yang dibuat itu.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Undang-undang tidak menyatakan dengan jelas siapa yang dianggap cakap untuk melakukan perbuatan hukum. Pasal 1330 KUH Perdata menyatakan bahwa orang-orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian adalah: a. Orang-orang yang belum dewasa; b. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan; c Orang-orang perempuan yang bersuami (sudah dihapus berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963). Ad.3. Objek tertentu Pasal 1333 KUH Perdata menyatakan bahwa paling sedikit yang menjadi objek perjanjian harus dapat ditentukan jenisnya, baik mengenai benda berwujud maupun benda yang tidak berwujud. Objek perjanjian dapat pula berupa barangbarang yang diharapkan akan ada dikemudian hari, jadi barang itu belum ada pada saat perjanjian itu dibuat (pasal 1334 KUH Perdata). Ad.4. Suatu sebab yang halal Syarat yang terakhir untuk sahnya suatu perjanjian adalah adanya suatu sebab yang halal. Yang dimaksud dengan “sebab” adalah sesuatu yang menyebabkan orang membuat perjanjian yang mendorong orang membuat perjanjian. Pasal 1335 KUH Perdata menentukan bahwa suatu perjanjian akan dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum jika dibuat dengan tanpa sebab atau dibuat berdasarkan sebab yang palsu atau sebab yang dilarang.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Perjanjian dikatakan dibuat tanpa sebab jika tujuan yang dimaksud para pihak pada waktu perjanjian dibuat tidak akan misalnya apabila dibuat perjanjian novasi atas suatu perjanjian yang tidak ada sebelumnya. Yang dimaksud dengan sebab yang palsu adalah suatu sebab yang dibuat oleh para pihak untuk menutupi sebab yang sebenarnya dari perjanjian itu. Perjanjian yang dibuat dengan suatu kausa yang tidak halal apabila dimohonkan pelaksanaanya kepada pengadilan akan tidak berhasil, oleh karena perjanjian itu sejak semula adalah batal demi hukum, contoh perjanjian jual beli heroin. 2. Jenis-Jenis Perjanjian Perjanjian dapat dibedakan menurut berbagai cara, perbedaan tersebut adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Perjanjian timbal balik; Perjanjian Cuma-Cuma dan perjanjian atas beban; Perjanjian bernama dan perjanjian tidak bernama; Perjanjian campuran; Perjanjian obligatoir; Perjanjian kebendaan; Perjanjian konsensuil dan perjanjian riil; Perjanjian-perjanjian yang istimewa sifatnya; Perjanjian publik. 16
Ad.a. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak, misalnya perjanjian jual beli. Ad.b. Perjanjian Cuma-Cuma dan perjanjian atas beban
16
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung, Alumni, 1994), halaman 19.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Perjanjian dengan Cuma-Cuma adalah perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah satu pihak saja misalnya hibah. Perjanjian atas beban adalah perjanjian terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum. Ad,c. Perjanjian bernama dan perjanjian tidak bernama Perjanjian bernama adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri, maksudnya ialah perjanjian-perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang, berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari. Perjanjian bernama terdapat dalam Bab V sampai dengan XVIII KUH Perdata. Diluar perjanjian bernama tumbuh perjanjian tidak bernama, yaitu perjanjian-perjanjian yang tidak diatur dalam KUH Perdata, tetapi terdapat di masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak terbatas. Lahirnya perjanjian ini adalah berdasarkan asas kebebasan mengadakan perjanjian atau partij otonomi yang berlaku di dalam hukum perjanjian. Salah satu contoh dari perjanjian adalah perjanjian sewa beli. Ad.d. Perjanjian campuran. Perjanjian campuran ialah perjanjian yang mengandung berbagai unsur perjanjian, misalnya pemilik hotel yang menyewakan kamar (sewa-menyewa), tetapi menyajikan makanan (jual beli) dan juga memberikan pelayanan. Terhadap perjanjian campuran itu ada berbagai paham.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
1. Paham pertama: mengatakan bahwa ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian khusus diterapkan secara analogis sehingga setiap unsur dari perjanjian khusus tetap ada. 2. Paham kedua: mengatakan bahwa ketentuan-ketentuan yang dipakai adalah ketentuan-ketentuan dari perjanjian yang paling menentukan. 3. Paham ketiga: mengatakan bahwa ketentuan-ketentuan undang-undang yang diterapkan terhadap perjanjian campuran itu adalah ketentuan undang-undang yang berlaku untuk itu. Ad.e.
Perjanjian obligatoir Perjanjian obligatoir adalah perjanjian antara pihak-pihak yang mengikatkan
diri untuk melakukan penyerahan kepada pihak lain (perjanjian yang menimbulkan perikatan). Menurut KUH Perdata, perjanjian jual beli saja belum mengakibatkan beralihnya hak milik dari penjual kepad pembeli. Untuk beralihnya hak milik atas bendanya masih diperlukan satu lembaga lain yaitu, yaitu penyerahan. Perjanjian jual belinya itu dinamakan perjanjian obligatoir karena membebankan kewajiban kepada para pihak untuk melakukan penyerahan. Penyerahannya sendiri merupakan perjanjian kebendaaan. Ad.f.
Perjanjian kebendaan Perjanjian kebendaan adalah perjanjian hak atas benda dialihkan/diserahkan
kepada pihak lain. Ad.g. Perjanjian konsensual dan perjanjian riil
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Perjanjian konsensual adalah perjanjian di antara kedua belah pihak yang telah mencapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan. Menurut KUH Perdata, perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan mengikat (pasal 1338 KUH Perdata). Namun demikian di dalam KUH Perdata ada juga perjanjian-perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadi penyerahan barang. Misalnya perjanjian penitipan barang (pasal 1694 KUH Perdata), pinjam pakai (pasal 1740 KUH Perdata). Perjanjian yang terakhir ini dinamakan perjanjian riil yang merupakan peninggalan hukum Romawi. Ad.h. Perjanjian-perjanjian yang istimewa sifatnya 1.
Perjanjian liberatoir: yaitu perjanjian perjanjian para pihak yang membebaskan diri dari kewajiban yang ada, misalnya pembebasan hutang (pasal 1438 KUH Perdata);
2.
Perjanjian pembuktian yaitu perjanjian antara para pihak untuk menentukan pembuktian apakah yang berlaku di antara mereka;
3.
Perjanjian untung-untungan, misalnya perjanjian asuransi pasal 1774 KUH Perdata;
4.
Perjanjian publik, yaitu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik karena salah satu pihak bertindak sebagai penguasa (pemerintahan),
misalnya
perjanjian ikatan dinas
dan
perjanjian
pengadaan barang pemerintahan (Keppres No.29/84).
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
3. Asas-Asas Perjanjian Di dalam hukum perjanjian dikenal beberapa asas-asas perjanjian. Adapun asasasas dalam hukum perjanjian itu terdiri dari: 1. Asas kebebasan berkontrak; 2. Asas konsensualisme; 3. Asas kepercayaan; 4. Asas kekuatan mengikat; 5. Asas persamaan hukum; 6. Asas keseimbangan; 7. Asas kepastian hukum; 8. Asas Moral; 9. Asas kepatuhan; 10. Asas kebiasaan. 17
Ad.1. Asas kebebasan berkontrak. Pasal 1338 KUH Perdata berbunyi, semua persetujuan yang dimuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. “Semua” mengandung arti meliputi seluruh perjanjian baik yang namanya dikenal maupun tidak dikenal di dalam undang-undang, asas ini berhubungan dengan isi perjanjian yaitu kebebasan menentukan “bagaimana dengan “siapa” perjanjian itu dilakukan atau diadakan. Dari keterangan di atas berarti hukum perjanjian menganut sistem terbuka artinya ada kebebasan bagi setiap orang yang mengadakan perjanjian mengenai apa saja. Namun kebebasan ini ada batasnya sebagaimana yang diatur dalam pasal 1337
17
Mariam Darus Badrulzaman, op.cit, KUH Perdata Buku III, Hukum Perikatan Dengan Penjelasannya, halaman 108.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
KUH Perdata yang berbunyi suatu sebab adalah terlarang apabila dilarang oleh undang-undang atau berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum. Yang dimaksud dengan sebab yang terlarang adalah sebab yang dilarang oleh undang-undang atau berlawanan dengan ketertiban umum atau kesusilaan baik perjanjian yang dibuat dengan sebab yang demikian tidak mempunyai kekuatan sebagaimana yang diatur dalam pasal 1335 KUH perdata, suatu persetujuan tanpa sebab atau yang telah dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang tidak mempunyai kekuatan. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasal uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pasal 1338 KUH Perdata mengandung suatu asas yang dapat membuat perjanjian yaitu asas kebebasan berkontrak, atau menganut sistem terbuka. Maka pasal ini seolah-olah berisikan suatu pernyataan bagi masyarakat, bahwa diperkenankan untuk membuat perjanjian apapun asalkan dibuat secara sah, karena perjanjian tersebut mengikat para pihak yang membuatnya sebagai undang-undang. Ad.2. Asas Konsensualisme Pada dasarnya asas konsensualisme terjadi karena adanya persetujuan para pihak. Atas dasar ini maka tanpa persetujuan tidak akan ada perikatan yang akan melahirkan hak dan kewajiban diantara para pihak. Asas ini ditemukan dalam pasal 1320 dan 1338 ayat (1) KUH Perdata. Pasal 1320 dalam butir pertama, sepakat mereka yang mengikatkan diri adalah asas esensial
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
dalam hukum perjanjian, asas ini dinamakan juga asas otonomi, konsensualisme yang menentukan adanya perjanjian tersebut. 18 Asas konsesualisme dalam pasal 1320 KUH Perdata mengandung arti kemauan para pihak untuk saling mengikatkan diri. Grotius berkata bahwa Pakta Sun Servanda janji itu mengikat, seterusnya ia berkata lagi kita harus memenuhi janji kita. Ad.3. Asas kepercayaan. Seseorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain menumbuhkan kepercayaan diantara kedua belah pihak itu bahwa satu sama lain akan memegang janjinya, dengan kata lain akan memenuhi prestasinya dibelakang hari. Tanpa adanya kepercayaan itu, maka perjanjian itu tidak mungkin diadakan oleh para pihak. Dengan kepercayaan ini kedua belah pihak mengikatkan dirinya dan untuk keduanya perjanjian itu mempunyai kekuatan mengikat sebagai undang-undang. Ad.4. Asas Kekuatan mengikat. Para pihak terikat dalam perjanjian yang dibuat bukan saja hanya menyangkut apa yang diperjanjikan tapi juga terhadap beberapa unsur lain, sepanjang dikehendaki oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang, sebagaimana diatur dalam pasal 1339 KUH Perdata. Ad.5. Asas Persamaan Hukum. Asas ini menempatkan para pihak didalam kedudukan yang sama derajatnya, tidak ada perbedaan dari segi apapun, masing-masing pihak menghargai satu sama lain sebagai manusia ciptaan Tuhan 19 . 18
Ibid, halaman 113
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Ad.6. Asas Keseimbangan Asas menghendaki kedua pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian itu. Asas keseimbangan ini merupakan kelanjutan dari asas persamaan hukum . Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul pula beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Dapat dilihat di sini bahwa kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajibanya untuk memperhatikan itikad baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur seimbang. Ad.7. Asas Kepastian Hukum Perjanjian sebagai suatu figur hukum harus mengandung kepastian hukum. Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu yaitu sebagai undangundang bagi para pihak. 20 Ad.8. Asas Moral. Asas ini terlihat dalam perikatan wajar, dimana suatu perbuatan sukarela dari seseorang tidak menimbulkan hak baginya untuk menggugat kontra prestasi dari pihak debitur, juga hal ini terlihat didalam zaakwaarneming, dimana seseorang yang melakukan suatu perbuatan dengan sukarela (moral) yang bersangkutan mempunyai kewajiban untuk meneruskan dan menyelesaikan perbuatanya juga asas ini terdapat dalam pasal 1339 KUH Perdata. Faktor-faktor yang memberikan motivasi panda yang
19 20
Ibid 114 Ibid 115
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu berdasarkan pada kesusilaan (moral), sebagai panggilan dari hati nuraninya. Ad.9. Asas Kepatutan Asas ini dituangkan dalam pasal 1339 KUH Perdata. Asas kepatutan disini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian. Menurut hemat saya asas kepatutan ini harus dipertahankan, karena melalui asas ini ukuran tentang hubungan ditentukan juga oleh rasa keadilan dalam masyarakat. Ad.10. Asas Kebiasaan Asas ini diatur dalam pasal 1339 jo. 1347 KUH Perdata, yang dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk apa yang secara tegas diatur, akan tetapi juga hal-hal yang dalam keadaan dan kebiasaan yang lazim diikuti. 21 4. Pelaksanaan Perjanjian Suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu.. Hal ini adalah merupakan suatu gambaran saja yang nantinya diwujudkan kedua belah pihak secara bersama-sama. Maka dalam pelaksanaan perjanjian tidak jarang timbul persoalan yang pada saat perjanjian diadakan belum terlihat dengan jelas, atau masing-masing pihak memberikan penafsiran sendiri-sendiri mengenai maksud perjanjian yang mereka buat. Hal ini tentu saja menimbulkan sengketa diantara para pihak itu. Supaya jangan terjadi perbedaaan pendapat atau pertikaian diantara para 21
Ibid
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
pihak perlu ada ketentuan-ketentuan mengenai bagaimana melaksanakan dan memberikan tafsiran pada pelaksanaan suatu perjanjian. Untuk melaksanakan suatu perjanjian lebih dahulu harus ditetapkan secara tegas dan cermat apa saja isi perjanjian tersebut, atau dengan kata lain apa saja hak dan kewajiban masing-masing pihak. Orang-orang yang mengadakan perjanjian tanpa mengatur dan menentukan hak dan kewajiban kedua belah pihak dengan jelas, tentu akan menemukan kesulitan dalam pelaksanaan perjanjian tersebut. Pasal 1338 KUH Perdata menerangkan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya, artinya ialah bahwa janji tersebut mengikat para pihak. Namun demikian menurut pasal 1339 KUH Perdata, setiap perjanjian tidak hanya mengikat hal-hal yang dengan tegas dinyatakan dalam perjanjian, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifatnya perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-undang. Dengan demikian setiap perjanjian harus dilengkapi dengan aturan-aturan yang terdapat dalam undang-undang. Namun menurut pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Pasal ini merupakan salah satu sendi yang terpenting dalam hukum perjanjian, artinya bahwa dalam pelaksanaan perjanjian itu harus mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan dan dalam pelaksanaan tersebut hakim diberi kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan perjanjian berdasarkan undang-undang yang berlaku serta keadilan, Dari dua ayat terdapat dalam pasal 1338 KUH Perdata yaitu ayat 1 dan ayat 3, dapat kita pandang bahwa ayat 1 merupakan ayat yang menuntut kepastian hukum
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
artinya perjanjian dibuat adalah bebas tetapi sifatnya mengikat, sedangkan ayat 3 adalah ayat yang mengandung tuntutan keadilan. Tentang bagaimana pelaksanaan dari suatu perjanjian, KUH Perdata memberikan pedoman sebagai berikut: a. Semua perjanjian yang sah mengikat para pihak yang membuatnya sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya (pasal 1338 KUH Perdata). b. Jika kata-kata dalam suatu perjanjian cukup jelas maka tidak dibenarkan untuk menyimpang dari padanya dengan jalan penafsiran (pasal 1342 KUH Perdata). c. Apabila kata-kata dalam suatu perjanjian dapat memberikan bermacam penafsiran, harus dipilihnya menyelidiki maksud kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian tersebut, dari pada memegang teguh kata-kata menurut huruf (pasal 1343 KUH Perdata). d. Jika suatu janji dapat memberikan dua macam pengertian, maka harus dipilih pengertian yang dapat sedemikian yang memungkinkan perjanjian itu dilaksanakan, daripada memberikan pengertian yang tidak memungkinkan pelaksanaan. (pasal 1344 KUH Perdata). e. Jika kata-kata dalam perjanjian dapat menimbulkan dua macam pengertian, maka harus dipilih pengertian-pengertian yang paling sesuai dengan sifat perjanjian (pasal 1345 KUH Perdata). f. Apabila ada yang meragukan dalam suatu perjanjian, maka harus ditafsirkan menurut apa yang menjadi kebiasaan tempat dimana perjanjian itu dibuat (pasal 1346 KUH Perdata).
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
g. Hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya dijanjikan dianggap secara diam-diam dimasukkan dalam perjanjian walaupun tidak dengan tegas dinyatakan (pasal 1374 KUH Perdata). h. Semua janji yang dibuat dalam suatu perjanjian harus diartikan dalam hubungan satu sama lain (pasal 1348 KUH Perdata). i. Jika dalam suatu perjanjian terdapat suatu kerugian, maka perjanjian itu harus ditafsirkan atas kerugian orang lain yang telah meminta dijanjikan atau hal dan untuk keuntungan orang yang telah mengikatkan dirinya untuk itu (pasal 1349 KUH Perdata). j. Meskipun bagaimana kerasnya kata-kata dalam suatu perjanjian disusun, namun perjanjian itu hanya meliputi hal-hal nyata dimaksudkan oleh kedua belah pihak itu (pasal 1350 KUH Perdata). k. Jika seseorang dalam suatu perjanjian menyatakan sesuatu hal hendak menjelaskan perikatan, tidaklah ia dianggap mengurangi atau membatasi kekuatan perjanjian menurut hukum dalam hal-hal yang tidak dinyatakan (pasal 1351 KUH Perdata) 5. Berakhirnya Perjanjian Keagenan Berakhirnya perjanjian adalah hapusnya perjanjian atau bubarnya perikatan yang dibuat oleh para pihak, berakhirnya perjanjian membawa konsekwensi hapusnya semua pernyataan kehendak yang dicantumkan dalam persetujuan kedua belah pihak. Demikian pula hilangnya hak dan kewajiban yang melekat pada pihak.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Pada pasal 1381 KUH Perdata menetapkan cara-cara hapusnya perikatan, yaitu: 1. Karena pembayaran Yang
dimaksud
oleh
Undang-undang
dengan
pembayaran
adalah
“pelaksanaan atau pemenuhan tiap perjanjian secara suka rela artinya tidak dengan paksaan atau eksekusi. 22 Pembayaran harus ditafsirkan secara luas. Dari sudut juridis teknis pembayaran tidak harus dengan penyerahan sejumlah uang, tetapi juga dengan pemenuhan jasa, melakukan pekerjaan seperti yang diperjanjikan. 2. Karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan dan penitipan. Dengan cara ini dapat menghapuskan perikatan karena apabila penawaran pembayaran yang diikuti dengan penitipan atau konsinasi telah dilakukan sesuai dengan cara yang ditentukan oleh Undang-Undang, maka telah dianggap melakukan pembayaran. Cara ini hanya dapat dilakukan jika prestasinya penyerahan sejumlah uang/barang, sementara jika prestasi benda tak bergerak pembuat Undangundang tidak mengaturnya. 3. Pembaharuan hutang (Novasi)
22
Prof. Subekti, op.cit, halaman 152
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
“Artinya adalah suatu perjanjian dengan mana perikatan yang sudah ada dihapuskan dengan dan sekaligus diakui suatu perikatan baru”. 23 Menurut Pasal 1413 KUH Perdata dengan diperbuatnya perjanjian dengan mana perjanjian lain dihapuskan atau dengan adanya pergantian debitur atau pergantian kreditur, maka debitur lama dan kreditur lama dibebaskan dari perikatan. 4. Perjumpaan hutang atau konpensasi Perhitungan hutang timbal balik (konpensasi) dapat terjadi antara lain pihak yang mempunyai hutang dan piutang antara keduanya kemudian diadakan perhitungan hutang mereka. Menurut Pasal 1426 KUH Perdata perhitungan ini berlangsung secara otomatis, tanpa para pihak memohon atau menuntut diadakan perhitungan. 5. Percampuran hutang “Menurut Pasal 1413 percampuran hutang terjadi apabila kedudukan kreditur dan debitur itu jadi satu artinya berada dalam satu tangan. Percampuran itu terjadi demi hukum. Dalam hal ini hutang piutang jadi hapus”. 24 6. Pembebasan hutang Hal ini terjadi dengan dibuatnya perjanjian baru dimana prinsipal dengan suka rela melepaskan/membebaskan agen untuk memenuhi prestasi, maka
23 24
Mariam Darus Badrulzaman, op.cit, halaman 176 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan (Bandung ,Alumni,1982) halaman 68.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
hilanglah kewajiban agen untuk memenuhi prestasi karena perjanjian telah berakhir. 7. Hapusnya barang yang dimaksudkan dalam perjanjian Menurut Pasal 1444 KUH Perdata menyebutkan: “Jika suatu barang tertentu yang dimaksudkan dalam perjanjian hapus atau karena suatu larangan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak boleh diperdagangkan atau hilang tidak terang keadaanya akibat kesalahan debitur atau kreditur. Apabila terjadi karena kesalahan, kelalaian debitur, perjanjian tidaklah hapus, debitur tetap berkewajiban memenuhi prestasi”. Pasal ini juga bisa diterapkan dalam perjanjian keagenan, dimana apabila prinsipal memberikan barang yang termasuk dilarang oleh pemerintah untuk diperdagangkan oleh agen. 8. Pembatalan Pembatalan perjanjian biasanya terjadi syarat subjektif yang ditentukan oleh Pasal 1320 tidak dipenuhi. Dengan dimintakannya dan diputuskan batalnya perjanjian, konsekwensinya adalah dengan beakhirnya perjanjian. Bila para pihak ingin memutuskan perjanjian, tetap harus diperhatikan ketentuan Pasal 1266 KUH Perdata yang pada dasarnya menyatakan bahwa pembatalan suatu perjanjian hanya dapat dilakukan setelah adanya keputusan pengadilan. Dengan perkataan lain, prinsipal yang bermaksud memutuskan perjanjian keagenan dengan agennya, tidak cukup hanya dengan mengirimkan pemberitahuan secara tertulis saja akan maksudnya itu. Prinsipal harus mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri yang
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
berwenang dan menunggu adanya keputusan pengadilan yang membenarkan dilakukannya pemutusan perjanjian keagenan. Akan tetapi oleh karena sistem hukum perjanjian kita menganut sistem terbuka, maka dalam praktik untuk menghindari prosedur tadi, para pihak dengan tegas menyatakan di dalam salah satu pasal perjanjiannya bahwa untuk perjanjian keagenan, harus setuju untuk mengenyampingkan berlakunya
ketentuan
Pasal
1266
KUH
Perdata.
Dengan
mengenyampingkan Pasal 1266 KUH Perdata secara sepihak dapat melakukan pemutusan perjanjian sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang mereka sepakati. 9. Berlakunya syarat batal Hal ini terjadi jika syarat yang dicantumkan dalam isi perjanjian atas persetujuan dua belah pihak. Keadaan ini terjadi pada perikatan bersyarat, misalnya sewa menyewa rumah dengan syarat tidak boleh dipakai untuk jualan. 10. lampau waktu (daluwarsa) Dengan lampaunya waktu dan atas syarat yang ditentukan oleh UndangUndang maka perjanjian berakhir. Daluarsa ini berakibat hilangnya hak untuk memperoleh prestasi atau dibebaskan dari suatu tuntutan atau dibebaskan dari perikatan. Perihal hapusnya perjanjian salah satu pengaturannya menurut pasal 1381 KUH Perdata.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
“Ditinjau dari teoritis hapusnya perikatan sebagai hubungan antar kreditur dan debitur dengan sendirinya akan menghapuskan seluruh perjanjian. Akan tetapi sebaliknya
dengan
hapusnya
perjanjian
belum
tentu
dengan
sendirinya
menghapuskan persetujuan”. 25 Selanjutnya dapat diperingatkan pada beberapa cara yang khusus diterapkan terhadap perikatan, misalnya ketentuan bahwa suatu perjanjian maatschap atau perjanjian last geving hapus dengan meninggalnya salah satu anggota atau orang yang memberikan perintah dan curatile, atau pernyataan pailit yang mengakibatkan juga hapusnya perjanjian maatschap. 26 Dari penjelasan Pasal 1381 KUH Perdata diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa perjanjian keagenan berakhir apabila: 1. Sudah tercapainya tujuan dari perjanjian keagenan yaitu perjanjian sudah selesai. 2. Perjanjian keagenan hapus karena pihak pemberi barang (dalam hal ini prinsipal) menghentikan perjanjian keagenan dengan memberi ganti rugi kepada agen sebesar biaya yang dikeluarkan agen atas barang yang dibelinya dari prinsipal. Menurut Pasal 1611 KUH Perdata penghentian ini sah saja. Undang-Undang memberi kemungkinan untuk mengakhiri perjanjian tersebut secara sepihak dengan konsekwensinya pihak principal/bouwheer membayar ganti rugi
25 26
M. Yahya Harahap, op.cit, halaman 106. R. Surbekti,op.cit, halaman 152
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
terhadap biaya yang telah dikeluarkan agen untuk membeli barangnya. Demikian juga sebaliknya. 3. Karena adanya kepailitan atau karena adanya penyitaan benda-benda milik agen sehingga ia tidak dapat melanjutkan usahanya. 4. Perjanjian keagenan juga berakhir karena adanya pemutusan perjanjian yang disebabkan wanprestasi, dalam arti pemutusan untuk waktu yang akan datang dan pemenuhan untuk yang telah terjadi. 5. Dengan meninggalnya agen atau berakhirnya masa perjanjian (daluwarsa). Dalam perjanjian, para pihak biasanya akan merumuskan secara jelas peristiwa apa-apa saja yang menjadi perselisihan (events of defauls) yang memberi dasar bagi masing-masing pihak untuk memutus perjanjian keagenan/prinsipal di antara mereka. Biasanya yang dikategorikan sebagai events of defauls antara lain adalah: 1. Apabila agen/prinsipal lalai melaksanakan kewajibannya sebagaimana tercantum pada perjanjian keagenan/prinsipal termasuk kewajiban melakukan pembayaran; 2. Apabila agen/prinsipal melaksanakan apa yang sebenarnya tidak boleh dilakukan; 3. Apabila para pihak jatuh pailit; 4. Keadaan-keadaan lain yang menyebabkan para pihak tidak dapat melaksanakan apa yang menjadi kewajiban-kewajibannya
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
B. PENGERTIAN AGEN PADA UMUMNYA 1. Definisi Agen Distribusi merupakan salah satu sarana utama yang digunakan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu meningkatkan penjualan, laba dan menunjang perkembangan perusahaan. 27 Dalam hal ini ada berbagai macam bentuk dan ragamnya. Agen adalah suatu perusahaan yang bertindak atas nama prinsipal, karena agen tidak melakukan pembelian dari prinsipal. Barang-barang tetap menjadi milik prinsipal sampai diselesaikannya proses penjualan melalui penyaluran atau penyampaian barang kepada pihak konsumen. 28 Sedangkan distributor adalah suatu badan usaha yang membeli barang-barang dari prinsipal atas biaya mereka, menjualnya kepada konsumen dibawah wilayah pemasaran yang telah disepakati bersama. Adapun perbedaan fungsi spesifik antara agen dan distributor adalah: a. Agen adalah perusahaan yang menjual barang atau jasa untuk dan atas nama prinsipal. Pendapatan yang diterima adalah atas hasil dari barang-barang atau jasa yang dijual kepada konsumen yang berupa komisi dari hasil penjualan. Barang dikirim langsung dari prinsipal kepada konsumen. Pembayaran atas barang yang telah diterima oleh konsumen langsung kepada prinsipal bukan melalui agen.
27
M.Imanullah Rambey, Skripsi, Penerapan Sistem Distribusi Terhadap VolumPenjualan PT.Texindo Medan, (MEDAN, Fakultas Ekonomi UMSU, Tahun 2002) halaman 55 28 Mariam Darus Badrulzaman, op.cit, Aneka Hukum Bisnis, halaman 31
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
b. Distributor bertindak dan atas namanya sendiri (independen trader). Membeli dari produsen dan menjual kembali kepada konsumen untuk kepentingan sendiri. Produsen tidak selalu mengetahui konsumen akhir dari produk-produknya. Distributor bertanggung jawab atas keamanan pembayaran barang-barangnya untuk kepentingan sendiri. 29 Dengan melihat perbedaan antara agen dan distributor terdapat kriteria utama untuk dapat dikatakan adanya suatu keagenan adalah wewenang yang dipunyai agen tadi untuk bertindak untuk dan atas nama prinsipal. 30 Prinsipal akan bertanggung jawab atas tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seorang agen, sepanjang hal tersebut dilakukan dalam batas-batas wewenang yang diberikan kepadanya, apabila seseorang agen dalam bertindak ternyata melampaui batas wewenangnya, maka ia yang akan bertanggung jawab secara sendiri atas tindakan-tindakannya tadi. 31 Di pihak lain seorang distributor tidaklah berhak untuk bertindak untuk dan atas nama pihak yang menunjuknya sebagai distributor (biasanya supplier, atau manufacturer). Seorang distributor akan bertindak untuk dan atas nama sendiri, oleh karena itu dalam perjanjian distributor biasanya secara tegas akan dinyatakan misalnya: “Except as expressly provided for in this agreement, nothing herein shall be deemed to create an agency, joint venture, partnership or empoyment relationship or employment between the parties hereto, deemed or construed as granting to distributor any right or authority to assume or to create any abligation or
29
Ibid, halaman 31. Sumantoro, Hukum Ekonomi, Universitas Indonesia, tahun 1986 halaman 244 31 Lihat pasal-pasal 1797, 1801 KUH Perdata. 30
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
responsibility, express or implied, for on behalf of, or ini the name of x, or to bind x in any way or manner whatoever”. 32
Hubungan bisnis dengan nama keagenan dan dengan nama distributor adalah berbeda, namun dalam praktek bisnis sehari-hari keduanya biasanya digabungkan. 33 Bila seseorang/badan bertindak sebagai agen, berarti ia bertindak untuk dan atas nama prinsipal, sedangkan bila seseorang/badan bertindak sebagai distributor, berarti ia bertindak untuk dan nama dirinya sendiri. 2. Jenis-Jenis Keagenan Suatu keagenan dapat diklafikasikan kedalam beberapa, yaitu jenis sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Agen Manufaktur Agen Penjualan Agen Pembelian Agen Umum Agen Khusus Agen Tunggal/Ekslusif. 34 Berikut ini penjelasan bagi masing-masing jenis agen tersebut, yaitu sebagai
berikut :
32
Sumantoro, op.cit.dikutip dari salah satu pasal perjanjian distributor.halaman 245 Richad Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta Rineka Cipta, , tahun 1996) halaman 70. 34 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung, Citra Aditya, Cetakan I, Tahun 2002), halaman 246 33
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
1.
Agen Manufaktur Agen manufaktur (manufacturer’s agent) adalah agen yang berhubungan langsung dengan pabrik (manufaktur) untuk melakukan pemasaran atas seluruh atau sebagian barang-barang hasil pabrik tersebut.
2.
Agen Penjualan Agen penjualan (selling agent) adalah agen yang merupakan wakil dari pihak penjual, yang bertugas untuk menjual barang-barang untuk pihak prinsipal
3.
Agen Pembelian Agen pembelian (buying agent) adalah agen yang merupakan wakil dari pihak pembeli, yang bertugas untuk membeli barang-barang untuk pihak prinsipal.
4.
Agen Umum Agen umum (general agent) adalah agen yang diberikan wewenang secara umum untuk melakukan seluruh transaksi atas barang-barang yang telah ditentukan.
5
Agen Khusus Agen khusus (special agent) adalah agen yang diberikan wewenang secara khusus kasus per kasus atau melakukan sebagian saja dari transaksi tersebut. Misalnya, pengacara dapat merupakan agen dari kliennya untuk 1 (satu) kasus yang sedang ditanganinya.
6.
Agen Tunggal/Eksklusif Agen tunggal/eksklusif (sole agent, exclusive agent) adalah penunjukan hanya 1 (satu) agen untuk mewakili prinsipal untuk suatu wilayah tertentu.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Misalnya, ditunjuk hanya 1 (satu) agen dari perusahaan asing yang bertugas untuk seluruh wilayah Indonesia. 3. Pengaturan Perjanjian Keagenan Menurut Mariam Darus dikenal ada dua perjanjian bernama : 1.
Perjanjian Bernama Di Dalam KUH Pedata a. Jual-beli b. Tukar-menukar c. Sewa-menyewa d. Persetujuan-persetujuan untuk melakukan pekerjaan e. Persekutuan f. Hibah g. Penitipan barang h. Pinjam-pakai i. Pinjam-meminjam j. Bunga tetap atau bunga abadi k. Persetujuan-persetujuan untung-untungan l. Pemberian kuasa m. Penanggungan n. Perdamaian o. Asuransi p. Pengangkutan q. Makelar r. Komisioner s. Jual beli saham dipasar modal. Perjanjian Bernama Di Luar KUH Pedata a. Perjanjian keagenan dan distribusi b. Perjanjian pembiayaan 35
2.
Dasar hukum suatu keagenan didapati dalam ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Dalam KUH Perdata tentang Kebebasan Berkontrak. Dalam KUH Perdata tentang Kontrak Pemberian Kuasa. Dalam KUH Dagang tentang Makelar. Dalam KUH Dagang tentang Komisioner 35
Mariam Darus Badrulzaman, op.cit. Aneka Hukum Bisnis, halaman 30
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
5. Dalam bidang-bidang hukum khusus, seperti dalam perundang-undangan di bidang pasar modal yang mengatur tentang dealer atau pialang saham. 6. Dalam peraturan administratif, semisal peraturan dari departemen perdagangan dan perindustrian, yang mengatur masalah administrasi dan pengawasan terhadap masalah keagenan ini. 36 4. Wilayah Agen dan Saluran Distribusi Ini erat kaitannya dengan masalah apakah penunjukkan seorang agen itu harus dalam bentuk agen tunggal atau tidak. Untuk beberapa sektor tertentu diantaranya alat-alat besar, kendaraan bermotor dan pupuk secara tegas memang dinyatakan bahwa penunjukan harus dalam bentuk agen tunggal. Secara logis, karena tidak dinyatakan bahwa penunjukan itu (di luar ketiga sektor yang disebut diatas) tidaklah harus dalam bentuk agen tunggal, seorang prinsipal boleh saja menunjuk lebih dari seorang agen untuk memasarkan hasil-hasil produksinya di Indonesia. Secara konkret, seorang prinsipal di luar negeri yang ingin memasarkan komputer misalnya dapat menunjuk beberapa agen di Indonesia. Namun adakalanya praktek memang menunjukkan hal yang lain, baik dengan apa yang seharusnya dalam bentuk agen tunggal maupun yang seharusnya tidak diisyaratkan dalam bentuk agen tunggal. Dapat saja terjadi bahwa suatu perjanjian keagenan yang sebenarnya tidak harus dalam bentuk-bentuk agen tunggal, tetapi dalam praktek ternyata harus dalam bentuk agen tunggal. 4.1. Saluran Distribusi
36
Munir Fuady, op.cit, halaman 246
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Dalam rangka kegiatan memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen, maka salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan adalah memilih secara tepat saluran distribusi atau chanel distribution yang akan digunakan dalam rangka penyaluran barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen. David A. Revzan dalam bukunya Marketing Organization Trough The Channel yang dikutip oleh Basu Swastha DH, mengatakan bahwa: “Saluran distribusi merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang dari produsen ke perantara dan akhirnya sampai ke pemakai.” 37 Definisi di atas bersifat sempit, karena cenderung menggambarkan pemindahan jasa-jasa atau kombinasi antara barang dan jasa. Selain membatasi barang yang disalurkan definisi ini juga membatasi lembaga-lembaga yang ada. Philip Kotler mengatakan bahwa:”Sistem distribusi merupakan sumber extern yang penting. Untuk membentuk sistem itu biasanya dibutuhkan waktu bertahuntahun dan sistem tersebut tidak akan mudah diubah. Sistem ini sama pentingnya dengan sumber daya intern penting lainnya seperti pengolahan, penelitian, rekayasa dan karyawan penjualan serta fasilitasnya. Sistem ini mencerminkan suatu ikatan yang penting dari perusahaan dengan sejumlah besar perusahaan mandiri yang bertugas melaksanakan distribusi dan dengan pasar khusus yang mereka layani. Sistem ini juga mencerminkan suatu ikatan terhadap seperangkat kebijaksanaan dan praktek yang membutuhkan struktur dasar sebagai landasan untuk suatu hubungan yang luas berjangka panjang.” 38 Secara formal definisi saluran distribusi
menurut M.Manullang adalah:
“Suatu jalan yang diikuti dalam mengalihkan pemilikan secara langsung atau tidak
37
Basu Swastha , Saluran Pemasaran, (Yogyakarta,BPFE UGM,Tahun 2000) Halaman 3 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan dan Pengendalian, Terjemahan Herujati Purwoko dan Jaka Wasana,( Jakarta, Erlangga, Tahun 1992) halaman 172 38
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
langsung atas suatu produk, sementara ia berpindah tempat dari produsen kepada konsumen terakhir atau pemakai industri.” 39 Dari definisi tersebut dapat diketahui adanya beberapa unsur penting yaitu: 1. Saluran merupakan sekelompok lembaga yang ada diantara berbagai lembaga yang mengadakan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan. 2. Karena anggota kelompok terdiri dari beberapa pedagang dan beberapa agen, maka ada sebagian yang ikut memperoleh nama dan sebagian lagi tidak. Tidak perlu bagi tiap saluran untuk menggunakan sebuah agen, tetapi pada prinsipnnya setiap saluran harus memiliki seorang pedagang, alasanya adalah bahwa hanya pedagang saja yang dianggap tepat sebagai pemilik untuk memindahkan barang. 3. Tujuan dari saluran distribusi adalah untuk mencapai pasar-pasar tertentu. Jadi. Pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan saluran. 4. Saluran melaksanakan dua kegiatan penting untuk mencapai tujuan, yaitu mengadakan penggolongan produk menunjukkan jumlah dari berbagai keperluan produk yang dapat memberikan kepuasan kepada pasar. Jadi, barang (mungkin juga jasa) merupakan bagian dari penggolongan produk dan masing-masing produk mempunyai suatu tingkat harga tertentu. 5. Jenis-Jenis Saluran Distribusi Menurut Basu Swastha, dalam penyaluran barang-barang konsumsi yang ditujukan untuk pasar konsumen, terdapat lima macam saluran yaitu:
39
Ibid, halaman 35.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
“1. Produsen-Konsumen Akhir 2. Produsen-Pengecer-Konsumen Akhir 3. Produsen-Pedagang Besar-Pengecer-Konsumen Akhir 4. Produsen-Agen-Pengecer-Konsumen Akhir 6. Produsen-Agen-Pedagang Besar-Pengecer-Konsumen Akhir.” 40 Ad.1. Produsen-Konsumen Akhir Merupakan saluran distribusi yang paling pendek dan paling sederhana untuk barang-barang konsumsi. Sering juga disebut saluran langsung, karena tidak melibatkan pedagang besar. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkannya melalui pos atau mendatangi rumah konsumen (dari rumah kerumah). Ad.2. Produsen-Pengecer-Konsumen Akhir Dalam saluran ini, beberapa pengecer besar membeli secara langsung dari produsen. Ada juga beberapa produsen yang mendirikan toko pengecer untuk melayani penjualan langsung pada konsumennya, tetapi kondisi semacam ini tidak umum dipakai. Ad.3. Produsen-Pedagang Besar-Pengecer-Konsumen Akhir Saluran ini disebut juga saluran distribusi tradisional, dan banyak digunakan oleh produsen. Disini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar. Walaupun kegiatan perusahaan tertuju pada pedagang besar, akan tetapi pengawasan terhadap saluran distribusi tidak hanya sampai disitu saja. Pemasaran modern menuntut agar produsen mempelajari dengan efektif mengenai konsumen dan pasar untuk membantu pedagang besar maupun pengecer. Ad.4. Produsen-Agen-Pengecer-Konsumen Akhir 40
Basu Swastha, op.cit, halaman 90-91
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Saluran ini menggunakan agen untuk menghubungkan antara produsen dengan pengecer. Moekijat mengatakan: “Agen adalah pedagang-pedagang perantara yang tidak memiliki barang yang mereka perdagangkan. Barang-barang tersebut bukan milik mereka, tetapi mereka melakukan usaha berdasarkan suatu komisi yang akan mereka peroleh dari pemberian perintah. Mereka ini disebut fungctional Middleman (pedagang-pedagang perantara fungsional), karena tidak menanggung resiko yang berhubungan dengan pemilikan. Seorang agen adalah seorang perantara yang melakukan jual beli untuk kepalanya (prinsipalnya), ia tidak menanggung resiko yang berhubungan dengan pemilikan barang tersebut. Agen mendapat upah dan komisi.” 41
Menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo, adapun jenis-jenis agen antara lain: 1. Agen Penjualan, yang bertugas untuk mencarikan pasar bagi konsumen. 2. Agen Pembelian, yang mempunyai tugas utama mencarikan penyedia/supplier bagi para pembeli. Kebanyakan agen pembeli ini digunakan oleh toko-toko pengecer sebagai pembeliannya. 3. Agen Pengangkutan, yang mempunyai tugas utama untuk menyampaikan barang dari penjual kepada pembelinya.” 42 Agar berbeda dengan pedagang besar atau pengecer. Agen ini tidak menanggung resiko terhadap barang yang dijualnya, karena ia bukan pemilik. Jadi agen ini membantu produsen untuk menjual hasil produksinya dan sebagai imbalanya agen tersebut memperoleh komisi atas aktivitas yang dilakukannya. Ad.5. Produsen-Agen-Pedagang Besar-Pengecer-Konsumen Akhir Untuk mencapai pengecer kecil. Produsen sering menggunakan agen sebagai perantara dalam penyaluran barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. 5. Pengertian Cat
41
Moekijat, Kamus Manajemen, (Bandung Mandar Maju, Tahun 1990) halaman 345 Basu Swastha & Ibnu Sukotjo, Pengantar Bisnis Modern,( Yogyakarta Liberty,Tahun1993) halaman 207, 42
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Rumah adalah sebagai tempat tinggal haruslah memberikan kenyamanan dan keindahan bagi yang menempatinya dan tembok rumah haruslah dijaga dengan baik hingga bisa bertahan lebih lama, salah satu cara membuat tembok rumah menjadi indah dan tahan lama yaitu dengan mengecatnya. Arti dari cat adalah bahan pewarna (berupa barang cair, cairan yang kental, atau tepung). 43 Menurut penulis cat adalah bahan berupa barang cair dan kental serta berwarna sebagai pelapis (tembok, kayu, besi), yang tujuannya sebagai pelindung dan memperindah. Salah satu perusahaan yang terbesar memproduksi cat yang mempunyai daya tahan yang baik dan mempunyai pilihan warna banyak adalah cat ICI.Cat ICI Indonesia ,
yang diproduksi oleh PT ICI Indonesia yang berkantor pusat di
Jakarta.Untuk produksi cat ICI dibuat , diolah dikemas di pabrik ICI di Cikarang. 6. Tanggung Jawab Hukum Dalam membuat perjanjian antara pihak-pihak pasti akan menimbulkan hubungan hukum yang kemudian disertai akibat hukum, dan akibat hukum tersebut akan memikul hak dan kewajiban serta tanggung jawab diantara keduanya. Pengertian dari tanggung jawab adalah keadaan wajib menangung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersamakan, diperkarakan). 44
43 44
Kamus Besar Bahasa Indonesia , Balai Pustaka, edisi 2, cetakan ke 10, tahun 1999 Ibid, halaman 1006
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Menurut teori Holmes tentang Tanggung Jawab Hukum (Legal Liability) yang berkenaan dengan kontrak/perjanjian. Teori-teori Holmes
pada prinsipnya mendasari pada dua prinsip sebagai
berikut : a. Tujuan utama dari teori hukum adalah untuk menyesuaikan hal-hal eksternal kedalam aturan hukum, dan b. Kesalahan-kesalahan moral bukan unsur dari suatu kewajiban. 45
45
Munir Fuady, Hukum Kontrak, (Bandung, Citra Aditya, Tahun 1999) halaman 11
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
BAB III METODE PENELITIAN
A. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu untuk menggambarkan secara terperinci informasi dan secara sistematis serta akurat mengenai kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam perjanjian keagenan. Bersifat analitis, karena dilakukan suatu analitis terhadap berbagai aspek hukum, baik dari segi peraturan maupun dari segi pelaksanaanya. Metode pendekatan penelitian dilakukan melalui pendekatan yuridis sosiologis, untuk mengetahui perjanjian keagenan, baik mengenai peraturannya maupun penerapannya dalam praktek, terutama yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. B. Lokasi Penelitian Untuk memperoleh informasi yang dikehendaki dalam hal ini dipakai metode sampling adalah prosedur yang digunakan untuk dapat mengumpulkan kareteristik dari suatu populasi meskipun hanya sedikit saja yang diwawancarai. 46 Golongan Sampling adalah Non Probability sampling dengan jenis purposive/judgmental sampling yaitu sample yang dipilih berdasarkan pertimbangan penulis dan menentukan sendiri responden dan informan yang dianggap mewakili populasi. 47
46 47
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta, Rineka Cipta, 1998) halaman 78 Ibid, halaman 87
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
1. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah Kota Medan, yang meliputi beberapa wilayah kecamatan Medan.
2.
Responden dan informan penelitian Data responden penelitian adalah: 1. Pimpinan Agen PT.Delta Sakti Selaras Utama. 2. Pimpinan Agen PT. Catur Karda Sentosa Medan 3. Pimpinan Agen PT. Aneka Mujur Sumber Bangunan. 4. 10 Toko Besi dan Cat di Kota Medan
Informan : - Bapak Willy Sutiono (Sales Manager
ICI Paints Jakarta untuk regional
Sumatera). - Bapak Chandra (Manager PT Aneka Mujur, Agen ICI di Medan) - Bapak Thomas (Manager PT Delta Sakti Selaras Utama, Agen ICI di Medan) - Bapak Kiang Rotiac (Manager PT Catur Karda Sentosa, Agen ICI di Medan) C. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang akurat, maka digunakan: 1. Studi Dokumentasi, untuk memperoleh data sekunder, maka perlu dilakukan studi dokumentasi yang meliputi dokumen, resmi, buku-buku, hasil penelitian dan majalah yang erat hubungannya dengan obyek permasalahan yang diteliti.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
2. Wawancara yaitu cara memperoleh informasi secara langsung tentang segala aktivitas yang ada kaitannya dengan penelitian. Cara memperoleh informasi ini perlu dilengkapi dengan pedoman wawancara untuk memandu agar data yang diperoleh dapat tercatat. 48
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh
data primer dilakukan dengan cara mengadakan
wawancara responden dengan membuat pedoman wawancara. Pengumpulan data sekunder dari berbagai sumber atau dibuat ikhtisarnya untuk memudahkan pendekatan permasalahan dan cara pemecahannya.
E. Analisis Data Setelah data primer dan data sekunder diperoleh, selanjutnya data tersebut disusun , dianalisis secara kualitatif dengan mempelajari seluruh jawaban.
48
Maria Sumardjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, Yogyakarta, 1989, halaman
22
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.DESKRIPSI PERUSAHAAN PT ICI PAINTS INDONESIA A.1. Sejarah PT. ICI Paints Indonesia. PT ICI Paints masuk kepasar Indonesia sejak awal tahun 1970, berdiri tanggal 11 Agustus 1971 ICI Paints Indonesia langsung mendapat kepercayaan atas keberadaan produk. Bergabung antara ICI United Kingdom Inggris dan PT Dwi Satrya Utama dengan cepat menjadi terkenal dengan pabrik catnya di Indonesia. PT Dwi Satrya Utama adalah patner yang baik dalam mendistribusikan produk PT ICI Paints di Indonesia. PT ICI Paints merupakan bagian dari bisnis internasional di bidang cat dimana memegang pasar cat di dunia. PT
ICI Paints Indonesia
mempunyai teknologi yang baik dan sumber daya di dalam memuaskan kebutuhan konsumen di Indonesia, dan PT ICI Indonesia mempunyai standar kualitas yang tinggi dari semua perusahaan lainnya, dengan menerapkan standar dimana-mana di seluruh dunia. Para pengembang dan kontraktor dan desain interior mempunyai kepercayaan yang kuat terhadap produk ICI Paints. Reputasi dari kualitas produk ICI Paints dapat diterima di daerah dan dikota seluruh Indonesia 49 . PT ICI Paints memulai usaha di Indonesia di atas tanah 3 ½ Ha, untuk pertama kalinya membangun pabrik. Rencana perusahaan berjalan cukup baik dan dari tahun ketahun dibutuhkan pengembangan desain dan modifikasi dengan cepatnya permintaan pasar. Bersama dengan rencana pertumbuhan ekonomi di Indonesia 49
Majalah PT ICI Paints Indonesia, Tahun 2000, halaman 7
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
dibuat keputusan untuk membangun pabrik yang lainnya di Cikarang, tepatnya di Jababeka Industrial Estate. Secara simultan ICI Paints terus mengeluarkan produk baru untuk memuaskan permintaan pasar, contohnya Dulux Weathershield adalah produk yang dapat bertahan lebih dari lima tahun dalam berbagai macam kondisi cuaca. Sukses yang tinggi tanpa ada arti dari komitmen dan motivasi pekerja. PT ICI Paints Indonesia, PT ICI Paints menempatkan sumber daya manusia yang baik, dimulai dengan seleksi dalam menerima karyawan yang mempunyai kinerja yang tinggi, diteruskan dengan motivasi dengan mengadakan kekhususan kerja serta latihan secara umum. PT ICI Paints Indonesia juga membuka peluang dalam bekerja kepada karyawannya untuk mencapai sukses terhadap perusahaan. Akhirnya PT ICI Paints Indonesia mempunyai komitmen dalam pelaksanaannya dari segi hukum untuk membuat keselamatan dan kesehatan bagi karyawan yang bekerja di perusahaan PT ICI Paints Indonesia 50 A.2 Bisnis Utama PT. ICI Paints Indonesia. PT ICI Paints Indonesia adalah perwakilan yang terkuat dalam pasar cat di Indonesia. Beberapa posisi yang sudah stabil dalam penggunaan teknologi dari beberapa negara di dalam jaringan ICI Paints. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia seluruh sektor yang kuat tumbuh divisi utama adalah melalui : 1. Decorative Paints Decorative Paints adalah produk yang terbesar dari PT ICI Paints untuk decorative paints dalam penggunaan luar dan dalam. Diantara yang 50
Ibid
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
diketahui membawa trade mark, termasuk di dalamnya Dulux Weathershield, Dulux Roof Paint, Dulux Pentalite , Dulux Pearl Glo dan Dulux Super Gloss. Produk tersebut merupakan yang dibanggakan kepada pemakainya. Selain dari produk utama didalam PT ICI Paints mempunyai produk lain yaitu Glidden, Catylac, Contract Emulsion dan Maxilite, Par. 2. High Performance Coatings. High Performance Coatings adalah penggunaan untuk melindungi cara besar dari oli dan instalasi gas serta pabrik chemical. Itu merupakan spesial lapisan pelindung untuk mencegah karat. 3. Auto Colour Auto Colour termasuk bisnis yang utama, PT ICI Paints membuat kreasi memisahkan produk dari departemen lain sejak tahun 1993. Permulaan dari Auto Colour dari dunia adalah pertama water bone basecoat untuk autobody refinis. Didalam perkembangannya ICI Auto Colour mempunyai dua tempat latihan pertama dibarat Indonesia sentral Jakarta jalan Jendral Ahmad Yani ditempat lainnya adalah di Malang Jawa Timur 4. Automotive PT ICI Paints mempunyai catatan sejarah yang panjang dalam bagian pasar cat ini, ICI mensuplay dibanyak pabrik automotive termasuk Toyota, BMW, Marcedes Benz, dan Mitsubisi. Lebih kurang 15 asembling mobil direncanakan untuk memakai cat ICI Paints. 5. Other Industrial Coatings.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Secara terus menerus ICI Paints memperluas bisnisnya ke pabrikpabrik yang mengunakan produk cat antara lain rolling doors, cladding equipment, roofing materials dan curtain steel. Praduk tersebut digunakan untuk pasar lokal dan untuk ekspor. 51 A.3 Pemasaran dan Distribusi PT ICI Paints didalam sumber dayanya bekerja sama di dalam membuat efisensi system distribusi. Perusahaan mempunyai system distribusi melalui semua 27 propinsi di Indonesia termasuk terbesar melalui dealer atau agen di dalam produk dan dalam stok ICI. PT ICI Paints dalam memberikan service tidak hanya melalui agen tetapi mempunyai depot untuk distribusi yang utama, keberadaan yang exsis adalah di Semarang, Solo, Jogjakarta, dan Bandung dan akan direncanakan depot lainnya.. Adapun agen dan depot untuk distribusi cat ICI Paints adalah sebagai berikut : 1. Jakarta a. PT. Catur Sentosa Adiprana b. PD. Perdana Sejahtera Abadi a. Toko Perdana c. Toko Naga Mas 2. Bogor a. PT. Catur Sentosa Adiprana 3. Bandung a. Toko Loka 51
Ibid, halaman 10
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
b. PD. Mega Selatan c. Depo Bandung
4. Yogyakarta a. Tokoh Teguh b. Toko Sinar Logam c. Toko Wahyu d. Depo Jogya 5. Solo a. Toko Pelangi b. Depo Solo 6. Semarang a. Depo Semarang 7. Surabaya a. PT. Catur Sentosa Adiprana b. PT. Subur Warna Indah c. DC Surabaya 8. Malang a. PT. Subur Warna Indah 9. Medan a. PT Delta Sakti Selaras Utama b. PT. Catur Karda Sentosa
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
c. PT Aneka Mujur Sumber Bangunan 10. Lhokseumawe a. CV. Dunia Baru 11. Padang a. PT. Sinar Mutiara Permai b. Toko Cempaka 12. Pekanbaru a. PT. Sinar Mentari Paramitra 13. Palembang a. PT. Catur Adiluhur Sentosa 14. Tanjung Karang a. UD. Hasil 15. Pontianak a. PD. Candra 16. Balikpapan a. PT. Central Jayatama Abadi 17. Menado a. Toko Timur Laut 18. Samarinda a. PT. Gemini Karya Trading Coy 19. Ujung Pandang a. FA. Asia Raya Trading Coy
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
20. Denpasar a. PT. Catur Sentosa Adiprana 21. Batam a. PT. Cula Sakti Kencana C. Kebijaksanaan ICI Group 1. Safety (keamanan) PT ICI Paints menjaga keamanan dalam bekerja 2. Health (kesehatan) Setiap karyawan dalam pekerjaannya mempunyai program kebersihan a. Tidak ada kasus alergi yang berhubungan dengan pekerjaan. b. Tidak ada kasus yang baru mengenai gangguan pada telinga. c. Kesehatan di programkan yang prioritas dan pendidikan mengenai kesehatan selalu di jaga dalam lingkungan karyawan. 3. Environment (lingkungan) 4. Produk Semua dari bisnis yang sesuai permintaan dari daerah untuk cat ICI Paints telah terjual. Dan semua bisnis di implementasikan secara detail produk 52 B. Kedudukan dan Tanggung jawab Dalam Hukum Perjanjian Keagenan Cat ICI di Indonesia di Medan
B.1.
Hubungan Hukum Para Pihak dalam Hukum Perjanjian Keagenan Dalam perjanjian bisnis yang diadakan antara agen/prinsipal dengan
prinsipalnya, biasanya dilakukan dengan membuat suatu kontrak tertulis yang isinya 52
Ibid, halaman 13
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
ditentukan oleh para pihak sesuai dengan kepentingan para pihak tersebut, asal saja tidak bertentangan dengan hukum dan kesusilaan sesuai Pasal 1338 KUH Perdata. Seorang prinsipal, misalnya, dapat menunjuk seseorang untuk menjadi agennya dengan hanya berisi beberapa baris kalimat saja. Si agen kemudian membubuhkan tanda tangannya sebagai tanda mengetahui dan menerima adanya penunjukan dirinya sebagai agen dari prinsipal tersebut. Adakalanya antara prinsipal dan agen dibuat suatu perjanjian yang sederhana yang memuat pokok-pokok tentang apa-apa yang menjadi hak dan kewajiban para pihak. Tetapi tidak sedikit yang membuat perjanjiannya dengan ketentuan-ketentuan secara terperinci. Tentu saja membuat perjanjian secara terperinci tidaklah mudah. Tetapi dengan perjanjian yang terperinci, akan semakin kecil kemungkinan untuk salah menafsirkan isi perjanjian. Setiap perjanjian yang merupakan peristiwa hukum akan melahirkan akibat hukum yaitu akibat-akibat dalam hal mana diatur dan ditentukan oleh hukum. Tetapi akibat itu haruslah timbul dari perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Akibat hukum itu adalah lahirnya hak dan atau kewajiban yang berkaitan langsung pada pembuat perjanjian tersebut. Setiap perjanjian keagenan yang satu dengan lain memiliki klausulaklausula bervariasi, bergantung pada banyak faktor. Tetapi sebagai pedoman dasar dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan, yang berisikan: 1) Pengangkatan Keagenan
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Dalam bagian ini ditentukan tentang berbagai isu di sekitar pengangkatan agen tersebut, seperti tentang penentuan apakah yang diangkat adalah agen tunggal atau bukan, agen tersebut akan memasarkan barang apa, dan akan memasarkan barang di daerah mana, dan sebagainya. 2) Hak dan Kewajiban Prinsipal Di sini akan diatur antara lain tentang kewajiban prinsipal mensuply barangbarang yang akan dipasarkan, larangan mengangkat agen lain di wilayah yang sama, kewajiban prinsipal memelihara mutu produk dan menyediakan harga minimum, prinsipal berkewajiban memberikan bantuan promosi produk, bila perlu diberikan bantuan tenaga teknis kepada agen, prinsipal harus tunduk kepada peraturan perundang-undangan di mana produk dipasarkan, terms dan conditions tentang pembayaran harga barang kepada prinsipal. 3) Hak dan Kewajiban Agen Dalam bagian ini biasanya diatur tentang kewajiban mempromosikan produk, melindungi kepentingan prinsipal tentang hak paten, merek, rahasia dagang, kewajiban mengembalikan semua data/informasi kepada prinsipal jika perjanjian keagenan putus, kewajiban menyampaikan laporan berkala dan laporan lainnya kepada prinsipal, larangan menjual produk di bawah harga minimum, hak dari agen untuk dan atas nama prinsipal untuk memasarkan, membuat perjanjian jual beli, mengikuti tender, dan sebagainya dan hak-hak agen lainnya, seperti hak untuk mencantumkan nama prinsipal atau merek produk di kantornya agen, hak
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
meneima komisi agen menurut terms and conditions yang telah disepakati dan sebagainya. 4) Hal-hal Lainnya Hal-hal lain yang terdapat dalam suatu perjanjian keagenan adalah hal-hal yang biasanya terdapat juga dalam perjanjian jenis lainnya. Misalnya tentang jangka waktu perjanjian, pemutusan perjanjian, force majeure, penyelesaian perselisihan, hukum yang berlaku, perubahan perjanjian, pemakaian dua bahasa, dan sebagainya. 53 Sedangkan menurut perjanjian keagenan sebagai prinsipal tunggal dari PT ICI Paints Indonesia dengan PT Aneka Mujur Sumber Bangunan sebagai agen, PT Catur Karda Sentosa, PT Delta Sakti Selaras Utama di Medan hak, kewajiban dan tanggung jawab prinsipal adalah: B.1.1. Hak-hak Prinsipal (PT. ICI Paints Indonesia) 1) Menerima laporan secara berkala (setiap bulan) mengenai informasi yang berkaitan dengan produk ICI dari agen, misalnya mengenai pembukuan, posisi persediaan setiap item produk ICI. 2) Menerima pemesanan produk ICI dari agen secara berencana. 3) Mendapatkan fasilitas dari agen untuk wakil-wakil prinsipal yang datang mengunjungi, memeriksa kantor dan gudang agen serta tertib pelaksanaan pembukuaan/pencatatan produk ICI berkenaan dengan perjanjian keagenan ini. 53
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, (Buku Keempat, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, Tahun 2002), halaman 159-161
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
4) Menerima sejumlah uang tunai tanpa pembebanan bunga atau bank garansi dari bank pemerintah atau bank yang ditunjuk/disetujui oleh prinsipal atau barang tetap milik agen beserta asli surat-surat pemilikannya (akte jual-beli dan sertifikat hak) sebesar yang ditentukan oleh prinsipal, untuk jaminan bahwa agen akan mentaati ketentuan tentang pembayaran dalam perjanjian keagenan dan semua perjanjian/syarat-syarat tambahannya, janji-janji dan atau jaminan-jaminan lain yang diberikan oleh agen, berhubung dengan transaksi produk ICI dimaksud dalam perjanjian keagenan. 5) Prinsipal berhak untuk menunjuk satu atau lebih tambahan agen baru di daerah pemasaran agen yang sudah ditunjuk sebelumnya, jika prinsipal menganggap perlu untuk kepentingan peningkatan pemasaran produk ICI.
B.1.2. Kewajiban dan Tanggung Jawab Prinsipal (PT.ICI Paints Indonesia) 1) Prinsipal memberikan/mengirimkan brosur-brosur, data produk dan lain-lain yang dianggap perlu untuk menunjang peningkatan pemasaran produk ICI oleh agen. 2) Prinsipal memperkerjakan sales representative untuk pergi ke toko-toko pengecer untuk membantu agen dalam pemasaran produk ICI di daerahnya. 3) Prinsipal mengadakan promosi produk ICI secara berkala sesuai perkembangan pasar dan dan atau atas pertimbangan prinsipal sendiri untuk menunjang agen dalam pemasaran produk ICI. 4) Prinsipal berusaha untuk mendorong ICI melakukan advertising produk ICI melalui mass media untuk menunjang pemasaran produk ICI.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
5) Prinsipal memberikan nasihat-nasihat kepada agen mengenai semua pertanyaanpertanyaan menyangkut produk ICI. 6) Apabila di daerah agen timbul masalah yang dapat mengganggu kelancaran dan pengembangan pelaksanaan pemasaran oleh agen, maka atas permintaan tertulis dari agen dan setelah dipertimbangkan oleh prinsipal serta bersedia tenaga-tenaga untuk itu, prinsipal dapat mengirimkan tenaga teknik dan atau tenaga pemasaran untuk agen dalam mengatasi masalah yang timbul. Prinsipal tidak bertanggung jawab kalau terjadi keterlambatan atau ketiadaan pelaksanaan pesanan dari agen, yang disebabkan karena keadaan di luar kemampuan prinsipal atau untuk kerugian yang diderita oleh agen karena keterlambatan atau ketiadaan pelaksanaan pesanan dari agen. Dalam wawancara dengan Bapak Willy Sutiono (Regional Manager Sumatera ICI Paints Indonesia di Medan ) dikatakan bahwa kedudukan ICI Paints adalah sebagai produsen (prinsipal) yang membuat cat dan dikemas dengan trade mark ICI Paints, dan tanggung jawab ICI sesuai perjanjian misalnya keterlambatan barang sampai di tujuan, barang yang rusak dan cara penggantian barang yang rusak, hal tersebut harus dilaporkan dulu dari agen. Jadi dengan arti kata semua resiko dan tanggung jawab diusahakan untuk dilaksanakan 54 . B.1.3. Hak-hak Agen (PT. Aneka Mujur Sumber Bangunan Medan, PT Delta Sakti Selaras Utama Medan, PT Catur Karda Sentosa Medan).
54
Wawancara dengan Regional Manager PT ICI Paints untuk Wilayah Sumatera, tanggal 20
April 2004
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
1) Menerima brosur-brosur, data produk dan lain-lain yang dianggap perlu untuk menunjang peningkatan pemasaran produk ICI oleh agen. 2) Menerima sales representative dari prinsipal untuk pergi ke toko-toko pengecer untuk membantu agen dalam pemasaran produk ICI di daerahnya. 3) Menerima promosi produk ICI secara berkala sesuai perkembangan pasar untuk menunjang agen dalam pemasaran produk ICI. 4) ICI melakukan advertising produk ICI melalui mass media untuk menunjang pemasaran produk ICI. 5) Menerima nasihat-nasihat dari prinsipal mengenai semua pertanyaan-pertanyaan menyangkut produk ICI. 6) Menerima tenaga teknik dan atau tenaga pemasaran dari prinsipal apabila di daerah agen timbul masalah yang dapat mengganggu kelancaran dan pengembangan pelaksanaan pemasaran oleh agen. Ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan agen tersebut diatas, yaitu: 1) Agen tidak berhak dan tidak berwenang untuk memberikan garansi/jaminan apapun kepada pengedar, pengecer, konsumen atau pihak manapun, mengenai mutu/kwalitas produk ICI. Bila sungguh-sungguh diperlukan, garansi/jaminan demikian hanya dapat diberikan langsung oleh ICI sendiri. 2) Agen bukan merupakan wakil sah dari prinsipal dan atau ICI dan tidak berhak atau berkuasa untuk menyebutkan dirinya demikian atau untuk membuat perjanjian apapun yang mengikat prinsipal dan atau ICI atau untuk bertindak atas nama Prinsipal atau ICI.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
3) Agen tidak berhak untuk memindahkan perjanjian keagenan yang telah dibuat antara agen dan prinsipal kepada pihak lain, baik sebagian maupun seluruhnya, tanpa persetujuan tertulis lebih dahulu dari prinsipal atau ICI. 4) Agen tidak berhak menuntut ganti rugi kepada prinsipal berupa dan dengan alasan apapun kepada prinsipal, apabila prinsipal melakukan penambahan satu atau lebih agen baru di daerah pemasaran agen yang sudah ditunjuk sebelumnya. B.1.4. Kewajiban dan Tanggung Jawab Agen (PT Aneka Mujur Sumber Bangunan Medan, PT Delta Sakti Selaras Utama Medan, PT Catur Karda Sentosa Medan). 1) Agen
dalam
mengelola
(menjual,
menyerahkan,
menyimpan,
mencatat/membukukan, melaporkan) produk ICI, wajib mentaati semua ketentuan/peraturan yang berlaku, termasuk petunjuk-petunjuk dari prinsipal dan atau dari ICI. 2) Agen wajib mencapai target yang disetujui bersama dengan prinsipal serta berusaha semaksimal mungkin meningkatkan target pemasaran produk ICI di daerah pemasarannya, baik peningkatan volume penjualan maupun penambahan jumlah jaringan toko pengecer. 3) Agen wajib memperkerjakan tenaga-tenaga penjual (salesman) dan tenaga-tenaga pembukuan yang cakap serta penyediaan fasilitas yang diperlukan untuk pekerjaan itu atas tanggung jawab dan beban biaya dari agen sendiri.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
4) Agen wajib melaksanakan manajemen yang baik terhadap tenaga-tenaga penjual (salesman) dalam melakukan tugasnya, sehingga dapat mengadakan penetrasi pasar yang maksimal. 5) Agen wajib menjual produk ICI sesuai dengan harga yang ditentukan oleh ICI. 6) Agen wajib mempunyai persediaan produk ICI yang selalu mencukupi untuk setiap waktu memenuhi kebutuhan pasar terhadap produk ICI di daerah pemasarannya. 7) Agen wajib melakukan pemesanan produk ICI kepada prinsipal secara berencana dan wajib menghindarkan pelaksanaan pemesanan produk ICI pada saat item produk ICI pada agen dalam keadaan kosong sama sekali. 8) Agen wajib memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya berkenaan dengan produk ICI kepada konsumen/pembeli, memperhatikan, mempertahankan dan menambah nama baik produk ICI dan prinsipal. 9) Agen wajib mempunyai gudang yang mencukupi luasnya dan memenuhi syarat, sehingga
produk
ICI
yang
disimpan
di
dalamnya
selalu
terpelihara
kwalitas/mutunya. 10) Agen wajib mengadakan dan memelihara pembukuan yang baik dan teratur berkenaan dengan keagenan ini (pemesanan, penerimaan dan penjualan produk ICI), sehingga sewaktu-waktu mudah ditelusuri apabila diperlukan. 11) Agen wajib secara berkala (setiap bulan) memberikan laporan kepada prinsipal tentang posisi persediaan setiap item produk ICI.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
12) Agen wajib segera melaporkan kepada prinsipal apabila menemukan adanya keganjilan atas produksi ICI yang mungkin dapat merusak nama baik produk ICI. 13) Agen berjanji untuk menjalankan usahanya, yang berhubungan dengan perjanjian keagenan ini, sesuai dengan praktik-praktik/norma-norma dan kebiasaan yang terbaik dalam berusaha, baik menyangkut segi teknis, administrasi dan pemasaran dari produksi ICI maupun pelayanan terhadap konsumen. 14) Agen berjanji menjaga mutu dan nama baik produk ICI, prinsipal dan ICI serta akan selalu memegang teguh rahasia kerjasamanya dengan prinsipal. 15) Agen dilarang menerima/memesan/membeli dengan cara apapun produk ICI dari lain orang atau dari perusahaan, selain dari prinsipal. 16) Agen dilarang menerima/memesan/membeli dengan cara apapun produk ICI dari agen lain yang berkedudukan di luar daerahnya, kecuali ada persetujuan tertulis terlebih dahulu dari prinsipal. 17) Agen dilarang menjajaki/menjual/memasarkan/menyerahkan produk ICI dengan cara apapun keluar dari daerah pemasarannya di luar daerah keagenannya. Selain kewajiban-kewajiban di atas, agen juga mempunyai kewajiban lainnya seperti dalam hal prinsipal melakukan kunjungan terhadap agen dan pemberian jaminan dari agen kepada prinsipal. Dalam hal kunjungan prinsipal terhadap agen, maka yang harus dilakukan agen yaitu:
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
1) Agen wajib memberi izin setiap waktu kepada wakil-wakil dari prinsipal ICI, yang datang mengunjungi, memeriksa kantor dan gudang agen serta tertib pelaksanaan pembukuaan/pencatatan produk ICI berkenaan dengan perjanjian keagenan ini. 2) Agen wajib memberikan keterangan selengkapnya yang diperlukan wakil-wakil prinsipal ICI tersebut pada waktu melakukan kunjungan. 3) Agen wajib mencatat dan mengindahkan saran-saran yang disampaikan oleh wakil-wakil prinsipal ICI pada waktu melakukan kunjungan. Dalam Wawancara dengan Bapak Chandra (Manager PT Aneka Mujur Sumber Bangunan Medan) Bapak Thomas (Manager PT Delta Sakti Selaras Utama Medan) dan Bapak Kiang Rotiac (Manager PT Catur Karda Sentosa Medan) mengatakan bahwa kedudukan agen ICI di Medan adalah sebagai agen penjual yang memasarkan produk-produk ICI paints. Dan Tanggung jawab terhadap penjualan baik omzet penjualan, maupun komplain dari konsumen akan ditangani dengan terlebih berkoordinasi dengan PT ICI Paints Indonesia 55 . Berdasarkan kuesioner yang dilakukan terhadap 10 toko cat di beberapa kecamatan kota Medan, bahwa penanganan komplain, penggantian barang rusak produk cat ICI ditangani cukup baik oleh agen-agen ICI. Dalam hal pemberian jaminan oleh agen-agen ICI di Medan kepada prinsipal (PT ICI Paints Indonesia), yaitu :
55
Wawancara dengan Manager Agen –Agen ICI Paints di Medan, tanggal 21,22,23 April
2004
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
1) Agen wajib menyerahkan kepada prinsipal sejumlah uang tunai tanpa pembebanan bunga atau bank garansi dari bank pemerintah atau bank yang ditunjuk/disetujui oleh prinsipal atau barang tetap milik agen beserta asli suratsurat pemilikannya (akte jual-beli dan sertifikat hak) sebesar yang ditentukan oleh prinsipal, untuk jaminan bahwa agen akan mentaati ketentuan tentang pembayaran dalam perjanjian keagenan dan semua perjanjian/syarat-syarat tambahannya, janji-janji dan atau jaminan-jaminan lain yang diberikan oleh agen, berhubung dengan transaksi produk ICI dimaksud dalam perjanjian keagenan. 2) Besarnya jaminan akan ditentukan oleh prinsipal setiap waktu atau secara berkala, dinaikkan atau diturunkan, sesuai dengan jumlah rata-rata 3 (tiga) bulan transaksi produk ICI dengan agen. 3) Apabila jaminan dari agen dalam bentuk bank garansi, maka agen wajib selalu segera menyerahkan kepada prinsipal bank garansi yang baru selambat-lambatnya pada akhir tanggal berlakunya bank garansi yang diganti/lama sudah diterima oleh prinsipal. 4) Apabila agen tidak menyerahkan bank garansi yang baru pada batas waktu terakhir, maka hal itu dapat menyebabkan prinsipal menghentikan pengiriman produk ICI sampai dengan bank garansi tersebut diterima, dan apabila dalam waktu 1 (satu) bulan bank garansi tersebut belum juga diterima, maka prinsipal dapat membatalkan perjanjian secara sepihak. 5) Apabila jaminan dari agen berupa tanah dengan atau tanpa bangunan diatasnya, dan jika prinsipal menganggap perlu, agen wajib menyetujui untuk memasang
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
hak tanggungan atas tanah tersebut dan jika ada bangunan juga mengasuransikan bangunan tersebut untuk dan atas nama prinsipal atas tanggungan dari agen. 6) Apabila jaminan dari agen berupa surat-surat berharga, maka prinsipal berhak menentukan besarnya nilai jaminan dari surat-surat berharga tersebut dan prinsipal dalam hal ini menentukan itu tidak terikat kepada nilai nominal dan harga pasar di bursa pada saat dijaminkan. Penyerahan surat-surat berharga tersebut sebagai jaminan, sejauh bersifat surat berharga atas nama, penyerahan tersebut harus dilakukan dengan cessie. 7) Apabila jaminan dari agen berupa surat-surat hutang, maka prinsipal berhak menentukan besarnya nilai jaminan dari surat-surat hutang tersebut dengan memperhitungkan waktu berlakunya pencairan surat-surat hutang tersebut, bonafiditas siberhutang, ongkos-ongkos menagih lewat pengacara dan hal-hal lainnya. Penyerahan jaminan berupa surat-surat hutang tersebut di atas harus dilakukan dengan cara cessie dan atau disertai dengan surat kuasa untuk menagih dengan hak substitusi. Semuanya ini harus diberitahukan oleh agen kepada pihak ketiga si berhutang. 8) Agen tidak berhak menaruh atau mengajukan keberatan atau menuntut prinsipal karena alasan dan dengan cara apapun, apabila prinsipal mempergunakan uang yang didapatkan prinsipal dari jaminan yang telah diserahkan oleh agen untuk penutupan dari semua atau sebagian dari hutang-hutang dan atau kerugiankerugian yang diderita oleh prinsipal, tanpa adanya pemberitahuan lebih dahulu,
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
tetapi cukup dengan adanya kejadian-kejadian berupa ketiadaan pelaksanaan perjanjian oleh agen dan atau dari lain perjanjian tambahan, janji-janji, jaminanjaminan yang berhubungan dengan transaksi produk ICI yang tersebut dalam perjanjian keagenan ini. 9) Untuk pembayaran hutang-hutang agen yang sudah jatuh waktu pembayarannya, tetapi agen tidak mampu memenuhinya, maka prinsipal berhak mengambil kembali produk ICI yang masih dianggap baik oleh prinsipal yang ada pada agen, dengan harga untuk mana produk ICI itu dijual kepada agen oleh prinsipal. Untuk itu, agen dengan ini memberi ijin dan kuasa kepada prinsipal dan/atau wakilnya untuk memasuki kantor dan gudang agen untuk mengambil produk ICI dimaksud dan jika perlu dengan mempergunakan atau disertai instansi yang berwenang. 10) Jika dengan pengambilan produk ICI belum menutupi hutang agen, maka sisa hutang tersebut tetap merupakan hutang agen yang harus dibayar dan diselesaikan oleh agen dalam waktu sesingkat-singkatnya dan paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak pengambilan barang. Dalam Hal Pengakhiran Perjanjian Keagenan cat ICI di Medan 1. Kedua belah pihak berhak membatalkan perjanjian keagenan ini asalkan memberitahukan secara tertulis 3 (tiga) bulan sebelumnya. a. Dalam hal agen yang melakukan pembatalan, maka tidak ada kewajiban distribusi untuk mengambil kembali barang-barang produk ICI yang masih sisa pada agen, sedang hutang-hutang agen yang masih ada, wajib
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
diselesaikan, paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal surat pembatalan tersebut. b. Dalam hal prinsipal yang melakukan pembatalan, maka prinsipal akan memperhitungkan barang-barang produk ICI yang menurut penilaian prinsipal masih dalam keadaan baik dan dapat dipasarkan, menurut harga dengan mana produk ICI tersebut dibeli oleh agen dari prinsipal. 2. Prinsipal berhak segera membatalkan perjanjian keagenan ini secara sepihak, apabila: a. Agen tidak mentaati ketentuan dan atau syarat-syarat yang ditentukan dalam perjanjian keagenan ini dan atau ketentuan/syarat lain/tambahan dari prinsipal atau janji-janji atau jaminan-jaminan dari agen yang berhubungan dengan perjanjian. b. Terjadi hal-hal yang mengurangi atau menghalangi kemampuan agen untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya yang ditentukan dalam perjanjian keagenan ini, baik karena keadaan maupun sebab-sebab lainnya. c. Terjadi hal-hal mengenai agen, yang menurut anggapan prinsipal, dapat mengakibatkan bahwa kepentingan dari prinsipal terganggu atau tidak mencapai target atau nama dan atau pasaran dari produk ICI mungkin dapat dibahayakan atau terganggu. 3. Dalam hal pembatalan perjanjian keagenan karena sebab apapun juga, maka:
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
a. Semua pesanan agen yang belum dilaksanakan prinsipal, sebagaimana dikehendaki oleh prinsipal, dapat dibatalkan dan agen melepaskan semua haknya untuk menuntut penggantian kerugian dari/kepada prinsipal dengan alasan apapun, berhubung dengan pembatalan pesanan-pesanan tersebut. b. Agen tidak akan dibebaskan dari kewajiban-kewajibannya yang timbul atas
transaksi-transaksi
sebelum
terjadinya
pembatalan
perjanjian
keagenan dan agen wajib membayar lunas semua hutangnya kepada prinsipal paling lambat dalam waktu 1 (satu) bulan setelah tanggal c. pembatalan perjanjian keagenan, tanpa mengindahkan tanggal harus dibayarnya hutang-hutang tersebut. Prinsipal dan agen dengan ini dengan tegas melepaskan semua ketentuan yang termaktub dalam Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan perjanjian keagenan ini dianggap batal hanya dengan pemberitahuan tertulis dari prinsipal atau agen. B.2.
Perlindungan Hukum Terhadap Agen dalam Perjanjian Keagenan Cat
ICI Indonesia di Medan Salah satu prinsip yang sangat mendasar dalam ilmu hukum kontrak adalah prinsip perlindungan kepada pihak yang dirugikan akibat adanya wanprestasi dari pihak lainnya dalam kontrak yang bersangkutan. Wanprestasi (default atau non fulfilment, atau dapat juga disebut dengan istilah breach of contract) adalah tidak dilaksanakan prestasi atau kewajiban
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan. 56 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa wanprestasi dapat timbul karena: 1. Kesengajaan; 2. Kelalaian; 3. Tanpa sengaja (tanpa kesengajaan atau kelalaian) Sedangkan prestasi (performance) dalam hukum kontrak dimaksudkan sebagai suatu pelaksanaan hal-hal yang tertulis dalam suatu kontrak oleh pihak yang telah mengikatkan diri untuk itu, pelaksanaan mana sesuai dengan term dan condition sebagaimana disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan. 57 Adapun yang merupakan model-model dari prestasi yang disebutkan dalam Pasal 1234 KUH Perdata, yaitu berupa: 1. Memberikan sesuatu; 2. Berbuat sesuatu; 3. Tidak berbuat sesuatu Tindakan wanprestasi membawa konsekwensi terhadap timbulnya hak pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak yang dirugikan karena wanprestasi tersebut.
56 57
Munir Fuady, op.cit, Hukum Kontrak, halaman 87. Ibid
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Ada beberapa model bagi para pihak yang tidak memenuhi prestasinya walaupun
sebelumnya
sudah
setuju
untuk
dilaksanakannya.
Model-model
wanprestasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Wanprestasi berupa tidak memenuhi prestasi; 2. Wanprestasi berupa terlambat memenuhi prestasi; 3. Wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi. Dalam hal wanprestasi berupa tidak sempurnanya memenuhi prestasi, dalam ilmu kontrak dikenal dengan suatu doktrin yang disebut dengan “Doktrin Pemenuhan Prestasi Substansial” (Substantial Performance). Yang dimaksud dengan “Doktrin Pemenuhan Prestasi Substansial” adalah suatu doktrin yang mengajarkan bahwa sungguhpun satu pihak tidak melaksanakan prestasinya, tetapi jika dia telah melaksanakan prestasinya tersebut secara substansial, maka pihak lain harus juga melaksanakan prestasinya secara sempurna. Apabila suatu pihak tidak melaksanakan prestasinya secara substansial, maka dua disebut telah tidak melaksanakan kontrak secara “material” (material breach). Karena itu, jika dilaksanakan substansial performance terhadap kontrak yang bersangkutan, tidaklah berlaku lagi doktrin exceptio non adimpleti contractus, yakni doktrin yang mengajarkan bahwa apabila satu pihak tidak melaksanakan prestasinya, maka pihak lain dapat juga tidak melaksanakan prestasinya. Untuk kontrak-kontrak yang tidak berlaku doktrin pemenuhan prestasi secara substansial, berlaku doktrin pelaksanaan prestasi secara penuh atau sering disebut dengan istilah-istilah sebagai berikut:
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
1. Strict performance rule, atau 2. Full performance rule, atau 3. Perfect tender rule. 58 Jadi berdasarkan doktrin pelaksanaan kontrak secara penuh ini dan diberlakukan di dalam perjanjian keagenan, dimana prinsipal menyerahkan barang yang tidak sesuai (dari segala aspek) dengan kontrak kepada agen, maka agen dapat menolak barang tersebut. Dengan memberlakukan doktrin pelaksanaan kontrak secara substansial, maka untuk mengetahui apakah tidak terlaksananya kontrak merupakan “meterial” atau tidak masalahnya sangat relatif dan dalam praktik sangat ditentukan oleh kebijaksanaan hakim yang mengadili perkara yang bersangkutan. Sebagai pedoman bagi hakim, biasanya diberlakukan beberapa kriteria dasar sebagai berikut: 1. Kelayakan kompensasi Dalam hal ini akan dilihat apakah tersedia kompensasi yang cukup memuaskan terhadap pihak yang dirugikan karena wanprestasi. Apabila tidak cukup baik tersedia kompensasi atau sulit menghitung ganti rugi, maka pelaksanaan kontrak substansial akan sulit diakui. Jadi dalam hal yang demikian, pelaksanaan kontrak akan
dianggap
tidak
substansial,
sehingga
dianggap
telah
terjadi
ketidakterlaksanaan kontrak yang material.
58
Ibid, halaman 90
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
2. Hilangnya keuntungan yang diharapkan Dalam hal ini, semakin besar keuntungan yang hilang dari adanya pelaksanaan kontrak yang tidak sempurna, semakin besar pula kemungkinan wanprestasi yang material terhadap kontrak yang bersangkutan. Sehingga kalau kerugian kepada yang dirugikan tersebut besar, sulit dikatakan terjadi pelaksanaan kontrak yang substansial. 3. Bagian kontrak yang dilaksanakan Untuk dapat dikatakan bahwa pihak tertentu telah melaksanakan kontraknya secara substansial, dapat diukur dari bagian prestasi yang telah dilakukan. Semakin besar bagian prestasi yang telah dilakukan, semakin besar kemungkinan substansialnya pelaksanaan kontrak yang bersangkutan. 4. Kesengajaan untuk tidak melaksanakan kontrak Apabila ada bagian kontrak yang tidak dilaksanakan dengan unsur kesengajaan (bukan karena kelalaian atau sebab-sebab lain yang mengandung unsur itikad baik), unsur kesengajaan mana biasanya terlihat dengan sengaja mengabaikan kontraknya, atau dengan sengaja memasang material yang tidak memenuhi standar, dapat dikatakan bahwa dia belum melaksanakan kontrak secara substansial. 5. Kesediaan untuk memperbaiki prestasi
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Jika pihak yang melakukan wanprestasi dapat memperbaiki dan punya kemauan untuk memperbaiki prestasinya, maka dalam hal yang demikian dapat dianggap tidak terjadi bukan wanprestasi yang bersifat material. 6. Keterlambatan melaksanakan prestasi Keterlambatan dalam melaksanakan prestasi umumnya tidak dianggap sebagai wanprestasi yang bersifat material. Kecuali jika dengan keterlambatan tersebut akan sangat merugikan pihak lain. 59 Berlandaskan kepada prinsip perlindungan pihak yang dirugikan ini, maka apabila terjadi wanprestasi terhadap suatu kontrak, kepada pihak lainnya diberikan berbagai hak sebagai berikut: 1. Exceptio non adimpleti contractus Berdasarkan prinsip ini, maka pihak yang dirugikan akibat adanya suatu wanprestasi dapat menolak melakukan prestasinya atau menolak melakukan prestasi selanjutnya manakala pihak lainnya telah melakukan wanprestasi. 2. Penolakan prestasi selanjutnya dari pihak lawan Apabila pihak lawan telah melakukan wanprestasi, misalnya mulai mengirim barang yang rusak dalam suatu kontrak jual beli, maka pihak yang dirugikan berhak untuk menolak pelaksanaan prestasi selanjutnya dari pihak lawan tersebut, misalnya menolak menerima barang selanjutnya yang akan dikirim oleh pihak lawan dalam contoh kontrak jual beli tersebut.
59
Ibid. halaman 92-93.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
3. Menuntut restitusi Ada kemungkinan sewaktu pihak lawan melakukan wanprestasi, pihak lainnya telah selesai atau telah mulai melakukan prestasinya seperti yang diperjanjikannya dalam kontrak yang bersangkutan. Dalam hal tersebut, maka pihak yang telah melakukan prestasi tersebut berhak untuk menuntut restitusi dari pihak lawan, yakni menutut agar kepadanya diberikan kembali atau dibayar setiap prestasi yang telah dilakukannya. 60 Ada kemungkinan bahwa sungguhpun salah satu pihak telah melakukan wanprestasi, tetapi sebagian prestasi telah dilakukan atau terdapat cukup alasan untuk menunda sementara pelaksanaan prestasi ataupun ada alasan-alasan lain yang menyebabkan kepentingan pihak yang melakukan wanprestasi pun mesti dilindungi. Karena itu dalam ilmu hukum kontrak dikenal dengan prinsip keseimbangan, yakni keseimbangan antara kepentingan pihak yang dirugikan dengan kepentingan dari pihak yang melakukan wanprestasi. Perlindungan hukum dari pihak yang telah melakukan wanprestasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mekanisme tertentu untuk memutuskan kontrak Agar pemutusan kontrak tidak dilaksanakan secara sembarangan sungguhpun pihak lainnya telah melakukan wanprestasi, maka hukum menentukan
60
Ibid, halaman 96-97
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
mekanisme tententu dalam hal pemutusan kontrak tersebut. Mekanisme tersebut adalah sebagai berikut: 1) Kewajiban melaksanakan Somasi (Pasal 1238 KUH Perdata); 2) Kewajiban memutuskan kontrak timbal balik lewat pengadilan (Pasal 1266 KUH Perdata). 61 2. Pembatasan terhadap pemutusan kontrak Ada beberapa restriksi yuridis yang harus dilaksanakan terhadap pihak yang melakukan pemutusan kontrak, yaitu: 1) Wanprestasi harus serius Mekanisme penentuan sejauhmana serius atau tidaknya suatu wanprestasi terhadap suatu kontrak adalah sebagai berikut: i.
Melihat apakah ada ketentuan dalam kontrak yang menegaskan pelaksanaan kewajiban yang mana saja yang dianggap wanprestasi terhadap kontrak tersebut;
ii. Jika tidak ada ketentuan dalam kontrak, maka hakim dapat menentukan apakah tidak melaksanakan kewajiban tersebut cukup serius untuk dianggap sebagai suatu wanprestasi terhadap kontrak yang bersangkutan. 2) Hak untuk memutuskan kontrak belum dikesampingkan Pengenyampingan hak untuk memutuskan kontrak mempunyai konsekwensi hukum sebagai berikut: 61
Ibid, halaman 98
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
i. Hilangnya hak untuk memutuskan kontrak ii. Tidak berpengaruh terhadap penerimaan ganti rugi. Pada prinsipnya, pengenyampingan hak untuk memutuskan suatu kontrak oleh pihak yang dirugikan oleh adanya tindakan wanprestasi dapat dilakukan dengan dua jalan sebagai berikut: i. Dilakukan secara tegas Dalam hal ini pihak yang berhak memutuskan kontrak tersebut menyatakan dengan tegas bahwa dia telah mengenyampingkan haknya untuk memutuskan kontrak. ii. Dilakukan dengan tindakan Akan tetapi yang lebih sering terjadi adalah bahwa pihak yang berhak memutuskan suatu kontrak tidak menyatakan pengenyampingan secara tegas, melainkan dapat disimpulkan dari tindakan-tindakan yang dilakukannya. Misalnya dia masih besedia bahkan menggunakan barang yang dikirimkan oleh pihak pembeli, sungguhpun barang tersebut tidak seperti yang diperjanjikan, atau terlambat pengirimanya. 3) Pemutusan kontrak tidak terlambat dilakukan Pemutusan kontrak harus dilaksanakan dengan pantas (reasonable time). Hal ini untuk memberikan kepastian bagi pihak yang telah melakukan wanprestasi untuk
meneruskan
atau
tidak
wanprestasi
yang
belum
sempat
dilaksanakannya. Apabila selama jangka waktu yang wajar terhadap pemutusan kontrak tidak digunakan untuk memutuskan kontrak yang
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
bersangkutan, maka dia telah terlambat memutuskan kontraknya atas dasar bahwa dia telah menerima atau mentoleransi atas tindakan yang mengandung unsur wanprestasi tersebut, sehingga dia tidak dapat lagi memutuskan kontrak yang bersangkutan. 4) Wanprestasi disertai dengan unsur kesalahan. Dalam hukum Prancis, relevansi dari elemen kesalahan dalam hal terminasi kontrak atau pemberian ganti rugi terwujud dalam dua bentuk sebagai berikut: i. Jika unsur kesalahan diperlukan untuk memberikan ganti rugi, aka unsur kesalahan tersebut juga diperlukan untuk menggunakan hak dari pihak yang dirugikan untuk dapat memutuskan kontrak; ii. Pada prinsipnya pemutusan kontrak merupakan “discresi” dari pengadilan. Karena itu dalam kewenangan discresi tersebut, pihak pengadilan akan mempertimbangkan bisa atau tidaknya suatu kontrak diputuskan, salah satu faktor yang dipertimbangkan adalah sejauh mana seriusnya kesalahan dari pihak yang melakukan wanprestasi. 62 Pihak yang dirugikan karena wanprestasi atas kontrak pada prinsipnya dapat memutuskan kontrak yang bersangkutan. Akan tetapi, jika pemutusan kontrak tersebut dilakukan dengan maksud agar pihak yang dirugikan dapat mendapatkan kembali prestasinya yang telah diberikan kepada pihak yang melakukan wanprestasi, maka pihak yang dirugikan oleh wanprestasi tersebut mempunyai kewajiban untuk melakukan restorasi (restoration), yakni kewajiban dari pihak yang dirugikan untuk 62
Ibid, halaman 101
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
mengembalikan manfaat dari prestasi yang sekiranya telah dilakukan oleh pihak yang melakukan wanprestasi tersebut. Bentuk-bentuk dari tindakan restorasi oleh pihak yang dirugikan oleh wanprestasi kepada pihak yang melakukan wanprestasi adalah sebagai berikut: 1. Pengembalian benda secara fisik Apabila pihak yang melakukan wanprestasi telah menyerahkan suatu benda tertentu kepada pihak lainnya dalam rangka melaksanakan kewajibannya berdasarkan kontrak, tetapi kemudian pihak yang dirugikan ingin memutuskan kontraknya, maka sebagai tindakan restorasi, pihak yang dirugikan harus menyerahkan kembali benda tersebut “secara fisik” kepada pihak yang melakukan wanprestasi yang bersangkutan. 2. Pembayaran kompensasi Akan tetapi jika benda tersebut tidak dapat dikembalikan secara fisik, maka apabila ingin memutuskan kontrak, pihak yang telah dirugikan oleh wanprestasi tersebut harus memberikan kompensasi sejumlah manfaat yang telah diterimanya. Hal ini dapat terjadi dalam hal-hal sebagai berikut: a. Karena benda tersebut menyatu dengan bendanya pihak yang dirugikan oleh wanprestasi, ataupun
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
b. Karena prestasi yang telah diberikan oleh pihak melakukan wanprestasi tersebut berupa benda yang tidak dapat dikembalikan, misalnya dalam bentuk jasa. 63 Jika suatu kontrak diputuskan karena pihak lainnya telah melakukan wanprestasi, maka akan berlaku beberapa akibat hukum, yaitu: 1. Timbulnya kewajiban untuk melakukan restorasi 2. Berlaku secara ex tunc (efek prospektif) ataupun ex nunc (efek restropektif, kontrak dianggap sama sekali tidak ada) 3. Akibat terhadap hak untuk mendapatkan ganti rugi 64 Sedangkan menurut Kepmenperindag No. 23/1998 Pasal 10 – Pasal 11 ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan (larangan) bagi prinsipal dan agen, yaitu: 1. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan pedagang informal 2. Tidak diperkenankan bertindak sebagai importir umum 3. Dilarang menimbun/menyimpan bahan pokok kebutuhan masyarakat di dalam gudang dalam jumlah yang tidak wajar untuk tujuan spekulasi. Dilarang menimbun/menyimpan barang-barang yang sifat dan jenisnya berbeda kecuali ditepat yang disediakan khusus untuk itu. Berdasarkan analisa penulis dalam perjanjian keagenan cat ICI Indonesia dengan Agen PT Aneka Mujur Sumber Bangunan, PT Catur Karda Sentosa, PT Delta Sakti Selaras Utama yaitu agen bisa dan boleh memutuskan kontrak yang telah
63 64
Ibid, halaman 103 Ibid, halaman 103-104
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
dibuat dengan menuntut ganti rugi, berupa pemulangan cat ICI yang masih sisa di Agen, apabila Principal ICI paints melakukan wansprestasi C. Penyelesaian Sengketa terhadap Wanprestasi di dalam Perjanjian Keagenan. Penyelesaian terhadap wanprestasi dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: 1. Musyawarah untuk mufakat Negara kita merupakan negara yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan. Hal ini sesuai dengan pedoman perundang-undangan di Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sistem yang diterapkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan itu ialah musyawarah untuk mufakat. Setiap perselisihan yang ada selalu diharapkan dapat diselesaikan melalui musyawarah untuk mufakat. Akan tetapi didalam praktiknya sistem ini sering mengalami kegagalan. 2. Jalur Pengadilan Dalam dunia bisnis, hubungan yang terjadi di antara para pihak termasuk dalam ikatan hubungan perdata. Oleh karena itu apabila terjadi sengketa dari sebuah kontrak (breach of contract), akan diselesaikan secara perdata. Penyelesaian kasus ini tentunya harus didahului dengan adanya surat gugatan ke pengadilan di wilayah hukum tergugat berada.65 Proses di pengadilan ini pada umumnya akan diselesaikan melalui usaha perdamaian oleh Hakim Pengadilan Perdata. Perdamaian bisa dilakukan diluar
65
Richard Burton Simatupang, op.cit. halaman 52
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
pengadilan. Kalau hal ini bisa dicapai, maka akibatnya gugatan akan dicabut oleh penggugat dengan atau tanpa persetujuan tergugat. Tetapi perdamaian pun dapat diselesaikan di muka pengadilan. Kemungkinan ini diadakan atas anjuran hakim. Kalau damai dapat diselesaikan para pihak, maka sewaktu sidang berjalan, akan dibuatkan akta perdamaian, dalam hal mana kedua belah pihak dihukum untuk mentaati persetujuan yang dibuat. Akta perdamaian ini mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan suatu vonis hakim. Apabila jalan perdamaian tidak dapat diselesaikan oleh para pihak, proses penyelesaian selanjutnya biasanya akan memakan waktu yang panjang. Sebab tiga tingkatan proses pengadilan minimal akan dijalani untuk sampai pada proses final, yaitu mulai dari gugatan ke Pengadilan Negeri, proses banding ke Pengadilan Tinggi dan terakhir proses kasasi ke Mahkamah Agung. Kondisi demikian saat ini masih sering terjadi di Indonesia. Artinya proses pengadilan yang diharapkan menurut undang-undang dilaksanakan secara sederhana, ringan dan cepat, belum dapat terwujud. 3. Jalur Arbitrase Alternatif lain yang biasanya dan sering dilakukan oleh kalangan pengusaha untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi saat ini adalah melalui lembaga arbitrase. Sebab penyelesaian melalui lembaga arbitrase ini mempunyai karakteristrik sendiri yang bagi usaha sangat dibutuhkan keberadaannya. Tetapi banyak pula kaum usahawan yang belum mengetahui seluk beluk pemakaian
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
lembaga ini, padahal menurut sejarahnya arbitrase dibentuk oleh kalangan usahawan sendiri untuk menyelesaikan kemungkinan sengketa yang timbul. Sebelum mengetahui kegunaan lembaga arbitrase, ada baiknya diketahui dahulu apa pengertian arbitrase dan bagaimana ketentuan yang mengaturnya. Kata arbitrase sebenarnya berasal dari bahasa Latin arbitrare, yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu menurut kebijaksanaan. Kebijaksanaan yang dimaksud tidaklah berarti tidak mengindahkan norma-norma hukum yang semata-mata hanya bersandarkan kebijaksanaan saja. Lembaga arbitrase merupakan suatu jalur musyawarah yang melibatkan pihak ketiga sebagai wasitnya. Perselisihan dengan bantuan pihak ketiga, bukan hakim walaupun dalam pelaksanaan putusannya harus dengan bantuan hakim. Frank Elkouri and Edna Elkouri dalam bukunya How Arbitration Works, 1974, telah mendefenisikan Arbitrase sebagai berikut: “Arbitration is a simple proceeding voluntarily chosen by parties who want a dispute determined by an importial judge of their own mutual selection, whose decision, based on the merits of the case, they agreed in advance to accept as final and binding”
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
(Arbitrase adalah proses penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang hakim atau para hakim kepada atau mentaati keputusan yang diberikan oleh para hakim yang mereka pilih atau tunjuk) 66 Dari defenisi diatas jelas bahwa dasar hukum arbitrase adalah bahwa menurut hukum dianggap wajar apabila dua orang atau pihak yang terlibat dalam suatu sengketa mengadakan persetujuan dan mereka menunjuk seorang pihak ketiga yang mereka berikan wewenang untuk memutus sengketa. Mereka pun berjanji untuk tunduk kepada putusan yang akan diberikan oleh pihak ketiga tersebut. Adapun dasar hukum mengapa dapat diterapkan lembaga arbitrase, dapat dilihat dalam Pasal 615 – Pasal 651 RV (Reglement op de Rechsvordering) dan dalam Memori Penjelasan Pasal 3 Ayat (1) Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 yang diganti dengan Undang-Undang No 4 Tahun 2004 tentang Pokok-Pokok Kekuasan Kehakiman. Pasal 615 RV menyebutkan bahwa diperkenankan kepada siapa saja yang terlibat dalam suatu sengketa yang mengenai hak-hak yang berada dalam kekuasaannya untuk melepaskannya, untuk menyerahkan pemutusan sengketa tersebut kepada seorang atau beberapa orang wasit. Sedangkan Memori Penjelasan Pasal 3 Ayat (1) UU No. 14 Tahun 1970 yang diganti dengan UU No 4 Tahun 2004 menyebutkan bahwa, “Penyelesaian perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalaui wasit (arbitrase) tetap diperbolehkan”.
66
Ibid, halaman 54
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Dengan menggunakan lembaga arbitrase dalam penyelesaian suatu sengketa, minimal ada 3 (tiga) keuntungan yang dapat diperoleh, yaitu: 1) Waktu yang cepat 2) Adanya orang-orang yang ahli 3) Rahasia para pihak terjamin 67 Sedangkan kalau dilihat dari isi perjanjian keagenan antara PT ICI PAINTS Indonesia dengan PT.Aneka Mujur Sumber Bangunan, PT Catur Karda Sentosa, PT Delta Sakti Selaras Utama sebagai agen dengan cara semua perselisihan yang timbul berkenaan dengan Perjanjian Keagenan akan diselesaikan secara musyawarah. Apabila tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka penyelesaian perselisihan tersebut diserahkan kepada Pengadilan Negeri di tempat kedudukan (kantor pusat) Prinsipal. Dan sampai hingga saat ini belum pernah perselisihan diselesaikan melalui Pengadilan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Willy Sutiono (Sales Manager ICI Regional Sumatera) dan Bapak Chandra (Manager PT Aneka Mujur Sumber Bangunan), Bapak Thomas (Manager PT Delta Sakti Selaras Utama), Bapak Kiang Rotiac (Manager PT Catur Karda Sentosa) bahwa penyelesaian masalah bila terjadi Wanprestasi antara Principal dan Agen ICI di Medan , maka diselesaikan terlebih dahulu secara musyawarah. Hal tersebut dilakukan karena menjaga nama baik (good Will) dan kepercayaan (bonafiditas) dari masing-masing pihak, tapi bila tidak bisa
67
Ibid, halaman 57
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
juga diselesaikan, maka alternatif terakhir melalui Pengadilan ditempat Principal berdomisili yaitu Jakarta. Yang terakhir ini belum pernah ada kasusnya. 68
68
Wawancara dengan Regional Manager PT ICI Paints Indonesia dengan Agen-Agen cat ICI di Medan, tanggal 20 April 2004
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
BAB V PENUTUP A.KESIMPULAN Dalam hukum keagenan pengaturannya masih bersifat sporadis yang mana pengaturannya tersebar dalam peraturan perundangan-undangan KepMenDag
Nomor
23/MPM/Kep/1998
tentang
yaitu peraturan
lembaga
Usaha
dan
Perdagangan, juga terdapat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang pemberian kuasa dan Kitab Undang –Undang Hukum Dagang tentang makelar dan komisioner. Berdasarkan pembahasan penelitian
tersebut diatas maka penulis mengambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam Perjanjian keagenan ICI Indonesia dibuat secara tertulis dengan dibawah tangan dengan klausul-klausul yang telah ditetapkan oleh Principal dan tidak seimbang, sehingga agen cat ICI harus menurutinya. 2. Kedudukan Principal PT ICI Indonesia adalah sebagai manufaktur dan pabrik yang mengolah, memproduksi, dan mengemas barang (cat) sedemikian rupa sehingga menjadi barang jadi yang siap didistribusikan kekonsumen.. Kedudukan Agen ICI adalah sebagai sebagai agen penjual dan sebagai pihak yang mendistribusikan barang jadi (cat ICI) yang sudah dikemas sedemikian rupa untuk dijual dan dipasarkan menurut wilayah yang telah disepakati dalam perjanjian keagenan cat. Dalam perjanjian
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
keagenan cat ICI Indonesia tersebut diatas didasarkan adanya hubungan hukum antara para pihak yang menimbulkan adanya akibat hukum pula dengan timbulnya hak dan kewajiban antara pihak. Tanggung Jawab Principal dan Agen dalam perjanjian keagenan cat ICI Indonesia adalah semua resiko dan kerugian yang telah dicantumkan dalam perjanjian tersebut. Kemudian Perlindungan Hukum yang diberikan
kepada agen
terhadap Principal ada dalam perjanjian keagenan cat ICI Indonesia di Medan adalah agen dapat memutuskan atau membatalkan kontrak yang telah dibuat. Perlindungan hukum terhadap agen ICI di Medan yaitu agen dapat mengakhiri atau memutuskan serta membatalkan kontrak dengan menyelesaikan kewajiban dan haknya terlebih dahulu. 2. Penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian keagenan cat ICI Indonesia di Medan yang dilakukan diutamakan dengan cara musyarah dan mufakat demi menjaga nama baik atau good will (nama baik) dan bonafiditas (kepercayaan) masing-masing pihak B. SARAN 1. Dalam membuat perjanjian keagenan Cat ICI Indonesia di Medan hendaknya Principal tidak menggunakan kekuasaan sebagai perusahaan yang besar (bargaining power) dengan mencantumkan klausul-klausul yang sifatnya lebih mementingkan kepentingan Principal daripada kepentingan bersama. Dalam perjanjian keagenan Cat ICI Indonesia hendaknya Agen tidak menerima begitu saja klausul-klausul yang dicantumkan Principal, tapi bisa
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
mengusulkan mengganti atau merubah klausul yang tidak sesuai atau memberatkan agen. Yang paling penting adalah mengedepankan itikad baik dalam pelaksanaan perjanjian tersebut. 2. Perjanjian Keagenan umumnya dan perjanjian keagenan cat khususnya di PT ICI Indonesia hendaknya tidak hanya dibuat secara dibawah tangan saja, tapi dibuat secara otentik dihadapan notaris, karena notaris adalah pejabat yang ditunjuk oleh Undang-Undang untuk membuat akte otentik yang menjamin kepastian tanggal perjanjian, isi perjanjian dan tanda tangan para pihak, sehingga dapat menjamin kepastian hukum bahwa perjanjian tersebut benarbenar disepakati kedua pihak, bila ada pengingkaran dan wanprestasi terhadap perjanjian, maka akte notaris merupakan alat bukti surat yang sempurna . .
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA Amirizal, Hukum Bisnis Deregulasi dan Joint Venture dalam Teori dan Praktek. Jakarta:Djambatan, Tahun 1996 Ashshofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:Rineka Cipta, Tahun 1998 Suherman ,Ade Maman, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global. Jakarta:Penerbit Ghalia Indonesia, Tahun 2002 Badrulzaman, Mariam Darus SH, Aneka Hukum Bisnis, Bandung:Alumni, Tahun 1994 ___________________________, KUH Perdata Buku III, Hukum Perikatan dengan Penjelasan, Bandung:Alumni, Tahun 1983 ___________________________, (et al), Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya, Tahun 2001. Swastha, Basu, , Saluran Pemasaran, Yogyakarta:BPFE-UGM, Tahun 2000 ____________& Sukotjo, Ibnu, Pengantar Bisnis Modern, Yogyakarta:Liberty, Tahun 1993 Fuady, Munir, Pengantar Hukum Bisnis, Bandung:Citra Aditya, cetakan I, Tahun 2002 ___________, Hukum Kontrak, Bandung:Citra Aditya, Cetakan I, Tahun 1999 ___________, Hukum Bisnis, Dalam Teori dan Praktek, Bandung:Citra Aditya, Cetakan II, Tahun 2002 Harahap,M Yahya, , Segi-Segi Hukum Perjanjian, Cetakan 2, Bandung: Alumni, 1986 Mertokusumo, Sudikno, 1988
Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Jogjakarta:Liberty,
Manullang ,M., Dasar-Dasar Marketing Modern, Yogyakarta:liberty. Tahun 1988 Moekijat, Kamus Manajemen, Bandung:Mandar Maju, Tahun 1990
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Sumardjono ,Maria, 1989
Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, Yogyakarta:Tahun
Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perikatan, Bandung:Alumni, Tahun 1982 Prodjodikoro, Wiryono, Asas-Asas Hukum Perjanjian. Bandung:Penerbit Sumur 1993 Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan dan Pengendalian, Terjemahan Herujati Purwoko dan Jaka Wasana, Jakarta:Erlangga. Tahun 1992 Rambey, M. Imanullah, ,Fakultas Ekonomi UMSU Medan, Skripsi Penerapan Sistem Distribusi Terhadap Volume Penjualan Pada PT. Texindo Medan. Tahun 2002 Sembiring ,Sentosa.. Hukum Dagang.Bandung:Citra Aditya.Tahun 2001 Sjahdeini ,Sutan Remy.. Kebebasan Berkontrak Dan Perlidungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia.Seri Hukum Perbankan), Jakarta:Penerbit Institut Bankir Indonesia (IBI. 1993 Subekti, R, Hukum Perjanjian, Jakarta:PT. Intermasa, Tahun 1979, Sumantoro, 1986, Hukum Ekonomi, Universitas Indonesia. Simatupang, Richard Burton, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Jakarta:Rineka Cipta, Tahun 1996 Kamus Besar Bahasa Indonesia , , Balai Pustaka, edisi 2, cetakan ke 10. Tahun Tahun 1999 Undang-Undang Penanaman Modal Asing, No.1 Tahun 1967 Undang-Undang No 11 Tahun 1970.Tentang Perubahan Undang-Undang Penanaman Modal Asing. Undang-Undang No 4 Tahun 2004. Tentang Kekuasaan Kehakiman Undang-Undang Penanaman Modal No.25 Tahun 2007 Undang-Undang Dasar 1945.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, SK Mendag No. 315/Kp/XII/70 Sepeda Motor.
tanggal 4 Desember 1970, Untuk Keagenan
Sk Memperindag No 23/MPM/KEP/1998, Tentang Lembaga Usaha Perdagangan, tanggal 21 Jannuari 1998.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… …...1 F. Latar Belakang Masalah ...............................................................1 G. Perumusan Masalah ......................................................................4 H. Tujuan Penelitian...........................................................................4 I. Faedah Yang Diharapkan .............................................................5 J. Keaslian Penelitian.........................................................................6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................7 C. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya .......................................7 1. Syarat Sah Suatu Perjanjian.....................................................10 2. Jenis-Jenis Perjanjian................................................................13 3. Asas-Asas Perjanjian .................................................................16 4. Pelaksanaan Perjanjian .............................................................20 5. Berakhirnya Perjanjian Keagenan...........................................24 D. Pengertian Agen Cat Pada Umumnya .........................................30 1. Defenisi Agen ..............................................................................30 2. Jenis-Jenis Keagenan .................................................................32 3. Pengaturan Perjanjian Keagenan ............................................34 4. Wilayah Agen dan Saluran Distribusi .....................................35 5. Pengertian Cat............................................................................40 6. Tanggung Jawab Hukum ..........................................................41 BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................43 F. Sifat Penelitian................................................................................43 G. Lokasi Penelitian ............................................................................43 H. Metode Pengumpulan Data...........................................................44 I. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................44 J. Analisis Data ...................................................................................44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................45 A. Deskripsi Perusahaan PT ICI Paint Indonesia.......................... 45 A.1. Sejarah PT ICI Paints Indonesia .........................................45 A.2 Bisnis Utama PT ICI Paints Indonesia................................46 A.3 Pemasaran dan Distribusi ....................................................48 A.4 Kebijaksanaan ICI Group....................................................51 B. Kedudukan dan Tanggung Jawab Para Pihak...........................51 Dalam Hukum Perjanjian Keagenan Cat ICI Paints Indonesia51 Di Medan.........................................................................................51 B.1 Hubungan Hukum Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian 51
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Keagenan Cat ICI Paints Indonesia di Medan...................51 B.1.1. Hak-Hak Principal ....................................................54 B.1.2. Kewajiban Dan Tanggung Jawab Principal ...........55 B.1.3. Hak-Hak Agen ...........................................................56 B.1.4. Kewajiban Dan Tanggung Jawab Agen ..................57 B.2 Perlindungan Hukum Terhadap Agen dalam Hukum Dalam 65 Perjanjian Keagenan Cat ICI Indonesia di Medan .............65 C. Penyelesaian Sengketa Terhadap Wanprestasi Di dalam Perjanjian 76 Keagenan.........................................................................................76 BAB V
PENUTUP............................................................................................81 A. Kesimpulan ......................................................................................81 B. Saran.................................................................................................82
DAFTAR KEPUSTAKAAN ..............................................................................84
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM HUKUM PERJANJIAN KEAGENAN (KAJIAN PADA PERJANJIAN KEAGENAN CAT INDONESIA DI MEDAN) M.Imanullah Rambey Bismar Nasution Ningrum Natasya Sirait Syafruddin Hasibuan INTISARI Sebagai negara berkembang, Indonesia mempunyai keinginan yang kuat untuk melaksanakan pembangunan ekonominya, akan tetapi keinginankeinginan tersebut tidak didukung oleh tersedianya sumber-sumber dana. Tidak hanya itu saja pembangunan membutuhkan sumber daya alam yang banyak, tenaga terampil yang cukup, manajemen yang baik, stabilitas politik yang mantap. Namun persoalan utama terletak dalam kebutuhan akan sumber modal dan investasi. Selain permodalan dalam negeri, permodalan diperoleh dari luar negeri. Bukti nyata pemerintah untuk mendapatkan modal dalam menunjang pembangunan nasional dengan mengeluarkan Undang-Undang Penanaman Modal No 25 Tahun 2007. Salah satu perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Indonesia adalah PT ICI Paints Indonesia. Untuk memasarkan catnya keseluruh Indonesia diperlukan saluran pemasaran yang efektif dan efisien, maka PT ICI Paints Indonesia mengangkat agen penjual untuk memasarkan catnya. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimanakah kedudukan dan tanggung jawab para pihak dalam perjanjian keagenan cat, dengan ruang lingkup adalah hak, kewajiban dan tanggung jawab dalam perjanjian keagenan serta upaya-upaya penyelesaian permasalahan perjanjian keagenan cat di Medan. Dalam hal ini diperlukan perjanjian keagenan antara pihak-pihak. Pemerintah melalui Menteri Perindustrian dan Perdagangan mengeluarkan
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 23/MPM/Kep 1998, tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan, tanggal 21 Januari 1998. Dalam Kepmenperindag ini digunakah istilah lembaga perdagangan. Lembaga perdagangan pasal 1 butir 3 KepMenPerindag Nomor 23/MPM/Kep/1998 adalah suatu instansi/badan yang dapat berbentuk perorangan atau badan usaha, baik sebagai eksportir, importir, pedagang besar, pedagang pengecer, ataupun lembaga-lembaga perdagangan lain yang sejenis, yang didalam tatanan pemasaran barang dan atau jasa, melakukan kegiatan perdagangan dengan cara memindahkan barang dan atau jasa, baik langsung maupun tidak langsung dari produsen sampai pada konsumen. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan metode pendekatan yuridis sosiologis, untuk mengetahui perjanjian keagenan, baik mengenai peraturannya maupun penerapannya dalam praktek. Data penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dan informan dalam penelitian lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen resmi, buku-buku, majalah yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Responden penelitian ditentukan dan dipilih berdasarkan teknik Non Probability sampling yaitu purposive sampling sebanyak 10 toko besi dan cat di Medan. Informan penelitian adalah Regional Manager Sumatera PT ICI Paints Indonesia dan Para Manager Agen ICI Paints di Medan. Alat penelitian yang digunakan adalah wawancara, kuesioner dan studi dokumen. Hasil penelitian menjelaskan bahwa dalam perjanjian bisnis yang diadakan antara agen/prinsipal dengan principalnya, biasanya dilakukan dengan membuat suatu kontrak tertulis yang isinya ditentukan oleh para pihak sesuai dengan kepentingan para pihak tersebut, asal saja tidak bertentangan dengan hukum dan kesusilaan seusuai Pasal 1338 KUH Perdata. Sedangkan menurut perjanjian keagenan sebagai principal tunggal dari PT ICI Paints Indonesia dengan PT Aneka Mujur Sumber Bangunan sebagai agen, PT Catur Karda Sentosa, PT Delta Sakti Selaras Utama di Medan berisi hak, kewajiban dan tanggung jawab principal adalah hak-hak Principal (PT ICI Paints Indonesia), kewajiban dan tanggung jawab principal (PT ICI Paints Indonesia), hak-hak Agen (PT Aneka Mujur Sumber Bangunan Medan, PT Catur Karda Sentosa Medan, PT Delta Sakti Selaras Utama Medan), kewajiban dan tanggung jawab agen (PT Aneka Mujur Sumber Bangun Sejahtera Medan, PT Delta Sakti Selaras Utama Medan, PT Catur Karda Sentosa Medan) Principal dan agen dengan ini dengan tegas melepaskan semua ketentuan yang termaktub dalam pasal 1266 dan pasal 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata perjanjian keagenan ini dianggap batal hanya dengan pemberitahuan tertulis dari principal/agen. Kedudukan principal PT ICI Paints Indonesia adalah sebagai manufaktur, pabrik yang mengolah, memproduksi, dan mengemas barang (cat) sedemikian rupa sehingga menjadi barang jadi yang siap didistribusikan kekonsumen.
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Kedudukan agen ICI adalah sebagai agen penjual dan sebagai pihak yang mendistribusikan barang Jadi (cat ICI) yang sudah dikemas sedemikian rupa untuk dijual, dipasarkan menurut wilayah yang telah disepakati dalam perjanjian keagenan cat. Dalam perjanjian keagenan cat ICI Indonesia tersebut didasarkan adanya hubungan hukum antara para pihak yang menimbulkan adanya akibat hukum pula dengan timbulnya hak dan kewajiban antara pihak. Tanggung jawab principal dan agen dalam perjanjian keagenan cat ICI Indonesia adalah semua resiko dan kerugian yang telah dicantumkan dalam perjanjian tersebut. Kemudian perlindungan hukum yang diberikan kepada agen terhadap principal ada dalam perjanjian keagenan cat ICI Indonesia di Medan adalah agen dapat memutuskan atau membatalkan kontrak yang telah dibuat. Dan perlindungan hukum terhadap agen ICI di Medan yaitu agen dapat mengakhiri atau memutuskan serta membatalkan kontrak dengan menyelesaikan kewajiban dan haknya terlebih dahulu.
____________________ Kata Kunci:- Hukum Perjanjian Keagenan - Penanaman Modal - Hukum Kontrak
THE EXISTENCE AND RESPONSIBILITY OF THE PARTIES ON AGENCY CONTRACT LAW (A STUDY ON AGENCY CONTRACT ICI INDONESIA COMPANY IN MEDAN)
M.Imanullah Rambey Bismar Nasution Ningrum Natasya Sirait Syafruddin Hasibuan ABSTRACT As a developing country, Indonesia has politically willing greatly to perform its economy development, but the desires is not supported by the existence of fund sources, beside it the development however require an excessively natural resources, sufficiently skillful people, a credible management and stabile politica situation. But the main problem is precisely seen on the requirement of capital resource and investment. Seemly beside domestic capital exist, there obtained foreign fund is a development then issued a Regulation on
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
Investment No. 25 of 2007. One of the foreign investments in Indonesia is PT ICI Paints Indonesia company. In order to market the product throughout Indonesia required there an effective and efficient marketing channel, formally the PT ICI company assign several sales agent in many cities. The Problem to this business assignment is how their existence and responsibility of the parties in the agency sales of painting, the scope of privilege, the obligation and responsibility in the agency business contact and the efforts how to settle the problem on the agency contract agreement in Medan. In this case is required a formal agency agreement berween the parties. The government through the Ministry of Trades and Industries has issued a ministry decision No. 23/MPM/Kep/1998 regarding the Business Agencies on Trades dated 21 January 1998, which decision is used a certain term with trades agency. The agency in trades as Article 1 point 3 KepMenPerindag Number 23/MPM/Kep/1998 is an institution or agency either form of individual or organization in trades as for the market order on goods and services, performing the trades activitiy there by bring and move the goods and or sevices, performing the trades activity there by bring and move the goods and or services either directly or indirectly from producer through consumers. The result of study indicated that business contract executed between the agency/principal with its principal, usually initiated provide a written business contract which the content by points have been defined by the parties refers to interest of those parties, but it will not contradict with the law and fairly with the Article 1338 KUH Perdata Civil codes. Meanwhile refers to the agency agreement, as sole principal for PT ICI Paints Company in Indonesia with PT Aneka Mujur Sumber Bangunan, PT Catur Karda Sentosa, PT Delta Sakti Selaras Utama in Medan, the privilege and responsibilities of principal is the principal responsibilities (PT ICI Paints Indonesia), the privilege of agent (PT Aneka Mujur Sumber Bangunan Medan, PT Delta Sakti Selaras Utama Medan Principal and agent hereby release firmly all the regulations as intended in the Article 1266 and Article 1267 as Civil Law Codes and this Agency Agreement is assumed postponed with informing only from Principal. The Existence of Principal PT ICI Paints Indonesia is as manufacture perhaps factory to process, produce, and packing the product in commercial to become a finished goods ready to distribute to all consumers. The existence of ICI agent is a sale agent and as partner a party to distribute the finished product (paint) that has been packed accordingly to sale and market refers to the region has been determined as in the agency agreement. In the agency business contract as above formally based on a partnership in business between the parties and will there be a legal consequence of emerging the privilege and obligation between the parties. The responsibilities of Principal and Agency in the agency agreement of business are all the risk and lost that has been listed in the business
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
contract. Still, it is found a legal protection given to those agents mainly as principal there is a special agency provided by Cat ICI Indonesia company, in this case the agent can terminate or postpone contract that has been provided. The legal protection to those agencies ini Medan region is perhaps the agent may terminate and post the contract after settling everything obligations and rights firstly.
Keyword
:- Legal agent agreement - Investment - Contract Law
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
SEMINAR HASIL PENELITIAN (TESIS)
PEMRASARAN
: M. IMANULLAH RAMBEY
NOMOR INDUK
: 017011076
JUDUL PENELITIAN : KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK
DALAM
HUKUM
PERJANJIAN
KEAGENAN ( KAJIAN PADA PERJANJIAN KEAGENAN CAT ICI INDONESIA DI MEDAN ). PEMBIMBING
:
1. Prof.Dr. BISMAR NASUTION, SH. MH 2. Prof.Dr.NIGRUM NATASYA SIRAIT,SH.Mli 3 SYAFRUDDIN HASIBUAN, SH.MH
HARI / TANGGAL
:
JAM
:
TEMPAT
: RUANG SEMINAR PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008
M Imanullah Rambey : Kedudukan Dan Tanggungjawab Para Pihak Dalam Hukum Perjanjian Keagenan…, 2007 USU e-Repository © 2008