Kebijakan klarifikasi atas uang yang diragukan dan sosialisasi ciri – ciri uang asli rupiah di kantor Bank Indonesia Solo
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Pelaksanaan Tugas Akhir
DISUSUN OLEH : Andi Hamurikawa F.3607001
PROGRAM DIPLOMA III Keuangan Dan Perbankan FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
ii
iii
MOTTO
“Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya , bahkan memberikan kekekalan dalam hati mereka” ( Pengkotbah 3 : 11b)
” Tetapi carilah Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahakan kepadamu.” ( Matius 6 : 33)
“Kasih adalah dasar dari segala sesuatu yang kita kerjakan” (Penulis)
“Menikmati proses kehidupan menghasilkan kemenangan” (Penulis)
“Mengucap Syukur dalam segala hal” ((Penulis)
iv
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahakan untuk seluruh orang yang kukasihi :
Tuhan Yesus yang menjadi juru slamat ku dan penolong hidupku dalam segala kesusahan
Untuk Bapak & Ibu yang terkasih yang telah setia membimbingku dengan tulus
Kakak dan Adik ku yang terkasih yang telah menjadi soadara yang baik
Untuk semua teman – teman jurusan DIII Keuangan dan Perbankan Dan sahabat – sahabat ku terkasih yang setia mendukung dalam suka dan duka
Seluruh pengurus PMK Fakultas Ekonomi, PMK UNS yang telah banyak mendukung dan memberi suka cita dalam hidupku
v
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera bagi kita semua, Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, yang telah melimpahkan Kasih-Nya untuk menuntun dan menyertai penulis dalam menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir di Kantor Bank Indonesia Solo ini dengan baik. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh derajat Ahli Madya Keuangan dan Perbankan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam pembuatan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak menerima masukan dan bantuan dari berbagai pihak. Sehingga dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat terselesaikannya Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 2. Ibu Nurul Istiqomah, selaku Ketua Jurusan D3 keuangan dan perbankan, fakultas ekonomi UNS, serta selaku dosen pembimbing Kegiatan Magang Mahasiswa yang telah banyak memberikan pengarahan dan petunjuk dalam menyelesaikan laporan ini. 3. Drs. Achmad Daerobi,MS, selaku pembimbing akademis
vi
4. Ibu Dewi Setyowati, selaku Pemimpin Kantor Bank Indonesia Solo yang telah memberikan ijin penulis untuk mengadakan kegiatan magang mahasiswa. 5. Ibu Sri Harini, selaku pembimbing Kegiatan Magang Mahasiswa di Kantor Bank Indonesia Solo. 6. Bapak FX. Bambang Santoso dan Bapak Agus Indrajayanto selaku karyawan Bagian Oprasional Kas di Kantor Bank Indonesia Solo. 7. Segenap pegawai di KBI Solo yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. 8. Bapak, Ibu, Kakak, Adik dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan secara materiil, moril dan spirituil. 9. Sahabat dan teman - teman yang telah membantu dan mendukung penyelesaian Tugas Akhir ini. Penulis berusaha untuk menyelesaikan Laporan Kegiatan Magang Mahasiswa ini dengan sebaik mungkin, tetapi penulis menyadari bahwa penulisan ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan berikutnya. Kiranya Tuhan senantiasa mencurahkan damai dan Kasih-Nya kepada kita sekalian. Amin.
Surakarta, Februari 2010
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………............….....i ABSTRAK....................................................................................................................ii HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................................iii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………..…....... iv HALAMAN MOTTO....................................................................................................v HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................................vi HALAMAN KATA PENGANTAR……………………………...............................vii HALAMAN DAFTAR ISI…………………………………….…...……………..….ix HALAMAN TABEL…………………………………………………………………xi HALAMAN GAMBAR……………………………………………………………..xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………………………………………………….…………....1 B. Rumusan Masalah………….............................................……….………...…4 C. Tujuan Penulisan...............................................................................................5 D. Manfaat Penulisan.............................................................................................5 E. Metode Penelitian ............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Tentang Bank........................................................................7 B. Tinjauan Pustaka Tentang Instrumen Pembayaran..........................................12 C. Tinjauan Pustaka Tentang Uang......................................................................13
BAB III PEMBAHASAN A. Profil Bank Indonesia 1. Sejarah Umum Bank Indonesia.................................................................24 2. Profil Kantor Bank Indonesia Solo……………………………………...32 viii
B. Pembahasan 1. Manjemen Pengedaran Uang………………………………….…………57 2. Klarifikasi Atas Uang Yang Diragukan Keasliannya……………………67 3. Sosialisasi Penanggulangan Uang Palsu…………………………………73 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………….….………....94 B. Saran ………………………………………………………………….…..…95
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
HALAMAN TABEL
Tabel
Halaman
1. Tabel 1.1 Data Peredaran Uang Palsu triwulan 1................................................3
x
HALAMAN GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
Gambar 1.1 Jenis-jenis uang ..........................................................................21
2.
Gambar 1.2 Struktur Bank Indonesia..............................................................28
3.
Gambar 1.3 Distribusi Pegawai KBI Solo Per Seksi.......................................34
4.
Gambar 1.4 Distribusi Tenaga Honorer/Outsource KBI Solo.......................35
5.
Gambar 1.5 Logo Bank Indonesia....................................................................40
6.
Gambar 1.6 Struktur Organisasi KBI Solo......................................................41
7.
Gambar 1.7 Distribusi Uang..............................................................................62
8.
Gambar 1.8 Jalur Distribusi Uang....................................................................65
9.
Gambar 1.9 Uang Rupiah..................................................................................79
10. Gambar 1.10 Uang Rupiah................................................................................80 11. Gambar 1.11 Uang Rupiah................................................................................80 12. Gambar 1.12 Uang Rupiah................................................................................81 13. Gambar 1.13 Uang Rupiah................................................................................81 14. Gambar 1.14 Uang Rupiah................................................................................82 15. Gambar 1.15 Uang Rupiah................................................................................82 16. Gambar 1.16 Uang Rupiah................................................................................83 17. Gambar 1.17 Uang Rupiah................................................................................84 18. Gambar 1.18 INTAGLIO...................................................................................85 19. Gambar 1.19 VISIBLE INK...............................................................................85 20. Gambar 1.20 RECTOVERSO............................................................................86 21. Gambar 1.21 LATENT IMAGE.........................................................................86 22. Gambar 1.22 MICRO-TEXT .............................................................................87 23. Gambar 1.23 MICRO-TEXT..............................................................................87 24. Gambar 1.24 LAMBANG NEGARA RI..........................................................88 25. Gambar 1.25 BLIND CODE..............................................................................88 26. Gambar 1.26 WATERMARK ............................................................................89 27. Gambar 1.27 OPTICAL VARIABLE INK (OVI) ............................................89 xi
28. Gambar 1.28 Uang Rupiah...............................................................................90 29. Gambar 1.29 ASYMMETRIC ...........................................................................91 30. Gambar 1.30 INVISIBLE INK .........................................................................91 31. Gambar 1.31 MICRO-TEXT ...........................................................................92 32. Gambar 1.32 SECURITY THREAD...............................................................92 33. Gambar 1.33 RECTOVERSO ..........................................................................93
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Dalam dunia perekonomian banyak sekali komponen – komponen penting yang mendukung berkembangnya sektor ekonomi, baik di negara berkembang, negara maju atau negara miskin sekalipun. Selain sumber daya manusia salah satu komponen penting lain adalah uang. Uang merupakan alat pembayaran yang sangat efektif dan berperan aktif dalam sistem pembayaran dan salah satu alat pendorong proses pembangunan di suatu negara, sehingga uang tersebut ikut berkembang sesuai penggunaan manusia dalam setiap transaksinya. Uang yang digunakan sekarang ini sangat berharga dan di jamin oleh undang – undang secara sah dengan emas oleh bank sentral. Uang merupakan alat yang berperan secara dominan dalam suatu transaksi baik sebagai alat tukar yang secara tidak langsung mempertemukan penjual dan pembeli, uang juga berperan sebagai alat yang dapat menunjukan nilai barang dan jasa yang diperjualbelikan. Dengan adanya uang proses transaksi akan berjalan lancar dan orang tidak perlu lagi merasakan kesulitan dalam model transaksi barter yang mempertemukan langsung orang-orang yang memiliki kebutuhan ekonomi. Uang mampu berfungsi sebagai alat yang menciptakan adanya harmoni perekonomian. Harmoni tersebut berbentuk dengan adanya satuan nilai untuk menentukan barang atau jasa yang dimiliki
xiii
atau diserahkan, disaat perekonomian yang serba sulit uang juga berperan sebagai standar pembayaran masa depan atau pencicilan utang atau pembayaran. Uang juga dapat digunakan sebagai alat penimbun kekayaan seseorang. Tetapi dalam perkembangannya uang mengalami banyak hambatan yang sangat berpengaruh pada perekonomian suatu negara, hambatan tersebut adalah banyak beredarnya uang palsu atau uang yang tidak layak edar. Uang palsu muncul dapat dikarenakan himpitan ekonomi masyarakat yang membuat mereka memilih jalan untuk memalsukan uang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari atau disebabkan oleh tindak kriminal murni dari suatu sindikat uang palsu demi memperoleh keuntungan secara maksimal di dalam setiap trasaksinya. Berdasarkan nilai mata uang, uang palsu mengalami penurunan sebesar 23 persen dari Rp 49.900.000,00 pada triwulan 1 tahun 2009 turun menjadi Rp 38.490.000,00 pada triwulan tahun 2010. Sepanjang triwulan satu tahun 2009, jumlah peredaran uang palsu di wilayah eks Karisedanan Surakarta mengalami penurunana. Penurunanan ini baik dari sisi nilai maupun jumlah lembar uang palsu. Uang palsu yang sering ditemukan mulai dari Rp 100.00,00 hingga Rp 1000,00. Jumlah terbanyak adalah untuk pecahan Rp 100.00,00 yang mencapai 263 lembar. Posisi kedua adalah pecahan Rp 50.000,00 sebanyak 221 lembar. Terbanyak ketiga dan keempat adalah pecahan Rp 20.000,00 dan Rp 1000,00 yang masing-masing jumlah nya 54 lembar dan 40 lembar. Sedangkan pecahan Rp 10.000,00 sebanyak 18 lembar
xiv
dan yang paling sedikit pecahan Rp 5.000,00 yang hanya 4 lembar. Dalam tiga tahun terakhir jumlah peredaran uang palsu mengalami penurunan. Jika pada tahun 2008 jumlahnya Rp 107 juta, maka ditahun 2009 berkurang menjadi 81 juta atau mengalami penurunan sebasar 24,2 persen. Penurunan ini disebabkan sudah semakin pintarnya masyarakat dalam membedakan antara uang asli dan uang palsu. Kantor Bank Indonesia Solo memang selalu mengadakan sosialisasi kepada masyarakat tentang ciri-ciri dan cara menditeksi uang palsu. Yang bisa kita lihat di table di bawah ini :
Tabel 1.1 Data Peredaran Uang Palsu triwulan 1 Data Peredaran Uang Palsu triwulan 1 2009
2010
Rp 100.000,00
310 lembar
263 lembar
Rp 50.000,00
365 lembar
221 lembar
Rp 20.000,00
42 lembar
54 lembar
Rp 10.000,00
37 lembar
18 lembar
Rp 5.000,00
19 lembar
4 lembar
Rp 1000,00
-
40 lembar
Total
773 lembar
600 lembar
(Sumber : Koran Metro Edisi 19 april 2010)
xv
Maka dari itu Bank Indonesia selaku penanggung jawab peredaran uang yang ada di Indonesia harus berperan aktif melaksanakan pengawasan atas uang yang beredar di masyarakat yang layak edar dan tidak layak edar, melalui Kantor Bank Indonesia di seluruh Indonesia. Baik dalam pelaksanaan klarifikasi, pencabutan, penarikan dan pemusnahan uang yang beredar yang didukung dengan sosialisasi uang rupiah bagi masyarakat agar masyarakat tidak mengalami tindak kejahatan penipuan uang palsu. Bank Indonesia melalui Kantor Bank Indonesia Solo memberikan tugas ini secara menyeluruh dikota Solo. Di Kantor Bank Indonesia Solo membawahi 3 bidang, yaitu Bidang Ekonomi Moneter,
Bidang Perbankan dan Bidang Sistem
Pembayaran. Dalam hal ini yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan
klarifikasi, pencabutan, penarikan dan pemusnahan uang yang beredar yang didukung dengan sosialisasi uang rupiah bagi masyarakat. Berdasarkan uraian permasalahan diatas penulis merumuskan judul Tugas Akhir sebagai berikut : “Kebijakan Klarifikasi Atas Uang Yang Diragukan Dan Sosialisisi Ciri-Ciri Uang Asli Rupiah di Kantor Bank Indonesia Solo”
B. RUMUSAN MASALAH Banyaknya uang yang beredar di kota Solo sekarang ini perlu adanya pengawasan yang aktif oleh Bank Indonesia. Sebab tidak dapat dipungkiri lagi, banyak terjadi tidak kejahatan uang palsu yang dapat merugikan
xvi
masyarakat dan dapat menghambat pembangunan ekonomi kota Solo. Sehingga Kantor Bank Indonesia Solo bertanggung jawab untuk klarifikasi, mencabut, menarik, pemusnahan dan sosialisasi uang rupiah. Maka untuk itu dalam pembahasannya penulis akan membatasi masalah yang akan ditinjau di Kantor Bank Indonesia Solo : 1. Bagaimana manajemen peredaran uang yang dilaksanakan Bank Indonesia? 2. Bagaimanakah prosedur klarifikasi atas uang yang diragukan di Kantor Bank Indonesia Solo di mulai dari masyarakat dan bank? 3. Bagaimana membedakan uang palsu dengan uang asli? 4. Bagaimana
kebijakan
Kantor
Bank
Indonesia
Solo
dalam
penanggulangan uang palsu? C. TUJUAN PENULISAN 1. Mengetahui
manajemen peredaran uang yang dilaksanakan Bank
Indonesia. 2. Mengetahui prosedur klarifikasi atas uang yang diragukan di Kantor Bank Indonesia Solo. 3. Mengetahui perbedaan uang palsu dengan uang asli. 4. Mengetahui
Kebijakan
Kantor
penanggulangan uang palsu.
D. MANFAAT PENULISAN
xvii
Bank
Indonesia
Solo
dalam
1. Bagi pengajar a. Menambah wawasan tentang bagian sistem pembayaran tunai dan manajemen peredaran uang di Kantor Bank Indonesia Solo untuk mendukung pengajaran dan pembelajaran kepada setiap mahasiswa.
2. Bagi mahasiswa a. Menambah wawasan tentang fungsi Bagian Sistem Pembayaran dan Manajemen peredaran uang
terkhusus bagian sistem pembayaran
tunai di Kantor Bank Indonesia Solo. b. Menambah wawasan dan peranan Kantor bank Indonesia Solo tentang upaya sosialisasi uang rupiah di kota Solo. 3. Bagi masyarakat umum a. Menambah wawasan tentang bagian sistem pembayaran dan Manajemen peredaran uang di Kantor Bank Indonesia Solo dalam mendukung perekonomian Kota Solo.
E. METODE PENELITIAN 1. Metode observasi Yaitu dengan mengamati bagian sistem pembayaran tunai dan meneliti jenis-jenis uang asli dan uang palsu yang ada di Kantor Bank Indonesia Solo.
xviii
2. Metode wawancara Yaitu dengan melakuakan tanya jawab kepada karyawan yang bertugas di bagian sistem pembayaran tunai di Kantor Bank Indonesia Solo. 3. Metode kepustakaan Yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan pengertian bank, instrument pembayaran dan pengertian uang
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Bank Bank berasal dari bahasa Italia banco yang artinya bangku. Banku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasional kepada para nasabah, istilah ini kemudian berkembang menjadi Bank. Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran dan yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan moneter ( Suseno 2004 : 1). Menurut Pierson memberikan definisi bank sebagai berikut : “Bank is company wich accept credit, but did’t give credit” (Bank adalah badan usaha yang menerima kredit tetapi tidak memberikan kredit). Teori
xix
Pierson ini menyatakan bahwa bank dalam operasionalnya hanya bersifat pasif saja, yaitu hanya menerima titipan uang saja (Hasibuan 2002:1). Dan menurut UU No. 10 Tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat ( Mugi Raharjo 2009:1). 1. Fungsi bank adalah sebagai berikut (Totok, 2006:1) : a. Agent of trust artinya bank sebagai lembaga keuangan yang landasannya adalah kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat akan mau 7 menitipkan dananya di bank apabila dilandasai adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bankrut dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau mesyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur akan megelola dana pinjaman dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan debitur
xx
mempunyai niat baik utuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo. b. Agent of development artinya bank sebagai lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi antara sektor riil dan sektor moneter. Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat bekerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat. c. Agent of services artinya bank sebagai lembaga yang memobilisasi dan untuk
pembangunan
ekonomi,
disamping
melakukan
kegiatan
penghimpunan dan penyaluran dana , bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa
xxi
pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank dan penyelesaian tagihan.
2. Peran bank dalam sistem keuangan adalah sebagai berikut (Totok, 2006:2). : a. Asset transmutation artinya bank memberikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank telah berperan sebagai pengalih asset yang likiuid dari unit surplus kepada unit defisit. b. Transaction artinya bank berperan memberikan kemudahan transaksi barang dan jasa kepada pelaku ekonomi. Dalam ekonomi modern, transaksi barang dan jasa tidak pernah terlepas dari transaksi keuangan. Transaksi keuangan selau diperlukan baik secara langsung dalam jualbeli barang jadi, maupun dalam transaksi jual-beli bahan mentah dan setengah jadi dalam proses produksi. Produk-produk yang dikeluarkan oleh bank merupakan penganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran. c. Liquidty artinya bank berperan sebagai pemberi alternatif pengelolaan likuiditas. Jadi unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk produk- produk berupa giro, tabungan, deposito dan
xxii
sebagainya. Produk-produk tersebut masing- masing mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Untuk kepentingan likuiditas para pemilik dana dapat menempatkan dananya sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya. Dengan demikian, lembaga keuangan memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak yang mengalami surplus likuiditas. Disis lain, lembaga keuangan juga memberikan fasilitas tambahan likuiditas kepada pihak-pihak yang mengalamai kekurangan likuiditas. Dengan kata lain, lembaga keuangan secara bersamaan menyalurkan likuiditas kepada pihak yang memerlukan tambahan likuiditas, dengan cara menyalurkan dana dari pihak yang megalami kelebihan likuditas. d. Efficiency artinya bank berperan sebagai unit surplus dan unit defisit secara efisien. Bank dapat menurunkan biaya transaksi denagn jangkauan pelayanan. Peranan bank sebagai broker adalah menemukan pinjaman dan pengguna modal tanpa mengubah produknya. Disini mereka hanya memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang saling membutuhakan. Adanya informasi yang tidak simetris antara peminjam dan investor menimbulkan masalah intensif.
3. Menurut UU No. 10 Tahun 1998, Bank di Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga sebagai berikut ( Mugi Raharjo 2009:2) :
xxiii
a. Bank Umum, melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan / atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat, melaksanakan kegiatan usaha konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. c. Bank sentral, sebagai otoritas moneter yang artinya bank yang mendapatkan otoritas atau hak memonopoli Pemerintah untuk mengeluarkan, mengedarkan dan menarik kembali dari peredaran uang kertas dan uang logam sebagai alat bayar yang sah. Di Indonesia uang logam dan uang kertas yang sah sebagai alat bayar (uang kartal) dikeluarkan oleh Bank di Indonesia.Dan dalam perkembangannya sektor perbankan harus ada lembaga keuangan yang bertugas secara penuh mengawasi seluruh bank yang ada di Indonesia, dalam hal ini bank yang bertugas adalah Bank Indonesia. Bank Indonesia merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam perekonomian, terutama di bidang moneter, keuangan, dan perbankan. Peran teresebut tercermin pada tugas-tugas utama yang dimiliki oleh Bank Indonesia yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan mengawasi bank, serta menjaga kelancaran sistem pembayaran (Ascarya, 2004 :1).
xxiv
B. Instrumen Pembayaran Instrumen pembayaran dapat berupa tunai atau nontunai yang berbasis warkat dan berbasis bukan warkat. Penggunaan instrumen pembayaran tunai maupun nontunai dewasa ini telah berkembang dengan cepat, terutama penggunaan instrumen pembayaran non tunai ( Ascarya 2004 : 2). Instrumen pembayaran tunai adalah mata uang yang berlaku di Indonesia yaitu rupiah, yang terdiri dari uang logam dan uang kertas, berdasarakan undang - undang yang berlaku saat ini, Bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk mencetak dan mengedarkan uang kartal dan uang logam. Instrumen pembayaran non tunai di Indonesia disediakan terutama oleh sistem perbankan, instrumen yang disediakan terdiri dari instrumen yang berbasis warkat, seperti cek, bilyet giro, nota debet serta instrumen berbasis bukan warkat, seperti kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit. Penggunaan alat pembayaran nontunai yang berbasis bukan warkat di masyarakat semakin meningkat ( Ascarya 2004 : 3). Dan dalam pengaturan uang yang beredar, ini bisa dilihat pada masa standard emas, jumlah uang yang beredar sangat ditentukan oleh jumlah emas yang ada pada negeri tersebut atau yang tersedia di Bank Sentral. Pada standard kertas sebelum tahun 1958 di Indonesia jumlah uang yang dikeluarkan oleh Bank Sentral di dekking dengan emas minimum 20%, jadi emas yang ada di Bank Sentral mementukan banyaknya jumlah uang yang
xxv
beredar, tetapi pada masa dewasa ini, jumlah uang yang beredar tidak lagi bergantung pada dekking ( emas yang ada di Bank Sentral), tetapi tergantung dari kehendak pemerintah, dengan catatan pemerintah melihat kondisi ekonomi ( Mugi Raharjo 2009:3).
C. Pengertian Uang Uang telah digunakan manusia selama berabad-abad yang merupakan penemuan yang sangat menakjubkan dan banyak mempengaruhi kehidupan manusia hingga sekarang. Uang juga berpengaruh dalam perkembangan sektor pembangunan di suatu negara, sehingga dalam hal ini uang merupakan barang yang sangat berharga dan dijamin dengan undang – undang secara sah dengan emas oleh bank sentral. Secara teoritis uang dapat diklasifikasikan dalam dua golongan utama, yaitu uang dalam pengertian secara sempit serta uang dalam pengertian secara luas. Bentuk uang dimasukkan dalam masing-masing klasifikasi pada dasarnya tergantung pada keadaan masyarakat setempat. Uang dalam pengertiaan sempit adalah bentuk uang yang dianggap memiliki likuiditas paling tinggi. Uang yang dimasukan dalam pengertian ini biasanya adalah uang kartal dan uang giral. Uang kartal adalah uang resmi atau alat pembayaran yang sah yang dikeluarkan oleh bank sentral atau Bank Indonesia berupa uang kertas dan uang logam yang biasa digunakan masyarakat untuk kegiatan ekonomi sehari- hari. Uang giral adalah simpanan
xxvi
dana masyarakat pada lembaga keuangan bank berupa rekening giro (Totok, 2006:3). Uang dalam pengertian luas bisa diartikan dua kelompok, kelompok yaitu rekening tabungan dan rekening deposito berjangka. Rekening tabungan adalah simpanan dana masyarakat pada lembaga keuangan bank berupa rekening tabungan,
sedangkan
deposito
berjangka
adalah
simpanan
masyarakat pada lembaga keuangan bank berupa rekening deposito (Totok, 2006:4). Pengertian uang menurut Robertson,definisi uang adalah segala sesuatu yang umum diterima Dalam pembayaran barang – barang. Sedangkan Menurut Rs. Sayers, definisi uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai pembayar hutang. Dan menurut Rollin G. Thomas, definisi uang adalah segala sesuatu yang siap sedia dan pada umumnya diterima umum dalam pembayaran pembelian barang-barang, jasa-jasa, dan untuk pembayaran utang (Mugi Raharjo 2009:4) Pada saat uang itu lahir belum berupa uang seperti yang kita lihat/ yang kita jumpai dewasa ini dan pada saat apa yang kita sebut uang terdiri dari benda-benda. Barang – barang tersebut bukan sembarang barang tetapi barang yang digemari oleh umum, mungkin kerena kasiatnya atau karena sebab-sebab lain. Selain barang itu sangat disukai oleh umum jumlahnya pun terbatas. Barang – barang yang sangat disukai oleh umum ini merupakan alat penukar. Barang ini digunakan sebagai alat penukar kerena orang yang satu
xxvii
dengan yang lain mau menerimanya. Barang – barang itu misalnya batu-batu besar, kulit, kerang, dan sebagainya dan sekarang uang sebagai alat tukar mula-mula berupa barang, kemudian dirubah menjadi logam dan akhirnya dari logan diganti dengan kertas tetapi tidak sepenuhnya. Uang adalah seperti yang kita bayangkan, yaitu suatu benda yang ditukarkan dengan benda lain, dapat dipergunakan untuk menilai benda lain, dan dapat kita simpan. 1. Fungsi dasar dari uang adalah (Susno, 2002:2) b. Uang sebagai alat tukar, dapat dibayangkan betapa sulitnya hidup dalam perekonomian modern ini tanpa adanya benda yang dapat digunakan sebagai alat penukar, apabila tidak ada uang dimana tersaksi hanya dilakukan dengan cara tukar-menukar antara barang yang satu dengan barang yang lainnya. c. Uang sebagai alat penyimpan nilai, sesuai dengan sifatnya , manusia adalah makhluk yang gemar mengumpulkan dan menyimpan kekayaan dalam bentuk barang-barang
yang berharga
untuk
dipergunakan dimasa yang akan datang. Walaupun kekayaan dapat disimpan beragam bentuknya, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa uang merupakan salah satu pilihan untuk menyimpan kekayaaan. d. Uang sebagai alat satuan hitung, apabila tidak ada satuan hitung yang diperankan oleh uang, dapat dibayangkan kesulitan dalam melakukan penilaian terhadap suatu barang.
xxviii
e. Uang sebagai ukuran pembayaran yang tertunda, fungsi uang ini terkait dengan transaksi pinjam-meminjam, uang merupakan salah satu cara untuk menghitung jumlah pembayaran pnjaman tersebut.
2. Motif - motif memegang uang ( Mugi Raharjo 2009: 5) : Dari dua fungsi uang yang terutama, yaitu sebagai alat tukar dan sebagai alat penimbun kekayaan maka selanjutnya akan menyebabkan orang ingin memengang uang tunai untuk keperluan : a. Motif transaksi Motif transaksi adalah dorongan orang untuk memegang uang melakukan transaksi - transaksi atau pembayaran - pembayaran baik bagi rumah tangga konsumsi atau rumah tangga perusahaan misalnya untuk membeli keperluan rumah tangga, untuk membayar upah, untuk pengeluaran- pengeluaran perusahaan dan sebagainya. Dalam teori ekonomi moneter pengeluaran uang untuk transaksi ini besar kecilnya sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan. Berapa rupiah ibu rumah tangga berbelanja setiap bulan, tergantung dari pendapatan mereka. b. Motif untuk berjaga-jaga Motif berjaga-jaga adalah keperluan memengang uang tunai guna untuk melayani kebutuhan yang datang nya tidak diduga. Keperluan memegang uang untuk berjaga-jaga ini cukup penting baik
xxix
bagi rumah tangga maupun bagi perusahaan. Bisa anda bayangkan, alangkah susahnya bila tahu-tahu keluarga anda ada yang sakit padahal anda tidak memegang uang, bisa anda bayangkan alangkah susahnya bila sepeda motor saudara rusak di tengah jalan padahal anda akan ujian atau akan berjalan jauh, jika anda tidak mempunyai uang saku. c. Motif memegang uang untuk keperluan Motif memegang uang untuk keperluan spekulasi merupakan tindak lanjut dari fungsi uang menimbun kekayaan. Dalam teori uang klasik tidak dijumpai motif memegang uang hanya untuk transaksi dan berjaga-jaga.
3. Menurut jenis nya uang di bagi menjadi ( Mugi Raharjo 2009:6) : a. Full bodied money Full Bodied money adalah mata uang yang nilai interinsiknya (nilai materi/bahanya) sama dengan nilai nominalnya (yang tertulis). Full bodied money ini terbuat dari logam mulia, biasanya emas dan perak. Pada jaman sekarang ini full bodied money dijumpai pada jaman dahulu ketika raja-raja atau negara membuat uangnya dari logam-logam mulia murni seperti emas dan perak. Agar nilai uang tetap sama dengan nilai materinya, maka harus dipenuhi dua syaratnya sebagai berikut :
xxx
1) Masyarakat diberi kebebasan utnuk melebur dan menempa (membuat) mata uang ke pabrik uang milik pemerinta tanpa biaya yang cukup berarti. 2) Adanya kebebasan bagi masyarakat untuk jual-beli logam tersebut serta bebas menyimpannya. b. Token Money Token Money adalah mata uang yang nilai nominalnya lebih besar dari pada nilai materinya, maka dari itu uang kertas dan uang logam yang ada sekarang ini, semuanya adalah Token Money. Ada beberapa hal yang perlu dicatat mengenai perbedaan antara full bodied money dan token money ialah : 1) Terletak pada definisinya Yaitu bila token money merupakan mata uang yang nilai materinya jauh lebih dibawah dari nilai nominalnya, sedangkan full bodied money adalah mata uang yang nilai meterinya sama dengan nilai nominalnya. 2) Pada masa token money, mata uang (token money) dibuat oleh badan-badan yang ditunjuk oleh pemerintah, misalnya Bank Sentral, sedangkan pada masa full bodied money masyarakat bebas menempa dan melebur mata unag sendiri. 3) Tindak lanjut dari tentang 2 hal di atas, yaitu bahwa pada masa full bodied money jumlah uang yang beredar sulit untuk dihitung
xxxi
jumlahnya, sedangkan pada masa token money jumlah uang yang beredar (JUB ) mudah dihitung. c. Uang kertas Dewasa ini negara-negara yang ada di dunia pada umumnya mata uang terbuat dari kertas. Diatas sudah dikatakan bahwa uang kertas juga disebut token money, tetapi token money belum tentu uang kertas, bisa pula uang logam. Ada beberapa pertimbangan kenapa kertas dipakai sebagai bahan uang, yaitu : 1) Ongkos pembuatan uang kertas relative murah bila dibanding dengan ongkos pembuatan uang logam. 2) Kertas mudah dibawa dari suatu tempat ke temapat lain ( praktis). 3) Kertas bila dipelihara baik cukup tahan lama. 4) Supply kertas cukup banyak, sehingga jika pemerintah sewaktuwaktu ingin menambah jumlah uang tidak memngalami kesulitan. Uang kertas juga disebut “Folding money” karena uang kertas padat dilipat. Uang kertas sebenarnya hampir tidak mempunyai nilai materi. Tetapi kenapa masyarakat mau menerimanaya? Jawabnaya uang kertas dibuat oleh pemerintah. Pemerintah mengharapkan agar masyarakat percaya terhadap uang nilai kertas seperti yang tertera pada mata uang tersebut. Oleh karena pemerintah itu tidak lain adalah wakil rakyat berarti uang yang dibuat oleh pemerintah adalah dibuat oleh wakil-wakil rakyat. Dengan demikian maka sebagaian konsekuensinya
xxxii
masyarakat harus mau menerima dan percaya terhadap nilainya yang tertera pada mata uang tersebut. Oleh karena atas dasar kepercayaan inilah maka mata uang kertas sering disebut “uang kepercayaan” atau uang fiat. Berdasarkan UUN: 13 tahun 1968 Bank Indonesia selaku bank sentral diberikan hak aktif mengeluarkan uang kertas dan uang logam. d. Uang giral Uang giral adalah hutang sesuatu bank kepada nasabah ( bisa perorangan, bisa perusahaan) yang dapat di ambil sewaktu-waktu dengan cek dan giro. Cek adalah surat perintah membayar kepada bank untuk membayar uang tunai bagi pemegang atau nama yang ditunjuk. Giro adalah surat perintah membayar dengan pemindah bukuan atas seseorang atau sesuatu badan hukum. 1. Near Money Uang dekat atau uang kuasi adalah uang bentuk kekayaan yang dianggap cukup likuid, dalam waktu dekat dapat diuangkan pada bank. Atau hutang bank pada nasabahnaya yang dalam waktu dekat harus dibayar.
xxxiii
Gambar 1.1 Jenis-jenis uang Uang
Uang barang
Full bodied money
Uang kertas (token money)
Uang logam
Token money
Uang kertas negara
Uang kartal
Uang kertas bank
Uang giral
Uang yang beredar (sumber : Ekonomi Moneter, Mugi, 2009)
Keterangan: Berdasarkan atas bahannya, uang ada tiga jenis yaitu uang barang, uang logam, dan uang kertas. Uang logam dapat berupa full bodied money dan token money. Semua uang kertas merupakan token money, uang disebut oleh Bank Senntral dan negara. Baik uang kertas maupun uang logam disebut uang kartal. Uang yang beredar di tangan masyarakat disamping uang kartal juga uang giral yang diciptakan oleh bank-bank umum. Uang yang beredar yang hanya terdiri uang kartal dan uang giral tersebut sering disebut sebagai narrow money.
xxxiv
4. Syarat agar uang dapat berfungsi sebagaimana mestinya, antara lain ( Totok, 2006:5) : a. Uang harus dapat diterima secara umum. Bila uang tidak diterima dan diketahui secara umum mustahil untuk digunakan sebagai alat pertukaran. b. Uang harus memiliki nilai yang stabil. Bila uang tidak memiliki nilai yang stabil, orang tidak akan menaruh kepercayaan. Sebagai akibatnya fungsi uang juga tidak berjalan, akan tetapi dalam kenyataannya nilai uang selalu mengalami perubahan. Meskipun demikian perlu dijaga agar perubahan tersebut tidak besar. c. Jumlah yang beredar harus mencukupi kebutuhan. Kekurangan suplai uang akan membahayakan kegiatan perekonomian. Oleh karena itu, otoritas moneter perlu memantau perekembangan perekonomian sehingga elastisitas ketersediaan dana tetap terjaga. d. Uang harus mudah dibawa untuk urusan setiap hari dan justru tidak menjadi hambatan untuk melaksanakan transaksi. e. Dalam proses transaksi bisnis, uang akan berpindah – pindah tangan. Meskipun uang tersebut berpindah tangan, harus dijamin agar nilai fisiknya mampu bertahan
xxxv
Tetapi dalam perkembangannya uang mengalami banyak hambatan yang sangat berpengaruh pada perekonomian masyarakat, hambatan tersebut adalah banyak beredarnya uang palsu atau uang yang tidak layak edar. Uang palsu adalah benda yang bentuknya menyerupai uang dan tidak memiliki tanda keaslian uang sebagaimana ditetapkan oleh Bank Indonesia (Surat Edaran, Bank Indonesia, 2004, Jakarta).
xxxvi
BAB III PEMBAHASAN
A. Profil Bank Indonesia 1. Sejarah Umum Bank Indonesia Tonggak sejarah lahirnya Bank Indonesia berawal dari Konferensi Meja Bundar (KMB) yang berlangsung di Den Haag, Belanda pada tahun 1949. Berawal dari salah satu keputusan penting KMB yang menunjuk De Javasche Bank sebagai bank sentral. De Javasche Bank merupakan bank komersial milik pemerintah kolonial Belanda yang telah berdiri sejak tahun 1828. Meskipun De Javasche Bank disepakati dan diputuskan bersama-sama oleh pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral, namun kepentingan kolonial Belanda dalam menentukan kebijakan masih terasa kental sehingga posisi bank sentral saat itu menjadi dilematis karena suatu negara memiliki bank sentral yang berada di bawah pengaruh kepentingan lain. Salah seorang pemikir nasionalis, A.Karim menilai bahwa perlu adanya perubahan tujuan dan maksud pendirian bank sentral baru yang lebih sesuai dengan cita-cita negara yang benar-benar merdeka baik secara politis
xxxvii
maupun ekonomis karena A. Karim menilai bahwa De Javasche Bank tidak cocok lagi dengan bangsa Indonesia yang telah merdeka. Nasionalisasi De Javasche Bank direalisasikan melalui Keputusan Pemerintah Nomor 118 tanggal 2 Juli 1951. Titik awal nasionalisasi ini terjadi ketika ditunjuk seorang putra bangsa Indonesia, Sjafruddin Prawiranegara untuk menjadi pimipinan baru bank tersebut yang sekaligus mengakhiri tradisi sebelumnya yang selalu dijabat oleh kolonial Belanda. Langkah nasionalisasi tersebut semakin nampak ketika lahir UU No. 11 tahun 1953 tentang Pokok-Pokok Bank Sentral yang dapat disebut sebagai jawaban atas kehendak bangsa yang berdaulat di bidang moneter dan ekonomi di negeri sendiri (a symbol of sovereignity in monetery and economic affairs). UU tersebut menggariskan peranan pokok yang harus dijalankan oleh Bank Indonesia yakni sebagai penjaga stabilitas moneter, mengedarkan uang, mengembangkan sistem perbankan, mengawasi kegiatan perbankan, dan menyalurkan kredit bank. Kemudian melalui UU No.13/1968 peran komersial Bank Indonesia akhirnya dicabut. Meskipun demikian, Bank Indonesia memang masih belum berbeda dengan De Javasche Bank, kecuali corak pelaksanaannya yang disebut sebagai agen pembangunan yang tercermin dalam pasal 7 UU Bank Sentral tentang tugas pokok Bank Indonesia, yaitu: (1) mengatur, menjaga, dan memilihara stabilitas nilai Rupiah, (2) Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
xxxviii
Penegasan fungsi Bank Indonesia yang bertugas sebagai “kasir negara” tercantum dalam pasal 34, pasal 36, dan pasal 38 UU No. 13/1968 tentang Bank Sentral. Hal ini sekaligus menegaskan fungsi Bank Indonesia yang ketiga sebagai bank sentral yang lebih jelas dibandingkan UU No.11/1953. Selanjutnya terdapat pula fungsi keempat dari Bank Indonesia yakni sebagai bankers bank yang mengharuskan Bank Indonesia bertindak sebagai lenders of resort ketika perekonomian sedang dalam kondisi genting untuk membantu mengatasi kesulitan likuiditas bank-bank dan mencegah efek domino terhadap sistem perbankan seperti contoh pada saat kondisi perekonomian di tahun 1997/1998 yang membuat Bank Indonesia mengalirkan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) ke berbagai bank yang sedang dilanda kehancuran. Dalam UU No.13/1968, keberadaan Dewan Moneter sebagai policy making body mulai diperkenalkan dan diaktifkan yang berperan sebagai perumus kebijakan moneter untuk bank sentral, serta sebagai wahana sinkronisasi dan koordinasi antara kebijakan di sektor anggaran, ekonomi, dan kredit. Keberadaan Dewan Moneter ini tentu saja mengurangi independensi Bank Indonesia. Posisi Bank Indonesia secara relatif lantas berada di bawah Kementerian Keuangan, karena posisi Ketua Dewan Moneter dijabat oleh Menteri Keuangan, sedangkan Gubernur Bank Indonesia hanya menempati sebagai anggota. Independesi Bank Indonesia juga menghadapi masalah dengan posisinya yang berada di luar departemen. Sedangkan Gubernur Bank Indonesia tidak berkedudukan sebagai Menteri Negara. Dalam posisi itu
xxxix
seharusnya Bank Indonesia sebagai lembaga serta Gubernur Bank Indonesia sebagai pejabat negara yang memiliki otoritas tinggi minimal sejajar dengan Menteri Keuangan. Dalam posisinya sebagai anggota Dewan Moneter inilah, Bank Indonesia menjadi tergantung dengan pemerintah. Pada era reformasi, Bank Indonesia kembali menemukan momentum penegakan independensinya. Penegasan perlunya Indonesia memiliki Bank Sentral yang benar-benar mandiri, dinyatakan oleh Presiden Habibie, sesaat sebelum mengumumkan jajaran Kabinet Reformasi Pembangunan pada akhir Mei 1998. Hal ini mengacu pada salah satu butir Letter of Intent yang merupakan memorandum kesepakatan antara pemeritah dan IMF pada tanggal 15 Januari 1998 yang menyebutkan perlunya Bank Indonesia diposisikan sebagai institusi negara yang benar-benar independen. Pada tanggal 17 Mei 1998, UU No.23/1999 tentang Bank Indonesia resmi diberlakukan. UU ini memberikan landasan hukum yang jelas bagi independensi Bank Indonesia. Dalam UU ini terdapat tujuan Bank Indonesia yang ditetapkan untuk mencapai dan memelihara kestabilan rupiah; sedangkan tugas Bank Indonesia lebih terfokus pada bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Selain itu, dalam UU tersebut terdapat penegasan dalam hal pemberian izin usaha bank, pembinaan, dan pengawasan perbankan. Melalui UU ini akhirnya ditetapkan pengangkatan Gubernur Bank Indonesia dilakukan oleh presiden setelah memperoleh persetujuan DPR dan menegaskan
xl
bahwa Gubernur dan Deputi Bank Indonesia tidak dapat diberhentikan oleh presiden.
Gambar 1.2 Struktur Bank Indonesia Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia
MPR
Presiden Bank Indonesia
Kepala Negara
DPR
DPA
BPK
Kepala Pemerintahan
Peraturan Bank Indonesia
Peraturan Pemerintah
(Sumber : Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral, 2000) a. Visi, Misi Dan Nilai-nilai Strategis
xli
MA
Menurut UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Rumusan tersebut merupakan pedoman bagi Bank Indonesia dalam menetapkan misi dan visinya. Penetapan misi dan visi tersebut merupakan hal yang penting karena perumusan misi dan visi dapat memperjelas tujuan organisasi, mempermudah perencanaan dan proses pengambilan keputusan, serta mempermudah pengkoordinasian unit-unit dalam organisasi. Adapun mengenai misi, visi, nilai-nilai, dan sasaran strategis Bank Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Visi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia adalah suatu pernyataan yang merupakan komitmen untuk mencapai misi yang ditetapkan sesuai dengan harapan pihak yang berkepentingan dengan Bank Indonesia. Visi Bank Indonesia adalah menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Dapat dipercaya
dimaksudkan
dengan
pengakuan
oleh
pihak
yang
berkepetingan mengenai produk atau kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dapat dipercaya dan menjadi acuan bagi lembaga, institusi, atau pihak-pihak lain baik di dalam maupun di luar negeri. Pernyataan visi cukup penting bagi Bank Indonesia, karena dapat:
xlii
a) Memperjelas arah organisasi ke depan; b) Memotivasi anggota Dewan Gubernur dan pegawai Bank Indonesia untuk melaksanakan tugas-tugas. 2. Misi Bank Indonesia Yang dimaksud dengan misi Bank Indonesia seperti yang dituangkan dalam Keputusan Gubernur No.4/22/KEP/GBI/INTERN/002 tanggal 28 Juni 2002 adalah suatu tujuan, tugas, dan wewenang Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam UU tentang Bank Indonesia. Dengan perkataan lain, misi Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter
dan
pengembangan
kestabilan
sistem
keuangan
untuk
pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Bagi Bank Indonesia, perumusan misi dimaksud diharapkan dapat membantu organisasi dalam : a) Menerapkan dan menjaga konsistensi, serta kejelasan tujuan organisasi; b) Memberikan referensi untuk perencanaan dan proses pengambilan keputusan; c) Memperoleh komitmen para anggota Dewan Gubernur dan seluruh pegawai, melalui komunikasi yang jelas tentang tugas organisasi; dan d) Memperoleh dukungan dan pengertian dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pelaksanaan tugas organisasi.
xliii
3. Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai strategis Bank Indonesia adalah nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku. Nilai-nilai strategis Bank Indonesia yang dinyatakan dengan istilah “KITA Kompak” : a) Kompetensi (competency): kondisi pegawai yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai dengan kualitas yang telah ditetapkan. b) Integritas (integrity): konsistensi dan kepatuhan terhadap nilai-nilai moral atau peraturan lainnya, terutama nilai kejujuran dan anti KKN, serta mengutamakan kepentingan organisasi. c) Transparansi (transpararency): kejelasan, dan keterbukaan dalam latar belakang dan hasil suatu tujuan, keputusan, ataupun langkah kerja organisasi maupun individu pegawai. d) Akuntabilitas (accountability): pertanggungjawaban yang jelas dari masing-masing individu atas semua tindakan yang diambil beserta konsekuensinya, terutama dalam hal penyelesaian tugas dan pengambilan keputusan. e) Kebersamaan (cohesiveness): rasa kesatuan atau kekompakan ada di dalam organisasi dan kedekatan dengan sesama individu ataupun sesama satuan kerja yang mampu mendukung terciptanya komunikasi
xliv
dan kerja sama yang baik, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas. Nilai-nilai strategis ini penting dan berguna untuk : a) Menentukan kedalaman, ruang lingkup dan prioritas upaya organisasi dalam mmencapai visi dan misinya, b) Menentukan
ekspektasi
organisasi
dan
mengkomunikasikannya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan, c) Menentukan bagaimana organisasi akan menjalankan tugas dan kegiatannya, d) Menetapkan karakteristik sumber daya manusia yang mampu bekerja secara efektif. 2. Profil Kantor Bank Indonesia Solo a. Sejarah Singkat KBI Solo Kantor Cabang Bank Indonesia Solo dibuka pada tanggal 25 November 1867 dengan nama “Agentschap Soerakarta” sebagai kantor cabang ke enam dari DE JAVASCHE BANK. Pada tanggal 10 November 1908 gedung KBI Solo dibangun dengan peletakan batu pertama oleh Moej. A. Roufls dengan perancang oleh Biro Arsitek dan Insinyur “Vermont Cuypers & Hulswit”. Gedung baru ini mulai digunakan pada tanggal 1 Agustus 1910 dengan alamat Jl Jend. Sudirman nomor 4 Surakarta, Sementara periode Kantor Bank Indonesia Solo mulai di buka pada tanggal 15 Januari 1949 dengan status kelas 3.
xlv
(tayangan Bank Indonesia Solo, 2006)
b. Visi, Misi dan Sasaran Strategis KBI Solo 1). Visi Kantor Bank Indonesia Solo Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. 2). Misi Kantor Bank Indonesia Solo Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah. c. Sasaran Strategis 1). Terkendalinya inflasi daerah dan tersedianya informasi ekonomi regional. 2). Terwujudnya industri perbankan yang sehat. 3). Terpeliharanya kehandalan sistem pembayaran dan pengedaran uang. 4). Mendukung upaya pengendalian inflasi. 5). Mendorong upaya penyehatan industri perbankan. 6). Memelihara keamanan dan kehandalan sistem pembayaran. 7). Meningkatkan efektifitas dan efesiensi penggunaan anggaran.
xlvi
8). Memperkuat dukungan organisasi dan kepemimpinan pegawai, serta mengembangan kompetensi pegawai. 9). Memperbaiki pelaksanaan governance. d. Komposisi Pegawai di KBI Solo Jumlah pegawai Kantor Bank Indonesia Solo sampai saat ini adalah 78 pegawai tetap dan 27 pegawai honorer/outsourcing (struktur organisasi terlampir). Komposisinya per Seksi seperti tersaji pada diagram batang distribusi jumlah pegawai KBI Solo
Gambar 1.3 Distribusi Pegawai KBI Solo Per Seksi
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo )
xlvii
Dari pola distribusi pegawai per seksi dapat terlihat bahwa pegawai terbanyak berada di bidang Sistem Pembayaran dan Manajemen Intern (Operasional Kas) dari pada seksi Sumber Daya, Layanan Nasabah Dan Penyelenggara Kliring (LNPK) , dan Operasional Kas. Selain pegawai tetap, KBI Solo juga dibantu oleh tenaga-tenaga honorer/outsource sebagai Konsultan Pemperdayaan Unit Mikro Kecil Menengah (PUMKM),
Data Entry Operation (DEO), Messenger,
Pengemudi, Pengamanan, dan Operator telepon. Distribusi tenaga honorer/outsource KBI Solo dapat dilihat pada diagram di bawah ini. Berdasarkan diagram distribusi tenaga honorer/outsource tersebut dapat dilihat bahwa distribusi tenaga honorer terbanyak adalah tenaga Pengamanan dengan jumlah 11 orang (41%) dan distribusi terbanyak di Seksi Sumber Daya. Untuk tenaga outsource, KBI Solo bekerjasama dengan PT. Bina Karsa Sejahtera. Gambar 1.4 Distribusi Tenaga Honorer/Outsource KBI Solo
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
xlviii
e. Budaya kerja KBI Solo Dalam suatu organisasi terdapat visi yang akan dicapai oleh organisasi tersebut. Dalam mewujudkan visi tersebut diperlukan suatu misi yang merupakan target untuk mencapai visi. Misi dijabarkan lebih jauh lagi di dalam sasaran strategis yang berupa tugas-tugas dalam pelaksanaan kerja di Bank Indonesia. Penguatan nilai-nilai yang dimilki oleh Bank Indonesia merupakan suatu cara untuk mencapai visi. Nilai-nilai yang ada pada suatu organisasi terbagi menjadi dua besaran yaitu core value (nilai inti) yang mutlak dibutuhkan oleh Bank Indonesia sebagai suatu kesatuan organisasi, dan shared value, yaitu nilai-nilai yang harus dimiliki oleh
pegawai Bank
Indonesia yang dapat mempengaruhi pencapaian Sasaran Strategis. Setiap pegawai Bank Indonesia mempunyai nilai-nilai berbeda yang dianut. Oleh karena itu, untuk memelihara, menguatkan shared value diperlukan suatu budaya kerja. Budaya Kerja Bank Indonesia merupakan cara untuk menguatkan nilai-nilai KITA-Kompak sebagai karakter Bank Indonesia yang diaplikasikan dalam kegiatan kerja sehari-hari dan diharapkan setiap pegawai memiliki nilai-nilai tersebut. Program budaya kerja diantaranya adalah Program Penyelarasan Kultur (PPK) yang sebelumnya merupakan Program Prakarsa Terfokus. Dalam PPK KBI Solo tahun 2007, telah diawali dengan adanya penyesuaian Motto dan Yel-yel, yang semula “High Performance in Harmony” dan
xlix
“Mari Kita” menjadi “Nyambut Gawe Sing Kepenak, Nanging Ojo Sak Sakkepenake Dewe” dan “Ya, Aku Bisa”. Adapun makna dari motto dan yel-yel yang baru tersebut dapat dikemukan sebagai berikut: A. Nyambut gawe sing kepenak, dibahasa Indonesiakan menjadi bekerjalah dengan perasaan nyaman dan senang. Bekerja itu adalah ibadah, bukan sekedar mencari uang, jadi bekerjalah dengan dilandasi rasa tulus ikhlas karena ibadah dan amanah, sehingga dalam melaksanakan kerja tersebut timbul perasaan nikmat, senang, dan nyaman tanpa beban apapun B. Nanging ojo sak kepenake dewe, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi tapi jangan seenaknya sendiri. Bagi setiap pegawai harus patuh kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang telah mengikat kita serta berperilaku sesuai dengan values lembaga, namun bukan berarti pegawai harus kaku, tetapi harus memiliki daya adaptabilitas yang luwes dan tidak selalu menutup diri terhadap gagasan baru yang bersifat inovatif. Pegawaipun dituntut untuk berinteraksi secara baik dengan sesama pegawai. Dalam cakupan yang lebih luas yaitu ketika berhubungan dengan pihak eksternal pun pegawai tidak bisa semaunyat sendiri, tetapi harus menghormati pihak lain, terbuka dan siap melakukan kerjasama dengan baik. Demikian pula dalam hubungan dengan Sang Pencipta, pegawai juga tidak bisa seenaknya sendiri, namun wajub mematuhi seluruh perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
l
Yel-yel“Ya,Aku Bisa” dilakukan setiap instruktur/pemimpin/fasilitator meneriakkan “Aku Bisa” seluruh pegawai menjawab “Ya, Aku Bisa” dan diikuti tepuk tangan bersama. Akronim dan penjabaran singkat dari AKU BISA adalah sebagai berikut: A adalah Allah is always in my heart Mempunyai arti bahwa Allah senantiasa ada di dalam hati setiap manusia, disini manajemen bermaksud mengajak kepada seluruh pegawai agar dalam melaksanakan kerja sehari-hari harus selalu ingat kepada Tuhan yang Maha Mengetahui, sehingga setiap akan berbuat kecurangan, dan tindakan yang tidak terpuji selalu ingat kepada Allah. K adalah Knowledge is a power Mempunyai arti bahwa pengetahuan adalah suatu kekuatan, dan manajemen bermaksud mengajak kepada seluruh pegawai agar didalam bekerja sehari-hari, terus menerus meningkatkan ilmu dengan cara memanfaatkan seluruh sumber ilmu yang telah disediakan lembaga maupun sumber ilmu lainnya (OBP). U adalah Undefeatable Mempunyai arti “tak terkalahkan”, manajemen berharap agar pegawai menjadi pegawai yang tidak terkalahkan secara fisik dan tidak tergoda secara psikhis. Dari tubuh yang sehat akan terbentuk mental yang sehat dan berani memerangi hal-hal yang keliru, dan tidak mudah tergoda terhadap hal-hal yang tidak benar.
li
B adalah Be Positive Manajemen bermaksud mengajak seluruh pegawai didalam menyikapi segala permasalahan yang dihadapi dengan menggunakan pikiran dan hati yang sehat. Mengubur dalam-dalam sifat dan pikiran jelek, dan menonjolkan sifat dan pikiran positif. I adalah Impressive Menjadi pegawai BI yang berperilaku menyenangkan dan mengesankan (Impressive) adalah bukan sesuatu yang mudah untuk dijalankan namun bukan berarti tidak bisa dilaksanakan. Manajemen mengajak seluruh pegawai agar menjadi pribadi yang dirindukan karena setiap tindakannya selalu memberikan bekas yang mendalam di hati orang lain dan empatinya menujukkan kecerdasan sosialnya. S adalah Success Oriented Manajemen mengajak seluruh pegawai agar senantiasa dalam benak pikiran dan hatinya untuk selalu berorientasi kepada “sukses atau berhasil” didalam mengabdi di Bank Indonesia dan lebih luas didalam mengarungi kehidupan fana ini. Dalam meraih sukses ini tidak perlu takut terhadap tantangan, penderitaan ataupun kegagalan, karena hal tersebut adalah modal besar untuk meraih kesuksesan. A adalah action A, K, U, B, I, S diatas tidak mempunyai makna dan hanya merupakan kata-kata saja. Untuk itu perlu satu huruf yaitu A (Action)
lii
sehingga kata AKU BISA menjadi bermakna. Action berarti meminta setiap A, K, U, B, I, S dapat dijiwai dan dilaksanakan oleh setiap pegawai dalam melaksanakan kerja sehari-hari. Dengan Motto dan Yel-yel tersebut diharapkan dapat menjadi pedoman dan semangat bagi seluruh pegawai dalam menjalankan tugasnya di Bank Indonesia, oleh karena itu mulai tahun 2009 yel-yel AKU BISA diubah menjadi KITA BISA. KBI Solo juga mempunyai kegiatan lain yang biasa diikuti oleh pegawai yaitu : a. Doa pagi bersama setiap hari sebelum bekerja b. Siraman rohani yang diadakan Rabu pagi setiap 2 minggu sekali c. Selasa Berbagi Ilmu (SBI) diadakan Selasa pagi sebagai ajang untuk kegiatan belajar dan berbagi ilmu kepada seluruh pegawai d. Senam atau jalan sehat yang diadakan setiap Jumat pagi e. Kegiatan olah raga seperti Karate, Ping pong, Bulu tangkis, Tenis, Futsal, dan bersepeda sesuai jadwal yang ada. f. Kegiatan berkesenian seperti menyanyi yang diadakan setiap Jumat malam. g. Kegiatan apel pagi satpam setiap Senin pagi h. Kegiatan insidentil (hari ulang tahun BI pada bulan Juli, peringatan ulang tahun pegawai setiap akhir bulan, memperingati hari besar keagamaan, kegiatan sosial donor darah, kegiatan memancing dll).
liii
f. Gambar 1.5 Logo Bank Indonesia
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
g. Struktur Organisasi 1. Gambar 1.6 Struktur Organisasi KBI Solo Pimpinan Bank Indonesia Solo
Kepala Bidang Ekonomi Moneter
Pemberdayaa n Sektor Riil & UMKM (KPSRU)
Kepala Bidang Sistem Pembayaran & Manajemen Intern
Kajian & Statistik Survei
Seksi Operasiona
Kepala Bidang Pengawasan Bank
TPB I
TPB II
liv
Seksi Layanan Nasabah &Penyelenggar
Seksi Sumber Daya
TPB III
TPB
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
Struktur organisasi Bank Indonesia menggambarkan 3 pilar , departemenisasi, posisi staf, tanggung jawab dan dibagi menjadi tiga kelas, kelas I memiliki tugas dan wewenang secara nasional, kelas II memiliki tugas dan wewenang di wilayah propinsi atau koordinator Kantor Bank Indonesia wilayah propinsi, kelas III memiliki tugas dan wewenang di daerah dan kelas IV memiliki tugas dan wewenang daerah yang sedang dirintis. Kantor Bank Indonesia Solo sebagai KBI Kelas III dipimpin oleh satu orang Pemimpin Bank Indonesia (PBI) yang membawahi 3 bidang yaitu: a. Bidang Ekonomi, Moneter Bidang Ekonomi Moneter membawahi 2 kelompok, yaitu: 1) Kelompok Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM (KPSRU) 2) Kelompok Kajian Statistik dan Survei (KKSS) lv
b. Bidang Perbankan Bidang Perbankan membawahi 4 Kelompok Pengawasan Bank, yaitu: 1) Kelompok Pengawasan Bank I 2) Kelompok Pengawasan Bank II 3) Kelompok Pengawasan Bank III 4) Kelompok Pengawasan Bank IV c. Bidang Sistem Pembayaran dan Manajemen Intern. Bidang SP & MI membawahi 3 seksi, yaitu: 1) Seksi Operasional Kas 2) Seksi Layanan Nasabah dan Penyelenggaraan Kliring 3) Seksi Sumber Daya (terintegrasi di dalamnya Logistik, Protokol, PAM, dan Kesekretariatan).
2. Deskripsi Jabatan 2.1 Bidang Ekonomi Moneter 2.1.1.Kelompok Pemberdayaan Sektor Riil dan UMKM (KPSRU) Tugas Pokok : a. Melakukan
identifikasi
hasil-hasil
kajian
penelitian
/kesepakatan/program yang potensial dalam pengembangan sektor riil dan atau melaksanakan identifikasi permasalahan secara spesifik yang terjadi pada komoditi/industri/bidang usaha tertentu.
lvi
b. Menyusun program pemberdayaan sektor riil (korporasi, BUMN dan UMKM) berdasarkan hasil identifikasi. c. Melaksanakan program pemberdayaan sektor riil yang ditetapkan. d. Melakukan koordinasi dengan stakeholder daerah untuk memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan kepada perbankan dan BDSP dalam rangka pemberdayaan sektor riil/UMKM. e. Memberikan bantuan teknis dalam bentuk penyediaan informasi berbasis penelitian serta memfasilitasi proses intermediasi perbankan dalam rangka pemberdayaan sektor riil/UMKM. f. Mengkomunikasikan
hasil
penelitian
dalam
rangka
mendorong perbankan dalam pembiayaan UMKM. g. Menyediakan data profil UMKM ynag potensial dibiayai oleh Lembaga Keuangan yang disajikan melalui website. h. Melaksanakan pembebanan rekening khusus dalam rangka bantuan luar negeri. i. Menata usahakan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) termasuk perhitungan bunga dan laporan-laporan lainnya. j. Membantu melakukan pengawasan atas pengelolaan KLBI dan TSL terhadap bank yang berada di wilayah kerjanya.
lvii
k. Melaksanakan pemberian izin, pengawasan dan pembinaan serta pengelolaan data informasi Pedagang Valuta Asing (PVA) di daerah. l. Mendukung kegiatan koordinasi dengan KKBI dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pemberdayaan sektor riil (korporasi, BUMN dan UMKM). 2.1.2.Kelompok Kajian Statistik dan Survei (KKSS) Tugas Pokok : a. Menyusun
Kajian
Ekonomi
daerah
dan
perkiraan
perkembangan ekonomi dan harga. b. Melakukan penelitian ekonomi daerah yang berbasis kajian lapangan dan studi kepustakaan. c. Melakukan kajian ad hoc atas inisiatif KBI ataupun kerjasama dengan kantor pusat atau stakeholders daerah. d. Menyususun rekomendasi kebijakan perekonomian daerah kepada PEMDA dan stakeholders lainnya yang didasari oleh hasil penelitian e. Menyusun dan melaksanakan program komunikasi atas hasilhasil kajian ekonomi dan penelitian daerah. f. Melakukan diseminasi atas kebijakan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. g. Melaksanakan kegiatan kehumasan.
lviii
h. Monitoring Pinjaman Luar Negeri (Pinjaman Daerah, Swasta, TSL dan Pinjaman Syariah) i. Melakukan kegiatan fungsi investor relation program. j. Mendukung terlaksananya koordinasi dengan KKBI dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas kajian ekonomi. k. Menerima,
memverifikasi, mengirim ke
kantor pusat,
menatausahakan dan memberikan bantuan teknis laporan bank dan non bank. l. Mengumpulkan dan menyusun data/informasi ekonomi, keuangan, perbankan dan demografi di wilayah kerja. m. Melakukan kegiatan survei untuk kepentingan kantor pusat dan KBI. n. Melakukan kegiatan liaison dalam rangka pengumpulan dan informasi dari pelaku ekonomi (perusahaan, lembaga riset, pemerintah, perbankan dan asosiasi.). o. Mengelola
dan
mengembangkan
database
informasi
perekonomian daerah. p. Melaksanakan tugas sebagai pusat informasi. q. Mendukung terlaksananya koordinasi dengan KKBI dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas statistik dan survei.
lix
Ada beberapa catatan terkait dengan KKSS bahwa kelompok ini melakukan fungsi lain yaitu kehumasan yang sedianya dilakukan oleh Manajemen Intern berkaitan dengan tugasnya pada protokoler dan sekretariat. Fungsi ini menjadi strategis dilaksanakan oleh KKSS karena diseminasi kebijakan moneter maupun langkah-langkah yang dilakukan di KBI Solo tertampung semua di KKSS. 2.2. Bidang Perbankan Tugas Pokok : a. Melakukan pembinaan terhadap bank umum, BPR, yang menjadi obyek pengawasannya. b. Melakukan pengawasan terhadap bank umum dan BPR yang menjadi obyek pengawasannya. c. Menyelesaikan
permohonan
izin
yang
berkaitan
dengan
kelembagaan dan kegiatan operasional bank umum dan BPR yang menjadi obyek pengawasannya. d. Menyediakan informasi tentang kondisi dan permasalahan bank umum dan BPR yang menjadi obyek pengawasannya. e. Menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh bank umum dan BPR yang menjadi obyek pengawasannya. f. Menyelesaikan proses pencabutan izin usaha bank umum dan BPR serta tindak lanjutnya.
lx
g. Membantu pemeriksaan dan pengawasan terhadap bank yang berkantor pusat di luar wilker. h. Melakukan peran aktif dalam menciptakan perkembangan perbankan yang sehat di wilayah kerja (dedicated dan non dedicated banks). i. Melakukan evaluasi kesesuaian antara komposisi Tim/Kelompok Pengawasan dengan beban tugasnya j. Melakukan mediasi perbankan. k. Melakukan Investigasi terhadap tindak pidana bidang perbankan termasuk sebagai saksi ahli. l. Menyelenggarakan administrasi dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan bank. m. Membuat data yang lengkap tentang profil Bank Umum dan BPR (dedicated banks) secara individu dan gabungan di wilayah kerjanya. n. Menyampaikan laporan yang terkait dengan data base perbankan nasional secara berkala ke Kantor Pusat. o. Memenuhi permintaan bank-bank tentang informasi ketentuan perbankan. p. Melakukan proses perizinan operasional bagi kantor pusat bank yang berkedudukan di wilayah kerja KBI.Melakukan penelitian Laporan Bank Umum (LBU).
lxi
q. Melakukan pendendaan atas kelambatan dan kesalahan laporan. r. Menjadi Liaison officer dalam penanganan tindak pidana perbankan (SKB Jaksa Agung, Kapolri dan GBI) s. Melaksanakan pertemuan tim kerja dan tim pleno di KBI sehubungan dengan SKB, Kejagung, Kapolri dan GBI. t. Melakukan monitoring ketentuan perbankan. u. Membantu proses intermediasi perbankan. v. Melakukan
tugas-tugas
kesekretariatan
Badan
Musyawarah
Perbankan Daerah (BMPD). w. Mengelola anggaran. x. Mendukung koordinasi dalam hal pelaksanaan pengawasan bank dengan KKBI Fungsi pengawasan yang ditetapkan melalui sistem dedicated team, pola kerja berdasarkan team, dan rotasi sumber daya manusia dilakukan secara berkala terhadap pemeriksa Bank. Untuk di KBI, Kelompok pengawas Bank dipimpin oleh seorang koordinator Senior/Kepala
bidang
Perbankan/Pengawas
Bidang
yang
membawahi
Bank
eksekutif
sub
Kelompok
pengawasan. Kelompok ini melakukan pemeriksaan BPR dan bank umum yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI yang dimaksud. Tugas dan produk pokok tersebut terbagi dalam empat seksi Kelompok Pengawasan Bank I, II, III, dan IV. Kelompok
lxii
Pengawasan Bank I, II, III lebih fokus pada tugas pengawasan dan pembinaan bank di wilayah kerja KBI solo sedangkan KPB IV ditambah tugas Administrasi dan Informasi.
2.3.Bidang Sistem Pembayaran dan Manajemen Intern 2.3.1 Bidang Sistem Pembayaran 2.3.1.1 Seksi Operasional Kas Tugas Pokok : a.
Melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi/monitoring kebutuhan uang
b.
Melakukan pengelolaan khazanah yaitu penyiapan dan pengembalian modal kerja, pengelolaan persediaan kas (termasuk kas besar titipan DPU), pemerikasaan fisik uang, pengelolaan barang/surat-surat berharga serta penguncian dan pengamanan khazanah
c.
Melakukan tindak lanjut atas:
d.
Temuan selisih lebih/kurang hasil hitung ulang yang disebabkan karena selisih jumlah, perbedaan pecahan dan uang palsu.
e.
Laporan temuan uang palsu dari stakeholder
f.
Laporan terkait dengan uang dan sistem pengedaran uang
lxiii
g.
Mensosialisasikan
ciri-ciri
keaslian
uang
dan
cara
memperlakukan uang h.
Melakukan administrasi kegiatan operasional kas, pengaturan tugas kasir dan anggaran operasional kas
i.
Menyiapkan dan melaksanakan proses penunjukan pihak ketiga sebagai pelaksana jasa kas, seperti PPUPK dan peleburan uang logam tidak layak edar
j.
Melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pihak ketiga pelaksanaan jas kas, seperti Perusahaan Penukaran Uang Pecahan Kecil/POSINDO/Cash Center atau jas lainnya seperti peleburan uang
k.
Memantau dan melaporkan pemeliharaan peraltan kas/sarana lainnya
l.
Memantau
penggunaan
dan
persediaan
supplies
yang
dibutuhkan dalam kegiatan operasioanal kas m.
Mendukung terlaksananya koordinasi dengan KKBI dalam rangka pelaksanaan distribusi uang di wilayah kerjanya sesuai dengan yang ditetapkan KP
n.
Mempersiapkan modal kerja, melaksanakan kegiatan dan pertanggungjawaban Hitung Ulang Manual (HUM) uang kertas
lxiv
o.
Mempersiapkan modal kerja, melaksanakan kegiatan dan pertanggungjawaban Hitung Ulang Manual (HUM) uang logam
p.
Mempersiapkan modal kerja, melaksanakan kegiatan dan pertanggungjawaban Hitung Ulang Manual (HUM) –MSUK
q.
Mempersiapkan modal kerja, melaksanakan kegiatan dan pertanggungjawaban pemusnahan UK dan MRUK
r.
Mempersiapkan modal kerja, melaksanakan kegiatan dan pertanggungjawaban peleburan UL
s.
Melakukan trasaksi dan pertanggungjawaban setoran bank dan non bank
t.
Mempersiapkan modal kerja, melakukan transaksi dan pertanggungjawaban bayaran bank dan non ban
u.
Mempersiapkan modal kerja, melakukan transaksi dan pertanggungjawaban penukaran
v.
Mempersiapkan modal kerja, melakukan transaksi dan pertanggungjawaban kegiatan layanan kas di luar kantor yaitu kas keliling dan kas titipanMempersiapkan modal kerja, melakukan transaksi dan pertanggungjawaban penjualan Uang Rupiah Khusus (URK)
2.3.2 Seksi Layanan Nasabah dan Penyelenggaraan Kliring Tugas Pokok :
lxv
a. Settlement transfer melalui BI-RTGS untuk kepentingan pengeluaran Pemerintah (atas beban APBN atau reksus) dan rekening lainnya. b. Penatausahaan rekening nasabah (termasuk pemerintah daerah dan lembaga lain terkait dengan tugas BI) c. Settlement penerimaan pajak dan penerimaan lainnya dari bank ke rekening lainnya. d. Penatausahaan Cek/Bilyet Giro (BG) Bank Indonesia e. Pengiriman Data Keuangan Elektronik (DKE) melalui SKNBI untuk kepentingan pengeluaran Pemerintah (atas beban APBN atau reksus) dan rekening lainnya. f. Analisa Perilaku dan Perkembangan SP Non Tunai di KBI: 1) Tatausaha Money Remittance 2) Kajian Perilaku SP Non Tunai Menyediakan layanan helpdesk kepada peserta BI-RTGS g. Melaksanakan survey atas layanan SP Non Tunai h. Pengelolaan database (rekening, user dan database lainnya) BI-SOSA dan BI-RTGS (RTGS Terminal) i. Pengelolaan transaksi (akunting dan anggaran) BI-SOSA j. Melakukan tugas lain terkait dengan sosialisasi dalam rangka deseminasi ketentuan SP kepada stakeholder di daerah. k. Penyelenggaraan kliring lokal (Warkat Debet)
lxvi
l. Pengelolaan Data Keuangan Elektronik (DKE) m. Pengelolaan dan penatausahaan data penarik cek/BG kosong n. Penerbitan Daftar Hitam Lokal o. Monitoring penyelenggaraan kliring lokal non BI p. Perhitungan dan pembebanan biaya proses pilah q. Pelaksanaan BCP baik yang dikoordinir DASP maupun KBI r. Pengelolaan anggaran s. Menyediakan layanan helpdesk kepada peserta kliring sehunbungan dengan SKN-BI
Jadwal pelaksanaan kliring Jadwal penyelenggaraan kliring dibagi dalam 2 sesi yaitu : 1. Pukul 08.30 – 11.00 : dilaksanakan kliring kredit sesi 1 dan kliring debet (penyerahan). 2. Pukul 13.00 – 14.00 : dilaksanakan kliring kredit sesi 2 dan kliring debet (pengembalian). 2.3.2 Bidang Manajemen Intern 1. Seksi Sumber Daya Tugas Pokok : a. Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan penerimaan, penempatan, pengembangan, pembinaan dan pemutusan
lxvii
hubungan kerja dengan pegawai termasuk THOS sesuai ketentuan yang berlaku. b. Mengelola data kepegawaian. c. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan pegawai sesuai dengan kewenangannya. d. Melakukan
kegiatan
yang
terkait
dengan
sistem
pemeliharaan pegawai (gaji, insentif, manfaat dan fasilitas lainnya) e. Membuat
laporan
berkala
yang
berkaitan
dengan
kepegawaian kepada satker di KP. f. Mengkoordinasikan penyusunan RKAT dan mengevaluasi realisasi RKAT KBI. g. Mendukung terlaksananya kegiatan yang terkait dengan funsi koordinasi dengan KKBI. h. Melakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi terhadap realisasi program kerja dan anggaran KBI. i. Menatausahakan dan melaksanakan pengadaan barang dan jasa. j. Melaksanakan pemeliharaan gedung, inventaris kantor, rumah dinas, rumah istirahat dan perabotnya serta sarana lainnya.
lxviii
k. Melaksanakan penghapusan barang-barang inventaris dan kendaraan. l. Menyelesaikan tagihan sumber daya energi, jasa dan lainnya kepada pihak ketiga. m. Membuat laporan berkala yang berkaitan dengan kegiatan kelogistikan. n. Melakukan pemeliharaan perangkat lunak dan keras terkait dengan teknologi informasi. o. Melakukan koordinasi pengadaan barang dan jasa tertentu yang dibutuhkan bersama oleh KBI yang hanya dapat dipenuhi oleh rekanan di tempat kedudukan KKBI. p. Memfasilitasi kebutuhan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan proses hukum. q. Menatausahakan surat, warkat masuk maupun keluar dan dokumen laimmya termasuk mengelola sentral khazanah arsip. r. Melaksanakan dan menatausahakan kegiatan pengamanan gedung kantor, tata tertib kantor, pengiriman dan penjemputan uang, kas keliling, rumah dinas dan rumah peristirahatan serta sarana lainnya. s. Melaksanakan pengamanan dan tindakan penanggulangan ancaman serta gangguan Kamtib terhadap personil,
lxix
materiil, acara kedinasan, sosial kepegawaian dalam keadaan normal dan darurat, termasuk karena dampak bencana alam. t. Merencanakan dan melaksanakan pelatihan yang berkaitan dengan tugas pengamanan. u. Melaksanakan kegiatan protokoler sesuai dengan ketentuan keprotokolan yang berlaku. v. Mengoperasikan alat komunikasi untuk keperluan Bank Indonesia. w. Membuat
laporan berkala mengenai
kesekretariatan,
komunikasi dan pengamanan. x. Mendukung
koordinasi
dalam
pelaksanaan
tugas
kesekretariatan, pengamanan dan protokol
Secara makro seksi sumberdaya KBI Solo harus lebih mampu menjadi moral lead bagi pegawainya misal masalah ketepatan waktu, etos kerja, dan kualitas kerja. Juga sebagai penggerak, pembangkit semangat kinerja pegawai lainnya. Hal ini terkait dengan peran SDM dalam pengelolaan SDM itu sendiri yaitu sebagai: 1) Mitra strategis (strategic partner), yaitu bagaimana kehadiran SDM dapat memberikan manfaat bagi KBI Solo (satker) untuk mewujudkan visi, misi, dan sasaran strategisnya
lxx
2) Agen Perubahan (change agent) yaitu bagaimana SDM dapat memberikan stimulasi dan passionate sehingga satuan kerja termasuk line manager dan pegawai dapat melakukan transformasi organisasi sehingga mampu menjawab tantangan stakeholders 3) Employee champion, yaitu gerakan untuk menumbuhkan semangat, komitmen, dan kapabilitas agar pegawai dapat menjalankan tugasnya dalam jabatan dan satuan kerja secara maksimal. 4) Administrative expert, yaitu upaya meningkatkan pelayanan dan pengelolaan SDM yang efisien dan efektif
B. Pembahasan 1. Manjemen Pengedaran Uang Didalam bagian tugas Bank Indonesia yang mengatur pengedaran uang bertanggung jawab mengatur sistem pembayaran tunai, di Kantor Bank Indonesia Solo juga memiliki bagian tugas dalam sistem pembayaran tunai yang dalam hal ini memiliki dasar hukum Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.3 Tahun 2004, Pasal 8, 19, 20, 22 dan 23 a. Tugas dan wewenang Bank Indonesia dalam Bidang Manajemen Pengedaran Uang ; 1) Bertugas Mengatur dan menjaga kelancaran Sistem Pembayaran (Tunai) – Bab III, Pasal 8, Huruf b.
lxxi
2) Memiliki kewenangan yang tercantum pada undang-undang dasar Pasal 19 yang menetapkan macam, harga, ciri uang, bahan uang dan tanggal mulai berlakunya uang, pasal 20 yang mengeluarkan, mengedarkan, mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran, pasal 22
yaitu tidak
memberikan penggantian atas uang yang hilang/musnah karena sebab apapun dan pasal 23 tentang
penggantian dan penukaran uang yang
dicabut dari peredaran.
b. Visi dan misi manajemen pengedaran uang 1) Visi : Mewujudkan Satuan kerja yang handal dalam menjadikan uang rupiah sebagai alat pembayaran tunai yang berkualitas, dipercaya dan diterima masyarakat. 2) Misi : Memenuhi kebutuhan uang rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi yang layak edar. c. Pelaksanaan Manajemen Pengedaran Uang terbagi menjadi : 1). Perencanaan a) Bagian perencanan bertugas menyusun : (1). Rencana Pengeluaran Uang (2). Rencana Pengadaan Uang, Bahan Uang, Cetak Uang (3). Rencana Distribusi Uang (4). Rencana Kebutuhan Peralatan Kas
lxxii
(5). Rencana Pencabutan dan Penarikan Uang (6). Rencana Pengadaan Khazanah b) Di dalam mengatur uang baru bertugas : (1). Mengatur design uang baru (2). Security features (a). Bahan Uang (b). Teknik Cetak (3). Mengatur tingkat pemalsuan uang baru (4). Mengatur Nilai intrinsic (5). Mengatur Masa edar pecahan (6). Mengatur Kebutuhan masyarakat 2) Pengadaan Tujuan penggadaan uang adalah agar Bank Indonesia mempunyai stok uang yang cukup dalam berbagai pecahan dengan kondisi layak edar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penggandaan uang mempunyai fungsi yang penting untuk memperlancar pembayaran tunai dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap rupiah karena selalu tersedianya uang yang dibutuhkan. Jumlah uang dan bahan uang diadakan didasarkan pada rencana cetak uang tahunan. Kegiatan penggandaan uang dilakukan untuk mendukung penerbitan uang (emisi) baru maupun pencetakan rutin terhadap uang yang telah diterbitkan.
lxxiii
Proses
penggandaan
ini
dilakukan
sedemikian
rupa
dengan
memperhatikan efektivitas dan kerahasiaan. Pemasok bahan uang kertas maupun uang logam berasal dari pabrik bahan uang luar negeri maupun dalam negeri. Sepanjang bahan uang nya telah mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia dan harga yang ditawarkan adalah kompetitif. Penentuan hasil evaluasi terhadap pemasok tidak semata-mata ditentukan dari harga yang terendah, tetapi juga didasarkan atas aspek teknis termasuk kualitas bahan uang yang dihasilkan, contohnya betapa penilaian aspek ini begitu penting yakni apabila bahan yang dikirim ternyata tidak sesuai dengan spesifikasai bahan yang telah ditetapkan, maka pemasok berkewajiban untuk mengganti bahan tersebut dan apabila segala keterlambatan pengiriman bahan uang yang tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, maka kepada pemasok dikenakan penalti. Setelah bahan tersedia dengan baik, maka tahap selanjutnaya adalah pencetakan uang kepada perusahaan percetakan uang yang telah ditetapkan. Kegiatan pencetakan uang diserahkan kepada Perum Peruri sebagai Badan Usaha Milik Negara yang didirikan khusus untuk melayani kebutuhan cetak uang kertas dan uang logam sesuai dengan pesanan Bank Indonesia. a) Pengadaan bahan uang dan pencetakaan Uang (1). Bahan Uang (a). Pemilihan Pemasok (b). Uji mutu bahan uang
lxxiv
(c). Proses Pengadaan (d). Asuransi (e). Forwarding (f). Handling (2). Pencetakan Uang (a). Uji cetak (b). Cetak massal – Cetak offset – Cetak Intaglio – Cetak Nomor (c). Cut & Pack b) Pengadaan Peralatan Kas 3) Distribusi Uang Tujuan distribusi uang adalah untuk memenihi kebutuhan kas setiap Kantor Bank Indonesia dalam rangka menjaga posisi/persediaan kas yang aman. Kebutuhan kas tersebut meliputi kebutuhan uang untuk persediaan yang seharusnya ada dikazanah (gudang) serta untuk keperluan pembayaran, penukaran dan penggantian uang selama jangka waktu tertentu. Pengiriman uang didasarkan pada rencana distrubusi uang yang menetapkan jumlah dan pecahan uang yang dikirim selama periode tertentu. Dengan adanya rencana distribusi uang tersebut diharapkan akan dapat dicapainya keterpaduan dengan rencana penggandaan uang dan
lxxv
pengiriman uang dapat terlaksana secara lebih efisien, efektif, cepat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Untuk mendukung oprasional distribusi uang, kantor- kantor Bank Indonesia dibagi dalam beberapa tingkat, yaitu depot selaku kantor koordinator, subdepot kas dan satuan kerja di Kantor Bank Indonesia (KBI). Depot selain memenuhi kebutuhan sudepot dan KBI dibawah koordinasinya.
Gambar 1.7 Distribusi Uang
Retur ULE Retur ULE
ULE
Persh. Bahan Uang
Persh. Pencetak
BI Pusat
lxxvi
Depot Kas
Satker Kas Retur ULE
Ket : 1. ULE (Uang Layak Edar)
Satker Kas
2. Satker (Satuan Kerja) ( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo) a) Distribusi uang dilakukan oleh KP (Kantor Pusat) maupun KBI (1). Bertujuan untuk Memenuhi kebutuhan uang sesuai jumlah dan jenis pecahan. (2). Menjaga persediaan kas minimum. (3). Melakukan pengiriman uang sesuai RDU (Rencana Distribusi Uang). (4). Mengirim kelebihan uang di Satker Kas. b) Alat Transportasi yang Digunakan (1). Truk (2). Kereta Api (3). Kapal Laut (4). Pesawat Terbang Distribusi uang dapat dilakukan dengan 2 Cara yaitu melalui depot kas & langsung yang dilakukan oleh BDU (Bagian Distribusi
lxxvii
Uang) yang Melayani 11 Depot Kas : Medan, Padang, Bandung, Semarang, Surabaya, Banjarmasin, Balikpapan, Makassar, Manado, Denpasar Dan Palembang dan melayani 5 Satker kas/KBI : BPUK, Batam, Bandar Lampung, Pontianak, dan Jayapura. a) Pertimbangan sistem depot kas (1). Untuk mempercepat dan memperlancar pengiriman uang. (2). Kurang efektif dan efisiennya pengiriman uang ke setiap Kantor Cabang Bank Indonesia apabila dilaksanakan sepenuhnya oleh Kantor Pusat. b) Peran kantor depot kas (1). Perencanaan (a). Memahami karakteristik masing-masing KBI yang dilayani. (b). Memelihara persediaan uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kasnya sendiri dan KBI yang dilayani. (c). Menyusun rencana permintaan tambahan kas termasuk KBI yang dilayani dengan mengacu pada RDU ke KP, atau ke Kantor depot kas lain dengan rekomendasi dari BDU. (d). Menyusun rencana distribusi uang ke KBI yang dilayani dengan mengacu pada hasil pengiriman uang dari BDU. (e). Menyusun rencana pengambilan uang dari kelebihan kas KBI yang dilayani. c) Pelaksanaan Distribusi Uang
lxxviii
(1). Menerima pengiriman uang dari Kantor Pusat (termasuk untuk KBI yang dilayani) dan mengatur pelaksanaan pengiriman uang ke KBI dimaksud dengan berpedoman pada RDU yang telah ditetapkan. (2). Mengatur pemenuhan kebutuhan kas dari KBI yang dilayani (antara short dan long). (3). Menampung kelebihan kas dari KBI yang dilayani terutama yang mempunyai kapasitas khazanah terbatas sepanjang kapasitas khazanahnya memungkinkan. (4). Mengkoordinasikan dengan KP tentang rencana pengiriman kelebihan kasnya dan atau KBI yang dilayani ke KP atau ke KBI di luar wilayah pelayanannya atau KBI lain yang ditunjuk oleh KP. d) Evaluasi dan Monitoring (1). Melakukan koordinasi dengan KBI dalam satu wilayah kerja untuk mengevaluasi tingkat penyelesaian back log, pemusnahan dan evaluasi antara rencana dengan realisasi distribusi uang secara periodik, (2). Memantau optimalisasi penggunaan peralatan kas, terutama MSUK dan MRUK di KBI dalam wilayah kerja Kantor depot kasnya.
lxxix
Gambar 1.8 Jalur Distribusi Uang J a lur D is trib us i U a ng
B a n d a Ac e h
?
? Lhokseumawe ? M edan
S ib o lg a
? P e kanbaru ?
?
M anado
B a ta m
?
P adang
S a m a r in d a P o n tia n a k
Jambi
?
?
B a lik p a p a n
?
P a lu
P a la n g k a r a ya
?
B e n g k u lu
J a ya p u r a
?
Am b on
B a n ja r m a s in
B .L a m p u n g
?T e r n a te
?
P a le m b a n g
?
?
? ?
?
?
K endari
?
M akassar
? ?
J a k a r ta Bandung
C ir e b o n S o lo S e marang
?
T a s ik m a la ya
S u ra b a ya ? ? ? ? ? Jember ? ? ? ? ? ?
Y o g ya k a r ta P u rw o k e r to
K e d ir i
M a la n g
M a ta r a m
?
Denpasar
?
K upang
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo) 4) Pencabutan dan Penarikan Pencabutan uang adalah penetapan bahwa suatu pecahan uang dengan tahun emisi tertentu tidak lagi sebagai alat pembayaran yang sah. Tanggal mulai berlakunya pencabutan ditentukan secara spesifik karena tanggal tersebut sangat penting untuk dasar perhitungan masa penukaran dan hak meminta penukaran. Pencabutan uang senantiasa diikuti dengan penarikan uang dari peredaran. Penarikan adalah suatu proses masuknya uang-uang yang telah dicabut ke dalam perkasan Bank Indonesia. Uang yang telah dicabut tidak akan
lxxx
?
dibayarkan kembali, walaupun kondisinya masih relatif baik. Uang yang telah ditetapkan tidak akan diedarkan kembali, akan dilakukan pemusnahan oleh Bank Indonesia atau Kantor Bank Indonesia. Tujuan dari pencabutan uang dari peredaran adalah untuk mencegah dan memimimalisasai peredaran uang palsu serta untuk penyederhanaan komposisi dan emisi pecahan. Adapun dasar pertimbangan yang menetukan suatu pecahan harus ditarik peredaran, antara lain. a) Tingkat pemalsuan yang cukup tinggi, dilihat dari realisasi jumlah penemuan uang palsu dibendingkan dengan UYD ( uang yang diedarkan) pecahan tersebut serta memperhatikan pula tingginya mutu pemalsuan yang dapat mengecohkan masyarakat.
b) Pecahan tersebut sudah cukup lama beredar (lebig dari 7 tahun). Dalam pelaksanaanya, pencabutan suatu pecahan memerlukan suatu koordinasi, terutama dengan Bank Umum Pemerintah dan instansi yang ditunjuk guna mempersiapkan prosedur penukaran denagn masyarakat. a) Penarikan meliputi : 1. Pencabutan dan Penarikan (a). Mengumumkan pencabutan (b). Menentukan tanggal penarikan
lxxxi
(c). Menentukan masa penukaran 2. Pemusnahan : (a). Uang yang sudah tidak layak edar (b). Uang yang telah dicabut dari peredaran b) Pertimbangan Pencabutan dan Penarikan : (1). Mencegah dan meminimalkan upal (2). Penyederhanaan pecahan (3). Masa Layak Edar Uang
2. Klarifikasi Atas Uang Yang Diragukan Keasliannya a. Permintaan klarifikasi 1) Permintaan klarifikasi oleh masyarakat a) Masyarakat yang menemukan uang yang diragukan keasliannya dapat mengajukan permintaan klarifikasi kepada: (1). Kantor pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Pengedaran Uang dengan alamat Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10110, bagi masyarakat yang berdomisili di wilayah DKI Jakarta, Provinsi Banten,
Kabupaten/Kota
Bekasi,
Kabupaten/Kota
Bogor,
Kabupaten Karawang, Kota Depok; atau (2). Kantor
Bank
Indonesia
setempat,
bagi
masyarakat
yang
berdomisili di luar wilayah DKI Jakarta, Provinsi Banten,
lxxxii
Kabupaten/Kota Bekasi, Kabupaten/Kota Bogor, Kabupaten Karawang, Kota Depok. b) Permintaan klarifikasi pada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a) dilakukan dengan cara: (1). Menyampaikan surat permintaan klarifikasi yang ditandatangani oleh pihak yang meminta klarifikasi. (2). Menyampaikan fisik uang yang diragukan keasliannya. (3). Menandatangani berita acara serah terima uang yang diragukan keasliannya dalam rangkap dua. 2) Permintaan klarifikasi oleh bank a) Bank yang menemukan uang yang diragukan keasliannya dapat mengajukan permintaan klarifikasi kepada: (1). Kantor pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Pengedaran Uang dengan alamat Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10110, bagi kantor bank yang berkedudukan di wilayah DKI Jakarta, Provinsi Banten, Kabupaten/Kota
Bekasi,
Kabupaten/Kota
Bogor,
Kabupaten
Karawang, Kota Depok; atau (2). Kantor Bank Indonesia setempat, bagi kantor bank yang berkedudukan di luar wilayah DKI Jakarta, Provinsi Banten, Kabupaten/Kota
Bekasi,
Karawang, Kota Depok.
lxxxiii
Kabupaten/Kota
Bogor,
Kabupaten
b) Bank yang mengajukan permintaan klarifikasi kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a) wajib: (1). Mencatat
identitas
lengkap
nasabah
yang
menyerahkan,
menyetorkan, atau menukarkan uang yang diragukan keasliannya, dan memberikan tanda terima uang yang diragukan keasliannya pada nasabah. (2). Menjaga kondisi fisik uang yang diragukan keasliannya. (3). Menjaga agar uang yang diragukan keasliannya tidak beredar kembali. Kewajiban sebagaimana dimaksud pada angka 1 tidak berlaku dalam hal uang yang diragukan keasliannya ditemukan oleh bank dalam kegiatan pengolahan uang. c) Permintaan klarifikasi kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a) dilakukan dengan: a. Menyampaikan surat permintaan klarifikasi yang ditandatangani oleh pimpinan kantor bank yang bersangkutan. b. Menyampaikan fisik uang yang diragukan keasliannya. c. Menandatangani berita acara serah terima uang yang diragukan keasliannya dalam rangkap dua yang ditandatangani oleh pimpinan kantor bank yang bersangkutan.
b. Informasi Hasil Penelitian Atas Uang Yang Diragukan Keasliannya
lxxxiv
1). Bank Indonesia menyampaikan informasi hasil penelitian atas uang yang diragukan keasliannya kepada pihak yang mengajukan permintaan klarifikasi paling lambat 14 hari kerja sejak diterimanya permintaan klarifikasi secara lengkap dan benar. 2). Dalam hal permintaan kalrifikasi diajukan oleh kantor bank, Bank Indonesia mengirimkan tembusan informasi hasil penelitian atas uang yang diragukan keasliannya pada kantor pusat bank atau kantor cabang bank asing. 3). Batas waktu penyampaian informasi hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada angka 1) dapat dikesampingkan apabila dalam melakukan penelitian atas uang yang diragukan keasliannya diperlukan pemeriksaan secara laboratories. 4). Bank Indonesia memberitahukan hal sebagaimana dimaksud pada angka 3) kepada pihak yang mengajukan permintaan klarifikasi. 5). Bank wajib menginformasikan hasil penelitian atas uang yang diragukan keasliannya kepada nasabah yang menyerahkan, menyetorkan, atau menukarkan uang yang diragukan keasliannya.
c. Tindak Lanjut Terhadap Uang Yang Diragukan Keasliannya 1). Berdasarkan hasil penelitian atas uang yang diragukan keasliannya, Bank Indonesia:
lxxxv
a) Memberikan penggantian atas uang yang diragukan keasliannya yang dinyatakan asli, yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan cara: a. Tunai, dalam pihak yang meminta klarifikasi adalah masyarakat. b. Mengkredit rekening bank yang bersangkutan, dalam hal pihak yang meminta klarifikasi adalah bank. b) Tidak memberikan penggantian atas uang yang diragukan keasliannya yang dinyatakan palsu. 2). Uang palsu hasil penelitian dilaporkan dan diserahkan oleh Bank Indonesia kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai ketentuan yang berlaku. 3). Dalam hal berdasarkan hasil penelitian atas uang yang diragukan keasliannya dinyatakan asli oleh Bank Indonesia, maka bank memberikan penggantian uang kepada nasabah. d. Laporan Penemuan Uang Palsu 1). Penyampaian laporan a) Kantor pusat bank atau kantor cabang bank asing wajib menyampaikan laporan penemuan uang palsu secara bulanan, yang selanjutnya disebut laporan, secara benar, lengkap, dan tepat waktu kepada kantor pusat Bank Indonesia c.q. Direktorat Pengedaran Uang dengan alamat Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta 10110, yang datanya bersumber dari:
lxxxvi
(1). Hasil penelitian atas uang yang diragukan keasliannya pada bulan yang bersangkutan; dan atau (2). Pemberitahuan oleh Bank Indonesia pada bulan yang bersangkutan atas penemuan uang palsu yang berasal dari setoran kantor bank. b) Dalam hal bank tidak memiliki data sebagaimana dimaksud pada huruf a), bank tidak perlu menyampaikan laporan. c) Laporan yang disampaikan oleh kantor pusat bank atau kantor cabang bank asing kepada kantor pusat Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a) merupakan laporan gabungan dari seluruh kantor bank yang berkedudukan di Indonesia. e. Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 diatur sebagai berikut: 1). Laporan a) Laporan dari kantor pusat bank atau kantor cabang bank asing diterima oleh kantor pusat Bank Indonesia paling lambat tanggal 14 bulan berikutnya, misalnya: data bulan Februari 2005 diterima paling lambat tanggal 14 Maret 2005. b) Kantor pusat bank atau kantor cabang bank asing dinyatakan terlambat menyampaikan laporan apabila laporan diterima oleh kantor pusat Bank Indonesia melampaui batas waktu sebagaimana dimaksud pada huruf a) sampai dengan akhir bulan setelah berakhirnya bulan laporan
lxxxvii
yang bersangkutan, misalnya: data bulan Februari 2005 diterima mulai tanggal 15 Maret 2005 sampai dengan tanggal 31 Maret 2005. c) Kantor pusat bank atau kantor cabang bank asing dinyatakan tidak menyampaikan laporan apabila laporan diterima oleh kantor pusat bank Indonesia melampaui batas waktu sebgaimana dimaksud pada huruf b), misalnya: data bulan Februari 2005 diterima setelah akhir bulan Maret 2005. 2). Dalam hal tanggal batas waktu diterimanya laporan oleh kantor pusat Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada huruf a) jatuh pada hari Sabtu, Minggu, hari libur nasional atau hari libur setempat yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah, maka laporan disampaikan pada hari kerja sebelumnya f. Sanksi Administratif Kantor pusat bank atau kantor cabang bank asing yang terlambat menyampaikan laporan atau tidak menyampaikan laporan kepada kantor pusat bank Indonesia dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis.
(3). Sosialisasi Penanggulangan Uang Palsu Dalam rangka ikut serta melakukan upaya penanggulangan uang palsu, Bank Indonesia melakukan kegiatan pada upaya preventif, sedangkan upaya represif merupakan kewenanagan aparat penegak hukum. Walaupun Bank Indonesia memiliki hak tunggal untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah, tetapi
lxxxviii
tidak memiliki kewenangan untuk melakukan penyidikan dan penangkapan terhadap tindak pidana pemalsu uang. Selain upaya preventif, Bank Indonesia juga secara aktif turut serta dalam pemberian bantuan teknis, seperti pemberian keterangan ahli yang diperlukan oleh aparat penegak hukum, baik kepolisian, kejaksaan, maupun pengadilan. Selain itu, Bank Indonesia juga menatausahakan data temuan uang palsu yang dilaporkan oleh perbankan, serta bekerjasama dalam wadah BOTASUPAL (Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu). Motif Kejahatan Uang Palsu, Motif kejahatan uang palsu dapat dikategorikan pada 2 hal, yaitu: 1) Motif ekonomi Kejahatan uang palsu sebagian besar terjadi karena adanya motif ekonomi. Dalam motif ekonomi, pelaku melakukan pemalsuan uang rupiah dengan maksud semata-mata untuk kepentingan pribadinya, yaitu memperoleh sejumlah keuntungan materiil guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Karakteristik dari motif ini adalah: a) Berorientasi pada keuntungan materiil untuk memenuhi kebutuhan hidup. Disini pelaku umumnya mengaku melakukan kejahatan ini karena terdesak untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti makan, berobat, atau hanya untuk berfoya-foya. b) Kualitas jumlah uang palsu yang terbatas.
lxxxix
Jumlah uang palsu yang dihasilkan umumnya terbatas, yaitu karena peralatan yang digunakan juga cukup terbatas dengan kapasitas produksi yang terbatas. Namun dalam beberapa kasus ditemukan bahwa jumlah uang palsu yang dihasilkan cukup besar, bahkan sampai miliaran. Kasus ini terutama yang dilakukan oleh mereka dengan status sosial yang cukup mampu dengan motif yang sekedar iseng untuk mengaplikasikan kemampuan teknologinya. c) Modus operandi yang sederhana serta bersifat local Umumnya
modus
operandi/cara-cara
yang
dilakukan
dalam
mengedarkan uang palsu ini adalah sederhana, seperti penggunaan untuk belanja di warung-warung, pembelian rokok, maupun belanja di supermarket. Sehingga sasaran dari pelaku adalah justru langsung pada masyarakat konsumen yang umumnya minim pengetahuan akan keaslian uang rupiah. 2) Motif politik Motif politik ini merupakan motif yang cukup berbahaya terutama bagi kelangsungan perekonomian Negara. Adapun karakteristik dari motif ini adalah: a) Berorientasi pada kekuasaan Kejahatan uang palsu dengan motif politik umumnya dilakukan oleh pelaku dengan orientasi untuk mendapatkan kekuasaan maupun jabatan dalam pemerintahan. Contoh yang paling sering terjadi adalah
xc
meningkatnya jumlah uang palsu pada saat terjadi pemilihan umum. Uang-uang palsu tersebut digunakan sebagai uang suap baik untuk keuntungan salah satu calon ataupun untuk menjatuhkan kandidat yang lain.
Sehingga
pada
masa-masa
tersebut
kewaspadaan
perlu
ditingkatkan. b) Kuantitas jumlah uang palsu yang dihasilkan cukup besar. Jumlah uang palsu yang dihasilkan akan sangat besar karena dengan kemampuan keuangan dan financial yang dimiliki, pelaku mampu menghasilkan uang palsu yang dibutuhkan. c) Modus operandi sangat terorganisir dan sistematis serta bersifat transnasional. Dalam motif ini pelaku memiliki kemampuan penguasaan teknologi yang baik serta ditunjang dengan status dan kekuasaan yang dimiliki sehingga dengan mudah mampu menggerakkan jaringan sampai ke tingkat terendah. Bahkan juga tidak jarang motif politik ini mendasari adanya kejahatan uang palsu yang bersifat trans-nasional melintasi batas Negara. a. Tujuan Sosialisasi 1) Menjelaskan kebijakan Bank Indonesia dalam bidang pengedaran uang. 2) Menyebar luaskan cirri-ciri keaslian uang rupiah. 3) Sebagai salah satu upaya mengakal peredaran uang rupiah palsu. c. Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah 1) Keaslian uang Rupiah dapat dikenali melalui :
xci
a) Bahan Yang digunakan b) Disain dan ukuran c) Teknik Cetak 2) Unsur pengaman (Security Features) uang Rupiah dibuat pada : a) Bahan Uang b) Teknik cetak uang d. Tingkatan Security Features 1) Level 1 (overt) : Diperuntukkan bagi orang awam dan dapat diidentifikasi secara langsung dengan panca indera (indera peraba dan indera penglihatan). 2) Level 2 (overt dan covert) : Diperuntukkan bagi profesional dan dapat diidentifikasi secara langsung dengan bantuan peralatan (loupe dan sinar ultra violet). 3) Level 3 (covert) : Diperuntukkan bagi Bank Sentral dan hanya dapat diidentifikasi dengan menggunakan peralatan khusus e. Spesifikasi Khusus Uang Rupiah Bank Indonesia telah menerbitkan uang rupiah dengan 2 karakteristik utama yaitu: 1) Aman Berarti bahwa mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia memiliki spesifikasi yang khusus yang tidak mungkin dapat ditiru oleh orang lain. Uang rupiah yang telah diterbitkan telah memiliki tanda-tanda xcii
pengaman/ciri-ciri khusus yang unik. Diantara tanda-tanda pengaman/ciri tersebut meliputi: (1). Bahan Kertas Uang Adalah Kapas 100%, Kecuali Untuk Pecahan: (a). Rp 100 yang terbuat dari campuran kapas 75% dan kayu 25%. (b). Rp 100.000 yang terbuat dari polymer substrate. (2). Tanda Air/Watermark : Pada kertas uang terdapat tanda air berupa gambar yang dapat dilihat bila diterawangkan kearah cahaya. (3). Benang Pengaman : Terdapat benang pengaman yang ditanamkan di tengah ketebalan kertas sehingga tampak sebagai garis melintang dari atas ke bawah. Benang pengaman ini dapat dibuat tidak memendar maupun memendar di bawah sinar ultraviolet dengan satu warna atau beberapa warna. (4). Cetak Intaglio : Merupakan cetakan timbul yang terasa kasar pada uang rupiah jika diraba. (5). Rectoverso
:
Teknik
pencetakan
suatu
ragam
bentuk
yang
menghasilkan cetakan pada bagian muka dan belakang beradu tepat dan saling mengisi jika diterawangkan kearah cahaya. (6). Optical Variable Ink : Pada uang asli, hasil cetakan uang akan megkilap (glittering) yang dapat berubah-ubah warnanya bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
xciii
(7). Huruf Mikro / Microtext : Dalam uang rupiah asli, akan terdapat pencetakan tulisan dalam ukuran mikro dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan kaca pembesar. (8). Invisible Ink : Merupakan hasil cetakan yang tidak kasat mata tetapi tampak jelas memendar jika dilihat di bawah sinar ultraviolet. (9). Multi Layer Latent Image / Metal Layer : Teknik cetak dimana dalam satu bidang cetakan terlihat lebih dari satu obyek gambar bila dilihat dari sudut pandang berbeda. (10). Color Window / Clear Window : Pada kertas uang terdapat bagian yang terbuat dari plastik transparan berwarna/tidak berwarna. 2) Handal Pada uang rupiah yang asli terdapat tanda-tanda/ciri-ciri uang yang akan lebih mudah dikenali dengan kasat mata. Sehingga meskipun tanpa alat bantu kita sudah dapat mengenali uang rupiah yang asli.
f. Tiga cara memeriksa uang rupiah 1) Dilihat a) Warna Uang terlihat terang dan jelas, Contoh : Gambar 1.9 Uang Rupiah
xciv
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
b) Terdapat BENANG PENGAMAN, yaitu bahan tertentu yang ditanam pada kertas uang dan tampak sebagai suatu garis melintang atau beranyam, berubah warna, Contoh : Gambar 1.10 Uang
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
Gambar 1.11 Uang Rupiah
xcv
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo) c) Pada uang pecahan tertentu (Rp.100.000,- yang terbit tahun 2004, Rp.50.000,- yang terbit tahun 1999, Rp.50.000,- yang terbit tahun 2005, Rp.20.000,- yang terbit tahun 2004 dan Rp.10.000,- yang terbit tahun 2005), di sudut kanan bawah terdapat Optical Variable Ink (OVI), yaitu hasil cetak mengkilap berupa lingkaran yang warnanya dapat berubah apabila dilihat dari sudut pandang tertentu, Contoh : Gambar 1.12 Uang Rupiah
OVI ( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo) 2) Diraba Pada setiap uang terdapat angka, huruf dan gambar utama dengan CETAK INTAGLIO yaitu hasil cetak berbentuk relief yang terasa kasar bila diraba, Contoh :
xcvi
Gambar 1.13 Uang Rupiah
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo) Gambar 1.14 Uang Rupiah
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
Gambar 1.15 Uang Rupiah
xcvii
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
3) Diterawang a) Pada setiap uang terdapat TANDA AIR, yaitu suatu gambar tertentu yang dibuat dengan cara menipiskan dan menebalkan serat kertas sehingga terlihat bila diterawangkan, umumnya berupa Gambar Pahlawan b) Pada setiap uang kertas terdapat RECTOVERSO, yaitu hasil cetak yang beradu tepat atau saling mengisi di muka dan belakang Contoh : Gambar 1.16 Uang Rupiah
xcviii
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
4) Ciri-ciri Baru Unsur Pengaman a) Unsur pengaman ( bagian depan) Gambar 1.17 Uang Rupiah
LATENT IMAGE
INTAGLIO
MICROTEXT LAMBANG NEGARA
RECTOVER SO OVI
BLIND CODE
VISIBLE INK
MICROTE XT xcix
WATERMARK
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
Penjelasan : (1). INTAGLIO / “cetak timbul” Angka nominal dan tulisan BANK INDONESIA terasa kasar apabila diraba, Contoh : Gambar 1.18 INTAGLIO
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo) (2). VISIBLE INK / “Tinta Warna” Gambar ornamen daerah Bali yang akan memendar hijau kekuningan di bawah sinar ultra violet, , Contoh : Gambar 1.19 VISIBLE INK
c
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
(3). RECTOVERSO / “Gambar Saling Isi” Gambar logo BI yang beradu tepat saling mengisi pada bagian depan dan belakang akan terlihat utuh apabila diterawangkan ke arah cahaya. , Contoh Gambar 1.20 RECTOVERSO
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo) (4). LATENT IMAGE / “Tulisan Tersembunyi” Tulisan BI
tersembunyi hanya dapat dilihat dari sudut pandang
tertentu. , Contoh : Gambar 1.21 LATENT IMAGE
ci
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
(5). MICRO-TEXT/ ”Mikroteks” Tulisan berukuran sangat kecil yang hanya dapat dibaca dengan menggunakan kaca pembesar. , Contoh : Gambar 1.22 MICRO-TEXT
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo) (6). MICRO-TEXT / ”Mikroteks” Tulisan berukuran sangat kecil yang hanya dapat dibaca dengan menggunakan kaca pembesar. , Contoh :
cii
Gambar 1.23 MICRO-TEXT
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
(7). LAMBANG NEGARA RI Gambar Burung Garuda,
dicetak timbul dan
diraba. , Contoh : Gambar 1.24 LAMBANG NEGARA RI
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo) (8). BLIND CODE / “Kode tunanetra”
ciii
terasa kasar apabila
Kode tertentu untuk mengenal jenis pecahan bagi tunanetra berbentuk dua segitiga. , Contoh : Gambar 1.25 BLIND CODE
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
(9). WATERMARK / “ Tanda Air” Tanda air gambar Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai akan terlihat dari kedua belah bagian uang apabila diterawangkan ke arah cahaya. , Contoh : Gambar 1.26 WATERMARK
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
civ
(10). OPTICAL VARIABLE INK (OVI)/ “Tinta Berubah Warna” Tinta OVI Logo BI akan berubah dari warna magenta menjadi hijau apabila dilihat dari sudut pandang tertentu. , Contoh : Gambar 1.27 OPTICAL VARIABLE INK (OVI)
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
b) Unsur pengaman ( bagian Belakang) Gambar 1.28 Uang Rupiah
INVISIBLE INK
MIKROTEKS
cv
RECTOVERSO
NOMOR SERI BENANG PENGAMAN ( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
Penjelasan : (1). ASYMMETRIC Serial Number/ “ Nomer Seri Yang Tidak Simetris” Runtunan huruf dan angka dengan ukuran makin membesar akan memendar di bawah sinar ultra-violet. Contoh : Gambar 1.29 ASYMMETRIC Serial Number
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo) cvi
(2). INVISIBLE INK / “ Tinta Tidak Tampak” Gambar siluet penari bali yang akan memendar hijau kekuniangan di bawah sinar ultra violet. Contoh : Gambar 1.30 INVISIBLE INK
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
(3). MICRO-TEXT / “ Mikroteks” Tulisan berukuran sangat kecil yang hanya dapat dibaca dengan menggunakan kaca pembesar. Contoh : Gambar 1.31 MICRO-TEXT
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
cvii
(4). SECURITY THREAD / “ Benang Pengaman” Garis melintang dari atas ke bawah memuat tulisan BI50000 berulangulang yang terlihat seperti dianyam, serta akan berubah warna dari magenta menjadi hijau apabila dilihat dari sudut pandang tertentu. Contoh : Gambar 1.32 SECURITY THREAD
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
(5). RECTOVERSO / “ Gambar Saling Isi” Gambar logo BI yang beradu tepat saling mengisi pada bagian depan dan belakang akan terlihat utuh apabila diterawangkan ke arah cahaya. Contoh : Gambar 1.33 RECTOVERSO
cviii
( sumber : Kantor Bank Indonesia Solo)
5. HOT-LINE , Bank Indonesia Untuk Penemuan Uang Palsu Kantor Bank Indonesia Solo , Seksi Operasional Kas Telp : (0271) 647755 ex. 209 Faksimile : (0271) 652789
BAB IV PENUTUP
Sebagai penutup dalam pembahasan tugas akir ini penulis kemukakan kesimpulan atas uraian – uraian pada bab sebelumnya dan saran – saran yang mungkin nantinya dapat digunakan oleh Kantor Bank Indonesia Solo.
A. Kesimpulan Dari uraian pada bab-bab sebelumnya maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
cix
1. Manajemen pengedaran uang yang telah dilaksanakan oleh Bank Indonesia atau Kantor Bank Indonesia Solo yang telah diatur dan direncanakan dengan baik akan mendukung lalu lintas peredaran uang yang sehat dan berjalan dengan lancar demi terwujudnya pembangunan nasional yang telah direncanakan pemerintah. 2. Klarifikasi atas uang yang diragukan yang dilakasanakan oleh Bank Indonesia / Kantor Bank Indonesia Solo sudah sesuai dengan peraturan atau kebijakan Bank Indonesia sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antara bank dan Bank Indonesia ataupun kepada masyarakat , sehingga uang yang diragukan tersebut dapat ditarik dan dimusnahkan dan selanjutnya akan digantikan dengan uang layak edar yang telah di sah kan oleh Bank Indonesia, jadi Kantor
Bank
Indonesia
Solo
berperan
dalan
mengatur
dan
mengkonfirmasikan uang yang diragukan di kota Solo kepada kantor pusat Bank Indonesia. 3. Uang rupiah yang dilaksanakan oleh Kantor Bank Indonesia Solo kepada masyarakat maupun Bank telah berjalan dengan baik, untuk menghindarkan 94 masyarakat dari tidak penipuan uang palsu yang semakin merajalela di Indonesia, penjelasan yang lengkap dan mudah diterima masyarakat umum telah diupayakan dengan baik oleh Kantor Bank Indonesia Solo
B. Saran
cx
Pada akhirnya penulis memberikan saran – saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanakan proses sosialisasi uang rupiah. 1. Proses distribusi uang rupiah yang dilakukan Bank Indonesia dan Kantor Bank Indonesia seharunya didukung dengan alat transportasi yang lengkap dan tidak meminjam dari Kantor Bank Indonesia lainnya. 2. Sebaiknya Kantor Bank Indonesia lebih sering melakukan proses sosilaisasi uang rupiah di desa/ kampung kepada sektor usaha kecil sehingga tindak penipuan uang palsu dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia.2000.Data Kantor Bank Indonesia Solo.Surakarta Warijo, Perry.2004.Bank Indonesia.Jakarta.Pusat Pendidikan Dan Kebanksentralan (PPSK).
cxi
Raharjo, Mugi.2009.Ekonomi Moneter.Surakarta.UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS PRESS). Budisantosa, Totok dan Sigit, Triandaru.2006.Bank Sentral dan Lembaga Keuangan Lainnya.Jakarta.Salemba. Sigalingin,Hotbin, Dkk.2005.Kebijakan Pengedaran Uang Di Indonesia.Jakarta.Pusat Pendidikan Dan Study Kebanksentralan (PPSK BI). A.Diulino , Eguene.1993.Uang Dan Bank.Jakarta.Erlangga www.google.com www.bankindonesia.com
cxii
cxiii