KEBUTUHAN INFORMASI DAN PENGGUNAAN MEDIA INTERNET (Studi Korelasi antara Kebutuhan Informasi Film Kartun Jepang dan Interaksi Sosial terhadap Penggunaan Internet di Kalangan Komunitas Pokok’e Jepang Surakarta)
Nissa Shaumi Salma Masykur Tanti Hermawati
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract The amount of internet users in Indonesia are increase more and more days. One of the reason why people use internet is to look for the information that they want. Many kind of information can be gotten cheaply and freely by anyone. The information provided by other media electronic and printed which is limited make people prefer to use internet to fulfil their information needs as they want. This research intent to know how far the relations between Japanese cartoon movie and social interaction with media internet usage among the member of Pokok’e Jepang community in Surakarta. This research based on quantitative research, with sample member of Pokok’e Jepang community at Surakarta. Samples taking system is census sampling and use questionnaire as the data collective instruments. Whereas the type of this research is explanatory research which exposes the relation between variables of the research and examines the hypothesis which has been formulized before. Uses and gratifications model becomes grand theory, this research thought active society use media to fulfill their needs of information. From the Rank Spearman correlation analysis are found some results. For the relationship between the information needs of Japanese cartoons movie with the use of the internet media has a positive correlation with a fairly high correlation value of 0.799 showed that the higher information needs of Japanese cartoons movie will be higher the use of the internet media among Pokok’e Jepang community in Surakarta. As for the relationship between social interaction with the use of the internet media has a positive correlation with a fairly high correlation value of 0.709 showed that the higher social interaction will be higher the use of the internet media among Pokok’e Jepang community in Surakarta. Keywords: Internet usage, Information needs, Social Interaction
1
Pendahuluan Perkembangan teknologi jaringan internet telah mengubah paradigma dalam pemenuhan kebutuhan akan informasi dan berkomunikasi, yang tidak lagi dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Dalam internet informasi menjadi murah dan bebas, siapa saja tanpa memandang golongan, usia, pangkat, gender, status, dapat mengakses informasi tanpa batasan. Segala jenis informasi ada di sana, baik yang positif maupun yang negatif. Internet adalah sebuah perpustakaan yang maha besar, setiap orang dapat membaca ribuan koran dalam internet dari berbagai negara secara gratis. Orang dapat mendengarkan radio yang jumlahnya sangat banyak dan bahkan orang dapat menonton televisi melalui internet. Pengguna internet di Indonesia sendiri makin hari makin bertambah jumlahnya. Indonesia Internet Survey 2013 yang dibesut oleh Merketeers bersama MarkPlus Insight menyimpulkan pengguna internet mencapai 74 juta orang atau 28 persen populasi Indonesia. Sebagian besar pengguna internet merupakan Netizen asli. Sebutan Netizen untuk menggambarkan orang yang menghabiskan hidupnya di dunia maya lebih dari tiga jam setiap hari. Hampir separuh dari Netizen di Indonesia merupakan pengguna internet muda berusia di bawah 30 tahun, sedangkan 16 persen adalah para Netizen berusia di atas 45 tahun.1 Hiburan adalah alasan populer mengapa banyak orang suka menjelajah di Internet. Sesungguhnya, media internet telah sukses di dalam memenuhi banyak hal dari segi hiburan. Mengunduh game, mengunjungi chat rooms atau hanya surfing di web adalah sebagian hal yang dilakukan para pengguna internet. Saat seseorang menjelajahi website, ada banyak hal yang dapat ditemukan. Musik, hobi, kabar berita dan banyak hal lain dapat ditemukan dan dibagi bersama di Internet. Salah satu komunitas pecinta kebudayaan Jepang di Surakarta, Pokok’e Jepang (PJ) Community, juga lebih memilih internet dalam memenuhi kebutuhan mereka. Kesukaan mereka terhadap tayangan film kartun Jepang, atau yang populer dengan sebutan anime, kurang dapat terpenuhi karena sangat sedikit judul 1
http://www.republika.co.id/berita/trendtek/internet/13/10/28/mvdcxp-survei-pengguna-internetdi-indonesia-mencapai-74-juta-orang diakses 20 Januari 2014.
2
anime yang ditayangkan di televisi Indonesia. Oleh karena itu mereka menggunakan internet untuk memenuhi kebutuhan informasi film kartun Jepang tersebut. Beberapa website populer seperti www.cyber12.com, kissanime.com, www.animeultima.tv
dan
website
dengan
bahasa
Indonesia
seperti
wardhanime.net, animeindo.tv, serta indowebster menjadi pilihan mereka dalam memenuhi kebutuhan informasinya akan film kartun Jepang.2 Di dalam menonton maupun mengunduh film kartun Jepang, anggota komunitas ini mendapatkan informasi-informasi seputar Jepang. Mulai dari bahasa Jepang, kehidupan dan pergaulan sehari-hari orang Jepang, pakaian atau busana orang Jepang, serta makanan khas Jepang. Seseorang yang menggemari sesuatu hal tentunya ingin tahu lebih banyak tentang hal yang mereka sukai itu, dalam hal ini para anggota komunitas Pokok’e Jepang ingin mendapatkan informasi-informasi tentang kebudayaan Jepang dari menonton film kartun Jepang yang mereka peroleh melalui internet baik secara streaming maupun download. Selain karena kebutuhan informasi, interaksi sosial juga menjadi bagian di dalam pemilihan penggunaan media internet. Adanya komunikasi dengan teman sesama komunitas dan saling menyarankan situs-situs yang berisi informasi tentang film kartun Jepang membuat mereka lebih memilih untuk menggunakan media internet. Selain itu interaksi sosial juga terjalin di dunia maya melalui media sosial. Terdapat grup di jejaring sosial yang berisi anggota komunitas Pokok’e Jepang sebagai tempat untuk berbagi informasi seputar situs website dimana mereka bisa menonton film kartun Jepang, maupun tempat berbagi info seputar resensi berbagai judul film kartun Jepang. Dasar kebutuhan manusia seperti komunikasi, pengetahuan, hiburan, dan berbagi informasi, mendasari individu untuk memilih dan menggunakan media tertentu dalam memenuhi kebutuhannya tersebut. Sama halnya dengan anggota komunitas Pokok’e Jepang yang memilih menggunakan internet untuk memenuhi kebutuhan informasi tentang film kartun Jepang.
2
Sumber: Hasil wawancara terhadap Wahyu, dkk (anggota Komunitas Pokok’e Jepang) pada tanggal 25 Februari 2014.
3
Perumusan Masalah Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana hubungan antara kebutuhan informasi film kartun Jepang terhadap penggunaan media internet di kalangan komunitas Pokok’e Jepang Surakarta? 2. Bagaimana hubungan antara interaksi sosial terhadap penggunaan media internet di kalangan komunitas Pokok’e Jepang Surakarta?
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui adakah hubungan antara kebutuhan informasi film kartun Jepang terhadap penggunaan media internet di kalangan komunitas Pokok’e Jepang Surakarta. 2. Untuk mengetahui adakah hubungan antara interaksi sosial terhadap penggunaan media internet di kalangan komunitas Pokok’e Jepang Surakarta.
Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi Little John mendefinisikan komunikasi massa sebagai suatu proses dimana organisasi media memproduksi pesan-pesan (messages) dan mengirimkan kepada publik. Kemudian melalui proses tersebut, sejumlah pesan akan digunakan atau dikonsumsi audience.3 Dari definisi tersebut tergambar bahwa komunikasi massa menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi, pesan-pesan itu kemudian dikirimkan oleh media untuk dikonsumsi oleh publik. Ini berarti proses komunikasi massa berhenti ketika pesan telah dikirim oleh media dan dikonsumsi masyarakat. sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sifat pesan dalam komunikasi massa adalah terbuka, satu arah, dan tidak langsung sebagai akibat dari penggunaan media massa. Sedangkan Jalaluddin Rakhmat merangkum definisi-definisi komunikasi massa dari beberapa ahli yang diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan 3
Redi Panuju. Sistem Komunikasi Indonesia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar). Hal. 117.
4
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.4 Definisi menurut Jalaluddin Rakhmat tersebut mengemukakan karakteristik komunikan secara khusus, yakni anonim dan heterogen. Artinya, pesan tidak hnaya ditujukan untuk sekelompok orang tertentu melainkan untuk semua orang, sehingga pesan dapat diterima komunikan secara serentak (simultan) pada waktu yang sama dan didistribusikan kepada khalayak secara terus menerus dalam waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan, atau bulanan. Jalaluddin juga menyebutkan bahwa dalam komunikasi massa, pesan dikirim melalui media sebagai salurannya. Dari dua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi massa pada dasarnya hanya bisa berlangsung melalui media. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media massa pada perkembangannya terbagi atas dua bagian yaitu, media massa elektronik (televisi, radio, film, komputer dan internet), dan media massa cetak (koran, majalah dan sejenisnya). Tetapi pada prinsipnya media massa merupakan satu institusi yang melembaga dan berfungsi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak sasaran agar well informed (tahu informasi).5 Penelitian ini didasarkan atas model Uses and Gratifications yang merupakan koreksi atas model jarum hipodermik yang berasumsi bahwa komponen-komponen komunikasi (komunikator, pesan, media) sangat kuat dalam mempengaruhi khalayak. Maka jika model jarum hipodermik pada intinya tertarik pada apa yang dilakukan media pada khalayak maka model Uses and Gratifications bersifat sebaliknya, yaitu tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Menurut model ini, khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.6 4
Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya). Hal. 189. Wawan Kuswandi. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. (Jakarta: Rineka Cipta). Hal. 98. 6 Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998, h. 65. 5
5
2. Kebutuhan Informasi a. Kebutuhan Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan makhluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Abraham Maslow yang terkenal dengan Teori Hierarki/Jenjang Kebutuhan (Hierarchy of Needs Theory) menyatakan bahwa, manusia pada dasarnya memiliki lima kebutuhan yang bertingkat-tingkat mulai dari kebutuhan yang paling dasar (asasi) sampai pada kebutuhan aktualisasi diri.7 Teori Hierarki Kebutuhan yang dikemukakan oleh A. Maslow secara lengkap adalah sebagai berikut8: 1) Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan fisiologis (physiological needs) merupakan kebutuhan tingkat pertama dan utama bagi mempertahankan hidup dan kehidupan manusia (survival), misalnya kebutuhan akan makan, minum, pakaian, dan perumahan (tempat tinggal). 2) Kebutuhan Keamanan Setelah kebutuhan dasar manusia dapat dipenuhi, maka manusia berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan rasa aman dan nyaman (safety needs), selamat dari segala macam marabahaya yang akan menimpa manusia. 3) Kebutuhan Sosial Jenjang ketiga dalam teori Abraham Maslow adalah kebutuhan sosial (social needs). Pada dasarnya, kebutuhan sosial berkaitan dengan kegiatan kemasyarakatan, bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain di dalam suatu kehidupan bermasyarakat. 4) Kebutuhan Status Selain pemenuhan akan kebutuhan dasar, manusia juga ingin memenuhi kebutuhan akan status dirinya (status needs) berkaitan 7 8
Djoko Purwanto. Komunikasi Bisnis/Edisi Ketiga. (Jakarta: Penerbit Erlangga). Hal. 28. Ibid. Hal. 28-29.
6
dengan pengakuan, penghargaan, kedudukan dan tingkatan sosial di masyarakat. Manusia ingin diakui, dihargai, dan dinilai segala kegiatannya di dalam bermasyarakat. 5) Kebutuhan Aktualisasi Diri Merupakan tingkatan kebutuhan yang tertinggi menurut Abraham Maslow. Dalam hal ini yang ditekankan adalah bagaimana seseorang mampu mengaktualisasikan dirinya dalam berbagai kegiatan yang mampu menumbuhkan suatu kreativitas, inovasi-inovasi baru, maupun mampu menunjukkan sikap kearifan dan kebijaksanaan dalam mengambil suatu keputusan-keputusan penting dalam suatu organisasi. b. Informasi Pada abad pertengahan Latin, informasi memiliki selera akan imej, instruksi, dan formasi, sementara dalam bahasa Perancis klasik kata informasi digunakan dalam bentuk tunggal une information yang berarti pemrosesan dan pengumpulan fakta-fakta pada investigasi sah. Pada umumnya dan pada penggunaan sehari-hari, informasi dihubungkan dengan situasi seseorang, dengan sebuah media komunikasi, dengan sesuatu yang terkini, bernilai, berguna, tidak berguna, atau dengan pengetahuan.9 Gordon B. Davis mengatakan, ―Informasi adalah data yang telah diproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau untuk keputusan mendatang‖. Berkaitan dengan pengertian ini, kita mungkin menemukan kesulitan untuk membedakan ―data‖ dan ―informasi‖. Kita sering menyebut ―data‖ padahal sebenarnya informasi, atau sebaliknya menyebut ―informasi‖ padahal sebenarnya masih data.10 Sedangkan oleh Jalaluddin Rakhmat, penggunaan istilah informasi diartikan sebagai fakta atau data yang dapat diperoleh selama tindak 9
Hamid Mowlana. Global Information and World Communication 2 nd edition. (London: Sage Publication). Hal. 25. 10 S.M. Siahaan. Komunikasi: Pemahaman dan Penerapannya cetakan ke-3. (Jakarta: Gunung Mulia). Hal. 29.
7
komunikasi. Informasi bukan semacam peristiwa, tetapi merupakan wujud material secara konseptual karena kehadirannya yang berbentang sepanjang waktu. Jadi, pesan dapat dikatakan berisi informasi, atau informasi dapat dikirimkan dan diterima melalui saluran, atau informasi dapat dipilih dari lingkungan dalam bentuk seperangkat stimuli.11 3. Film Kartun Jepang Anime (baca: a-ni-me, bukan a-nim) adalah animasi khas Jepang, yang biasanya dicirikan melalui gambar-gambar berwarna-warni yang menampilkan tokoh-tokoh dalam berbagai macam lokasi dan cerita, yang ditujukan pada beragam jenis penonton. Anime dipengaruhi gaya gambar manga, komik khas Jepang.
Kata
anime
tampil
dalam
bentuk
tulisan
dalam
tiga
karakter katakana a, ni, me (アニメ) yang merupakan bahasa serapan dari bahasa Inggris "Animation" dan diucapkan sebagai "Anime-shon".12 Meskipun pada dasarnya anime tidak dimaksudkan khusus untuk animasi Jepang, tetapi kebanyakan orang menggunakan kata tersebut untuk membedakan antara film animasi buatan Jepang dan non-Jepang. Sekarang anime sudah sangat berkembang jika dibandingkan dengan anime zaman dulu. Dengan grafik yang sudah berkembang sampai alur cerita yang lebih menarik dan seru. Masyarakat Jepang sangat antusias menonton anime dan membaca manga, dari anak-anak sampai orang dewasa. Penggemar anime dan manga disebut dengan istilah otaku.13 4. Internet Internet adalah jaringan besar yang saling berhubungan dari jaringanjaringan komputer yang menghubungkan orang-orang dan komputer-komputer diseluruh dunia, melalui telepon, satelit dan sistem-sistem komunikasi yang lain. Internet dibentuk oleh jutaan komputer yang terhubung bersama dari seluruh dunia, memberi jalan bagi informasi (mulai dari text, gambar, audio, video, dan 11
Jalaluddin Rakhmat. Teori-teori Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya). Hal. 422. http://id.wikipedia.org/wiki/Anime diakses 17 Februari 2014. 13 Perry R. Hinton. Returning in a Different Fashion: Culture, Communication, and Changing Representations of Lolita in Japan and the West. International Journal of Communication 7. Hal. 1593. 12
8
lainnya) untuk dapat dikirim dan dinikmati bersama. Untuk dapat bertukar informasi, digunakan protocol standar yaitu Transmision Control Protocol dan internet Protocol yang lebih dikenal sebagai TCP/IP. TCP (Transmission Control Protocol) bertugas untuk memastikan bahwa semua hubungan bekerja dengan benar, sedangkan IP (Internet Protocol) yang mentransmisikan data dari satu komputer ke komputer lain. TPC/IP secara umum berfungsi memilih rute terbaik transmisi data, memilih rute alternatif jika suatu rute tidak dapat di gunakan, mengatur dan mengirimkan paket-paket pengiriman data.14 Internet adalah peranti—sekaligus media—yang kian populer dan murah; dan sering disebut computer mediated communication. Enam ciri kelebihan internet yaitu: (1) dapat mengirim pesan kata-kata, gambar, audio, dan video sekaligus dalam jumlah yang nyaris tak terbatas, (2) waktu pengiriman dan penerimaan pesan antarkomunikan sangat cepat, (3) hidup terus (online), (4) efek atau hasil (informasi) langsung dapat dilihat saat itu juga, realtime, (5) mengandalkan transaksi, (6) mengembangkan interaktivitas—antara pengirim dan penerima, baik berwujud orang-orang maupun orang mesin.15 Internet sebagai konsep teknologi yang umum, terdiri atas tiga perangkat pokok; perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan perangkat otak manusia (brainware). Yang pertama berwujud peranti, kedua berupa program-program komputer (dan internet) yang beragam, dan ketiga berada di otak manusia, pemakai, pengguna atau para pelaku komunikasi yang memanfaatkan teknologi tersebut.16 5. Interaksi Sosial Interaksi Sosial menurut Shaw adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing-masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Hal senada juga dikemukan oleh Thibaut dan Kelley bahwa interaksi sosial sebagai peristiwa 14
Stuart Stein. Learning, Teaching and Researching on the Internet. (New York: Longman). Hal.
4. 15
Farid Hamid & Heri Budianto. Ilmu Komunikasi: Sekarang dan Tantangan Masa Depan. (Jakarta: Kencana). Hal. 479. 16 Ibid.
9
saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.17 Menurut H. Bonner dalam bukunya Sosial Psychology memberikan rumusan interaksi sosial sebagai berikut: ―Interaksi Sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih individu manusia, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.‖18 Pengertian interaksi sosial menurut beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, interaksi adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi.
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research) yang menurut Masri Singarimbun adalah penelitian yang menyoroti hubungan antar variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan sebelumnya. Oleh karena itu, dinamakan dengan penelitian pengujian hipotesa atau testing research. Walaupun uraiannya mengandung deskripsi tetapi sebagai penelitian relasional fokusnya terletak pada penjelasan hubungan-hubungan antar variabel. Metode yang akan digunakan dalam penelitian adalah survei. Survei adalah metode riset dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan datanya. Tujuannya untuk memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili responden tertentu.19
17
http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/ diakses 19 Februari 2014. W.A. Gerungan. Psikologi Sosial. (Bandung: PT. Refika Aditama). Hal. 57. 19 Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta: Kencana Prenada Media). Hal. 60. 18
10
Dalam penelitian ini populasinya adalah remaja anggota komunitas Pokoke Jepang sejumlah 50 orang. Penulis mengambil populasi remaja komunitas Pokoke Jepang yang seluruh anggotanya adalah penggemar kartun Jepang. Sampel diambil secara keseluruhan atau biasa disebut dengan sensus. Sensus adalah sebuah riset survey dimana periset mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden, dengan demikian sensus menggunakan total sampling.20 Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuesioner, dengan menyebarkan angket yang berisi seperangkat daftar pertanyaan tertentu dimana tanggapan dan jawabannya dapat digolongkan menurut kategori tertentu sehingga memungkinkan adanya perbandingan secara kuantitatif, tetapi juga dapat jawaban terbuka yang nantinya akan diklasifikasikan.21
Sajian Data Setelah melakukan penelitian terhadap responden, didapatkan hasil penelitian sebagai berikut: Tabel 1. Tingkat kebutuhan informasi Kategori
Jumlah 12 20 18 50
Tinggi Sedang Rendah Total
Prosentase 24% 40% 36% 100%
Sumber: Kuesioner bagian C no. 1-8
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan informasi responden dalam menonton film kartun Jepang dari 50 orang responden, 12 orang atau sebesar 24% termasuk kategori tinggi, 20 orang atau sebesar 40% termasuk kategori sedang, dan 18 orang atau sebesar 36% termasuk kategori rendah. Dapat diinterpretasikan bahwa tingkat kebutuhan informasi film kartun Jepang di lingkungan anggota komunitas Pokok’e Jepang Surakarta termasuk dalam kategori sedang.
20 21
Ibid. Hal. 159. Y. Slamet. Metode Penelitian Sosial. (Surakarta: Universitas Sebelas Maret). Hal. 139.
11
Tabel 2. Tingkat interaksi sosial Kategori
Jumlah 14 29 7 50
Tinggi Sedang Rendah Total
Prosentase 28% 58% 14% 100%
Sumber: Kuesioner bagian D no. 1-4
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat interaksi sosial responden dari 50 orang responden, 14 orang atau sebesar 28% termasuk kategori tinggi, 29 orang atau sebesar 58% termasuk kategori sedang, dan 7 orang atau sebesar 14% termasuk kategori rendah. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa tingkat interaksi sosial di lingkungan anggota komunitas Pokoke Jepang Surakarta tergolong sedang. Tabel 3. Tingkat penggunaan internet Kategori
Frekuensi 5 25 20 50
Tinggi Sedang Rendah Total
Prosentase 10% 50% 40% 100%
Sumber: Kuesioner bagian E no. 1-4
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui dari 50 orang responden, 5 orang atau sebesar 10% termasuk dalam tingkat penggunaan internet kategori tinggi, 25 orang atau sebesar 50% termasuk dalam tingkat penggunaan internet kategori sedang, dan 20 orang atau sebesar 40% termasuk dalam tingkat penggunaan internet kategori rendah. Dari sini dapat kita lihat bahwa mayoritas anggota komunitas Pokoke Jepang Surakarta termasuk dalam tingkat pengunaan internet kategori sedang.
Analisis Data Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah metode korelasi tata jenjang Rank Spearman untuk mencari hubungan dan menguji hipotesa. Pengujian hipotesa dengan metode korelasi tata jenjang Rank Spearman menggunakan program SPSS 15.0. Hasil output SPSS menunjukan korelasi antara
12
variabel independen (kebutuhan informasi film kartun Jepang dan interaksi sosial) dan dependen (penggunaan media internet) sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Analisis Korelasi Spearman Kebutuhan Informasi Film Kartun Jepang (X1) Kebutuhan Informasi Film Kartun Jepang (X1) Interaksi Sosial (X2)
Penggunaan Media Internet (Y)
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Interaksi Sosial (X2)
Penggunaan Media Internet (Y)
1.000
.693(**)
.799(**)
. 50
.000 50
.000 50
.693(**)
1.000
.709(**)
.000 50
. 50
.000 50
.799(**)
.709(**)
1.000
.000 50
.000 50
. 50
Sumber: Hasil olah data kuesioner dengan SPSS 15.0
Penerapan metode korelasi tata jenjang Rank Spearman tersebut digunakan untuk membuktikan hipotesa yang dijabarkan dalam uraian berikut: 1. Ada hubungan antara kebutuhan informasi film kartun Jepang terhadap penggunaan media internet. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Rank Spearman antara kebutuhan informasi film kartun Jepang terhadap penggunaan media internet di kalangan komunitas Pokok’e Jepang Surakarta sesuai dengan hasil terlampir dari program SPSS 15.0 diperoleh hasil nilai rs sebesar 0,799 dengan nilai probabilitas 0,00 (2 tailed). Karena nilai rs berada di antara 0,600 – 0,800 maka hubungan antara kebutuhan informasi film kartun Jepang terhadap penggunaan media internet termasuk dalam tingkat cukup dan mempunyai hubungan searah atau positif. Berdasarkan hasil tersebut, maka derajat hubungan dalam tingkat yang cukup tinggi yaitu 0,799. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kebutuhan informasi film kartun Jepang terhadap penggunaan media internet di kalangan komunitas Pokok’e Jepang Surakarta.
13
Berdasarkan pengujian tersebut berarti dapat disimpulkan bahwa hipotesa pertama yang dirumuskan pada bab pendahuluan dapat diterima. Artinya semakin tinggi kebutuhan informasi film kartun Jepang semakin tinggi pula penggunaan media internet. 2. Ada hubungan antara interaksi sosial terhadap penggunaan media internet. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Rank Spearman antara interaksi sosial terhadap penggunaan media internet di kalangan komunitas Pokok’e Jepang Surakarta sesuai dengan hasil terlampir dari program SPSS 15.0 diperoleh hasil nilai rs sebesar 0,709 dengan nilai probabilitas 0,00 (2 tailed). Karena nilai rs berada di antara 0,600 – 0,800 maka hubungan antara interaksi sosial komunitas terhadap penggunaan media internet termasuk dalam tingkat cukup dan mempunyai hubungan searah atau positif. Berdasarkan hasil tersebut, maka derajat hubungan dalam tingkat yang cukup tinggi yaitu 0,709. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara interaksi sosial komunitas terhadap penggunaan media internet di kalangan komunitas Pokok’e Jepang Surakarta. Berdasarkan pengujian tersebut berarti dapat disimpulkan bahwa hipotesa kedua yang dirumuskan pada bab pendahuluan dapat diterima. Artinya semakin tinggi interaksi sosial semakin tinggi pula penggunaan media internet.
Kesimpulan Berdasarkan penghitungan data menggunakan metode korelasi tata jenjang Spearman diketahui bahwa hipotesa pertama terbukti dan hipotesa kedua juga terbukti. Lebih lanjut mengenai pemaparan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kebutuhan informasi film kartun Jepang Berdasarkan analisis data statistik, pengaruh kebutuhan informasi film kartun Jepang terhadap responden memiliki pengaruh yang cukup tinggi dalam hal antara lain, membutuhkan informasi tentang bahasa Jepang, membutuhkan
informasi
tentang
kehidupan/pergaulan
di
Jepang,
membutuhkan informasi tentang makanan khas Jepang, membutuhkan
14
informasi tentang busana/fashion orang Jepang, membutuhkan film kartun Jepang untuk melepaskan diri dari tekanan, membutuhkan film kartun Jepang untuk mendapatkan hiburan, membutuhkan film kartun Jepang untuk memperkuat
identitas
sebagai
penggemar
film
kartun
Jepang,
dan
membutuhkan film kartun Jepang untuk mempererat hubungan dengan teman sesama penggemar film kartun Jepang Hasil analisa data untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel independen (X1) kebutuhan informasi film kartun Jepang dan variabel dependen (Y) yaitu penggunaan media internet di kalangan anggota komunitas Pokok’e Jepang Surakarta menunjukkan korelasi positif antara keduanya. Berdasarkan penghitungan diketahui koefisien korelasi rs sebesar 0,799 dengan nilai probabilitas 0,00 (2 tailed). Karena nilai rs berada di antara 0,600 – 0,800 maka hubungan antara kebutuhan informasi film kartun Jepang dengan penggunaan media internet berada dalam tingkat yang cukup tinggi dan mempunyai hubungan searah atau positif, sehingga hipotesa pertama diterima. Secara keseluruhan dapat disimpulkan, kebutuhan informasi film kartun Jepang memiliki hubungan yang cukup tinggi dengan penggunaan media internet pada anggota komunitas Pokok’e Jepang Surakarta. Harga rs yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi kebutuhan informasi film kartun Jepang maka akan semakin tinggi pula penggunaan media internet pada anggota komunitas Pokok’e Jepang Surakarta. 2. Interaksi sosial di dalam komunitas Berdasarkan analisis data statistik, pengaruh interaksi sosial terhadap responden memiliki pengaruh yang cukup tinggi dalam hal antara lain, membicarakan tentang cerita pada film kartun Jepang dengan teman komunitas, membicarakan tentang tokoh-tokoh pada film kartun Jepang dengan teman komunitas, menyarankan judul film kartun Jepang kepada teman komunitas, mendiskusikan alamat situs download atau streaming film kartun Jepang dengan teman komunitas.
15
Hasil analisa data untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel independen (X2) interaksi sosial dan variabel dependen (Y) yaitu penggunaan media internet di kalangan anggota komunitas Pokok’e Jepang Surakarta menunjukkan korelasi positif antara keduanya. Berdasarkan penghitungan diketahui koefisien korelasi rs sebesar 0,709 dengan nilai probabilitas 0,00 (2 tailed). Karena nilai rs berada di antara 0,600 – 0,800 maka hubungan antara interaksi sosial dengan penggunaan media internet berada dalam tingkat yang cukup tinggi dan mempunyai hubungan searah atau positif, sehingga hipotesa kedua diterima. Secara keseluruhan dapat disimpulkan, interaksi sosial memiliki hubungan yang cukup tinggi dengan penggunaan media internet pada anggota komunitas Pokok’e Jepang Surakarta. Harga rs yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi interaksi sosial maka akan semakin tinggi pula penggunaan media internet pada anggota komunitas Pokok’e Jepang Surakarta.
Saran Hasil akhir dari penelitian ini nantinya memberikan beberapa pandangan dan pertimbangan bagi peneliti lain pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dan saran-saran dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Bagi mahasiswa, untuk penelitian lebih lanjut hendaknya diperluas ke komunitas-komunitas Jepang lain dan melibatkan sampel dalam jumlah yang lebih besar. Dan sebaiknya dilakukan wawancara sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih luas dan mendalam. 2. Bagi anggota komunitas Pokok’e Jepang, sebaiknya penggunaan media internet untuk memenuhi kebutuhan informasi akan film kartun Jepang masih dalam batas kewajaran dan tidak sampai mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari.
16
Daftar Pustaka Hamid, Farid & Heri Budianto. (2011). Ilmu Komunikasi: Sekarang dan Tantangan Masa Depan. Jakarta: Kencana. Gerungan, W.A. (2000). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Kriyantono, Rachmat. (2007). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media. Kuswandi, Wawan. (1996). Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: Rineka Cipta. Mowlana, Hamid. (1997). Global Information and World Communication 2nd edition. London: Sage Publication. Panuju, Redi. (1997). Sistem Komunikasi Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Purwanto, Djoko. (2006). Komunikasi Bisnis. Edisi Ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga. Rakhmat, Jalaluddin. (1986). Teori-teori Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. –––––––––––––––––. (1996). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. –––––––––––––––––. (1998). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Siahaan, S.M. (2000). Komunikasi: Pemahaman dan Penerapannya. Cetakan ke3. Jakarta: Gunung Mulia. Slamet, Y. (2006). Metode Penelitian Sosial. Surakarta: Sebelas Maret University. Stein, Stuart. (1999). Learning Teaching and Researching on the Internet. New York: Longman. Lin, Carolyn A. (1993). Modelling the Gratification-Seeking Process of Television Viewing. Human Communication Research Vol. 20 No. 2. Hinton, Perry R. (2013). Returning in a Different Fashion: Culture, Communication, and Changing Representations of Lolita in Japan and the West. International Journal of Communication 7. Haryanto. Pengertian Interaksi Sosial. http://belajarpsikologi.com/pengertianinteraksi-sosial/. Diakses 19 Februari 2014. Meiliani Fauziah. Survei Pengguna Internet di Indonesia Mencapai 74 Juta Orang. http://www.republika.co.id/berita/trendtek/internet/13/10/28/ mvdcxpsurvei-pengguna-internet-di-indonesia-mencapai-74-juta-orang. Diakses 20 Januari 2014. Wikipedia. Anime. http://id.wikipedia.org/wiki/Anime. Diakses 17 Februari 2014.
17