STRATEGI KOMUNIKASI BANK INDONESIA DALAM MENSOSIALISASIKAN CIRI-CIRI KEASLIAN UANG RUPIAH
KARYA ILMIAH
Oleh:
RHAZAQ ABRAHAM SATTAR 206000213
PROGRAM ILMU STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN UNIVERSITAS PARAMADINA JAKARTA, 2013
ABSTRAK Berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pembayaran, Bank Indonesia ditetapkan sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah sebagai alat pembayaran yang sah. Di dalam Bank Indonesia sendiri terdapat suatu direktorat yang bertugas untuk menangani peredaran uang, yaitu Direktorat Pengedaran Uang
(DPU).
Untuk
mengetahui
strategi
kampanye
Bank
Indonesia
dalam
mensosialisasikan ciri-ciri keaslian uang Rupiah, peneliti menggunakan kualitatif bersifat deskriptif. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara dengan key informan dan informan. Hasil penelitian memunjukkan pemanfaatkan kebudayaan asli Indonesia sebagai media sosialisasi merupakan langkah yang diambil oleh Direktorat Pengedaran Uang (DPU) Bank Indonesia dengan melihat luasnya wilayah Indonesia yang memiliki kebudayaan asli di setiap daerahnya. Dari hasil pengamatan dan penelitian yang peneliti dapatkan, penggunaan kebudayaan asli dari suatu daerah seperti wayang kulit di dalam penelitian ini terbilang cukup menarik dan efektif. Sebab, pesan-pesan di kemas dengan cara yang unik dengan memanfaatkan dialog yang dilakukan di dalam pertunjukan wayang kulit. Selain memberikan edukasi terkait ciri-ciri keaslian uang Rupiah, tujuan penggunaan media wayang kulit adalah untuk menghibur masyarakat. Saran: Penggunaan media alternatif yang dapat digunakan dalam melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah. Untuk contoh, memanfaatkan mata pelajaran ekonomi, sehingga mampu mengajarkan anak-anak untuk mengenali ciri-ciri keaslian uang Rupiah sejak dini. Kata kunci: Strategi, Kampanye, Komunikasi, Bank Indonesia Daftar Pustaka: 3 (Tiga) buku (2001 – 2005)
Pendahuluan Bank sentral mempunyai peran yang sangat strategis bagi masyarakat pada umumnya dan pembangunan ekonomi pada khususnya yang paling mendasar adalah perannya dalam mencetak dan mengedarkan uang. Bank sentral merupakan satusatunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan mata uang sebagai alat pembayaran yang sah di suatu negara. Bank Indonesia sebagai bank sentral didirikan pada tanggal 1 Juli 1953, berdasarkan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia atau Undang-Undang No. 11 Tahun 1953. Kelahiran Bank Indonesia merupakan hasil proses nasionalisasi De Javasche Bank NV, sebuah bank Belanda yang pada masa kolonial diberi tugas oleh pemerintah Belanda sebagai bank sirkulasi Hindia Belanda. Berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pembayaran, Bank Indonesia ditetapkan sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah sebagai alat pembayaran yang sah. Pelaksanaan tugas ini disokong oleh tiga pilar utama yakni: 1. Uang rupiah yang berkualitas 2. Pengedaran uang yang aman, handal dan efisien 3. Layanan kas yang prima Dalam pasal 20 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan perubahannya dalam UU Nomor 3 tahun 2004, disebutkan bahwa Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkannya dari peredaran. Peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian terkait kegiatan sosialiasasi keaslian uang Rupiah oleh Direktorat Pengedaran Uang (DPU) Bank Indonesia ini karena motif ekonomi seringkali mendorong munculnya berbagai tindak pidana yang baru dan inovatif. Misalnya munculnya kejahatan cyber crime, money laundering, uang palsu, kejahatan perbankan dan lain sebagainya. Kejahatan uang palsu merupakan salah satu jenis kejahatan yang sangat merugikan masyarakat sebagai pelaku ekonomi dan konsumen. Bentuk kejahatan ini memiliki implikasi yang sangat luas baik bagi pelaku ekonomi secara langsung maupun sistem perekonomian negara
secara nasional. Keberadaan uang palsu ditengah-tengah masyarakat akan membawa dampak dan pengaruh yang sangat besar. Masyarakat kita yang mayoritas adalah ekonomi menengah kebawah akan sangat terpengaruh dengan keberadaan uang palsu ini. Berbicara mengenai kegiatan kampanye maka peneliti mengambil contoh strategi Bank Indonesia dalam mensosialisasikan keaslian uang rupiah. Keaslian uang sangat penting untuk dipahami oleh masyarakat, sebab uang adalah alat transaksi yang digunakan sehari-hari. Apabila seseorang menerima uang palsu, tentu akan sangat dirugikan karena tidak dapat diganti oleh otoritas atau Bank Indonesia. Berkenaan dengan landasan diatas, maka pengenalan uang asli kepada masyrakat penting untuk dilakukan. Hal ini juga sejalan dengan amanat dalam UU No. 7 tahun 2011 tentang mata uang yang dikeluarkan pada tanggal 28 Juni 2011. Permasalahan Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti mengidentifikasikan masalah ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana tahapan analisis situasi yang dilakukan BI dalam melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah? 2. Bagaimana strategi Bank Indonesia dalam proses memperkenalkan ciriciri keaslian uang Rupiah? 3. Apa saja tahapan yang dilakukan Bank Indonesia dalam proses memperkenalkan ciri-ciri keaslian uang Rupiah melalui media wayang kulit? 4. Mengapa Bank Indonesia menggunakan media wayang kulit dalam mensosialisasikan ciri-ciri keaslian Rupiah?
Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif bersifat deskriptif. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus dengan teknik
pengumpulan data melalui observasi dan wawancara dengan key informan ibu Wijayanti Yuwono selaku Analis Senior di Direktorat Pengedaran Uang (DPU) Bank Indonesia yang bertugas melakukan presentasi terkait dengan sosialisasi keaslian uang Rupiah Dan juga informan, bapak Bambang Suroso selaku Analis Muda di DPU yang bertugas untuk melakukan analisa terhadap peredaran uang palsu di Indonesia. Hasil Penelitian Dalam menjalankan tugasnya terkait sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah, Direktorat Pengedaran Uang (DPU) Bank Indonesia telah menjalankan fungsi Public Relations dari sebuah organisasi, yaitu dengan melakukan fungsi Method of Communication, PR merupakan rangkaian sistem atau proses kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan, baik pimpinan, karyawan, atau staff. Dalam aplikasinya, setiap orang yang berada di dalam DPU memiliki tanggung jawab moral untuk mampu mengetahui dam mampu mensosialisasikan tentang uang asli ke dalam masyarakat. Dan dengan melakukan fungsi State of Being, PR adalah perwujudan suatu kegiatan komunikasi yang “dilembagakan” ke dalam bentuk biro, bagian divisi, atau seksi dalam sistem manajemen Public Relations yang memiliki pemimpin. Di dalam DPU sendiri terdapat sub-team yang bertugas untuk menangani metode atau sistematika proses sosialisasi uang asli. PR biasanya menggunakan beberapa tahapan dalam melakukan kampanye. Hal ini penting karena sebuah kampanye biasanya berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan juga dengan tujuan dan target sasaran yang spesifik. DPU dalam membuat kampanye ciri-ciri keaslian uang rupiah juga melakukan perencanaan kampanye. Sebagian besar tahapan tersebut sudah dituangkan dalam dokumen Rencana Kerja Direktorat Pengedaran Uang Tahun 2011. Tahapan tersebut dimulai dengan melakukan analisis situasi, DPU memilih media wayang kulit sebagai bentuk turut serta dalam melestarikan seni tradisi. Selain itu media ini juga dipilih karena sifatnya yang langsung bersentuhan dengan masyarakat luas dan cerita maupun pesan atau komunikasi yang disampaikan mudah ditangkap. Dalam setiap pertunjukan, selalu diikuti dengan kuis berhadiah yang merupakan pertanyaan-pertanyaan di seputar materi keaslian uang rupiah.
Kemudian ada pun tujuan kampanye ini adalah untuk memberikan pengetahuan mengenai uang asli dan mendidik masyarakat agar memperlakukan uang dengan baik. Sesuai dengan teori Smith, maka tujuan dari kampanye ini sebenarnya adalah pertama untuk menjalankan tugas sebagai lembaga negara yang mengurus alat pembayaran atau task management goals, kedua adalah untuk meningkatkan awareness masyarakat dan ketiga adalah untuk mengubah behaviour (perilaku) masyarakat dalam memperlakukan uang. Ketiga tujuan tersebut berusahan untuk dicapai dalam satu kampanye yakni ciri-ciri keaslian uang Rupiah. Setelah memahami apa tujuan dari kampanye ini perlu untuk mengenali publik yang menjadi sasaran kampanye. DPU dalam sosialisasi keaslian uang rupiah, yaitu menggunakan kesenian asli suatu daerah. Untuk contoh, wayang kulit di dalam masyarakat Jawa, wayang cengblong di dalam masyarakat Bali dan opera Batak di dalam masyarakat Sumatera Utara. Dengan diselipkannya pengenalan keaslian uang rupiah di dalam kesenian-kesenian daerah tersebut, diharapkan masyarakat di tiap-tiap daerah dengan mudah memahami pesan yang disampaikan. Pesan kampanye DPU yakni cara memperlakukan uang dan mengetahui ciri khas uang masuk ke dalam tahapana menjelaskan pergesaran persepsi atau dengan kata lain mencoba
mengubah persepsi
masayakat
tentang uang
asli.
Langkah ketiga,
mengindentifikasi unsur-unsur persepsi dilakukan dengan cara membuat slogan yang mudah diingat, yakni 3D (dilihat, diraba, diterawang). Adapun strategi dan taktik yang digunakan dalam kegiatan kampanye ini, adalah dengan mengadakan program yang dekat dengan kehidupan masyarakat, yakni seni tradisional. Seni wayang dipilih karena dapat dinikmati sebagai hiburan sekaligus menyelipkan informasi mengenai ciri-ciri uang. Dengan demikian, meski pesannya pengetahuan, namun dikemas dalam bentuk seni dan hiburan. Taktik yang dipilih Bank Indonesia pada saat melakukan pagelaran kesenian tradisional wayang kulit, informasi dan pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiahnya disampaikan pada saat “goro-goro ne” atau “limbukan” yaitu pada saat cerita fragmen di berikan selingan “lelucon” atau hal-hal yang sifatnya komedi misalnya akan dihadirkan punokawan seperti gareng-petruk-bagong dan semar yang berdialog secara lucu.
Skala waktu yang dilakukan oleh DPU dalam melakukan kegiatan sosialisasi ini dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Dalam setahun hanya dilakukan sebanyak delapan kali dalam kurun waktu bulan Juni hingga Desember. Hal ini dikarenakan tugas DPU tidak hanya terfokus dalam kegiatan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang Rupiah saja dan DPU juga memiliki keterbatasan dalam melakukan kegiatan sosialisasi ini adalah besarnya biaya yang dikeluarkan. Sumber daya dalam penelitian ini terbagi atas sumber daya manusia dan sumber operasional. Sumber daya manusianya sendiri yaitu perwakilan dari DPU yang terdiri atas lima orang, unsur pimpinan biasanya dua orang dan unsur persiapan teknikal sebanyak tiga orang. Sedangkan sarana prasarana terkait dengan pagelaran wayang kulit tersebut biasanya diserahkan kepada Panitia atau diserahkan kepada Persatuan Paguyuban Dalang Indonesia (PEPADI). Masuk ke dalam tahap evaluasi dan review, evaluasi biasanya dilakukan setelah penyelenggaraan berlangsung dan disampaikan kepada Bank Indonesia sesuai kesepakatan dalam SPK (Surat Perjanjian Kerja) antara BI dengan penyelenggara. Biasanya yang dievaluasi adalah hal-hal yang bersifat teknis dan yang bersifat strategis (apakah efektif atau tidak) biasanya dilakukan survey di lapangan setelah sekian bulan berlangsung biasanya satu-dua bulan. Karena evaluasi menjadi tolak ukur untuk suatu keberhasilan suatu program, DPU melakukan review atau peninjauan kembali terhadap apa saja yang sudang dilakukan secara mendalam. Kesimpulan: Bank Indonesia sebagai bank sentral negara Republik Indonesia dan satu-satunya lembaga yang memiliki wewenang dan tugas terkait mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah sebagai alat pembayaran yang sah, berkewajiban untuk melakukan tindakan preventif guna mencegah beredarnya uang palsu di Indonesia yang tentunya dapat merugikan perekonomian dan juga masyarakat. Dalam hal ini Direktorat Pengedaran Uang (DPU) Bank Indonesia nmerupakan divisi yang bertanggung jawab terkait dengan pengedaran
uang,
DPU
bertugas
untuk
melakukan
pemusnahan
uang,
dan
penanggulangan uang palsu. Salah satu cara penanggulangan uang palsu yang dilakukan oleh DPU dengan memanfaatkan kebudayaan asli Indonesia.
Pemanfaatkan kebudayaan asli Indonesia sebagai media sosialisasi merupakan langkah yang diambil oleh DPU dengan melihat luasnya wilayah Indonesia yang memiliki kebudayaan asli di setiap daerahnya. Selain itu, kebudayaan asli seperti wayang kulit tidak memiliki batasan untuk dinikmati oleh setiap kalangan yang ada di dalam masyarakat karena wayang kulit merupakan hiburan rakyat yang dapat dinikmati oleh setiap orang. Kebudayaan merupakan sesuatu yang sudah melekat di setiap suku bangsa dan harus diwariskan secara turun temurun kepada setiap generasi, maka dari itu melalui media wayang kulit.
Saran: 1. DPU sebaiknya mulai mencari media alternatif yang dapat digunakan dalam melakukan
sosialisasi
ciri-ciri
keaslian
uang
Rupiah.
Untuk
contoh,
memanfaatkan mata pelajaran ekonomi, sehingga mampu mengajarkan anak-anak untuk mengenali ciri-ciri keaslian uang Rupiah sejak dini. 2. Kembali menggalangkan program 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang), untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang Rupiah.
Daftar Pustaka Abdurachman Oemi, “Dasar-dasar Public Relation”, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001 Ardianto, Elvinaro, “Dasar-dasar Public Relations,” PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005 Ruslan, Rosady, “Kampanye Public Relations”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005