KEBIJAKAN REDAKSIONAL MAJALAH NAGASWARA DALAM RUBRIK INTRO EDISI MARET-APRIL 2010 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)
Disusun Oleh:
Dzikri Nurlaili NIM: 106051101906
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H./2013 M.
KEBIJAKAN REDAKSIONAL MAJALAH NAGASWARA DALAM RUBRIK INTRO EDISI MARET-APRIL 2010
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)
Oleh Dzikri Nurlaili NIM: 106051101906
Di Bawah Bimbingan
Rubiyanah, MA NIP: 19730822 199803 2001
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H./2013 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Januari 2013
Dzikri Nurlaili
ABSTRAK Dzikri Nurlaili Kebijakan Redaksional Majalah NAGASWARA dalam Rubrik Intro Edisi Maret-April 2010 Kebijakan redaksional merupakan kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk sebuah perusahaan media dalam menjalankan kegiatan yang disesuaikan dengan visi dan misi dari media itu sendiri. Begitupula dengan majalah NAGASWARA. Majalah ini adalah majalah pribadi yang dimiliki produser label musik NAGASWARA. Majalah ini dibuat sesuai dengan visi-nya yakni menjadikan dirinya sebagai majalah musik yang berkualitas dalam memberikan sebuah berita di tanah air khususnya. Majalah ini pun memiliki misi agar artis yang dimiliki oleh label NAGASWARA dapat disukai khalayak. Karena majalah ini milik pribadi, maka majalah NAGASWARA membatasi beritanya hanya pada artis yang bernaung di bawah label NAGASWARA saja. Visi misi dari majalah inilah yang menyebabkan kebijakan redaksionalnya sedikit berbeda dengan majalah-majalah lain yang bersifat komersil. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kebijakan redaksional yang dibuat serta diterapkan oleh majalah NAGASWARA pada rubrik Intro pada edisi maret-april 2010. Maka dari itu penulis ingin mengetahui perumusan masalahnya. Yakni, bagaimana Kebijakan Redaksional Majalah NAGASWARA dalam Rubrik Intro Edisi Maret-April 2010. Teori yang digunakan dalam penulisan ini adalah teori Hirarki Pengaruh yang diperkenalkan oleh Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori ini menjelaskan tentang pengaruh internal dan eksternal terhadap isi dari suatu pemberitaan media. Dalam hal ini penulis menjelaskan tentang pengaruh ideologi dalam jenis bermusik. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan. Tujuan utama dalam menggunakan metode ini adalah menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dan suatu gejala tertentu. Adapun teknik pengumpulan datanya melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Majalah NAGASWARA bukan majalah komersil yang diperjual belikan, maka dari itu isi kebijakan redaksional lebih mengacu kepada kebijakan yang bersifat pribadi, karena majalah NAGASWARA merupakan kebijakan label yang di dokumentasikan lewat majalah. Majalah ini memuat berita tentang apapun yang ada dalam label musik NAGASWARA, tanpa memikirkan konsep yang mengedepankan idealis yang biasa majalah lain suguhkan.
i
KATA PENGANTAR
Dalam kehidupan setiap manusia pasti pernah mengalami cobaan dan kesulitan. Namun di balik cobaan dan kesulitan tersebut pasti ada jalan yang diberikan oleh Tuhan agar kita mampu melewatinya dengan baik. Hal tersebut juga dialami penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, berkat petunjuk-Nya lah penulis dapat melewati berbagai macam rintangan dan cobaan yang menghadang dalam proses penyelesaian penelitian ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucap syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang selama ini membimbing penulis dalam mengarungi kerasnya kehidupan di dunia ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, beliaulah yang memberikan pencerahan kepada segenap umat manusia untuk menuju jalan yang terang dalam kehidupan. Penelitian ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat: 1. Dr. Arief Subhan, MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, serta Drs. H. Mahmud Jalal, MA Drs. Studi Rizal L.K. MA dan Drs. Wahidin Saputra, MA selaku para pembantu Dekan Fakultas Ilmu
ii
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Rubiyanah, MA, selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik sekaligus dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu bagi penulis untuk mendiskusikan penelitian ini. Terimakasih sedalam-dalamnya atas segala ilmu dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. 3. Ade Rina Farida, M.Si selaku Sekertaris Konsentrasi Jurnalistik yang selalu membantu dalam segala urusan akademik penulis, terimakasih atas segala bantuannya. 4. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih atas segala ilmu pengetahuan yang diberikan selama penulis menempuh studi di kampus tercinta ini. 5. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih atas kerjasama dan bantuannya. 6. Kedua orang tua tercinta hidup dan matiku Tirta Jaya Kelana dan Cicah Roikah Spd.I. Terimakasih atas segala bentuk cinta kasih yang tercurah selama ini. 7. Keluarga besar Mad Buang di Kramat Jati beserta teman-teman sejawatku disana. Semoga tali silaturahmi kita dapat terus terjaga dengan baik.
iii
8. Teman-teman Konsentrasi Jurnalistik angkatan 2006. Terimakasih banyak telah menjadi teman seperjuangan penulis selama menempuh studi di Universitas Islam Negeri Jakarta. 9. BPN yang pertama kali nyuruh penulis agar cepat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Yang bantuin buat proposal skripsi, nyari bahan dll. Terimakasih pipi. 10. Meyda Anggraeni yang selalu kasih support, yang kadang agak berisik dan ngeselin kalo nyuruh buat ngerjain skripsi. Tapi berisiknya merupakan sebuah motivasi yang besar untuk penulis dapat menyelesaikan tugas penelitian ini. 11. Mosa yang juga pernah memberikan motivasi bagi penulis dalam penggarapan saat penulis masih dalam penelitian. 12. Keluarga kedua penulis di Royal Serpong Village 71. Guruku, Mamakee, Dede Aysar, Mas Makmur, Mang Aim, Mang Udin, Zamy, Teh Olis, Bi Nuni, Teh Las yang selalu hadir dalam setiap keseharian penulis. 13. Teman-teman seperjuangan A Iik, Alle serta beberapa teman lainnya khususnya temen-temen di basecamp Wali seperti Mpok Rini, Ambret, Echo dan Mas Agus yang banyak membantu demi kelangsungan karya ilmiah yang penulis buat. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian ini, baik langsung maupun tidak langsung. Terimakasih atas segala bantuannya semoga Allah SWT membalas segala perbuatan baik Anda selama ini.
iv
Dalam penelitian ini penulis menyadari masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis menerima pertanyaan, masukan atau saran yang berkaitan dengan karya ilmiah ini. Untuk berkorespondensi dengan penulis, Anda dapat menghubungi penulis melalui surat elektronik dengan alamat
[email protected] atau di alamat twitter @Ekidzikri dan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi Anda semua pada umumnya.
Jakarta, Januari 2013
Penulis
v
DAFTAR ISI ABSTRAK ......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vi
BAB I : PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F. G.
Latar Belakang Masalah ................................................................. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................... Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... Tinjauan Pustaka ............................................................................ Definisi Istilah Penelitian ............................................................... Metodologi Penelitian .................................................................... Sistematika Penulisan ....................................................................
1 7 8 9 10 11 15
BAB II : LANDASAN TEORI A. Pengertian Kebijakan Redaksional ................................................ B. Teori ............................................................................................... C. Majalah ........................................................................................... 1. Pengertian dan Sejarah Majalah ............................................... 2. Karakteristik Majalah ............................................................... 3. Fungsi Majalah ......................................................................... 4. Kategorisasi Majalah ................................................................ D. Pengertian Rubrik...........................................................................
16 23 25 25 28 29 30 37
BAB III : GAMBARAN UMUM MAJALAH NAGASWARA A. B. C. D. E. F.
Sejarah Singkat Majalah NAGASWARA..................................... Visi dan Misi Majalah NAGASWARA ........................................ Keredaksian ................................................................................... Profile Pembaca............................................................................. Rubrik-rubrik di Majalah NAGASWARA ................................... Intro ...............................................................................................
vi
38 40 40 43 44 48
BAB IV : ANALISIS DATA A. B. C. D.
Proses Perjalanan Berita ................................................................. Proses Pengumpulan Data .............................................................. Proses Penyeleksian Data............................................................... Proses Penyuntingan Data ..............................................................
54 56 57 60
BAB V : PENUTUP A. KESIMPULAN .............................................................................. B. SARAN-SARAN ...........................................................................
61 63
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
64
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majalah adalah wadah yang terbit mingguan atau bulanan yang tidak berupa lembaran lebar yang disebut koran. Bila berbicara perbedaaan antara koran dan majalah tidak hanya menyangkut waktu terbit dan bentuknya saja, melainkan juga isinya. Koran lebih banyak berisi berita kejadian actual, ulasan berita, kolom opini dan informasi yang bersifat penerangan, sedangkan majalah lebih banyak berisi feature penyuluhan, kisah perjalanan, feature masalah dan pendirian penulisnya, cerita kocak, laporan hasil penyelidikan, sajak dan jenis-jenis kesusastraan. Dan majalah pun seringkali disertai foto dan gambar ilustrasi. Majalah merupakan suatu media yang menyuguhkan penilaian secara normatif, yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.1 Majalah lebih mementingkan kemenarikan bahan yang ditulis daripada aktualitas. Dalam kemenarikan ini juga termasuk keterlibatan pembaca dalam tuturan yang dikemukakan. Kalau harian member berita actual yang sedang berjalan sedangkan majalah member tulisan yang timeless (tidak ditentukan oleh waktu). Bahannya lebih mendalam daripada berita dan kejadian yang dilukiskannya lebih dramatis. Selain itu juga memberikan penyuluhan yang berguna tentang fakta yang sedang menjadi masalah dalam masyarakat.
1
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Ed. 2, Penerjemah Dharma dan Ram, (Jakara: Erlangga, 1987), h. 3.
1
2
Majalah yang terbit mingguan atau bulanan memerlukan tulisan susastra, puisi dan jenis-jenis belles letters (sastra) lainnya. Penulis untuk majalah bukan wartawan yang memburu berita, tetapi menyusun berita dengan teliti dan menarik, agar pembaca merasa puas dan senang. Majalah sebagai feature akan lebih mengulas unsur mengapa dan bagaimana, bukan apa, siapa, kapan dan dimana seperti berita. Dalam penulisan, majalah mengembangkan penulisan feature, sebuah gabungan penulisan antara kaidah sastra dengan kaidah jurnalistik. Kaidah jurnalistik mendukung dimunculkannya fakta-fakta yang terdapat dilapangan. Selanjutnya, kaidah sastra berhubungan dengan teknik penulisan, sehingga bahasa yang digunakan dalam majalah bukan bahasa yang terburu-buru seperti koran, tapi bahasa yang lebih tenang. Media massa telah dikenal melalui fungsinya sebagai sarana untuk mendapatkan informasi. Setiap orang dapat menentukan informasi yang ingin diketahuinya, seperti informasi tentang ekonomi dan bisnis, internasional, politik, sosial dan budaya, olah raga, berita nasional, informasi tentang lowongan kerja, bahkan informasi tentang selebritis. Akan tetapi, selain berfungsi sebagai alat penyebar informasi, media massa mempunyai fungsi lainnya, yaitu sebagai lembaga pengawas, penafsiran, penyebaran nilai-nilai dan juga berfungsi dalam
3
memberikan hiburan kepada khalayak, yang tentunya tetap mengandung unsur mendidik.2 Hadirnya rubrik-rubrik hiburan dalam media massa disajikan untuk menjadi penyeimbang agar khalayak tidak mengalami overload of informations. Dalam artian, hiburan dalam media massa diharapkan tidak akan menyebabkan khalayak merasa jenuh.3 Karena apabila khalayak atau si pembaca merasa jenuh, ditakutkan tidak mau lagi membaca media tersebut karena adanya rasa bosan dengan apa yang mereka baca. Oleh karena itu media massa menyajikan rubrik hiburan yang mengundang rasa senang, sedih, marah, tawa dan lain sebagainya guna memuaskan seorang pembaca, karena menurut mereka itu semua adalah suatu hal yang penting yang tak luput dari kehidupan sehari-hari. Dengan adanya rubrik hiburan yang disajikan dari pihak media massa akan memberikan suatu hal yang baru, memberikan jeda pada aktifitas berpikir sehingga ada kesempatan bagi pikiran yang kalut untuk melakukan penyegaran kembali. Contoh dari pesan yang dapat menyentuh perasaan khalayak sebagaimana yang dimaksud diatas dapat kita temui pada karya feature, karya fiksi, artikel humor, sketsa, cerita bergambar (komik) dan infotainment. Tulisan atau karya-karya fiksi yang terdapat dalam media massa cetak merupakan rubrik yang banyak diminati khalayak, walaupun karya-karya fiksi 2
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 15. 3 Redi Panuju, Nalar Jurnalistik: Dasarnya-Dasar Jurnalistik (Malang: Bayumedia Publishing, 2005), h. 98.
4
tersebut lebih bersifat imaginatif, bukan berarti tidak ada kaitannya dengan masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan (actual).4 Karya-karya fiksi tidak hanya dapat kita nikmati dalam bentuk buku, tetapi dapat juga kita temui dalam media lainnya seperti majalah dan surat kabar. Kedua media ini selalu memberikan ruang bagi rubrik-rubrik lain agar isi dari berita yang dikeluarkan dapat menjadi berita yang menarik untuk dibaca. Salah satu penyajian hiburan dalam sebuah majalah adalah majalah yang berkaitan dengan musik. Telah banyak orang ketahui bahwasanya musik merupakan sebuah hiburan yang tak luput dari kehidupan manusia. Karena bagi mereka musik adalah suatu wadah untuk mencurahkan hati, baik hati yang sedang sedih, senang, gembira bahkan sakit sekalipun. Majalah musik memiliki rubrik-rubrik yang tidak biasa dari majalah umum yang sering kita temui sebelumnya. Perbedaan inilah yang membuat majalah musik menjadi menarik dan terlihat enjoy serta santai untuk dibaca. Salah satu rubrik yang sering ditemui dalam majalah musik adalah rubrik intro atau pendahuluan. Rubrik intro biasanya terdapat didepan atau dibalik cover majalah musik itu sendiri. Rubrik intro memiliki kapasitas page yang berbeda dalam sebuah majalah musik. Rubrik ini biasanya dikaitkan dengan cover yang terdapat pada lembar majalah. Pembahasannya lebih banyak dan lebih fokus, karena rubrik ini merupakan inti dari edisi yang dikeluarkan oleh pihak media.
4
Ibid, h. 98-101.
5
Ada beberapa majalah yang membahas tentang musik. Salah satunya adalah Majalah NAGASWARA. Yang membuat penulis tertarik untuk meneliti majalah ini adalah: NAGASWARA merupakan suatu label musik yang setara dengan label-label besar lainnya seperti Musica Studio’s, Trinity Optima, Sony BMG Indonesia, Warner Music Indonesia, Aksara Record, Alfa Record, Pelangi Record, Aquarius Musikindo dan banyak lagi label dibelakangnya. Namun yang berbeda dari label-label lainnya, label NAGASWARA ini membuat majalah dalam perusahaannya. Majalah tersebut berisikan tentang ruang lingkup management artis, kegiatan artis dan semua pembahasan maupun kegiatan yang berkaitan dengan label NAGASWARA tersebut. Isi dari majalah NAGASWARA hanya fokus pada artis yang berkecimpung dalam label NAGASWARA, seperti Band WALI, Kerispatih, Zivilia dan beberapa band besar lainnya. Tidak hanya band, label NAGASWARA pun memiliki artis Solo (Sendiri), Duo (Berdua), Trio (Bertiga), Boyband dan Girlband serta banyak lagi artis-artis lainnya. Dalam pembahasannya, majalah ini mengupas sosok artis, baik profile artist, kegiatan artist, jalan-jalan artis dan beberapa kegiatan lainnya seputar artis yang telah menandatangani kontrak dalam label tersebut. Label yang di produseri Rahayu Kertawiguna ini selalu menyuguhkan halhal menarik dalam perjalanannya, seperti membuat konsep acara yang bertema NAGASWARA MUSIK AWARDS (NMA). Telah diakui oleh beberapa pihak bahwasanya selama ini baru label NAGASWARA yang berinisiatif memberikan apresiasi penghargaan terhadap artist yang berkecimpung didalamnya. Lebih dari
6
150 artist yang masuk dalam nominasi-nominasi yang terdapat dalam beberapa kategori penghargaannya. Dan dapat kita lihat label NAGASWARA adalah label yang memiliki artist terbanyak se-Indonesia. Tidak hanya itu, label ini pun menuangkan prestasinya melalui beberapa rekor MURI yang didapat, seperti NAGASWARA sebagai produser music yang menaungi artis terbanyak, Rekor Ring Back Tone (RBT) terbanyak dalam waktu 4 bulan (Wali Band), Rekor perolehan Ring Back Tone (RBT) terbanyak 8 juta download dalam waktu 2 bulan (Wali Band), Rekor menyanyikan satu lagu dengan versi terbanyak yaitu 12 macam versi (The Polonia Band), Rekor pemrakarsa dan penyelenggara aktivasi NSP secara serentak dengan peserta terbanyak, 1.212 peserta (Kingkong Band), Rekor pengguna payung terbanyak dalam video klip (The Rain).5 Dari pencapaian-pencapaian yang label NAGASWARA raih, sangatlah wajar apabila perusahaan ini membuat instansi yang bertemakan sebuah media cetak. Walau media cetak ini hanya bersifat pribadi, namun media ini menampilkan unsur-unsur kemenarikan dalam setiap tampilannya. Isi dari Majalah NAGASWARA memiliki beberapa rubrik yang terdapat di dalamnya, salah satu dari rubrik tersebut adalah rubrik intro. Dan agar penulis fokus terhadap penelitian, maka penulis hanya meneliti rubrik intro dari edisi bulan maret sampai april 2010 yang bertemakan tentang Fenomenal Untuk Sebuah Nama yang didalamnya terdapat perjalanan spiritual WALI band pada
5
No Musik No Life NAGASWARA Magazine “23th Edition Desember 2010”.
7
saat pembuatan video klip Tobat Maksiat, Harga Diri dan Puaskah di salah satu Negara tertua yakni Negara di Mesir. Penulis mengangkat tema ini adalah, karena grup band WALI merupakan band yang religius yang disetiap lirik katanya terdapat unsur dakwah. Dan dakwah yang dibarengi dengan alunan musik ini diharapkan dapat memberikan manfaat pengetahuan dan ilmu kepada setiap orang yang mendengarnya. Oleh karena itu, dari pembahasan yang telah dikemukakan diatas penulis merasa tertarik untuk menulis sebuah karya ilmiah atau skripsi dengan memberikan judul Kebijakan Redaksional Majalah NAGASWARA dalam Rubrik Intro Edisi Maret-April 2010. B. Batasan dan Rumusan Masalah a. Batasan Masalah Dalam majalah NAGASWARA terdapat beberapa rubrik di dalamnya yakni: Intro, New Comer, TV Temen, Radio Temen, Story, Profil, Resep Dokter Musik, Private Collection, Action, Behind The Scene, Basecamp, Zodiak Musisi Indonesia, Legend, Back King, Agenda, Reklame Temen, Cord, Music Law dan Get In. Agar pembahasan penelitian tidak melebar, maka penulis membatasi permasalahannya hanya pada rubrik Intro edisi maret-april 2010
8
b. Rumusan Masalah Adapun Rumusan Masalahnya adalah: ”Bagaimana Kebijakan Redaksional Majalah NAGASWARA dalam Rubrik Intro Edisi Maret-April 2010?” C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kebijakan redaksional, serta bagaimana kebijakan itu diterapkan pada rubrik yang terdapat pada media tersebut. b. Tujuan Khusus Untuk mengetahui, menemukan, menjabarkan serta menganalisa kebijakan redaksional pada majalah musik NAGASWARA terhadap rubrik intro edisi maret-april 2010. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana pertimbangan kebijakan redaksional majalah musik NAGASWARA terhadap rubrik intro edisi maret-april 2010. b. Manfaat Praktis Agar penelitian ini dapat menjadi rujukan penelitian yang juga membahas masalah kebijakan redaksional.
9
D. Tinjauan Pustaka Berdasarkan hasil tinjauan penulis terhadap beberapa tulisan, buku maupun skripsi di perpustakaan Utama dan perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Ada beberapa skripsi yang membahas tentang kebijakan redaksional, diantaranya skripsi Diah Yuliani mengenai Kebijakan Redaksional Metro TV dan Penyajian Program Snapshot. Serta Oke Wintoro yang membahas tentang Kebijakan Redaksional Koran Seputar Indonesia dalam Opini Suara Mahasiswa. Kedua skripsi diatas memfokuskan penelitiannya untuk mendapatkan informasi bagaimana kebijakan redaksional yang diterapkan masing-masing media pada program yang menjadi fokus penelitian mereka. Dalam penelitiannya, Diah Yuliani mendeskripsikan analisa studi kasus, ia menjelaskan bagaimana kebijakan redaksional Metro TV dibuat dan apa yang menjadi dasar pertimbangannya, sehingga mampu membuat kebijakan yang dijadikan tolak ukur dalam penyajian sebuah program beritanya. Sedangkan Oke Wintoro mendeskripsikan bagaimana Koran Seputar Indonesia menentukan opini yang layak muat atau tidak dengan bersandar kepada kebijakan yang ada. Sebagai referensi, penulis menjadikan kedua skripsi diatas sebagai acuan, karena dasar dari masing-masing penelitiannya sama yaitu membahas tentang kebijakan redaksional. Akan tetapi, baik media maupun fokus penelitian kami berbeda.
Peneliti
mencoba
menggunakan
NAGASWARA sebagai objek penelitian.
media
lain
yaitu
majalah
10
E. Definisi Istilah Penelitian Definisi istilah penelitian ini digunakan agar mempermudah dalam penulisan skripsi, agar apa yang sudah dirumuskan sesuai dengan penyusunannya. Perumusan ini meliputi tiga hal, pertama mengenai kebijakan redaksional, kedua mengenai Majalah NAGASWARA dan ketiga, mengenai rubrik Intro. 1) Kebijakan Redaksional Maksudnya adalah pedoman atau aturan yang digunakan NAGASWARA untuk menyeleksi naskah rubrik Intro yang layak muat. Aturan tersebut dimulai dari proses seleksi naskah oleh penanggung jawab rubrik, kemudian melalui rapat presentasi naskah dengan kriteria lolos berdasarkan penilaian teknis dan nonteknis. Penilaian teknis yang dimaksud adalah penilaian berdasarkan kaidah sastra, yang meliputi tema, sudut pandang, karakter, plot, setting, suasana dan gaya penulisan. Sedangkan yang dimaksud dengan penilaian non-teknis adalah penilaian isi pesan cerita haruslah mengandung nilai-nilai positif, sehingga pesan tersebut dapat menginspirasi pembaca. 2) Majalah NAGASWARA Majalah NAGASWARA adalah majalah dengan segmentasi yang mengedepankan kepuasan pada setiap pembahasannya dalam setiap berita tentang musik ditanah air. Majalah NAGASWARA yang lahir sejak tahun 2009 selama perjalananya sering sekali merubah konsep, hal ini tak lain agar si pembaca dapat
11
tertarik untuk membacanya. Sebagai majalah musik, NAGASWARA memiliki tujuan untuk menjadi majalah musik terdepan dan berkualitas. Oleh karena itu, NAGASWARA selalu memberikan hal-hal yang menarik dalam setiap cetakannya, khususnya pada rubrik Intro. 3) Rubrik Intro Rubrik ini terlahir atas inisiatif NAGASWARA. Pembahasan didalamnya menjelaskan tentang edisi khusus pada cetakan yang dimuat pada waktu yang telah ditentukan. Rubrik ini dapat membantu pembaca mengetahui berita tentang Selebriti yang sedang bersinar pada masanya, khususnya yang berkecimpung di label NAGASWARA. F. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata, baik secara tertulis maupun secara lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati oleh peneliti. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif sebagai sebuah tradisi dalam ilmu pengetahuan sosial yang fundamental, juga bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam
12
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasannya juga dalam peristilahannya.6 Studi yang menggunakan pendekatan kualitatif menggunakan khazanah dari fenomena empiris, seperti studi kasus, pengalaman pribadi, cerita dalam hidup, wawancara, observasi, sejarah, interaksi dan teks visual maupun konten pesan yang menggambarkan rutinitas dan problematika serta makna kehidupan individu. Metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan yang sedang berlangsung. Tujuan utama dalam menggunakan metode ini adalah menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dan suatu gejala tertentu. Gay mendefinisikan bahwa metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau jawaban pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang tengah berjalan dari pokok suatu penelitian.7 Buku Jalaluddin Rakhmat juga membahas tentang metode deskriptif hanyalah pemaparan tentang situasi atau peristiwa. Penelitian ini ditujukan untuk: Pertama, mengumpulkan informasi yang aktual secara rinci dengan melukiskan gejala yang ada. Kedua, mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku. Ketiga, membuat perbandingan atau evaluasi. 6
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 3. 7 Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian. Penerjemah Alimudin Tuwu (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1993), h. 71.
13
Keempat, menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.8 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah Chief Editor majalah NAGASWARA. Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah seputar kebijakan redaksional Majalah NAGASWARA terhadap rubrik intro edisi Maret-April 2010. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis melakukan: a. Observasi: mendatangi kantor redaksi guna menanyakan setiap kegiatan yang ada pada Majalah NAGASWARA khususnya rubrik Intro. b. Wawancara: yakni mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan, agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.9 c. Dokumentasi: mengumpulkan berkas-berkas yang ada agar dapat dijadikan sebagai bahan pertanggung jawaban atau bukti dalam penulisan yang telah penulis teliti.
8
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 24-25. 9 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Prenada Media Group, 2002), h. 98.
14
4. Teknik Analisa Data. Analisa data peneliti lakukan setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul. Tekniknya dengan cara mendeskripsi data yang diperoleh, yaitu hasil dari observasi dan wawancara dengan redaktur rubrik intro. Data-data tersebut peneliti deskripsikan secara apa adanya serta didukung oleh data yang didapatkan dari dokumen arsip maupun sumber lainnya yang berkaitan dengan bahasan penelitian. 5. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di kantor redaksi majalah NAGASWARA yang beralamat di Nagaswara Building 2 Jl. Balikpapan 1 No. 9B Petojo, Jakarta Pusat 10150. Dengan pertimbangan dan persiapan yang harus dilakukan peneliti, maka penelitian akan dimulai dari Oktober sampai Desember 2011.
15
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini, sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan. Yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Definisi Istilah Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II : Landasan Teori. Yang merupakan bahasan tentang Pengertian Kebijakan Redaksional, Teori, Majalah dan Pengertian Rubrik. BAB III : Gambaran Umum Majalah NAGASWARA. Membahas tentang Sejarah Singkat Majalah NAGASWARA, Visi dan Misi Majalah NAGASWARA, Keredaksian, Profile Pembaca, Rubrik-rubrik di Majalah NAGASWARA dan Intro. BAB IV : Analisis Data. Membahas lebih detail tentang rubrik Intro, serta mengungkapkan Proses Perjalanan Berita, Proses Pengumpulan Data, Proses Penyeleksian Data dan Proses Penyuntingan Data terhadap Kebijakan Redaksional pada Majalah NAGASWARA. BAB V : Penutup. Yang berisi Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan penulis, serta terdapat didalamnya Saran-saran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kebijakan Redaksional Kebijakan Redaksional terdiri dari dua kata, yaitu: Kebijakan dan Redaksional. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar serta dasar sebuah rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan dan cara bertindak: pernyataan, citacita, tujuan, prinsip, maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.1 Adapun pengertian kebijakan dalam Kamus Manajemen adalah pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.2 Peneliti beranggapan bahwa kebijakan adalah dasar yang menjadi pedoman atau petunjuk sebuah perusahaan media dalam menjalankan kegiatannya yang disesuaikan dengan prinsip atau visi serta misi dari media itu sendiri. Sedangkan redaksional berasal dari kata redaksi yang berarti suatu bagian terpenting dalam organisasi media komunikasi massa yang tugas pokoknya mengelola isi atau acara media massa baik cetak ataupun elektronik. Secara umum redaksi mempunyai tugas dan wewenang untuk pengadaan, pengelolaan,
1 2
Lukman Ali, et.al., Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 640. B. N. Marbun, Kamus Manajemen (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), h. 119.
16
17
penampilan dan penyusunan komposisi naskah sesuai dengan misi media tersebut.3 Secara garis besar keredaksian dibagi menjadi empat jenjang, yaitu: 1. Pemimpin Redaksi Pemimpin redaksi bertanggung jawab pada pekerjaan yang terkait dengan perencanaan dalam laporan berita. Selain itu, ikut memimpin rapat redaksi yang memutuskan peristiwa apa yang diangkat, peristiwa mana yang ditangguhkan. Dengan kata lain, tugas dari pemimpin redaksi adalah menentukan kebijakan isu media. 2. Redaktur Pelaksana Merupakan penanggung jawab utama seluruh pelaksanaan pencarian berita. Redaktur pelaksana atau biasa disingkat menjadi redpel ini, berkemampuan untuk memutuskan berbagai berita utama harus ditempatkan di halaman mana. Selain itu, ia juga dapat membuat kebijakan redaksi yang tentunya sudah melalui proses diskusi dengan pemimpin redaksi. Kerja dari redpel biasanya dibantu oleh beberapa asisten, yang bertanggung jawab dalam bidang redaksional tertentu atau redaktur. 3. Redaktur Dalam perusahaan media biasanya terdapat berbagai macam redaktur yang disesuaikan dengan bahasannya yang ada pada media tersebut. Semisal redaktur opini, yang membidangi halaman opini.
3
Maskun Iskandar, Ensiklopedia Nasional Indonesia (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990), h. 125.
18
Redaktur opini bertugas dalam mengerjakan Tajuk Rencana, memilahmilah kiriman artikel para penulis lepas, mengontak para kolumnis yang dipilihnya
atau
yang
direncanakan
redaksi
untuk
menulis
soal
kemasyarakatan. Ia adalah penjaga gawang perbedaan antara tulisan, fakta dan opini. Ada lagi, redaktur berita, bertanggung jawab untuk mengontrol copy desk, bagian naskah (sebelum dicetak), dimana editing akhir berita dikerjakan serta halaman di disain dan headline ditulis. Kerja dari redaktur berita dibantu oleh redaktur naskah. Sedangkan redaktur kota, mewadahi pemberitaan yang bersifat lokal. Redaktur kota biasanya selalu ada setiap susunan organisasi media. Karena desk kota merupakan pusat dari ruang pemberitaan koran. Kedudukan redaktur kota paralel dengan para redaktur yang membidangi pemberitaan tertentu, seperti redaktur nasional, redaktur internasional, redaktur ekonomi, redaktur feature, redaktur olah raga, redaktur bisnis, redaktur minggu dan lainnnya. Masing-masing redaktur itu membawahi tugas-tugas peliputan, pemolesan dan pengeditan berita-berita yang ditulis wartawan yang dibawahinya.
19
4. Wartawan atau Reporter Dalam susunan organisasi keredaksian, wartawan menempati posisi paling bawah. Tugas dari wartawan itu sendiri adalah untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah serta membuat berita.4 Jika digambarkan dalam bentuk skema struktur organisasi media yang sederhana, akan seperti ini:5
Pemimpin Redaksi
Sekretaris Redaksi
Redaktur Pelaksana
Redaktur
Redaktur
Redaktur
Redaktur
Redaktur
Wartawan/Reporter Gambar: Struktur Sederhana Bidang Redaksi Berdasarkan pengertian diatas, maka jika digabungkan pengertian kebijakan redaksional adalah dasar pertimbangan suatu lembaga media massa
4
Septian Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 191-194. 5 Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 25.
20
untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita. Kebijakan redaksi juga dapat ditunjukan berupa sikap redaksi suatu lembaga media massa dalam Tajuk Rencana atau Editorial. Kebijakan redaksi itu penting karena digunakan untuk menyikapi suatu peristiwa karena dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tapi juga sikap terhadap peristiwa itu sendiri.6 Pendapat lain mengatakan bahwa kebijakan redaksional adalah ketentuan yang disepakati oleh redaksi media massa tentang kriteria berita atau tulisan yang boleh dan tidak boleh dimuat atau disiarkan, juga kata, istilah atau ungkapan yang tidak boleh dan boleh dipublikasikan, sesuai dengan visi dan misi media. Kebijakan redaksional ditetapkan sebagai standar bagi wartawan dan penyiar demi ciri khas media sekaligus menjaga keseragaman bahasa di kalangan wartawan atau penyiar.7 Dalam buku bahasa jurnalistik dinyatakan bahwa kebijakan redaksional lebih memusatkan perhatian kepada bagaimana aspek-aspek dan misi ideal yang dijabarkan dalam peliputan dan penempatan berita, laporan, tulisan dan gambar yang sesuai dengan kepentingan dan selera khalayak yang relatif beragam.8 Kebijakan redaksional adalah sesuatu yang penting dalam kelangsungan sebuah perusahaan media massa, karena kebijakan redaksional adalah pembela antara media satu dengan media lainnya. Selain itu, jika sebuah media tidak
6
Sudirman Tebba, Junalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 150. Den Oleh, “Kebijakan Redaksional (Editorial Policy), “ artikel diakses pada 12 november 2011 dari http://oleh07.wordpress.com/2008/11/12/kebijakan-redaksional-editorialpolicy/ 8 Haris Sumadiria, Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 23. 7
21
memiliki kebijakan redaksi, maka media tersebut dalam penyajian berita-beritanya tidak akan konsisten. Hal ini ditandai dengan penyampaian berita yang selalu berubah-ubah. Hari ini menyuarakan dukungan terhadap keijakan pemerintah, dan keesokan harinya menyuarakan menentang terhadap kebijakan pemerintah. Sikap media yang seperti ini dapat melunturkan kepercayaan khalayak pada media tersebut.9 Hal ini bisa terjadi karena media massa merupakan media diskusi publik tentang suatu masalah yang akan melibatkan tiga pihak, yaitu wartawan, sumber berita dan khalayak.10 Lahirnya suatu kebijakan dalam perusahaan media massa memiliki dasar pertimbangan sendiri, sebagaimana dikutip dalam buku Jurnalistik Baru yakni: Dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan peristiwa pertama-tama ditentukan oleh sifat media massa yang bersangkutan. Sifat media ada yang khusus dan ada yang umum. Selain itu, dasar pertimbangan lainnya bersifat ideologis, politis dan bisnis. Dasar pertimbangan ideologis ditentukan oleh latar belakang pendiri atau pemiliknya. Kedua, adalah masalah politis, karena kehidupan pers tidak pernah lepas dari masalah politik, sebab
kehidupan
pers
merupakan
indikator
demokrasi.
Ketiga,
dasar
pertimbangan untuk menyiarkan suatu peristiwa adalah bisnis.11
9
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 150. Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: GITANYALI, 2004), h. 167. 11 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 151-154. 10
22
Aceng Abdullah dalam bukunya Press Relations, menjelaskan mengenai kebijakan redaksional ini meliputi sikap ”politik” media dan aturan keredaksian kewartawanan. Politik disini dapat diartikan secara arti sesungguhnya atau juga bukan dalam arti yang sesungguhnya. Berkaitan dengan kebijakan redaksional; setiap media massa memiliki sikap yang berbeda dalam melihat satu permasalahan, sehingga antara media satu dengan media lainnya pasti memiliki sikap yang berbeda. Begitu pun dalan pengertian politik yang sesungguhnya, karena adakalanya setiap media memiliki kepentingan untuk golongan politik tertentu. Sikap ”politik” media ini pun bukan hanya pada partai politik, akan tetapi terhadap berbagai kepentingan lain yang berhubungan dengan kepemilikan media, sejarah media, alasan ekonomis, misi media serta kepentingan lainnya. Kepemilikan media bisa perorangan atau individu, perusahaan, organisasi, profesi, orsospol, ormas, BUMN, yayasan atau lembaga lainnya. Berkaitan dengan nilai yang diemban maka sebuah media akan membedakan sekap dan warna pemberitaannya. Misalnya media yang memiliki misi tertentu baik dari sisi kesukuan, keagamaan, maupun golongan pada kelompok tertentu, pasti memiliki sikap dan warna yang lain. Selain sikap ”politik” yang berbeda, antara media massa pun memiliki aturan keredaksian dan aturan kewartawanan yang berbeda pula. Ini bergantung pada misi dan sifat media yang bersangkutan. Misalnya, karena misinya, sebuah
23
majalah khusus tentang Islam tentunya tidak akan memuat pemberitaan atau press release dari agama yang lain dengan alasan sasaran pembacanya tidak tepat. Juga kita pun harus mengetahui bahwa karena sifat media tertentu, sebuah media tidak menerima siaran pers untuk dimuat utuh. Media-media yang terbit mingguan, baik majalah maupun tabloid tidak akan memuat siaran pers utuh karena surat kabar harian sudah memuatnya. Kecuali jika itu eksklusif. Karena sifat media pula, mengharuskan aturan keredaksian yang diterapkan menjadi berbeda. Misalnya, media yang terbit mingguan, dwimingguan, atau bulanan tidak akan memuat berita yang diperuntukkan bagi media harian. Selain itu, kita harus tahu aturan kewartawanan masing-masing berita. Apakah media yang kita undang itu memperbolehkan wartawannnya untuk menerima amplop atau tidak.12 B. Teori Dalam hal ini penulis menggunakan Teori Hirarki Pengaruh yang diperkenalkan oleh Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese. Teori ini menjelaskan tentang pengaruh terhadap isi dari suatu pemberitaan media oleh pengaruh internal dan eksternal.13 Shoemaker dan Reese membagi kepada lima level pengaruh isi media, dari kelima pengaruh ini diantaranya: 1. Pengaruh dari individu pekerja media (individual level) 12
Tingkat pengetahuan dan pengalaman penulis
Aceng Abdullah, Press Relations: Kiat Berhubungan dengan Media Massa (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 20-22. 13 Pamela J Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message (New York ,Longman Publisher : 1996) h. 60
24
2. Pengaruh dari rutinitas media (media routines level) -
Standar kegiatan
3. Pengaruh dari organisasi media (organizational level) -
Tujuan media
4. Pengaruh dari luar media (outside media level) -
Lingkungan politik
5. Pengaruh ideologi (ideology level) -
Jenis bermusik
Asumsi dari teori ini adalah bagaimana isi pesan media yang disampaikan kepada khalayak adalah hasil pengaruh dari kebijakan internal organisasi media dan pengaruh dari eksternal media itu sendiri. Pengaruh internal pada konten media sebenarnya berhubungan dengan kepentingan dari pemilik media, individu wartawan sebagai pencari berita, rutinitas organisasi media. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh pada konten media berhubungan dengan para pengiklan, pemerintah masyarakat dan faktor eksternal lainnya. Stephen D. Reese mengemukakan bahwa isi pesan media atau agenda media merupakan hasil tekanan yang berasal dari dalam dan luar organisasi media.14 Dengan kata lain, isi atau konten media merupakan kombinasi dari program internal, keputusan manajerial dan editorial, serta pengaruh eksternal yang
berasal
dari
sumber-sumber
nonmedia,
seperti
individu-individu
berpengaruh secara sosial, pejabat pemerintah, pemasang iklan dan sebagainya. 15 Dari teori ini kita dapat melihat seberapa kuat pengaruh yang terjadi pada tiap-tiap level. Walaupun level organisasi media atau faktor kepemilikan sebuah 14
Stephen D. Reese, Setting the media’s Agenda: A power balance perspective (Beverly Hills: Sage, 1991), h. 324 15 Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss,Theories of Human Communication,8th ed. (Belmont: Thomson Wadsworth, 2005) h. 281
25
media tapi kita tidak bisa mengesampingkan faktor yang lainnya karena saling terkait satu dengan yang lainnya. C. Majalah 1. Pengertian dan Sejarah Majalah Majalah adalah terbitan berkala yang sisinya meliputi berbagai macam liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui oleh pembaca dan menurut waktu penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulanan, mingguan dan sebagainya. Dan menurut pengkhususan isinya dibedakan atas majalah berita, majalah khusus wanita, remaja, olah raga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu.16 Djony Herfan menjelaskan bahwa majalah merupakan bagian dari media massa atau media pers yang terbit secara berkala, bisa mingguan atau bulanan. Selain itu, isi majalah memuat berbagai macam artikel, cerita, gambar-gambar dan juga iklan.17 Definisi lainnya, majalah merupakan media massa yang terbit secara berkala dan memiliki format ukuran setengah dari ukuran tabloid atau seperempat ukuran broadsheet (newspaper). Menurut Mario R. Garcia (Newspaper Design, 1986), selain umumnya berukuran seperempat halaman broadsheet, pengertian majalah ini adalah, halaman demi halamannya diikat dengan kawat (dihekter)
16
Tim Penyususn Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 545. 17 Djony Herfan, ed., Himpunan Istilah Komunikasi (Jakarta: PT. grasindo, 1998), h. 77.
26
serta menggunakan sampul yang jenis kertasnya lebih tebal atau lebih mengkilat dibandingkan kertas halaman dalam.18 Mengenai terbitan berkala yang dimaksudkan adalah terbit teratur dalam waktu yang berselang-seling, mungkin sekali terbit dengan kala atau frekuensi tengah mingguan (seminggu dua kali) atau dapat juga terbit tiap semester atau tengah tahunan (setahun dua kali).19 Berkenaan dengan perkembangan majalah, dimulai tidak lama setelah munculnya surat kabar. Seperti halnya surat kabar, sejarah majalah juga diawali di Negara-negara Eropa dan Amerika. Inggris memulai sejarah perkembangan majalah pada 1704, yang pada saat itu adalah majalah Review. Majalah ini berisikan tentang berita, artikel, kebijakan nasional, aspek moral dan lainnya. Kemudian 1790, terbit majalah The Tatler dan The Spectator, yang sudah mulai memasuki unsur hiburannya. Di Amerika, perkembangan majalah dipelopori oleh Benjamin Franklin pada 1740, dengan majalahnya General Magazine dan Histirocal Chronicle. Kemudian 1821, ada Saturday Evening Post dan North American Review dan berkembang terus sampai sekarang. Perkembangan majalah di Indonesia dimulai pada masa menjelang dan awal kemerdekaan. Perkembangan majalah pada masa ini ditujukan untuk menghancurkan
sisa-sisa
kekuasaan
Belanda,
mengobarkan
semangat
kepahlawanan rakyat terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional 18 19
Abdullah, Press Relation, h. 12. Lasa HS, Pengelolaan Terbitan Berkala (Yogyakarta: Kanisius, 1994), h. 13-14.
27
untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat, seperti yang dikemukakan oleh Soemanang, SH pada salah satu edisi majalah terbitannya Revue Indonesia Beralih pada zaman Orde Lama, tidak hanya majalah, jenis-jenis media massa lainnya saat itu mengalami penurunan. Penurunan itu terjadi baik dari segi fungsi juga jumlah penerbitannya karena ulah pemerintah. Sedangkan pada zaman Orde Baru, majalah maupun media massa lainnya mulai tumbuh kembali. Pada 1966 terbit majalah Selecta pimpinan Syamsudin Lubis, Horison majalah sastra pimpinan Mochtar Lubis, Panji Masyarakat dan Kiblat. Selanjutnya kurun waktu 1971 sampai 1980 majalah tumbuh secara pesat sejalan dengan perekonomian bangsa saat itu yang sedang membaik.20 Pendapat lain menyebutkan bahwa majalah mulai berkembang sejak akhir abad ke-19, ketika media tersebut hadir sebagai media hiburan utama. Karena saat itu, baik radio maupun televisi belum banyak dikenal orang. Juga pada saat itu, tidak setiap orang mampu untuk pergi menonton ke bioskop. Awal kemunculannya, majalah hadir dengan membuka halaman iklan sebagai salah satu daya tariknya. Menjelang tahun 1950-an televisi muncul sebagai media massa yang baru, mengalahkan majalah. Oleh karenanya majalah berkembang dan memiliki metode serta strategi dalam mensiasati masyarakat bacanya sendiri. Semuanya tampil dengan gaya dan kandungan pesannya masing-masing sesuai dengan karakteristik kelompok masyarakat pembaca yang menjadi sasaran pokok
20
Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 109-111.
28
majalah-majalah itu. Hal ini berdasarkan pertimbangan oleh setiap perusahaan majalah, yakni mengenai loyalitas pembacanya, kompetisi pasar dan kondisi sosial ekonomi nasyarakat baca.21 2. Karakteristik Majalah a. Penyajian Lebih Dalam Karena terbitnya secara berkala maka para reporter memiliki waktu yang cukup lama untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa. Mereka juga punya waktu yang banyak untuk melakukan analisis terhadap peristiwa tersebut, sehingga penyajian berita dan informasinya dapat dibahas secara lebih mendalam. Kuncinya adalah berita-berita dalam majalah disajikan lebih lengkap, karena dibubuhi latar belakang peristiwa atau unsur why dikemukakan secara lengkap, begitu pula peristiwanya atau proses terjadinya peristiwa (unsur how) dikemukakan secara kronologis. b. Nilai Aktualitas Lebih Lama Dengan terbit secara berkala juga, maka nilai aktualitas berita dalam majalah bisa lebih lama jika dibandingkan dengan surat kabar yang hanya berumur satu hari. Oleh karenanya, kita tidak pernah menganggap usang majalah yang terbit dua atau tiga hari yang lalu.
21
Asep Saeful Muhtadi, Junalistik: Pendekatan Teori dan Praktek (Jakarta: Logos Ilmu, 1999), h. 91-93.
29
c. Gambar atau Foto Lebih Banyak Jumlah halaman majalah lebih banyak, sehingga selain penyajian beritanya yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan gambar atau foto yang lengkap, dengan ukuran besar dan kadang-kadang berwarna, serta kualitas kertas yang digunakan pun lebih baik. Foto-foto yang ditampilkan majalah memiliki daya tarik tersendiri, apalagi apabila foto tersebut sifatnya eksklusif. d. Sampul Sebagai Daya Tarik Sampul ibarat pakaian dan aksesoris pada manusia. Sampul majalah biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang menarik pula. Menarik tidaknya suatu majalah sangat bergantung pada tipe majalahnya, serta konsistensi dalam menampilkan ciri khasnya. Sehingga secara sepintas pembaca dapat mengidentifikasi majalah tersebut.22 3. Fungsi Majalah Mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama media berbeda satu dengan yang lainnya. Majalah berita seperti Gatra mungkin lebih berfungsi sebagai media informasi tentang berbagai peristiwa dalam dan luar negeri, dan fungsi berikutnya adalah hiburan. Majalah wanita dewasa Femina, meskipun isinya relatif menyangkut berbagai informasi dan tips masalah kewanitaan, isinya pun lebih bersifat menghibur. Fungsi informasi dan mendidik mungkin menjadi prioritas berikutnya. Majalah pertanian, fungsi utamanya adalah memberi pendidikan mengenai cara bercocok tanam, sedangkan fungsi berikutnya 22
Ardianto dan Erdinaya, Komunikasi Massa, h. 113-115.
30
berupa informasi. Majalah sastra fungsi utamanya adalah memberikan informasi kesastraan pada pembaca. Pada dasarnya majalah memiliki fungsi yang sama dengan media massa, karena majalah adalah bagian dari media massa itu sendiri. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi penyebar informasi, menjadi sarana hiburan, alat pembelajaran dan sebagai kontrol sosial (bagi majalah-majalah berita).23 Pendapat lain menyebutkan bahwa meski majalah tidak seaktual surat kabar yang terbit tiap hari, majalah baik yang terbit bulanan maupun mingguan tetap memiliki efek edukasi yang tinggi, ia juga berperan sebagai penyampai dan penafsir pesan.24 4. Kategorisasi Majalah Penjabaran mengenai kategorisasi majalah akan ditampilkan melalui beberapa pendapat yang peneliti dapatkan. Kategorisasi suatu majalah ditentukan oleh sasaran khalayak yang dituju. Artinya, sejak awal redaksi sudah menentukan siapa yang akan menjadi pembacanya, apakah anak-anak, remaja, pria/wanita dewasa atau untuk pembaca umum dari remaja hingga dewasa. Bisa juga majalah tersebut mempunyai sasaran pembaca dengan profesi tertentu.
23
Ibid, h. 112. William L. Rivers, dkk, Media Massa dan Masyarakat Modern (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 212. 24
31
Majalah-majalah yang terbit pada masa Orde Baru dapat dikategorisasikan sebagai berikut:25 1. Majalah Berita
: Tempo, Gatra, Sinar, Tiras
2. Majalah Keluarga
: Ayah Bunda, Famili
3. Majalah Wanita
: Femina, Kartini, Sarinah
4. Majalah Pria
: Matra
5. Majalah Remaja
: Gadis, KawanKu
6. Majalah Remaja Pria
: Hai
7. Majalah Anak-anak
: Bobo, Ganesha, Aku Anak Shaleh (Islam)
8. Majalah Ilmiah Populer
: Prisma
9. Majalah Umum
: Intisari, Warnasari
10. Majalah Hukum
: Forum Keadilan
11. Majalah Pertanian
: Trubus
12. Majalah Humor
: Humor
13. Majalah Olah Raga
: Sportif, Raket
14. Majalah Berbahasa Daerah
: Mangle (Sunda, Bandung), Djaka Lodang (Jawa, Yogyakarta)
25
Ardianto dan Erdinaya, Komunikasi Massa, h. 112.
32
Berikut adalah sejumlah kategori majalah, menurut Encyclopedia Britannica: britannica.com (2000): 1) Majalah Umum Sesuai dengan namanya, majalah umum berisikan berbagai macam hal dan ditujukan tidak pada segmen tertentu. Pada masa jayanya, saat bentuk majalah mulai dipopulerkan, jenis majalah ini menguasai pasar penerbitan majalah. 2) Majalah-majalah Berkualitas Majalah jenis ”berkualitas” ini menawarkan artikel-artikel yang khusus. Kualitas artikelnya tidak bisa dipublikasikan dimana saja. Kendati memiliki kesamaan sifat sajiannya dengan majalah umum, majalah ”berkualitas” menawarkan standar kualitas yang lebih tinggi. Maka itu, majalah jenis ini terutama hendak menarik pembaca dengan tingkat intelegensi dan pendapatan diatas rata-rata. 3) Majalah Penerbangan Majalah jenis ini adalah sejenis majalah internal yang ditujukan kepada para penumpang pesawat terbang (atau jenis transportasi jarak jauh). 4) Majalah Berita Majalah
berita
merupakan
satu
bentuk
publikasi
yang
mengombinasikan unsur aktualitas peristiwa mingguan dengan peliputan mendalam dan penulisan feature-mingguan personal, majalah ini hendak menjangkau pembaca mingguan, yang ingin
33
mendapatkan kedalaman pemberitaan dengan tingkat profesionalitas tertentu. 5) Divisi Majalah dalam Koran Ini adalah majalah yang diterbitkan sejumlah surat kabar kepada pelanggan mereka yang memiliki minat dan perhatian tertentu. Pada majalah inilah para penulis-penulis lepas berpeluang untuk mengisinya dengan tulisan-tulisan lokal. Umumnya, majalah jenis ini berisikan tentang sketsa sosok-sosok penduduk lokal, lembar-lembar pariwisata dan sejarah, renungan pemikiran, peristiwa-peristiwa budaya, tentang berkebun dan kiat-kiat bisnis. 6) Majalah Kota Majalah kota berkembang seiring dengan matinya majalah-majalah bersirkulasi nasional. Yang ditawarkan majalah kota adalah artikelartikel survival untuk menghadapi problematika kehidupan kota besar, ditambah sajian-sajian entertain. 7) Majalah Religius Majalah religius memuat artikel-artikel keagamaan. Kendati berlatar belakang agama yang sama, jenisnya cukup bervariasi, mulai dari majalah bergaris keras – fundamentalis sampai lunak – kompromistis. 8) Majalah Pria Dalam majalah ini yang dapat ditawarkan berupa; artikel-artikel yang bersifat pemuas kebutuhan pria – dari hasrat seks, hobi, sampai minat kaum pria lainnya – ciri yang ditampilkan majalah ini biasanya adalah
34
topik yang sensasional. Ciri-ciri sajiannya bersifat mengekspos isu tertentu, dalam gaya penuturan yang sederhana, langsung pada pokok persoalan sehingga mudah dibaca dan tidak kelewat akademis atau ilmiah. Nadanya ditujukan untuk kesenangan dan hiburan. 9) Majalah Wanita Materinya cukup bervariasi, mulai dari yang menawarkan tips-tips dapur hingga majalah yang diisi oleh aktivis feminis yang menuntut persamaan. 10) Shelter Magazine Majalah ini ditujukan kepada khalayak yang menaruh minat pada halhal yang berkaitan dengan rumah, pertamanan, berkebun, dekorasi interior atau berbagai aktivitas ”rumah” lainnya. 11) Majalah Pertanian Berisi artikel-artikel yang berkisar pada topik pertanian atau peternakan, berkebun dan menanam buah. Artikel-artikel ini ditulis oleh para penulis berpengalaman dibidangnya. 12) Majalah Olah Raga Tema berita maupun ulasan dan artikel berkisar pada olahraga dan aktivitas fisik diluar ruangan. 13) Jurnal Perdagangan Karena ditujukan untuk kepentingan bisnis, arikelnya pun kebanyakan berkisar soal bisnis dan ekonomi.
35
14) Majalah Perusahaan Ada yang ditujukan untuk khalayak umum, ada pula yang diterbitkan sekedar untuk memenuhi kebutuhan perusahaan menjalin kontak antar anggota. 15) Majalah Fraternal – Organisasi Persaudaraan Majalah ini diterbitkan untuk kepentingan organisasi. Kebanyakan sajiannya berisi materi yang melibatkan para anggota dalam proyekproyek organisasi. 16) Majalah Opini Berisi berbagai artikel opini. Para penulisnya kebanyakan mencari prestise. Mereka mengirimkan artikelnya dengan harapan namanya tercatat dalam konstelasi para elit intelektual. 17) Publikasi Alternatif Disebut juga ”pers bawah tanah,” beberapa filosofinya bersandar pada khalayak yang tergolong kecil hingga medium jumlahnya. Cakupan isinya dimulai dari minat yang sempit dengan format sederhana, namun tak tertutup kemungkinan – jika disukai publik – berkembang menjadi besar. 18) Majalah khusus lainnya Kategori majalah ini meliputi pertumbuhan dari kebutuhan, minat dan perhatian masyarakat, yang dari hari ke hari bertambah sesuai dengan peningkatan hidup keseharian yang dikehendaki masyarakat.”26
26
Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h. 93-97.
36
Sebagaimana diketahui bahwa terbitan berkala itu banyak ragamnya, mengingat pembacanya yang sangat heterogen tingkat pendidikan dan minat mereka. Oleh karenanya, menurut Santana yang dikutip dalam bukunya, majalah dibagi berdasarkan 4 macam jenis, yakni; a. Majalah Umum Jenis ini dopersiapkan untuk konsumsi umum. Berisi macam-macam bidang; pendidikan, kerumah tanggaan, olah raga, politik, hiburan, keterampilan dan lain-lain. Ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami. b. Majalah Teknis Majalah jenis ini ditulis dengan bahasa teknis, pelaksanaan bidang tertentu, memperbaiki peralatan, memasang komponen tertentu. c. Majalah Ilmiah Ditulis denga bahasa ilmiah sehingga sulit dipahami oleh masyarakat umum d. Majalah Ilmiah Populer Berisi tulisan-tulisan tentang keilmuan atau bidang tertentu, ditulis dengan bahasa yang ringan, bahasa harian dan populer. Sehingga orang yang diluar bidang itu dapat memahami juga kalangan umum terpelajar.27
27
Lasa HS, Pengelolaan Terbitan Berkala, h. 23-24.
37
D. Pengertian Rubrik Masri sareb dalam bukunya mengemukakan mengenai pengertian rubrik, sebagaimana dibawah ini: Asal-usul istilah rubrikasi dimulai tidak lama setelah Gutenberg menemukan mesin cetak, sehingga banyak buku yang diproduksi secara massal. Pada cetakan awal, buku tersebut rata-rata tebal. Untuk menandai (book mark sekarang), buku satu dengan buku lainnya, disekat dengan pita warna merah. Dalam bahasa latin merah berarti: ruber. Karena itu, hingga kini untuk menandai ruang satu dengan ruang lain disebut rubrikasi. Rubrik dalam media cetak sama dengan menu. Menu adalah sajian tertentu yang khas, dimana masing-masing mempunyai cita rasa dan warna yang berbeda. Seorang pembaca yang menyukai menu A, belum tentu menyukai menu B, begitu sebaliknya. Tidak setiap menu disantap. Demikian pula pembaca, mereka sering membaca hanya rubrik yang paling disukai saja.28 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan bahwa, rubrik adalah kepala karangan (ruangan) dalam surat kabar atau majalah, dsb.29 Dengan pertimbangan tersebut, majalah NAGASWARA juga menyajikan menu-menu yang bisa dipilih oleh pembacanya. Rubrik-rubrik tersebut dipilih pembaca berdasarkan selera dari pembaca itu sendiri.
28
R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 88. 29 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 756.
BAB III GAMBARAN UMUM MAJALAH NAGASWARA A. Sejarah Singkat Majalah Nagaswara Dalam membantu mengembangkan berita seputar musik di Indonesia, Majalah NAGASWARA menyediakan berbagai rubrik dalam setiap edisinya. Di antaranya rubrik Intro, New Comer, TV Temen, Radio Temen, Story, Profil, Resep Dokter Musik, Private Collection, Action, Behind The Scene, Basecamp, Zodiak Musisi Indonesia, Legend, Back King, Agenda, Reklame Temen, Cord, Music Law dan Get In. Berbagai macam rubrik ini bertujuan untuk menarik minat pembaca NAGASWARA Magazine. Rubrik-rubrik yang tertulis di atas memberikan kesempatan bagi setiap wartawan untuk menampilkan karya disetiap rubriknya. Keberadaan majalah NAGASWARA ini tidak sekedar menyuguhkan bacaan atau hiburan semata, melainkan sebagai sarana bisnis bagi siapa saja pihak yang berkenan memasang iklan dalam majalah NAGASWARA. Contohnya seperti BANK, Provider dan berbagai instansi lainnya yang berani membayar iklan tersebut. Saat ini NAGASWARA merupakan label yang memiliki artis terbanyak di dunia. Menurut data yang didapat, NAGASWARA memasukan tujuh artis dalam tiap bulannya. Karena seiring waktu yang ditempuh artis NAGASWARA pun makin banyak hingga mencapai angka lebih dari 200 artis sampai sekarang.
38
39
Majalah NAGASWARA didirikan oleh produser label NAGASWARA yakni Bapak Rahayu Kertawiguna pada Desember 2009. Di awal penerbitannya majalah ini hanya diperuntukan untuk orang-orang terdekat saja, sampai pada akhirnya lama kelamaan
majalah
ini
berkembang
seiring
majunya
perkembangan
Label
NAGASWARA yang dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan dalam perindustrian musik di Indonesia khususnya. Pada awalnya majalah NAGASWARA adalah majalah yang anti marketing, tidak bertujuan untuk memperjual-belikan dan juga tidak menerima iklan dalam tiap edisinya. Majalah ini dibuat agar bagaimana caranya bacaan ini sampai ke pembaca. Namun lama-kelamaan majalah ini pun akhirnya luluh, banyak instansi atau iklan yang ingin masuk didalamnya seperti BANK, Provider dan lain-lain. Dan dari semua iklan yang masuk, NAGASWARA hanya memasukan tujuh iklan dalam tiap edisinya. Sampai saat ini, majalah NAGASWARA merupakan majalah musik yang patut diperhitungkan kelayakan bacanya, karena isinya sungguh enak dan nikmat untuk dibaca. Tujuan dari didirikannya NAGASWARA Magazine ini tidak lain untuk menghemat biaya promosi artis yang berkecimpung di label NAGASWARA. Karena setiap artis harus dipromosikan ke beberapa media, baik TV, Radio maupun Cetak. Oleh karena itu, dengan adanya majalah ini biaya yang dikeluarkan dari pihak label tidak terlalu banyak.
40
B. Visi dan Misi Majalah Nagaswara
Visi dari majalah NAGASWARA adalah:
Menjadikan dirinya sebagai majalah musik yang berkualitas serta terdepan dalam memberikan sebuah berita khususnya berita selebritis yang memfokuskan pada label NAGASWARA.
Misi dari Majalah NAGASWARA adalah:
Memberikan hiburan yang menarik dengan visual-visual yang terkandung di dalamnya. Serta memberitahukan kegiatan ataupun pencapaian-pencapaian yang telah diraih oleh artis yang bernaung di label NAGASWARA. C. Keredaksian a. Struktur Redaksi Struktur redaksi Majalah NAGASWARA dari awal penerbitannya hingga sekarang mengalami beberapa kali pergantian redaksi. Dibawah ini merupakan struktur redaksi terbaru Majalah NAGASWARA yang terdiri dari: Chief Editor
: Rahayu Kertawiguna
Managing Editor
: Khojay Cheng
Coor Coverage
: Tama Marcapada
Editor
: Anggara Qiw
41
Special Editor
: Asrul Arief
Contributor
: Ron Wida (USA)
Law Advice
: Ramsudin Manulang SH
Reporters
: Vito Nidu, Aa Noor, Wendi Copilot
Photographer
: Kim Sadewa
Ass Photographer
: Syefrinaldy Tanjung
Managing Design Artistic
: Uzh Uzh Sparkling
Design Artistic
: Alex Onesist, Embong Hasant, Baskara J
Secretary
: Yani
Event Licence
: Leo
Managing AE
: Al-Gazhali
Distribution
: Dian
Event Organizer
: Rosta, Oscar
Public Relations
: Andre, Afif Attamimi
Artist Management
: Willy, Ute, Indra
42
b. Pengaruh Dewan Redaksi Peran Chief Editor sekaligus produser label Nagaswara yang saat ini di tempati oleh Rahayu Kertawiguna sangatlah berpengaruh dalam setiap keputusan yang akan dijadikan materi dalam majalah NAGASWARA. Karena beliaulah yang menentukan berita apa yang layak dan tidak layak untuk diterbitkan. Maka dari itu Chief Editor menentukan semua yang berkaitan dengan majalah NAGASWARA. c. Rapat Redaksi Majalah musik NAGASWARA seperti halnya majalah lainnya selalu melakukan rapat redaksi. Rapat rutin redaksi ini dilaksanakan sebulan sekali setiap tanggal 20. Dalam rapat redaksi ini membahas tentang naskah yang akan dimuat, mengevaluasi majalah yang telah terbit sebelumnya, serta membahas permasalahan keredaksian atau non keredaksian. Penetapan sebuah naskah yang diterbitkan melewati beberapa proses. Pertama, naskah yang masuk dalam meja redaksi akan dibagi rata menurut penanggung jawab rubrik masing-masing untuk dibaca dan dinilai kelayakannya. Setelah itu diadakan rapat presentasi naskah. Rapat ini dilakukan untuk menilai kembali kelayakan naskah-naskah yang sudah dinilai layak oleh penanggung jawab masing-masing rubrik. Naskah yang layak muat adalah naskah yang melewati proses ini dan sudah disepakati oleh semua redaktur.
43
Setelah persiapan naskah selesai, naskah tersebut diserahkan kepada bagian lay out untuk ditata dan diberi ilustrasi. Pengerjaan ini membutuhkan waktu kurang lebih selama 10 hari. Setelah selesai semuanya di print out. Pada hari berikutnya setelah pengerjaan selesai, dikembalikan lagi ke redaksi untuk dinilai perbedaan penampilan gambar dan font secara keseluruhan atau diedit ulang.1 D. Profile Pembaca Sasaran pembaca dari terbentuknya Majalah NAGASWARA tidak ditentukan, siapapun bisa menikmatinya baik kaum muda maupun kaum tua, apalagi mereka yang memiliki jiwa seni bermusik yang tinggi. Selain memiliki pembaca yang mayoritas memiliki jiwa seni dalam bermusik, Majalah NAGASWARA dapat dijadikan majalah alternatif dari majalah-majalah pada umumnya, dan mereka berasal dari berbagai golongan yang tidak terlalu faham dengan musik. Berdasarkan surat-surat yang masuk dalam meja redaksi, pembaca Majalah NAGASWARA dapat diklarifikasikan ke dalam beberapa kategori pembaca. Ada yang tergolong pembaca fanatik yang biasanya dari pihak radio dan TV, mereka menjadi pelanggan setia majalah NAGASWARA, paling peduli dan memanfaatkan berita-berita tentang selebriti Nagaswara yang sedang in di industri musik tanah air. Kemudian ada pula yang tergolong ke dalam pembaca pemantau atau pembaca yang
1
Wawancara pribadi dengan Khojay Cheng, Managing Editor Majalah NAGASWARA,
Jakarta, 19 April 2012.
44
merasa jenuh dengan sajian bacaan yang biasa mereka terima dan ingin mencari alternatif bacaan, mereka pula sesekali memantau perkembangan NAGASWARA baik membeli maupun meminjam. Dan ada pula golongan pembaca pemula atau pembaca yang baru berlangganan. E. Rubrik-rubrik di Majalah NAGASWARA Macam-macam rubrik dalam Majalah NAGASWARA sebagai berikut: 1. Intro Rubrik yang menjelaskan tentang isi dari judul Majalah sekaligus menghubungkan atau dapat di kategorikan sebagai sambungan dari judul yang tertera di muka Majalah. 2. New Comer Rubrik ini menjelaskan tentang artis pendatang baru yang berkecimpung di label NAGASWARA dan mulai di minati oleh khalayak. Dan biasanya artis yang dimaksud adalah artis yang punya daya jual tinggi dalam setiap karya yang mereka buat. 3. TV Temen Biasanya mempromosikan artisnya lewat stasiun TV dengan memperlihatkan gambar-gambar yang ada sewaktu On Air di TV. Baik itu sedang On Stage maupun back Stage
45
4. Radio Temen Tak berbeda jauh dengan rubrik TV Temen diatas, rubrik ini pun mempromosikan artisnya lewat stasiun Radio dan memperlihatkan gambargambarnya pula sewaktu On Air di Radio. 5. Story Menceritakan
pengalaman
seorang
artis
yang
bermukim
di
Label
NAGASWARA. Biasanya berisikan tentang seorang artis disaat sebelum masuk label atau masuk ke dalam industri musik di NAGASWARA. 6. Profil Menyuguhkan bacaan tentang ke pribadian artis, baik artis Band, Solo, Duo dan sebagainya. Baik dan buruknya artis NAGASWARA akan ada di rubrik ini. 7. Resep Dokter Musik Masukan-masukan dari para pakar musik. Memberikan arahan dan pengetahuan tentang musik. Biasanya rubrik ini hanya seputar masukan dari musisi-musisi yang dulu muda. 8. Private Collection Memberikan suguhan tentang apa yang dimiliki atau di tekuni seorang artis di luar kegiatannya sebagai seorang publik figur.
46
9. Action Memperlihatkan foto akting para musisi tanah air yang berlabelkan NAGASWARA dalam sebuah penggarapan video klip dari masing-masing artis. 10. Behind The Scene Potret
tentang adegan-adegan sewaktu
pembuatan video klip artis
NAGASWARA. Biasanya memperlihatkan adegan-adegan konyol yang tidak tampak di layar kaca, sehingga menjadikan rubrik ini lucu. 11. Basecamp Aktivitas para artist NAGASWARA di tempat mereka biasa berkumpul. Mengikuti segala kegiatannya, baik pada saat latihan atau pada saat mereka bercanda. 12. Zodiak Berisikan tentang zodiak atau ramalan sesuai tanggal dan bulan. Sangat bermanfaat agar kita sebagai manusia dapat memandang hidup dengan rasa optimis. Bukan harus percaya, ini hanya perkiraan dari para ahli dalam bidangnya.2 13. Legend Musisi-musisi yang dulu muda memberikan pengalamannya pada kita tentang pengetahuannya soal musik, agar musisi-musisi muda tidak ceroboh atau sembrono dalam melakukan kaidah-kaidah dalam bermusik. 2
NAGASWARA Magazine 13th Edition Januari-Februari 2010
47
14. Back King Menampilkan musisi-musisi senior yang berpendapat soal musik menurut keyakinan mereka dan memberikan motivasi agar kita dapat memaknai arti sebuah musik. 15. Agenda Membahas tentang perencanaan Label NAGASWARA pada pertemuanpertemuan kedepannya atau pada pertemuan yang telah terlaksana. Biasanya memberikan bocoran pada si pembaca kira-kira rubrik apa yang akan di suguhkan dalam edisi berikutnya. 16. Reklame Temen Berhubungan dengan event yang akan diselenggarakan. Menjelaskan tentang channel mereka dalam sebuah jaringan dan bekerjasama dengan EO yang bersangkutan. 17. Chord Menyuguhkan lyrik lagu beserta kuncinya agar dapat dimainkan dengan mudah oleh pembaca.3 18. Music Law dan Get In Menjelaskan tentang anti pembajakan dalam dunia musik yang marak terjadi di Negeri kita dan penanggulangannya.4
3 4
NAGASWARA Magazine 23th Edition Desember 2010 NAGASWARA Magazine 25th Edition Februari 2011
48
Dari sekian banyaknya rubrik yang terdapat pada Majalah NAGASWARA di atas, penulis hanya memfokuskan pembahasannya hanya pada rubrik Intro (awal), karena rubrik ini termasuk ke dalam point penting dari setiap edisi pada Majalah NAGASWARA. F. Intro Intro dalam bahasa inggris adalah Introduction, yang berarti Pendahuluan. Studi pendahuluan merupakan salah satu aktivitas atau kegiatan persiapan yang dilakukan oleh seorang peneliti, dengan tujuan untuk menentukan objek dan subjek penelitian yang tepat, yang sesuai dengan tema penelitian yang menjadi fokus kajian peneliti. Objek penelitian, berkaitan dengan variabel-variabel yang dipilih oleh peneliti, baik variabel masalah maupun variabel-variabel yang diduga merupakan variabel yang mempengaruhi variabel masalah. Dengan demikian, penentuan variabel-variabel penelitian melalui studi pendahuluan merupakan salah satu upaya dari peneliti untuk memilih variabel-variabel yang tepat. Sementara subjek penelitian, berkaitan dengan responden. Memilih responden yang tepat merupakan satu keharusan untuk memperoleh data/informasi yang memiliki tingkat akurasi dan presisi yang tinggi. Oleh karena itu peneliti harus menetapkan responden yang reliabel (terpercaya) dalam memberikan data/informasi
49
yang dibutuhkan untuk menjelaskan permasalahan yang diteliti.5 Begitu pula rubrik Intro yang terkemas dalam majalah NAGASWARA. Biasanya, orang mengartikan makna Intro hanya ada pada awal lagu. Namun Intro dalam majalah NAGASWARA berbeda dengan Intro dalam lagu. Jika Intro dalam lagu yang di awali dengan suara atau musik, sedangkan Intro dalam majalah NAGASWARA yakni menjelaskan secara global isi dari cover majalah NAGASWARA pada setiap edisinya. Menjelaskan makna yang terkandung didalamnya. Baik judul, foto, tulisan dan lain-lainnya. Rubrik Intro sendiri adalah sebuah tulisan jurnalistik dari catatan penting redaksi NAGASWARA Magazine yang terbit setiap bulannya. Alasan redaksi memberi nama Intro pada rubrik ini karena Majalah NAGASWARA merupakan Majalah musik, dan kata Intro adalah bagian awal daripada musik. Fokus berita yang terkandung dalam rubrik Intro lebih menekankan dari intisari atau rangkuman dari isi majalah NAGASWARA Magazine. Dan orang-orang yang terlibat dalam hal ini adalah Chief Editor, Managing Editor dan bagian Lay Out.6
5
Sambas
Ali
Muhidin
http://sambasalim.com/metode-penelitian/kenapa-harus-studi-
pendahuluan.html diakses pada 23 januari 2012 6
Wawancara pribadi via Blackberry dengan Khojay Cheng, Managing Editor Majalah
NAGASWARA, Tangerang, 7 Agustus 2012.
50
Setiap majalah NAGASWARA yang terbit setiap bulannya selalu memberikan bacaan-bacaan menarik. Namun agar pembahasan penulis tidak melebar, maka penulis hanya memfokuskan pada rubrik Intro majalah NAGASWARA edisi Maret-April 2010 saja. Menurut produser label NAGASWARA sekaligus Chief Editor yakni Bapak Rahayu Kertawiguna, kalau di Mesir ada Piramida yang ditetapkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia, lain lagi dengan Negara kita Indonesia. Selain Candi Borobudur, hadir sebuah keajaiban baru terutama di dalam kemajuan musik tanah air dan dunia. Yakni kesuksesan band Wali yang Ring Back Tone (RBT)-nya menuju 20 juta pengunduh. Walaupun terjadi di Indonesia, namun kesuksesan ini sudah diakui oleh dunia. Bolehlah kesuksesan Wali ini dimasukan menjadi keajaiban dunia yang kedelapan setelah tujuh keajaiban dunia yang ada. Keterangan di atas mendorong penulis untuk menggali lebih rinci soal kebijakan redaksi pada rubrik Intro yang ada pada Majalah Nagaswara edisi MaretApril 2010 tentang “Fenomenal Untuk Sebuah Nama” yang dalam pembahasannya berisikan tentang Artis religius yakni Wali Band yang pergi umroh sekaligus syuting video klip di Mesir.
BAB IV ANALISIS DATA Pemuatan sebuah karya dalam suatu media massa tentunya tidak terlepas dari kebijakan redaksional yang ada dalam media tersebut. Karena, kebijakan redaksi merupakan ketentuan yang telah disepakati oleh redaksi media massa tersebut tentang kriteria berita atau tulisan yang boleh dan tidak boleh dimuat atau disiarkan, juga meliputi kata, istilah atau ungkapan yang boleh dan tidak boleh dipublikasikan, disesuaikan dengan visi dan misi media itu sendiri.1 Keberadaan kebijakan redaksi penting adanya untuk kelangsungan sebuah perusahaan media massa, karena kebijakan redaksional adalah pembeda antara media satu dengan media lainnya.2 Ketika suatu media membuat kebijakannya, pasti memiliki dasar pertimbangan tersendiri. Dasar pertimbangan suatu media massa ditentukan oleh sifat media itu sendiri, apakah khusus atau umum. Selain itu juga berdasarkan ideologi, agama, politik dan bisnis. Dasar pertimbangan ideologi ditentukan oleh latar belakang pendiri atau pemiliknya. Sedangkan dasar pertimbangan politik, dikarenakan kehidupan pers tidak pernah lepas dari masalah politik, selain itu kehidupan pers di suatu Negara merupakan indikator demokrasi. Dasar pertimbangan kebijakan redaksional
1
Den, “Kebijakan Redaksional (Editorial Policy),” artikel diakses pada 12 november 2011 dari http://oleh07.wordpress.com/2008/11/12/kebijakan-redaksional-editorial-policy/ 2 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat:Kalam Indonesia, 2005), h.150.
51
52
selanjutnya adalah bisnis. Hal ini terkait dengan masuknya media massa dalam ranah industri yang menyebabkan media massa harus berpikir untung dan rugi.3 Dari penjelasan diatas penulis akan membahas soal pengaruh ideologi. Namun ideologi yang akan penulis gali adalah ideologi bermusik pada Majalah NAGASWARA edisi Maret-April 2010 khususnya pada rubrik Intro. Sebelum berbicara jauh soal ideologi, ada baiknya penulis menerangkan apa itu ideologi. Ideologi menurut pandangan teori kritis adalah sekumpulan ide-ide atau pendapat yang menyusun sebuah kelompok nyata, sebuah representasi dari sistem atau sebuah makna dari kode yang memerintah bagaimana individu dan kelompok melihat dunia.4 NAGASWARA selain sebagai majalah juga merupakan nama sebuah label musik yang dimiliki oleh Bapak Rahayu Kertawiguna. Kedudukannya sebagai pemilik label sekaligus Chief Editor majalah NAGASWARA. Dengan posisi tersebut, kebijakan Bapak Rahayu Kertawiguna berpengaruh penting terhadap ideologi majalah ini. Salah satunya adalah kebijakan dalam rapat redaksi penetapan ide yang terkandung dalam rubrik Intro edisi Maret-April 2010 yang berisi tentang pembuatan video klip band Wali di Mesir. Proses kebijakan redaksi pada majalah NAGASWARA khususnya pada rubrik Intro dapat dikatakan berbeda dengan proses majalah lain, karena majalah NAGASWARA merupakan majalah pribadi yang dimiliki oleh perusahaan
3
Ibid, h. 151-154 Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss,Theories of Human Communication,9th ed. (Belmont: Thomson Wadsworth, 2005; reprint, Jakarta: Salemba Humanika, 2009) h. 469 4
53
pribadi pula. Majalah ini memuat berita tentang apapun yang ada dalam label musik NAGASWARA, tanpa memikirkan konsep yang mengedepankan idealis yang biasa majalah lain suguhkan. Selain itu dapat pula kita lihat perbedaan lain dari segi cara mendapatkan majalah. Majalah ini bisa didapatkan dengan cuma-cuma atau gratis tanpa kita harus mengeluarkan kocek untuk membelinya di toko buku atau toko majalah. Cukup kita mendatangi kantor redaksinya, maka kita bisa mendapatkan majalah NAGASWARA tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, majalah NAGASWARA bukan majalah komersil yang untuk diperjual belikan, maka dari isi kebijakan redaksional lebih mengacu kepada kebijakan yang bersifat pribadi, karena majalah NAGASWARA merupakan kebijakan label yang di dokumentasikan lewat majalah.
54
Majalah
NAGASWARA
memiliki
proses.
Adapun
proses-proses
kebijakan redaksi yang terdapat dalam perjalanan rubrik Intro edisi Maret-April 2010 meliputi: A. Proses Perjalanan Berita
Rapat Redaksi
Liputan dan Pemotretan
Penulisan Berita Untuk Menjadi Copy Berita
REVISI (Finishing) Editan Huruf
Pengeditan Berita dan Pemilihan Judul/Sub-Judul
Layout dan Design
Profing/Print Out
Percetakan
Gambar di atas merupakan ilustrasi dari perjalanan berita khususnya rubrik Intro edisi Maret-April 2010 yang dibuat oleh Majalah NAGASWARA, mulai dari diadakannya rapat redaksi hingga naik cetak. Demi
kepentingan
perusahaan,
produser
atau
pemilik
label
NAGASWARA Bapak Rahayu Kertawiguna rela mendatangi kantor Magazine guna
mengadakan
perkumpulan
rapat
redaksi
dengan
karyawan
yang
berkecimpung dalam Majalah NAGASWARA. Rapat ini membahas soal pembuatan video klip Wali band yang akan dilakukan di Mesir. Beliau yang
55
memberikan ide-ide tentang apa saja yang harus dipersiapkan demi kebutuhan syuting yang akan ditempatkan di Negara Mesir. Adapun
ide-ide tersebut
meliputi: tema, penempatan syuting, angle serta kostum apa yang harus dipakai pada tiga video klip yang berbeda yakni video klip Puaskah, Tobat Maksiat (TOMAT), dan Harga Diri. Setelah mengadakan rapat redaksi, pak Rahayu menginstruksikan kepada wartawannya untuk mengadakan liputan dengan cara menulis berita tentang Wali selama berada di Mesir, dari mulai kegiatan umroh sampai kepada pembuatan video klip. Disamping itu juga beliau memberikan tugas kepada bagian fotografer untuk melakukan sesi pemotretan artis Wali band di Mesir. Disini peran beliau hanya sebagai pemerhati, karena semua bagian yang berkaitan dengan liputan dan pemotretan sudah ada yang bertanggung jawab. Di samping itu, pak Rahayu menginstruksikan kepada bagian penulisan untuk membuat copy berita yang telah di liput sebelumnya, karena berita yang telah di liput tersebut akan dimuat pada rubrik Intro. Setelah semua copy berita dirasa sudah cukup, lanjut kepada bagian design atau layout untuk merapihkan serta menyesuaikan foto dan tulisannya, agar terlihat enak dilihat dan dibaca oleh khalayak. Kemudian langsung diadakan pengeditan berita hingga diperiksa lagi oleh pak Rahayu, sampai pada akhirnya beliau yang menentukan judul dan subjudul yang terdapat pada rubrik Intro edisi Maret-April 2010 ini. Setelah semua kebutuhan berita beres, petugas merevisi pengeditan kata atau huruf yang kurang enak dibaca. Kemudian setelah itu di print out, lalu
56
dibawa ke percetakan untuk mempersiapkan segala hal dan waktu kapan Majalah ini akan terbit atau naik cetak. B. Proses Pengumpulan Data Proses pengumpulan data majalah NAGASWARA pada rubrik Intro edisi Maret-April 2010 terlebih dahulu mewawancara narasumber yang dalam hal ini biasanya wartawan yang meliput berita tersebut yang akan menjadi narasumber. Jadi selain seorang wartawan, dia merangkap sebagai narasumber yang sudah mengetahui profesi artis yang di liput, serta data-data yang digunakan adalah database yang selama ini ada di kantor label NAGASWARA, dari mulai profile artis, kegiatan artis dan sebagainya. Berita yang di turunkan pada rubrik Intro edisi Maret-April 2010 ini adalah berita yang baru dan berbeda, berita yang belum pernah naik cetak di media lain atau bisa juga disebut berita ter-update. Seorang wartawan yang meliput berita ini bisa mencari angle agar berita dapat menjadi menarik perhatian si pembaca. Wartawan yang akan meliput, sudah dibekali terlebih dahulu dengan pertanyaan-pertanyaan seputar artis yang akan ia wawancarai terkait dengan masalah yang ingin di angkat dalam rubrik Intro. Pihak majalah sudah mengetahui
57
bahwa artis yang akan naik cetak memiliki prestasi yang mumpuni dalam setiap perjalanan kariernya.5 Dalam hal ini, artis tersebut adalah Wali band. Wartawan yang turut untuk mereportase atau mewawancarai artis yang akan dimuat terlebih dahulu menulis atau dibekali semua isi wawancara yang akan ditanyakan, dan itu semua sudah menjadi resep pertanyaan dari redaksi dikantor. Misalnya wartawan harus menanyakan kepada artis NAGASWARA dengan pertanyaan “ini”, dan nanti jawaban dari artis/narasumbernya pun menjawab “ini”, terus dirangkai dan dijabarkan sesuai kebutuhan majalah yang akan dicetak. Setelah itu wartawan menulis secara global dari hasil wawancara yang ia dapat, dan hasil tulisan tersebut akan masuk menjadi copy berita disaat sedang deadline. Misalnya deadline ditetapkan lebih kurang lima hari kerja, di lima hari kerja itulah terjadi seleksi kalimat. Apa yang harus ditonjolkan kemudian memberikan judul, agar bagaimana caranya rubrik Intro pada majalah NAGASWARA edisi Maret-April 2010 ini berbeda. C. Proses Penyeleksian Data Proses penyeleksian data yang masuk ke meja redaksi akan ditampung oleh sekertaris redaksi. Menjelang rapat, naskah tersebut akan dibagikan kepada redaktur yang bertanggung jawab atas rubrik Intro edisi Maret-April 2010. Ditangan penanggung jawab rubrik naskah itu akan di nilai. Setelah lolos seleksi penanggung jawab rubrik, naskah akan diseleksi ulang di rapat persentasi naskah. 5
Wawancara pribadi dengan Khojay Cheng, Managing Editor Majalah NAGASWARA,
Jakarta, 29 Mei 2012.
58
Rapat ini merupakan bagian dari rangkaian rapat rutin yang dilaksanakan NAGASWARA magazine setiap bulannya. Penilaian yang dilakukan oleh penanggung jawab rubrik dan redaktur dalam rapat naskah Intro edisi Maret-April 2010 ini ditentukan oleh dua faktor, yaitu Faktor Teknis dan Faktor Non-teknis. Adapun penjelasan dari masingmasing faktor tersebut telah penulis rincikan sebagai berikut; 1. Faktor Teknis Penilaian naskah Intro berdasarkan kaidah sastra atau dilihat berdasarkan kelengkapan anatomi tulisan. Faktor teknis ini meliputi; Tema, Sudut Pandang, Plot, Karakter, Gaya, Suasana, Lokasi Peristiwa. 6 Faktor-faktor tersebut tidak menyebabkan penilaian terhadap naskah menjadi baku. Yang terpenting adalah bagaimana penulis/wartawan dapat melanjutkan cerita sesuai dengan berita yang di dapat. 2. Faktor Non-teknis Faktor non-teknis adalah penilaian berdasarkan isi pesan dari rubrik Intro. Penilaian ini diperlukan agar Majalah NAGASWARA dapat mewujudkan visi dan misinya sebagai majalah musik yang berkualitas agar dapat memberikan inspirasi bagi pembaca. Walaupun bukan berupa petunjuk tekhnis, tapi mencoba mengingatkan kembali si
6
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h. 183-188.
59
pembaca, karena pembaca mungkin lupa atau membuat orang untuk berpikir kembali. Selain itu, ada pula penilaian naskah Intro edisi Maret-April 2010 yang tidak layak cetak berdasarkan pada dua faktor ini: 1. Faktor Teknis Secara teknis atau berdasarkan kaidah sastra, yang menyebabkan tulisan tersebut tidak diterima dikarenakan: a. Kemampuan dalam membuat pembuka atau lead kurang. b. Penulis kurang bisa mengembangkan bangunan cerita, seperti plotting, memunculkan konflik dll. c. Cerita yang mudah ditebak dan terkesan klise. 2. Faktor Non-teknis Kriteria kedua yang menyebabkan tulisan tidak diterima bila tulisan pada rubrik Intro tersebut tidak mengandung pembahasan tentang majalah NAGASWARA. Karena majalah NAGASWARA merupakan majalah pribadi, jadi harus mengedepankan pembahasan seputar artis yang berkecimpung di label NAGASWARA itu sendiri, karena materi yang di kemukakan tidak boleh jauh dari pembahasan soal ke artisan yang bernaung di label NAGASWARA.7 Naskah yang lolos atau layak cetak adalah naskah yang mendapatkan persetujuan dari redaktur dalam rapat persentasi naskah. Sedangkan naskah yang 7
Wawancara pribadi dengan Dian, Sekretaris dan staf bagian naskah Majalah NAGASWARA, Jakarta, 7 Juni 2012.
60
tidak lolos akan disimpan guna menjadi bahan evaluasi agar kerja wartawan lebih baik lagi. D. Proses Penyuntingan Data Proses ini adalah proses memperbaiki atau penyempurnaan tulisan secara redaksional dan substansial. Proses ini dilakukan oleh editor. Secara redaksional, editor memperbaiki kata dan kalimat supaya logis, mudah dipahami dan tidak ganjil. Setiap kata dan kalimat yang terdapat dalam rubrik Intro edisi Maret-April 2010 ini harus benar, baik secara ejaan atau secara penulisannya; tanda baca, tata bahasa, angka, nama dan alamat. Juga harus benar-benar punya arti dan enak dibaca.8 Diakhir penyuntingannya, majalah NAGASWARA pada edisi ini lebih kepada revisi huruf atau foto. Agar bagaimana caranya supaya foto yang dimuat pada edisi band Wali sewaktu di Mesir ini seolah berbicara. Dan huruf-huruf yang salah tulis akan terus diperbaiki karena ditakutkan adanya kealfaan dari pihak redaksi.
8
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 67-68.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang tertulis pada bab I, II, III dan bab IV, maka hasil rumusan masalah dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses kebijakan redaksi pada majalah NAGASWARA khususnya pada rubrik Intro dapat dikatakan berbeda dengan proses majalah lain, karena majalah NAGASWARA merupakan majalah pribadi yang dimiliki oleh perusahaan pribadi pula. Majalah ini memuat berita tentang apapun yang ada dalam label musik NAGASWARA, tanpa memikirkan konsep yang mengedepankan idealis yang biasa majalah lain suguhkan. 2. Majalah NAGASWARA mengadakan rapat guna membahas soal pembuatan video klip Wali band yang akan dilakukan di Mesir. Bapak Rahayu Kertawiguna memberikan ide-ide yang meliputi: tema, penempatan syuting, angle serta kostum apa yang harus dipakai pada tiga video klip yang berbeda yakni video klip Puaskah, Tobat Maksiat (TOMAT), dan Harga Diri. 3. Proses pengumpulan data majalah NAGASWARA pada rubrik Intro edisi Maret-April 2010 terlebih dahulu mewawancara narasumber yang dalam hal ini biasanya wartawan yang meliput berita tersebut yang akan menjadi narasumber. Jadi selain seorang wartawan, dia
61
62
merangkap sebagai narasumber yang sudah mengetahui profesi artis yang di liput, serta data-data yang digunakan adalah database yang selama ini ada di kantor label NAGASWARA, dari mulai profile artis, kegiatan artis dan sebagainya. 4. Penilaian yang dilakukan oleh penanggung jawab rubrik dan redaktur dalam rapat persentasi naskah ditentukan oleh dua faktor, yaitu Faktor Teknis dan Non-teknis. 5. Proses penyuntingan data dilakukan oleh seorang editor. Secara redaksional, editor memperbaiki kata dan kalimat supaya logis, mudah dipahami dan tidak ganjil. Setiap kata dan kalimat yang terdapat dalam rubrik intro ini harus benar, baik secara ejaan atau secara penulisannya; tanda baca, tata bahasa, angka, nama dan alamat. Juga harus benarbenar punya arti dan enak dibaca
63
B. Saran-saran Mengacu pada hasil analisa dan kesimpulan, penulis mempunyai saran untuk Majalah NAGASWARA, diantaranya: 1. Diharapkan kepada Majalah NAGASWARA untuk tetap konsisten memajukan musik di Tanah Air dengan karya-karya yang dituangkan dalam bentuk tulisan berupa majalah ini. Sehingga dapat menjadi sumber informasi bagi pembaca khususnya pembaca yang mencintai atau pun fanatik dengan berita seputar musik. 2. Kepada redaksi Majalah NAGASWARA untuk selalu berpegang pada kebijakan redaksional yang ada, agar tidak menyimpang dalam menyeleksi naskah-naskah khususnya naskah dalam rubrik Intro, sehingga pembaca dapat menikmati dengan seksama setiap apa yang tertulis pada rubrik Intro.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Aceng. Press Relations: Kiat Berhubungan dengan Media Massa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Ali, Lukman. et.al. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1994. Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, Lukiati Komala. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007. Birowo, Antonius. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: GITANYALI, 2004. Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. G. Sevilla, Consuelo dkk. Pengantar Metode Penelitian. Penerjemah Alimudin Tuwu Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1993. Herfan, Djony ed. Himpunan Istilah Komunikasi. Jakarta: PT. grasindo, 1998. HS, Lasa. Pengelolaan Terbitan Berkala. Yogyakarta: Kanisius, 1994. Iskandar, Maskun. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990. K, Septian Santana. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005. Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group, 2002. Littlejohn, Stephen W dan A. Foss, Karen. Theories of Human Communication, 8th ed. Belmont: Thomson Wadsworth, 2005. Marbun, B. N. Kamus Manajemen. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003. McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga 1987. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002. Muhtadi, Asep Saeful. Junalistik: Pendekatan Teori dan Praktek. Jakarta: Logos Ilmu, 1999.
64
65
Panuju, Redi. Nalar Jurnalistik: Dasarnya-Dasar Jurnalistik. Malang: Bayumedia Publishing, 2005. Putra, R. Masri Sareb. Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Reese, Stephen D. Setting the media’s Agenda: A power balance perspective. Beverly Hills: Sage, 1991. Rivers, William L. dkk. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Prenada Media, 2003. Romli, Asep Syamsul M. Jurnalistik Praktis Untuk Pemula. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003. Shoemaker, Pamela J dan Reese, Stephen D. Mediating The Message. New York ,Longman Publisher : 1996. Sumadiria, Haris. Bahasa Jurnalistik Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006. Tebba, Sudirman. Junalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005. Tim Penyususn Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
66
Sumber Lain: Company Profile Majalah NAGASWARA NAGASWARA Magazine 13th Edition Januari-Februari 2010 23th Edition Desember 2010 25th Edition Februari 2011 Wawancara pribadi dengan Dian, Sekretaris dan staf bagian naskah Majalah NAGASWARA, Jakarta, 7 Juni 2012. Wawancara pribadi dengan Khojay Cheng, NAGASWARA, Jakarta, 19 April 2012
Managing Editor
Majalah
Sumber Dari Internet Muhidin, Sambas Ali. http://sambasalim.com/metode-penelitian/kenapa-harusstudi-pendahuluan.html diakses pada 23 januari 2012 Den. “Kebijakan Redaksional (Editorial Policy), “ artikel diakses pada 12 november 2011 dari http://oleh07.wordpress.com/2008/11/12/kebijakanredaksional-editorial-policy/
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Cover Majalah NAGASWARA Edisi Maret-April 2010
Kantor NAGASWARA Magazine (Tampak Depan) di Jl. Balikpapan 1 No. 9B Petojo, Jakarta Pusat 10150
Wawancara dengan Mas Bois (Khojay Cheng) di kantor Majalah NAGASWARA Lt 1
Foto Bersama Mas Bois selaku Managing Editor di depan Banner kantor NAGASWARA Magazine Lt 2
Wawancara via BlackBerry Messenger dengan Mas Bois (Khojay Cheng)
Daftar Wawancara Narasumber : Khojay Cheng, Managing Editor Majalah NAGASWARA
Lokasi
: Jl. Balikpapan 1 No. 9B Petojo, Jakarta Pusat
1. Bagaimana latar belakang atau sejarah berdirinya majalah NAGASWARA?
Jawaban: NAGASWARA Magazine berdiri pada bulan desember 2010. Melihat fakta yang
ada, perusahaan rekaman belum ada yang memiliki majalah/magazine yang bisa mem back-
up promosi artis dari label itu sendiri, karena label NAGASWARA mempunyai artis banyak
hingga ratusan, dan itu pertama di dunia.
2. Apa Tujuan dari didirikannya majalah NAGASWARA?
Jawaban: Berpikir secara ekonomi bahwa, semua artis yang dirilis oleh NAGASWARA
setiap bulannya ada sekitar tujuh artis, dan itu minimum. Dan tujuan didirikannya majalah
Nagaswara agar nilai promo dari setiap artis tidak terlalu banyak. Karena, apabila kita promo
ke majalah atau media lain itu pasti biaya yang dibutuhkan sangat besar.
3. Sebutkan susunan redaksi majalah NAGASWARA?
Jawaban: Chief Editor - Managing Editor - Coor Coverage - Editor - Special Editor -
Contributor - Law Advice - Reporters - Photographer - Ass Photographer - Managing Design
Artistic - Design Artistic - Secretary - Event Licence - Managing AE - Distribution - Event
Organizer - Public Relations - Artist Management.
4. Kapan diadakan rapat redaksi dan siapa saja yang terlibat?
Jawaban: Biasanya rapat redaksi itu dilakukan setelah kita naik cetak sekitar tanggal 20, 21,
22. Pernah sih kita terlambat karena ada event besar, jadi paling telatnya kita mengadakan
rapat, ya paling telat tanggal 23 setelah naik cetak. Disaat rapat redaksi kita melibatkan
semuanya, dari chief editor sampe wartawan. Ini menyangkut berita dan foto harus sudah
benar menjual, karena ini membahas dan menentukan tentang tata letak dan design grafisnya.
5. Apa saja yang dibahas dalam rapat redaksi?
Jawaban: Dalam rapat redaksi kita menentukan evaluasi edisi sebelumnya dimana sih kekurangan-
kekurangannya, kemudian yang akan datang itu siapa si yang akan kita angkat.. Selain itu kita
membahas tentang pemilihan cover majalah edisi selanjutnya, yang mana yang akan menjadi cover
tersebut adalah figure yang benr-bener kita fokuskan promosinya.
6. Seberapa besar peningkatan produksi majalah NAGASWARA?
Jawaban: Dulu kita anti marketing, jadi tujuan awal kita itu bukan mau memperjual-belikan,
tapi bagaimana agar ini bisa sampai ke si pembaca yang dalam hal ini pembaca yang senang
dengan musik. Cara promosinya kita menyebarkan majalah ini kepada orang-orang yang
bergerak dibidang musik seperti radio se-Indonesia dari Sabang sampai Marauke yang
totalnya itu hingga 800 copy majalah. Kemudian TV lokal, TV Nasional dan café-café
terkenal. Dan peningkatannya, yang dulu tidak ada iklan sekarang dimajalah Nagaswara
terdapat iklan yang cukup antri untuk di orbitkan.
7. Apakah pendapat dewan redaksi berpengaruh terhadap isi berita?
Jawaban: Peran Chief editor sekaligus produser label NAGASWARA yang saat ini di
duduki oleh pak Rahayu Kertawiguna sangatlah berpengaruh. Karena beliaulah yang
menentukan berita apa yang layak dan tidak layak untuk diterbitkan.
8. Bagaimana proses kerja redaksi dalam rubrik Intro?
Jawaban: Intro atau Editorial itu kita mengangkat tema-tema yang ada didalam majalah itu
sendiri dan kita juga biasanya membicarakan mengenai obrolan yang lagi marak
diperbincangkan di industry musik terutama yang ada hubungannya dengan NAGASWARA.
Jadi proses pengerjaannya kita menunggu konfirmasi dari chief editor, lalu mengerjakan apa
yang diperintahkan chief editor.
9. Bagaimana proses pengumpulan data? Jawaban: Biasanya proses pengumpulan data itu mewawancara narasumber/wartawan yang meliput
berita tersebut. Jadi selain wartawan udah mengetahui profesi artis dan data2 yang digunakan itu dan
database yang selama ini ada di isi NAGASWARA, profilenya mereka, cuman otomatis berita yang
akan kita turunkan itu kan kita harus mencari dari sisi atau angle yang berbeda gitu atau update.
Misalnya si artis katakanlah wali. Orang tau kali dia selama ini musiknya bergenre pop melayu. Tapi
terakhir2 dia secara tidak langsung, udah sedikit masuk ke yang namanya sedikit religi dari lyrik2nya,
walaupun tidak mengakui atau memposisikan dia ada di pop religi gitu. Tapi dengan sendirinya
pasaran semakin luas lagi sebenernya karena mayoritas di Indonesia muslim. Kembali lagi data itu
udah ada, jadi wartawannya dibekali.
10. Bagaimana penyelesaian dan penyuntingan data?
Jawaban: Biasanya si wartawan yang turut untuk mereportase atau mewawancarai itu sebelum
mewawancarai biasanya menulis semua isi wawancara yang mau dia tanyain yang tadinya udah
dibekali dan udah menjadi resep pertanyaan dari redaksi dikantor. Lo harus nanya ini nanti
jawabannya ini terus dirangkai. Nah lalu dia menulis secara global secara panjang dan hasil
wawancara itu sesuai dan hasil tulisan itu nanti setelah masuk menjadi copy berita pas kita lagi
deadline, misalnya dealine itu kita tetapkan lebih kurang lima hari kerja. Di lima hari kerja itu kita
edit bener2 dan terjadilah seleksi kalimat. Apa yang harus ditonjolin, kasih judul, agar menarik karena
kan majalah bagaimana caranya berbeda dengan surat kabar, tidak basi dan harus menarik gitu.
Diakhir penyuntingan itu paling lebih ke revisi huruf atau foto gitu. Agar bagaimana caranya supaya
foto yang dimuat seolah berbicara. Huruf2 itu juga takut ada ke alfaan kita akan perbaiki terus setiap
edisi.
11. Apa dasar pemilihan berita tentang WALI dalam rubrik Intro edisi maret-april 2010?
Jawaban: Alasannya karena Wali yang sering dibicarakan pada saat dia booming atau tenar
hingga sekarang. Makanya sengaja kita ambil Judul dan Cover majalah tentang Wali. Pada
waktu itu pula kita dan management Wali berlibur ke Mesir sekaligus syuting video klip “Puaskah, Tomat dan Harga Diri” di album keduanya.
12. Bagaimana cara mewawancarai artisnya?
Jawaban: Itu biasanya by phone atau memang sebelumnya kita udah punya bentuk prestasi positif
dari si artisnya tersebut. Misalnya lebih ke pertanyaan2 yang kita butuh jawaban yang lebih tajam kita
wawancara. Jadi prosesnya si wartawan udah dibekali juga.
Wawancara via Blackberry Messenger
Narasumber
: Khojay Cheng, Managing Majalah NAGASWARA
Rubrik Intro adalah sebuah tulisan jurnalistik dari catatan penting redaksi
NAGASWARA Magazine yang terbit setiap bulan.
1. Mengapa rubrik ini dinamai Intro?
Jawaban: Karena Kata Intro ada hubungannya dengan istilah musik.
2. Apa fokus berita yang terkandung dalam rubrik Intro?
Jawaban: Fokusnya lebih menekankan dari intisari atau rangkuman dari isi Majalah
NAGASWARA Magazine.
3. Siapa yang terlibat dalam penggarapan rubrik Intro?
Jawaban: Chief Editor, Managing Editor dan bagian Lay Out.
4. Pada saat band WALI di Mesir, proses perijinan syutingnya ribet ga?
Jawaban: Menurut Pak Rahayu, syuting klip WALI di Mesir terjadi birokrasi dalam hal
perijinan, disebabkan system pemerintahan yang berkuasa saat itu (era rezim Husni
Mubarak) sangat ketat, terutama dalam hal pengambilan gambar karna polisi selalu berjaga-
jaga di setiap jalan.
5. Apakah kendala yang sering terjadi dalam pembuatan Majalah NAGASWARA?
Jawaban: Kendala yang sering terjadi pada saat sesi pemotretan sebuah grup music yang
semua personilnya public figure, karena setiap personil punya aktivitas profesi yang berbeda
selain di music. Seperti grup music TDC (The Dance Company) yakni Nugie, Aryo, Pongky
dan Baim. Juga BIL (Brother In Law) yakni Ikang Fawzi, Ekki Soekarno dan Gilang
Ramadhan.