KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan Latar Belakang Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia yang diakibatkan oleh pengelolaan dan pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) yang melebihi daya dukungnya serta mengabaikan kaidah kelestarian, sehingga mengakibatkan lahan kritis semakin meluas. Berdasarkan hasil peninjauan kembali (review) data lahan kritis, total luas lahan kritis sebesar 82,1 juta Ha dengan rincian luas lahan sangat kritis dan kritis adalah 29,9 juta Ha, sedangkan luas lahan agak kritis 52,2 juta Ha (Ditjen BPDASPS, 2010). Lahan sangat kritis dan kritis seluas 29,9 juta Ha tersebut merupakan sasaran indikatif RHL yang diprioritaskan untuk segera direhabilitasi, karena berdampak pada ketidakseimbangan dan kerusakan ekosistem DAS serta terganggunya kehidupan masyarakat. Kesadaran untuk memulihkan fungsi hutan dan lahan terlihat semakin meningkat dari waktu ke waktu, bahkan terakhir masyarakat sangat antusias menanam pohon untuk sumber penghasilan dan sekaligus pelestarian lingkungan hidup. Disamping itu kegiatan RHL telah menjadi salah satu kegiatan yang strategis dalam pembangunan nasional, serta menjadi salah satu kontrak kinerja Menteri Kehutanan RI dalam Kabinet Indonesia Bersatu II, yaitu RHL seluas 2,5 juta ha (tahun 2010-2014) atau seluas 500.000 ha per tahun. Program penanaman, baik dalam rangka rehabilitasi hutan dan lahan maupun pembangunan hutan tanaman tentunya memerlukan dukungan ketersediaan benih dalam jumlah yang memadai dan tepat waktu. Perhitungan kebutuhan benih pada suatu kawasan ataupun secara nasional sangat diperlukan sebagai dasar untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pengadaan benih. Apabila kebutuhan benih suatu jenis diketahui secara tepat, maka kegiatan pengumpulan benih juga akan dapat lebih efisien dan untuk jangka panjang dapat diketahui apakah sumber benih yang ada telah mencukupi untuk suatu jenis atau harus dibangun sumber benih lainnya. Dengan demikian, sumber daya yang ada dapat dioptimalkan untuk mendukung keberhasilan penanaman, baik dalam rangka rehabilitasi hutan dan lahan maupun pembangunan hutan tanaman dalam bentuk Hutan Tanaman industri (HTI) maupun Hutan Tanaman Rakyat HTR). Kegiatan Penanaman dalam rangka Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kegiatan penanaman dilaksanakan tidak hanya oleh sektor kehutanan, namun juga oleh sektor lain. Beberapa kegiatan penanaman pada sektor kehutanan antara lain adalah sebagai berikut: Rehabilitasi Hutan dan Lahan (pada kawasan konservasi/lindung atau mangrove), baik yang dilaksanakan dengan sumber dana APBN, APBD Provinsi/Kabupaten/Kota maupun perimbangan keuangan (DAK Kehutanan dan DBH DR) Kebun Bibit Rakyat Reklamasi Hutan Bekas Tambang Hutan Rakyat Hutan Kota Penghijauan Lingkungan Hutan Tanaman Industri (oleh BUMN atau BUMS) Hutan Tanaman Rakyat (oleh kelompok masyarakat) Reboisasi oleh Perhutani Sedangkan kegiatan penanaman dari sektor non kehutanan dan gerakan moral oleh masyarakat diantaranya adalah : Pengembangan pohon trembesi (Banpres) di daerah Tanaman Hortikultura dan Tanaman Perkebunan (Kementerian Pertanian) Penanaman pohon di jalan tol, waduk dll (kementerian Pekerjaan Umum) 1
-
Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara (GPTP) Penanaman oleh TNI/Polri, CSR BUMN/BUMD/BUMS
Berdasarkan data realisasi kegiatan penanaman tahun 2011 (Penanaman Satu Milyar Pohon) dari sektor kehutanan maupun non kehutanan yang dirangkum oleh Direktorat Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan, tercatat telah ditanam sebanyak 1.516.592.311 batang pohon, dengan rincian sebagai berikut (data selengkapnya pada Lampiran 1 dan 2): Tabel 1. Data Penanaman Tahun 2011 No. Kegiatan 1 RHL Kawasan Konservasi/Lindung/Mangrove 2
Jumlah (batang) 168.501.468
Hutan Kota
741.275
3 Kebun Bibit Rakyat (KBR) 4 Reklamasi Hutan Bekas Tambang
446.021.871
5 Hutan Rakyat 6 Penghijauan Lingkungan (APBN)
31.473.079
7 Penanaman Oleh Pemegang Konsesi (HTI, HTR) 8 Inhutani I s/d V
396.624.929
12.691.398 39.701.203 2.945.544
9 Perhutani 10 Penanaman swadaya masyarakat, ormas, LSM, sekolah, seremonial dll 11 Pengemb. Trembesi BANPRES 12 Tanaman Perkebunan (Kementan)
78.262.862 107.548.845 11.771.404 163.549.632
13 Tanaman Hortikultura (Kementan) 14 Penanaman Jalan Tol, Waduk, dll (Kemen.PU)
2.353.300
15 GPTP (7 Org. Wanita) 16 Penam. TNI dan Polri
2.453.299
285.982 14.362.322
17 Penam. CSR BUMN/ BUMD/ BUMS 18 Lain-Lain Kemen. / Lembaga
14.130.702 Jumlah
23.173.216 1.516.592.331
Potensi Sumber Benih dan Penggunaan Benih Bersertifikat Keberhasilan kegiatan penanaman dalam rangka rehabilitasi hutan dan lahan maupun pembangunan hutan tanaman tersebut di atas, tidak terlepas dari ketersediaan sumber benih yang mampu menghasilkan benih yang berkualitas, yaitu sumber benih yang telah bersertifikat. Hasil Updating Data Sumber Benih Tanaman Hutan Nasional tahun 2011 yang disusun berdasarkan data pokok sumber benih hasil identifikasi dan deskripsi di lapangan yang dilaksanakan oleh 6 (enam) BPTH, terdapat 527 lokasi sumber benih yang terdiri dari 106 species tanaman hutan dengan luas keseluruhan 8.412,81 ha. Sumber benih yang telah bersertifikat tersebut tidak hanya dimiliki/dikelola oleh BUMS/BUMD, tetapi juga perorangan, kelompok tani, koperasi, Dinas Kehutanan Kabupaten dll. Berdasarkan data potensi sumber benih pada tahun pada tahun 2010, dari 8.460,22 ha sumber benih berbagai jenis tanaman hutan yang ada, diprediksi mampu menghasilkan benih sebanyak 340.841.019 kg benih (Lampiran 3). Namun, potensi yang sangat besar dari sumber benih tersebut hingga saat ini belum dimanfaatkan secara optimal, terutama sumber benih yang dimiliki/dikelola oleh perorangan atau kelompok tani, karena masih sangat rendahnya permintaan akan benih yang berasal dari sumber benih bersertifikat. Sedangkan sumber benih yang dimiliki/ dikelola oleh BUMS/BUMD yang mempunyai bidang usaha pembangunan hutan tanaman, pada umumnya telah dimanfaatkan dengan baik terutama untuk mendukung kegiatan penanaman di areal kerjanya. 2
Di sisi lain, kebijakan yang ada dalam perbenihan tanaman hutan, juga belum mampu mendorong penggunaan benih yang berkualitas. Benih yang berkualitas identik dengan benih yang bersertifikat, yaitu benih yang telah melewati pengujian di laboratorium serta pemeriksaan dokumen sumber benih (asal usul). Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam bentuk sertifikat mutu benih. Dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P.01/Menhut-II/2009 tentang Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman Hutan sebagaimana telah dirubah menjadi P.72/Menhut-II/2009, yang didalamnya mengatur tentang sertifikasi mutu benih dan bibit tanaman hutan, disebutkan bahwa setiap benih atau bibit yang beredar harus jelas kualitasnya yang dibuktikan dengan sertifikat mutu benih atau mutu bibit. Sertifikasi tersebut bertujuan untuk menjamin kualitas benih dan atau bibit tanaman hutan, memberikan pengakuan kebenaran terhadap mutu benih dan mutu bibit serta menjamin kebenaran asal-usul benih. Sertifikasi mutu benih dan mutu bibit selama ini dilaksanakan oleh Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH), karena Dinas Kabupaten/Kota dan Dinas Provinsi belum seluruhnya mampu melaksanakan kegiatan sertifikasi mutu benih dan mutu bibit. Tabel 2. Data Sertifikasi Mutu Benih Tahun 2011 Sertifikasi Mutu Benih No.
BPTH Sertifikat (kg)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Sumatera Jawa Sumatera Bali Nusra Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Jumlah
734.615,01 16.990,01 2.933,00 350,50 4,00 60,00 754.953
Surat Ket. (kg) 13.661,01 30.384,01 20,00 516,46 90.011,24 250,00 134.843
Tanpa Surat Ket. (kg) 2.984,05 2.984
Jumlah (kg) 748.276,01 47.374,02 5.937,05 866,96 90.015,24 310,00 892.779
Prediksi Kebutuhan Benih Tanaman Hutan Berbagai kegiatan penanaman dalam rangka Rehabilitasi Hutan dan Lahan tentunya memerlukan benih (dan bibit) yang bervariasi untuk setiap jenisnya yang didasarkan pada target penanaman dan juga kapasitas persemaian. Berapa benih yang dibutuhkan untuk berbagai kegiatan penanaman selama 1 tahun? Untuk menjawab pertanyaan ini tentunya perlu dilakukan perhitungan kebutuhan benih, yang salah satu pendekatannya dengan mengacu pada realisasi kegiatan penanaman selama 1 tahun. Berdasarkan data pada tahun 2011 sebagaimana Lampiran 1 dan 2, sebanyak 1.516.592.331 batang bibit telah ditanam dalam berbagai kegiatan. Namun demikian, karena jenis tanaman yang digunakan dalam kegiatan penanaman tersebut tidak diketahui secara rinci, maka digunakan beberapa asumsi atau pendekatan untuk memprediksi kebutuhan benih. Pendekatan pertama, pohon yang ditanam dalam 1 tahun diasumsikan 70% adalah jenis tanaman hutan dan 30% merupakan jenis lain diluar tanaman kehutanan (MPTS). Pendekatan kedua, jenis tanaman hutan pada kegiatan penanaman dalam rangka rehabilitasi hutan dan lahan terdiri dari Sengon, Jati, Gmelina, Mahoni dan Jabon. Pendekatan kedua ini didasarkan pada jenis yang paling banyak digunakan oleh masyarakat dalam pembangunan Kebun Bibit Rakyat. Sedangkan pada kegiatan penanaman dalam rangka pembangunan hutan tanaman (penanaman oleh pemegang konsesi dalam bentuk HTI dan HTR), jenis yang digunakan untuk penghitungan kebutuhan benih adalah Eucalyptus dan Acacia. Selanjutnya dengan mengacu pada Keputusan Direktur Perbenihan Tanaman Hutan No. 71/PTH-4/2009 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Benih Nasional, maka diperoleh prediksi kebutuhan benih dalam 1 tahun sebagaimana berikut (data selengkapnya pada Lampiran 4 dan 5):
3
Tabel 3. Prediksi Kebutuhan Benih Per Wilayah BPTH BPTH
PROVINSI
BANGKA BELITUNG BENGKULU JAMBI KEPULAUAN RIAU LAMPUNG BPTH SUMATERA NAD RIAU SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN SUMATERA UTARA Jumlah BANTEN DIY DKI JAKARTA BPTH JAWA MADURA JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR Jumlah KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN SELATAN BPTH KALIMANTAN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR Jumlah GORONTALO SULAWESI BARAT SULAWESI SELATAN BPTH SULAWESI SULAWESI TENGAH SULAWESI TENGGARA SULAWESI UTARA Jumlah BALI NTB BPTH BALI NUSRA NTT Jumlah MALUKU MALUKU UTARA BPTH MALUKU PAPUA PAPUA PAPUA BARAT Jumlah TOTAL
Prediksi Kebutuhan Benih (kg) Kegiatan Kegiatan RHL Jumlah HTI/HTR 3.102,3 36,4 3.138,7 10.579,3 10.579,3 26.053,6 1.041,6 27.095,2 3.960,2 3.960,2 42.385,4 179,7 42.565,1 31.866,8 8,9 31.875,7 22.767,7 3.340,8 26.108,4 17.027,2 56,4 17.083,6 25.331,5 2.154,0 27.485,5 43.380,1 623,1 44.003,2 226.454,2 7.440,8 233.894,9 6.713,2 6.713,2 4.545,0 4.545,0 4.792,9 4.792,9 47.493,8 47.493,8 89.853,0 89.853,0 138.659,3 138.659,3 292.057,1 292.057,1 16.698,0 426,3 17.124,3 22.967,5 496,9 23.464,4 8.904,6 628,5 9.533,2 14.544,0 860,6 15.404,6 63.114,2 2.412,3 65.526,5 7.539,3 7.539,3 18.510,8 18.510,8 54.508,3 8,6 54.516,9 20.706,7 20.706,7 25.704,4 25.704,4 11.903,3 4,9 11.908,2 138.872,8 13,5 138.886,3 9.437,5 9.437,5 25.830,8 15,2 25.846,0 35.863,7 35.863,7 71.131,9 15,2 71.147,1 8.168,0 8.168,0 9.656,6 6,3 9.663,0 10.520,9 92,0 10.612,9 7.520,5 67,1 7.587,6 35.866,1 165,4 36.031,4 827.496,3 10.047,2 837.543,4
4
Berdasarkan data yang tersedia sebagaimana tersebut di atas, menunjukkan bahwa kebutuhan bibit yang terbesar adalah pada kegiatan penanaman Kebun Bibit Rakyat (29%). Kenyataan yang ada, hingga saat ini, pembuatan bibit oleh masyarakat dalam program Kebun Bibit Rakyat sebagian besar masih menggunakan benih yang tidak diketahui asal-usulnya (bukan benih bersertifikat). Walaupun cukup banyak permohonan sertifikasi mutu benih yang diterima oleh BPTH, namun sebagian besar berasal dari Perusahaan Swasta Pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri. Beberapa hal yang mempengaruhi rendahnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan benih bersertifikat antara lain adalah harga yang lebih mahal, kurangnya informasi ketersediaan benih bersertifikat dan kebijakan pemerintah yang belum tegas tentang penggunaan benih bersertifikat. Jika dibandingkan antara prediksi kebutuhan benih dan prediksi potensi sumber benih, secara umum sumber benih yang telah ada saat ini mampu mencukupi kebutuhan benih untuk berbagai kegiatan penanaman (Tabel 4). Tabel 4. Prediksi Kebutuhan benih dan Potensi Sumber Benih No. Jenis Tanaman Prediksi Kebutuhan benih (kg) 1. Sengon 8.712,6 2. Jati 488.464,8 3. Mahoni 31.749,0 4. Jabon 172,5 5. Gmelina 298.397,4 6. Eucalyptus deglupta 165,3 7. Eucalyptus urophylla 78,7 8. Acacia mangium 3.407,7 9. Acacia crassicarpa 6.395,6 837.543,60
Potensi Sumber Benih (kg) 18.916,04 6.188.838,55 151.963,58 61,00 24.721,56 3.300,00 195,55 15.246,53 346.808,73 6.750.051,54
Penutup Untuk meningkatkan keberhasilan penanaman di masa mendatang perlu didukung oleh penyediaan benih yang bermutu tinggi, yaitu unggul mutu fifik, fisiologi dan genetiknya dan mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Benih demikian akan dapat meningkatkan kualitas tegakan, produksi kayu, daya tahan terhadap hama dan penyakit serta memperpendek daur. Dengan pengertian lain benih bermutu merupakan input yang efektif untuk memperoleh keuntungan dari usaha di bidang pembangunan hutan tanaman. Secara umum sumber benih yang telah ada saat ini mampu untuk memenuhi kebutuhan benih untuk berbagai kegiatan penanaman setiap tahunnya. Namun beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti adalah penyempurnaan kebijakan pemerintah tentang penggunaan benih bersertifikat, sehingga sumber benih yang telah ada saat ini perlu ditingkatkan dapat dioptimalkan pemanfaatannya.
5