POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN III AGAMA ISLAM, BUDAYA, SENI, FILSAFAT, DAN IPTEK 1. Agama Islam, Budaya dan Seni 1.1 Pengertian, Ruang Lingkup Budaya dan Seni Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta budhaya yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Sedangkan kebudayaan adalah hal-hal yang berkaitan dengan akal. Kata budaya merupakan kata majemuk dari budi dan daya, yang berarti hasil yang diperoleh dari cipta, karsa, dan rasa. Secara lebih luas kebudayaan mengandung pengertian meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, dan adat istiadat dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat(Munandar Soelaiman, 1992 dalam Zakky Mubarak, 2010). Pengertian menurut S. Takdir Alisyahbana: Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda-beda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan segala kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan adalah warisan sosial atau tradisi. Kebudayaan adalah cara, aturan dan jalan hidup manusia. Unsur-unsur Kebudayaan adalah sebagai berikut Sistem religius (homo religius) Sistem organisasi kemasyarakatan (homo socius) Sistem pengetahuan (homo safiens) Sistem mata pencaharian hidup dan system ekonomi (homo ekonomicus) Sistem peralatan hidup dan tehnologi (homo faber)
Sistem bahasa (homo longuens) Kesenian Menurut Zakky Mubarrak, dilihat dari dimensi wujud, kebudayaan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Kompleks gagasan, konsep, dan fikiran manusia. Wujud dari budaya ini masih abstrak, tidak kasat mata, dan berada pada jiwa manusia. 2. Kompleks aktivitas berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat konkrit, kasat mata, dapat diamati dan diobservasi. Wujudnya sering disebut sistem sosial. 3. Wujud kebudayaan berupa benda. Aktivitas manusia yang saling berinteraksi dipastikan selalu menggunakan sarana dan peralatan, sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya. Aktivitas dari karya manusia tersebut menghasilkan berbagai macam benda. Benda-benda itu bisa berwujud benda bergerak atau benda yang tidak bergerak. Unsur-unsur kebudayaan terdiri dari tujuh macam, yaitu: Bahasa Sistem teknologi Sietem mata pencaharian Organisasi social Sistem pengetahuan Religi Kesenian Bentuk kebudayaan selalu ditentukan oleh nilai-nilai kehidupan yang diyakini dan dirasakan oleh pembentuk kebudayaan tersebut. Kebudayaan yang berdasarkan pada nilainilai Islam disebut kebudayaan Islam. Dalam pandangan ajaran Islam, aktivitas kebudayaan manusia harus memperoleh bimbingan agama yang diwahyukan oleh Allah SWT melalui para Nabi dan RasulNya. Akal dan fikiran manusia tidak mampu menentukan semua kebaikan/ keburukan, karena itu banyak hal yang dianggap baik oleh akal fikiran ternyata buruk menurut agama. Begitu pula hal yang dianggap tercela oleh aka fikiran, justru dianggap baik oleh agama. Dengan demikian, agar kebudayaan terlepas dari jalan yang sesat maka harus dilandasi oleh ajaran agama.
Sedangkan jika kita membahas masalah seni, seni merupakan bagian dari kebudayaan yang menekankan pada persoalan nilai kehidupan. Seni merupakan ekspresi dari jiwa yang halus dan indah yang lahir dari bagian yang terdalam dari jiwa menusia yang didorong oleh kecenderungan pada keindahan. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia/ fitrah yang dianugerahkan Tuhan. Seni dikaitkan dengan keindahan, bagus, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Segala sesuatu yang memiliki keindahan merupakan hasil seni. Seni ada yang bersal dari hasil karya manusia ada pula yang bersifat alamiah. Seni selalu berusaha memberikan makna yang sepenuhnya mengenai obyek yang diungkapkan. Keindahan juga bersifat universal, maksudnya tidak terikat oleh selera individu, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal (Ismala Dewi dkk, 2009 dalam Zakky Mubarak, 2010). Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai-nilai agama. Kesenian dalam Islam diwujudkan dalam seni bangunan, arsitektur, luis, ukir, suara, tari, dan lain-lain. Adapun fungsi – fungsi Budaya adalah sebagai berikut:
Batas Budaya berperan sebagai penentu batas-batas; artinya, budaya menciptakan perbedaan atau yang membuat unik suatu organisasi dan membedakannya dengan organisasi lainnya
Identitas Budaya memuat rasa identitas suatu organisasi.
Komitmen Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar daripada kepentingan individu.
Stabilitas Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial karena budaya adalah perekat sosial yang membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan standar mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan.
Pembentuk sikap dan perilaku Budaya bertindak sebagai mekanisme alasan yang masuk akal (sense-making) serta kendali yang menuntun dan membentuk sikap dan perilaku . 1.2 Perspektif Al-Qur’an dan Al-Sunnah tentang Budaya dan Seni
Budaya dan seni adalah dua hal yang sudah lama menjadi bagian dari kehidupan manusia. Seni dan budaya ini selalu berkembang di setiap zamannya. Islam, sebagai agama Rahmatan Lil Alamin juga menjadi salah satu bagian dari perkembangan budaya dan seni. Banyak seni yang memasukkan nilai-nilai islam dalam karya seninya, misalnya seni kaligrafi, nasyid, dan lainnya. Dalam setiap karya yang dihasilkan, nilai-nilai Islam yang juga merupakan sebagai syiar Islam di kehidupan bermasyarakat. Budaya pun berkembang dengan nilai-nilai Islam didalamnya. Berikut akan dijelaskan lebih dalam pengertian, ruang lingkup, dan perspektif Al Qur‘an dan As-sunnah tentang budaya dan seni. Bersadarkan hal ini, bentuk kebudayaan selalu ditentukan oleh nilai – nilai kehidupan yang diyakini dan diarasakan oleh pembentuk kebuadayaan yaitu manusia. Kebudayaan atau peradaban yang berdasarkan pada nilai – nilai ajaran islam disebut kebudayaan islam. Dalam pandangan ajaran islam, aktivitas kebudayaan manusia harus memperoleh bimbingan agama yang diawayuhkan oleh Allah SWT melalui para nabi dan rasul Nya. Dengan demikian, agar kebudayaan terlepas dari ajaran yang sesat dan sebaliknya mengikuti jalan yang benar dan terpuji yang dilandasi oleh ajaran agama. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk ―berbudaya―. Dan dalam satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Oleh karena itu, mungkin bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama. Kebudayaan Islam adalah peradaban yang berdasarkan pada nilai-nilai ajran Islam. Nilai kebudayaan Islam dapat dilihat dari tokoh-tokoh yang lahir di bidang ilmu pengetahuan agama dan bidang sains dan teknologi. Semua itu diilhami oleh ayat-ayat Al Quran dan sunnah. Nilai kebudayaan Islam yang harus dikembangkan: bersikap ikhlas, berorientasi ibadah, bekerja secara professional, mengembangkan IPTEK, kejujuran dalam berbagai aspek kehidupan, mengutamakan kemaslahatan umum, berfikir rasional, bersikap objektif. Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai-nilai agama. Sebaliknya apabila seni itu bertentangan dengan ajaran agama dilarang secera keras. Kesenian dalam islam diwujudkan dalam seni bangunan, arsitektur, lukis, ukir, suara, tari dan berbagai macam seni lainnya. Apabila seni membawa manfaat bagi manusia, memperindah
hidup dan
hiasannya yang dibenarkan agama, mengabadikan nilai-nilai luhur dan
menyucikannya, serta mengembangkan serta memperhalus rasa keindahan dalam jiwa manusia, maka sunnah Nabi mendukung, tidak menentangnya. Karena ketika itu ia telah menjadi salah satu nikmat Allah yang dilimpahkan kepada manusia. Seni islam merupakan sebagian daripada kebudayaan islam dan perbedaan antara seni islam dengan bukan islam ialah dari segi niat atau tujuan dan nilai akhlak yang terkandung dalam hasil seni islam. Pencapaian yang dibuat oleh seni islam itu juga merupakan sumbangan daripada tamadun islam di mana tujuan seni islam ini adalah kerana allah swt. Walaupun seni merupakan salah satu unsur yang disumbangkan tetapi Allah melarang penciptaan seni yang melampaui batas. Firman Allah swt yang bermaksud : "Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang melampaui batas." Keindahan merupakan salah satu ciri keesaan, kebesaran dan kesempurnaan Allah swt lantas segala yang diciptakanNya juga merupakan pancaran keindahanNya. Manusia dijadikan sebagai makhluk yang paling indah dan paling sempurna. Bumi yang merupakan tempat manusia itu ditempatkan juga dihiasi dengan segala keindahan. Allah swt bukan sekadar menjadikan manusia sebagai makhluk yang terindah tetapi juga mempunyai naluri yang cintakan keindahan. Di sinilah letaknya keistimewaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain seperti malaikat, jin dan hewan. Konsep kesenian dan kebudayaan dalam Islam berbeda dengan peradaban Islam yang lain. Dalam pembangunan seni, kerangka dasarnya mestilah menyeluruh dan meliputi aspekaspek akhlak, iman, masalah keagamaan dan falsafah kehidupan manusia. Seni mestilah merupakan satu proses pendidikan yang bersifat positif mengikut kaca mata Islam, menggerakkan semangat, memimpin batin dan membangunkan akhlak. Artinya seni mestilah bersifat "Al-Amar bil Ma'ruf dan An-Nahy 'an Munkar" (menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran) serta membangunkan akhlak masyarakat, bukan membawa kemungkaran dan juga bukan sebagai perusak akhlak ummat. Semua aktivitas kesenian manusia mesti ditundukkan kepada tujuan terakhir (keridhaan Allah dan ketaqwaan). Semua nilai mestilah ditundukkan dalam hubunganNya serta kesanggupan berserah diri. Seni juga seharusnya menjadi alat untuk meningkatkan ketaqwaan.
Diantara masalah yang paling rumit dalam kehidupan Islami adalah yang berkaitan dengan hiburan dan seni. Karena kebanyakan manusia sudah terjebak pada kelalaian dan melampaui batas dalam hiburan dan seni yang memang erat hubungannya dengan perasaan, hati
serta
akal
dan
pikiran.
Sebagian orang menggambarkan umat islam sebagai masyarakat ahli ibadah dan kerja keras, maka tak ada tempat bagi orang-orang yang lalai dan bermain-main, tertawa bergembira ria, bernyanyi atau bermain musik. Tidak boleh bibir tersenyum, mulut tertawa, hati senang, dan tak boleh kecantikan terlukis pada wajah-wajah manusia . Mungkin sebagian orang yang ekstrim setuju terhadap sikap mereka yang bermuka masam, dahi berkerut, dengan penampilan seram dan orang yang keras, putus harapan, gagal atau gagap. Namun sebenarnya, kepribadiaan yang buruk ini bukanlah dari ajaran agama. Maksudnya mereka sendirilah yang mewajibkan tabiat buruk tersebut atas nama agama. Sementara agama sendiri tidak memerintahkannya, tetapi persepsi merekalah yang salah. Sedangkan Islam adalah agama yang realistis. Ia tidak berada didunia khayal dan idealisme semu, namun mendampingi umat manusia didunia yang nyata dan dapat dirasakan. Ia tidak memperlakukan manusia seakan-akan malaikat yang mamiliki sayap, akan tetapi memperlakukannya sebagai manusia yang makan dan minum. Karena itu Islam tidak menuntut dan tidak mengasumsikan umat manusia agar seluruh kata-katanya adalah dzikir, seluruh diamnya adalah pikir, seluruh pendengarannya adalah lantunan Al-Qur‘an, dan semua waktu luangnya berada di masjid. Akan tetapi mengakui eksistensi mereka secara seutuhnya, fitrah dan instingnya, yang telah Allah ciptakan dengannya. Allah SWT telah menciptakan mereka dengan tabiat bersuka cita, bersenag-senang, tertawa, bermain-main, sebagaimana mereka diciptakan senang makan dan minum . Kebalikan dari tabiat diatas adalah orang-orang yang bebasa mengumbar hawa nafsunya. Hidupnya diisi dengan hiburan dan kesenangan, mencampuradukkan antara yang di syari‘atkan dan yang dilarang, antara yang halal dan yang haram. Mereka serba permisif dan mengeks-ploitasi kebebasannya, menyebarkan kesesatan terselubung maupun terangterangan,semuanya mengatas namakan seni refreshing, mereka lupa bahwa hukum agama tidak melihat label namanya tetapi pada esensinya.
Maka, untuk menghindari kekeliruan dalam memutuskan masalah tersebut dibutuhkan ketelitian dan pemahaman nash-nash yang benar dan tepat, jelas argumentasinya, dan juga menguasai maksud-maksud syari‘at serta kaidah-kaidah fiqh yang telah ditetapkan. Rosulullah merupakan teladan yang indah bagi kehidupan manusia seutuhnya. Dalam kesendiriannya, beliau shalat berlama-lama dalam kekhusyukan, dalam tangis, serta dalam berdirinya sehingga bengkaklah kedua kaki beliau tidak peduli kepada siapapun. Akan tetapi ketika ditengah-tengah kehidupan masyarakat, baeliau adalah manusia biasaa yang mencintai kelezatan hidup, bermuka manis, dan tersenyum, bermain-main dan bersenda gurau, namun tetap tidak mengatakan sesuatu kecuali kebenaran. . Salah satu gurauan Rosulullah adalah seperti
yang
diriwayatkan,
anatara
lain:
Seorang wanita tua datang kepada Nabi, sembari berkata : ―wahai Rosulullah, mohonkanlah kepada Allah agar Allah memasukkan say ke dalam surga‖. Dan Rosulullah menjawab :‖wahai ummu fulan, surga itu tidak dimasuki oleh orang tua‖. Mendengar itu , tentu saja siwanita tua gemetar dan menangis, karena mengira bahwa dirinya tidak akan masuk surge. Ketika Rosulullah SAW. Melihat reaksi wanitra tua itu , beliau lalu menjelaskan maksud ucapannya, ―sungguh orang tua tidak masuk surge dalam keadaan tua. Namun Allah menciptakannya dalam benruk yang lain, lalu memasukkannya kesurga dalankeadaan muda belia. (kemudian beliau membacakan ayat al-Qur‘an surat: Al-Waqi‘ah ayat 35-37) yang artinya: sesungguhnya Kami menciptakan mereka dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya‖. Prinsip-Prinsip
Kesenian
Islam
1. Mengangkat martabat insan dengan tidak meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai yang ada disekelilingnya, manakala manusia menjadi seniman yang menggarap segala unsur kesenian untuk tunduk serta patuh kepada keridhaan Allah swt. 2. Mementingkan persoalan akhlak dan kebenaran yang menyentuh aspek-aspek estetika, kemanusiaan, moral dan lain-lain lagi. 3. Kesenian islam menghubungkan keindahan sebagai nilai yang tergantung kepada keseluruhan kesahihan islam itu sendiri. menurut islam, kesenian yang mempunyai nilai
tertinggi ialah yang mendorong ke arah ketaqwaan, kema'rufan, kesahihan dan budi yang mantap. 4. Kesenian islam terpancar daripada wahyu Allah, sama seperti undang-undang Allah dan syariatnya. maknanya ia harus berada di bawah lingkungan dan peraturan wahyu. ini yang membedakan kesenian islam dengan kesenian bukan islam. 5. Kesenian islam menghubungkan manusia dengan tuhan, alam sekitar dan sesama manusia
Dan
juga
makhluk.
Terdapat lima hukum dalam seni dapat diperincikan.di antaranya: a. Wajib Jika kesenian itu amat diperlukan oleh muslim yang mana tanpanya individu tersebut boleh jatuh kepada mudarat seperti keperluan manusia untuk membina dan untuk memperindah bentuk masjid yang dimaksudkan untuk menarik hati orang agar ramai untuk mengunjungi rumah Allah swt tersebut. b. Sunnah Jika kesenian itu diperlukan untuk membantu atau menaikkan semangat penyatuan umat islam seperti dalam nasyid, qasidah dan shalawat kepada Rasulullah saw yang diucapkan beramai-ramai dalam sambutan maulid rasul atau seni lagu Al-Quran (tilawah). c. Makruh Jika kesenian itu membawa unsur yang sia-sia seperti karya seni yang tidak diperlukan oleh manusia. d. Haram Jika
kesenian
itu
berbentuk
hiburan
yang
:
Melengahkan manusia sehingga mengabaikan kewajiban-kewajiban yang berupa tanggung jawab asas terhadap Allah swt khasnya seperti ibadah dalam fardhu ain dan kifayah. Memberi khayalan kepada manusia sehingga tidak dapat membedakan antara yang hak (benar) dan yang batil (salah). Dicampuri dengan benda-benda haram seperti arak, judi, narkotika dan berbagai kemaksiatan yang lain. Ada percampuran antara lelaki dan perempuan yang bukan mahram seperti pergaulan bebas tanpa batas dalam bentuk bersuka-suka yang melampaui batas. Objek atau arca dalam bentuk ukiran yang
menyerupai patung sama ada yang dibuat dari kayu, batu dan lain-lain. Seni yang merusak akhlak dan memudaratkan individu atau yang berbentuk tidak bermoral seperti tarian terkini (kontemporari). Jenis-jenis seni yang dipertontonkan sebagai maksud atau niat untuk memamerkan dengan sikap kesombongan. e. Mubah Apa saja bentuk seni yang tidak ada nash yang mengharamkannya. Pandangan Ulama Islam tentang Seni
Seni
musik:
Jumhur ulama sepakat bahwa bentuk seni musik (nyanyian) yang memalingkan dari dzikrullah hukumnya haram, namun kemudian berbeda pandangan mengenai seni musik yang tidak memalingkan daridzikrullah. Pendapat pertama yang menyatakan bahwa nyanyian dan seni musik merupakan seruling syaitan yang dilarang.
Seni
Pahat/
Seni
Patung/
Seni
Lukis:
Para ulama berpendapat bahwa tingkat pengharaman itu semakin bertambah manakala patung tersebut berbentuk orang yang diagungkan seperti Al-Masih. Sedang boneka untuk mainan anak-anak diperbolehkan. Adapun mengenai filosofis ulama mesir al-Allammah Syaikhk Muhammad Baqith al-Muthi‘i berpendapat bahwa fotografi itu hukumnya mubah, karena aktivitas fotogrfi tidak termasuk dalam aktivitas mencipta sebagaimana yang disinyalir dalam ungkapan hadist…‖(mencipta seperti ciptaanKu….), karena foto itu hanya menahan bayangan. Pendapat lain banyak disetujui oleh banyak ulama termasuk Syaikh Yusuf Qardhawi, dengan catatan foto wanita telanjang diharamkan.
Seni
Tari:
Seni tari sudah dikenal dimasa Rasulullah, seperti tarian Habasyah yang dipertunjukkan oleh orang-orang Habasyah (ethiopa sekarang) ketika mereka menari meluapkan kegembiraan menyambut kedatangan Rasulullah di kota madinah, bahkan suatu sat Rasulullah pernah mengizinkan Aisyah untuk menonton pertunjukan tarian habasyah yang sangat sederhana dengan
menjinjitkan
kaki.
Namun di kalangan ulama persoalan seni tari ini masih menjadi perdebatan antara yang membolehkan dengan syarat sesuai dengan adab-adab Islam, ataupun yang sama sekali tidak membolehkan. Hal ini berdasarkan fenomena yang ada di masyarakat bahwa seni tari yang
dikenal saat ini cenderung mengarah kepada tindakan tabarruj (memamerkan diri di kalangan yang bukan mahrom), maupun ikhthilath (campur baur laki-laki dan wanita dalam satu majelis tanpa mengindahkan adab-adab Islam).
Seni
Penulisan
(Sastera)
Manakala seni penulisan telah dikaitkan dengan seni kesusatetraan. Seni kesusasteraan memang mendapat sambutan yang sangat hangat di kalangan umat Islam dan itu terjadi karena kesusateraan Islam bersumberkan Al-Quran dan al-Sunnah yang mana kesusasteraan Al-Quran dapat dilihat dari dua aspek yaitu keindahan bahasa dan dari segi isinya. Di sini dapat dilihat bahwa hasil atau sumbangan kesusateraan yang berteraskan al-Quran dan alSunnah telah menyebabkan kaum musyrikin memeluk agama Islam hanya apabila mendengar al-Quran. Contohnya al-Walid al-Mughirah yang merupakan penyair yang terkenal pada zaman Jahiliyyah dan pengkritik yang paling tajam terhadap Rasulallah saw, Umar al-Khattab serta Labid, Rabiah dan Jubair bin Mat'am. Al-Quran telah berjaya melumpuhkan keangkuhan dan kejaguhan sastrawan Arab dari segi keindahan bahasa kesusteraan dan yang lebih menakjubkan lagi ianya bukan saja menggetarkan jiwa mereka yang memahami bahasa arab malah melintasi batas pribadi, bahasa, keturunan, kebudayaan, geografi, pangkat dan sebagainya. Kesussastraan Islam mula disebarkan oleh Rasulallah s.a.w dan terus berkembang pada zaman khalifah-khalifah al-Rashidin, Umaiyah dan Abbasiyyah. Selain al-Quran, karya kesusteraan Islam juga meliputi Syair, Rubai', Burdah, Prosa dan sebagainya.
1.3 Konsep Pengembangan Budaya dan Seni Islam Pengertian, Ruang Lingkup Budaya Kebudayaan dan Seni Pengertian Budaya Budaya berasal dari bahasa sansekerta budhaya yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Sedangkan kebudayaan adalah hal-hal yang berkaitan dengan akal. Kata budaya merupakan kata majemuk dari budi dan daya, yang berarti hasil yang diperoleh dari cipta, karsa, dan rasa. Secara lebih luas kebudayaan mengandung pengertian meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, dan adat istiadat dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat.
Menurut Zakky Mubarrak, dilihat dari dimensi wujud, kebudayaan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Kompleks gagasan, konsep, dan fikiran manusia. Wujud dari budaya ini masih abstrak, tidak kasat mata, dan berada pada jiwa manusia. 2. Kompleks aktivitas berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat konkrit, kasat mata, dapat diamati dan diobservasi. Wujudnya sering disebut sistem sosial. 3. Wujud kebudayaan berupa benda. Aktivitas manusia yang saling berinteraksi dipastikan selalu menggunakan sarana dan peralatan, sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya.
Aktivitas dari karya manusia tersebut menghasilkan berbagai macam benda. Benda-benda itu bisa berwujud benda bergerak atau benda yang tidak bergerak. Unsur-unsur kebudayaan terdiri dari tujuh macam, yaitu: Bahasa, Sistem teknologi, Sietem mata pencaharian, Organisasi social, Sistem pengetahua, Religi dan Kesenian. Bentuk kebudayaan selalu ditentukan oleh nilai-nilai kehidupan yang diyakini dan dirasakan oleh pembentuk kebudayaan tersebut. Kebudayaan yang berdasarkan pada nilai-nilai Islam disebut kebudayaan Islam. Dalam pandangan ajaran Islam, aktivitas kebudayaan manusia harus memperoleh bimbingan agama yang diwahyukan oleh Allah SWT melalui para Nabi dan RasulNya. Akal dan fikiran manusia tidak mampu menentukan semua kebaikan/ keburukan, karena itu banyak hal yang dianggap baik oleh akal fikiran ternyata buruk menurut agama. Begitu pula hal yang dianggap tercela oleh aka fikiran, justru dianggap baik oleh agama. Dengan demikian, agar kebudayaan terlepas dari jalan yang sesat maka harus dilandasi oleh ajaran agama. Sedangkan jika kita membahas masalah seni, seni merupakan bagian dari kebudayaan yang menekankan pada persoalan nilai kehidupan. Seni merupakan ekspresi dari jiwa yang halus dan indah yang lahir dari bagian yang terdalam dari jiwa menusia yang didorong oleh kecenderungan pada keindahan. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia/ fitrah yang dianugerahkan Tuhan. Seni dikaitkan dengan keindahan, bagus, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Segala sesuatu yang memiliki keindahan merupakan hasil seni. Seni ada yang bersal dari hasil karya manusia ada pula yang bersifat alamiah. Seni selalu berusaha memberikan makna yang sepenuhnya mengenai obyek yang diungkapkan. Keindahan juga bersifat universal,
maksudnya tidak terikat oleh selera individu, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal (Ismala Dewi dkk, 2009 dalam Zakky Mubarak, 2010). Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai-nilai agama. Kesenian dalam Islam diwujudkan dalam seni bangunan, arsitektur, luis, ukir, suara, tari, dan lain-lain. Perspektif Al Qur‘an dan As Sunnah tentang Budaya dan Seni Budaya dan seni adalah dua hal yang sudah lama menjadi bagian dari kehidupan manusia. Seni dan budaya ini selalu berkembang di setiap zamannya. Islam, sebagai agama Rahmatan Lil Alamin juga menjadi salah satu bagian dari perkembangan budaya dan seni. Banyak seni yang memasukkan nilai-nilai islam dalam karya seninya, misalnya seni kaligrafi, nasyid, dan lainnya. Dalam setiap karya yang dihasilkan, nilai-nilai Islam yang juga merupakan sebagai syiar Islam di kehidupan bermasyarakat. Budaya pun berkembang dengan nilai-nilai Islam didalamnya. Berikut akan dijelaskan lebih dalam pengertian, ruang lingkup, dan perspektif Al Qur‘an dan As-sunnah tentang budaya dan seni. Bersadarkan hal ini, bentuk kebudayaan selalu ditentukan oleh nilai – nilai kehidupan yang diyakini dan diarasakan oleh pembentuk kebuadayaan yaitu manusia. Kebudayaan atau peradaban yang berdasarkan pada nilai – nilai ajaran islam disebut kebudayaan islam. Dalam pandangan ajaran islam, aktivitas kebudayaan manusia harus memperoleh bimbingan agama yang diawayuhkan oleh Allah SWT melalui para nabi dan rasul Nya. Dengan demikian, agar kebudayaan terlepas dari ajaran yang sesat dan sebaliknya mengikuti jalan yang benar dan terpuji yang dilandasi oleh ajaran agama. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk ―berbudaya―. Dan dalam satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Oleh karena itu, mungkin bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama. Kebudayaan Islam adalah peradaban yang berdasarkan pada nilai-nilai ajran Islam. Nilai kebudayaan Islam dapat dilihat dari tokoh-tokoh yang lahir di bidang ilmu pengetahuan agama dan bidang sains dan teknologi. Semua itu diilhami oleh ayat-ayat Al Quran dan sunnah. Nilai kebudayaan Islam yang harus dikembangkan: bersikap ikhlas, berorientasi
ibadah, bekerja secara professional, mengembangkan IPTEK, kejujuran dalam berbagai aspek kehidupan, mengutamakan kemaslahatan umum, berfikir rasional, bersikap objektif. Agama Islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai-nilai agama. Sebaliknya apabila seni itu bertentangan dengan ajaran agama dilarang secera keras. Kesenian dalam islam diwujudkan dalam seni bangunan, arsitektur, lukis, ukir, suara, tari dan berbagai macam seni lainnya. Apabila seni membawa manfaat bagi manusia, memperindah hidup dan hiasannya yang dibenarkan agama, mengabadikan nilai-nilai luhur dan menyucikannya, serta mengembangkan serta memperhalus rasa keindahan dalam jiwa manusia, maka sunnah Nabi mendukung, tidak menentangnya. Karena ketika itu ia telah menjadi salah satu nikmat Allah yang dilimpahkan kepada manusia. Kebudayaan Islam Terhadap Peradaban Kebudayaan merupakan perbuatan manusia yang biasa dilakukan sehari-hari dalam suatu komunitas yang meliputi kegiatan akal fikiran , hati, dan tubuh. Secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil dari kegiatan akal , karya, budi, cipta rasa yang tidak akan mungkin lepas dari nilai-nilai kemanusiaan tetapi bisa jadi lepas dari nilai-nilai ketuhanan. Dalam islam, kebudayaan diciptakan dari perbuatan manusia yang berdasarkan pada tauhid. Hasil olah akal, budi, rasa, dan karsa manusia yang yang telah terseleksi secara nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat
universal
dan
berkembang
menjadi
sebuah
peradaban.
Dalam perkembangan sebuah nilai-nilai kemanusiaan dalam islam berlandaskan kepada tauhid dan al-Quran serta sunnah Rasullallah s.a.w. agar tidak terjerumus pada kesesatan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Karena itu, perkembangan sebuah kebudayaan juga berkaitan dengan agama. Allah s.w.t mengutus nabi Muhammad s.a.w untuk membimbing manusia berlandaskan kepada al-quran menciptakan peradaban yang islami yang sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan yang di wujudkan dalam perbuatan umat islam namun mengesampingkan Karakteristik kebudayaan
nilai-nilai
tidak
kemanusiaan.
islam :
1. Rabbaniyah. Adalah kebudayaan yang bernuansa ketuhanan 2. Akhlaqiyah. Akhlak merupakan landasan kita umat islam untuk melakukan setian perbuatan
3. Insaniyah. Berhubungan dengan sesama manusia. Islam mengajarkan tentang menghormati, menghargai serta menyayangi sesama manusia. Kebudayaan islam membuktikan bahwa Allah s.w.t. sangat memuliakan makhluknya teutama manusia. 4. Alamiyah. 5. Tasamuh. Islam tidak mewajibkan orang non islam yang hidup dalam naungan kebudayaan islam untuk menjalankan syariat islam 6. Tanawwu‘. Islam merukapak asama universal yang tidak hanya mengatur tantang satu aspak manusia saja, namun islam mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari hubungan manusia dengan Allah sampai hubungan antar sesama manusia. 7. Wasathiyah. Berarti pertengahan , pertengahan antara berlebihan dan kekurangan, antara hak dan kewajiban, antara jasmani dan rohani, anatara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama antara dunia dan
akhirat
8. Takamul atau terpadu, yaitu terpadu dan saling mendukung antara kebudayaan islam yang satu dengan kebudayaan islam yang lain. Karena islam tersebar di seluruh dunia sehingga terdapat bermacam-macam kebudayaan islam di sunia ini, namun tetap berlandaskan tauhid. 9. Bangga terhadap diri sendiri , dimaksudkan bangga adalah bangga terhadap budaya-budaya islam yang sudah ada, tanpa mengurangi atau menambah sedikitpun kebudayaan yang sudah ada jika perubahan tersebut tidak lebih baik dari kebudayaan yang sudah ada
Prinsip-prinsip Kebudayaan dalam Islam Kebudayaan dalam islam adalah suatu kebudayaan manusia yang nilia-nilai budaya dan nilainilai normanya sesuai dengan nilai-nilai dan norma islam. Oleh sebab itu prinsip-prinsip kebudayaan islam juga sesuai dengan nilai-nilai dan norma islam. Prinsip-prinsip kebudayan dalam islam adalah sebagai
berikut.
1. Menghormati akal. Manusia dengan akalnya bisa membangun kebudayaan baru. Oleh karena
itu kebudayaan islam menempatkan akal pada posisi yang terhormat. Kebudayaan islam tidak akan menampilkan hal-hal yang dapat merusak akal manusia. Prisip ini diambil dari Ali
Q.S.
Imron: 190-191.
2. Memotivasi untuk menuntut dan meningkatkan ilmu. Kerena dengan meniningkatnya ilmu seseorang, maka dengan sendirinya kebudayaan islam akan semakin maju. Prinsip ini diambil dari
Q.S.
Al-Mujadalah:
11
3. Menghindari taklid buta. Kebuyaan islam hendaknya menghantarkan umat manusia untuk tidak menerima sesuatu sebelum ditrliti, tidak asal mengikuti orang lain tanpa tahu alasanya, walaupun dari ibu-bapak maupun nenek moyangnya sekalipun. Prinsip ini diambil dari Q.S. AlIsra:
36
4. Tdak membuat pengrusakan. Kebudayaan islam boleh dikembangkan seluas-luasnya oleh manusia, namun tetap harus memperhatikan keseimbangan alam agar tidak menimbulkan kerusakan
di
Nilai-nilai
muka
bumi
ini.
Islam dalam Budaya
Prinsip
ini
diambil
dari
Q.S.
Al-Qashash:
77
Indonesia.
Di Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau dan lautan oleh karena itu bangsa Indonesia memiliki banyak suku dan budaya. Oleh karena itu budaya berpakaian, cara makan dan lain-lainya yang dikenakan oleh umat Islam boleh saja bebeda dengan yang dikenakan oleh Nabi
SAW.
Esensinya
ajaranya
adalah
segala
sesuatu
jangan
berlebih-lebihan.
Dalam pekmbangan dakwah islam di Indonesia, para penyiar agam mendakwahkan ajaran Islam melalui bahasa budaya, sehingga masyarakat lebih mudah untuk menerima dan memahami ajaran Islam tersebut. Seperti yang dilakukan oleh para wali di tanah jawa. Mereka mampu mengemas ajaran Islam dalam bahasa budaya setempat sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Bahkan nilai-nilai Islam tersebut sudah mnjadi bagian dari kebudyaan masyarakat sehingga tidak bisa dipisahkan dari kebuayan masyarakat. Seperti dalam upacara serta kegiatan adat lainya sertadalam bahasa sehari-hari. Bahkan bahasa arab banyak diserap ke dalam bahasa daerah dan basaha Indonesia baku. Pengertian Seni Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya, seni juga merupakan ekspresi jiwa seseorang kemudian hasil ekspresi jiwa tersebut dapat berkembang
menjadi bagian dari budaya manusia, karena seni itu diidentikkan dengan keindahan. Seni yang lepas dari nilai-nilai keutuhan tidak akan abadi karena ukurannya adalah nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah. Seni di dalam agama Islam mendapatkan tempat yang istimewa, hampir seluruh aspek ajaran Islam mengandung unsur seni. Tetapi seni di dalam Islam harus diarahkan kepada hal yang positif, menimbulkan budi pekerti, sopan santun yang lemah lembut, tidak mengarahkan kepada hal yang negatif, seperti menimbulkan syahwat dan kemungkaran. Semua aspek kehidupan manusia sebenarnya mengandung unsur seni seperti pada pakaian tutur kata, kendaraan, perumahan, alat-alat rumah tangga, alat tulis,dan lainnya. Karya seni bagi umat islam dapat ditunjukan dengan bentuk bangunan yang indah, seperti istana raja seni tari, seni rabana dulunya, masjid, menara, kubah, dan lain-lain. Ada juga yang mewujudkan dengan seni lukis, seperti lukisan keindahan alam, kaligrafi, bentuk-bentuk lukisan indah, dan gambargambar, dll, seperti seni suara qasidah, keroncong, MTQ, ada pula yang berbentuk, dan seni musik. Islam selalu memiliki batasan-batasan tertentu untuk mengatur umatnya agar tidak melenceng dari ajaran Islam. Seni yang dikehendaki islam adalah seni yang bisa mendatangkan manfaat, bukan mendatangkan mudarat seperti menimbulkan kemungkaran, syirik, menimbulkan syahwat, dan lain sebagainya Islam adalah agama yang sangat menghargai seni. Hampir dalam setiap masa penyebaran islam diberbagai belahan dunia, seni selalu dianggap sebagai cara dakwah yang paling tepat. Karena masyarakat akan lebih mudah memahami nilai-nilai yang dibawa oleh agama islam melalui seni tanpa perlu ada kekerasan. Setelah agama islam diterima hampir diseluruh dunia, timbullah banyak jenis kebudayaan islam. Jenis kebudayaan disetiap daerah berbeda-beda. Namun, saat ini seluruh kebudayaan islam tersebut telah mengalami perkembangan yang sangat siknifikan dan semakin baik. Hal yang sangat mempengaruhi perkembangan kebudayaan islam adalah adanya konsep pengembangan budaya islam. Seni yang sahih adalah seni yang bisa mempertemukan secara sempurna antara keindahan dan al haq, karena keindahan adalah hakikat dari ciptaan ini, dan al haq adalah puncak dari segala keindahan ini. Oleh karena itu Islam membolehkan penganutnya menikmati keindahan, karena hal itu adalah wasilah untuk melunakkan hati dan perasaan.
Seni adalah hasil karya, ciptaan, dan kreasi. Seni dalam Islam adalah penggerak nalar agar bisa menjangkau lebih jauh tentang apa yang berada di balik mater. Keindahan adalah salah satu sebab tumbuh dan kokohnya keimanan, sehingga keindahan itu menjadi sarana mencapai kebahagiaan dalam kehidupan. (Dalam Fannanul Muslim wal Ibda', Dr. Barakat Muhammad. Seni hakiki dan paling sempurna secara indah hadir pada insan kamil (baca: alam mayor) sebagai kreasi Sang Yang Maha Sempurna. Hakikat seni tidak lain adalah manifestasi sempurna nama-nama dan sifat-sifat Ilahi. Keseimbangan, keharmonisan, dan kesatuan di antara nama-nama dan sifat-sfat Ilahi yang terjelma pada wujud sang manusia sempurna merupakan hasil karya seni yang memancarkan suatu keindahan mutlak yang tidak lain adalah Yang Maha Indah. Jika manusia menyaksikan hakikat dirinya sendiri yakni jiwa dan raganya, akan ia temukan suatu keteraturan, keharmonisan, dan kesatuan yang akan mengantarkannya pada suatu rahasia terdalam Sumber Segala realitas (baca:Tuhan). Inilah hakikat hadis, "Siapa yang mengenal jiwanya maka pasti ia mengetahui Tuhannya." Inilah hakikat seni yang dinginkan oleh fitrah manusia yang mencintai keindahan mutlak dan tak terbatas. Konsep Pengembangan Budaya dan Seni Islam Dalam kaidah fiqh disebutkan ―al adatu muhakkamatun‖ artinya bahwa adat istiadat dan kebiasaan suatumasyarakat, yang merupakan bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam penenntuan hokum. Tetapi yang perlu dicatat, budaya tersebut tidak bertentangan dengan Islam. Ketika terdapat kebudayaan yang bertentangan dengan Islam, maka kebudayaan itu harus dihindari. Seperti ngaben di Bali yang mengandung usur-unsur syirik. Adapun konsep pengembangan budaya islam dilakukan secara langsung dan terusmenerus. Salah satu contoh konsep pengembangan budaya islam adalah dengan mendirikan masjid. Masjid adalah konsep pengembangan budaya islam yang paling banyak terdapat diseluruh dunia karena masjid adalah sarana ibadah yang sering dikunjungi umat islam, sehingga lebih mudah mengajarkan budaya-budaya islam di masjid. Selain masjid, konsep pengembangan budaya islam yang banyak diterapkan adalah melalui sarana pendidikan seperti pesantren, madrasah, dan sekolah islam terpadu. Konsep
pengembangan budaya islam melalui sarana pendidikan juga dianggap perlu dilakukan agar anak-anak mulai mengetahui budaya-budaya islam yang sangat baik dan beraneka ragam. Selain konsep pengembangan budaya islam dari luar, hal yang tidak kalah penting dan tidak boleh diabaikan adalah konsep pengembangan budaya islam dari keluarga terdekat yaitu di rumah. Karena mayoritas interaksi pada tahap awal perkembangan anak terjadi di rumah. Sehingga, keluarga harus mengajarkan budaya-budaya islam tersebut secara langsung. Banyak contoh kebudayaan islam yang perlu dipelajari dan diikuti seperti budaya belajar, gotong-royong, budaya menolong, budaya sopan santun dan masih banyak lagi. Namun, contoh budaya kecil yang juga tidak boleh diabaikan adalah budaya menjaga kebersihan yang diajarkan islam. Menjaga kebersihan adalah hal yang sangat penting karena kebersihan adalah sebagian dari iman. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa islam adalah agama yang sangat menghargai seni dan kebudayaan. Banyak seni dan budaya yang dimiliki islam, serta konsep pengembangan budayanya.
2. Agama Islam dan Filsafat 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Filsafat Penjelasan tentang hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan dapat kita temui dalam literatur filsafat ilmu. Filsafat ilmu berkaitan dengan asumsi, fondasi, metode, dan implikasi dari ilmu pengetahuan. Kajian ini juga berkaitan dengan penggunaan dan manfaat ilmu pengetahuan, serta eksplorasi apakah hasil ilmiah sungguh-sungguh menghasilkan kebenaran. Filsafat ilmu juga mempertimbangkan masalah yang berlaku untuk ilmu tertentu (misalnya filsafat biologi dan filsafat fisika). Setidaknya, ada tiga bidang kajian filsafat yang dibutuhkan ilmu pengetahuan untuk menjadi dasar bagi aktivitas-aktivitasnya mencari pengetahuan. 1. Etika. Ilmuwan dituntut bertindak etis, baik dalam aktivitas mencari pengetahuan maupun dalam penerapan pengetahuan. Sejarah pengetahuan menunjukkan bahwa tanpa dasar etis, ilmu pengetahuan dapat menghasilkan kerugian dan kerusakan di dunia.
2. Epistemologi. Sebagai bidang filsafat yang mengkaji pengetahuan, epistemologi diperlukan oleh ilmu pengetahuan untuk memberi dasar bagi perolehan pengetahuan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan epistemologi juga merupakan pertanyaan yang perlu diajukan ilmu pengetahuan. 3. Logika. Tanpa logika, filsafat dan ilmu pengetahuan tidak dapat memastikan langkahlangkah perolehan pengetahuan yang benar. Filsafat memang mengandalkan pikiran karena untuk mencapai kebenaran diperlukan pikiran. Tetapi berfilsafat tidak hanya menggunakan pikiran. Berfilsafat berarti juga melibatkan keseluruhan diri untuk terlibat dalam pencarian kebenaran. Berfilsafat juga merupakan sebuah cara untuk membangun karakter. Aktivitas dalam filsafat mencakup kegiatan berpikir, mencari kemungkinan lain dari situasi, menjaga kesetiaan, berani mengambil risiko, dan sebagainya merupakan aktivitas yang dapat menguatkan karakter. Pengertian Filsafat Kata filosof atau filsuf berasal dari kata philosophos yang berarti pecinta kebijaksanaan. Philos berarti kebijaksanaan, dan sophos berarti pecinta dari kata dasar sophia yang berarti cinta. Dalam arti sempitnya, filsuf adalah orang yang menyelidiki dan mendiskusikan sebabsebab benda dan kebaikan tertinggi (Thayer,2011). Apa yang dilakukan oleh filsuf kemudian disebut filsafat. Jika kita pelajari lebih lanjut pemikiran-pemikiran filosofis sejak yunani kuno hingga abad ke-21, filsafat dapat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk memahami segala perwujudan kenyataan secara kritis, radikal, dan sistematis. Cabang dan Aliran filsafat Cabang filsafat : 1. Ontologi Bagian filsafat yang mengkaji tentang ‗ada‘ atau tendang apa yang nyata. 2. Epistemologi Bagian filsafat yang mengkaji hakikat dan ruang lingkup pengetahuan. 3. Axiologi
Bidang filsafat yang mengkaji nilai-nilai yang menentukan apa yang seharusnya dilakukan manusia. Aliran filsafat : a. Rasionalisme : semua pengetahuan bersumber dari akal b. Empirisme : aliran dalam filsafat yang menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan c. Kritisisme : Kritik pada rasionalisme dan empirisme dan rasionalisme yang terlalu ekstrem untuk mengkaji ilmu pengetahuan. d. Idealisme : pengetahuan adalah proses-proses mental ataupun proses-proses psikologis yang sifatnya subjektif. e. Vitalisme : memandang hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara mekanis karena pada hakikatnya manusia berbeda dengan benda mati. f. Fenomenologi : mengkaji penampakan (gejala-gejala) dan memandang gejala dan kesadaran selalu saling terkait. Alternatif Langkah Belajar Filsafat Secara ringkas, Kattsoff (2004:34-38) mengemukakan langkah-langkah umum yang disarankan dalam menganalisis dan sintesis. 1. Memastikan ada masalah yang diragukan kesempurnaan atau kelengkapannya. 2. Menguji prinsip-prinsip kesahihannya dan menentukan sesuatu yang tak dapat diragukan kebenarannya. 3. Meragukan dan menguji secara rasional segala hal yang ada sangkut pautnya dengan kebenaran. 4. Mengenali apa yang dikatakan orang lain mengenai masalah yang bersangkutan dan menguji penyelesaian mereka. 5. Menyarankan suatu hipotesis yang kiranya memberikan jawaban atas masalah yang diajukan. 6. Melakukan verifikasi terhadap hasil-hasil penjabaran yang telah dilakukan. 7. Menarik kesimpulan.
Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan. Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si – terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu: (1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar; (2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong; (3) Ada yang di didik atau si terdidik; dan (4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur‘an dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al Qur‘an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada alQur‘an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur‘an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan
merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya. Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur‘an dan al Hadist Firman Allah : ― Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur‟an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur‟an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar ( QS. Asy-Syura : 52 )” Dan Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang mu‟min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia‖ (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)‖ Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan : 1. Bahwa al Qur‘an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT. 2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam. 3. Al Qur‘an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini. Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si
anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik. Kalau teori pendidikan hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi itu, teknologi mungkin terjerumus,
tanpa
dipikirkan
buat
memperoleh
beberapa
hasil
konkrit
yang
telah
dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan, hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati sebelumnya.
Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi yang tinggi yang penuh dengan debat tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal. Tidak ada satupun dari permasalahan kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir,yang lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar.
Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan.
Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia :
1. Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya. 2. Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya. 3. Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya 4. Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Qur‘an dan al Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder.
Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.
Penjelasan mengenai ruang lingkup ini mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau filsafat pendidikan Islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang kajiannya atau cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik. Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.
2.2 Perspektif Al-Qur’an dan Al-Sunnah tentang Filsafat Filsafat dalam bahasa Indonesia adalah resapan dari bahasa arab ―falsafah‖, sedangkan falsafah dalam bahasa arab berasal dari bahasa yunani ―filosofia‖. Filosofia adalah kata majemuk yang berasal dari kata ―filo‖ dan ―sofia‖. Filo artinya cinta dalam arti yang seluas – luasnya, dan sofia yang artinya kebijaksanaan. Jadi, filosofia berarti ingin tahu yang mendalam, atau cinta kepada kebijaksanaan. Lalu bagaimanakah pandangan Al – Qur‘an dan As – Sunnah tentang filsafat atau falsafah atau filosofia tersebut?.
Menurut salah satu filosof Islam yaitu al-Kindi, filsafat merupakan pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu yang mengandung teologi (al – rububiyah), ilmu Tauhid, etika, dan seluruh ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Al-Kandi mengarahkan filsafat Islam ke arah persesuaian antara filsafat dan agama. Filsafat berlandaskan pikiran, sedangkan agama berdasarkan wahyu. Logika adalah model filsafat, sedangkan iman yang merupakan kepercayaan kepada hakikat-hakikat adalah jalan agama. Walaupun dia adalah filosof namun dia berpendirian bahwa hujjah – hujjah Al – Qur‘an sangat menyakinkan, jelas, dan menyeluruh, sehingga dapat menimbulkan kepastian dan keyakinan. Karena itu, Al – Qur‘an lebih mengungguli dalil – dalil yang dikemukakan para filosof.
Sebenarnya Al – Qur‘an mendukung adanya filsafat yang ditandai dengan adanya ayat – ayat Al – Qur‘an yang menyuruh manusia untuk menggunakan logikanya untuk berpikir dan berenung. Berikut adalah sebagian dari ayat – ayat Al – Qur‘an nya yang menganjurkan : ―Tidakkah mereka perhatikan di atas mereka bagaimana ia Kami menjadikan serta hiasi dan tiada celah – celah padanya? Dan bumi Kami bentangkan serta letakkan di atasnya gunung – gunung dan Kami tumbuhkan padanya dari tiap pasangan yang indah?‖. (Q.S.50:6-7). ― Maka hendaklah manusia merenungkan dari apa ia diciptakan, ia diciptakan dari air yang ditumpahkan yang keluar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk‖. (Q.S.86:5:7).
―Tuhanlah yang membuat laut bagimu tunduk agar padanya kapal – kapal berlayar atas perintah-Nya dan kamu cari karunia-Nya, semoga kamu berterima kasih. Ia buat segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi tunduk bagimu, semuanya adalah dari pada-Nya, padanya sungguh terdapat tanda – tanda bagi kaum yang berpikir‖. (Q.S.45:12-13). Ayat – ayat tersebut mengandung perintah agar manusia memperhatikan, merenungkan dan memikirkan tentang segala sesuatu, diantaranya adalah langit, pencipta manusia, laut yang dapat dilayari dan sebagainya. Dengan demikian Al – Qur‘an memerintahkan kepada manusia agar mempelajari filsafat, karena manusia harus membuat spekulasi atas alam raya ini dan merenungkan segala sesuatu yang ada. Rasulallah SWA juga menganjurkan untuk berpikir dengan logika, seperti yang ada dalam percakapan Rasulallah ini dengan sahabat Nabi : ―Atas apa saya harus mendasarkan pertimbangan dan keputusan saya?‖ ―Atas Al – Qur‘an.‖ ―Dan jika Al – Qur‘an tidak mengatakan apa – apa?‖ ―Atas Sunnah‖ ―Dan jika Sunnah tidak mengatakan apa – apa?‖ ―Atas Ijma‘ (kesepakatan) para sahabat.‖
―Dan jika mereka tidak mengatakan apa – apa?‖ ―Atas akal – budimu sendiri.‖ Dalam percakapan ini beliau mengatakan ―Atas akal – budimu sendiri‖. Dengan demikian beliau menyuruh kita untuk berpikir bilamana kita sudah tidak ada lagi panduan akan sesuatu.
Selain dari percakapan lain kita juga sering mendengar As – Sunnah yang menganjurkan kita untuk belajar atau menggali ilmu untuk kebenaran. Misalnya ―Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina‖. Jika dikaitkan dengan artikel yang berjudul ―Hedonisme dan Kerapuhan Karakter Bangsa‖ maka dapat dikatakan mereka yang melakukan hedonisme tidak banyak berpikir akan adanya Tuhan. Mereka tidak berpikir untuk apa rezeki yang diberikan Allah kepadanya. Seharusya mereka dapat berpikir bahwa rezeki yang mereka dapat sesungguhnya dari Allah dan dipergunakan untuk kebaikan akan mereka, bukan untuk berpoya – poya dengan menghambur – hamburkan harta mereka. Lain lagi yang sebagian meraka merahi harta mereka dengan cara yang salah dan itu sangat dilarang oleh agama. Dengan demikian, seharusnya mereka mulai berpikir untuk berbuat baik. Mereka diberi harta lebih mudah sebenarnya untuk mendapat pahala bila menggunakan hartanya dengan baik dibandingkan dengan orang yang tidak punya harta. Tetapi mereka yang mempunyai harta lebih banyak besar godaan untuk berbuat dosa juga. Oleh karena itu, mereka harus sadar bahwa ada Allah SWT dan bahwa kehidupan tidak abadi maka gunakanlah harta dan prilaku kita sebaik – baiknya agar tidak menyesal nanti di akhirat yang maha kekal. Kembalilah kejalan kebenaran yaitu jalan Allah SWT.
2.3 Kegunaan Filsafat dalam Pengembangan Pemikiran Islam Prof. Mohammad Athiyah Abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam ― At Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha ― yaitu : 1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. 2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus.
3. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya. 4. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan. 5. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan. Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam Sebagai suatu metode, pengembangan filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal sebagai berikut :
Pertama, bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu al Qur‘an dan al Hadist yang disertai pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya ; dan bahan yang akan di ambil dari pengalaman empirik dalam praktek kependidikan. Kedua, metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa. Namun demikian, khusus dalam menggunakan al Qur‘an dan al Hadist dapat digunakan jasa Ensiklopedi al Qur‘an semacam Mu‘jam al Mufahras li Alfazh al Qur‘an al Karim karangan Muhammad Fuad Abd Baqi dan Mu‘jam al muhfars li Alfazh al Hadist karangan Weinsink. Ketiga, metode pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif metode analsissintesis, yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, dedukatif, dan analisa ilmiah. Keempat, pendekatan. Dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas harus pula dijelaskan pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut. Pendekatan ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan teori-teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena tertentu pula. Dalam hubungan ini pendekatan lebih
merupakan pisau yang akan digunakan dalam analisa. Ia semacam paradigma (cara pandang) yang akan digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena. A. Asal-usul Pemikiran Filsafat Didalam memahami ajaran agama Islam, setiap muslim amat tergantung pada kemampuan para ulama dalam menggali dan menarik kesimpulah hulum-hukum Islam dari sumbernya Al-Qur‘an dan As-Sunnah. Dalam perkembangannya pemikiran Islam tidak saja hanya berkisar tentang hukum-hukum Islam, akan tetapi sudah berkembang sampai dengan Teologi, dan Filsafat. Bahkan dewasa ini sudah berkembang sampai dengan pemikiran Liberalis. Lahirnya filsafat dunia islam memang tidak dapat dipisahkan dari tradisi ilmi kalam yang mendahuluinya. Sebelumnya, para mutakallimin telah menggunakan matiq (logika) dalam tradisi kalam mereka, baik untuk membantah maupun menyusun argumentasi. Dalam hal ini, bukti yang paling akurat dapat dilacak dalam kitab al-fiqh al-aqbar, karya abu Hanifah (W. 147 H / 768 M).[1] selain menggunakan mantiq, beliau juga menggunakan istilah filsafat, seperti Jauhar (Substansi) dan Aradh (aksiden), yang notabene banyak digunakan oleh Aristoteles dalam bukubukunya. Ini membuktikan, bahwa mantiq sebagai tehnik pengambilan kongklusi (kesimpulan) telah digunakan oleh ulama‘ kaum muslim pada abad ke-II H / VII M hanya saja, ini tidak secara otomatis menunjukkan bahwa filsafat telah dikaji secara mendalam pada masa itu. Bukti diatas hanya membuktikan pemanfaatan logika mantiq dalam menghasilkan kongklusi.kesimpulan ini juga tidak dapat digunakan untuk menarik kongklusiyang lebih luas mengenai kemungkinan logika telah dipelajari secara mendalam oleh para mutakallimin, sebagaimana logika yang diuraikan oleh ibnu sina.[2] Disamping itu, penyebaran filsafat ini semangkit meningkat khususnya sejak al-Makmun, murid abu Hudhail al-Allaf, tokoh muktazilah Baghdad, yang mendirikan baitul Hikmah tahun 217 H/813 M, sebuah pusat kajian filsafat yang dipimpin oleh Yuhana bin Masawih. Dikota ini juga Al-Kindi (w. 260 H/873). B. Perkembangan Pemikiran Islam
Perkembangan pemikiran dalam Islam, dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : (1) Pemikiran Ahl Fiqh, (2) Pemikiran Teologi Islam, (3) Pemikiran Filsafat Islam. 1. PERKEMBANGAN CORAK FIKR AHL FIQH Perkembangan fiqh dimulai sejak zaman Rasulullah saw masih hidup, pada masa ini tidak ada masalah yang berarti dimana hal tersebur dikarenakan Nabi saw langsung menjasi pembuat fiqh dan melakukan ijtihad sendiri. Pada masa Sahabat perkembangan fiqh terbagi menjadi dua, yaitu : kelompok alh an-Nash (seperti abuu huraurah & Anas), dan ahl al-Rayi (seperti Umar bin Khattab as). Setelah berakhirnya kepemimpinan Ali bin Abi tholib perkembangan fiqh dinamakan Fiqh Tabi‘in, yang mana pada masa ini fiqh terbagi menjadi dua kelompok, yaitu : Ahl an-Nash (para Fuqoha‘ al-Saba‘ah / Madinah), dan Ahl al-Ra‘yi (Fuqoha‘ al-Shittah / Kuffah). Lebih lanjut berikut perkembangan fiqh serta corak yang mempengaruhinya : a.
Manhaj al-Fikr Fikih Ahl al-Madinah
Corak pemikiran banyak dipengaruhi oleh kebuadayaan syiria dan kekuasaan Umayyah. Tokohtokohnya antara lain : al-Awza‘i. Sedang sifat pemikiran fikiq ahl al-madinah adalah thesa atau dalam arti bahwa fikih ahl al-madinah masih murni yang bersumberkan dari Al-Qur‘an dan Hadits. b.
Manhaj al-Fikr Fikih Asy-Syafi’i
Corak pemikirannya lebih banyak dipengaruhi (didominasi) al-Qur‘an dan As-Sunnah. Tokotokohnya antara lain : Asy-Syafi‘i, Ibn Hambali, dan Malik Ibn Abbas / Dawud Ibn Khalaf (keduanya cenderung juga kepemikiran Fikih al-Madinah). Sedang sifat pemikiran fikiq AsySyafi‘i adalah anti-thesa. Ini berarti juga bahwa pemikiran ahl asy-Syafi‘i sudah mengarah pada penggabungan antara fikih ahl al-madinah (murni) dengan fikih ahl al-Iraq (yang sudah menggunakan rasional). c.
Manhaj al-Fikr Fikih Ahl al-Iraq
Corak Pemikiran yang digunakan adalah dengan menggunakan analogi dan dipengaruhi oleh kekuasaan Abbasyiyah. Tokoh-tokohnya antara lain : Abu Hanifah, Asy-Syaibani (cendrung juga ke pemikiran As-Syafi‘i). Sedang sifat pemikiran fikiq ahl al-Iraq adalah sinthesa. Pemiiran ahl
al-Iraq
sudah
mengarah
kepada
penggunaan
akal
secara
berlebihan
walau
tidak
mengenyampingkan Al-Qur‘an dan As-Sunnah. 2. PERKEMBANGAN GOLONGAN TEOLOGI ISLAM Tumbuh dan berkembangnya golongan-golongan teologi Islam, muncul setelah peran kepemimpinan (Kekhalifahan) dalam Islam pindah dari Rasullah saw ke para Sahabat (Khulafaur Rasyidin). Dan pembembangannya semakin bertambah besar setelah terbunuhnya Ali bin Abi Tholib dan pindahnya kepemimpinan kepada Muawiyyah (yang menerapkan sistem kepemimpinan dengan model monarkhi/kerajaan) Theologi merupakan usaha pemahaman yang dilakukan para ulama‘ (teolog muslim) tentang akidah Islam yang terkandung dalam naqli (al-Qur‘an dan As-Sunnah). Tujuan usaha pemahaman tersebut adalah menetapkan, menjelaskan atau membela akidah Islam, serta menolak akidah yang salah dan atau bertentangan dengan akidah Islam. Dengan demikian fungsi Teologi adalah bertugas menjelaskan dan memberikan pemahaman terhadap kebenaran parrenial Islam dengan bahasa Kontekstual. Adapun aliran-aliran Teologi Islam dapat dijabarkan antara lain sebagai beikurt : a.
Golongan Khowarij (Teologi Eksklusif)
Khowarij ini muncul setelah perang siffin antara Ali dan Mu‘awiyyah. Inti dari pokok pikirannya adalah : (1) Bahwa, Ali, Usman dan orang-orang yang turut dalam peperangan Jamal, dan orangorang yang setuju adanya perundingan antara Ali dan Mu‘awiyyah, semua dihukumkan orangorang ―Kafir‖, (2) Bahwa, setiap umat Muhammad yang terus-menerus membuat dosa besar, hingga matinya belum taubat, orang itu dihukumkan kafir dan akan kekal di neraka, dan (3) Bahwa, boleh keluar dan tidak mematuhi aturan-aturan kepala negara, bila ternyata kepala negara itu seorang yang zalim atau khianat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teologi golongan khowarij bahwa orang yang berdosa besar dicap sebagai orang kafir, lawan dari orang kafir adalah orang yang beriman, orang yang beriman wajib berijtihad memerangi orang kafir, karena orang kafir halal darahnya. (yang disebutkan orang kafir disini adalah sebagaimana disebutkan diatas).
b.
Golongan Murji’ah (Teologi Inklusif)
Aliran ini timbul di Damaskus pada akhir abad pertama Hijrah. Aliran ini berpendapat bahwa, orang-orang yang sudah mukmin yang berbuat dosa besar, hingga matinya tidak juga taubat, orang itu belum dapat dihukum sekarang. Terserah atau ditunda serta dikembalikan saja urusannya kepada Allah kelak setelah hari kiamat. Pendapat ini adalah kebalikan dari faham Khawarij. Selain itu faham ini berpendapat bahwa ―Tidak akan memberi bekas dan memudaratkan perbuatan maksiat itu terhadap keimanan.Demikian pula sebaliknya, Tidaklah akan memberi manfa‟at dan memberi faedah ketaatan seseorang, terhadap kekafirannya‖ (artinya : tidaklah akan berguna dan tidaklah akan memberi pahala perbuatan baik yang dilakukan oleh orang yang telah kafir). c.
Golongan Khowarij (Teologi Rasional)
Tokohnya adalah Abu Huzdaifah washil bin ‗Atha Al-Ghazali. Aliran ini berpendapat bahwa, manusia adalah merdeka dalam segala perbuatan dan bebas bertindak. Sebab itu mereka diazab atas perbuatan dan tindakannya. Tentang ketauhidan, mereka ―menafikan‖ dan meniadakan sifatsifat Allah. Artinya Tuhan itu ada bersifat. Karena seandainya bersifat yang macam-macam, niscaya Allah Ta‘ala berbilang (lebih dari satu). Inilah yang dimaksud mereka Ahli Tauhid, menafikan sifat-sifat Allah. d.
Golongan Asy’ariyah
Golongan ini muncul pada abad ke 11, yang berkembang di Baghdad dengan salah satu tokohnya adalah : Hakim al-Baqailani dan al-Juwaini. Pokok pemikirannya cenderung pada pemikiran Rasional, hampir sama dengan pemikiran golongan Mu‘tazilah. 3. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM (TOKOH-TOKOH FILSAFAT ISLAM) a.
Pemikiran Filsafat Al-Ghazali / 1050-1111 M (Tahafutut al-Falasifah), Pokok
pemikiran dari al-Ghozali adalah tentang Tahafutu al-falasifah(kerancuan berfilsafat) dimana alGhazali menyerang para filosof-filosof Islam berkenaan dengan kerancuan berfikir mereka. Tiga
diantaranya, menutur al-Ghazali menyebabkan mereka telah kufur, yaitu tentang : Qadimnya Alam, Pengetahuan Tuhan, dan Kebangkitan jasmani. b.
Pemikiran Filsafat Ibn Rusyd 520 H/1134 M (Teori Kebenaran Ganda), Salah satu
Pemikiran Ibn Rusyd adalah ia membela para filosof dan pemikiran mereka dan mendudukkan masalah-masalah tersebut pada porsinya dari seranga al-Ghazali.Untuk itu ia menulis sanggahan berjudul Tahafut al-Tahafut. Dalam buku ini Ibn Rusyd menjelaskan bahwa sebenarnya alGhazalilah yang kacau dalam berfikirnya. c.
Pemikiran Filsafat Suhrawardi / 1158-1191 M (Isyraqiyah / Illuminatif), Pokok
pemikiran Suhrawardi adalah tentang teori emanasi, ia berpendapat bahwa sumber dari segala sesuatu adalah Nuur An-Nuur (Al-Haq) yaitu Tuhan itu sendiri. Yang kemudian memancar menjadi Nuur al-Awwal, kemudian memancar lagi mejadi Nuur kedua, dan seterusnya hingga yang paling bawah (Nur yang semakin tipis) memancar menjadi Alam (karena semakin gelap suatu benda maka ia semakin padat). Pendapatnya yang kedua adalah bahwa sumber dari Ilmu dan atau kebenaran adalah Allah, alam dan Wahyu bisa dijadikan sebagai perantara (ilmu) oleh manusia untuk mengetahui keberadaan Allah. Sehingga keduanya, antara Alam dan Wahyu adalah sama-sama sebagai ilmu. d.
Pemikiran Filsafat Islam Lainnya, Disanping ketiga tokoh pemikir filsafat Islam tersebut
diatas, berikut tokoh-tokoh pemikir filsafat Islam lainnya, antara lain : 1)
Al-Kindi (806-873 M)
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : Relevansi agama dan filsafat, fisika dan metafisika (hakekat Tuhan bukti adanya Tuhan dan sifat-sifatNya), Roh (Jiwa), dan Kenabian. 2)
Abu Bakar Ar-Razi (865-925 M)
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : Akal dan agama (penolakan terhadap kenabian dan wahyu), prinsip lima yang abadi, dan hubungan jiwa dan materi. 3)
Al-Farabi (870-950 M)
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : kesatuan filsafat, metafisika (hakekat Tuhan), teori emanasi, teori edea, Utopia jiwa (akal), dan teori kenabian. 4)
Ibnu Maskawih (932-1020 M)
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : filsafat akhlaq, dam filsafat jiwa. 5)
Ibnu Shina (980-1036 M)
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : fisika dan metafisika, filsafat emanasi, filsafat jiwa (akal), dan teori kenabian. 6)
Ibnu Bajjah (1082-1138 M)
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : metafisika, teori pengetahuan, filsafat akhlaq, dan Tadbir al-mutawahhid (mengatur hidup secara sendiri). 7)
Ibnu Taufal (1082-1138 M)
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : percikan filsafat, dan kisah hay bin yaqadhan.
3. Agama Islam dan Iptek 3.1 Motivasi Islam dalam Pengembangan Iptek Iptek atau Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi, merupakan salah satu hal yang tidak dapat kita lepaskan dalam kehidupan kita. Kita membutuhkan ilmu karena pada dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT hanya kepada kita, manusia, tidak untuk makhluk yang lain, yaitu sebuah akal pikiran. Dengan akal pikiran tersebutlah, kita selalu akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang baik dan benar, akan terisi dengan ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan teknologi, dapat kita gunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri. Namun, dalam mempelajari dan mengaplikasikan iptek itu sendiri, harus memperhatikan beberapa hal yang penting. Bagaimana sebenarnya cara mempelajari dan mengaplikasikan iptek menurut pandangan islam?
Sains dan teknologi sendiri sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Mereka memiliki peranan penting yaitu membantu meringankan masalah yang dihadapi manusia. Sains dan teknologi saling terkait satu sama lain ( tidak terpisah). Hal ini dapat diperjelas dengan teknologi yang mana ia akan berubah sifatnya jika tidak dibarengi dengan ilmu sains. Sudah menjadi sifat dasar teknologi yang egois dimana ia selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik dari yang lain. Kemajuan Teknologi yang tidak terkendali sering kali berakibat pada pengrusakan lingkungan. Begitu pula dengan ilmu pengetahuan sains. Kemajuan sains tergantung dari perkembangan alatnya. Sains tidak akan berkembang, jika alat – alat yang digunakan masih monoton. Padahal untuk menciptakan sesuatu, diperlukan alat yang canggih pula agar hasil yang didapat maksimal. Itulah mengapa sains dan teknologi sangat erat hubungannya. Masing – masing dari mereka memiliki fungsi yang berbeda. Fungsi ini jika dipadukan, insyaallah akan menghasilkan penemuan yang luar biasa. Dengan mempelajari dua hal tsb (sains dan teknologi), insya Allah akan tercapai kehidupan yang seimbang/balance. Tidak semua sains dan teknologi yang diciptakan para ilmuwan itu baik untuk kita. Terkadang ada pula yang menggunakan bahan – bahan berbahaya bagi kesehatan lingkungan sekitar. Beberapa dari mereka ada yang menyalahgunakan hasil penelitian tsb. Sesungguhnya Allah melarang kita membuat pengrusakan di bumi, seperti dalam firman-Nya dalam (Q.S. Al-A‘rof : 56). ―Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo‘alah kepadaNya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang – orang yang berbuat baik.‖ Ini sangat berbahaya. Oleh karena itu kita dituntut untuk mempelajari IPTEK agar kita sendiri bisa lebih berhati-hati dalam menggunakan sutu produk. Dengan ilmu itu pula, kita juga bisa ikut berpartisipasi dalam menyelamatkan sains dan teknologi agar tetap berjalan pada jalurnya. Pendidikan sains dan teknologi seharusnya sudah diberikan dengan mantab saat anak masih kecil. Hal ini dikarenakan, ilmu yang dipelajari tidak jauh – jauh dari apa yang kita temukan setiap harinya. Kita dapat menjelaskan kepada mereka (anak kecil) dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Tidak perlu bertele – tele yang mana bahasa itu hanya bisa dimengerti
orang dewasa. Dengan proses pembelajaran yang menyenangkan, insyaallah akan membuat mereka suka pada IPTEK. Dengan begitu, muncullah bibit – bibit baru yang lebih unggul yang akan menggantikan para ilmuwan abad ini. Sesungguhnya IPTEK sendiri adalah suatu ilmu pengetahuan yang menarik dan menyenangkan. Apalagi dalam pembelajarannya terdapat banyak sekali hikmah yang kita temukan didalamnya. Yang mana pada saat kita melakukan penelitian/praktek, kita akan menyadari betapa Maha Besar Dia yang menciptakan langit dan bumi serta seisinya. Seperti dalam (Q.S. Az-Zuhruf : 9) ―Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka:‖ Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?‖, niscaya mereka akan menjawab: ‖Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.‖ Kita sebagai manusia, tak lepas dari tanggung jawab kita sebagai khalifah dimuka bumi. Dimana kita ditugaskan untuk menjaga bumi dan seluruh isinya agar tetap asri. Ada alasan mengapa Allah menciptakan kita sebagai khalifah dibumi ini?!!, yaitu karena manusia memiliki akal untuk berfikir dan mengenali lingkungannya. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Bahkan malaikat pun pernah protes lantaran adam memiliki jabatan sebagai khalifah. Seperti yang dikatakan Allah dalam firman-Nya Q.S. Al-Baqarah : 34 ―Dan ingatlah tatkala kami berkata kepada malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam! Maka sujudlah mereka, kecuali iblis enggan dia dan menyombongkan diri, karena dia adalah dari golongan makhluk yang kafir.‖ Dengan surat tersebut menjelaskan bahwa kemampuan berfikir itulah yang membuat manusia dijadikan sebagai khalifah dimuka bumi ini jika dibandingkan dengan malaikat yang kita ketahui sebagai makhluk yang maksum dari dosa. Bisa disimpulkan bahwa untuk menjadi khalifah tidak hanya bertasbih menyebut asma-Nya tapi juga kemampuannya dalam mengenali lingkungannya dan berfikir. Ini adalah karunia yang besar bagi kita. Seharusnya kita bersyukur dan mampu memanfaatkannya dengan baik. Allah menyuruh kita untuk memaksimalkan kemampuan akal yang diberikan pada kita. Salah satu cara, Ia menganjurkan pada kita untuk menuntut ilmu setinggi – tingginya demi kemajuan umat bersama. Bahkan pernah dikatakan dalam suatu hadits bahwa ada tiga peninggalan yang mampu menolong manusia untuk terhindar dari api neraka yaitu amal jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan do‘a anak sholeh. Dengan kata lain, Allah hendak mengatakan bahwa ilmu sangatlah penting untuk kita, sebagai umat islam, bukan hanya penting untuk kehidupan dunia, tetapi juga kehidupan akhirat. Ilmu yang bermanfaat itu dapat kita bawa hingga ke akhirat kelak. Firman Allah dalam QS. Ali Imran : 110, ―Kamu adalah umat yang paling baik (khaira ummah, umat pilihan), yang dilahirkan untuk kepentingan manusia; menyuruh mengerjakan yang benar dan melarang membuat salah, serta beriman kepada Allah. Sekranya orang-orang keturunan Kitab itu beriman, sesungguhnya itu baik untuk mereka. Sebahagian mereka beriman, tetapi kebanyakannya orang-orang yang jahat‖. Dijelaskan bahwa Umat Islam adalah umat pilihan, terbaik. Bila keturunan Kitab sebelumnya mau menerima dinul Islam, mereka akan lebih baik dari umat ini, tetapi mereka kufur, dan sebahagian lagi jahat, menolak ajaran Allah SWT. Di sinilah terdapat tantangan di samping peluang terhadap umat pilihan (umat Islam) sepanjang masa dalam meniti setiap perubahan zaman. Khaira ummah yang menjadi identitas umat Islam itu selalu istiqamah (Konsisten) dengan perangai utama. Tetap membawa, menyeru, mengajak umat kepada yang baik, amar makruf. Melarang membuat salah, nahyun ‗anil munkar, dan tetap beriman dengan Allah. Amar makruf, hanya bisa dilaksanakan dengan ilmu pengatahuan. Karena itulah tatkala pertama kali manusia diciptakan kepadanya beberapa perangkat ilmu (QS.2:30-35). Dalam mengemban misi mulia, khalifah di permukaan bumi. Nahyun ‗anil munkar, melarang dari yang salah wajib dijalankan. Perlu ilmu pengetahuan tentang makruf dan munkar artinya mengerti tentang suruhan berbuat baik dan larangan berbuat salah (QS.3:104,114; QS.5:78-79; QS.9:71,112; QS.22:41; QS.31:17). Amar Makruf Nahi Munkar sangat sesuai dengan martabat manusia. Patokan makruf (baik, disuruh) dan munkar (salah, terlarang) dipagari oleh halal (right, benar) dan haram (wrong, salah). Bukan like atau dislike (suka atau tidak). Kerancuan menerapkan benar dan salah dikehidupan sehari-hari disebab kurangnya ilmu pengetahuan tentang right dan wrong. Selain dari kebiasaan meninggalkan ajaran agama, tidak teguh (tidak istiqamah) menjalankan right danwrong tersebut.
Bila diteliti bahwa ayat pertama turun adalah (Iqra‘, artinya baca) QS. 96, Al ‗Alaq 1-5. Membaca dan menulis, adalah ―jendela ilmu pengetahuan‖. Dijelaskan, dengan membaca dan menulis akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui (‗allamal-insana maa lam ya‘lam). Ilham dan ilmu belum berakhir. Wahyu Allah berfungsi sebagai sinyal dan dorongan kepada manusia untuk mendalami pemahaman sehingga mampu membaca setiap perubahan zaman dan pergantian masa. Adapun keistimewaan ilmu, menurut wahyu Allah, antara lain : Yang mengetahui pengertian ayat-ayat mutasyabihat hanyalah Allah dan orang-orang yang dalam ilmunya (QS.2:7) Orang berilmu mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (QS.3:18) Di atas orang berilmu, masih ada lagi yang Maha Tahu (QS.12:76) Bertanyalah kepada ahli ilmu kalau kamu tidak tahu, (QS.16:43, dan 21:7) Jangan engkau turuti apa-apa yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu (QS.17:36) Kamu hanya mempunyai ilmu tentang ruh sedikit sekali (QS.17:85) Memohonlah kepada Allah supaya ilmu bertambah (QS.20:114) Ilmu mereka (orang yang menolak ajaran agama) tidak sampai tentang akhirat (QS.27:66) Hanyalah orang-orang berilmu yang bisa mengerti (QS.29:43) Yang takut kepada Tuhan hanyalah orang-orang berilmu (QS.35:28) Tuhan meninggikan orang-orang beriman dan orang-orang berilmu beberapa tingkatan (QS.58:11) Tuhan mengajarkan dengan pena (tulis baca) dan mengajarkan kepada manusia ilmu yang belum diketahuinya (QS.96:4-5) Sebenarnya umat yang menjadi pengamal wahyu Allah (Islam) memiliki identitas (ciri, sibghah) yang jelas di antaranya menguasai ilmu pengetahuan. Dalam mewujudkan keberadaannya
ditengah masyarakat mereka menjadi innovator dan memiliki daya saing serta memiliki imajinasi yang kuat disamping kreatif dan memiliki pula inisiatif serta teguh dalam prinsip (istiqamah, consern), bahkan senantiasa berfikir objektif dan mempunyai akal budi. Teknologi hanyalah suatu keterampilan, hasil dari ilmu pengetahuan berkenaan dengan teknik, serba mesin itu. Teknologi tidak berarti bila manusia dibelakang teknologi itu tidak berfungsi, tidak berperan dan mati. Sebelum teknologi dihidupkan, wajib lebih dahulu menghidupkan dhamir manusia yang akan mempergunakan perangkat teknologi, agar hasil yang diperoleh bermanfaat untuk kehidupan manusia. Jangan sebaliknya merusak kehidupan itu sendiri. Mengenal Sistem Pendidikan Islam Rasul saw. Bersabda, ―Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim (dan muslimah)‖. (HR Ibnu Adi dan Baihaqi, dari Anas ra) Kata ―ilmu‖ pada hadits di atas, bermakna umum. Baik ilmu agama maupun sains dan teknologi. Sehingga dalam pendidikan Islam, ilmu agama dan ilmu umum diberikan pada anak didik dengan porsi yang sama besarnya dan didukung oleh media yang menunjang terhadap pendalaman ilmu keduanya. Ilmu agama diajarkan untuk membentuk kepribadian Islam yang unggul pada anak didik. Untuk itu, saat mengajar guru pun nggak asal nyablak. Tapi selalu menekankan peran agama sebagai aturan hidup dengan mengkaitkan setiap mata pelajaran dengan akidah Islam dan hukum-hukum Islam. Guru juga selalu mengingatkan anak didik akan kehidupan mereka di dunia dan akhirat serta hubungan erat dua kehidupan itu. Sehingga cara berpikir dan berperilaku anak didik disandarkan pada aturan hidup Islam. Makanya mengenal Islam lebih dalam wajib hukumnya bagi tiap individu (fardhu a‘in), tidak boleh diwakilkan. Karena berkaitan dengan masa depan kita di akhirat. Sementara pengetahuan sains dan teknologi disajikan untuk mempersiapkan generasi yang punya keahlian dalam memanfaatkan alam semesta yang telah Allah anugerahkan untuk kemaslahatan umat.
Rasul pernah mengutus dua orang shahabatnya ke negeri Yaman untuk mempelajari teknologi pembuatan tank kayu pelempar batu (dababah/manjanik). Beliau pun menganjurkan kaum wanita agar mempelajari ilmu tenun, menulis, dan merawat orang-orang sakit (pengobatan). Rasul bersabda, ―Hiasilah wanita-wanita kalian dengan ilmu tenun‖. (HR al-Khatib dari Ibnu Abbas ra) Tidak hanya antidikotomi, sistem pendidikan juga bisa diakses siapa saja meski beda agama, suku, dan ras. Tidak menggunakan komersialisasi karena semua biaya pendidikan serta pengadaan media dan sarana pendidikan ditanggung oleh negara. Kemudian, sebaiknya tidak lama apalagi sampai menunggu anggaran tahun depan untuk merenovasi bangunan yang sudah diujung tanduk.
Produk Sistem Pendidikan Islam Untuk mengukur kesuksesan sebuah model pendidikan, pastinya seseorang melihat dari kualitas lulusannya. Kita tidak asal ngomong jika sistem pendidikan Islam itu memang unggul bin berkualitas. Buktinya, bejibun ilmuwan-ilmuwan Islam yang mampu ngasih jalan dan menjadi inspirator perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Nggak cuma lokal di negeri Islam, tapi sampe Eropa dan seluruh dunia Di antara mereka adalah Ibnu Khaldun. Dunia mengenalnya sebagai seorang ilmuwan muslim yang ahli dalam bidang sosiologi dan ilmu sejarah. Nama lengkapnya Abu Said Abd Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al Hadrami al Ishbili. Beliau populer berkat sebuah buku masterpiecenya berjudul ―Muqaddimah‖ (Pendahulan) yang mengupas tuntas mengenai filsafat sejarah dan sosiologi. Di dalamnya, beliau menggambarkan tanda-tanda kemunduran Islam dan jatuh bangunnya kekhalifahan melalui pengalamannya selama mengembara ke Andalusia dan Afrika utara. Ada juga Ibnu Haitham. Dialah bapak ilmu optik yang mengurai bagaimana kerja mata ―mencerna‖ penampakan suatu obyek. Nama lengkapnya Abu al-Muhammad al-Hassan ibnu alHaitham. Publik Barat mengenalnya sebagai Alhazen. Penelitiannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains Barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler menciptakan mikroskop serta teleskop.
Dalam bidang kedokteran ada Abu Bakr Muhammad bin Zakariya ar-Razi (Razes [864-930 M]) yang dikenal sebagai ―dokter Muslim terbesar‖ atau pakar kedokteran Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina (Avicenna [981-1037 M]); serta Ibnu Rusyd yang merupakan filosof, dokter, dan ahli fikih Andalusia. Bukunya yang terpenting dalam bidang kedokteran ialah al-Kulliyat yang berisi kajian ilmiah pertama kali mengenai tugas jaringan-jaringan dalam kelopak mata. Dalam bidang matematika, ada al-Khawarizmi. Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa al-Khwarizmi (770-840) lahir di Khwarizm (Kheva), kota di selatan sungai Oxus (sekarang Uzbekistan) tahun 770 masehi. Inilah penemu salah satu cabang ilmu matematika, Algoritma. Diambil dari namanya, al-Khawarizmi. Beliau juga yang menjadi penemu angka nol. Dalam bidang kimia, ada Jabir Ibn Hayyan. Ide-ide eksperimen Jabir sekarang lebih dikenal sebagai dasar untuk mengklasifikasikan unsur-unsur kimia, utamanya pada bahan metal, nonmetal, dan penguraian zat kimia. Karya-karya beliau yang masyhur Kitab al-Kimya dan Kitab alSab’een, sudah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Terjemahan Kitab al-Kimya bahkan telah diterbitkan oleh orang Inggris bernama Robert Chester tahun 1444, dengan judul The Book of the Composition of Alchemy. Buku kedua (Kitab as-Sab‘een), diterjemahkan juga oleh Gerard Cremona. Lalu tak ketinggalan Berthelot pun menerjemahkan beberapa buku Jabir, yang di antaranya dikenal dengan judul Book of Kingdom, Book of the Balances, dan Book of Eastern Mercury. Dalam bidang geografi, ada al-Idrisi, orang Barat menyebutnya Dreses. Al-Idris (1099-1166) dikenal oleh orang-orang Barat sebagai seorang pakar geografi, yang telah membuat bola dunia dari bahan perak seberat 400 kilogram untuk Raja Roger II dari Sicilia. Globe buatan al-Idrisi ini secara cermat memuat pula ketujuh benua dengan rute perdagangannya, danau-danau dan sungai, kota-kota besar, dataran serta pegunungan. Beliau memasukkan pula beberapa informasi tentang jarak, panjang dan ketinggian secara tepat. Bola dunianya itu, oleh Idris sengaja dilengkapi pula dengan Kitab al-Rujari (Roger‘s Book). Pengaruh IPTEK di Masa Depan Pengaruh IPTEK di masa depan sangat besar. Yang paling dikhawatirkan di masa depan nanti, banyak orang yang secara tidak sadar menuhankan teknologi. Apalagi zaman yang semakin maju menyebabkan peradaban nanti akan bergeser kearah teknologi modern. Ini sangat berbahaya,
bisa – bisa dengan dalih persatuan bersama dan iman yang menipis menyebabkan mereka lupa pada agamanya. Seperti firman-Nya dalam surat Al-An‘am : 6 ―Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi – generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka dimuka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepada-Mu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai – sungai mengalir dibawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.‖ Oleh karena itu, ada perintah pula dari Allah kepada kita terutama umat islam dalam firman-Nya Qur‘an surat Muhammad : 7 ―Hai orang – orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.‖ Selain itu IPTEK yang tidak dikendalikan dengan baik akan merusak kehidupan manusia sendiri. Seperti yang sedang kita alami sekarang yaitu ―Global Warming‖. Hal ini terjadi dikarenakan salah satu faktornya adalah ketidak sesuaian antara sains dan teknologi. Mereka berjalan tidak beriringan. Teknologi yang semakin maju dan sains (lingkungan) yang diabaikan. Baik buruknya IPTEK, itu tergantung dari kita yang memakainya. Hendaknya kita menghargai pula kreasi para professor yang berusaha menciptakan alat – alat yang sesungguhnya bermanfaat bagi kita. Adapun dampak positif dari adanya Iptek adalah sebagai berikut : Mampu meringankan masalah yang dihadapi manusia. Mengurangi pemakaian bahan – bahan alami yang semakin langka. Membuat segala sesuatunya menjadi lebih cepat Membawa manusia kearah lebih modern. Menyadarkan kita akan ke-Esa-an-Nya Menjawab pertanyaan yang dari dulu diajukan oleh nenek moyang kita melalui penelitian ilmiah.
Sedangkan dampak negatif dari adanya Iptek adalah sebagai berikut : Dengan segala sesuatunya yang semakin mudah, menyebabkan orang – orang menjadi malas berusaha sendiri. Menjadi tergantung pada alat yang dihasilkan oleh IPTEK itu sendiri. Melupakan keindahan alam. Masyarakat lebih menyukai yang instan – instan. Dengan memanipulasi makanan yang ada, menyebabkan masyarakat kurang gizi. Kekhawatiran masyarakat terhadap IPTEK yang semakin maju menyebabkan peradaban baru. Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh peradaban Barat satu abad terakhir ini, mencegangkan banyak orang di pelbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang diakibatkannya. Peradaban Barat modern dan postmodern saat ini memang memperlihatkan kemajuan dan kebaikan kesejahteraan material yang seolah menjanjikan kebahagian hidup bagi umat manusia. Namun karena kemajuan tersebut tidak seimbang, pincang, lebih mementingkan kesejahteraan material bagi sebagian individu dan sekelompok tertentu negara-negara maju (kelompok G-8) saja dengan mengabaikan, bahkan menindas hak-hak dan merampas kekayaan alam negara lain dan orang lain yang lebih lemah kekuatan iptek, ekonomi dan militernya, maka kemajuan di Barat melahirkan penderitaan kolonialisme-imperialisme (penjajahan) di Dunia Timur & Selatan. Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan Iptek yang lepas dari kendali nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya: berbagai bencana alam: Tsunami, gempa dan kacaunya iklim dan cuaca dunia akibat pemanasan global yang disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara maju; Kehancuran ekosistem laut dan keracunan pada penduduk pantai akibat polusi yang diihasilkan oleh pertambangan mineral emas, perak dan tembaga, seperti yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport Papua, Minamata Jepang. Kebocoran reaktor
Nuklir di Chernobil, Rusia, dan di India, dll. Krisis Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negara miskin, terjadi akibat ketidakadilan dan ‘penjajahan‘ (neoimperialisme) oleh negara-negara maju yang menguasai perekonomian dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya adalah negaranegara berkembang atau negara terkebelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya saudarasaudara Muslim kita itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dan kepercayaan dirinya. Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba budaya dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis (‘matre‘) dan sekular (anti Tuhan) yang dicekokkan melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar bangsa-bangsa Muslim. Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis. Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah dan peradaban dan Iptek Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri, yang sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas sumberdaya manusianya (pendidikan dan Ipteknya). Ketidakadilan global ini terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan dunia hanya dikuasai oleh 20 % penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara 80% penduduk dunia di negara-negara miskin hanya memperebutkan remah-remah sisa makanan pesta pora bangsa-bangsa negara maju. Ironis bahwa Indonesia yang sangat kaya dengan sumber daya alam minyak dan gas bumi, justru mengalami krisis dan kelangkaan BBM. Ironis bahwa ditengah keberlimpahan hasil produksi gunung emas-perak dan tembaga serta kayu hasil hutan yang ada di Indonesia, kita justru mengalami kesulitan dan krisis ekonomi, kelaparan, busung lapar, dan berbagai penyakit akibat kemiskinan rakyat. Kemana harta kekayaan kita yang Allah berikan kepada tanah air dan bangsa Indonesia ini? Mengapa kita menjadi negara penghutang terbesar dan terkorup di dunia? Kenyataan menyedihkan tersebut sudah selayaknya menjadi cambuk bagi kita bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim untuk gigih memperjuangkan kemandirian politik, ekonomi dan moral bangsa dan umat. Kemandirian itu tidak bisa lain kecuali dengan pembinaan mental-karakter dan
moral (akhlak) bangsa-bangsa Islam sekaligus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi keimanan-taqwa kepada Allah SWT. Serta melawan pengaruh buruk budaya sampah dari Barat yang Sekular, Matre dan hedonis (mempertuhankan kenikmatan hawa nafsu). Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT Sumber segala Kebaikan, Keindahan dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah
SWT
dan
terhadap
alam
semesta
sebagai tajaliyat (manifestasi)
sifat-sifat
KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya. Islam, sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat mementingkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya untuk kepentingan duniawi yang ‘matre‘ dan sekular, maka Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanatKhalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ‘Alamin).Ada lebih dari 800 ayat dalam Al-Qur‘an yang mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan terhadap berbagai gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada Allah. Yang paling terkenal adalah ayat: ―Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ―Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.‖ (QS Ali Imron [3] : 190-191) ―Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.‖ (QS. Mujadillah [58] : 11 )
Bagi umat Islam, kedua-duanya adalah merupakan ayat-ayat (atau tanda-tanda/sinyal) KeMahaKuasaan dan Keagungan Allah SWT. Ayat tanziliyah/naqliyah(yang diturunkan atau transmited knowledge), seperti kitab-kitab suci dan ajaran para Rasulullah (Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur‘an), maupun ayat-ayat kauniyah(fenomena, prinsip-prinsip dan hukum alam), keduanya bila dibaca, dipelajari, diamati dan direnungkan, melalui mata, telinga dan hati (qalbu + akal) akan semakin mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan keimanan kita kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Wujud yang wajib, Sumber segala sesuatu dan segala eksistensi). Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas satu sama lain. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua sisi koin dari satu mata uang koin yang sama. Keduanya saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling memperkuat secara sinergis, holistik dan integratif. Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang menentang fakta-fakta ilmiah, maka kemungkinan yang salah adalah pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada ‘ilmu pengetahuan‘ yang menentang prinsip-prinsip pokok ajaran agama Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma materialisme-sekular yang berada di balik wajah ilmu pengetahuan modern tersebut.
Keutamaan Mukmin yang berilmu Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan Allah dalam ayatayat berikut: ―Katakanlah: ‗Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?‘ Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.‖ (QS. AzZumar [39] : 9). ―Allah berikan al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan)kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al-Hikmah itu, benar-benar ia telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (berdzikir) dari firman-firman Allah.‖ (QS. Al-Baqoroh [2] : 269).
―… Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan‖. (QS Mujaadilah [58] :11) Rasulullah SAW pun memerintahkan para orang tua agar mendidik anak-anaknya dengan sebaik mungkin. ―Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan buat menghadapi zaman yang sama sekali lain dari zamanmu kini.‖ (Al-Hadits Nabi SAW). ―Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai para penuntut ilmu.‖ (Al-Hadits Nabi SAW). Terdapat tiga alasan pokok, mengapa kita perlu menguasai iptek, yaitu : Ilmu pengetahuan yg berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-negara barat. Ini fakta, tidak bisa dipungkiri. Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di negara-negara Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri. Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat Islam sibuk sendiri, ramai sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri. Selama 20 tahun terakhir, jumlah kaum Muslim di dunia telah meningkat secara perlahan. Angka statistik tahun 1973 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Muslim dunia adalah 500 juta; sekarang, angka ini telah mencapai 1,5 miliar. Kini, setiap empat orang salah satunya adalah Muslim. Bukanlah mustahil bahwa jumlah penduduk Muslim akan terus bertambah dan Islam akan menjadi agama terbesar di dunia. Peningkatan yang terus-menerus ini bukan hanya dikarenakan jumlah penduduk yang terus bertambah di negara-negara Muslim, tapi juga jumlah orang-orang mualaf yang baru memeluk Islam yang terus meningkat, suatu fenomena yang menonjol, terutama setelah serangan terhadap World Trade Center pada tanggal 11 September 2001. Serangan ini, yang dikutuk oleh setiap orang, terutama umat Muslim, tiba-tiba saja telah mengarahkan perhatian orang (khususnya warga Amerika) kepada Islam. Orang di Barat berbicara banyak tentang agama macam apakah Islam itu, apa yang dikatakan Al Qur‘an, kewajiban apakah yang harus dilaksanakan sebagai seorang Muslim, dan bagaimana kaum
Muslim dituntut melaksanakan urusan dalam kehidupannya. Ketertarikan ini secara alamiah telah mendorong peningkatan jumlah warga dunia yang berpaling kepada Islam. Demikianlah, perkiraan yang umum terdengar pasca peristiwa 11 September 2001 bahwa ―serangan ini akan mengubah alur sejarah dunia‖, dalam beberapa hal, telah mulai nampak kebenarannya. Proses kembali kepada nilai-nilai agama dan spiritual, yang dialami dunia sejak lama, telah menjadi keberpalingan kepada Islam. Hal luar biasa yang sesungguhnya sedang terjadi dapat diamati ketika kita mempelajari perkembangan tentang kecenderungan ini, yang mulai kita ketahui melalui surat-surat kabar maupun berita-berita di televisi. Perkembangan ini, yang umumnya dilaporkan sekedar sebagai sebuah bagian dari pokok bahasan hari itu, sebenarnya adalah petunjuk sangat penting bahwa nilai-nilai ajaran Islam telah mulai tersebar sangat pesat di seantero dunia. Di belahan dunia Islam lainnya, Islam berada pada titik perkembangan pesat di Eropa. Perkembangan ini telah menarik perhatian yang lebih besar di tahun-tahun belakangan, sebagaimana ditunjukkan oleh banyak tesis, laporan, dan tulisan seputar ―kedudukan kaum Muslim di Eropa‖ dan ―dialog antara masyarakat Eropa dan umat Muslim.‖ Beriringan dengan berbagai laporan akademis ini, media massa telah sering menyiarkan berita tentang Islam dan Muslim. Penyebab ketertarikan ini adalah perkembangan yang terus-menerus mengenai angka populasi Muslim di Eropa, dan peningkatan ini tidak dapat dianggap hanya disebabkan oleh imigrasi. Meskipun imigrasi dipastikan memberi pengaruh nyata pada pertumbuhan populasi umat Islam, namun banyak peneliti mengungkapkan bahwa permasalahan ini dikarenakan sebab lain: angka perpindahan agama yang tinggi. Suatu kisah yang ditayangkan NTV News pada tanggal 20 Juni 2004 dengan judul ―Islam adalah agama yang berkembang paling pesat di Eropa‖ membahas laporan yang dikeluarkan oleh badan intelejen domestik Prancis. Laporan tersebut menyatakan bahwa jumlah orang mualaf yang memeluk Islam di negara-negara Barat semakin terus bertambah, terutama pasca peristiwa serangan 11 September. Misalnya, jumlah orang mualaf yang memeluk Islam di Prancis meningkat sebanyak 30 hingga 40 ribu di tahun lalu saja. Kegemilangan Iptek Masa Kekhalifahan Abbasiyah
Kekhilafahan Abbasiyah tercatat dalam sejarah Islam dari tahun 750-1517 M/132-923 H. Diawali oleh khalifah Abu al-‘Abbas as-Saffah (750-754) dan diakhiri Khalifah al-Mutawakkil Alailah III (1508-1517). Dengan rentang waku yang cukup panjang, sekitar 767 tahun, kekhilafahan ini mampu menunjukkan pada dunia ketinggian peradaban Islam dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di dunia Islam. Di era ini, telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai penemuannya yang mengguncang dunia. Sebut saja, al-Khawarizmi (780-850) yang menemukan angka nol dan namanya diabadikan dalam cabang ilmu matematika, Algoritma (logaritma). Ada Ibnu Sina (980-1037) yang membuat termometer udara untuk mengukur suhu udara. Bahkan namanya tekenal di Barat sebagai Avicena, pakar Medis Islam legendaris dengan karya ilmiahnya Qanun (Canon) yang menjadi referensi ilmu kedokteran para pelajar Barat. Tak ketinggalan al-Biruni (973-1048) yang melakukan pengamatan terhadap tanaman sehingga diperoleh kesimpulan kalau bunga memiliki 3, 4, 5, atau 18 daun bunga dan tidak pernah 7 atau 9. Pada abad ke-8 dan 9 M, negeri Irak dihuni oleh 30 juta penduduk yang 80% nya merupakan petani. Hebatnya, mereka sudah pakai sistem irigasi modern dari sungai Eufrat dan Tigris. Hasilnya, di negeri-negeri Islam rasio hasil panen gandum dibandingkan dengan benih yang disebar mencapai 10:1 sementara di Eropa pada waktu yang sama hanya dapat 2,5:1. Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba; Blue Mosque di Konstantinopel; atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota Granada. Kekhilafahan Abbasiyah dengan kegemilangan ipteknya kini hanya tercatat dalam buku usang sejarah Islam. Tapi jangan khawatir, someday Islam akan kembali jaya dan tugas kita semua untuk mewujudkannya. Dinasti Abbasiyiah membawa Islam ke puncak kejayaan. Saat itu, dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh kekhalifahan Islam. Tradisi keilmuan berkembang pesat.
Masa kejayaan Islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahun dan teknologi, kata Ketua Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia, Dr Muhammad Lutfi, terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Dia adalah khalifah dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada tahun 786. Saat itu, kata Lutfi, banyak lahir tokoh dunia yang kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan modern. Salah satunya adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di Barat dengan nama Avicenna. Sebelum Islam datang, kata Luthfi, Eropa berada dalam Abad Kegelapan. Tak satu pun bidang ilmu yang maju, bahkan lebih percaya tahyul. Dalam bidang kedoteran, misalnya. Saat itu di Barat, jika ada orang gila, mereka akan menangkapnya kemudian menyayat kepalanya dengan salib. Di atas luka tersebut mereka akan menaburinya dengan garam. ‖Jika orang tersebut berteriak kesakitan, orang Barat percaya bahwa itu adalah momen pertempuran orang gila itu dengan jin. Orang Barat percaya bahwa orang itu menjadi gila karena kerasukan setan,‖ jelas Luthfi. Pada saat itu tentara Islam juga berhasil membuat senjata bernama ‗manzanik‘, sejenis ketepel besar pelontar batu atau api. Ini membuktikan bahwa Islam mampu mengadopsi teknologi dari luar. Pada abad ke-14, tentara Salib akhirnya terusir dari Timur Tengah dan membangkitkan kebanggaan bagi masyarakat Arab. Lain lagi pada masa pemerintahan dinasti Usmaniyah — di Barat disebut Ottoman — yang kekuatan militernya berhasil memperluas kekuasaan hingga ke Eropa, yaitu Wina hingga ke selatan Spanyol dan Perancis. Kekuatan militer laut Usmaniyah sangat ditakuti Barat saat itu, apalagi mereka menguasai Laut Tengah. Kejatuhan Islam ke tangan Barat dimulai pada awal abad ke-18. Umat Islam mulai merasa tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi setelah masuknya Napoleon Bonaparte ke Mesir. Saat itu Napoleon masuk dengan membawa mesin-mesin dan peralatan cetak, ditambah tenaga ahli. Dinasti Abbasiyah jatuh setelah kota Baghdad yang menjadi pusat pemerintahannya diserang oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Di sisi lain, tradisi keilmuan itu kurang berkembang pada kekhalifahan Usmaniyah.
Salah langkah diambil saat mereka mendukung Jerman dalam perang dunia pertama. Ketika Jerman kalah, secara otomatis Turki menjadi negara yang kalah perang sehingga akhirnya wilayah mereka dirampas Inggris dan Perancis. Tanggal 3 Maret 1924, khilafah Islamiyah resmi dihapus dari konstitusi Turki. Sejak saat itu tidak ada lagi negara yang secara konsisten menganut khilafah Islamiyah. Terjadi gerakan sekularisasi yang dipelopori oleh Kemal At-Taturk, seorang Zionis Turki. Kini 82 tahun berlalu, umat Muslim tercerai berai. Akankah Islam kembali mengalami zaman keemasan seperti yang terjadi di 700 tahun awal pemerintahannya? Ketua MUI, KH Akhmad Kholil Ridwan menyatakan optimismenya bahwa Islam akan kembali berjaya di muka bumi. Ridwan menyebut saat ini merupakan momen kebangkitan Islam kembali. ‖Seperti janji Allah, 700 tahun pertama Islam berjaya, 700 tahun berikutnya Islam jatuh dan sekarang tengah mengalami periode 700 tahun ketiga menuju kembalinya kebangkitan Islam,‖ ujarnya. Meskipun saat ini umat Islam banyak ditekan, ujar Ridwan, semua upaya ini justru semakin memperkuat eksistensi Islam. Ini sesuai janji Allah yang menyatakan bahwa meskipun begitu hebatnya musuh menindas Islam namun hal ini bukannya akan melemahkan umat Islam. ‖Ibaratnya paku, semakin ditekan, Islam akan semakin menancap dengan kuat,‖ujarnya. Sementara itu, Luthfi menyatakan sistem khilafah Islamiyah masih relevan diterapkan pada zaman sekarang ini asal dimodifikasi. Ia mencontohkan konsep pemerintahan yang dianut Iran yang menjadi modifikasi antara teokrasi (kekuasaan yang berpusat pada Tuhan) dan demokrasi (yang berpusat pada masyarakat). Di Iran, kekuasaan tertinggi tidak dipegang parlemen atau presiden, melainkan oleh Ayatullah atau Imam, yang juga memiliki Dewan Ahli dan Dewan Pengawas. Sistem pemerintahan Iran ini, menurut Luthfi, merupakan tandingan sistem pemerintahan Barat. ‖Tak heran kalau Amerika Serikat sangat takut dengan Iran karena mereka bisa menjadi tonggak peradaban baru Islam.‖ Konsep khilafah Islamiyah, kata Luthfi, mengharuskan hanya ada satu pemerintahan Islami di dunia dan tidak terpecah-belah berdasarkan negara atau etnis. ‖Untuk mewujudkannya lagi saat ini, sangat sulit,‖ kata dia.
Sementara Kholil Ridwan menjelaskan ada tiga upaya konkret yang bisa dilakukan umat untuk mengembalikan kejayaan Islam di masa lampau. Yang pertama adalah merapatkan barisan. Allah berfirman dalam QS Ali Imran ayat 103 yang isinya ―Dan berpeganglah kalian semuanya dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai.‖ Upaya lainnya adalah kembali kepada tradisi keilmuan dalam agama Islam. Dalam Islam, jelasnya, ada dua jenis ilmu, yaitu ilmu fardhu ‗ain dan fardhu kifayah. Yang masuk golongan ilmu fardhu ‗ain adalah Al-Quran, hadis, fikih, tauhid, akhlaq, syariah, dan cabang-cabangnya. Sedangkan yang masuk ilmu fardhu kifayah adalah kedokteran, matematika, psikologi, dan cabang sains lainnya. Sementara upaya ketiga adalah dengan mewujudkan sistem yang berdasarkan syariah Islam. Menuju Integrasi Imtak dan Iptek Untuk membangun sistem pendidikan yang mengintegrasikan pendidikan imtak dan iptek dalam sistem pendidikan nasional kita, kita harus melihat kembali aspek-aspek pendidikan kita, terutama berkaitan dengan empat hal berikut ini, yaitu : 1) Filsafat dan orintasi pendidikan (termasuk di dalamnya filsafat manusia), 2) Tujuan Pendidikan 3) Filsafat ilmu pengetahuan (Episemologi), dan 4) Pendekatan dan metode pembelajaran. Dalam filsafat pendidikan konvensional, pendidikan dipahami sebagai proses mengalihkan kebudayaan dari satu generasi ke generasi lain. Filsafat pendidikan semacam ini mengandung banyak kelemahan. Selain dapat timbul degradasi (penurunan kualitas pendidikan) setiap saat, pendidikan cenderung dipahami sebagai transfer of knowledge semata dengan hanya menyentuh satu aspek saja, aspek kognitif dan kecerdasan intelektual (IQ) semata dengan mengabaikan kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) peserta didik. Dengan filosofi seperti itu, peserta didik sering diperlakukan sebagai makhluk tidak berkesadaran. Akibatnya, pendidikan tidak berhasil melaksanakan fungsi dasarnya sebagai wahana pemberdayaan manusia dan peningkatan harkat dan martabat manusia dalam arti yang sebenar-benarnya.
Berbicara filsafat pendidikan, mau tidak mau, kita harus membicarakan pula tentang filsafat manusia. Soalnya, proses pendidikan itu dilakukan oleh manusia dan untuk manusia pula. Pendeknya, pendidikan melibatkan manusia baik sebagai subjek maupun objek sekaligus. Tanpa mengenal siapa manusia itu sebenarnya, proses pendidikan, akan selalu menemui kegagalan seperti yang selama ini terjadi. Manusia, dalam pandangan Islam, adalah puncak dari ciptaan tuhan (Q.S. At-Thiin : 4), mahluk yang dimuliakan oleh Allah dan dilebihkan dibanding mahluk lain (Q.S. Al-Isra : 70), merupakan mahluk yang dipercaya oleh Tuhan sebagai Khalifah di muka bumi (Q.S. Al-Baqarah : 30, Shad :36), manusia dibekali oleh Allah potensi-potensi baik berupa panca indera, akal pikiran (rasio), hati (Qalb), dan sanubari (Q.S. As-Sajadh : 9). Dengan demikian, manusia adalah mahluk rasional dan emosional, makhluk jasmani dan rohani sekaligus. Bertolak dari filsafat manusia ini, maka pendidikan tidak lain harus dipahami sebagai ikhtiar manusia yang dilakukan secara sadar untuk menumbuhkan potensi-potensi baik yang dimiliki manusia sehingga ia mampu dan sanggup mempertanggung jawabkan eksistensi dan kehadirannya di muka bumi. Dalam perspektif ini, adalah pendidikan manusia seutuhnya, dan harus diarahkan pada pembentukan kesadaran dan kepribadian manusia. Disinilah, nilai-nilai budaya dan agama, imtak dan akhlaqul al-Karimah, dapat ditanamkan, sehingga pendidikan, selain berisi transfer ilmu, juga bermakna transformasi nilai-nilai budaya dan agama (imtak). Lalu, apa tujuan pendidikan itu? Dalam pandangan Islam, tujuan pendidikan tidak berbeda dengan tujuan hidup itu sendiri, yaitu beribadah kepada Allah SWT (Q.S. Al-Dzariyat: 56). Dengan kata lain, pendidikan harus menciptakan pribadi-pribadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT yang dapat mengantar manusia meraih kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Pendidikan Islam berorientasi pada penciptaan ilmuwan (ulama) yang takut bercampur kagum kepada kebesaran Allah SWT (Q.S. Fathir : 28), dan berorientasi pada penciptaan intelektual dengan kualifikasi sebagai Ulul Albab yang dapat mengembangkan kualitas pikir dan kualitas dzikir (imtaq dan iptek) sekaligus (Q.S. Ali Imran : 191-193). Proses integrasi imtak dan iptek, seperti telah disinggung di muka, pada hemat saya, harus pula dilakukan dalam tataran atau ranah metafisika keilmuan, khususnya menyangkut ontologi dan epistemologi ilmu. Ontologi ilmu menjelaskan apa saja realitas yang dapat diketahui manusia,
sedang epiremologi menjelaskan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan itu dan dari mana sumbernya.(9) Dikotomi keilmuan yang terjadi selama ini sesungguhnya bermula dari sini. Untuk itu integrasi imtak dan iptek, harus pula dimulai dari sini. Ini berarti, kita harus membongkar filsafat ilmu sekuler yang selama ini dianut. Kita harus membangun epistemologi islami yang bersifat integralistik yang menegaskan kesatuan ilmu dan kesatuan imtak dan iptek dilihat dari sumbernya, yaitu Allah SWT seperti banyak digagas oleh tokoh-tokoh pendidikan Islam kontemporer semacam Ismail Raji al-Faruqi, Prof. Naquib al Attas, Sayyed Hossein Nasr, dan belakangan Osman Bakar. (10) Selain pada pada aspek filsafat, orientasi, tujuan, dan epistemologi pendidikan seperti telah diuraikan di atas, integrasi imtak dan iptek itu perlu dilakukan dengan metode pembelajaran yang tepat. Pendidikan imtak pada akhirnya harus berbicara tentang pendidikan agama (Islam) di berbagai sekolah maupun perguruan tinggi. Untuk mendukung integrasi pendidikan imtak dan iptek dalam sistem pendidikan nasional kita, maka pendidikan agama Islam disemua jenjang pendidikan tersebut harus dilakukan dengan pendekatan yang bersifat holistik, integralistik dan fungsional. Dengan pendekatan holistik, Islam harus dipahami secara utuh, tidak parsial dan partikularistik. Pendidikan islam dapat mengikuti pola iman, Islam dan Ihsan, atau pola iman, ibadah dan akhlakul karimah, tanpa terpisah satu dengan yang lain, sehingga pendidikan Islam dan kajian Islam tidak hanya melahirkan dan memparkaya pemikiran dan wacana keislaman, tetapi sekaligus melahirkan kualitas moral (akhlaq al karimah) yang menjadi tujuan dari agama itu sendiri. Pendidikan Islam dengan pendekatan ini harus melahirkan budaya ―berilmu amaliah dan beramal ilmiah‖. Integrasi ilmu dan amal, imtak dan iptek haruslah menjadi ciri dan sekaligus nilai tambah dari pendidikan islam. (11) Dengan pendekatan integralistik, pendidikan agama tidak boleh terpisah dan dipisahkan dari pendidikan sains dan teknologi. Pendidikan iptek tidak harus dikeluarkan dari pusat kesadaran keagamaan dan keislaman kita. Ini berarti, belajar sains tidak berkurang dan lebih rendah nilainya dari belajar agama. Belajar sains merupakan perintah Tuhan (Al -Quran), sama dan tidak berbeda dengan belajar agama itu sendiri. Penghormatan Islam yang selama ini hanya
diberikan kepada ulama (pemuka agama) harus pula diberikan kepada kaum ilmuan (Saintis) dan intelektual. Dengan secara fungsional, pendidikan agama harus berguna bagi kemaslahatan umat dan mampu menjawab tantangan dan pekembangan zaman demi kemuliaan Islam dan kaum muslim. Dalam perspektif Islam ilmu memang tidak untuk ilmu dan pendidikan tidak untuk pendidikan semata. Pendidikan dan pengembangan ilmu dilakukan untuk kemaslahatan umat manusia yang seluasluasnya dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT. Semetara dari segi metodologi, pendidikan dan pengajaran agama disemua jenjang pendidikan tersebut, tidak cukup dengan metode rasional dengan mengisi otak dan kecerdasan peserta didik demata-mata, sementara jiwa dan spiritualitasnya dibiarkan kosong dan hampa. Pendidikan agama perlu dilakukan dengan memberikan penekanan pada aspek afektif melalui praktik dan pembiasaan, serta melalui pengalaman langsung dan keteladanan prilaku dan amal sholeh. Dalam tradisi intelektual Islam klasik, pada saat mana Islam mencapai puncak kejayaannya, aspek pemikiran teoritik (al aql al nazhari) tidak pernah dipisahkan dari aspek pengalaman praksis (al aql al amali). Pemikiran teoritis bertugas mencari dan menemukan kebenaran, sedangkan pemikiran praksis bertugas mewujudkan kebenaran yang ditemukan itu dalam kehidupan nyata sehingga tugas dan kerja intelektual pada hakekatnya tidak pernah terpisah dari realitas kehidupan umat dan bangsa. Dalam paradigma ini, ilmu dan pengembangan ilmu tidak pernah bebas nilai. Pengembangan iptek harus diberi nilai rabbani (nilai ketuhanan dan nilai imtak), sejalan dengan semangat wahyu pertama, iqra‘ bismi rabbik. Ini berarti pengembangan iptek tidak boleh dilepaskan dari imtak. Pengembangan iptek harus dilakukan untuk kemaslahatan kemanusiaan yang sebesar-besarnya dan dilakukan dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT. Dalam perspektif ini, maka pengembangan pendidikan bermajna dakwah dalam arti yang sebenar-benarnya
Keselarasan IMTAQ dan IPTEK
―Barang siapa ingin menguasai dunia dengan ilmu, barang siapa ingin menguasai akhirat dengan ilmu, dan barang siapa ingin menguasai kedua-duanya juga harus dengan ilmu‖ (Al-Hadist). Perubahan lingkungan yang serba cepat dewasa ini sebagai dampak globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), harus diakui telah memberikan kemudahan terhadap berbagai aktifitas dan kebutuhan hidup manusia. Di sisi lain, memunculkan kekhawatiran terhadap perkembangan perilaku khususnya para pelajar dan generasi muda kita, dengan tumbuhnya budaya kehidupan baru yang cenderung menjauh dari nilai-nilai spiritualitas. Semuanya ini menuntut perhatian ekstra orang tua serta pendidik khususnya guru, yang kerap bersentuhan langsung dengan siswa. Dari sisi positif, perkembangan iptek telah memunculkan kesadaran yang kuat pada sebagian pelajar kita akan pentingnya memiliki keahlian dan keterampilan. Utamanya untuk menyongsong kehidupan masa depan yang lebih baik, dalam rangka mengisi era milenium ketiga yang disebut sebagai era informasi dan era bio-teknologi. Ini sekurang-kurangnya telah memunculkan sikap optimis, generasi pelajar kita umumya telah memiliki kesiapan dalam menghadapi perubahan itu. Don Tapscott, dalam bukunya Growing up Digital (1999), telah melakukan survei terhadap para remaja di berbagai negara. Ia menyimpulkan, ada sepuluh ciri dari generasi 0 (zero), yang akan mengisi masa tersebut. Ciri-ciri itu, para remaja umumnya memiliki pengetahuan memadai dan akses yang tak terbatas. Bergaul sangat intensif lewat internet, cenderung inklusif, bebas berekspresi, hidup didasarkan pada perkembangan teknologi, sehingga inovatif, bersikap lebih dewasa, investigative arahnya pada how use something as good as possible bukan how does it work. Mereka pemikir cepat (fast thinker), peka dan kritis terutama pada informasi palsu, serta cek ricek menjadi keharusan bagi mereka. Sikap optimis terhadap keadaan sebagian pelajar ini tentu harus diimbangi dengan memberikan pemahaman, arti penting mengembangkan aspek spiritual keagamaan dan aspek pengendalian emosional. Sehingga tercapai keselarasan pemenuhan kebutuhan otak dan hati (kolbu). Penanaman kesadaran pentingnya nilai-nilai agama memberi jaminan kepada siswa akan kebahagiaan dan keselamatan hidup, bukan saja selama di dunia tapi juga kelak di akhirat.
Jika hal itu dilakukan, tidak menutup kemungkinan para siswa akan terhindar dari kemungkinan melakukan perilaku menyimpang, yang justru akan merugikan masa depannya serta memperburuk citra kepelajarannya. Amatilah pesta tahunan pasca ujian nasional, yang kerap dipertontonkan secara vulgar oleh sebagian para pelajar. Itulah salah satu contoh potret buram kondisi sebagian komunitas pelajar kita saat ini. Untuk itu, komponen penting yang terlibat dalam pembinaan keimanan dan ketakwaan (imtak) serta akhlak siswa di sekolah adalah guru. Kendati faktor lain ikut mempengaruhi, tapi dalam pembinaan siswa harus diakui guru faktor paling dominan. Ia ujung tombak dan garda terdepan, yang memberi pengaruh kuat pada pembentukan karakter siswa. Kepada guru harapan tercapainya tujuan pendidikan nasional disandarkan. Ini sebagaimana termaktub dalam Pasal 3 Undang-undang No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Intinya, para pelajar kita disiapkan agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri. Sekaligus jadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Tujuan pendidikan sebenarnya mengisyaratkan, proses dan hasil harus mempertimbangkan keseimbangan dan keserasian aspek pengembangan intelektual dan aspek spiritual (rohani), tanpa memisahkan keduanya secara dikhotomis. Namun praktiknya, aspek spiritual seringkali hanya bertumpu pada peran guru agama. Ini dirasakan cukup berat, sehingga pengembangan kedua aspek itu tidak berproses secara simultan. Upaya melibatkan semua guru mata ajar agar menyisipkan unsur keimanan dan ketakwaan (imtak) pada setiap pokok bahasan yang diajarkan, sesungguhnya telah digagas oleh pihak Departeman Pendidikan Nasional maupun Departemen Agama. Survei membuktikan, mengintegrasikan unsur ‗imtaq‘ pada mata ajar selain pendidikan agama adalah sesuatu yang mungkin. Namun dalam praktiknya, target kurikulum yang menjadi beban setiap guru yang harus tuntas serta pemahaman yang berbeda dalam menyikapi muatan-muatan imtaq yang harus disampaikan, menyebabkan keinginan menyisipkan unsur imtak menjadi terabaikan. Memang tak ada sanksi apapun jika seorang guru selain guru agama tidak menyisipkan unsur imtaq pada pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Sesungguhnya ia bukan sekadar tanggung jawab guru agama, tapi tanggung jawab semuanya. Dalam kacamata Islam, kewajiban menyampaikan kebenaran agama kewajiban setiap muslim yang mengaku beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Berdasarkan uraian di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa motivasi islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah besar. Hal ini terbukti dari firman Allah dan hadist Rasulullah yang menyatakan bahwa ilmu sangatlah penting dan Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang berilmu bahkan akan mengangkat derajatnya. Selain itu juga terbukti dengan banyaknya para ilmuan dan orang muslim yang ahli dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Tak hanya itu, perkembangan iptek di masa Khalifah Abbasiyah yang berkembang dengan baik juga merupakan bukti bahwa ilmu pengetahuan sangat penting dalam islam. Namun, perlu diingat pula bahwa kemajuan iptek perlu didukung dengan kemajuan dan perbaikan imtaq. Kedua hal tersebut haruslah selaras dan seimbang. Iptek sesungguhnya sangatlah penting dan teramat berguna dalam meningkatkan taraf hidup manusia. Karena itu perlu ada saringan pengguna iptek. Saringannya adalah agama dan akal budi.
3.2 Perspektif Al-Qur’an dan Al-Sunnah tentang Iptek Sesungguhnya Islam adalah agama yang menghargai ilmu pengetahuan. Menuntut ilmu, dalam ajaran Islam, adalah suatu yang sangat diwajibkan sekali bagi setiap Muslim, apakah itu menuntut ilmu agama atau ilmu pengetahuan lainnya. Terkadang orang tidak menyadari betapa pentingnya Ayat
kedudukan yang
Al-Qur‘an
(1) bacalah
2.
Dia
telah
Bacalah,
4.
yang
dengan
Al-Alaq
dengan
3.
dalam
berkenaan
QS.
1.
ilmu
(menyebut)
mengajar
pendidikan
1-5 nama
menciptakan dan
kehidupan
yang Tuhanmu
manusia
Tuhanmulah (manusia)
sebagai
dari yang
dengan
yang
perantaran
berikut. artinya:
Menciptakan,
segumpal Maha
ini.
darah. pemurah, kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Allah Ta‘ala berfirman menerangkan keutamaan ulama dan apa-apa yang mereka miliki dari kedudukan
dan
ketinggian:
―Katakanlah: ―Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?‖ Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.‖ (QS. Az-Zumar: 9)
1.
Firman
Allah
yang
lain:
―Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat.‖ (QS. Al-Mujaadilah: 11)
2. Sungguh Allah telah memuliakan ilmu dan ulama dengan memberikan kepada mereka kebaikan yang umum dan menyeluruh sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya: ―Allah menganugrahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur`an dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi Al-Hikmah itu, ia benarbenar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran.‖ (QS. Al-Baqarah: 269)
3.
Allah
Ta‘ala
berfirman:
―Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.‖ (QS. Faathir:28)
4. Ulama adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang lurus dan pemahaman yang mendalam,
Allah
Ta‘ala
berfirman:
―Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.‖ (Al-‘Ankabuut:43)
7.
Selain
itu
dalam
firman
Allah:
―Allah dan para malaikat serta orang-orang yang berilmu menyatakan (bersaksi) bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia (Allah)‖ (QS.Ali-‗Imran: 18).
8. ―Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan jika kamu tidak mengetahui‖ (QS. An-Nahl: 43).
9.
Firman
Allah:
―Sebenarnya, Al Qur‘an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu‖… (QS. Al Ankabut: 49)
10. ―Salah satu syarat diterimanya sebuah amal manusia adalam adanya ilmu. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.‖ 36)
(QS.Al-Israa‘: Selain ayat Al-Qur‘an yang berkaitan dengan ilmu ada juga hadits sebagai berikut.
1. Dari Mu‘awiyah radhiyallahu ‗anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‗alaihi wa sallam
bersabda:
―Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya, niscaya Allah akan pahamkan dia tentang agama(nya).‖ (Muttafaqun ‗alaih)
2. Dari Abud Darda` radhiyallahu ‗anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wa
sallam
bersabda:
―Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan yang ada di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat banyak.‖ (HR. Abu Dawud no.3641, At-Tirmidziy no.2683, dan isnadnya hasan, lihat Jaami‘ul Ushuul 8/6)
3.
Dari
Rasulullah
‗Abdullah
bin
Mas‘ud
radhiyallahu
shallallahu
‗alaihi
‗anhu
dia
wa
berkata: sallam
Aku
mendengar bersabda:
―Semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami lalu dia menyampaikannya (kepada yang lain) sebagaimana yang dia dengar, maka kadang-kadang orang yang disampaikan ilmu lebih memahami daripada orang yang mendengarnya.‖ (HR. AtTirmidziy no.2659 dan isnadnya shahih, lihat Jaami‘ul Ushuul 8/18)
4. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‗anhu dari Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam, beliau bersabda: : ―Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo‘akannya.‖ (HR. Muslim no.1631)
5.
Adapun
pahala
menuntut
ilmu
Rasululllah
saw.
bersabda:
―Orang yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat; orang yang menuntut ilmu berarti menjalankan rukun Islam dan pahala yang diberikan kepadanya sama dengan pahala para nabi.‖ (H.R. Ad-Dailami dari Anas r.a).
6.
Sedangkan
dalam
hadist
lain
yang
diriwayatkan
Imam
Muslim
r.a.:
―Barangsiapa yang melalui suatu jalan guna mencari ilmu pengetahuan, niscaya Allah Subhanahu wa Ta‘ala akan memudahkan baginya jalan ke surga.‖ Maka dalam menuntut ilmu niatkanlah semata-mata mencari keridaan Allah Subhanahu wa Ta‘ala yang akan dibalas dengan pahala kebaikan untuk dunia dan akhirat.
7. Dari Abu Musa Al-Asy‘ariy radhiyallahu ‗anhu dari Nabi shallallahu ‗alaihi wa sallam, beliau bersabda: ―Perumpamaan apa yang aku bawa dari petunjuk dan ilmu adalah seperti air hujan yang banyak yang menyirami bumi, maka di antara bumi tersebut terdapat tanah yang subur, menyerap air lalu menumbuhkan rumput dan ilalang yang banyak. Dan di antaranya terdapat tanah yang kering yang dapat menahan air maka Allah memberikan manfaat kepada manusia dengannya sehingga mereka bisa minum darinya, mengairi tanaman dengannya dan bercocok tanam dengan airnya. Dan air hujan itu pun ada juga yang turun kepada tanah/lembah yang tandus, tidak bisa menahan air dan tidak pula menumbuhkan rumput-rumputan. Itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah dan orang yang mengambil manfaat dengan apa yang aku bawa, maka ia mengetahui dan mengajarkan ilmunya kepada yang lainnya, dan perumpamaan orang yang tidak perhatian sama sekali dengan ilmu tersebut dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya.‖ (HR. Al-Bukhariy)
8. Nabi Muhammad SAW juga sangat menghargai orang yang berilmu. ―Ulama adalah pewaris para Nabi‖ Begitu sabdanya seperti yang dimuat di HR Abu Dawud.
9. Bahkan Nabi tidak tanggung-tanggung lebih menghargai seorang ilmuwan daripada satu kabilah. ―Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan daripada matinya seorang ‗alim.‖ (HR Thabrani)
10. Seorang ‗alim juga lebih tinggi dari pada seorang ahli ibadah yang sewaktu-waktu bisa tersesat karena kurangnya ilmu. ―Keutamaan orang ‗alim atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan diriku atas orang yang paling rendah dari sahabatku.‖ (HR At Tirmidzi).
11. Nabi Muhammad mewajibkan ummatnya untuk menuntut ilmu. ―Menuntut ilmu wajib bagi muslimin dan muslimah‖ begitu sabdanya. ―Tuntutlah ilmu dari sejak lahir hingga sampai ke liang lahat.‖
12. Hadits-hadits seperti ―Siapa yang meninggalkan kampung halamannya untuk mencari pengetahuan, ia berada di jalan Allah‖, ―Tinta seorang ulama adalah lebih suci daripada darah seorang syahid (martir)‖, memberikan motivasi yang kuat untuk belajar.
13. Dari Ibunda kaum mu‘minin, Ummu Abdillah ‗Aisyah rodhiyallohu ‗anha, dia berkata: ‖Rosululloh shollallohu ‗alaihi wasallam pernah bersabda: ‖Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu (amalan) dalam urusan (agama) kami yang bukan dari kami, maka (amalan) itu tertolak.‖ (HR. Bukhori dan Muslim). Dan dalam riwayat Muslim: ―Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka itu tertolak.‖
14. Perintah untuk ber-guru sangat dianjurkan walaupun harus sampai kenegeri Cina. ―Uthlubul ‗ilma walaw bishshiin‖, tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina. Hadits ini diri wayatkan dari jalan Abu ‗Atikah Al Bashri, dari Anas bin Malik.
15. Apabila kamu melewati taman-taman surga, minumlah hingga puas. Para sahabat bertanya, ―Ya Rasulullah, apa yang dimaksud taman-taman surga itu?‖ Nabi Saw menjawab, ―Majelismajelis taklim.‖ (HR. Ath-Thabrani)
16. ―Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.‖ (HR. Muslim)
17. Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang ‗abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama terhadap seluruh bintang. (HR. Abu Dawud )
18. Mendapatkan paket MLM Pahala. Dalam menuntut ilmu pasti terjadi nasehat-menasehati. ―Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka ia akan mendapatkan pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan, maka ia akan menanggung dosa sebanyak dosa orang yang mengikutinya itu tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka‖ [Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim
no.
2674]
Akidah Islam adalah landasan hidup seorang muslim yang merupakan satu-satunya asas Negara. Sehingga tidak layak keberadaan sesuatu dalam institusi Negara, struktur Negara, operasional Negara atau apapun yang terkait dengan Negara termasuk landasan hukum pendidikan kecuali berasaskan akidah Islam. Dalam Daulah Khilafah Islamiyah pendidikan akan diselenggerakan dengan dasar akidah Islam yang tercermin pada penetapan arah pendidikan, penyusunan kurikulum, dan silabi serta menjadi dasar dalam kegiatan belajar-mengajar.
Islam mewajibkan setiap muslim untuk memegang teguh ajaran Islam dan menjadikannya sebagai dasar dalam berpikir dan berbuat, asas dalam hubungan antar sesama manusia, asas bagi aturan masyarakat, dan asas dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, termasuk dalam menyusun sistem pendidikan. Penetapan akidah Islam sebagai asas pendidikan tidaklah berarti
bahwa setiap ilmu pengetahuan harus bersumber dari akidah Islam tapi akidah dijadikan sebagai standar
penilaian
atau
tolak
ukur
pemikiran
dan
perbuatan.
Pada dasarnya, sistem pendidikan Islam didasarkan pada sebuah kesadaran bahwa setiap muslim wajib menuntut ilmu dan tidak boleh mengabaikannya. Rasulullah Saw bersabda yang artinya:‖menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim‖(HR. Ibnu Adi dan Baihaqi). Atas dasar ini, Negara wajib menyediakan pendidikan bebas biaya kepada warga negaranya baik muslim maupun non-muslim, miskin maupun kaya. Negara tidak hanya berkewajiban menyediakan pendidikan yang bebas biaya tetapi juga berkewajiban menyediakan pendidikan yang berkualitas dengan asas dan tujuan pendidikan.
Al-qur‘an sendiri memuat pemikiran dan keyakinan dari berbagai agama dan golongan di masa Nabi Muhammad Saw. Islam tidak melarang mempelajari segala macam pemikiran sekalipun bertentangan dengan akidah Islam, asal diserta koreksi dengan hujjah yang kuat untuk mengoreksi pendapat yang salah itu. Ilmu yang bertentangan dengan Islam tentu bukan sebagai suatu pengetahuan yang utama, melainkan semata-mata dipelajari untuk pengetahuan, menjelaskan kekeliruannya serta memberikan jawaban yang tepat, jangan mengambilnya sebagai pegangan hidup.
Pendidikan harus diarahkan bagi terbentuknya kepribadian Islam anak didik dan membina mereka agar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta tsaqafah Islam. Pendidikan juga harus menjadi media utama bagi dakwah dan menyiapkan anak dididk agar kelak menjadi kader umat yang akan ikut memajukan masyarakat Islam.
Pendidikan dianggap tidak berhasil apabila tidak menghasilkan keterikatan pada syariat Islam walaupun peserta didik menguasai ilmu pengetahuan. Pendidikan Islam adalah upaya sadar yang terstruktur, terprogram, dan sistematis yang bertujuan mengembangkan manusia yang berkepribadian Islam, menguasai tsaqofah Islam, dan menguasai ilmu kehidupan (sains teknologi dan seni) yang memadai, dan selalu menyelesaikan masalah kehidupan sesuai dengan syariat Islam.
Seorang peserta didik harus dikembangkan semua jenis kecerdesannya baik itu intelektual, spiritual, emosional, dan politiknya. Kompetensi penguasaan ilmu yang cukup mencakup tsaqofah Islam maupun ilmu kehidupan, disertai sikap seseorang atas dasar Islam akan membuat ia selalu menyelesaikan segala masalah yang dihadapinya sesuai dengan syariat Islam baik itu masalah pribadi, keluarga, masyarakat, dan negara.
Al-qur‘an dengan tegas menguraikan arti pentingnya ilmu pengetahuan bagi kepentingan dan kelangsungan hidup manusia, tidak diragukan lagi ayat-ayatnya sebagian besar berbicara mengenai dasar-dasar kependidikan dalam arti luas. Al-Qur‘an sebagai materi utama dan sumber pedoman, didalamnya mengandung nilai-nilai kependidikan dalam rangka membudayakan manusia,
ayat-ayatnya
banyak
memberikan
motivasi
edukatif
bagi
manusia.
Islam merupakan sebuah sistem yang memberikan solusi terhadap berbagai problem yang dihadapi manusia. Setiap solusi yang diberikan selaras dengan fitrah manusia. Dalam konteks pendidikan, Islam telah menentukan bahwa Negaralah yang berkewajiban untuk mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah
3.3 Konsep Pengembangan Iptek
Allah menciptakan manusia memiliki potensi akal dan pikiran sebagai bekal untuk hidup di dunia. Melalui akal dan pikiran tersebut, manusia dapat memahami dan menyelidiki elemenelemen yang terdapat di alam serta memanfaatkannya untuk kesejahteraan mereka. Akal dan pikiran tersebut merupakan kelebihan dan keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepada manusia sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al Isra 70:
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Manusia juga diciptakan oleh Allah sebagai khalifah di muka Bumi dengan kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya di alam ini. Ketika Allah dalam firmanNya di Q.S. Ar Ra‘du 2 memilih kata ‖sakhkhara‖ yang berarti ‖menundukkan‖ atau ‖merendahkan‖, hal tersebut menunjukkan bahwa alam dengan segala manfaat yang dapat diperoleh darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia.
Artinya: Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas „Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. masingmasing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini Pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. Dengan demikian, dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memanfaatkan alam yang ‖ditundukkan‖ oleh Allah untuk manusia, manusia hendaknya memahami konsep dan tugasnya sebagai khalifah di Bumi. Manusia jangan sampai ―ditundukkan‖ oleh alam melalui nilai-nilai materialistik dan keserakahan karena sesungguhnya hal tersebut melanggar kodrat manusia
yang
diberikan
oleh
Allah.
Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, umat Islam hendaknya memiliki dasar dan motif bahwa yang mereka lakukan tersebut adalah untuk memperoleh kemakmuran dan kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk mencari keridhaan Allah sehingga terwujud kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Allah berfirman dalam Q.S. Al Bayyinah 5:
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. Kondisi
Umat
Islam
dalam
Perkembangan
Iptek
Saat
Ini
Terhambatnya kemajuan umat Islam di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini disebabkan umat Islam tidak memahami konsep dan mengoptimalkan fungsinya sebagai khalifah di Bumi. Seharusnya, dengan memahami konsep dan fungsinya sebagai khalifah di Bumi, umat
Islam mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menguasai dan memanfaatkan alam demi kebahagiaan di dunia dan akhirat. Terlebih lagi, umat Islam adalah umat pilihan Allah yang dianugerahi iman dan petunjuk berupa Al Quran dan sunnah rasul. Setelah manusia diciptakan Allah tidaklah dibiarkan dalam kebodohan sehingga makhluk ini mengembara di atas bumi dengan tidak berdaya. Tapi Tuhan Yang Maha Pengasih telah melimpahkan potensi berupa akal dan pengertian, diajarkannya untuk memahami elemen-elemen alam lalu menyelidiki dan menggunakan benda-benda yang terpendam dalam bumi dan langit demi memenuhi kebutuhannya. Nama-nama benda telah memberikan indikasi tata nama lewat manusia yang dapat dilihat dan mengerti alam serta karakteristik-karakteristiknya dari bendabenda (segala sesuatu). Yang demikian itu adalah jelas-jelas merupakan penghargaan yang sangat bagi manusia, seperti difirmankan oleh Allah SWT dalam QS. 17 (Al-Isra‘) : 70.
Ketika Al Qur‘an memilih kata sakhhara, yang artinya menundukkan atau merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya ini dengan segala manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia. Bukankah manusia diciptakan sebagai khalifah? Tidaklah wajar seorang khalifah tunduk dan merendahkan diri kepada sesuatu yang ditundukkan Allah kepadanya. Jika khalifah tunduk atau ditundukkan oleh alam, maka ketundukan itu tidak sejalan dengan maksud Allah SWT. Dinyatakan dalam QS. 13 (Al-Ra‘du) : 2.
Kata sakhkhara,
artinya
memberi
kemudahan
atau
dapat
memberi
keuntungan. Sakhkhara mempunyai dua arti, yaitu :pertama, sesuatu yang dapat diambil manfaatnya di bawah kontrol yang sempurna dari manusia dan dapat digunakan dalam beberapa cara menurut kehendak-Nya. Kedua, berarti sesuatu itu tetap teratur dan sistem regular hukumhukumnya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Malah makhluk langit dan bumi diciptakan untuk melayani manusia, agar tunduk kepada manusia. Alam dengan hukum-hukumnya yang teratur dapat dimanfaatkan manusia.
Dengan kemampuan akal, ilmu dan teknologinya manusia dapat meniru segala kekuatan beraneka makhluk, manusia dengan kapal udara dan jet dapat terbang ke udara seperti burung. Manusia dapat menembus bumi dengan teknologinya menggali segala mineral dan minyak yang terpendam dalam bumi. Malah dengan teknologinya manusia dapat membuat terowongan untuk jalan kereta api atau mobil. Dan dengan teknologinya pula manusia dapat membuat terowongan di bawah dasar laut. Manusia mulai berfikir dari apa yang telah diberikan kepadanya berbagai kekuatan dan kemampuan untuk lebih mendalami rahasia-rahasia dunia fisik. Siapakah sebenarnya yang memberikan kekuatan dan kemampuan kecerdasan manusia untuk menguasai benda-benda material dan memanfaatkannya demi mencukupi kebutuhannya sendiri? Ini semua untuk memberikan keuntungan dari Allah, bahwa manusia diharapkan mampu menjadi khalifah-Nya di atas bumi.
Ingatlah Iqra‘ bismirabbikalladzi khalaq ( bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan). Itulah tempat manusia tunduk, bukan kepada alam dan segala yang diciptakan. Allama bilqalam (yang mengajar dengan qalam). Makna qalam terus berkembang sepanjang zaman, mulai dari alat tulis sederhana, sampai arti qalam di abad modern ini, seperti mesin tik, komputer, mesin-mesin percetakan, cetak jarak jauh, internet, dan kini yang mengagumkan adalah handphone dengan aneka fungsinya yang terus berkembang.Qalam adalah alat tulis dan alat rekam, sebagai lambang teknologi, karena sesungguhnya Tuhan bisa saja mengajar manusia bukan dengan cara biasa seperti umpamanya ia mengajar para Nabi dan orang-orang tertentu tanpa alat. peran Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya ada 2 (dua), yaitu: (1) Menjadikan aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Jadi, paradigma Islam, dan bukannya paradigma sekuler, yang seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur ilmu pengetahuan; (2) Menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan ilmu ppengetahuan. Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek.
Berkaitan dengan peran agama Islam yang pertama, aqidah Islam sebagai dasar ilmu pengetahuan dan teknologi. Inilah peran pertama yang dimainkan Islam dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu aqidah Islam harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW. Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika aqidah Islam dijadikan landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi maksudnya adalah konsep iptek harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur Al-Qur`an dan Al-Hadits dan tidak boleh bertentangan dengan keduanya.
Maksud dari menjadikan aqidah Islam sebagai landasan ilmu pengetahuan dan teknologi bukanlah bahwa konsep ilmu pengetahuan dan teknologi wajib bersumber kepada Al-Qur`an dan Al-Hadits, tapi yang dimaksud, bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi wajib berstandar pada Al-Qur`an dan Al-Hadits. Ringkasnya, Al-Qur`an dan Al-Hadits adalah standar (miqyas) ilmu pengetahuan dan teknologi, dan bukannya sumber (mashdar) ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya, apa pun konsep yang dikembangkan, harus sesuai dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits.
Peran kedua agama Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah bahwa syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, bagaimana pun juga bentuknya. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam. Keharusan tolok ukur syariah ini didasarkan pada banyak ayat dan juga hadits yang mewajibkan umat Islam menyesuaikan perbuatannya (termasuk menggunakan iptek) dengan ketentuan hukum Allah dan Rasul-Nya.
Jika dua peran ini dapat dimainkan oleh umat Islam dengan baik, dengan menerapkanya dalam kehidupan bermasyarakat. Insyaallah akan ada berbagai berkah dari Allah kepada umat Islam dan juga seluruh umat manusia. Sehingga setiap segi kehidupan dan kegiatan yang dilaksanakan oleh umat manusia dapat selalu diridhai dan mendapatkan rahmat dari Allah swt.
Melihat pembahasan di atas, dapat diperoleh informasi bahwa agama, terutama dalam hal ini agama Islam memiliki pandangan sendiri dalam menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pandangan tersebut terimplementasikan melalui peran yamg dimiliki oleh agama islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Uraian Ahmad Abdul Hadi Syahin tersebut, dapat dikutip untuk menunjukan bahwa islam begitu berperan dalam upaya mengontrol dan menstabilkan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sebagai upaya mewujudkan keselarasan hidup guna menciptakan kerukunan dan perdamaian umat beragama di seluruh dunia. DAFTAR PUSAKA -
http://syahruddinalga.blogspot.com/2011/10/konsep-pengembangan-teknologi-setelah.html
-
http://alshafa.wordpress.com/2011/06/16/konsep-pengembangan-iptek-dalam-islam-2/
-
Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.
-
Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000
-
Titus, Smith, Nolan., Persoalan-persoalan Filsafat, Cet. I, Bulan Bintang, Jakarta, 1984.
-
Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983.
-
Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.
-
Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997
-
M. Ihsan Dacholfany adalah mahasiswa ISID 1997 – Staf Pengajar PP Gontor – Perpustakaan Darussalam)