KECENDERUNGAN ISI RUBRIK FOTOGRAFI PADA KORAN TEMPO (Analisis isi Foto Esai, Edisi 11 Mei-1 Juni 2008) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KOMUNIKASI Jenjang Pendidikan Strata Satu ( S1 ) Program Studi Jurnalistik
DISUSUN OLEH:
Nama
: RAJIBI SALAM
Nim
: 04102-033
Jurusan : JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA Jakarta 2009
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI BIDANG STUDI JURNALISTIK
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI
Judul skripsi
: Kecenderungan Isi Rubrik Fotografi Pada Koran Tempo (Analisis isi Foto Esai, Edisi 11 Mei-1Juni 2008)
Nama
: Rajibi Salam
NIM
: 04102-033
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Bidang studi
: Jurnalistik
Mengetahui
Jakrta, Mei 2009
Pembimbing
(Feni Fasta, SE, M.Si)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCUBUANA
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
: Rajibi Salam
NIM
: 04102-033
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Bidang studi
: Jurnalistik
Judul skripsi
: Kecenderungan Isi Rubrik Fotografi Pada Koran (Analisis isi Foto Esai, Edisi 11 Mei-1Juni 2008)
Mengetahui Jakrta, 22 April 2009
1. Ketua sidang Nama : Ponco Budi Sulistyio., S.Sos M. Comn
(……………………)
2. Penguji ahli Nama : Heri Budianto.,M.Si
(……………………)
3. Pembimbing Nama : Feni Fasta., SE, M.Si
(……………………)
Tempo
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCUBUANA
PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
: Rajibi Salam
NIM
: 04102-033
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Bidang studi
: Jurnalistik
Judul skripsi
: Kecenderungan Isi Rubrik Fotografi Pada Koran Tempo (Analisis isi Foto Esai, Edisi 11 Mei-1Juni 2008)
Jakrta, Mei 2009 Disetujui dan di terima oleh :
Pembimbing
( Feni Fasta., SE, M.Si)
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Komunukasi
(Dra Diah Wardhani, M.Si)
Ketua Bidang Studi jurnalistik
(Ponco Budi Sulistyo., S.Sos, M.Comn)
UNIVERSITAS MERCU BUANA
FAKULTAS ILMU KOMUNIKAS JURUSAN JURNALISTIK Nama Judul
: Rajibi Salam ( 04102-033 ) : KECENDERUNGAN ISI RUBRIK FOTOGRAFI PADA KORAN TEMPO ( Analisis Isi Foto Esai, Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 ) Halaman : 65 halaman + 23 Tabel + 10 Lampiran
ABSTRAKSI Foto esai adalah suatu serangkaian foto yang mempunyai keterkaitan antar foto sehingga menciptakan sebuah cerita dan di damping oleh teks atau caption.Foto esai juga adalah bagian dari foto jurnalisitik. Elemen utama dalam foto esai adalah foto. Foto esai merupakan tempat untuk komunikasi yang digunakan secara universal sebagai bahasa visual untuk menjaga kebenaran informasi. Perumusan masalah yang diteliti adalah bagaimana kecendrungan foto esai pada isi rubrik fotografi yang dimuat koran Tempo setiap edisi minggu, edisi 11 Mei– 1 Juni 2008. sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui berkaitan dengan isi dan misi dan secara teknis foto esai. Sifat penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan metode analisis isi penelitian ini mengunakan Uji Realibilitas dengan meminta tiga orang pelaku koding (coder ) untuk memberikan penilaian.Setelah data diperoleh maka data dimasukan kedalam tabel frekuensi kemudian data tersebut dianalisa. Untuk kategori berkaitan dengan isi dan visi seluruh foto esai koran tempo edisi 11 Mei – 1 Juni 2008, 9 kategori lebih cenderung dari 12 kategori isi dan visi foto esai,karena mempunyai nilai persentase rata-rata diatas 60% hanya 3 kategori yang tidak sesuai dari isi dan visi foto esai yaitu, kategori repetisi tokoh orang terkenal yang ada 50 % sedangkan repetisi orang tokoh tidak terkenal tapi menarik mempunyai persentase 33% dan repetisi tokoh tidak terkenal tapi mewakili 25%. Untuk kategori berkaitan teknis seluruh foto esai koran tempo edisi 11 Mei – 1 Juni 2008, 8 kategori lebih cendrung dari 10 kategori berkaitan teknis foto esai karena rata – rata memiliki persentase di atas 60% dan hanya 2 kategorisasi yang tidak sesuai dengan kategori berkaitan teknis yaitu, kategori sudut pandang kamera sequence karena mempunyai persentase 25%
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayah-Nya, dan tak lupa pula shalawat serta salam semoga tetap terlimpah kepada Rasulullah Nabi besar Muhammad SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sungguh ini merupakan nikmat sekaligus kebanggan dari dalam diri penulis sehingga pada waktunya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kecendrungan Isi Rubrik Fotografi Pada Koran Tempo, Analisis Isi Foto Esai Edisi 11 Mei - 1 Juni 2008”. Pada kesempatan ini penulis tak lupa ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini, yaitu: 1. Ibu Feni Fasta.,M.Si, selaku pembimbing
atas segala waktunya yang telah
membuat penulis selalu optimis untuk meraih gelar S1. Kesabaranmu adalah kecantikanmu sehingga penulis menjadi lebih semangat dalam pembuatan skripsi ini. 2. Bapak Heri Budianto M.Si selaku penguji ahli penelitian ini. 3. Bapak Ponco Budi Sulistyo.S.Sos, M.Comn selaku ketua dalam sidang akhir saya. Saya ucapkan terima kasih atas waktunya. 4. Dra. Diah Wardhani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi.
5. Bapak Drs. Riswandi, selaku pembimbing akademik, yang telah memberikan banyak ilmu tentang komunikasi selama proses perkuliahan yang dihiasi dengan hiburan dan candanya. 6. Seluruh Staf pengajar di Fakultas Ilmu Komunikasi, khususnya jurusan jurnalistik Seluruh Staf Tata Usaha, Bang Udin, mas Erpan, mas Mawi, terima kasih atas bantuannya yang telah memberikan pelayanan terbaik kepada penulis. 7. Almarhumah Ibundaku Hj. Dra. Mursiah A..G, semoga kau di alam sana tersenyum melihat anakmu telah dapat menyelesaikan tugas akhir ini.Dan tak lupa juga kepada Bapakku H.Lily Djamhari yang telah memberikan kehidupan untuk bermandiri walaupun terkadang pahit. 8. Para Kakakku Azizah salam sang perawat bagaikan ibuku yang kedua, Drs.Jamallutfi.sebagai penangung jawab keluarga, Camelia S.pd terimakasih atas arahan hidupnya. Fauziah Sari S.ag yang telah menasehati selalu dan Adha Djamantri,Imron Rosady dan Miraji salam yang mendidikku sebagai sang lelaki.Dan tak lupa pula kepada para keponakanku yang lucu2 tak bisa disebutkan satu persatu. 9. Mas Robby, Mas Uthe dan bang Ali yang sebagai koder penulis dalam penelitian ini. 10. Sahabatku Jurnal Ank 2002 , Arex sebagai panduan fotografi nya, Iyus sebagai peneman apa saja, Koding yang selalu menjadi petua yang baik, Rinal Cingik sebagai komentator yang baik, Ono, dido, Mail, Izul, rudy, Reno, Ipan, Willy, Abel, Nunu,Wiji dan Widya,Suwe,komeng Agung Ndut dkk.
11. Teman-temanku Fikom Mercu Buana yang kenal dan yang selalu memotivasi yaitu Zibrut orang yang selalu prihatin terhadap temanya, Mario, Kholik, Manay, Montok, Black, Risma, Wi2n, DW dkk. 12. Ria Susanti terima kasih atas kepercayaanya. 13. Rekan-rekan Pertama Magazine, ceker N roll, Chandra, Didot, Aping, Fajar, Ucup n Mba ana. I MISS U ALL. 14. Rekan-rekan Satu bendera Fikom Photography Club, Terutama Wahyu Setiawan sebagai pendirinya. Jaya,Brina, Beny, botem, Qting, Lolo,Pay dan dari angkatan atas sampai angkatan yang muda. Motret terus Sampai Mampussss !! 15. Program Winamp yang selalu setia menemani penulis dalam menyusun tugas akhir Khususnya Band2 Indie,hehehe.. 16. Nikon D70 of the death !! Pengalaman yang sangat begitu berarti sehingga dapat mengiklaskanya. 17. Teman rumahku di SOEDBOEL tanpa disebutkan satu persatu.Thanks all..guys. 18. Dan website
facebook yang telah membantu saya untuk berkomunikasi dan
membahas penelitian ini dengan para teman – temanku. Semoga penelitian ini sangat berarti bagi penulis dan pembaca walaupun masih ada kekurangan didalam penelitian ini.Terima kasih.
Jakarta, April 2009 Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................... ABSTRAKSI ..................................................................................... KATA PENGANTAR ....................................................................... DAFTAR ISI...................................................................................... DAFTAR TABEL..............................................................................
BAB I
i ii iii v vii
PENDAHULUAN ........................................................ 1 1.1.Latar Belakang Masalah .......................................... 1 1.2.Perumusan masalah.................................................. 6 1.3.Tujuan Penelitian ..................................................... 6 1.4 Manfaat Penelitian ................................................... 6 1.4.1. Manfaat Akademis ........................................ 7 1.4.2. Manfaat Praktis ............................................. 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ................................................. 8 2.1 Komunikasi ............................................................. 8 2.2 Pengertian Komunikasi............................................ 9 2.2.1. Proses Komunikasi........................................ 9 2.3 Komunikasi Massa................................................. 10 2.3.1 Pengertian Komunikasi massa ...................... 10 2.3.2 Karekteristik Komunikasi Massa.................. 11 2.4 Media Massa ........................................................... 11 2.5 Media Cetak ............................................................ 14 2.6 Pengertian Rubrik Fotografi ................................... 15 2.6.1 Fotografi Jurnalistik ....................................... 16 2.6.2 Foto Esai ........................................................ 22 2.6.3 Komposisi dan Sudut Pengambilan Foto....... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................... 26 3.1 Sifat Penelitian ......................................................... 26 3.2 Metode Penelitian ................................................... 27 3.3 Definisi Konsep ...................................................... 28 3.4 Operasionalisasi Kategori ....................................... 29 3.5
Unit Analisis ........................................................... 30
3.6 Pengumpulan Data .................................................. 30 3.6.1. Data Primer .................................................. 30 3.6.2. Data Sekunder.............................................. 30 3.7
Teknik Analisa Data ............................................... 30
3.8 Uji Reliabilitas ........................................................ 31 3.9 Teknik Analisis Data............................................... 34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........... 35 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ........................ 35 4.1.1 Visi dan Misi Koran Tempo ......................... 36 4.2 Hasil Peneltian ........................................................ 47 4.3 Analisis dan Pembahasan........................................ 58
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN............................................ 64 5.1 Simpulan ................................................................ 64 5.2 Saran ....................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG MASALAH Komunikasi dalam perkembangannya, selalu saja mempengaruhi kita sehari-
hari. Dengan memahami komunikasi yang sedang berlangsung, mengapa itu terjadi, akibat-akibat apa yang terjadi. Akhirnya apa yang dapat kita perbuat untuk mempengaruhi dan memaksimalkan hasil dari kejadian-kejadian tersebut, maka proses komunikasi akan lebih bermakna. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia dan dinyatakan dalam pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyaluran isi pesannya.1 Komunikasi merupakan kebutuhan hidup manusia sejak awal di mulainya peradaban manusia didunia, komunikasi telah memiliki peran yang sangat penting. Hal ini dapat di lihat pada zaman dahulu yang terdapat goresan-goresan tangan manusia pada dinding gua dan macam-macam prasati.2 Hingga kini komunikasi terus berkembang menjadi suatu hal yang menarik perhatian pada di pelajari oleh para ahli. Dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi menyebabkan berubahnya cara-cara dan saluran untuk berkomunikasi yang 1 2
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Teori & Filsafat : PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 28 Lewis,Greg photojournalism, content &technique, second edition, tahun 1990, hal 34
menyangkut orang dalam jumlah besar. Perubahan tersebut terutama bermula dengan di perkenalkannya bentuk saluran media yang di atas dunia modern. Konteks
hubungan
antar
manusia,
pada
awalnya
perkembangannya
komunikasi hanya dilakukan untuk menyampaikan pesan. Seperti definisi Everent M. Roger bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima.3 Konteks hubungan antar manusia, tujuan komunikasi menjadi berdimensi banyak. Artinya hingga kini komunikasi dilakukan tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi juga mengetahui diri orang lain, mengenal dunia luar, menghindari diri agar tidak terisolasi, belajar, serta untuk memperoleh hiburan. Semua aktivitas manusia tersebut jelas dilakukan dengan cara komunikasi antar satu dengan yang lainnya. Penemuan sarana baru, reproduksi dan diseminasi pesan seperti mesin cetak, fotografi, telegraf, dan sebagainnya, dan perkembangan komunikasi berdasarkan penggunaan teknik – teknik tersebut telah menambah dimensi lain kepada proses sosial komunikasi.Bagi komunikasi massa, adanya jenis baru tentang hubungan sosial, bentuk organisasi sosial sebagai konsekuensi dari proses komunikasi massa.4 Dunia jurnalistik penampilan berita foto mengandung makna tersendiri dibandingkan dengan liputan berita biasa. Jumlah kata atau kalimat menunjukkan tingkat penting atau tidaknya suatu isu. Tapi beda halnya dengan foto, satu foto bisa menceritakan peristiwa secara luas. Tentu dengan tambahan caption sebagai keterangan lebih lanjutnya. Foto sebagai informasi visual mampu membuat perubahan pada hidup pembaca yang melihatnya. Kelengkapan anggapan memiliki nilai informasi dan 3 4
ibid, Lewis, Greg, hal 34 Op.cit, Nasution, zulkarnain, hal 16
menyajikan sosial yang baik. Jika dikerjakan dengan jiwa yang benar, foto jurnalistik bisa menjadi alat yang berkekuatan besar untuk menjelaskan kebebasan dunia dengan menyampaikan kejadian-kejadian yang sebenarnya tentang keadaan manusia. Foto jurnalistik sendiri adalah informasi visual yang dapat membuat perubahan pada hidup pembaca yang melihatnya. Kelengkapan anggapan memiliki nilai informasi dan menyajikan sosial yang baik. Jika dikerjakan dengan jiwa yang benar dan menjiwai, foto jurnalistik bisa menjadi alat yang berkuatan besar untuk menjelaskan kebebasan dunia dengan menyampaikan kejadian – kejadian yang sebenarnya tentang keadaan manusia.5 Foto jurnalistik terdapat dua jenis tampilan didalamnya yaitu, foto tunggal dan photo story ( cerita Foto ), foto tunggal adalah sebuah foto yang memiliki kesatuan makna dalam gambar, sedangkan photo story adalah serangkaian foto – foto yang bekerjasama untuk menampilkan sebuah topik tunggal, Photo story – pun mempunyai beberapa jenis yaitu, esai foto ( Photo Essay ), foto narasi ( Photo Narrative ), dan foto dokumentasi
( Photo Documentary ).Foto dokumentasi menunjukkan pada
observasi atau pengalaman, kegigihan mendapatkan sebuah gambar tentang gaya hidup, tempat maupun issue atau berita yang pada saat itu berlangsung. Sedangkan foto narasi adalah penggabungan dua cerita yang bersifat komplikasi dan resolusi. Begitu pentingnya arti sebuah foto jurnalistik untuk media massa khususnya media cetak menjadikan para pewarta foto untuk lebih kreatif lagi dalam menyajikan karya-karya fotografinya. Suatu berita kurang lengkap tanpa adanya gambar akan tetapi foto akan tetap menarik untuk diamati meski tanpa adanya berita tulisnya.
5
Op. cit, Lewis, Greg, hal 35
Jika dikerjakan dengan jiwa yang benar, foto jurnalistik bisa menjadi alat yang berkekuatan besar untuk menjelaskan kebebasan dunia dengan menyampaikan kejadian-kejadian yang sebenarnya tentang keadaan manusia. Pentingnya foto pada media cetak dikarenakan6 : a.
Foto merupakan unsur berita pertama yang menangkap mata pembacanya,
seperti yang dikatakan Woodburn pada buku Reads Interest in Newspapper Picture. “Foto dalam media cetak menyetop pembaca dan bahwa tingkat readership foto tinggi dibandingkan dengan unsur-unsur surat kabar lainnya”. Dan hal tersebut sampai sekarang masih terjadi. b.
Foto dalam surat kabar dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan
pembacanya dengan latar belakang yang beraneka ragam, dikarenakan foto merupakan bahasa universal. Sedangkan Rothstein yang menulis buku tentang jurnalistik foto mengatakan bahwa, “ gambar fotografi bisa berbicara langsung dengan jiwa kita dan menanggulangi rintangan-rintangan bahasa dan nasionalitas. c.
Penerbitan suatu surat kabar tidak selalu dituangkan dalam kata-kata atau
kalimat yang tercetak saja, tapi sering juga berbentuk gambar (visual). Bentuk gambar dalam media cetak dapat berbentuk foto berita still picture atau karikatur. Masingmasing gambar yang ditampilkan dalam sebuah majalah melambangkan suatu yang terikat dengan peristiwa atau event tertentu. Coba anda rasakan bagaimana mata kita jika membaca surat kabar tanpa ada tampilan foto. Dengan foto kita lebih mudah menceritakan suatu peristiwa. Khalayak bisa mengetahui secara visual tentang peristiwa yang terjadi. Begitu pentingnya arti sebuah foto jurnalistik untuk media massa khususnya media cetak menjadikan para pewarta foto untuk lebih kreatif lagi dalam menyajikan
6
Patmono,sk. Teknik Jurnalistik, Tuntutan untuk menjadi wartawan : PT. BPK Gunung Mulya
karya-karya fotografinya. Suatu berita kurang lengkap tanpa adanya gambar akan tetapi foto akan tetap menarik untuk diamati meski tanpa adanya berita tulisnya.
Di Indonesia beberapa fotografer menggunakan istilah foto esai dan cerita secara berkaitan. Banyak yang menilai photo story adalah merupakan foto esai. Namun jika dilihat dari muatan pesan yang disampaikan cerita foto ( photo story ) berbeda dengan foto esai. Cerita foto adalah sebuah narasi gambar yang bekerja sama untuk menampilkan sebuah topik tunggal. Cerita foto yang lengkap memuat headlines, captions, dan sebuah koordinasi lay- out
halaman yang teliti, yang seluruhya
merupakan kontribusi bagi pesan yang hendak disampaikan pada surat kabar.Sebuah esai foto mungkin bergantung lebih pada simbolis dan hubungan yang berkaitan atau posisi yang berbeda pada gambar, sementara cerita foto mempunyai kemajuan yang lebih terarah dari gambar ke gambar. Cerita foto adalah kelangsungan visual bukanlah karakteristik dari esai foto.7 Waktu yang tidak bergantung satu sama lain. Setiap gambar dipilih untuk membuat tujuan besar, masing – masing bisa berdiri sendiri dan lebih mendekati persamaan. Gerald Hurley dan Angus Mc Dougall mengatakan “ essay gambar lebih bisa berargumen dari pada bernarasi ”. Sangat berintelektualitas, ia menganalisa bahkan saat menampilkan secara langsung kedua sisi dari sebuah terbitan. Cerita foto adalah kelangsungan visual bukanlah karakteristik dari foto esai. Setiap gambar dipilih untuk membuat tujuan besar, bila gambar pada cerita foto dapat di bandingkan dengan kalimat, foto esai lebih mendekati persamaan sebuah paragraf. 8
7 8
Op. cit, Lewis, Greg, hal 19 Op, cit, Lewis,Greg, hal 194
Alasan mengapa penelitian ini berada pada bagian foto esai, karena seperti yang sudah disinggung di atas bahwa foto merupakan bahasa universal, dimana khalayak dapat mengerti apa isi pesan yang akan disampaikan oleh sebuah foto esai. Selain itu foto esai merupakan hal yang mempunyai rubrik satu halaman penuh yang dihiasi dengan caption untuk memperindah dan memperjelaskan suatu berita foto esai tersebut untuk mengantarkan pesan yang lebih jelas kepada khalayak. Adapun memilihan koran Tempo, karena koran Tempo menamakan sebuah Rubrik yang bernama Fotografi sedangkan di dalamnya memuat foto esai sendiri dan ingin mengetahui arah mana dari redaksi Tempo menilai suatu foto esai yang layak dimuat dengan suatu dasar yang mengandung isi foto esai. Sedangkan, alasan memilih edisi bulan 11 Mei – 1 Juni 2008 adalah karena penelitian saya berada pada waktu tersebut dan dalam semua edisi ini dapat mewakili dari semua foto esai yang ada dikoran tempo.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut maka pokok permasalahan yang akan di teliti pada penelitian ini adalah ‘’ Bagaimana
kecendrungan foto esai pada isi rubrik
fotografi yang dimuat koran Tempo setiap edisi minggu’ ( edisi 11 Mei– 1 Juni 2008 ).’?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang diharapkan bisa tercapai dalam penulisan skripsi ini adalah : untuk mengetahui kencendrungan foto esai koran tempo pada edisi minggu dalam rubrik fotografi, edisi 11 Mei – 1 Juni 2008.
1.4 Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini, Peneliti memberikan pembagian manfaat penelitian dalam dua bagian yaitu, manfaat akademis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Akademis Melalui penelitian ini, meneliti bagaimana harian tempo memberikan kontribusi terhadap foto esai sebagai foto yang dimuat pada rubrik fotografi kepada masyarakat
1.4.2 Manfaat Praktis Mengetahui redaktur foto dan wartawan foto tempo memuat dan memilih foto esai sebagai foto edisi minggu dalam rubrik fotografi dalam penyajian foto esai sehingga memberikan pemahaman terhadap masyarakat dalam menerima arus informasi dan mengembangkan penyampaian pesan-pesan sosial yang lebih jelas melalui serangkaian foto.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia khususnya dalam kehidupan sehari – hari. Bagaikan serangkaian kepentingan kehidupan, komunikasi sama pentingnya dengan fungsi pernafasan dalam tubuh manusia sejak lahir. 9 Berdasarkan uraian di atas, maka komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan pribadi dan untuk melakukan kontak – kontak hubungan sosial yang berarti komunikasi merupakan hal penting untuk proses pertumbuhan, belajar mengenal orang, bergaul, bersahabat bercinta, berurusan, dll. Dengan kata lain komunikasi dapat membuat kita mengenal diri sendiri dengan orang lain.10 Dalam melakukan interaksi sosial, manusia melakukan komunikasi melalui berbagai cara, baik langsung yaitu, individu melakukan komunikasi berhadapan dengan komunikan ( personal ataupun khalayak ) secara tatap muka, maupun tidak langsung yaitu, komuniksai dilakukan dengan memanfaatkan media sebagai penghubung seperti surat, poster, pamphlet, spanduk, radio, televisi, film, dan sebagainya.Dalam penyampaian isi pesan digunakan bahasa secara verbal ( lisan atau tulisan ) dan non verbal yaitu, penyampaian isi pesan melalui 9
NN, Jurnal ISKI, Komunikasi dan Demokrasi, PT. Remaja Rosdakarya, Juli 1998, hal 64 ibid, NN, Jurnal ISKI, hal 66
10
kial atau isyarat badaniah dan melalui gambar ( pictorial ). Oleh karena itu, individual dalam melakukan komunikasi mempunyai sifat berikut, yaitu 11: a. tatap muka b. bermedia c. verbal secara lisan dan tulisan d. non verbal melalui isyarat badaniah dan bergambar
2.2 Pengertian Komunikasi Menurut onong Ucjana Efendy, istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggrisnya adalah “ communications “ berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Arti sama di sini pada hakekatnya adalah sama makna. Masih menurut Efendy, pengertian komuniksai tidak hanya bersifat informatif, yaitu agar orang lain mengerti dan mengetahui tetapi juga persuasive, agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan dan kemudian orang tersebut bersedia melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.12 Pendapat selanjutnya dikemukakan oleh Benard berelson dan Gary a. Steiner ( 1964 ) yang mendefinisikan komuniksai sebagai suatu proses penyampai informasi, gagasan, ide, emosi, dan keterampilan dengan mengunakan lambang, kata, gambar, bilangan dan grafik. 13 2.2.1 Proses Komunikasi Menurut Harold D. Laswell, Komuniksai merupakan suatu proses yang saling berkaitan, baik antara pembawa pesan maupun penerima pesan, selain sebagai sarana yang digunakan untuk saluran dan efek yang dapat di timbulkan.14
11
Effendy, Onong Uchjana,Ilmu komunikasi, Teori dan Praktek, 1990, hal 12 ibid, Effendy, Onong Uchjana, hal 19 13 Ruslan, Rusady, Kiat & Strategi Kampanye Public Relations, Jakarta : Rajawali Pers, 1997, hal 15 14 Dennis Mc. Quail, Model-model komunikasi, Jakarta: Uni Prima, 1998, hal 13 12
Dalam penelitian ini meneliti bagaimana kecendrungan foto esai yang layak dimuat pada harian Tempo di edisi minggu dalam rubrik fotografi. Peneliti membatasi hanya kepada dua elemen komuniksai saja, penelitian ini meneliti tentang sumber, yaitu fotografer dan harian Tempo.
2.3 Komunikasi Massa Penyebaran informasi dalam proses komunikasi massa memanfaatkan media massa sebagai saluran. Komunikasi massa merupakan salah satu domain komunikasi manusia yang telah banyak mengalami kemajuan yang pesat sejak bentuk-bentuk awalnya. Komunikasi massa dapat didefinidikan dengan memusatkan perhatian pada lima variabel yang terkandung dalam setiap tindak komunikasi dan memperlihatkan bagaimana variabel-variabel ini bekerja pada media massa. Variabel-variabel tersebut yakni, sumber, khalayak, pesan, proses dan konteks.15 Saluran komunikasi massa terjadi pada media massa karena media massa dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu, media cetak dan elektronik. Media cetak meliputi koran, majalah, buletin dan sebagainya. Media massa elektronika mencakup radio, televisi, film, dan internet.16Hal ini akan menjadikan suatu terjadinya komunikasi massa terhadap sesama khalayak.
2.3.1 Pengertian Komunikasi Massa
15 16
Devito, Joseph A. Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima, 1997, hal 505 Swandjaja, S. Juarsa, Teori Komunikasi Massa, Suatu pengantar, Edisi ke dua, Erlangga, 1996 hal3
Komunikasi massa menurut bittner dalam bukunya “ Mass Communication : An Introduction “ ( 1980 ) menyatakan bahwa : Komunikasi massa adalah pesan - pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.17. Komunikasi massa menurut De Fleur dan dennis dalam bukunya “ Understanding Mass Communications ” ( 1985 ), bahwa komunikasi massa adalah suatu proses dimana sumber menggunakan media untuk menyebarkan pesan – pesan secara luas, dan terus menerus menciptakan makna – makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda – beda dengan melalui berbagai cara.18 Komunikasi massa menurut Janowitz adalah komunikasi massa terdiri dari lembagalembaga dan teknik-teknik dimana kelompok-kelompok khusus menggunakan peralatanperalatan teknologis (pers, radio, televisi, film dll ) untuk menyebarkan isi simbolik kepada audiens yang banyak jumlahnya, heterogen dan terpisah-pisah.19 2.3.2 Karakteristik Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan salah satu domain komunikasi manusia yang telah banyak mengalami kemajuan yang pesat sejak bentuk-bentuk awalnya. Dari pengertian tersebut, ada beberapa karakteristik khusus dari komunikasi massa. Ruben dan Steward menyebutkan, komunikasi massa: a.
Mempunyai jumlah audience yang sangat besar dan heterogen
b.
Impersonal yaitu sumber penyampai informasi tidak mengenal keseluruhan partisipan secara personal
c.
Terencana dapat diprediksikan dan formal yakni adanya kontrol terhadap sumber informasi
d.
17
Keterbatasan interaktifitas antara sumber dengan audiensnya
Bitner, Mass Communication : An Introduction, 1980 De Fleur dan Dennis, Understanding Mass Communication, 1985 19 McQuail, Dennis & Windahl, Sven, Model-Model Komunikasi, Jakarta : UniPrima 1988, hal 5 18
Sentralitas terhadap sumber informasi, yaitu sumber merupakan suatu institusi yang mempunyai akses yang mudah dan langsung untuk mencapai audiencenya dalam sekali waktu.20 2.4 Media Massa Dalam proses penyampaian pesan komunikasi masa, media massa merupakan salah satu medium untuk penyampaian isi pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Selain itu media massa merupakan salah satu instrument penting dalam menyampaikan pesan, dan juga merupakan sumber kekuatan alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat. Isi pesan media massa menarik untuk diteliti karena, walau sehari-hari diterpa arus komunikasi, kita jarang termotivasi untuk menganalisis aspek-aspek berharga dari isi pesan secara sosiologis. Media itu sebenarnya kumpulan data yang paling berisi dan mudah diakses yang bisa memberikan banyak petunjuk tentang masyarakat, dan kemudahan akses ini melewati batas waktu dan bahkan terkadang melewati batas negara. Isi media juga muncul dalam bentuk-bentuk yang kelihatan lebih konstan sejalan dengan waktu dibandingkan fenomena budaya lain. Karena alasan ini isi media dihargai ahli sejarah, sosiolog, dan antropolog. Media massa sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, dimana penilaian atau gambaran umum tentang banyaknya hal atau peristiwa. Media mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik. Hal itu disebabkan karena, media juga dapat berkembang menjadi kelompok penekan atau sebuah ide atau gagasan, dan bahkan suatu kepentingan atau cerita yang dipresentasikan untuk diletakkan dalam konteks kehidupan yang lebih empiris.21
20 21
Swandjaja, Juarsa, Teori Komunikasi Massa, Suatu pengantar, Edisi kedua, Erlangga, 1996, hal 13 Alek, Sobur, Analisis teks Media : Remaja Rosda Karya, hal 31
Media cetak menerima informasi dan berita dari berbagai sumber, dan disitulah tim redaksi berfungsi yang fungsinya melakukan seleksi atas isi pemberitaan yang layak untuk dimuat. Dan khalayak akan tertarik untuk membaca surat kabar atau media cetak lainnya apabila isi pesan yang disampaikan media tersebut mengandung unsur-unsur sebagai berikut22 : a. Novelty (sesuatu yang baru). Sesuatu yang “baru” merupakan unsur yang terpenting bagi suatu pesan media. Artinya khalayak akan mengkonsumsi media apabila isinya dipandang mengungkapkan sesuatu hal yang baru atau belum diketahui.
b. Proximity (jarak). jarak terjadinya suatu peristiwa dengan tempat dipublikasikannya peristiwa, juga mempunyai arti penting. Khalayak akan tertarik untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan dan lingkungan. c. Prominance (popularitas). Menampilkan seorang tokoh, organisasi yang popular dan terkenal dalam sebuah media massa akan lebih menarik perhatian khalayak, sehingga mempengaruhi agar mengkonsumsi media tersebut. d. Conflict ( pertentangan ). Hal yang mengungkap pertantangan, baik dalam bentuk kekerasan ataupun menyangkut perbedaanp pendapat dan nilai yang ditampilkan oleh media massa biasanya juga disukai okeh khalayak. e. Komedi (humor).
22
Makalah Drs. M. Riswandi dalam Perkuliahan Komunikasi Massa.
Bentuk-bentuk penyampaian pesan yang dilakukan media massa yang bersifat humor (komedi) merupakan bagian dari hal-hal yang lucu dan menghibur. f. Seks dan keindahan. Salah satu sifat manusia adalah menyenangi unsur seks dan keindahan atau kecantikan, sehingga keduanya mempunyai unsur yang bersifat universal. Sehingga menarik khalayak untuk menjadikannya sebagai bahan rujukan atau referensi. g. Emosi. Bagi media massa yang juga mengangkat hal-hal yang berkaitan dan menyentuh kebutuhan dasar (basic need) manusia, seringkali menimbulkan emosi dan simpati khalayak. Seperti pemberitaan akan bencana Gempa Tsunami yang secara terus menerus.
h. Nostalgia. Nostalgia adalah merujuk pada hal-hal yang mengungkapkan pengalaman di masa silam. i. Human interest. Setiap seseorang pada dasarnya ingin mengetahui segala peristiwa atau hal-hal yang menyangkut kehidupan orang lain. Gambaran tentang kehidupan orang lain, biasanya dalam bentuk feature. Oleh karena itu, untuk menarik perhatian khalayak, diperlukan keahlian untuk menggambarkan unsur dalam human interest ini. Gambaran tentang kehidupan orang dapat dikemas dalam bentuk berita, feature, biografi, foto esai dan berbagai bentuk acara deskriptif lainya.
2.5 Media Cetak
Kemajuan teknologi dan ditemukan percetakan surat kabar dengan sistem silinder ( rotasi ) membuat istilah pers muncul, sehingga orang selalu mengindentikkan istilah jurnalistik dengan pers, yang dalam bahasa Inggris ( press ) berarti mesin pencetak, mencetak atau orang-orang yang terlibat dalam penulisan atau produksi berita23. Pada perkembangannya kemudian secara sederhana jurnalistik dipahami sebagai proses kegiatan meliput, membuat dan menyebarluaskan peristiwa yang bernilai berita ( news ) dan pandangan ( views ) kepada khalayak melalui saluran media massa ( cetak atau electronik )24. Istilah percetakan pers, banyak yang menyebutnya dengan media cetak., artinya perusahaan pers yang dilakukan dengan mencetak dan media massa cetak adalah alat komunikasi untuk masyarakat, yang dibuat dengan percetakan atau mencetaknya lebih dulu25.
Mantan Rektor Sekolah Tinggi Publistik/STP di Jakarta – A. M Hoestoeboet, membedakan media cetak dengan media televisi/ radio sebagai berikut : Media cetak menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang, sedangkan, media televisi dan radio pada saat ada siaran, siarannya dapat diterima di mana saja dalam jangkauan pancaran ( mengusai ruang ) tetapi siarannya tidak dapat dilihat kembali ( tidak mengusai waktu )26. Media cetak, entah itu koran, majalah, akan menjadi lebih spesifik, menekuni niche (ceruk) yang amat sempit. Di ceruk-ceruk sempit inilah media cetak akan bermain. Dan ceruk-ceruk ini akan terus ada, dan berkembang. Media-media cetak yang pintar dan jeli memanfaatkan ceruk-lah yang bertahan.
23
Asep Syamsul M. Romli, Opcit, hal 69 Ibid, hal 69-70 25 Totok Djuroto. Manajemen Penerbitan Pers, PT Remaja Rosdakarya Bandung, 2002. Hal, 10 26 JB. Wahyudi, Op Cit, Hal, 5. 24
Atau, media cetak akan kembali ke posisi awalnya, menjadi bacaan para “elite” yang tidak semua orang dapat membacanya. Artinya, ketika bacaan digital menjadi keniscayaan, media cetak justru menjadi barang antik, yang memiliki pembaca dan penggemar tersendiri. Ia tidak mati, hanya beralih wujud melayani penggemar khusus.
2.6 Pengertian Rubrik Fotografi Dalam kamus komunikasi yang di tulis oleh onong uchjana efenddy rubrik adalah istilah bahasa belanda yang berarti ruangan pada halaman surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan masyarakat. Jenis- jenis rubrik : a. Rubrik Informative, Yang mencakup perihal keluarga, kesejahteraan karyawan, pengumuman pimpinan perusahaan, peraturan, surat keputusan dan pertemuan. b. Rubrik Educative, yang meliputi tajuk rencana, artikel-artikel dan kutipan pendapat para tokoh. c. Rubrik Kreatif, yang mencakup berita pendek atau bersambung, anekdot, kisah minat insani dan pojok atau sentilan.27 Fotografi berasal dari bahasa Yunani, photos yang berarti cahaya dan graphoo yang artinya menulis. Sehingga dapat diartikan proses pembuatan lukisan dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya.28 Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.
27
Dja’far H. Assegaff, Jurnalistik Masa Kini ( Pengantar Kepraktek Kewartawanan ), Jakarta. Ghalia Indonesia, 1982, Hal 11-12. 28 Pamungkas, MR. Pengantar Foto Jurnalistik : PT Karya Nusantara, Bandung 1985, hal 1
2.6.1 Fotografi Jurnalistik Fotografi jurnalistik adalah informasi visual yang dapat menjadi alat berkekuatan besar untuk menjelaskan kebebasaan dunia dengan
menyampaikan
kejadian-kejadian yang sebenarnya tentang keadaan manusia. Foto jurnalistik tidak hanya gambar saja, melainkan gambar dan kata-kata bekerja sama. Wilson Hicks, Editor Eksekutif Life Magazine pada tahun 1940-an, menjelaskan “kata-kata dan gambar sebagaimana pada setiap bagian yang terpisah memiliki tugas yang penting dan untuk pencapaian potensial keduanya harus bekerja sama.”29 Fotografi jurnalistik muncul dan berkembang di dunia sudah lama sekali, tetapi lain halnya dengan di Indonesia, foto pertama yang di buat oleh seorang warga negara Indonesia terjadi pada detik-detik ketika bangsa ini berhasil melepaskan diri dari belenggu rantai penjajahan. Alex Mendur yang bekerja sebagai kepala foto kantor berita Jepang Domei, dan adiknya sendiri Frans Soemarto Mendur mengabadikan peristiwa pembacaan teks Proklamasi kemerdekaan republik Indonesia dengan kamera Leica, dan pada saat itulah pada pukul 10 pagi tanggal 17 Agustus 1945 foto jurnalis Indonesia lahir.30 Dasar kelahiran dan pertumbuhan fotografi jurnalistik ditentukan oleh tiga faktor yakni : 1.Rasa ingin tahu manusia, merupakan naluri dasar yang menjadi wahana
kemajuan.
2.Pertumbuhan media massa sebagai media audio visual yang memuat tulisan (atau uraian mulut) dan gambar (termasuk gambar yang hidup).
29
Photojournalism. Life Library of Photography, Time Life Book 1983, 100, dikutip dari Skripsi Muhammad Ali, ”Analisias Essay Foto Little Fighter (the essay ), karya Widya Sartika yang dimuat dimajalah Fotomedia No 15, Tahun VII Agustus 2000, Universitas Mercu Buana, Jakarta 2001. 30
http://www.fotografer.net/fotografijurnalistik/diakses pada hari sabtu 14 april 2008
3.Kemajuan teknologi yang memungkinkan terciptanya kemajuan fotografi dengan pesat (termasuk perfilman dan video untuk pemberitaan)31 Menurut Frank P. Hoy dalam bukunya yang berjudul Photojournalism The Visual Approach, ada tujuh karakteristik foto jurnalistik adalah sebagai berikut: a.
Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto (Communication Photography). Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan pandangan wartawan foto terhadap suatu obyek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.
b. Medium foto jurnalistik adalah media cetak, koran atau majalah dan media kabel atau satelit juga internet seperti kantor berita. c.
Kegiatan foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita.
d. Foto jurnalistik adalah paduan foto dan teks. e.
Foto jurnalistik mengacu pada manusia, manusia adalah subyek sekaligus pembaca foto jurnalistik.
f.
Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak. (mass audiences). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam.
g. Foto jurnalistik merupakan hasil kerja editor foto atau redaktur foto. Tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak penyampaian informasi kepada sesame, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers (freedom of spssch & freedom of press). Selain itu foto jurnalistik juga bertujuan untuk merekam/mengabadikan atau menceritakan suatu peristiwa.32
31
Soelarko, RM, Foto yang berkisah, Dahara Publishing, 1989, hal 92, dikutip dari Skripsi Muhammad Ali, ”Analisias Essay Foto Little Fighter (the essay ), karya Widya Sartika yang dimuat dimajalah Fotomedia No 15, Tahun VII Agustus 2000, Universitas Mercu Buana, Jakarta 2001 32 Audy, Mirza, Alwi, hal 4
“Semua foto pada dasarnya adalah dokumentasi dan foto jurnalistik adalah bagian dari foto dokumentasi” (Kartono Ryadi, Editor foto harian Kompas). Perbedaan foto jurnalis adalah terletak pada pilihan, membuat foto jurnalis berarti memilih foto mana yang
cocok.
(
ex:
di
dalam
peristiwa
pernikahan,
dokumentasi
berarti
mengambil/memfoto seluruh peristiwa dari mulai penerimaan tamu sampai selesai, tapi seorang wartawan foto hanya mengambil yang menarik, apakah publik figur atau saat pemotongan tumpeng, saat tumpengnya jatuh, khan menarik) hal lain yang membedakan antara foto dokumentasi dengan foto jurnalis hanya terbatas pada apakah foto itu dipublikasikan (media massa) atau tidak. Nilai suatu foto ditentukan oleh beberapa unsur : 1). Aktualitas. 2). Berhubungan dengan berita. 3). Kejadian luar biasa. 4). Promosi. 5). Kepentingan. 6). Human Interest. 7). Universal. Foto Jurnalistik disebut juga press photo atau foto berita, yaitu foto yang lazim digunakan dikalangan pers. Foto seperti ini biasanya memberitakan suatu peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat. Misalnya foto bencana alam, kecelakaan, olah raga termasuk segala hal yang menyangkut pembangunan seni budaya, teknologi dan sebagainya. Foto jurnalistik juga dibuat dalam keadaan yang sebenarnya, bukan manipulasi atau setting.33
33
Nugroho, R. Amien, Kamus Fotografi, Edisi I, Yogyakarta, 2006, hal 251
Sebagai tambahan, menurut ICP Encyclopaedia of Photogaphy, hakikat foto jurnalisme adalah adanya cerita untuk diinformasikan berdasarkan fakta, yang kemudian disajikan secara visual dan menimbulkan kesan mendalam. Seorang fotografer atau yang lebih sering disebut pewarta foto adalah seorang wartawan atau pewarta yang ditugaskan untuk melakukan pemotretan pada kejadiankejadian atau tempat-tempat penting. Berbeda dengan wartawan pada umumnya, wartawan foto menggunakan kamera sebagai alat utamanya, dan biasanya ia menyertai wartawan tulis yang sedang meliput kejadian tertentu. Setelah melalui seleksi yang ketat, foto baru bisa dimuat dalam surat kabar atau majalah. Seorang jurnalis foto harus bisa menggambarkan kejadian sesungguhnya lewat karya fotonya, intinya foto yang dihasilkan harus bisa bercerita sehingga tanpa harus menjelaskan orang sudah mengerti isi dari foto tersebut dan tanpa memanipulasi foto tersebut. Tentunya foto-foto tersebut harus mengandung unsur berita yang kuat. Seperti yang kita ketahui unsur berita tersebut yakni 5W + 1H (What, Who, Why, Where, When dan How). Dalam Tampilannya foto jurnalistik di media cetak berfungsi sebagai pendukung berita cetak, kedua foto bisa berdiri sendiri atau tanpa adanya berita cetak jika foto tersebut mengandung unsur berita yang kuat dan mampu bercerita banyak layaknya sebuah tulisan mengenai suatu peristiwa. Peranan foto di media cetak bisa dikatakan sangat penting. Sebuah foto mampu bercerita lebih banyak dibandingkan sebuah berita teks. Seorang pembaca mungkin saja lebih mudah mengerti tentang pesan yang disampaikan dengan melihat sebuah foto yang bagus ketimbang membaca tulisan panjang yang terkadang sulit dimengerti atau bahkan harus membaca berulang kali baru bisa mengerti. Foto juga dijadikan sebagai point of
interest dimana sebauh foto diharapkan dapat menangsang khalayak untuk membaca berita yang disuguhkan. Fotografi
mengalami
pertumbuhan
dan
perkembangan
sejalan
dengan
perkembangan teknologi, pada sekarang ini fotografi digunakan dalam upaya memenuhi kebutuhan dan kepentingan lain seperti arsitektur, medikal,modelling, landscape, periklanan, jurnalistik dan sebagainya. Foto esai adalah bagian dari fotografi jurnalistik. Foto jurnalistik mempunyai beberapa bagian yaitu, spot new, general news, feature, potret, ilustrasi dan photo story (
foto bercerita yang terdiri dari beberapa foto ).
Fotografi membagi photo story menjadi beberapa bagian tersendiri yaitu, foto esai ( photo essay ), foto narasi ( photo narrative ), dan foto dokumentasi ( documentary photo ). Seperti yang sudah dituliskan diatas, fotografi jurnalistik mempunyai beberapa bagian yaitu:34
Bagan fotografi 35
Fotografi
Periklanan
Arsitektur
Jurnalistik
Modelling
Medikal dll
34
Nugroho, R. Amien, Kamus Fotografi, Edisi I, Yogyakarta, 2006, hal 251
35
Kobre, Kenneth, Photojournalism The Professionals Approach, 4th edition, Th.2000, hal 45
General News
a).
Feature
Potrait
Essay
Sport
Spot
Illustrasi
Spot news : Foto-foto insidential/foto mengenai peristiwa-peristiwa yang tidak direncanakan, atau tidak mungkin direncanakan terlebih dahulu. Misalnya foto kabakaran, bencana alam, kecelakaan dan lain sebagainya.
b).
General news : Foto dari peristiwa yang direncanakan, misalnya foto pertemuan presiden RI Susilo B.Y. dengan Presiden Amerika Serikat George Walker B.
c).
Feature : Foto untuk mendukung suatu artikel atau bersifat ringan namun menarik diketahui masyarakat, misalnya foto tumpukan sampah yang memenuhi sungai, foto anak-anak pengamen dan lain sebagainya.
d).
Portrait : Foto yang menggambarkan tokoh publik, selebritis dan atau masyarakat secara umum, misalnya foto Aa Gym sebagaiu tokoh Agama.
f).
Sport : Foto aksi atau fitur atau cerita olah raga.
g).
Photo Essay : Sebuah narasi dalam bentuk sekumpulan foto yang dirangkaikan dalam satu topik
tertentu. Esai foto yang lengkap terdiri dari Headline, Naskah
dan pengaturan tata letak foto yang saling mendukung. Semua itu akan menunjang pemahaman ide cerita yang ingin disampaikan, misalnya foto essai tentang suku pedalaman. h).
Illustrasi : Foto simbolik yang menggambarkan suatu peristiwa, misalnya foto close up jabat tangan yang hanya diambil tangannya saja dengan latar belakang kedua bendera negara.
2..6.2 Foto Esai Foto Esai adalah gambaran dan melukiskan dari sebuah objek foto menjadi suatu jalan cerita dan di dampingi sebuah teks ( Caption )36. Secara umum, sebuah foto esai tidak berbeda dengan tulisan. Elemen utama dalam foto esai adalah foto. Foto esai merupakan tempat untuk komunikasi yang digunakan secara universal sebagai bahasa visual untuk menjaga kebenaran informasi. Dalam memahami foto esai harus ada sesuatu yang selalu hadir untuk menciptakan suatu kesatuan dari rangkaian foto. Menurut alphons Mardjono foto esai dibagi menjadi dua hal yang mendasar dalam memahami isi pesan foto esai, yaitu : 37 1. Berkaitan dengan isi dan visi a. Identifikasi tema b. Repetisi kejadian, tokoh, ide atau tempat c. Repetisi objek d. Nuansa 2. Berkaitan dengan teknis a. Sudut pandang kamera b. Tata letak yang baik c. Teknis khusus saat pemotretan atau proses percetakan
Maitland Edey, mantan editor Life berpendapat bahwa foto esai akan sempurna berkaitan dengan manusia, dilema kehidupan, tantangan dalam kehidupan, dan penderitaan manusia. Foto esai tentang manusia biasanya dibagi atas tiga katagori : 1. Orang terkenal 36
Prasetya, Erik, Memahami Esai Foto, Foto Media, 1995, hal 52 Salma, Perwujudan pesan foto esai pada rubrik Makalah penyaji ilmu social dan ilmu Politik Jakarta, th 1996, hal 14
37
Seperti tokoh masyarakat, artis dan lainnya. Cerita foto soal orang terkenal menyediakan isi utama bagi beberapa majalah bersirkulasi besar sekarang ini,isah selebritis mendominasiakan isi sebagian besar majalah sirkulasi besar. 2. Tidak terkenal tapi menarik Dimana sesuatu yang menarik atau menampilkan karakteristik yang eksentrik yang mempunyai khas atau unik. `
3. Tidak terkenal tapi mewakili Sebuah bentuk lain cerita pribadi yang menyelidiki kehidupan orang biasa yang menjadi patokan trend baru atau gaya yang berkembang.
Agar pembaca dapat menangkap benang merah antara satu foto dengan lainnya, kita harus menampilkan sesuatu yang selalu hadir pada setiap foto. Sesuatu itu bisa tokoh, objek, nuansa, penegasan tema, sudut pandang kamera atau teknis khusus saat pemotretan atau percetakan dan proses.38
2.6.3 Komposisi dan Sudut Pengambilan Foto Dalam suatu penciptaan sebuah karya foto berharap fotografer mengambil gambar sesuai konsep dan di dasari dengan komposisi dan sudut pengambilan yang semaksimal mungkin agar dapat menghasilkan suatu gambar yang sempurna dan layak di terima oleh mata masyarakat, khususnya foto esai yang memiliki suatu rangkaian foto untuk menjelaskan isi dan visinya. Dalam hal ini memformulasikan keragaman visual komposisi dan sudut pengambilan foto esai : a. Wide Shot
38
Motullah, Oscar, East Timur : A Photographic Record, tahun 1992, hal 23
Tampak umum atau keseluruhan, sudut lebar atau foto udara yang mencerminkan nuansa sebuah cerita. b. Medium Shot Menfokuskan pada group atau suatu aktifitas yang tengah dilakukan oleh objek foto. c. Close-up Detail kuat yang relavan terhadap objek yang akan ditonjolkan dan mampu memberikan cerita yang kuat. d. Potret ( Potrait ) Potret wajah yang berkarakter dengan latar belakang lingkungan atau bagaian dari yang mendukung sebuah objek. e. Interaksi Sedang bercakap-cakap atau bekerja dan beraktivitas suatu kegiatan yang sedang berlangsung. f. Desecive Moment Mengabungkan muatan semua elemen cerita yang termuat dalam satu frame foto.
g. Sequence Bagaimana sebelum dan sesudah atau sebuah urutan dari permulaan, pertengahan dan akhiran. h. Clincher Foto penutup, yang dapat mengakhiri dari sebuah cerita foto.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif penelitian ini hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa, penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Penelitian deskriptif ditujukan untuk 39 a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang menuliskan gejala yang ada 39
Sumardi Surtabatra, metode penulisan, hal 19
b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku c. Membuat perbandingan atau evaluasi d. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dan pengalaman mereka untuk menentapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang Penentuan deskriptif mungkin lahir karena kebutuhan, sering terjadi penelitian deskriptif timbul karena suatu peristiwa yang menarik perhatian peneliti tetapi belum ada kerangka teoritis untuk menjelaskannya. Sedangkan mengenai pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kuantitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental berhubungan pada pengamatan manusia dan kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.
3.2 Metode Penelitian . Penelitian ini menggunakan metode analisis isi. Menurut Berelson (1952) yang kemudian diikuti oleh Kerlinger (1986), analisis isi didefinisikan sebagai salah satu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak.40 Selanjutnya prinsip-prinsip diatas diuraikan sebagai berikut:41 a. Prinsip Sistematik
40 41
Burhan, Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, Rajawali Pers, Jakarta,1993, hal 15 Ibid, Burhan, Bungin, hal 15
Oleh Barelson diartikan bahwa perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Penelitian tidak dibenarkan melakukan analisis hanya pada isi yang sesuai dengan perhatian dan minatnya, tetap ia harus ada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diteliti (yang telah ditetapkan dalam pemilihan populasi dan sampel). b. Prinsip Objektif Berarti hasilnya tergantung pada prosedur penelitian bukan pada orangnya, yaitu dengan ketajaman kategori yang ditetapkan sehingga orang lain dapat menggunakannya. Dan apabila digunakan untuk isi yang sama hasilnya harus sama pula. Walaupun penelitiannya berbeda. c. Sedang Kuantitatif Diartikan dengan mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melakukan dari bagai jenis isi yang didefinisikan. d. Isi yang nyata / tampak. Diberi penelitian yang dianalisis hanyalah isi yang tersurat, yang tampak, bukan makna yang dirasakan oleh peneliti.
Analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambing, analisis isi juga dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi : surat kabar, buku, peraturan, undang-undang dan sebagainya.
Sebab fokus penelitian terletak ada fenomena di dalam kehidupan nyata, yaitu proses redaksi harian tempo dalam menentukan foto esai di dalam rubriknya yang dimuat setiap edisi minggu, jika dikaitkan dengan masalah penelitian, analisis isi yang digunakan dalam penelitian adalah kasus tunggal dengan unit analisis tunggal karena peneliti hanya meneliti satu kasus yaitu Proses redaksi harian tempo dalam menentukan penyajian foto esai dalam
penelitian ini juga peneliti menggunakan teknik wawancara dan observasi agar dapat menambah atau memperkuat hasil penelitian.
3.3 Definisi Konsep Di dalam pelaksanaan penelitian ini berbagai konsep dari istilah perlu dipelajari definisi konsepnya antara lain : 1. Foto Esai adalah gambaran dan melukiskan dari sebuah objek foto menjadi suatu jalan cerita dan di dampingi sebuah teks dan mempunyai lembaran rubrik yang memiliki halaman yang besar dimuat dan dibuat semenarik mungkin agar masyarakat tertarik. 2. Rubrik adalah sebuah ruangan pada halaman sebuah surat kabar atau media cetak lainnya yang berisi suatu berita. 3
Koran adalah media cetak yang memberikan suatu berita dan informasi yang memiliki beragam berita yang ada di Negara ataupun di seluruh penjuru dunia yang berbentuk tulisan dan foto sebagai penghias beritanya. Dengan adanya definisi konsep tersebut maka akan mempertegas hasil
penelitian.
3.4 Operasionalisasi Kategori Berikut adalah kategori yang di operasionalisasikan analisis yakni : 3.4.1 Tabel Operasionalisasi Kategori KONSEP FOTO ESAI
DIMENSI a. Berkaitan dengan Visi dan Misi
INDIKATOR -
Identifikasi Tema.
-
Repetisi
kejadian, Tokoh,ide atau tempat.
b. Berkaitan dengan Teknis
-
Repetisi objek.
-
Nuansa.
-
Sudut Pandang kamera.
-
Tata Letak yang baik.
-
Teknis Khusus saat pemotretan atau
Proses
percetakan.
3.5 Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian ini adalah foto esai yang meliputi foto/gambar dan visi misi foto esai, dan tata letak di koran Tempo edisi Minggu 11 Mei – 1 Juni 2008. 3.6 Pengumpulan Data Dalam memperoleh pengumpulan data, peneliti menggunakan dua tahap, yaitu : 3.6.1 Data Primer Dalam penelitian ini pengumpulan data primer adalah hasil analisis terhadap penyajian foto esai 11Mei – 1 juni 2008 pada harian koran tempo edisi minggu dalam
rubrik fotografi. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk menganalisis isi melalui foto esai tersebut.
3.6.2
Data Sekunder Dalam penelitian ini memperoleh data penelitian melalui pengumpulan data-data tertulis berupa, struktur organisasi perusahaan, berbagai judul buku, karya tulis, para koder, dan bentuk tulisan lain yang berguna untuk melengkapi data-data penelitian ini dilakukan melalui wawancara dengan staff redaksi harian Koran Tempo.
3.7 Teknik Analisis Data yang terkumpul akan dianalisa dengan membandingkan dari hasil wawancara tentang bagaimana kecendrungan media dalam memilih foto esai pada Koran tempo edisi minggu dalam rubrik fotografi, selama satu bulan Hasil penelitian ini yang didapat akan didiskripsikan dengan mengacu pada data tertulis yang diperoleh dari hasil penelitian, dimana gambar atau foto-foto yang didapat dilapangan akan di seleksi dan di modifikasi sehingga menjadi foto yang layak dimuat pada edisi minggu dalam rubrik fotografi yang berbentuk foto esai. Deskripsi itu akan mengambarkan bagaimana kecendrungan foto esai diharian berita tempo khususnya edisi minggu dan memperlihatkan ada atau tidak adanya aplikasi teori dalam proses yang dijalankan perusahaan pada koran tempo
3.8. Uji Reliabilitas Reliabilitas menurut Budd, Thorp dan Donohew adalah suatu hasil perhitungan yang dilakukan berulang kali oleh para peneliti, dimana dicari suatu hasil dengan tingkat konsistensi tinggi. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur (kategorisasi) dapat dipercaya atau diandalkan bila dipakai lebih dari satu kali untuk mengukur gejala yang sama42
Untuk menentukan kualitas yang tinggi dari reliabilitas dalam penelitian harus : a. Menghasilkan variabel dan isi yang jelas dan tepat yang meliputi semua coder. b. Model coder dalam mengaplikasikan kategorisasi kriteria untuk setiap variabel dan isi. c. Pengkode mengukur konsistensi yang sama, dengan dua atau lebih orang coder melakukan kategorisasi kriteria ini (batasan) dengan menempatkan pemakaian dari contoh semacam itu, tapi bukan bagian dari jumlah penelitian.43
Adapun cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara Holsti dengan formulanya :44
3M Reliabilitas = N 1 + N 2 + N3
Ket : M=
Jumlah kasus (dimana/jika) ketiganya coders setuju penggolongan mereka.
N1 =
Banyaknya kasus yang coding oleh coder 1
N2 =
Banyaknya kasus yang coding oleh coder 2
42
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, Rajawali Pers, Jakarta, 1999, hal 159
43
Theo van Leuwen & Carey Jewitt, hadbook of visual Analysis, hal 22 Ibid Burhan Bungin, hal 159
44
N3 =
Banyaknya kasus yang coding oleh coder 3
Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti memahami bahwa reliabilitas koding adalah cara untuk mengukur atau menguji definisi atau isi kategori penelitian yang sama kepada agar hasilnya dapat dipercaya. Untuk menguji reliabilitas penulis terlebih dahulu meminta tiga orang untuk menjadi pengkode terhadap item-item yang kemudian dikumpulkan dan selanjutnya diberikan kepada tiga orang yang memiliki pengetahuan foto jurnalistik baik praktis maupun akademis, yaitu : Muhammad Ali (Pewarta Foto Jawa Pos), Ruth Semiono (Pewarta foto Suara Pembaruan) dan Robby Irsyad (Pewarta Foto Antara). Reliabilitas yang digunakan adalah 4 item foto esai pada harian Tempo edisi 11 Mei – 1 Juni 2008. Berikut ini hasil Uji Reliabilitas : Reliabilitas klasifikasi foto :
3M Reliabilitas = N1 + N2 + N3
3 (3) = 4 + 4+ 4
9 = 12
3. 9.
=
0,75 %
=
75 %
Teknik Analisis Data Sesuai dengan konteks analisis isi, yang merupakan pembahasan yang mendalam
terhadap isi informasi tertulis atau tercetak di media massa. Setelah peneliti memperoleh data, maka akan mengumpulkan unit analisia. Unit analisis dipilih berdasarkan jenis-jenisnya, kemudian diteliti berdasarkan kategori kategori yang akan dibuat. Kemudian data yang telah dihasilkan dibuat tabulasi.45 Langkah – langkah penelitian analisis isi : 45
Sukardi, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 1998, hal 121-127
a. Mengumpulkan bahan yakni foto esai harian Tempo edisi 11 Mei – 1 Juni 2008. b. Membuat lembar koding. c. Menetapkan coder. d. Coder menetapkan / menilai kategori. e. Menguji reliabilitas. f. Peneliti melakukan analisis isi. g. Tabel frekuensi.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Group TEMPO Inti Media melebarkan sayapnya dengan menerbitkan surat kabar koran Tempo, media online Tempo Interaktif ( www.tempointeraktif.com ) dan tempo News Room ( TNR ).
Harian Koran Tempo terbit pertama kali pada tanggal 2 April 2001. Koran Tempo terbit pada pagi hari. Dengan oplah 200.000 ekslempar perhari, Koran Tempo diharapkan nantinya meng-clear-kan ( meluruskan ) segala macam isu isu yang berkembang di masyarakat. Diharapkan selama tiga tahun ke depan, Koran Tempo dapat meningkatkan misi dan visi sehingga dengan sendirinya dapat mempengaruhi kebijaksanaan publik. Motto Koran Tempo adalah
‘’ Referensi Bertita Politik dan Ekonomi ‘’ yaitu
memberikan sebuah peristiwa dengan ringkas, padat dan jelas sesuai dengan 5 W + 1 H, konsekuensinya Koran Tempo Tidak dapat beropini pada sebuah berita. Dengan desain berita pendek – pendek dan berita yang tidak bersambung dari halaman ke halaman lain sehingga Koran Tempo enak dibaca.46 Target Tujuan pasar Koran Tempo bersegmentasi umum untuk semua kalangan baik secara ekonomi dan pendidikan, Koran Tempo harus konsekuensi dengan konsep yang sudah diplot tersebut, yaitu dengan penyajian berita yang baik secara redaksional, elegan, desain yang menarik, jelas, dan tajam, dan banyak warna dalam segi kehidupan.
4.1.1 Visi dan Misi Koran Tempo Visi koran tempo menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk berpikir dan mengutarakan pendapat serta membangun suatu masyarakat yang menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat. Sedangkan misi koran tempo mengawali perubahan sendi – sendi kehidupan yang paling mendasar dalam suatu kehidupan yaitu, munculnya kebebasan pers, reformasi sosial 46
Laporan tahunan 2004 – 2006 PT Tempo INti Media Tbk.
dan politik, kebebasan berpendapat, sehingga mendorong masyarakat untuk bebas berekspresi sesuai dengan keinginanya dan menjunjung nilai – nilai kehidupan yang universal. Dengan logo lingkaran penunjuk waktu yang dalamnya tertulis penunjuk arah yaitu, NEWS mengartikan pada berita yang menunjukkan arah maksudnya yaitu dimana Koran Tempo dapat menjadi tempat bagi masyarakat untuk melihat fakta yang benar dari seluruh penjuru arah. Alasan pembaca, Tempo akurat, lengkap dan tajam analisisnya. Tempo juga dinilai selalu aktual, jernih dan jelas. Akurasi keberimbangan, yang merupakan “mahkota“ profesi jurnalistik memang dijadikan asas dalam gaya dan metode penulisannya. Di sisi lain, Tempo ditulis tanpa maksud menambahkan beban bagi masyarakat pembacanya yang cerdas, yang berkembang dinamis ditengah laju reformasi dan globalisasi.
Bagan 4.1 (Flow of News) Tempo Rapat Perencanaan
Pengumpulan Bahan
Rapat Checking
Rapat Checking Halaman Isi + Cover
Penulisan – Jabrik Penyutingan – Redaktur – Pemred
Editing Bahasa
Desain/Lay Out
Percetakan / Temprint Harian Koran Tempo/Majalah Tempo
Evaluasi Isi
Bagan 4.2
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI HARIAN TEMPO
Divisi Produksi Heri Susanto
Sekretariat Redak
PTM Diah Purnomowati
Pusat Dokumentasi Gatot Sriwidodo
Redaktur Bahasa
Kompartemen Nasional Shanty Nurpatria
Kompartemen Ragam Andree Priyanto
Kompartemen Edsus Spesial Kurnia J.R
Redaktur Liputan Akmal Nasery Basrai
Tempointeraktif. COM
Redaktur Dody Hidayat, Dwi Arjanto, Dwi Wiyana,Firman Atmakusuma.
Reporter Kompartemen Nasional Reporter : Ali Nur Yasin, Dedy Sinaga, Efri Ritonga,Juli Hantoro, Maria Hasugian. Fotografer Gunawan Djohan.
Edward Luhukay
Reporter Kompartemen Ragam Reporter : Iyan Bastian, Imam yuni Fotografer : Yoseph Arkian
:Bernard Chaniago, Wicaksono,Mahanizar Tabel 4.1 Struktur Organisasi Koran Tempo Posisi
Nama
Direktur
Bambang Harymurti
Wakil direktur
Herry Hernawan
Pemimpin Redaksi
S.Malela Mahargasari
Wakil Pemimpin Redaksi
Yoanida Rosita
Redaktur Pelaksana
Burhan Solihin Karaniya Dharmasaputra Wicaksono Febrian
Sidang Redaksi
Andy mahendra Angela Dewi Edri Kurniawati Hary Prasetyo Juli Hantoro Kelik M. Nugroho Meiriyon. M Nurdin Kalim Santirta
Redaksi Bahasa
(Koordinator) Kurnia J.R Hasto Praktikto Elan Maolana Setiajid
Didalam media cetak khususnya koran tempo harus mempunyai fungsi dan tugas bagian peliputan dan pemberitaan. a. Pemimpin Redaksi
Tujuan Umum Jabatan Menghasilkan Koran/Majalah jadi secara efektif dan efisien melalui perencanaan dan pengendalian isi atau arah Koran/majalah serta pemanfaatan secara optimal sumber daya di redaksi. Hubungan Kerja Jabatan 1. Hubungan di dalam perusahaan a. tanggung jawab langsung kepada Direktur Perusahaan. b. Membawahi Redaktur Pelaksana dan Sekretaris Redaksi. 2. Hubungan di luar perusahaan. a. Sumber berita b. Lembaga atau instansi terkait Tugas dan tanggung jawab 1. Menjamin tersusunnya sasaran, kebijakan dan strstegi pemberitaan. 2. Menjamin tersusun dan terlaksananya prosedur kerja keredaksian secara efektif dan efisien 3. Merencanakan, mangembangkan dan mengendalikan isi Koran/majalah. 4. Mengevaluasi, mengembangkan dan mengendalikan pengadaan isi majalah 5. Membuat naskah jadi 6. Mengikuti dan mengantisipasi perkembangan berita 7. Memimpin rapat perencanaan isi Koran/majalah, checking, dan rapat redaksi pelaksana 8. Merencanakan, mengevaluasi dan mengembangkan organisasi serta Sumber Daya Manusia (SDM) di lingkingan keredaksian 9. Membina hubungan baik dengan relasi dan sumber berita
10. Menghadiri undangan-undangan Wewenang 1. Memutuskan rencana isi Koran/majalah 2. Memutuskan isi Koran/majalah yang layak siar 3. Memutuskan pengguna anggaran redaksi b. Kepala Pusat Liputan Tujuan umum jabatan Membantu Pemimpin Redaksi (Pemred) dalam mencapai efektifitas dan efesiensi pencarian berita serta pemanfaatan secara optimal sumber daya di lipitan Jakarta Hubungan kerja jabatan 1. Hubungan di dalam perusahaan a. Bertanggung jawab langsung kepada Pemred b. Hubungan kerja kesamping dengan : para Kepala Bagian, Redaktur Pelaksana, Penanggung Jawab Rubrik. c. Membawahkan : Wakil kepala pusat liputan, Sekretaris Pusat Liputan, Petugas Administrasi Liputan, Staf Redaksi, Liputan Jakarta, Liputan Daerah, Liputan Luar Negeri, Koresponden 2. Hubungan di luar perusahaan Sumber berita Tugas dan Tanggung Jawab 1. Memantau dan mengarahkan pelaksanaan kerja bawahan 2. Mengkoordinasikan dan mendistribusikan serta penugasan pencarian naskah 3. Mendata perolehan bahan naskah 4. Menyeleksi dan membuat usulan berita yang layak.
5. Mengikuti rapat perencanaan isi koran/majalah dan checking 6. Mengikuti perkembangan perubahan isi koran/majalah 7. Mengadakan dan memimpin Rapat Liputan Jakarta 8. Menanti batas waktu / deadline 9. Membina hubungan baik dengan sumber berita 10. Melaksanakan pembinaan dan perkembangan SDM 11. Mengevaluasi kinerja bawahan langsung 12. Menghadiri undangan-undangan dari luar 13. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan pemimpin perusahaan Wewenang 1. Mengabulkan dan menolak permintaan cuti atau ijin meninggalkan tugas terhadap bawahan 2. Bekerjasama dengan Departemen Personalia dalam memberikan teguran lisan maupun tulisan terhadap bawahan yang melanggar peraturan poerusahaan 3. Menolak usulan reporter yang tidak layak 4. Memberikan nilai awal bagi kinerja bawahan langsung b. Kepala Sekretaris Redaksi Tujuan umum jabatan Membantu
Pemred/Wapemred
dalam
pelaksanaan
tugas
administrasi
keredaksian. Hubungan kerja jabatan 1. Hubungan di dalam perusahaan a.Bertanggung jawab langsung kepada Pemred b.Membawahkan : Wakil Sekretaris Redaksi, Petugas Penataan Redaksi 2. Hubungan di luar perusahaan
a.Sumber berita b.Lembaga atau institusi terkait Tugas dan Tanggung Jawab 1. Pendataan turun naskah 2. Penyusunan data untuk rapat evaluasi perusahaan 3. Pendataan kontribusi reporter, koresponden dan administrasi 4. Administrasi program magang dan tim pendidikan 5. Pengaturan kunjungan tamu redaksi 6. Menghitung kontribusi tulisan para penanggung jawab rubrik 7. Administrasi eidsi-edisi khusus 8. Membuat pemberitahuan kegiatan redaksi 9. Mengundang rapat-rapat di keredaksian 10. Membuat laporan kegaitan redaksi 11. Melaksanakn tugas-tugas lain dari pimpinan perusahaan/atasan Wewenang 1. Mengabulkan dan menolak cuti atau ijin meninggalkan tugas bawahan 2. Memberikan teguran baik lisan maupun tulisan kepada bawahan yang melanggar peraturan poerusahaan. b. Redaktur Pelaksana Tujuan umum jabatan Membantu
Pemred/Wapemred
dalam
keredaksian. Hubungan kerja jabatan 1. Hubungan di dalam perusahaan a.Bertanggung jawab langsung kepada Pemred
pelaksanaan
tugas
administrasi
b.Hubungan kerja kesamping dengan : para Redaktur Pelaksana, Penanggung Jawab Rubrik, Kepala Pusat Liputan Jakarta, Staf Redaksi Bahasa. 2. Hubungan di luar perusahaan Tugas dan Tanggung Jawab 1. Mengikuti dan mengantisipasi perkembangan berita 2. Memonitor perkembangan bahan naskah dan foto 3. Menulis naskah jadi 4. Memilih foto yang akan dimuat 5. Menghadiri rapat checking dan perencanaan 6. Mengajukan usulan berita 7. Membuat penugasan 8. Menyusun outline laporan utama/laporan khusus 9. Menyusun ranacana isi dan rincian visual naskah 10. Membina hubungan baik dengan sumber berita 11. Menaati batas waktu pengumpulan naskah teredit 12. Mengajukan usulan perbaikan isi dan penampilan koran 13. Menghadiri undangan-undangan dari luar 14. Melaksanakan tugas-tugas khusus Wewenang Meminta atau memberikan informasi kepada pihak lain sejauh menyangkut masalah isi rubrik.
b. Penanggung Jawab Rubrik Tujuan umum jabatan
Membantu Redpel dalam memberikan ide-ide lengkap dengan ‘angle’ cerita usulan visual dan naskah awal untuk rapat perencanaan isi koran/majalah. Hubungan kerja jabatan 1. Hubungan di dalam perusahaan a.Bertanggung jawab langsung kepada Redpel b.Hubungan kerja kesamping dengan : Penanggung Jawab Rubrik (Jabrik) yang lain, Kepala Pusat Liputan Jakarta, Staf Layanan Informasi. c.Hubungan kerja khusus dengan reporter, staf redaksi 2. Hubungan di luar perusahaan dengan sumber berita b. Reporter/Koresponden Tujuan umum jabatan Membantu kepala pusat liputan dalam menggali poitensi berita yang ada di wilayahnya.
Hubungan kerja jabatan 1. Hubungan di dalam perusahaan d. Bertanggung jawab langsung Kepada Pusat Liputan e. Hubungan kerja kesamping dengan : Wartawan/Reporter yang lain, Sekretaris Pusat Liputan. 2. Hubungan di luar perusahaan sumber berita. Tugas dan Tanggung Jawab 1. Mengikuti dan mengantisipasi perkembangan berita 2. Membuat usulan berita dan bahan naskah berita 3. Melakukan tugas reporting, pemotretan dan riset 4. Membuat laporan keuangan penugasan
5. Mengikuti rapat perencanaan 6. Menghadiri undangan-undangan dari luar 7. Membina hubungan baik dengan sumber berita 8. Mengumpulkan bahan berita tidak melewati batas waktu/deadline 9. Membuat usulan yang menyangkut perbaikan system atau prosedur 10. Melaksanakan tugas-tugas lain atasan/pimpinan perusahaan Wewenang
4.2
Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kecendrungan foto esai dalam rubrik fotografi pada koran tempo,dalam kurun waktu edisi 11 Mei
sampai
dengan 1 Juni 2008. Berdasarkan hasil data rubrik foto esai yang dikumpulkan Selama periode tersebut, akan dikelompokan dalam sejumlah indikator yang selanjutnya diharapkan dapat menjawab pertanyaan- pertanyaan penelitan. Untuk menganalisis berdasarkan teori yang ada serta dengan dilakukan tiga coder untuk menguji sampai sejauh mana alat pengukur (kategorisasi) dapat dipercaya atau dapat diandalkan untuk menghitung koefisien realibilitas dan validitas koding dalam penelitian ini.
Tabel 4.2 Indikator identifikasi tema foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Indentifikasi Tema
Frekuensi
Persentase
Sesuai
4
100%
Tidak sesuai
0
0%
4
100%
Total
Pada tabel 4.2 diatas terlihat bahwa dari indentifikasi tema foto yang sesuai 100% Jumlah indentifikasi tema foto yang tidak sesuai 0 %. Sehingga pada semua edisi ini jumlah indentifikasi tema yang sesuai lebih banyak.
Tabel 4.3 Indikator repetisi kejadian foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Repetisi Kejadian
Frekuensi
Persentase
Ada
4
100%
Tidak ada
0
0%
4
100%
Total
Pada tabel 4.3 diatas terlihat bahwa dari repetisi kejadian foto jumlah repetisi kejadian foto yang tidak ada 0 %, sedangkan jumlah repetisi kejadian foto yang ada sebanyak100%. Sehingga pada semua edisi ini jumlah repetisi kejadian yang ada lebih banyak. Tabel 4.4 Indikator repetisi tokoh orang terkenal foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Repetisi Tokoh
Frekuensi
Persentase
Ada
0
0%
Tidak ada
12
100%
12
100%
Orang Terkenal
Total
Pada tabel 4.4 diatas terlihat bahwa dari repetisi tokoh orang terkenal foto keseluruhanya tidak ada. Jumlah repetisi tokoh orang terkenal foto yang tidak ada 100 %, sedangkan jumlah repetisi tokoh orang terkenal foto yang ada 0 ( 0% ). Sehingga pada semua edisi ini jumlah repetisi tokoh orang terkenal yang tidak ada memiliki 100%.
Tabel 4.4.1 Indikator repetisi tokoh tidak terkenal tapi menarik foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Repetisi Tokoh
Frekuensi
Persentase
Ada
2
50%
Tidak ada
2
50%
4
100%
Tidak Terkenal tapi menarik
Total
`
Pada tabel
4.4.1 diatas terlihat bahwa dari
repetisi tokoh tidak
terkenal tapi menarik memiliki 50% yang ada, sedangkan yang tidak ada 50%.
Tabel 4.4.2 Indikator repetisi tokoh tidak terkenal tapi mewakili foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Repetisi Tokoh
Frekuensi
Persentase
Ada
1
25%
Tidak ada
3
75%
4
100%
Tidak Terkenal tapi mewakili
Total
`
Pada tabel
4.4.2 diatas terlihat bahwa dari
repetisi tokoh tidak
terkenal tapi mewakili memiliki 25% yang ada, sedangkan yang tidak ada 75%. Indikator repetisi tokoh orang tidak terkenal tapi mewakili yang tidak ada lebih menguasai dari yang ada.
Tabel 4.5 Indikator repetisi ide atau tempat foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Repetisi Ide atau
Frekuensi
Persentase
Ada
2
50%
Tidak ada
2
50%
4
100%
Tempat
Total
Pada tabel 4.5 diatas terlihat bahwa dari repetisi ide atau tempat yang ada mempunyai nilai 50%, sedangkan yang tidak ada 50%. Indikator repetisi ide atau tempat.Jadi pada semua edisimemiliki nilai balance. Tabel 4.6 Indikator repetisi objek human interest foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Repetisi Objek
Frekuensi
Persentase
Ada
3
75%
Tidak ada
1
25%
4
100%
Human Interest
Total
Pada tabel 4.6 diatas terlihat bahwa dari repetisi objek human interest yang ada mempunyai nilai 75%, sedangkan yang tidak ada 25%. Indikator repetisi objek human interest pada semua edisi, objek human interest yang ada lebih banyak dari pada nilai yang tidak ada.
Tabel 4.6.1
Indikator repetisi objek sosial foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Repetisi Objek sosial
Frekuensi
Persentase
Ada
2
50%
Tidak ada
2
50%
4
100%
Total
Pada tabel 4.6.1 diatas terlihat bahwa dari repetisi objek sosial yang ada mempunyai nilai 50%, sedangkan yang tidak ada 50%.
Tabel 4.6.2 Indikator repetisi objek universal foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Repetisi
Frekuensi
Persentase
Ada
0
0%
Tidak ada
4
100%
4
100%
ObjekUniversal
Total
Pada tabel 4.6.2 diatas terlihat bahwa dari repetisi objek universal yang ada mempunyai nilai 0 %, sedangkan yang tidak ada 100%. Indikator repetisi objek universal pada semua edisi bahwa objek universal yang tidak ada lebih banyak dari pada nilai yang ada.
Tabel 4.7 Indikator nuansa dilemma kehidupan foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008
Nuansa Dilemma
Frekuensi
Persentase
Ada
4
100%
Tidak ada
0
0%
4
100%
Kehidupan
Total
Pada tabel 4.7 diatas terlihat bahwa dari nuansa dilema kehidupan yang ada mempunyai nilai 100%, sedangkan yang tidak ada 0%. Indikator nuansa dilema kehidupan pada semua edisi yang ada lebih banyak dari pada nilai yang tidak ada.
Tabel 4.7.1 Indikator nuansa tantangan dalam kehidupan foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Nuansa Tantangan
Frekuensi
Persentase
Ada
4
100%
Tidak ada
0
0%
4
100%
Dalam Kehidupan
Total
Pada tabel 4.7.1 diatas terlihat bahwa dari nuansa tantangan dalam kehidupan yang ada mempunyai nilai 100%, sedangkan yang tidak ada 0%. Indikator nuansa tantangan dalam kehidupan pada semua edisi yang ada lebih banyak dari pada nilai yang tidak ada.
Tabel 4.7.2 Indikator nuansa penderitaan manusia foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008
Nuansa Penderitaan
Frekuensi
Persentase
Ada
1
25%
Tidak ada
3
75%
4
100%
Manusia
Total
Pada tabel 4.7.2 diatas terlihat bahwa dari nuansa penderitaan manusia yang ada mempunyai nilai 25%, sedangkan yang tidak ada 75%.
Tabel 4.8 Indikator sudut pandang kamera wide shot foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Sudut Pandang
Frekuensi
Persentase
Ada
4
100%
Tidak ada
0
0%
4
100%
Kamera Wide Shot
Total
Pada tabel 4.8 diatas terlihat bahwa dari sudut pandang wide shot yang ada mempunyai nilai 100%, sedangkan yang tidak ada 0%. Indikator sudut pandang wide shot yang ada lebih banyakdari yang tidak ada.
Tabel 4.8.1 Indikator sudut pandang kamera medium shot foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Sudut Pandang Kamera Medium Shot
Frekuensi
Persentase
Ada
3
75%
Tidak ada
1
25 %
12
100%
Total
Pada tabel 4.8.1diatas terlihat bahwa dari sudut pandang medium shot yang ada mempunyai 75%, sedangkan yang tidak ada25%. Indikator sudut pandang wide shot yang ada lebih banyak dari yang tidak ada.
Tabel 4.8.2 Indikator sudut pandang kamera close-up foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Sudut Pandang
Frekuensi
Persentase
Ada
4
100%
Tidak ada
0
0%
4
100%
Kamera close-up
Total
Pada tabel 4.8.2 diatas terlihat bahwa dari sudut pandang close-up yang ada mempunyai nilai 100%, sedangkan yang tidak ada 0%. Indikator sudut pandang wide shot yang ada lebih banyak dari yang tidak ada.
Tabel 4.8.3 Indikator sudut pandang kamera potret foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Sudut Pandang
Frekuensi
Persentase
Kamera Potret Ada
2
50%
Tidak ada
2
50 %
4
100%
Total
Pada tabel 4.8.3 diatas terlihat bahwa dari sudut pandang potret yang ada mempunyai nilai 50%, sedangkan yang tidak ada 50%.
Tabel 4.8.4 Indikator sudut pandang kamera interaksi foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Sudut Pandang
Frekuensi
Persentase
Ada
1
25%
Tidak ada
3
75%
4
100%
Kamera Interaksi
Total
Pada tabel 4.8.4 diatas terlihat bahwa dari sudut pandang kamera interaksi yang ada mempunyai nilai 25%, sedangkan yang tidak ada 75%.
Tabel 4.8.5 Indikator sudut pandang kamera desecive moment foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Sudut Pandang Kamera Desecive Moment
Frekuensi
Persentase
Ada
3
75%
Tidak ada
1
25 %
4
100%
Total
Pada tabel 4.8.5 diatas terlihat bahwa dari sudut pandang kamera desecive moment yang ada mempunyai nilai 75%, sedangkan yang tidak ada 25%. Indikator sudut pandang kamera desecive moment yang lebih dominan kepada yang tidak ada dari yang ada. Tabel 4.8.6 Indikator sudut pandang kamera sequence foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Sudut Pandang
Frekuensi
Persentase
Ada
1
25%
Tidak ada
3
75%
4
100%
Kamera Sequence
Total
Pada tabel 4.8.6 diatas terlihat bahwa dari sudut pandang kamera sequence yang ada mempunyai nilai 25%, sedangkan yang tidak ada 75%. ada.
Tabel 4.8.7 Indikator sudut pandang kamera clincher / penutup foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Sudut Pandang Kamera Clincher / Penutup
Frekuensi
Persentase
Ada
3
75%
Tidak ada
1
25 %
4
100%
Total
Pada tabel 4.8.7 diatas terlihat bahwa dari sudut pandang kamera clincher / penutup yang ada mempunyai nilai 75%, sedangkan yang tidak ada 25%.
Tabel 4.9 Indikator tata letak foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Tata Letak
Frekuensi
Persentase
Sesuai
2
50%
Tidak sesuai
2
50%
4
100%
Total
Pada tabel 4.9 diatas terlihat bahwa dari tata letak yang sesuai mempunyai nilai 50%, sedangkan yang tidak sesuai 50%. Indikator tata letak tidak mempunyai dominan nilai antara ada dan tidak ada karena memiliki persentase yang sama.
Tabel 4.10 Indikator teknik khusus saat pemotretanatau proses percetakan foto esai Edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 Teknik Khusus Saat
Frekuensi
Persentase
Pemotretan atau Proses Percetakan Ada
2
50%
Tidak ada
2
50 %
4
100%
Total
Pada tabel 4.10 diatas terlihat bahwa dari teknik khusus saat pemotretan atau proses percetakan yang ada mempunyai nilai 50%, sedangkan yang tidak ada50%.
4.3
Analisis dan Pembahasan Pembahasan ini, peneliti akan membahas bagaimana koran tempo menyajikan foto esai tentunya dengan melihat beberapa kategorisasi yakni kategori foto esai yang disuguhkan untuk dirubrik fotografi antara lain, Berkaitan dengan isi dan visi yaitu, identifikasi tema, repetisi kejadian, tokoh, ide atau tempat, repetisi objek, nuansa sedangkan berkaitan dengan teknis antara lain, Sudut pandang kamera, tata letak yang baik dan teknis khusus saat pemotretan atau proses percetakan.
Dalam memahami foto esai harus ada sesuatu yang selalu hadir untuk menciptakan suatu kesatuan dari rangkaian foto. Menurut alphons Mardjono foto esai dibagi menjadi dua hal yang mendasar dalam memahami isi pesan foto esai, yaitu : 1.Berkaitan dengan isi dan visi a. Identifikasi tema b. Repetisi kejadian, tokoh, ide atau tempat
c. Repetisi objek d. Nuansa 2. Berkaitan dengan teknis a. Sudut pandang kamera b. Tata letak yang baik c. Teknis khusus saat pemotretan atau proses percetakan
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai kecendrungan foto esai dirubrik fotografi di koran tempo, maka hasil yang diperoleh pada keseluruhan edisi 11 Mei – 1 Juni 2008 untuk kategori identifikasi tema di dalam foto esai sangat berarti karena dalam sebuah tema suatu foto dapat mewakili dari sebuah foto, ibarat manusia adalah sebuah nama. Terlihat bahwa dari indentifikasi tema foto yang sesuai 100%. Jumlah indentifikasi tema foto yang tidak sesuai 0 %. Persentase tersebut bisa dibilang sangat mewakili padahal mengingat judul memiliki peranan penting dalam menjelaskan suatu peristiwa atau foto.
Pada kategori repetisi kejadian adalah suatu foto yang dimana sebuah foto mempunyai pengulangan kejadian dalam sebuah foto. Jumlah repetisi kejadian foto yang tidak ada 0 %, sedangkan jumlah repetisi kejadian foto yang ada sebanyak 100%. Sehingga pada semua edisi ini jumlah repetisi kejadian yang ada lebih banyak. Persentase tersebut bisa dibilang cukup besar. Didalam kategori repetisi tokoh di dalam foto esai mencakupi tiga golongan yaitu, orang terkenal, tidak terkenal tapi menarik, tidak terkenal tapi mewakili. Dalam sebuah hasil tabulasi yang telah di persentasikan bahwa
tokoh orang terkenal terlihat dari keseluruhanya tidak ada. Sedangkan jumlah repetisi tokoh orang terkenal foto yang ada 0 ( 0% ). Sehingga pada semua edisi ini jumlah repetisi tokoh orang terkenal yang tidak ada memiliki 100%. Dari analisa bahwa koran tempo tidak
mencendrung tokoh orang
terkenal dalam memuat foto esai. Repetisi tokoh tidak terkenal tapi menarik mempersentasikan memiliki 50% yang ada, sedangkan yang tidak ada 50%. Indikator repetisi tokoh orang tidak terkenal yang tidak ada lebih banyak. Repetisi tokoh tidak terkenal tapi mewakili memiliki 25% yang ada, sedangkan yang tidak ada 75%. Indikator repetisi tokoh orang tidak terkenal tapi mewakili yang tidak ada lebih menguasai dari yang ada.Dari analisa diketahui
bahwa
koran
tempo
dalam
memuat
foto
esai
kurang
mencendrungkan repetisi tokoh. Repetisi ide atau tempat sangat berpengaruh dalam foto esai karena foto esai menceritakan suatu suasana memandang sisi lain dari kehidupan normal seseorang atau manusia. Dari repetisi ide atau tempat pada tabulasi yang ada mempunyai nilai 50%, sedangkan yang tidak ada 50%. Hal ini telah mewakili dari sebuah foto esai pada edisi yang diteliti. Dalam repetisi objek di dalam foto esai terbagi dalam 3 objek yaitu, human interest, sosial, universal. Dalam sebuah tabulasi yang telah dipersentasikan bahwa terlihat human interest yang ada mempunyai nilai 75%, sedangkan yang tidak ada 25%. Hal ini bahwa foto esai dikoran tempo lebih mencendrung objek human interest. Repetisi objek sosial yang ada mempunyai nilai 50%, sedangkan yang tidak ada 50%. Hal ini mencerminkan bahwa foto esai .Repetisi objek universal dalam persentase mempunyai nilai 0%, sedangkan yang tidak ada
100%. Hal ini mewakili bahwa koran tempo lebih mencendrungkan repetisi objek karena hal ini terlihat bahwa dari tiga golongan repetisi objek lebih banyak mempunyai nilai persentase yang tinggi. Di kategori Nuansa di dalam foto esai memiliki tiga golongan yaitu, nuansa dilema kehidupan, nuansa tantangan dalam kehidupan dan nuansa penderitaan manusia.Dalam nuansa dilemma kehidupan yang ada mempunyai nilai 75%, sedangkan yang tidak ada 25%. Indikator nuansa dilema kehidupan pada semua edisi yang ada lebih banyak dari pada nilai yang tidak ada. Nuansa tantangan dalam kehidupan terlihat bahwa mempunyai nilai 83%, sedangkan yang tidak ada17%. Nuansa penderitaan manusia yang ada pada tabulasi persentase mempunyai nilai 58%, sedangkan yang tidak ada 42%. Dari sebuah kategori nuansa pada semua edisi yang diteliti bahwa indikator nuansa mempunyai nilai tinggi dari persentase, hal ini dapat mewakili dari bagian foto esai. Berkaitan dengan teknis foto esai mempunyai beberapa kategori yaitu, kategori Sudut pandang adalah bagaimana cara pengambilan gambar dari sebuah foto karena merupakan suatu teknis. Di dalam foto esai memiliki berbagai sudut pandang yaitu, wide shot, medium shot, close-up, potret, interaksi, desecive moment, sequence, clincher/penutup. Kategori Wide shot dalam persentase ini memiliki nilai100% sedangkan yang tidak ada 0%. Pada kategori medium shot memiliki nilai persentase 75%, Dapat diartikan bahwa nilai tersebut sangat sempurna dan mendukung dari sebuah teknis foto esai. Pada kategori close-up terlihat bahwa mempunyai nilai 100%, sedangkan yang tidak ada 0%. Hal ini sangat mendukung kembali didalam
teknis disuatu foto esai. Sedangkan pada kategori potret mempunyai nilai 50%, sedangkan yang tidak ada50%. Di dalam sudut pandang kategori interaksi mempunyai nilai 25%, sedangkan yang tidak ada 75%. Indikator sudut pandang kamera interaksi yang ada lebih dominan dari yang tidak ada. Sedangkan kategori desecive moment mempunyai nilai 75%, sedangkan yang tidak ada 25%. Indikator sudut pandang kamera desecive moment yang lebih dominan kepada yang tidak ada dari yang ada. Pada Kategori Sequence mempunyai nilai 25%, sedangkan yang tidak ada 75%. Indikator sudut pandang kamera sequence yang ada lebih dominan dari yang tidak ada. Pada kategori clincher/penutup yang ada mempunyai nilai 75%, sedangkan yang tidak ada 25%. Dalam berkaitan semua kategori teknis sudut pandang kamera bahwa foto esai dari semua edisi 11 Mei- 1 Juni 2008 dikoran tempo lebih memiliki kecendrungan dari segi teknis didalam sebuah foto esai karena memiliki nilai rata-rata diatas 60%. Pada kategori tata letak dalam persentase memiliki nilai 50%, sedangkan yang tidak sesuai 50%. Indikator
tata letak tidak mempunyai
dominan nilai antara ada dan tidak ada karena memiliki persentase yang sama.( balance ). Sedangkan pada kategori yang terakhir adalah teknis khusus saat pemotretan atau proses percetakan yang ada mempunyai nilai 50%, sedangkan yang tidak ada 50%. Indikator teknik khusus saat pemotretan atau proses percetakan mempunyai nilai balance.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
1.
Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dalam menganalisis dan
mengukur kecenderungan foto esai koran tempo, maka dalam hal ini digunakan dua kontruksi
katagori. Temuan data telah dipaparkan dalam bentuk tabel frekuensi yang kemudian dianalisa, dari seluruh paparan dan analisa tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Untuk kategori berkaitan dengan isi dan visi seluruh foto esai koran tempo edisi 11 Mei – 1 Juni 2008, 9 kategori lebih cenderung dari 12 kategori isi dan visi foto esai,karena mempunyai nilai persentase rata-rata diatas 60% hanya 3 kategori yang tidak sesuai dari isi dan visi foto esai yaitu, kategori repetisi tokoh orang terkenal yang ada 50 % sedangkan repetisi orang tokoh tidak terkenal tapi menarik mempunyai persentase 33% dan repetisi tokoh tidak terkenal tapi mewakili 25%. 2. Untuk kategori berkaitan teknis seluruh foto esai koran tempo edisi 11 Mei – 1 Juni 2008, 8 kategori lebih cendrung dari 10 kategori berkaitan teknis foto esai karena rata – rata memiliki persentase di atas 60% dan hanya 2 kategorisasi yang tidak sesuai dengan kategori berkaitan teknis yaitu, kategori sudut pandang kamera sequence karena mempunyai persentase 25%
2.
Saran Kualitas suatu koran bisa dilihat dari tampilan foto-foto yang ditampilkan. Penyajian
foto yang baik, sesuai dengan etika foto jurnalistik menentukan minat pembaca terhadap isi koran. Foto esai sebagai hiasan di didalam rubrik setiap edisi minggu yang mempunyai satu halaman penuh.
Foto esai yang baik adalah yang mampu membawa pembaca secara lagsung bisa mengetahui apa maksud foto esai tersebut dan tidak memiliki caption yang begitu banyak karena dalam satu foto sudah dapat mewakli dari foto – foto yang lain.Oleh karena itu penulis ingin memberikan saran khususnya kepada Koran Tempo dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Dalam proses penyampaian sebuah pesan dalam foto esai dibutuhkan kerjasama yang baik antara fotografer, artistik dan redaksional karena dengan koordinasi yang baik konsep penyampaian visualnya akan lebih matang. 2. Koran Tempo sebaiknya mempertimbangkan foto esai yang layak dimuat dan mengetahui arti foto esai lebih luas lagi. Karena sebagian beberapa foto yang dimuat adalah jenis foto narasi yang mendekati foto esai. karena foto esai adalah bukan
sembarang
foto
walaupun
penampilanya
begitu
sederhana
membutuhkan waktu yang panjang untuk menghasilkan suatu foto esai.
tapi
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA Lewis, Greg, Photojournalism Content & Teqhnique Secound Edition : Focal Press, New Delhi 1990, Effendi, Otong Uchjana. Jurnalistik pendekatan teori dan praktik : Citra Aditya Bhakti, Bandung, McQuail, Dennis &Windahl, Sven, Model-Model Komunikasi, Jakarta : UniPrima 1988, McQuail, Dennis, Teori Komunikasi Massa, suatu pengantar, edisi kedua, Erlangga,
Sendjaja, S. Juarsa, Ph.D dan Hasrullah, Drs, Komunikasi Massa, UT, 1993, Sobur, Alex. Analisis Teks Media : Remaja Rosda Karya, Nugroho, R. Amien, Kamus Fotografi, Edisi I, Yogyakarta, 2006. Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosda Karya Bandung, 1991. Burhan, Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, Rajawali Pers, Jakarta, 1999. Sukardi, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 1998. Hadar, Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University, Yogyakarta 1998. Motulloh, Oscar, Suara Dari Angkor, Katalog Pameran Foto Oscar Motulloh, Tahun 1997 Jim Willis dan Diane B. Willis, New Direction in Media Management (Allyn and Bacon, 1993). Patmono,sk. Teknik Jurnalistik, Tuntutan untuk menjadi wartawan : PT. BPK Gunung Mulya. Bryson Lyman, ed, 1971, Kontribusi Lasswel pada seminar komunikasi Rockfeller, Dikutip dari http//www.google.com. Bittner, Mass Communication : An Introduction, 1980. De Fleur dan Dennis, Understanding Mass Communication, 1985. Salma, Perwujudan pesan foto esai pada rubrik Makalah penyaji ilmu social dan ilmu Politik Jakarta, 1996. Elvinaro, Ardianto, Lukiati, Komala, Komunikasi Massa : Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung 2004, hal 107. Dja’far H. Assegaff, Jurnalistik Masa Kini ( Pengantar Kepraktek Kewartawanan ), Jakarta. Ghalia Indonesia, 1982 Pamungkas, MR. Pengantar Foto Jurnalistik : PT Karya Nusantara, Bandung 1985 Photojournalism. Life Library of Photography, Time Life Book 1983, 100, dikutip dari Skripsi Muhammad Ali, ”Analisias Essay Foto Little Fighter (the essay ), karya Widya Sartika Kobre, Kenneth, Photojournalism The Professionals Approach, 4th edition, Th.2000
11 /05 /08
18 /05 /08
25 / 05 / 08
01 / 06 /08
1.Identifikasi Tema A. Sesuai B. Tidak Sesuai 2. Repetisi Kejadian A. Ada B.Tidak Ada 3. Repetisi Tokoh A. Orang Terkenal Ada Tidak Ada B. Tidak Terkenal tapi Menarik Ada
Tidak Ada C.
Tidak Terkenal tapi Mewakili Ada Tidak Ada
4. Repetisi Ide atau Tempat Ada
Tidak ada 5. Repetisi Objek A. Human Interest Ada Tidak Ada B. Sosial Ada Tidak Ada
C. Universal Ada
Tidak Ada 6. Nuansa A. Dilema Kehidupan Ada Tidak Ada B. Tantangan dalam Kehidupan Ada
Tidak Ada C. Penderitaan Manusia Ada
Tidak Ada 7. Sudut Pandang Kamera A. Wide Shot Ada
Tidak Ada B. Medium Shot Ada Tidak Ada C. Close-up Ada Tidak Ada D. Potret Ada
Tidak Ada E.
Interaksi
Ada Tidak Ada F.
Desecive Moment Ada
Tidak Ada G. Sequence Ada
Tidak Ada H. Clincher/penutup Ada Tidak Ada 8. Tata Letak Sesuai Tidak Sesuai 9. Teknis Khusus Saat Pemotretan atau Proses Percetakan Ada Tidak Ada
Coder 2 : Ruth Semiono ( Pewarta Foto Suara Pembaruan ) Indikator
EDISI MINGGU
11 /05 /08
18 /05 /08
25 / 05 / 08
01 / 06 /08
1.Identifikasi Tema A. Sesuai B. Tidak Sesuai 2. Repetisi Kejadian A. Ada
B.Tidak Ada
3. Repetisi Tokoh A. Orang Terkenal Ada Tidak Ada B. Tidak Terkenal tapi Menarik Ada
Tidak Ada C.
Tidak Terkenal tapi Mewakili Ada Tidak Ada
4. Repetisi Ide atau Tempat Ada
Tidak ada 5. Repetisi Objek A. Human Interest Ada
Tidak Ada
B. Sosial Ada
Tidak Ada C. Universal Ada
Tidak Ada 6. Nuansa A. Dilema Kehidupan Ada Tidak Ada B. Tantangan dalam Kehidupan Ada
Tidak Ada C. Penderitaan Manusia Ada
Tidak Ada 7. Sudut Pandang Kamera A. Wide Shot Ada
Tidak Ada B. Medium Shot Ada Tidak Ada C. Close-up Ada Tidak Ada D. Potret
Ada
Tidak Ada E.
Interaksi Ada
Tidak Ada F. Desecive Moment
Ada Tidak Ada
G. Sequence Ada Tidak Ada H. Clincher/penutup Ada Tidak Ada 8. Tata Letak
Sesuai Tidak Sesuai
9. Teknis Khusus Saat Pemotretan atau Proses Percetakan Ada Tidak Ada
Coder 3 : Robby Irsyad ( Pewarta Foto Antara ) EDISI MINGGU Indikator 11 /05 /08 18 /05 /08 25 / 05 / 08
01 / 06 /08
1.Identifikasi Tema A. Sesuai
B. Tidak Sesuai 2. Repetisi Kejadian A. Ada
B.Tidak Ada 3. Repetisi Tokoh A. Orang Terkenal Ada Tidak Ada B. Tidak Terkenal tapi Menarik Ada
Tidak Ada C.
Tidak Terkenal tapi Mewakili Ada Tidak Ada
4. Repetisi Ide atau Tempat Ada
Tidak ada 5. Repetisi Objek A. Human Interest Ada Tidak Ada
B. Sosial Ada
Tidak Ada
C. Universal Ada
Tidak Ada 6. Nuansa A. Dilema Kehidupan
Ada Tidak Ada
B. Tantangan dalam Kehidupan Ada
Tidak Ada
C. Penderitaan Manusia Ada
Tidak Ada 7. Sudut Pandang Kamera A. Wide Shot Ada Tidak Ada B. Medium Shot Ada Tidak Ada C. Close-up Ada Tidak Ada
D. Potret Ada
Tidak Ada E.
Interaksi Ada
Tidak Ada F. Desecive Moment
Ada Tidak Ada
G. Sequence Ada Tidak Ada
H. Clincher/penutup
Ada Tidak Ada
8. Tata Letak Sesuai
Tidak Sesuai 9. Teknis Khusus Saat Pemotretan atau Proses Percetakan Ada Tidak Ada
DATA PRIBADI
Nama Tempat tanggal lahir Agama Hobby Alamat Tetap
E-mail
: : : : :
Rajibi Salam Tangerang. 14 April 1984 Islam Belajar. Jl. Raden Fatah INo. 23 Rt.02/04 Kel. Sudimara Barat Ciledug Tangerang 15151 Telp: 021-7307537 & Handphone: 021- 997 29 817 :
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
Periode 1999 – 2002 1996 – 1999 1990 – 1996
Institusi SMUI Fatahillah, Ciledug, Tangerang SMPI Fatahillah, Ciledug, Tangerang SDI Al-Hasanah, Ciledug, Tangerang
PENGALAMAN ORGANISASI
Sebagai Anggota Fikom Photography Club dari Tahun 2002 Sebagai Panitia Pekan Foto Komunikasi Dan Seminar Fotografi Perjalanan Tahun 2004 Sebagai Ketua Mini soccer Fikom days Tahun 2004