ISSN: 2302 - 2663
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
KEBIJAKAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH Siti Sanisah Kepala Seksi GTK PAUD dan Dikmas, Dinas Pendidikan Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat
[email protected]
ABSTRACT The research aimedat exploring the education budget policies that carried out in the context of regional autonomy concerning to: formulation, content, implementation, evaluation and policy impact.The research was qualitative and using deep interviews,observations and focus group discussions.The source of information were the related staffs of Educational Board, Regional Development Planning Bureau, Local government and legislatives in Lombok Tengah which then run on purposive and snowball sampling technique. It was concluded that formulation stages applied three main approaches namely participatory, technocratic and political. The contents of the budget policymet the demands of budgeting regulation (20%), but still focus on infrastructure development and bureaucratic spending. The implementation process using a top down approach that automatically implementer predominantly from government agencies. The resultswere still below of the standards (criteria) that have been defined previously on planning stage. Finally, the impact provided less social benefit to the community. Keywords: policy of analysis andeducational budgeting
PENDAHULUAN
kegiatan pendidikan. Ironis, penye-
Mutu pendidikan tidak hanya dipengaruhi
satu
faktor
sebagai
diaan
anggaran
Indonesia
pendidikan
masih
di
mengalami
penentu. Terdapat pengelola seko-
hambatan dan termasuk rendah jika
lah, lingkungan (keluarga, masya-
dibanding
rakat
kualitas
Tenggara.
sistem
berimbas
dan
pembelajaran,
sekolah), kurikulum,
negara
lain
di
Implikasinya pada
kondisi
Asia akan sektor
evaluasi dan ketersediaan anggaran
pendidikan secara umum, terlebih
yang memadai guna membiayai
jika
http://ojs.jpeb.net
dikaitkan
mutu.
Pendidikan
101
ISSN: 2302 - 2663
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
nasional (maupun daerah) dihadap-
Pada seminar Membedah Potret
kan
berbagai
menuntut
masalah
yang
Pelayanan
konkrit
untuk
Tengah,
solusi
Pendidikan Ketua
Lombok
PGRI
Nusa
mengatasinya. Dibutuhkan kerjasa-
Tenggara Barat menyatakan bahwa
ma
mekanisme
serius
pemerintah
dan
itu
masih
masyarakat dalam semua dimensi
dilakukan
pendidikan.
Lombok Tengah, sehingga capaian
Solusi sederhana sesungguhnya
pada
perencanaan
perumusan
program
Pemerintah
lemah Daerah
pendidikan tidak maksimal.
dan
Gambaran kondisi pendidikan
pendidikan
dimaksud seperti tertuang dalam
yang harus efektif dan efesien bagi
RPJMD
semua.Implikasi
akan
2011-2015, yaitumasih rendahnya
bermuara pada anggaran pendi-
(1) aksesibilitas pendidikan bagi
dikan
disediakan
masyarakat miskin; (2) sarana dan
ini,
prasarana
yang
pemerintah.
logisnya
harus Selama
keter-
Lombok
Tengah
pendidikan;
(3)
mutu
batasan anggaranselalu jadi alasan
penyelenggaraan
klasik
(4) kualitas dan kuantitas pendidik
keterlambatan
kemajuan
pendidikan
tahun
pembangunan pendidikan. Bagai-
dan
manapun juga anggaran pendidikan
businya yang belum merata. Di sisi
merupakan
lain,
komponen
masukan
kependidikan
dan
capaian
disertai distri-
pembangunan
instrumental yang sangat penting
pendidikan juga tidak maksimal,
dalam penyelenggaraan pendidikan.
mengingat Lombok Tengah memiliki
Karena,
upaya
angka buta huruf tertinggi di NTB
pendidikan,
(63.667 orang pada tahun 2010);
dalam
pencapaian
setiap
tujuan
bersifat kuantitatif maupun kualitatif
angka
anggaran pendidikan memiliki peran
jenjang pendidikan dasar (tahun
menentukan.Maka,
2010
anggaran
pendidikan
profesional berlaku
pengelolaan
sesuai
menjadi
http://ojs.jpeb.net
out
tertinggi
di
memprihatinkan
Provinsi
NTB
yang
dengan 750 orang siswa SD, 63
yang
orang siswa MI, 595 kasus di SMP
adanya.
dan MTs 381 kasus). Dan rata-rata
kaidah urgen
drop
102
ISSN: 2302 - 2663
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
lama
sekolah
menunjukkan
tahun
angka
5,9
2011
pendidikan juga dapat dipahami dari
tahun
capaian APM dan APK Kabupaten
(belum tamat SD). Kualitas sektor
Lombok Tengah berikut.
SD SMP APK APM APK APM 1 2008 110,65 92,93 93,92 76,27 2 2009 117,15 98,89 99,42 85,80 3 2010 117,22 99,21 99,51 89,44 4 2011 114,01 99,22 99,53 89,45 5 2012 113,67 99,23 101,05 89,47 6 2013 113,69 99,61 96,40 89,91 Sumber: Profil Pendidikan Kabupaten Loteng Tahun 2013 No
Tahun
Atas dasar rendahnya capaian
Pemerintah
SMA APK 58,81 59,57 59,30 60,04 71,51 61,17
APM 40,93 47,42 48,29 55,76 61,67 59,06
Kabupaten
Lombok
APK dan APM (terutama di SMP
Tengah untuk sektor pendidikan
dan
kondisi
cukup besar dan terus mengalami
SMA)
dan
potret
pendidikan
lainnya
mendorong
peningkatan sebagaimana diilustra-
pemerintah
provinsi
NTB
sikan dalam Grafik perkembangan
dan
Lombok Tengah menandatangi nota
anggaran
pendidikan
kesepahaman menurunkan angka
Lombok Tengah berikut:
Kabupaten
drop out, tahun 2008 dan 2011. Dalam
nota
disebutkan
bahwa
Pemerintah Lombok Tengah akan dan bersedia menurunkan angka drop out SD 0,37% pertahun, SMP 0,51%
pertahun,
SMA
0,47%
pertahun dan SMK 0,94% pertahun. Namun, tidak berdampak signifikan terhadap penurunan angka drop out maupun
peningkatan
kondisi
pendidikan lainnya.
perlu terjadi mengingat besaran yang
http://ojs.jpeb.net
KAJIAN TEORITIK Jika besaran alokasi anggaran
Sesungguhnya hal ini tidak
anggaran
Sumber: Ringkasan APBD pertahun (20092014)
dikomparasikan kondisi pendidikan di Lombok Tengah sungguh tidak
dialokasikan
103
ISSN: 2302 - 2663
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
sepadan. Anggaran cukup tinggi,
kebijakan publik bidang pendidikan.
bertambah dari tahun ke tahun
Setiap keputusan tentang pendi-
namun kondisi dan kualitas pendi-
dikan yang dibuat dan melibatkan
dikan tidak meningkat signifikan.
anggota organisasi dalam pendidi-
Kondisi dominan diakibatkan oleh
kan
tumpang tindihnya kerangka legal
berdasarkan fact and value (Simon,
dan
dan
1976), termasuk kebijakan tentang
sering
pengelolaan anggaran pendidikan.
pelaksanaan
implementasi
formulasi
anggaran,
harus
dibuat
maksimal
berubah, multi-interpretasi, pema-
Masyarakat
memahami
haman tentang formulasi anggaran
anggaran
partisipatif
masih
disamakan
rencana pendapatan dan belanja
bottom-up
approach,
konsistensi
negara/daerah dalam kurun waktu
pendidikan
merupakan
pengelolaan anggaran lemah,tidak
satu
konsisten dan sinergisnya waktu
pendapatan
antar-tingkatan pengelolaan serta
pembiayaan
dominasi sistem politik (Sukardi,
setiap
2009). Di samping itu berkurangnya
dibayar
proporsi
pengeluaran yang akan diterima
angaran
pendidikan
di
tahun
bahwa
dalam dan
bentuk
belanja
pendidikan
penerimaan
berupa
yang
kembali
itu,
perlu
dan/atau
pemerintah pusat atau sebaliknya
kembali.
bertambahnya
anggaran pendidikan juga harus
proporsi anggaran
Karena
serta
yang dikelola pemerintah daerah
disusun
sesungguhnya
visi, misi pendidikan, dalam rangka
hanya
merupakan
berdasarkan
kebijakan
penjabaran
implikasi pengalihan kewenangan
mewujudkan
dari
bukan
pendidikan dalam suatu masyarakat
dana
untuk kurun waktu tertentu (Tilaar
pusat
ke
meningkatnya
daerah, alokasi
(Toyamah dan Usman, 2004).
tercapainya
tujuan
dan Nugroho, 2008).
Kebijakan anggaran pendidi-
Pengeloaan kebijakan angga-
kan sebagai kebijakan pembangu-
ran sebagai kebijakan publik dapat
nan
mengikuti proses yang dikemukakan
dalam
bidang
pendidikan
secara umum dipahami sebagai
http://ojs.jpeb.net
beberapa
ahli
yang
diklasifikasi
104
ISSN: 2302 - 2663
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
menjadi group theoretic model, elite
budget
theoretic model, incremental model,
oversight (Ramkumar, 2008).
institutional model, rational model, game
theoretic
model,
execution
and
budget
Dalam konteks otonomi daerah
systems
di Indonesia, pengelolaan anggaran
theoretic model, mixed scanning
kebijakan pendidikan diselenggara-
model, democratic model, strategic
kan
model, deliberatif andpublic choice
Nomor
(Dye, 1995; Henry, 1975 dan Dror,
17/2003, UU Nomor 20 tahun 2003,
1968),
model,
PP 58/2005, Permendagri 13/2006,
organizational behavior model dan
PP nomor 48 tahun 2008 dan
governmental political model(Allison
regulasi
dan Zelikow, 1999). Dalam setiap
Karenanya
model mengisyaratkan pengelolaan
tentang
kebijakan
melalui
pendidikan
Tahap
disesuaikan
rational
actor
publik
serangkaian
harus
tahapan.
dengan
dasar
32/2004,
lainnya
hukum UU
yang
analisis
Nomor
relevan. kebijakan
pengelolaan di
UU
anggaran
Lombok
proses
Tengah
penyusunan
dimaksud juga dilukiskan berbeda.
kebijakan publik dan regulasi yang
Dimulai dari agenda setting, policy
berlaku
formulation, policy adoption, policy
formulasi
implementation
anggaran pendidikan, isi kebijakan
and
policy
eva-
di
Indonesia. kebijakan
luation (Dunn, 1995; Ripley, 1985;
sebagai
Smith dan Larimer, 2009). Tahaplain
implementasi
yang
terhadap
dapat
dilakukan
meliputi
hasil
tentang
formulasi,
kebijakan,
proses
Meliputi
evaluasi
implementasi
agenda setting, problem definition,
kebijakan anggaran dan dampak
policy design, policy legitimation,
implementasi
implementation,
dan
anggaran pendidikan di Kabupaten
1987;
Lombok Tengah. Aspek di atas
Parsons, 1995). Sementara kebija-
sekaligus diposisikan sebagai tujuan
kan
dilakukannya penelitian mengingat
termination
impact (Palumbo,
pengelolaan
anggaran
dilakukan
melalui
budget
formulation,
budget
approval,
http://ojs.jpeb.net
untuk
kebijakan
memahami
pengelolaan
kebijakan
tentang
sistem anggaran
105
ISSN: 2302 - 2663
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
pendidikan secara kaffah di suatu
independen untuk menilai kualitas
daerah
dalam
konteks
hasil
daerah,
maka
harus
otonomi
penelitian
dengan
cara
dilakukan
penelusuran atau pelacakan data
pengamatan dan analisis mendalam
dan informasi yang disampaikan. Uji
terhadap
transferability
proses
pengelolaan
kebijakan dimaksud.
dilakukan
mendiskripsikan
hasil
dengan penelitian
serinci dan sejelas mungkin tentang METODOLOGI PENELITIAN
konteks
Penelitian ini merupakan policy research dengan pendekatan kuali-
fokus
dianalisis
penelitian.
melalui
reduksi
Data data,
display, verifikasi dan kesimpulan.
tatif. Data diperoleh dari kegiatan participant observation, semistruc-
HASIL DAN PEMBAHASAN
ture interview, dokumentasi, focus
Formulasi kebijakan anggaran
group
discussiondan
penelitian
Formulasi kebijakan anggaran
kepustakaan. Informan berasal dari
pendidikan terpilah menjadi dua
Dinas
aktivitas penting yaitu perencanaan
Pendidikan
Olahraga,
Pemuda
Pemerintah
dan
Kabupaten
dilakukan dengan maksud untuk
Lombok Tengah yang ditentukan
mengidentifikasi masalah pendidi-
secarapurposive dan snowball sam-
kan
pling. Guna memastikan keabsahan
sejumlah program alternatif.Aktivitas
data hasil penelitian dilakukan uji
diselenggarakan
credibility melalui prolongedenga-
pendekatan partisipatif planning dan
gement,
persistentobservation,
technocratic planning secara ber-
triangulation
dan
jenjang
Daerah
Bappeda,
dan
dan
DPRD
peerdebriefing,
multiangulation,
referential
adequ-
penganggaran.Perencanaan
guna
dipecahkan
dari
(berbasis wilayah)
melalui
menggunakan
desa-kabupaten dan
berbasis
acychecks dan member-checks. Uji
sektoral.Penganggaran merupakan
dependability
melalui
aktivitas yang dilakukan dengan
audit keseluruhan proses penelitian.
maksud menguji kelayakan hasil
Uji confirmability dilakukan auditor
perencanaan program pendidikan
dilakukan
http://ojs.jpeb.net
106
ISSN: 2302 - 2663
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
dengan pembiayaan yang diajukan
pada setiap level penganggaran,
eksekutif dan cenderung didominasi
dilengkapi nota kesepakatan Peme-
pendekatan
planning.
rintah Daerah dengan DPRD dan
Dilakukan bertahap sejak penetapan
menjadi dasar eksekusi anggaran.
RKPD hingga pengesahan kebi-
Dokumen dimaksud berupa RKPD,
jakan anggaran (APBD). Pelaksana-
KUA, PPA, RKA-SKPM, RAPBD,
an kegiatan terjadwal dalam regulasi
APBD
yang memayungi kegiatan tersebut
Dokumen penganggaran tidak diso-
secara bertahap,namun sering tidak
sialisasikan
tepat waktu.
sklusif.
political
dan
DPA
dan
Pendidikan.
cenderung
ek-
Aktor dalam formulasi kebijakan anggaran pendidikan di Lombok Tengah berasal dari pemerintah
Isi (content) kebijakan anggaran Content kebijakan anggaran
daerah, birokrat, legislatif, kelompok
pendidikan
kepentingan, akademisi, pemerhati
hasil perencanaan tidak konsisten
pendidikan dan masyarakat secara
dengan penganggaran walau secara
individu.Output
dihasilkan
makro anggaran pendidikan telah
macam
mencapailebih 20% (terutama pasca
terdiri
dari
yang berbagai
menunjukkan
dokumen yang dilegalkan dalam
putusan
bentuk nota kesepahaman, ran-
anggaran dari dana perimbangan
cangan peraturan daerah, peraturan
dengan konsekuensi logis untuk
daerah, rancangan peraturan bupati
kebutuhan
birokrasi
dan peraturan bupati. Output proses
sementara
fokus
perencanaan terdiri dari prioritas
pendidikan
berdasarkan
program yang akan diusulkan ke
anggaran cenderung ke program
jenjang
pendidikan
perencanaan
berikutnya.
MK).
Sumber
bahwa
dominan
dan
fisik,
pembangunan
dasar.
Fenomena
Sedangkan output yang dihasilkan
lainnya
pada proses penganggaran adalah
anggaran
dokumen yang berisi program dan
proporsional,
pembiayaan yang sudah disepakati
tidak efisien dan tidak pro-poor dan
http://ojs.jpeb.net
adalah
alokasi
penggunaan
cenderung double
tidak budgeting,
107
ISSN: 2302 - 2663
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
peserta
didik
Artinya,
(tidak
pro
rumusan
child).
mentasi
kebijakan
aggaran
kebijakan
pendidikan yang dilakukan masih
anggaran belum memenuhi aspek
dalam kategori minim. Hal ini dapat
konsistensi, efisiensi dan manfaat.
dilihat dari 15 kriteria pembangunan pendidikan di Lombok Tengah yang
Implementasi kebijakan anggaran Prosedur implementasi kebijakan
anggaran
pendidikan
yang
telah
ditetapkan
terdapat tidak
7
dalam
kriteria
berhasil
RPJMD,
dikategorikan
mencapai
target/
diterapkan di Kabupaten Lombok
gagal. Sementarahanya 3 kriteria
Tengah sesuai regulasi dan menga-
yang dapat tercapai dengan hasil
rah
yang baik dan 5 kriteria pada posisi
pada
Program
top-down dan
approach.
kegiatan
yang
middle area (tidak tercapai penuh).
bersumber
dari
Tercapainya 7 kriteria pembangu-
dana perimbangan diselenggarakan
nan pendidikan disinyalir karena
berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan
didukung ketersediaan sumber daya
(Juklak)
dan
Petunjuk
Teknis
(manusia,
(Juknis)
dari
pemerintah
pusat.
kejelasan
dominan
adalah
pembiayaannya
Aktor
birokrasi
finansial isi
kondusifnya
dan
waktu),
kebijakan
lingkungan
dan
eksternal
terutama pemerintah daerah dan
(sosial, ekonomi dan politik).Faktor
Dikpora,
dan
yang dinilai menghambat capaian
interest group. Kelompok birokrasi
implementasi adalah tidak sehatnya
dianggap paling bertanggungjawab
sistem
dalam
implementasi,
terperinci
memiliki
wewenang
yudikatif,
DPRD
karena menguasai
perilaku
birokrasi, jelas,
kegiatan
tidak
karakter
dan
implementor,
minimnya
“area” implementasi dalam wilayah
koordinasi dan pengawasan serta
operasi
kurangnya keterlibatan masyarakat.
(termasuk
kewenangan
diskresi) karena mendapat mandat dari legislatif dan kuasa di atasnya sehingga cenderung powerfull. Capaian keberhasilan imple-
http://ojs.jpeb.net
Evaluasi proses implementasi Kriteria implementasi
evaluasi yang
proses
dipergunakan
108
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
ISSN: 2302 - 2663
adalah
dan
efektivitas,
pemerataan,
kecukupan,
responsivitas
dan
mentasi
program
kurang
memuaskan
kegiatan sehingga
ketepatan sasaran. Hasil penelitian
loyalitas masyarakat minim.Dengan
menunjukkan bahwa kelima aspek
kondisi tersebut, dapat dipastikan
belum terpenuhi secara maksimal.
capaian indikator ketepatan tidak
Indikator
diwarnai
maksimal, mengingat indikator ini
orientasi hasil yang fokus pada
hanya akan tercapai jika empat
output (capaian kuantitatif), sering
indikator lainnya terpenuhi.
efektivitas
melakukan
kegiatan
perencanaan
dan
lemah
diluar pada
mekanisme penentuan pelaksana
Dampak implementasi kebijakan anggaran
program. Indikator kecukupan tidak
Mengingat capaian implement-
maksimal karena struktur anggaran
tasi
pendidikan didominasi DAU dan
dominan
tidak
DAK
re-sentralisasi)
memenuh
kriteria),
dengan dukungan Pendapatan Asli
dikatakan
bahwa
Daerah yang kecil, mempersempit
diharapkan juga minim terpenuhi.
ruang
daerah
Kondisi dimaksud dominan terjadi
menetapkan program dan kegiatan
karena dominasi intevensi politik
yang
dan penyelenggaraan program dan
(praktek
gerak
pemerintah
mendukung
lesaian
target
masalah
penye-
anggaran
yang
tercapai
(tidak
maka
dapat
dampak
yang
kegiatan
pendidikan
Pemerataan manfaat program dan
sesusai
ketentuan
kegiatan perlu diperhatikan serius
cermin ketidakjelasan arah pem-
guna meminimalisir penyimpangan
bangunan
dalam pelaksanaan program dan
sistemik berikut adalah rendahnya
kegiatan.
wibawa
Dikpora
capaian pada indikator responsivitas
rendahnya
loyalitas
ditandai keberadaan program yang
terhadap
tidak
yang
Kurang
mengakomodir
masyarakat,
pendidikan.
kebijakan
maksimalnya
kepentingan
pelaksanaan
http://ojs.jpeb.net
imple-
yang
merupakan
pendidikan.
program
tidak
Dampak
diimbangi masyarakat dan
kegiatan
diimplementasikan
dan
lemahnya trust masyarakat terhadap
109
ISSN: 2302 - 2663
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
kegiatan
formulasi
anggaran
kebijakan
pendidikan
karena
dimaksud dilengkapi dengan proses policydecision
(keputusan
kebija-
kegiatan yang diselenggarakan tidak
kan). Tahap inimemiliki aktivitas
sesuai
tersendiri,
perencanaan
(usulan
sebagai hasil adanya
masyarakat). Meski kondisi sarana
formulasi
dan
kian
kebijakan anggaran dapat disahkan.
lengkap, namun belum memadai
Pengesahan kebijakan hanya dapat
dari
dilakukan
prasarana
sisi
pendidikan
kualitas
termasuk
kebijakan
jika
sehingga
kebijakan
telah
pemeliharaan. Beberapa kegiatan
diputuskan (terima/tidak). Dengan
pembangunan infrastruktur berkuali-
demikian tahap formulasi kebijakan
tas rendah. Secara umum terlihat
terdiri
perubahan kondisi yang signifikan
kebijakan,
pada sasaran program dan kegiatan
pemerintah,
pendidikan, jika disesuaikan indi-
keputusan kebijakan dan terakhir
kator capaian pembangunan pendi-
adalah pengesahan kebijakan.
dikan.
identifikasi
masalah
penyusunan formulasi
Proses
agenda kebijakan,
formulasi
kebijakan
pada hakekatnya merupakan proses Pembahasan
berdosis
Formulasi kebijakan anggaran
dipengaruhi bagaimana perwujudan
Proses penyusunan kebijakan
the
real
politik
tinggi,
distribution
of
sangat
power
pada dasarnya terdiri dari enam
(distribusi kekuasaan secara riil),
langkah yaitu identification of policy
disamping merupakan ajang adu
problem,
policy
persuasion dan bargaining (Schultz,
legitimation,
2004) yang berlangsung di daerah
policy implementation and policy
antar aktor yang terlibat. Aktor
evaluation (Dye, 1995). Empat dari
dimaksud dibedakan menjadi the
enam langkah dimaksud merupakan
official policy makersandun-official
tahap formulasi kebijakan. Hasil
policy makers (Anderson, 2003).
penelitian
bahwa
Kelompok pertama identik dengan
empat langkah formulasi kebijakan
pemeran serta resmi (formal) yaitu
agenda
formulation,
policy
setting,
menunjukkan
http://ojs.jpeb.net
110
ISSN: 2302 - 2663
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
pelaku dari lembaga pemerintahan
me want for our community (Schultz,
seperti birokrasi, eksekutif, legislatif
2004). Dalam konteks pendidikan,
dan
anggaran
yudikatif.
Kelompok
kedua
identik dengan pemeran serta tidak
penentu
resmi
(non
kelompok group),
berguna besarnya
sebagai
alat
pengeluaran,
formal)
meliputi
membantu pengambilan keputusan
kepentingan
(interest
dan
partai
politik,
Lembaga
perencanaan
pendidikan.
pembangunan
Disamping
berperan
Swadaya Masyarakat, media massa
sebagai otoriasi pengeluaran masa
dan warga secara individu (Winarno,
datang,
2012). Dominasi peran oleh legislatif
ukuran
memposisikan
formulasi
kinerja, alat motivasi pegawai dan
dalam model government political
koordinasi aktivitas unit kerja bidang
model (GPM) (Allison dan Zelikow,
pendidikan. Dalam konteks ini tiga
1999).
hal
proses
Model
bahwa
ini
menganggap
keputusan
kebijakan
sumber standar
yang
financing,
pengembangan untuk
harus
evaluasi
diperhatikan
menyangkut
sumber
merupakan resultante politik yaitu
pembiayaan; budgeting, bagaimana
hasil dari permainan politik antar-
biaya pendidikan dialokasikan dan
aktor.
accountability,
penggunaan
dan
pertanggungjawaban anggaran. Isi (content) kebijakan anggaran Kebijakan anggaran pendidikan
pada
dasarnya
merupakan
Tidak
diakomodirnya
aspek
konsistensi, efisiensi dan manfaat dalam content kebijakan anggaran
rencana kerja pemerintah daerah
pendidikan
dalam
stagnan-nya peningkatan kualitas
bidang
pendidikan
yang
berdampak
diwujudkan dalam bentuk program
pendidikan
dan kegiatan yang akan dibiayai
meningkat (bahkan lebih 20% dari
selama
(satu
APBD maupun APBN). Faktanya,
tahun). Dikatakan bahwa a budget is
menurunnya anggaran yang dikelola
a symbolic representation of what
pemerintah pusat dan sebaliknya
we want from government and what
meningkatnya anggaran pendidikan
periode
http://ojs.jpeb.net
tertentu
meskipun
pada
anggaran
111
ISSN: 2302 - 2663
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
yang dikelola pemerintah daerah,
wastages
hanya impact perubahan wewenang
ekonomi high cost (biaya tinggi)
bukan karena peningkatan jumlah
yang justru merugikan sistem dan
anggaran (Toyamah dan Usman,
rendahnya produktivitas.Dalam teori
2004).
ekonomi
Dalam
menetapkan pendidikan
konteks
kebijakan sebagai
kebijakan
publik
ini,
anggaran
salah
dalam
satu
(pemborosan)
pendidikan,
atau
dengan
pendekatan human capital, aspek pembiayaan
merupakan
bagian
bidang
investasi pendidikan yang menen-
pendidikan tidak dapat dilakukan
tukan taraf produktivitas individu
serta merta. Untuk mewujudkannya
maupun kelompok.
diperlukan analisis ekonomis, politis, sosiokultural
administratif
Implementasi kebijakan anggaran
terlebih dahulu (Suryadi dan Tilaar,
Implementasi kebijakan dimak-
1993).
dan
adalah
sudkan untuk to take action, to
anggaran
perform, to carry out programs
Berikutnya
penyusunan
kebijakan
pendidikan minimal mengacu pada
(Schultz,
aspek
tercakup
konsistensi,
efisiensi
dan
2004).
Di
dalamnya
keterlibatan
aktor,
manfaat yang dapat diperoleh dari
organisasi, prosedur dan teknik agar
anggaran.
kebijakan yang ditetapkan mem-
Pengingkaran terhadap ketentuan
tersebut
fokusnya
berpotensi
program
dan
tidak
kegiatan
punyai
akibat,
tujuan
kebijakan.
dilakukan
yaitu
tercapainya Implementasi
dengan
maksud
yang akan dibiayai melalui anggaran
menghantarkan kebijakan anggaran
dalam
pendidikan
pendidikan.
menjawab Implikasi
masalah logis
telah
disahkan
kepada
masyarakat
langkah untuk memperbaiki dan
berbagai
cara
mengembangkan suatu sistem ke
sehingga membawa hasil sesuai
arah tujuan yang dicapai mengalami
harapan. Dalam sejarah perkem-
hambatan,
dan
bangan studi implementasi kebija-
terjadinya
kan terdapat dua pendekatan pokok
kelemahan
penyimpangan
http://ojs.jpeb.net
adalah
jika
yang
dan
dengan prosedur
112
ISSN: 2302 - 2663
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
dalam implementasi kebijakan yaitu
sebagainya;
top down dan bottom up (Agustino,
nakan program tersedia waktu dan
2006). Kabupaten Lombok Tengah
sumber yang cukup memadai; (3)
menggunakan pendekatan pertama,
perpaduan sumber yang diperlukan
memposisikan implementasi kebija-
tersedia dan (4) kebijakan yang
kan
diimplementaiskan didasarkan suatu
tersentrali-sir,
aktor
hingga
(2)
untuk
melaksa-
keputusan ditentukan dari pusat.
hubungan
Kelemah-annya, programs are not
langsung dan memiliki sedikit mata
totally
rantai penghubungnya.
perfect,
a
program
may
kausalitas
handal,
pursue several goals at the same time, public administrations are not
Evaluasi proses implementasi
always transparent and rational and society
is
often
hostile
and
contradictory (Schultz, 2004).
Kegiatan dan
evaluasi
program
pada
kebijakan dasarnya
dilakukan dalam kerangka pikir dua
Berhasil tidaknya implementasi
hal yaitu to address questions about
oleh
program
operations
tractability of the problems, ability of
(Wholey,
Hatry
statute to structure implementation
2010). Untuk maksud tersebut dapat
and nonstatutory variables affecting
menggunakan indikator atau kriteria
implementation
Hupe,
effectiveness, efficiency, adequacy,
hasil
equity, responsiveness and appro-
sesungguhnya
2002).
dipengaruhi
(Hill
Karena
and
itu
agar
implementasi kebijakan anggaran
priateness
pendidikan
responsivitas
beberapa dipenuhi,
maksimal syarat yaitu
terdapat
yang (1)
and
and
(Dunn,
results
Newcomer,
2004).
menjadi
Aspek pemuas
harus
kriteria lain, efektivitas, efisiensi,
lingkungan
kecukupan dan kesamaan masih
eksternal yang dihadapi badan atau
gagal
instansi pelaksana tidak mengalami
kebutuhan aktual kelompok yang
gangguan
semestinya
atau
kendala
serius.
jika
belum
menanggapi
diuntungkan
dari
Hambatan di maksud dapat berupa
adanya suatu kebijakan. Kenya-
hambatan
taannya dalam aspek ini implemetor
fisik,
http://ojs.jpeb.net
politis
dan
113
ISSN: 2302 - 2663
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
kebijakan anggaran pendidikan di
bermakna
Kabupaten
Tengah
diharapkan juga minim.Indikatornya
disinyalir mengalami implementation
adalah penyelenggaraan pendidikan
myopa (Nugroho, 2008). Indikasinya
masih
risorsis
kepercayaan masyarakat terhadap
Lombok
yang
dihabiskan
dimiliki
dominan
untuk
membuat
bahwa
dampak
diwarnai
kegiatan
yang
lemahnya
formulasi
kebijakan
perencanaan, namun tidak cukup
anggaran
untuk
melaksanakan
kegiatan yang diselenggarakan tidak
direncanakan;
sesuai
bahwa
jika
masyarakat). Hal tersebut berdam-
kebijakan sudah diputuskan dan
pak sistemik terhadap rendahnya
diundangkan lantas rakyat dianggap
wibawa
Dikpora
tahu
rendahnya
loyalitas
apa
bagaimana yang
sering
sudah
dianggap
tentang
kebijakan
tersebut
pendidikan
karena
perencanaan
program
(usulan
diimbangi masyarakat
secara utuh dan jika salah langsung
terhadap
dan
kegiatan
dihukum dan jika kebijakan sudah
yang
dibuat, maka implementasi akan
kondisi
jalan dengan sendirinya.
pendidikan kian lengkap, namun
diimplementasikan. sarana
kualitasnya
dan
prasarana
belum
memadai
Dampak implementasi kebijakan
termasuk
anggaran
pemeliharaan infrastruktur.
Dalam
konteks
Meski
pembangunan
dan
kebijakan
Semestinya tingginya angga-
anggaran pendidikan, dampak yang
ran pendidikan mampu memberikan
dimaksud adalah perubahan kondisi
social benefit
yang
Dapat berbentuk penyelenggaraan
terjadi
pada
masyarakat
pada masyarakat.
karena adanya intervensi kebijakan
pendidikan
gratis;
berupa penyelenggaraan program
berkualitas
dan
dan kegiatan pendidikan. Capaian
masyarakat di tingkat SLTA dan PT;
implementasi kebijakan anggaran di
peningkatan
Lombok
dominan
pemberian beasiswa dan bantuan
tercapai,
pendidikan bagi warga masyarakat
pada
Tengah kategori
http://ojs.jpeb.net
yang tidak
pendidikan murah
kualitas
bagi
pendidik;
114
ISSN: 2302 - 2663
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
dan
peningkatan
dan
formulasi kebijakan, melalui pene-
prasarana pendidikan, mengingat
tapan RKPD, KUA-PPA, penge-
biaya pendidikan memang mahal.
sahan Renja dan anggaran SKPM;
Satu
(4) keputusan kebijakan, ditandai
hal
adalah
yang
sarana
layak
negara
dipahami
(Pemerintah)
penyusunan
RAPBD yang
akan
bertanggung jawab atas pendidikan
disampaikan keDPRD dan dibahas
warga negaranya terutama dalam
pada sidang paripurna dan (5)
hal pembiyaan. Abad XX pendidikan
pengesahan kebijakan, persetujuan
termasuk
dibiayai
DPRD terhadap RAPBD, penge-
besar-besaran di negara maju dan
sahan APBD dan DPA Pendidikan.
diperkuat conventional wisdom of
Proses cenderung dilakukan tanpa
education yaitu keyakinan bahwa
dasar data, analisis kinerja, standar
perubahan sosial dapat dikontrol
capaian real dan tidak berpegang
dengan
pada prinsip good governance serta
bidang
yang
mengaplikasikan
disiplin
menggunakan pendekatan participa-
intelegensi (Sirozi, 2005).
tory,
anggaran dengan
political
formulasi
kebijakan
mempengaruhi hasil formulasi yang
pendidikan
dilakukan
berupa dokumen kebijakan yang
identifikasi
cenderung bersifat private docu-
tahap
(1)
masalah kebijakan yang dilakukan
ment.
melalui musyawarah perencanaan berbasis
dan
planning. Keterlibatan aktor turut
KESIMPULAN DAN SARAN Proses
techno-cratic
Dinas
dengan hasil perencanaan, alokasi
Pendidikan Pemuda dan Olahraga)
anggaran tidak efisien, tidak tepat
dan berbasis kewilayahan (musya-
sasaran
warah rencana pembangunan desa-
kebutuhan peserta didik (terutama
kabupaten);
dari
dilakukan
sektoral
(2)
dengan
(oleh
Isi kebijakan tidak konsisten
agenda
setting
dan
keluarga
tidak
memihak
miskin)
akibat
mengakomodir
dominannya intervensi politik pada
hasil identifikasi masalah kebijakan
proses penganggaran. Prosentase
ke dalam RKPD; (3) melakukan
anggaran
http://ojs.jpeb.net
pendidikan
mencapai
115
ISSN: 2302 - 2663
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
lebih
20%
dari
total
didominasidana dengan
APBD,
perimbangan
penggunaan
dominan
berdampak pada tingkat kepuasan masyarakat
terhadap
kinerja
implementasi kebijakan anggaran
untukbelanja tidak langsung (belanja
pendidikan.
aparatur dan birokrasi), fisik dan
kinerja kebijakan berdampak pada
fokus
tidak maksimalnya social benefit
pada
pengembangan
pendidikan dasar.
Rendahnya
capaian
yang diperoleh sasaran kebijakan.
Implementasi
kebijakan
Artinya, peningkatan jumlah angga-
dengan
ran pendidikan tidak berbanding
pendekatan top-down (berdasarkan
lurus dengan peningkatan kualitas
juklak dan juknis). Cenderung tanpa
pendidikan.
anggaran
dilakukan
mengedepankan prinsip pengelola-
Berdasarkan
hasil
analisis
an anggaran, bersifat government
direkomendasikan agar (1) pengelo-
oriented,
dan
laan kebijakan anggaran pendidikan
dukungan masyarakat. Implementor
harus memperhatikan Lima Tepat
didominasi
(tepat
minim
partispasi
pemerintah,
interest
cara,
tepat
waktu,
tepat
group dan organisasi komunitas
pelaksana, tepat target dan tepat
tanpa melibatkan masyarakat.
lingkungan); (2) menerapkan model
Evaluasi
proses
implementasi yang menitik-beratkan
pada
pada prinsip interaktif, partisipatif,
kenyataan bahwa aspek efektivitas,
manajemen pendidikan dan good
kecukupan, perataan, responsivitas
governancedan (3) melibatkan ma-
dan ketepatan dalam implementasi
syarakat
dalam
kebijakan
evaluasi
implementtasi
implementasi
terhadap dihadapkan
anggaran
pendidikan
monitoring
dan
kebijakan
belum terpenuhi. Kapasitas imple-
denganmenggunakan
menttor, good will dan political will
participatory assessment.
pendekatan
pemerintah, pressure dari interest group dan partisipasi masyarakat menentukan implementasi,
http://ojs.jpeb.net
capaian yang
kinerja akhirnya
Daftar Pustaka Agustino, Leo. (2006). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
116
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
Allison, Graham & Philip Zelikow. (1999). Essence of Decision, Explaining the Cuban Missile Crisis, 2th edition. New York: Addison-Wesley Educational Publishers Inc. Anderson, James E. (2003). Public Policymaking: An Introduction. Boston: Houghton Mifflin Company. Dror, Yehezkel. (1968). Public Policy Making Reexamined. Scranton Pa: Chandler Publishing. Dunn, William N. (1995). Assesing the Impact of Policy Analysis: The Functions of Usable Ignorance. Knoledge and Policy: The International Journal of Knowledge Transfer and Utilization., Volume 4, Nomor 4. Dunn,William N. (2004). Public Policy Analysis: An Introduction: Third edition.New Jersey: Prentice Hall. Dye, Thomas R. (1995) Understanding Public Policy. New Jersey: Prentice. Henry, Nicholas. (1975). Public Administration and Publis Affairs.New Jersey: Prentice Hall. Hill, Michael dan Peter Hupe. (2002). Implementing Public Policy: Governance in Theory and in Practice.London: Sage Publications. Lugg, Catherine A. (2002). Kitsch, From Education to Public Policy. New York: Falmer Press. Nugroho, Riant. (2008). Public Policy: Teori KebijakanAnalisis Kebijakan-Proses
http://ojs.jpeb.net
ISSN: 2302 - 2663
Kebijakan, Perumusan, Implementasi, Evaluasi, Revisi, Risk Management Dalam Kebijakan Publik, Kebijakan sebagai the Fifth EstateMetode Penelitian Kebijakan. Jakarta: Gramedia. Ramkumar, Vivek. Our Money, Our Responsibility: A Citizen’s Guide to Monitoring Government Expenditure. Washington: International Budget Project. Ripley, Randall B.( 1985). Policy Analysis in Political Science. Chicago: Nelson Hall Publishers. Schultz, David. (2004). Encyclopedia of Public Administration and Public Policy.New York: Fact on File. Simon, Herbert A. (1976). Administrative Behavior: A Study of Decision-Making Processes in Administrative Organization, Fourth Edition. London: The Free Press, Collier Macmillan Publishers. Sirozi, M. Politik Pendidikan, Dinamika Hubungan antara Kepentingan Kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005. Smith, Kevin B dan Christopher W. Larimer. (2009). The Public Policy Theory Primer. Boulder: Westview Press. Sukardi, Ahmad. (2009). Participatory Governance dalam Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogtyakarta: LaksBang Press Indo. Suryadi, Ace dan HAR Tilaar. (1993). Analisis Kebijakan
117
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Vol. 3 No. 1 Maret 2015
Pendidikan (Suatu Pengantar). Bandung: Remaja Rosdakarya. Tilaar, HAR dan Riant Nugroho. (2008). Kebijakan Pendidikan: Pengantar untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Toyamah, Nina dan Syaikhu Usman. (2004). Alokasi
http://ojs.jpeb.net
ISSN: 2302 - 2663
Anggaran Pendidikan di Era Otonomi Daerah: Implikasinya Terhadap Pengelolaan Pelayanan Pendidikan Dasar. Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU. Wholey, Joseph S, HP. Hatry dan KE. Newcomer, (Ed). (2010). Hanbook of Practical Program Evaluation: Third Editions. San Fransisco: Jossey-Bass.
118