Kedekatan emosi yang dijalin sepenuh hati akan menjadi jembatan kesuksesan seorang pemimpin PENDAHULUAN Kepemimpinan merupakan seni, karena pendekatan setiap orang dalam memimpin orang dapat berbeda tergantung karakteristik pemimpin, karakteristik tugas, maupun karakteristik orang yang dipimpinnya. Amstrong (2003) menyatakan kepemimpinan adalah proses memberi inspirasi pada semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dalam berbagai literature, kepemimpinan berbeda dengan manajemen. Kepemimpinan lebih menekankan pada cara mempengaruhi orang agar menjadi efektif, sementara manajemen dikaitkan dengan kerja mengelola dengan efisien produksi, system keuangan, pemasaran. Kepemimpinan bekerja di atas system, sementara manajemen bekerja dalam system (selalu taat prosedur system). dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih tersebut Dinamika kepemimpinan Kepemimpinan memerlukan bentuk manusiawi yang efektif, artinya hubungan manusiawi dalam kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin dalam memperlakukan orang yang dipimpinnya, yang akan memberi tanggapan berupa kegiatan-kegiatan yang menunjang atau tidak bagi tercapainya tujuan kelompok/organisasi menjadi dinamis. Adanya hubungan yang manusiawi ini, khususnya dalam hubungannya dengan kehidupan nyata dimana terjadi interaksi antar seseorang dengan orang lain yang membutuhkan rasa saling memahami, saling menyayangi, dan saling menghormati dengan prinsip utama adanya musyawarah, seperti dalam firman Allah Subhanahuata’ala dalam surah Ali ‘Imran (3), ayat 159.
Artinya: Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwakkal kepada Nya (QS Ali Imran [3] : 159)
Integritas dan kejujuran perlu dimiliki oleh setiap orang. Kompetensi ini merupakan salah satu modal dasar dalam menaiki tangga karir. Untuk dapat menjadi pemimpin yang berhasil, integritas dan kejujuran menrupakan salah satu prasyarat penting yang harus dimiliki. Beberapa lembaga internasional yang bergerak dalam bidang manajemen atau kepemimpinan telah melakukan berkali-kali survey tentang karakteristik pemimpin yang berhasil dan dikagumi. Penelitan ini dilakukan oleh The Leadership Challenge, dimana disponsori oleh American Managemen Asosiation. Melibatkan seribu lima ratus manajer di seluruh Amerika. Hasil
penelitian ini mengungkapkan bahwa pemimpin yang jujur atau memiliki integritas selalu mendapat skor tertinggi. Jawaban yang paling sering disebutkannya adalah : 1. Integritas (pemimpin tulus, bisa dipercaya, mempunyai watak, mempunyai keyakinan); 2. Kecakapan (pemimpin mampu bekerja, produktif, efisien); 3. Kepemimpinan (pemimpin yang memberikan inspirasi, pasti, memberikan arah). (Sumber kauzes dan posner, 1997). Perbedaan lebih jauh tugas atau kegiatan antara manajer dengan pemimpin dikemukakan oleh Waren Benis (1998), yaitu : 1. Seorang manajer melakukan pengawasan, sedangkan seorang pemimpin menciptakan inovasi-inovasi. 2. Seorang manajer adalah sebuah kopian, sedangkan pemimpin adalah orisinil. 3. Seorang manajer berfokus pada system dan struktur, pemimpin berfokus pada manusia. 4. Seorang manajer bergantung pada control, sedangkan pemimpin menambah kepercayaan. 5. Seorang manajer memiliki pandangan jangka pendek, sedangkan pemimpin memiliki perspektif jarak jauh. 6. Seorang manajer bertanya bagaimana dan kapan, sedangkan pemimpin bertanya apa dan kenapa. 7. Seorang manajer memusatkan perhatiannya pada inti sebuah permasalahan, sedang pemimpin memusatkan perhatiannya pada kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul kemudian. 8. Seorang manajer meniru, sedang pemimpin menciptakan. 9. Seorang manajer menerima status quo, pemimpin menantangnya. 10. Seorang manajer layaknya tentara yang mengikuti perintah, pemimpin menguasai dirinya sendiri atau tidak barada di bawah perintah siapa pun. 11. Seorang manajer berpikir tentang hal-hal yang benar, pemimpin melakukan hal-hal yang benar (Burt Nanus, 1992). Ada sejumlah factor yang menentukan efektifitas seorang pemimpin, diantaranya : (1) harapan dan perilaku atasan, (2) persyaratan tugas, (3) kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan, (4) kultur dan kebijakan organisasi, (5) perilaku harapan rekan kerja, (6) karakteristik dan perilaku bawahan. Berikut akan digambarkan factor-faktor kepribadian dan situasi yang mempengaruhinya :
Harapan dan Prilaku Atasan Kepribadian Pengalaman Masa lalu dan Harapan
Kultur dan kebijaksanaan Organisasi
Persyaratan Tugas
Efektifitas Pemimpin
Karakteristik Harapan dan Perilaku Bawahan
Perilaku Harapan rekan
Gambar 8.2 Faktor-faktor kepribadian dan situasi yang mempengaruhi kepemimpinan yang efektif (sumber: Stoner, 2011) Harapan bawahan adalah factor lain yang menentukan apakah suatu gaya tertentu akan cocok. Bawahan yang di masa lampau pernah mampunyai seorang manajer yang berorientasi pada karyawan yang mengharapkan manajer baru yang mempunyai gaya yang sama yang mungkin akan memberikan reaksi negative terhadap kepemimpinan yang otoriter. Demikian juga karyawan yang sangat terampil dan termotivasi mungkin mengharapkan agar manajer tidak terlalu ikut campur. Sebaliknya, karyawan yang dihadapkan dengan tugas baru yang menantangkan yang mengharapkan instruksi manajer dan mungkin kecewa jika ternyata hal itu tidak kunjung tiba. Reaksi bawahan terhadap gaya kepemimpinan seorang manajer biasanya menjadi tanda bagi manajer apakah gayanya efektif. Sebagai contoh, kebingungan atau kebencian bawahan yang sering menyertai suatu gaya yang tidak sesuai biasanya menjadi sebuah peringatan bagi manajer bahwa diperlukan perubahan dalam gaya kepemimpinannya. Akan tetapi kadang-kadang seorang manajer baru merasa bahwa mengubah harapan bawahan akan lebih baik daripada mengubah gaya kepemimpinannya sendiri. Dalam situasi seperti itu biasanya dibutuhkan banyak waktu dan kesabaran di pihak manajer sebelum bawahan menerima gaya manajer tersebut.
Menghargai orang lain Penghargaan adalah lem yang menyatukan orang dari berbagai latar belakang, perspektif, dan pembawaan dalam bekerja bersama. Pemimpin yang bermoral tahu bahwa mereka hanya dapat menginspirasi orang yang mereka hargai. Penghargaan adalah ketrampilan yang penting.. Ketika kita menghargai orang lain, kita membangun hubungan dengan sesuatu pribadi mereka yang ideal, hubungan yang positif adalah bentuk putusan independen tentang pendapat dan tindakan mereka saat ini. Sebagai pemimpin, Anda mesti menyadari bahwa saat ini tempat kerja sangatlah sensitif. Tindakan kecil seperti memperlakukan orang dengan hormat adalah sikap yang harus dikuasai para pakar kepemimpinan. Yang membedakan seorang pemimpin dengan orang kebanyakan adalah tindakan-tindakan kecil namun penting.Pemimpin harus membiasakan diri membuat orang merasa penting dan unik, terutama jika mereka sendiri tidak merasa seperti itu. Anda harus berkata, ‘Meskipun kita berbeda, kita punya begitu banyak kesamaan. Kita berada dalam situasi yang sama. Aku turut merasakan keprihatinan yang kau rasakan.” Perlakukan semua orang selayaknya rekan kerja, jangan menggurui, jangan merendahkan dan sama sekali jangan mencaci-maki. Tetapi bagaimana caranya memperbaiki hubungan? Langkah apa yang patut diambil agar jadi membaik? Nasehat terpenting yang dapat diberikan adalah: Beberapa kebutuhan karyawan yang perlu diberikan adalah, yang terpenting adalah: • • • • •
Kebutuhan untuk didengarkan; Kebutuhan akan umpan balik yang membantu dan konstruktif; Kebutuhan diperlakukan dengan hormat dan penuh penghargaan; Kebutuhan untuk merasa “diperhatikan”; dan Kebutuhan akan prinsip timbal balik dalam suatu hubungan.
Jika atasan seorang yang bijak dan berfikiran matang tentu dia akan memenuhi kebutuhan diatas, mereka akan berhasil mempengaruhi bawahan karena berhasil memperbaiki hubungan mereka dengan karyawannya. Sangat sederhana tentunya. Asalkan ada niat untuk berbuat demi kepentingan organisasi di masa depan. “Masalah kinerja” sudah umum terjadi di organisasi, hal ini merupakan gejala dari “ masalah hubungan”. Jadi, kalau ada yang ingin meluruskan apa yang dianggap masalah kinerja, mereka seharusnya mengambil terlebih dahulu langkah-langkah memperbaiki hubungan mereka dengan karyawan. Meningkatkan kinerja Karyawan dengan Cara Memperbaiki Hubungan dengan Karyawan Manusia sebagai salah satu dimensi dalam organisasi memegang peranan sangat penting, yang merupakan salah satu faktor pendukung organisasi. Perilaku organisasi pada hakikatnya adalah hasil-hasil interaksi antar individu-individu dalam organisasinya. Oleh karena itu, untuk memahami perilaku organisasi sebaiknya diketahui terlebih dahulu Individu-individu sebagai pendukung organisasi. Aturan berkomunikasi yang baik sangat mirip dengan aturan mengemudi yang baik. Pertama dan yang terutama adalah masalah siapa yang berada di belakang kemudi. Jika anda berbicara sendiri
di depan sekelompok orang, itu seolah Anda berada di belakang kemudi mobil yang penuh dengan orang, atau bahkan sebuah bus. Anda-lah satu-satunya orang yang kakinya menginjak pedal gas atau rem. Anda-lah yang memegang tanggung jawab sementara tidak banyak yang bisa dilakukan para penumpang Anda. Meski demikian, Anda bisa membuat perjalanan itu senyaman mungkin. Jadi jangan mengemudi terlalu cepat atau terlalu lambat. Jangan membuat perjalanan menjadi lebih lama daripada yang seharusnya. Dan jika Anda memutuskan mengambil rute dengan pemandangan indah, pastikan pemandangannya benar-benar indah! Percakapan satu-lawan-satu lebih mirip mengemudi melewati kota sendirian di dalam mobil Anda. Para pengemudi lainnya seperti mitra bercakap-cakap Anda. Anda harus waspada akan kehadiran dan kebutuhan mereka seperti halnya Anda waspada akan kebutuhan Anda sendiri. Anda harus berhenti di rambu bertanda stop dan mengalah bilamana diperlukan. Anda tidak bisa bertindak seakan tidak ada orang lain di situ. Orang yang berbicara tanpa henti itu seperti mengebut sekaligus mendominasi jalan. Tetapi, berjalan terlalu pelan juga tidak baik. Mengemudi dengan aman dan berbicara secara efektif membutuhkan kombinasi kesadaran akan diri sendiri dan tenggang rasa terhadap orang lain di sekitar Anda. Sayangnya, Anda tidak membutuhkan surat izin untuk berbicara. Begitu mengetahui aturan berkomunikasi secara verbal—dan mulai mematuhinya—Anda harus menggali tiga sumber daya dasar agar menjadi benar-benar cakap. Ini bukan sekedar teknik berorasi yang baik. Ini prinsip dasar pembentukan karakter. Ini fondasi yang mendasari segala perkataan Anda. Prinsip pertama adalah kompetensi. Pemimpin yang benar-benar kompeten harus mampu secara harfiah melakukan semua pekerjaan di dalam suatu organisasi. Anda tidak bisa hanya menjadi ahli di bidang penjualan, tapi juga harus tahu tentang bidang keuangan, operasional, dan lainnya. Prinsip kedua adalah kejelasan. Sebelum Anda mengkomunikasikan visi Anda, hal itu sudah harus terbentuk dengan sangat jelas di benak Anda. Pemimpin yang kuat memiliki visi yang jelas tentang arah perusahaan dan industri mereka. Begitu prinsip kompetensi dan kejelasan berada pada tempatnya, proses komunikasi yang sesungguhnya bisa berjalan. Seringkali ide dan visi seorang pemimpin terkesan baru, jelas tapi rumit, dan tidak harus mudah dikomunikasikan. Meski demikian, jika seorang pemimpin dan perusahaanya ingin meraih kesuksesan, dia harus belajar menyampaikan visi tersebut. Kompetensi, kejelasan, dan komunikasi—tiga K. pemimpin berbakat secara alamiah sudah mengalami ketiga hal ini. Pemimpin kurang berbakat juga bisa menguasai semua ini lewat kerja keras dan pengalaman. Intinya, pemimpin tahu cara memindahkanapa yang ada di dalam kepala (dan hati) mereka ke kepala setiap anggota timnya. Percaya atau tidak, 70% jam sibuk para manajer sebenarnya diisi dengan aktifitas komunikasi verbal. Dari porsi tersebut, sebagian besar merupakan aktifitas mendengarkan. Mendengar Pemimpin sering dihargai jika dia memilih desisif, untuk melakukan tindakan, mempelajari keahlian, didalam cara mengatakan sesuatu. Mengapa keterampilan mendengarkan begitu penting? Berikut adalah jawabannya :
1. Memperlihatkan bahwa Anda memperhatikan karyawan. Sewaktu kami mewawancarai sekelompok karyawan dan menanyakan apa yang mereka harapkan dari atasan mereka, salah satu yang selalu muncul di puncak daftar keinginan mereka adalah : “Aku harap atasanku mau lebih terbuka mendengarkan pendapatku.” Selaku atasan, kalau Anda mendengarkan maka Anda mengirim pesan “Aku memperhatikan”. 2. Menunjukkan bahwa Anda tidak mementingkan diri sendiri. Keluhan umum lain adalah bahwa atasan hanya mementingkan diri sendiri—terlalu memikirkan prioritas dan sasaran mereka sendiri. Pesan yang mereka kirimkan adalah “Aku hanya peduli urusanku sendiri!.” Sebaliknya, kalau Anda mencoba memberitahu pendapat dan sudut pandang karyawan, Anda mengirim pesan lain yaitu: “Aku tidak hanya peduli pada urusanku sendiri. Kamu juga penting.” 3. Memberi kesempatan kepada karyawan mengungkapkan diri sepenuhnya dan mencari pengertian atau perspektif baru. Mendengarkan dirumuskan sebagai “menolong orang lain mengeluarkan isi hatinya”. Ini perlu kita kerjakan dari waktu ke waktu, utamanya kalau kita tengah bergelut dengan masalah penting atau isu berat. Dalam wawancara perbaikan kinerja, Anda ingin memperoleh pemikiran terbaik dari karyawan mengenai sejumlah topik penting, misalnya kesulitan yang perlu Anda ketahui. Satu-satunya cara membuat orang mau terbuka mengenai suatu topik penting tertentu adalah dengan menjadi pendengar yang terampil. 4. Mengetahui mengapa karyawan tidak bekerja dengan baik. Tentunya ada alas an kuat di balik kinerja buruk seseorang. Terkadang ada sangkut pautnya dengan masalah rumah tangga. Kadang-kadang berkaitan dengan kebijakan perusahaan yang salah dimengerti. Kalau mau mendengarkan dengan sungguh-sungguh, anda pasti segera mengetahui alasannya. 5. Menemukan hal-hal yang bisa membantu Anda menjadi manajer yang lebih baik. Karena adanya perbedaan pandangan antara Anda dan karyawan mengenai diri Anda, maka kami mengusulkan agar Anda mengajukan pertanyaan, “Apa yang bisa kuperbuat agar pekerjaanmu kurang menimbulkan frustasi dan lebih memuaskan?” Kalau Anda pandai, Anda akan mempertimbangkan sudut pandang karyawan, yang kerap cukup baik menangkap hal-hal pada diri Anda yang tadinya sama sekali tidak Anda sadari atau lupakan—kelebihan yang tak disadari, kebiasaan pribadi yang menjengkelkan atau mengganggu, dan lain sebagainya. 6. Menemukan masalah organisasional sebelum terlambat. Selaku atasan, Anda mustahil bisa berada di mana-mana dalam satu waktu, sehingga Anda tak mungkin mengetahui setiap masalah kecil yang muncul dan mengatasinya. Sebaliknya, karyawan Anda berada di sana setiap hari, dan mereka bisa menjadi mata dan telinga Anda kalau saja Anda mau mendengarkan mereka. Pertemuan berkala dapat memancing mereka bicara mengenai keadaan pekerjaan mereka dan kesulitan yang dihadapi. 7. Memotivasi dan melibatkan karyawan. Mendengarkan bukan saja cara bagus mengumpulkan keterangan, melainkan juga cara hebat mendorong orang terlibat dan tetap mau terlibat. 8. Meningkatkan peluang karyawan bersedia mendengarkan Anda. Jika Anda menghendaki karyawan mendengarkan Anda, Anda harus bersedia mendengarkan mereka terlebih dahulu. Alasannya, kadar penerimaan seseorang—yaitu ketersediaannya mendengarkan Anda—bervariasi mulai dari kadar yang sangat tinggi sampai yang
terendah dan hal ini amat tergantung pada apa yang Anda lakukan dan bagaimana pandangannya atas diri Anda.
Komunikasi dibangun berdasarkan hubungan saling percaya
Tiga keterampilan mendengarkan yang amat penting yang bakal membantu Anda meraih keuntungan, yaitu : 1. Perilaku penuh perhatian, merupakan cara menggunakan badan, utamanya kepala, mata, raut muka, dan bagian atas tubuh, waktu berkomunikasi dengan orang lain yang sedang Anda perhatikan dan tertarik mendengar perkataannya. 2. Tehnik mengumpulkan keterangan dan mengajukan pertanyaan, diciptakan agar orang bersedia bercakap dan terus bercakap untuk menjelaskan maksud mereka. 3. Mengulang dengan kata-kata sendiri, ialah tehnik meringkas dengan kata-kata sendiri untuk memperlihatkan bahwa Anda mendengarkan dan memastikan bahwa yang Anda tangkap betul adanya.
Seorang pemimpin harus kaya dengan pemikiran sehat atau “kaya mental”, hal ini membutuhkan latihan dan kebiasaan berdasarkan pilihan. Taburkanlah pikiran, dan Anda akan menuai tindakan Taburkanlah tindakan, dan Anda akan menuai kebiasaan. Taburkanlah kebiasaan, dan Anda akan menuai karakter. Taburkanlah karakter, dan Anda akan menuai nasib.
Ketika organisasi dan lingkungannya mengalami gejolak dan ketidakpastian, peranan seorang pemimpin sangat dibutuhkan. Seorang pemimpin yang mempunyai visi sudah barang tentu akan mampu mengelola organisasi dan segala sumber daya yang mendukungnya. Oleh karena itu, pemimpin yang efektif harus mempunyai agenda dalam mencapai tujuan organisasi, menghadapi tantangan dan kemungkinan yang akan terjadi, mewujudkan keinginannya dengan visi yang baru serta mengomunikasikannya, dan mengajak orang lain bersatu untuk mencapai tujuan baru dengan menggunakan sumber daya dan energy seefisien mungkin (Nanus, 1992:4). Ada tiga model kepemimpinan :
1. Autocratic and Hierarchical Leadership Ini adalah kepemimpinan yang bersifat top down, autokratis. Model kepemimpinan ini menyebabkan organisasi mengalami anomie, membuat anggota organisasi kehilangan rasa percaya diri dan merasa kerdil, dan kehilangan motivasi dari dalam dirinya ke dalam organisasi. 2. Participatory Leadership Ini adalah kepemimpinan yang bersifat partisipatif, membagi pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban ke bawah, membentuk tim dan antartim yang efektif untuk meningkatkan skill dan kemampuan individu. 3. Value-Based Leadership Ini adalah model kepemimpinan yang didasarkan atau hubungan nilai yang solid dan terintegrasi di antara sesame anggota dan pemimpinnya. Hubungan yang lebih efektif dan terbuka akan memberikan potensi yang maksimal. Perhatian yang besar terhadap individu menciptakan rasa keadilan dan menghargai perbedaan sebagai landasan utama. Pemimpin dan anggota selalu melihat ke depan dan menganggap orang di sekelilingnya sejalan dengan mereka, saling mengikat secara timbal balik antara sesama anggota yang didasarkan atas norma dan nilai, dan tidak selalu menempatkan pemimpin pada posisi di atas.
LIMA KUNCI SUKSES SEORANG PEMIMPIN ADALAH: MENGARAHKAN MINDSET BAHWA JIKA BISA PASTI BISA. MEMBIASAKAN BERANI MENERIMA TANTANGAN DAN MENUNTASKAN SEMUA PEKERJAAN. MEMBANGUN HUBUNGAN DENGAN HATI. MEMBERIKAN TELADAN DARI DIRI SENDIRI MELAYANI DENGAN SEPENUH HATI.
Semoga pemikiran dapat semakin mendorong Anda untuk mulai membentuk kebiasaan yang positif dalam kehidupan yang kita jalani. Semoga.
KEPUSTAKAAN • • • •
Carnegie, Dale. Leadership Mastery Sukses Memimpin Diri Sendiri dan Orang Lain Meraih Posisi #1. Gramedia. Jakarta. 2009. Prof. Dr. Veithzal Rivai, M.B.A. dan Dr. Deddy Mulyadi, M.Si. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Rajagrafindo Persada. Jakarta. 2003. Tangkilisan, Hessel Nogi S. Manajemen Publik. Grasindo. Jakarta. 2005. Majalah Motivasi Luar Biasa No. 03 Tahun II. Maret 2010.