KEBIJAKAN KEPALA MADRASAH DALAM MENDUKUNG PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI MTS NU ASWAJA TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN 2017
SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh LU’LUK SUROYA NIM 11113301
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Lu’luk Suroya
NIM
: 11113301
Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya tulis saya sendiri dan bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Selain itu, saya tidak keberatan jika naskah skripsi ini dipublikasikan.
Salatiga, 15 Maret 2017 Yang menyatakan,
Lu’luk Suroya NIM 11113301
ii
MOTTO “KEBERHASILAN TIDAK AKAN DATANG TANPA USAHA”
PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk: Kedua orang tua (M.Yasin Ridho dan Tasmiyatun) yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, memberikan bimbingan dan doa yang tidak pernah henti untuk anak-anaknya. Kakak (M. Faqihuddin Lutfi) yang selalu memotivasiku. Kerabat (Pakde Dalali, Mbokde Harmini, Mas Rowi, Mas Sodiq dan Mas Rofik) yang selalu menyokongku untuk terus bersabar dan berusaha. Teman seperjuangan (Mbak Fatikhatus Sakdiyah) yang setia berbagi motivasi maupun pengalaman. Keluarga besar Pondok Pesantren Samsun Muchana Bringin yang banyak memberiku tempaan diri. Keluarga besar MTs NU Aswaja Tengaran dan Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi yang banyak memberiku pengalaman.
v
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dalam penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya kelak di Yaumul Akhir. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang diterima dari berbagai pihak, baik berupa material maupun spiritual. Dengan berakhirnya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga, 2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Salatiga. 4. Bapak Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang senantiasa membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Bapak Dr. Sa’adi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang senantiasa membimbing dan memotivasi untuk menjadi yang terbaik. 6. Seluruh Dosen dan Staf IAIN Salatiga yang telah membantu proses penyusunan Skripsi. 7. Ayah, ibu, keluarga dan teman-teman yang telah berkontribusi selama masa studi.
vi
8. Keluarga besar MTs ASWAJA Tengaran yang bersedia membantu dan berbagi informasi sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik 9. Keluarga besar Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikhandi IAIN Salatiga yang telah menjadi media menempa diri. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Skripsi ini. Harapan peulis, semoga amal baik yangtelah dibeikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 15 Maret 2017 Penulis
vii
ABSTRAK Soraya, Lu’luk. 2017. Kebijakan Kepala Madrasah dalam Mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. H. Wahyudhiana, M.M.pd. Kata Kunci: Kebijakan Kepala Madrasah dalam Mendukung Pendidikan Kepramukaan Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui kebijakan kepala madrasah dalam mendukung pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017?, (2) Apa alasan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017? Dan (3) Bagaimana hasil dari kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka peneitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Temuan ini menunjukkan bahwa ekstrakurikuler pramuka sudah ada sejak awal berdirinya MTS NU Aswaja Tengaran sebagai salah satu upaya dalam membentuk karakter peserta didik yang berakhlak mulia. Selain itu, adanya peraturan baru berupa Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan menjadi salah satu alasan adanya kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di MTs NU Aswaja Tengaran. Dengan adanya peraturan tersebut, pihak sekolah dapat menjalankan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dengan lebih baik. Setelah dilakukan analisis data penelitian, terdapat kesimpulan bahwa Kepala madrasah mendukung adanya pendidikan kepramukaan dengan cara mewajibkan ekstrakurikuler pramuka bagi semua peserta didik di MTs NU Aswaja Tengaran setiap hari sabtu jam 14.00 WIB, kecuali kelas IX semester genap. Kepala madrasah mendukung pendidikan kepramukaan karena adanya Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014, kegiatan ekstrakurikuler pramuka memiliki pengaruh positif dan terdapat keselarasan diantara pendidikan kepramukaan dan pendidikan agama Islam, yaitu memiliki peran dalam pendidikan karakter peserta didik. Hasil dari kebijakan tersebut yaitu ekstrakurikuler pramuka memiliki pengaruh terhadap pembentukan karakter yang berakhlak mulia peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di MTs NU Aswaja Tengaran dan banyak prestasi yang diperoleh dari pramuka.
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................. i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ iii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. v KATA PENGANTAR ................................................................................ vi ABSTRAK .................................................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................... ix BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Fokus Penelitian ............................................................................. 12 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 13 D. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 13 E. Penegasan Istilah ............................................................................ 14 F. Metode Penelitian ........................................................................... 16 G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 20 BAB II
KAJIAN TEORI
A. Tugas dan Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah .......................... 22 B. Gerakan Pramuka ........................................................................... 26 C. Kajian Pustaka yang Relevan ......................................................... 56 BAB III METODE PENELITIAN A.
Jenis dan Pendekatan ...................................................................... 59
B.
Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 60
C.
Teknik Analisis Data ...................................................................... 65
BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA A. Hasil Penelitian .............................................................................. 67 1. Gambaran umum Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran .......... 67 2. Gambaran umum MTs NU Aswaja Tengaran .......................... 68 3. Perolehan Data ........................................................................ 71 B. Analisis Data .................................................................................. 80
ix
1. Fakta di lapangan .................................................................... 80 2. Interpretasi data ....................................................................... 81 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 85 B. Saran ................................................................................................ 86 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 87 LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Daftar Tenaga Kepedidikan MTs NU Aswaja Tengaran ......... 69 2. Tabel 4.2 Daftar Peserta Didik MTs NU Aswaja Tengaran .................... 70
xi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I
Daftar Riwayat Hidup ..................................................
89
Lampiran II
Pedoman Wawancara ...................................................
90
Lampiran III
Salinan Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 ...............
92
Lampiran IV
Kesepakatan Bersama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan Kwartir Nasional Geraka Pramuka ............................................
96
Lampiran V
Surat Tugas pembimbing skripsi ...................................
100
Lampiran VI
Surat Izin Penelitian ....................................................
101
Lampiran VII
Surat Keterangan Penelitian ..........................................
103
Lampiran VIII
Lembar Konsultasi Skripsi ...........................................
104
Lampiran IX
Daftar Nilai SKK ........................................................
106
Lampiran X
Power Point Skripsi ....................................................
109
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hidupnya, seseorang tidak dapat lepas dari pendidikan. Pendidikan sendiri mempunyai beragam makna. Di satu sisi, pendidikan dipandang sebagai investasi atau tabungan masa depan seseorang. Di sisi lain pendidikan dipandang sebagai proses untuk menjadikan seseorang sebagai warga yang baik. Bahkan, ada juga yang menganggap pendidikan sebagai adanya penguasaan pelajaran tertentu, seperti Matematika, Bahasa Inggris dan Ilmu Pengetahuan Alam. Hal itu dikarenakan cara memberikan makna terhadap pendidikan itu sendiri antara individu satu dengan individu lainnya berbeda-beda. Salah satu pengertian pendidikan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (2005: 3) tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 1 bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran siswa agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jumali dkk (2008: 16-20) menjelaskan bahwa pemahaman mengenai pendidikan sangat penting. Sebab, selama ini di samping istilah pendidikan seringkali dibuat rancu dengan pembelajaran di sekolah, pendidikan sendiri sebagai suatu aktivitas ternyata memiliki indikator khusus yang harus dicapai, sehingga tidak sembarang kegiatan dapat dikategorikan sebagai kegiatan pendidikan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan formal yang
1
melibatkan guru, murid, kurikulum, evaluasi,
bahkan administrasi yang
memproses siswa menjadi lebih bertambah baik, baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun kepribadiannya. Proses pendidikan dapat dilakukan di mana saja, seperti di dalam lingkup keluarga, lingkup sekolah maupun di dalam lingkup masyarakat luas. Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dilakukan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan masyarakat, tidak dapat dihindari. Karena, jika pemerintah dan masyarakat tidak saling bekerja sama dan mendukung, penyelenggaraan pendidikan akan sulit untuk dilakukan. Selain itu, Kaswardi (1993: 75) menjelaskan bahwa hubungan antara sekolah dengan lingkungan masyarakat di mana siswa tersebut hidup sehari-hari tidak boleh diabaikan. Proses pendidikan nilai merupakan proses interaksi yang terus menerus antara subyek pendidikan, baik peserta didik (siswa) dengan pendidik, maupun antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Beberapa program khusus memang membantu dan perlu, dan akan lebih baik lagi jika siswa dibantu mengadakan refleksi atas pengalaman-pengalaman hidup mereka sendiri (Kaswardi, 1993: 75). Tujuan pendidikan ada beberapa macam. Seperti pendapat Kartini Kartono dalam Abd. Rohman Abdullah (2002: 41) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bermacam-macam sesuai dengan yang dikehendaki, antara lain dalam rangka menjadikan manusia utama dan bijaksana menjadi warga negara yang baik, menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, bisa hidup sejahtera dan bahagia.
2
Sebagian besar alokasi waktu Pendidikan di sekolah yang dimiliki seseorang dapat difungsikan sebagai sarana efektif dalam membentuk pribadi yang berkarakter. Jumali dkk (2008: 33-34) menjelaskan bahwa pendidikan sekolah dengan aturan ketat dan administrasi yang lengkap akan mengarahkan situasi yang sangat memungkinkan terbentuknya pribadi melalui ajaran-ajaran serta perlakuan psikologis ketika anak hidup di lingkungan lembaga pendidikan. Pendidikan karakter sekolah yang teratur dan berkelanjutan akan membuka peluang lebar dalam membentuk watak anak didik. Pemaknaan pendidikan sebagai fungsi pembentukan pribadi lebih banyak dianut oleh kalangan humanis, yaitu kalangan yang memandang pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia. Namun, kenyataan yang ada sekarang berbeda. Beberapa tahun terakhir, siswa di usia remaja tidak sedikit yang terjerumus ke arah pergaulan negatif. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal-hal negatif seperti narkoba, pergaulan bebas dan pornografi pun menjadi akrab di kalangan siswa. Misalnya, berita yang terdapat dalam koran Suara Merdeka yang mengungkapkan bahwa tindak kriminalitas oleh kawanan begal kembali merebak
dan
mencemaskan
masyarakat
kota
Semarang.
Yang
memprihatinkan, diantara pelaku berusia belasan tahun. Usia remaja yang seharusnya dimanfaatkan mengasah potensi untuk masa depan justru digunakan untuk tindak kriminal (Tajuk Rencana, 2016: 4).
3
M. Sastrapatedja berpendapat dalam Kaswardi (1993: 4-5) bahwa suatu nilai menjadi pegangan seseorang, suatu norma dan prinsip hidup seseorang. Memilih nilai secara bebas berarti bebas dari tekanan apapun baik tekanan yang
jelas maupun tekanan yang terselubung
dari orang-orang yang
dicintainya. Situasi tempat atau lingkungan, hukum dan peraturan dalam masyarakat,bisa memaksakan suatu nilai pada seseorang, yang sebenarnya tidak disukainya. Setiap orang mengalami betapa sulitnya membentuk nilai, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Seringkali situasi di mana kita bekerja, belajar maupun bergaul dalam masyarakat menuntut seseorang untuk berbuat sesuatu yang bukan menjadi keyakinannya sendiri, misal adanya kewajiban menghargai perbedaan pendapat dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan keadaan baik sosial, ekonomi, budaya, perkembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi, membawa serta perubahan-perubahan pada cara berfikir, cara menilai bahkan cara menghargai hidup, misalnya cara mengagumi dan bersyukur atas ciptaan Allah Swt. Suatu nilai seharusnya dipilih secara bebas melalui pertimbangan bermanfaat atau tidaknya nilai tersebut. Namun, di kalangan usia remaja saat ini tidak banyak yang berkeinginan untuk membuat pertimbangan tersebut. Salah satunya dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang banyak mengandung nilai positif sering dipandang dari sisi tidak baik atau negatif. Misalnya, banyak yang menganggap ekstrakurikuler pramuka sebagai kegiatan yang melelahkan bahkan menyita waktu luang untuk bermain dengan teman-temannya.
4
Pembentukan karakter siswa memang tidak mudah dilakukan. Pihak MTs NU Aswaja Tengaran mengupayakan hal tersebut dengan memperbaiki sistem pengajaran, guru dan juga siswa. Upaya tersebut dilakukan dengan cara menanamkan nilai-nilai pramuka melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Pendidikan kepramukaan dinilai mengandung banyak nilai positif yang dapat digunakan dalam pembentukan karakter. Dalam Gerakan Pramuka (2014: 17-18) disebutkan bahwa nilai kepramukaan mencakup: 1. Keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Kecintaan pada alam dan sesama manusia. 3. Kecintaan pada tanah air dan bangsa. 4. Kedisiplinan, keberanian dan kesetiaan. 5. Tolong menolong 6. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya. 7. Jernih dalam berfikir, berkata dan berbuat. 8. Hemat, cermat dan bersahaja. 9. Rajin, terampil dan gembira. 10. Patuh dan suka bermusyawarah. Pendidikan kepramukaan diselesaikan melalui syarat kecakapan umum, syarat kecakapan khusus dan syarat gerakan pramuka. Selain itu, ekstrakurikuler pramuka merupakan ekstrakurikuler wajib pada sekolah dasar dan sekolah menegah. Di sisi lain, seorang kepala sekolah/madrasah setiap hari menghadapi tantangan untuk mengelola berbagai macam tugas sementara waktunya
5
terbatas. Dalam kehidupan sehari-hari, seorang kepala madrasah dihadapkan dengan para guru, staf dan siswa dengan mempunyai latar belakang yang berbeda-beda dituntut untuk dapat bertindak bijaksana tanpa ada pihak yang merasa dianaktirikan. Stronge, Richard dan Catano (2013: 139) menyebutkan bahwa kepala sekolah/madrasah yang efektif akan memberikan kesempatan pengembangan profesional bagi para guru dan dirinya sendiri termasuk siswa dengan mempelajari bagaimana penggunaan data untuk memodifikasi pengajaran, dan untuk mengambil keputusan-keputusan sekolah lainnya, termasuk pemberlakuan ekstrakurikuler. Wahjosumidjo (1999: 341) menyebutkan bahwa tujuan utama kegiatan ekstrakurikuler disamping untuk mempertajam program kurikuler, sekaligus untuk meningkatkan nilai-nilai kepribadian, moralitas, budi pekerti luhur, kesadaran berbangsa dan bernegara para siswa. Sekolah/madrasah merupakan lembaga pendidikan formal tempat proses belajar mengajar berlangsung. Banyak hal yang terjadi di dalam sekolah, diantaranya yaitu interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi siswa dengan guru, interaksi guru dengan guru, bahkan tata administrasi baik kurikulum, keuangan maupun lainnya. Hal tersebut mempunyai pengaruh dalam pembentukan karakter siswa. Pendidikan kepramukaan merupakan pendidikan yang termasuk dalam pendidikan formal yang sering disebut ekstrakurikuler atau pendidikan yang dilaksanakan di luar jam sekolah. Pada hakikatnya, pendidikan kepramukaan merupakan suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan bagi anak yang
6
dilaksanakan di luar pendidikan keluarga dengan menggunakan prinsip dasar pendidikan kepramukaan dan metode pendidikan kepramukaan, dengan sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur (Gerakan Pramuka, 2014: 19). Dalam pendidikan kepramukaan tersebut, siswa diarahkan untuk menjadi pribadi yang aktif, disiplin dan mandiri. Kepramukaan merupakan proses kegiatan belajar bagi seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh baik dari segi fisik, intelektual,
keterampilan, atau sosial, terutama
sebagai anggota masyarakat. Kaswardi (1993: 74) menjelaskan bahwa sekolah/madrasah sebagai salah satu lembaga yang menangani pendidikan, bertugas menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan rohani seseorang, meneruskan warisan budaya dan menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai pendidikan. Di samping tugas lainnya yaitu mempersiapkan seseorang untuk penghidupan atau mata pencaharian di masa depan. Banyak hal untuk bisa meningkatkan karakter seseorang, baik itu melalui pendidikan formal, pendidikan informal maupun pendidikan nonformal. Ada beberapa sifat pendidikan, yaitu Pendidikan yang bersifat permainan, pendidikan yang bersifat pengajaran materi, maupun pendidikan yang bersifat keduanya yaitu permainan dan juga pengajaran materi. Seperti halnya pendidikan kepramukaan yang bersifat permainan dan pengajaran materi,
misalnya pembinaan watak toleransi, tanggung jawab dan
sebaagainya.
7
Pendidikan kepramukaan sangat berkaitan dengan proses peningkatan karakter seorang siswa. Hal itu dikarenakan dalam gerakan pramuka terdapat sepuluh tiang penyangga yang dijadikan pondasi atau landasan dalam menjalankan kegiatan pramuka tersebut. Kesepuluh tiang tersebut dikenal dengan istilah Dharma Pramuka yang merupakan ketentuan moral pramuka (Gerakan Pramuka, 2014: 33). Proses pendidikan kepramukaan merupakan jalur bagi individu atau seseorang dalam mengembangkan dirinya. Hal tersebut selaras dengan tujuan gerakan pramuka, yaitu untuk menjadikan seseorang menjadi pribadi yang berkarakter. Cakupan pendidikan kepramukaan sangat luas. Seperti penjelasan pada kalimat sebelumnya, bahwa pendidikan kepramukaan selain berisi permainan seperti bernyanyi bersama dan tepuk-tepuk, juga berisi pengajaran materi seperti melatih diri sendiri untuk mengerti dan memahami bagaimana cara memposisikan diri dalam lingkungan atau keadaan apapun dan di manapun. Oleh karena itu, pendidikan kepramukaan tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi sesama. MTs NU Aswaja Tengaran yang berlatarbelakang Islam tidak hanya memiiki satu atau dua macam ekstrakurikuler siswa saja, akan tetapi ada lima ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler pramuka di MTs NU Aswaja Tengaran menjadi satu-satunya ekstrakurikuler yang peminatnya paling banyak dibandingan dengan ekstrakurikuler yang lainnya. Karena,
kegiatan
kepramukaan merupakan ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh semua siswa yang ada di MTs NU Aswaja Tengaran.
8
Berdasarkan Keputusan Presiden Rebuplik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang di dalamnya memuat anggaran dasar gerakan pramuka, menjelaskan bahwa Gerakan Kapanduan Nasional yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara merupakan bagian terpadu dari gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kaum muda sebagai potensi bangsa dalam menjaga kelansungan bangsa dan negara mempunyai kewajiban melanjutkan perjuangan bersama-sama orang dewasa berdasarkan kemitraan yang bertanggung jawab (Nugraha, tt: 108 – 109). Dari keputusan tersebut dapat diketahui bahwa kaum muda, termasuk para siswa usia remaja sebagai pondasi dan potensi mempunyai kewajiban untuk memajukan bangsa dan negaranya. Dalam memajukan bangsa dan negaranya, seorang siswa dapat melakukanya melalui pembenahan karakter diri sendiri. Pembenahan karakter tersebut selain dapat dilakukan melalui pendidikan pada jam sekolah, juga dapat dilakukan di luar jam sekolah, salah satunya yaitu melalui kegiatan ekstrakurikuler. Seorang siswa yang berkarakter diharapkan mampu mewujudkan generasi sekolah, masyarakat bangsa dan negara. Dalam
kegiatan ekstrakurikuler pasti terdapat perbedaan dalam
menyikapi suatu pendapat yang terlontar. Kekeliruan pemahaman yang sering terjadi akibat dari karakter seperti toleransi atau saling menghargai pada diri seseorang yang belum terbentuk dengan baik. Toleransi terhadap sesama
9
manusia merupakan adab mulia dalam Islam, selama tidak ada sangkut pautnya dengan agama. seperti Firman Allah Swt dalam Q.S Yunus ayat 11:
“40. di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. 41. jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan." Dalam ayat tersebut dijelaskan tentang sikap dalam berbeda pendapat dengan orang lain. Saat kita meyakini kebenaran suatu pendapat yang bersifat prinsip, kita diperbolehkan untuk berbeda pendapat dan tetap menghargai pendapat orang lain. Dalam sebuah perkumpulan, sebagai
individu,
seseorang dianjurkan untuk saling toleransi atau menghargai maupun menerima pendapat orang lain. Akan tetapi, yang sering terjadi justru sebaliknya, yaitu membuat suasana perkumpulan mejadi kurang nyaman atau bahkan tidak nyaman. Berkaitan dengan penjelasan di atas, eksistensi gerakan pramuka dalam meluruskan dan membentuk karakter siswa di nilai penting oleh pihak madrasah. Sebagai seorang siswa, pastinya juga harus mentaaati peraturanperaturan yang sudah ditetapkan oleh pihak madrasah. Peraturan-peraturan
10
tersebut dibuat bertujuan untuk menumbuh kembangan seseorang ke arah yang lebih baik lagi. Peraturan dibuat untuk menahan perbuatan-perbuatan yang kurang menyenangkan atau perbuatan-perbuatan yang merugikan bagi dirinya sendiri ataupun sebuah lembaga di mana ia berada. Dengan adanya peraturan, terkadang membuat seseorang merasa jenuh atau merasa frustasi dengan keadaan yang dialami. Namun, hal tersebut tidak akan dirasakan lagi ketika seseorang tersebut sudah mampu untuk menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang ada. Kebijakan kepala madrasah merupakan suatu tindakan yang terencana dan diambil oleh pemimpin madrasah tempat proses belajar mengajar berlangsung melalui musyawarah bersama dengan guru maupun wali siswa. Kebijakan tersebut dibuat untuk mencapai suatu tujuan atau target di dalam dunia pendidikan. Salah satu peraturan yang digunakan pihak madrasah dalam menerapkan ekstrakurikuler Pramuka yaitu Permendikbud (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) nomor 63 tahun 2014 yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014 merupakan suatu keputusan yang didalamnya membahas tentang pendidikan kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sedangkan, dalam menentukan suatu kebijakan perlu mempertimbangkan segala aspek, seperti guru, siswa maupun kurikulum yang sedang berjalan. Manusia merupakan sasaran pendidikan yang bertujuan untuk menuntun manusia ke arah yang lebih baik. Tujuan pendidikan dapat
11
diwujudkan melalui pengembangan diri seseorang. Pendidikan kepramukaan sebagai salah satu pendidikan formal yang dilaksanakan di luar waktu sekolah biasa disebut ekstrakurikuler memiliki peran yang cukup penting. Kegiatan kepramukaan sebagai proses pendidikan harus merupakan kegiatan yang dapat dipertanggungjawabkan, dan dapat dinilai dari segi pendidikan dan kejiwaan (Gerakan Pramuka, 1983: 21). Berdasarkan dari uraian tersebut, terdapat upaya dari pihak madrasah dalam memperbaiki karakter siswa melalui pendidikan kepramukan. Oleh karena
itu,
penulis
“KEBIJAKAN
tertarik
KEPALA
untuk
mengajukan
MADRASAH
penelittian
DALAM
tentang
MENDUKUNG
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI MTS NU ASWAJA TENGARAN TAHUN 2017” B. Fokus Penelitian Fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup penelitian sehingga mendapatkan hasil yang sesuai. Sejalan dengan latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017? 2. Apa
alasan
kepala
madrasah
dalam
mendukung
Pendidikan
Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017? 3. Bagaimana hasil dari kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017?
12
C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan fokus penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017. 2. Untuk mengetahui alasan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017. 3. Untuk mengetahui hasil dari kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017. D. Kegunaan Penelitian Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan informasi yang bermanfaat, diantaranya yaitu: 1. Teoritis Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberi tawaran dan sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan di Indonesia dalam mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang siap untuk menghadapi tantangan zaman. Selain itu, melalui penelitian ini diharapkan dapat membentuk individu yang dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman. 2. Praktis Kegunaan penelitian secara praktis yaitu:
13
a. Bagi pihak sekolah Penelitian ini akan membantu pihak sekolah dalam mengetahui dan menemukan sebuah pola kebijakan kepala sekolah dalam menyikapi keputusan atau peraturan dari pihak pusat pemerintahan. Hal tersebut menjadi acuan dalam pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan tersebut dikemas dalam konsep pendidikan kepramukaan yang berada di dalam suatu lembaga pendidikan. b. Bagi peneliti Penelitian ini akan membantu peneliti dalam menambah wawasan keilmuan dan mengetahui pola kebijakan kepala sekolah dalam menyikapi Permendikbud Nomor 3 Tahun 2014 yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014 tentang pendidikan kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran. E. Penegasan Istilah 1. Kebijakan Kepala Madrasah Kebijakan merupakan suatu tindakan terencana untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan kepala madrasah merupakan guru yang diberikan tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah yang di dalamnya terdapat proses belajar mengajar dan interaksi antar sesama guru maupun dengan siswa. Kebijakan kepala madrasah merupakan suatu tindakan yang diambil oleh Kepala Sekolah tempat proses belajar mengajar berlangsung.
14
Kebijakan tersebut diputuskan
melalui kesepakatan bersama antara
kepala sekolah dengan tenaga pendidik yang ada disekolah tersebut. Kebijakan tersebut dibuat untuk mencapai suatu tujuan yang lebih baik di dalam dunia pendidikan. 2. Pendidikan Kepramukaan Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran siswa agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya
pengendalian
untuk
diri,
memiliki
kepribadian,
kekuatan kecerdasan,
spiritual akhlak
keagamaan, mulia
serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan kepramukaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menambah keterampilan siswa guna mendukung pendidikan karakter siswa. Dalam Setyawan (2009: 119) ditegaskan oleh Bapak Pandu Indonesia, Sri Sultan Hamengku Bowono IX dalam World Scout Conference yang ke-23 di Tokyo tahun 1970 bahwa ikut sertanya pramuka-pramuka dalam kegiatan pembangunan bangsa adalah syarat mutlak demi kelanjutan hidup kepramukaan sebagai organisasi dunia. Kita dapat tetap taat pada dasar prinsip-prinsip moral Kepramukaan, tetapi kita harus memperbaharui acara-acara kegiatan kepramukaan yang sesuai dengan generasi muda kita dan dengan kebutuhan masyarakat kita.
15
Jadi,
pendidikan
kepramukaan
Pendidikan
kepramukaan
merupakan pendidikan yang termasuk dalam pendidikan formal yang sering disebut ekstrakurikuler atau pendidikan yang dilaksanakan di luar jam sekolah dengan sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sebuah penelitian tidak dapat terlepas dari adanya pendekatan. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Dalam Soejono dan Abdurrahman (2005: 29) Nasution mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif deskriptif yaitu berupa dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan responden, dokumen dan lain-lain. Selain itu, pendekatan ini juga tidak didominasi angka sebagaimana yang ada di dalam penelitian kuantitatif. Sedangkan jenis penelitian di sini peneliti menggunakan jenis penelitian grounded theory. Untuk mempermudah dalam pengumpulan data, penggalian data dilakukan melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi. 2. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti di sini bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data secara langsung. Instrumen selain manusia dapat pula digunakan, tetapi fungsinya terbatas sebagai pendukung tugas peneliti
16
sebagai instrumen. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak diperlukan. 3. Lokasi Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di MTs NU Aswaja Tengaran yang terletak di Jl. Masjid Besar no. 32 Tengaran, Kecamatan Tengaran, Kabupeten Semarang. 4. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil Wawancara dengan pihak lembaga pendidikan yang meliputi kepala madrasah, kurikulum, kesiswaan, guru pramuka dan siswa di MTs NU Aswaja Tengaran serta studi dokumen. 5. Prosedur Pengumpulan Data Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian ini, maka digunakan prosedur pengumpulan data, yaitu: a. Wawancara Prosedur ini digunakan peneliti untuk menggali informasi yang berkaitan dengan judul penelitian secara langsung dengan sistem melalui tanya jawab. Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh pihak yang diwawancara (Fathoni, 2011: 105). Arikunto (2010: 270) mengemukakan bahwa secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara:
17
1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Hasil wawancara dengan jenis ini lebih banyak tergantung dari pewawancara.
Pewawancara
sebagai
pengemudi
jawaban
responden. Jenis wawancara ini cocok untuk penelitian kasus. 2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Dalam wawancara
penelitian tidak
ini
terstruktur.
peneliti
menggunakan
Mula-mula
peneliti
pedoman mengajuka
serangkaian pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu pertanyaan diperdalam untuk menggali keterangan lebih lanjut. b. Observasi Prosedur ini digunakan peneliti untuk melakukan pengamatan secara langsung di MTs NU Aswa Tengaran berkaitan dengan judul penelitian. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan dengan disertai pencatatanpencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran (Fathoni, 2011: 104). Menurut Suparmoko (1998: 68) observasi yaitu cara yang dilakukan peneliti hanya dengan mencatat apa yang dilihat atau disaksikan. Sedangkan menurut Arikunto (2010: 272) mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala
18
bertingkat. Oleh karena itu, prosedur ini mengharuskan peneliti untuk terjun langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Prosedur observasi sangat bermanfaat bagi peneliti. Dalam Lexy J. Moleong (1988: 175) Guba dan Lincoln mengemukakan manfaat observasi atau pengamatan yaitu observasi sebagai mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar dan kebiasaan. c. Studi Dokumentasi Prosedur ini digunakan peneliti untuk menelusuri atau mengkaji data-data literatur yang berkaitan dengan judul penelitian. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, trankrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). 6. Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, ketika di lapangan dan setelah memasuki lapangan. Namun, dalam penelitian kualitatif lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Peneliti melakukan analisis data awal yang diperoleh untuk menentukan fokus penelitian yang bersifat sementara. Analisis data dilakukan kembali setelah mendapatkan data tambahan dari berbagai sumber untuk membuat kesimpulan.
19
7. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data penting untuk dilakukan oleh peneliti. Pengecekan tersebut dilakukan ketika mendapatkan data awal dan setiap mendapatkan data tambahan. 8. Tahap-Tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian ini dimulai dari proses mencari data dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh kemudian dikelompokkan dan disusun secara sistematis. G. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui sistematika penulisan dalam penyusunan penelitian ini, maka peneliti menyusunnya seperti sistematika berikut: BAB I
merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, fokus penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
merupakan bab kajian teori yang terdiri atas tugas dan kompetensi kepala sekolah dan Gerakan Pramuka.
BAB III merupakan bab metode penelitian yang terdiri jenis dan pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan dalam menggali data tentang MTs NU Aswaja Tengaran, konsep pembelajaran kepramukaan dan kebijakan kepala madrasah dalam mendukung pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran.
20
BAB IV merupakan bab hasil dan analisis data penelitian mengenai kebijakan kepala madrasah dalam
mendukung pendidikan
Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran. BAB V
merupakan bab penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran.
21
BAB II KAJIAN TEORI Sebuah penelitian tidak mungkin dapat dilepaskan dari penjabaran atau penjelasan tentang teori yang dipakai untuk menguatkan penelitian itu sendiri dan menghormati peneli-peneliti sebelumnya. Dalam hal ini, peneliti akan menjelaskan tentang kajian teori yang digunakan dalam penelitian, baik itu yang berupa hasil dari pemikiran para ahli, kajian penelitian-penelitian yang sebelumnya, maupun kesimpulan kajian oleh peneliti sendiri. A. Tugas dan Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah 1. Pengertian Kepala sekolah berasal dari dua kata, yaitu “kepala” dan “sekolah”. Kepala dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran (Wahjosumidjo, 1999: 83). Dengan demikian kepala sekolah/madrasah dapat didefinisikan sebagai seorang guru yang mendapatkan tugas tambahan
untuk
memimpin suatu sekolah, tempat di mana proses belajar mengajar diselenggarakan atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dengan siswa yang menerima pelajaran. Menurut Maya H (2012: 258-259) ada beberapa kemampuan yang penting untuk dimiliki kepala madrasah, yaitu: a. Memikul tanggung jawab yang besar.
22
b. Menerapkan keterampilan-keterampilan yangbersifat konseptual dan manusiawi. c. Memotivasi para guru dan stafnya untuk bekerjasama secara sukarela dalam mencapai tujuan madrasah. d. Memahami dampak dari perubahan sosial, ekonomi, politik dan pendidikan di lingkungan sekolah. 2. Tugas kepala sekolah Seorang pemimpin seperti kepala sekolah tentu memiliki tugas. Pidarta (2011: 1-4) menjelaskan tugas kepala sekolah sebagai berikut: a. Sebagai
manajer,
yaitu
merencanakan,
mengorganisasikan,
menggerakkan dan mengendalikan sekolahnya. b. Sebagai administrator, yaitu kepala sekolah bertugas mengawasi jalannya sistem pengajaran, kesiswaan, keuangan, hubungan dengan masyarakat serta sarana dan prasarana sekolahnya. c. Sebagai motor hubungan sekolah dengan masyarakat, karena kepala sekolah yang paling berkepentingan dan paling tahu masalah-masalah yang dihadapi oleh sekolah, sehingga bertugas memaksimal kerjasama antara sekolah dengan masyarakat. d. Sebagai pemimin,
yaitu kepala sekolah bertugas memimpin
sekolahnya. e. Sebagai supervisor, yaitu kepala sekolah bertugas membina para guru agar menjadi pendidik yang berkualitas.
23
3. Kompetensi kepala sekolah Maya H (2012: 259-260) menuliskan di dalam bukunya bahwa Diknas merinci Undang Undang Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, yaitu sebagai berikut: a. Menciptakan
inovasi
yang
berguna
bagi
pengembangan
sekolah/madrasah. b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif. c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pimpinan sekolah/madrasah. d. Pantang menyerah dan selalu mmencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah. e. Memilikinaluri
kewirausahaan
dalam
megelola
kegiatan
produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik. 4. Fungsi kepala sekolah Kepala sekolah berfungsi sebagai penanggung jawab tercapainya tujuan pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Wahjosumidjo (1999: 433-445) menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan kepala sekolah berhasil memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan sekolah dikarenakan faktor kekuatan atau potensi yang berupa:
24
a. Kewibawaan (power) Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan atau pengaruh yang dimiliki oleh kepala sekolah. Kewibawaan kepala sekolah dapat mempengaruhi orang lain, bahkan menggerakkan dan memberdayakan sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sekolah. b. Sifat-sifat dan keterampilan Sifat-sifat atau kualitas pribadi kepala sekolah dapat tercermin dari aspek-aspek fisik dan psikis. Ciri-ciri fisik meliputi tinggi badan, penampilan dan tingkat energi. Sedangkan psikis atau kepribadiannya meliputi harga diri, pengaruh dan kemantapan emosi. Selanjutnya keterampilan meliputi kecerdasan, kelancaran berbicara, keaslian dan wawasan kemasyarakatan. c. Perilaku (behaviour) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para pakar, melalui analisis aktual kepemimpinan, memberikan kesimpulan bahwa tingkah laku atau perilaku yang dilakukan oleh para pemimpin dalam memberdayakan sumber daya suatu organisasi lebih dekat hubungannya dengan proses kepemimpinan. Tentunya perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang diharapkan adalah kepemimpinan kepala sekolah yang mampu menyeimbangkan antara tugas, hubungan kerjasama dan hasil.
25
d. Fleksibilitas Fleksibilitas merupakan tingkat kelenturan kepemimpinan seorang kepala sekolah yang di dalamnya berkumpul atau bekerjasama antar SDM (Sumber Daya Manusia), sehingga SDM yang terdiri dari guru, laboran, pustakawan, tenaga administratif dan para siswa, tujuan organisasi, sarana dan fasilitas, prosedur dan tata kerja, waktu, tempat dan sebagainya dapat diberdayagunakan dalam mencapai tujuan sekolah. B. Gerakan Pramuka 1. Pengertian Sarkonah (2012: 3) menjelaskan bahwa nama pramuka berasal dari bahasa sangskerta. Sebenarnya, pramuka berasal dari kata praja, artinya warga, rakyat dalam suatu negara dan kata moeda, artinya mereka yang berjiwa muda apabila dilihat dari segi usia (7 hingga 25 tahun), serta kata karana, artinya kesanggupan, kemampuan dan keuletan dalam berkarya. Sementara itu, kegiatan kepramukaan merupaka suatu sistem pendidikan kepanduan
yang
disesuaikan dengan keadaan,
kepentingan dan
perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia. Gerakan Pramuka (2014: 16-17) menyebutkan bahwa Organisasi Gerakan Pramuka yaitu Gerakan Praja Muda Karana yang berfungsi sebagai wadah pendidikan nonformal di luar sekolah dan di luar kelurga dalam pembinaan dan pegembangan kaum muda dilandasi Sistem Among, Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan.
26
Kepramukaan merupakan suatu kegiatan yang
melengkapi
pendidikan dilingkungan sekolah dan lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode pendidikan kepramukaan dengan sasaran akhirnya yaitu pembentukan watak, akhak dan budi pekerti. Pendidikan kepramukaan sebagai proses pendidikan sepanjang hayat menggunakan tata cara kreatif dan edukatif dalam mencapai sasaran dan tujuannya (Gerakan Pramuka, 2014: 19). Melalui
kegiatan
yang
menarik,
menyenangkan,
tidak
menjemukan, penuh tantangan, serta sesuai dengan bakat dan minatnya, diharapkan kemantapan mental, fisik, pengetahuan, keterampilan, pengaaman, rasa sosial, spiritual dan emosional seseorang dapat berkembang dengan baik dan terarah. Kegiatan pendidikan kepramukaan merupakan kegiatan di alam terbuka yang mengandung dua nilai pokok, yaitu nilai formal dan nilai materil. Nilai formal atau nilai pendidikan yaitu pembentukan watak, sedangkan nilai materi yaitu nilai kegunaan praktisnya (Gerakan Pramuka, 2014: 19-20). Dari pengertian tersebut, organisasi pramuka dianggap cocok untuk dijadikan sebagai salah satu tempat pembinaan karakter siswa. Melalui kegiatan pramuka, diharapkan karakter siswa dapat dibina ke arah yang lebih baik.
27
2. Sejarah Pramuka Dunia Sarkonah (2012: 8-10) menuliskan di dalam bukunya yang berjudul Panduan Pramuka (Penggalang) bahwa Baden powell termasuk salah seorang yang paling berperan dalam pendidikan kepramukan di dunia. Awal terbentuknya organisasi kepramukaan karena kerja keras dan perjuangannya. Ia juga menjadi inspirator bagi gerakan kepramukaan di Inggris. Robert Stephenson Smyth atau lebih dikenal dengan nama Lord Baden Powell lahir pada 22 Februari 1857 di London, Inggris. Ayahnya bernama Baden Powell seorang profesor Geometri di Universitas Oxford. Beliau menikah dengan Olive St Clair Soames dan dianugerahi tiga orang anak.beliaumennggal pada 08 Januari 1941 di Nyeri, Kenya, Afrika. Baden Powell termasuk
orang yang disenangi oleh teman-
temannya karena ia sealu gembira, cerdas, suka bermain musik, bersandiwara, mengarang dan menggambar. Semua pengalaman hidupnya itu ditulis dalam sebuah buku yag berjudul, “Aids to Scouting”. Sebenarnya buku ini berisi tentang petunjuk kepada tentara muda Inggris agar dapat melakukan penyelidika dengan baik. Buku ini sangat menarik bukan hanya bagi para pemuda, bahkan juga orang dewasa. Akhirnya pada 5 Juli 1907, sebanyak 21 orang pemuda Boys Brigade dari berbagai wilayah di Inggris dilatih dan diajak berkemah d Pulau Brown Sea selma 8 hari.
28
Pada tahun 1908, Baden Powell menulis pengalamannya dalam sebuah buku yang berjudul, “Scouting For Boys”. Buku ini disusun sebagai bahan materi pada latihan kepramukaan yang dirintisnya. Pada muanya atihan ini hanya ditujukan kepada anak laki-laki usia penggalang yang disebut Boys Scout. Namun, tahun 1912 atas bantuan Agnes (adik perempuannya), didirikanlah organisasi kepramukaan putri, yang diberi nama Girl Guides. Kemudian, orgnisasi ini dilanjutkan oleh isteri beliau, Nyonya Baden Powell. Pada tahun 1916, berdiri kelompok pramuka usia siaga yang disebut CUB (Anak Srigala) dengan buku berjudul, “The Jungle Book”. Buku ini berisi tentang cerita Mowgli anak didikan rimba (anak yang dipelihara di hutan oleh induk srigala) karangan Rudyard Kipling sebagai cerita pembungkus kegiatan CUB tersebut. Pada tahun 1918 beliau membentuk Rover Scout (Pramuka usia penegak) bagi mereka yang telah berusia 17 tahun. Pada tahun 1920, diselenggarakan Jambore sedunia yang pertama di arena Olympia Hall, London. Baden Powell mengundang anggota pramuka dari 27 negara dan pada saat itu Baden Powell diangkat sebagai bapak pandu sedunia (Chief scout of the world). Selanjutnya, pada tahun 1922 menerbitkan buku yang berjudul, “Rovering to Succes” (mengembara menuju bahagia). Buku ini berisi tentang petunjuk bagi pramuka penegak dalam menghadapi kehidupan. Pada tahun 1920 dibentuk Dewan Internasional dengan sembilan orang anggota dan biro sekretariatnya di London, Inggris. Pada tahun
29
1958 Biro Kepramukaan sedunia dipindahkan dari London ke Ottawa, Kanada. Kemudian pada tanggal 1 mei 1968, Biro Kepramukaan sedunia tersebut dipindahkan lagi ke Genewa, Swiss. Sejak tahun 1920 sampai tahun 1965, kepala Biro Keramukaan sedunia dipegang berturut-turut oleh Hubert Martin (Inggris), Kolonel J.S. Wilson (Inggris), Mayjen D.C. Spry (Kanada). Pada tahun 1965, D.C. Spry di ganti oleh R.T. Lund dan sejak tanggal 1 Mei 1968 sampai sekarang sekjen pramuka dipegang oleh DR. Lasza Nagy. 3. Sejarah Pramuka Indonesia Pendidikan kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan nasional yang penting karena merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Mengutip dari buku yang ditulis oleh Sarkonah (2012: 10-11) bahwa gagasan Baden Powell yang cemerlang dan menarik tetang gerakan pramuka itu ahirnya menyebar ke berbagai negara termasuk Netherland atau Belanda dengan nama Padvinder. Oleh orang Belanda gagasan itu dibawa ke Indonesia dan didirikan organisasi di Indonesia dengan nama NIPV (Netherland Indische Padvinders Vereeninging atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia-Belanda) pada tahun 1916. Organisasi ini dikhususkan untuk pemuda-pemuda Belanda. Indonesia dilarang untuk mengikutinya, karena Belanda merasa takut organisasi
ini
menjadi
wadah
penampungan
aspirasi
terhadap
kemerdekaan tanah air Indonesia. Oleh pemimpin-pemimpin gerakan
30
nasional di bentuk organisasi kepanduan yang bertujuan membentuk kader pergerakan nasional. Dengan adanya larangan pemerintah Hindia-Belanda menggunakan istilah Padvindery maka K.H. Agus Salim menggunakan nama Pandu atau Kepanduan. Dengan meningkatkan kesadaran Nasional setelah Sumpah Pemuda, maka pada tahun 1930 organisasi kepanduan seperti PK (Pandu Kesultanan), PPS (Pandu Pemuda Sumatra) bergabung menjadi KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Kemudian pada tahun 1931, terbentuklah PAPI (Persatuan Antar Pandu Indonesia)
yang berubah menjadi BPPKI (Badan Pusat
Persaudaraan Kepanduan Indonesia). Pada waktu pendudukan Jepang, kepanduan di Indonesia dilarang sehingga tokoh Pandu banyak yang masuk Keibodan, Seinedan dan PETA. Kemudian pada tanggal 28 Desember 1945 Kepanduan Indonesia terpecah menjadi 100 organisasi kepanduan yang terhimpun dalam tiga federasi organisasi, yaitu IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia) berdiri tanggal 13 Desember 1951, POPPINDO (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) berdiri pada tahun 1954 dan PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia). Kelemahan gerakan Kepanduan Indonesia dimanfaatkan oleh pihak komunis agar menjadi gerakan Pioner Muda seperti yang terdapat di negara
komunis.
Namun,
kekuatan
Pancasila
dalam
Perkindo
menentangnya dan dengan bantuan Perdana Menteri Ir. Juanda maka perjuagan tersebut mengasilkan Keppres No. 238 tahun 1961 tentang
31
Gerakan Pramuka yang pada tanggal 20 Mei 1961 ditandatangani oleh Pjs Presiden RI yaitu Ir. Juanda. Di dalam Keppres ini gerakan pramuka oleh pemerintah ditetapkan sebagai satu-satunya badan di wiayah Indonesia yang
diperkenankan
menyelenggarakan
pendidikan
kepramukaan
sehingga organisasi lain yang menyerupai dan sama sifatnya dengan gerakan pramuka dilarang keberadaanya. Kemudian tanggal 05 April 1961 terbit lagi Keputusan Presiden RI No. 112 Tahun 1961 tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada 09 Maret 1961. Selanjutnya, Sarkonah (2012: 11-12) menyatakan bahwa kelahiran Gerakan Pramuka di Indonesia di tandai dengan segenap peristiwa yang saling berhubungan, antara lain sebagai berikut: a. Pada
09
Maret
1961
di
istana
negara,
diadakan
pidato
presiden/mandataris MPRS diharapkan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi perpanduan di Indonesia. Peristiwa ini disebut sebagai hari Tunas Gerakan Pramuka. b. Diterbitkannya Keputusan Presiden No. 238 Tahun 1961, pada tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan gerakan pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para
32
pengelola gerakan pramuka dalam mnjalankan tugasnya. Peristiwa ini disebut sebagai hari Pemula Tahun Kerja. c. Pada taggal 30 Jui 1961, di Istora Senayan Jakarta, diadakan pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan Ikhlas meleburkan diri ke dalam organiasi gerakan pramuka. Peristiwa ini disebut sebagai hari Ikrar Gerakan Pramuka. d. Pada tanggal 14 Agusts 1961, di Istana negara dilakukan pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari yang diikuti oleh para anggota pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan peganugerahan Panji-Panji Gerakan Parmuka. Peristiwa ini sebagai Hari Pramuka. Dalam pidato presiden pada tanggal 09 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan proklamasi kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh mayarakat. Untuk itu, Keppres RI No. 238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya, yaitu para pengurus dan anggota pramuka itu sendiri. Menurut Anggran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (Mapinas) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian (Sarkonah, 2012: 12). Pada taggal 14 Agustus 1961, secara resmi Gerakan Pramuka diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia. Perkenalan ini bukan hanya dilakukan di Jakarta saja, akan tetapi di kota besar seluruh Indonesia. Di Jakarta sendiri sekitar 10.000 anggota gerakan pramuka
33
mengadakan apel besar yang diikuti dengan pawai di depan Presiden dan berkeliling Jakarta. Selanjutnya, setiap tanggal 14 Agustus dan setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Gerakan Pramuka (Sarkonah, 2012: 13). 4. Motto Gerakan Pramuka Motto
gerakan
pramuka
di
Indonesia
adalah
“Satyaku
Kudharmakan, Dharmaku Kubaktikan”. Sarkonah (2012: 5) menjelaskan bahwa Motto gerakan pramuka tersebut mengandung arti sebagai berikut: a. Menanamkan rasa percaya diri. b. Menambah semangat pengabdian kepada masyarakat. c. Memiliki rasa bangga terhadap pramuka. d. Memiliki budaya kerja yang dilandasi dengan suatu pengabdian. e. Siap mengamalkan Tri Satya dan Dasa Dharma. Oleh karena itu, anggota pramuka diharapkan mampu untuk menerapkan motto gerakan pramuka, Sehingga tujuan dari gerakan pramuka dapat tercapai. 5. Kode Kehormatan Pramuka Kode etik gerakan pramuka adalah suatu kode kehormatan di mana kita mengakui adanya Tuhan yang Maha Esa, Negara Kesatun Republik Indonesia, dan Pancasila sebagai lambang negara. Setelah itu, kode etik tersebut harus diamalkan untuk menolong sesama manusia yang dibuktikan dengan membangun bersama-sama masyarakat. Kode ini ditanamkan untuk mengakui, menerima secara sukarela serta mampu
34
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (Sarkonah 2012: 33-34). Kode kehormatan gerakan pramuka, yaitu sebagai berikut: a. Tri Satya (Satya Pramuka) Tri berarti tiga dan satya berarti janji. Tri satya dapat diartikan sebagai tiga janji yang harus dilakukan oleh setiap anggota pramuka dalam kehidupan sehari-hari. Sarkonah (2012: 33) menuliskan di dalam bukunya yang berjudul Panduan Pramuka (Penggalang) bahwa isi dari Tri Satya, adalah sebagai berikut: Tri Satya Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh: 1) Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila. 2) Menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri membangun masyarakat. 3) Menepati Dasa Dharma. b. Dasa Dharma (Dharma Pramuka) Dasa berarti sepuluh, sedangkan dharma berarti bakti. Dasa dhrma dapat diartikan sebagai sepuluh kebaktian yang harus diamalkan bagi setiap anggota pramuka dalam kehidupan sehari-hari (Sarkonah, 2012: 34). Setyawan (2009: 165) menjelaskan bahwa dasa dharma pramuka adalah ketentuan moral untuk setiap anggota Gerakan Pramuka sehingga merupakan suatu tuntunan sikap dan laku
35
yang berisi nilai-nilai yang harus menjadi tolak ukur manusia. Dasa dharma setiap tingkatan adalah sama, yaitu terdiri dari: 1) Taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa Pada hakikatnya taqwa merupakan usaha seseorang yang sangat utama dalam pekembangan hidupnya. Pengertian taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa tidak dapat dipisahkan dari pengertian moral, budi pekerti dan akhlak. Moral, budi pekerti dan akhlak adalah sikap yang digerakkan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan manusia terhadap Tuhan, terhadap sesama manusia, sesama makhluk dan terhadap diri sendiri (Setyawan, 2009: 169-170). Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Al-Baqarah ayat 233:
..... “......Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” Memperdalam dan memperkuat iman seorang siswa kepada Tuhan tidak cukup hanya melalui pengejaran lisan maupun tertulis saja. Namun, harus ada wujud nyata dalam tingkah laku kehidupannya. Setyawan (2009: 172-173) menjelaskan bahwa dalam mengembangkan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa dapat dilaksanakan dalam segala kegiatan kepramukaan, mulai dari permainan sampai bekerjasama dan hidup bersama. Contoh
36
untuk menambah keimanan siswa daam pendidikan kepramukaan yaitu: a) Menanamkan sifat jujur, patuh, setia dan tabah. b) Menuntun siswa untuk melaksanakan ibadah. c) Menghormati orang lain d) Menyelenggarakan peringatan hari besar agama e) Menyelenggarakan ceramah keagamaan. Jika siswa sudah terbiasa demikian, maka akan berkembang menjadi pribadi yang baik, berbudi luhur serta akan berguna bagi sesama, masyarakat, bangsa dan negaranya. Semua itu tidak lain didasarkan pada ketaqwaannya kepada Tuhan. 2) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia Seorang pramuka wajar dan pantas secara alamiah melimpahkan cinta kepada alam sekitarnya (benda alam, satwa dan tumbuh-tumbuhan), kasih sayang sesama manusia dan sesama hidup serta menjaga kelestariannya (Setyawan, 2009: 174). Dalam hal ini, perlu dibangun watak utama seperti tidak mementingkan diri sendiri, menghargai orang lainmeskipun tidak sebangsa dan seagama. Rasa cinta dan kasih sayang tersebut diharapkan dapat menggugah rasa dekat dengan Tuhan. Seperti firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 22:
37
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui.” Ayat di atas menjelaskan tentang karunia yang sangat besar yan diberikan oleh Allah Swt kepada kita. Untuk itu kita harus selalu bersyukur kepada-Nya. Setiap anggota pramuka harus memiliki watak kepribadian luhur serta memiliki sifat penyayang. Dharma ini dapat diwujudkan melalui: a) Bakti masyarakat, seperti menanam pohon,
membantu
menangani bencana dan sebagainya. b) Menyayangi sesama ciptaan Allah Swt. 3) Patriot yang sopan dan ksatria Setyawan (2011: 176-177) menjelaskan bahwa seorang pramuka adalah putra yag baik berbakti, setia, siap siaga membela tanah airnya, sopan, berani dan jujur. Seorang pramuka yang mematuhi dharma ini, bersama-sama satu sikap mempertahankan tanah airnya, menjunjung tinggi martabat bangsanya. Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Ali Imran ayat 14: 38
“dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” Alangkah lebih sopan bila kita menjadi orang yang jujur tapi lebih jujur lagi bila kita menjadi orang yang sopan Dalam
kehidupan
sehari-hari
maupun
dalam
pendidikan
kepramukaan dapat diterapkan dengan cara: a) Memahami
dan
mengamalkan
lambang
negara,
lagu
kebangsaan dan nilai-nilai luhur bangsa. b) Mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. c) Membiasakan
diri
berani
mengakui
kesalahan
dan
membenarkan yang benar. 4) Patuh dan suka bermusyawarah Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 768, 837) disebutkan bahwa musyawarah adalah pembahasan bersama dengan maksud membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah sedangkan patuh adalah suka menaati sesuatu yang telah disepakati. Orang yan suka berusyawarah terhindar dari sikap
39
yang otoriter dan semau sendiri. Dalam setiap gerak dan tindakan yang menyangkut orang lain, seorang demokrat berbincang dengan orang lain baik dengan orang-orang yang terikat dalam pekerjaan atau dalam bentuk-bentuk organisasi. Seperti firman Allah dalam Q.S Ali Imran ayat 132:
“dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat.” Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa sebagai ciptaanNya, kita harus patuh (taat) kepada-Nya. Patuh berarti bersedia dan siap menjalankan sesuatu yang sudah ditetapkan, terlebih dalam
hal
musyawarah
(diskusi
bersama
untuk
saling
menghormati pendapat orang lain). Dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pendidikan kepramukaan dapat diterapkan dengan cara: a) Membiasakan diri untuk berjanji mematuhi peraturanperaturan yang ada. b) Belajar mendengar pendapat orang, menghargai gagasan orang lain. c) Membiasakan
diri
untuk
bermusyawarah
sebelum
melaksanakan suatu kegiatan (misalnya akan berkemah, widyawisata dan lain-lain).
40
5) Rela menolong dan tabah Rela menolong berarti melakukan perbuatan baik untuk kepentingan orang lain yang kurang mampu, sedangkan tabah atau ulet adalah suatu sikap jiwa tahan uji, artinya meskipun seseorang mengetahui bahwa menjalankan tugasnya akan menghadapi kesulitan tetapi ia tidak mundur dan tidak ragu untuk melakukannya (Setyawan, 2009: 178-179). Seperti firman Allah dalam Q.S Al-Maidah ayat 2:
.....
“.....dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” Melalui ayat tersebut, Allah Swt menganjurkan umat manusia, termasuk anggota pramuka untuk menolong orang yang mmbutuhkan pertolongan dan membiasakan diri untuk mengatasi segala masalah dalam kehidupannya. 6) Rajin, terampil dan gembira Sarkonah (2012: 40-41) menjelaskan bahwa rajin yaitu berusaha
dengan tekun,
tertib
mengembangkan diri dan
melaksanakan tugas tanpa merasa terbebani. Terampil artinya setiap anggota pramuka diharapkan mampu berdiri sendiri da tidak
41
selalu mengharapkan pertolongan orang lain. Selain itu, setiap anggota pramuka harus mampu mengerjakan suatu tugas dengan cepat dan tepat dengan hasil yang baik. Gembira artinya setiap anggota pramuka harus selalu menjaankan kehidupan yag lebih baik. selain itu, anggota pramuka harus bisa mengatasi segala kesulitan, rintangan dan hambatan agar cita-cita dapat terwujud. Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Fushillah ayat 30:
”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu." Dalam kehidupan sehari-hari dapat, dharma ini dapat diterapkan dengan cara: a) Membiasakan dengan menyusun jadwal kegiatan sehari-hari. b) Membuat hasta karya sendiri. c) Meminta tuntunan dari orang yang lebih berpengalaman.
42
7) Hemat, cermat dan bersahaja Selanjutnya, Setyawan (2009: 181-184) menjelaskan bahwa hemat bukan berarti “kikir”, tetapi lebih terarah pada dapatnya seorang pramuka melakukan dan menggunakan suatu secara tepat menurut kegunaannya. Cermat lebih berarti “teliti”. Sikap laku seorang pramuka harus senantiasa teliti baik terhadap dirinya sendiri (intropeksi) maupun yang datangnya dari luar dirinya sehingga ia senantiasa waspada. Bersahaja lebih berarti sederhana. Ia harus dapat menyerasikan antara keinginan dan kemampuan. Bersahaja juga dapat berarti keberanian untuk menyatakan sesuatu yang sebenarnya. Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Al-Hujurat ayat 6:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” Dalam kehidupan sehari-hari dharma ini dapat diterapkan dengan cara: a) Tidak ceroboh. b) Membiasakan untuk menabung.
43
c) Bekerja berdasarkan manfaat dan rencana. 8) Disiplin, berani dan setia Disiplin berarti patuh dan mengikuti aturan atau norma yang ada, sedangkan berani merupakan suatu sikap mental untuk bersedia menghadapi segala sesuatu masalah dan tantangan yang dihdapi. Adapun setia berarti tetap pada suatu aturan atau norma Sarkonah (2012: 42). Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Al-„Asyr ayat 1-3:
“1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa seseorang, termasuk
anggota
pramuka
harus
berbuat
berdasarkan
pertimbangan dan nilai sesuai dengan hati. Dalam kehidupan sehari-hari dharma ini dapat diterapkan dengan cara: a) Berusaha untuk mengendalikan dan mengatur diri sendiri (self dicipline). b) Belajar untuk menilai kenyataan bukti dan kebenaran suatu keterangan (informasi). c) Patuh dengan pertimbangan dan keyakinan.
44
9) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya Pramuka itu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang diperbuat baik atas perintah maupun tidak, terutama secara pribadi bertanggung jawab terhadap Tuhan yang Maha Esa, negara, bangsa, masyarakat dan keluarga. Sedangkan yang dimaksud dengan dipercaya adalah pramuka dapat
dipercaya,
baik
perkataannya maupun perbuatannya. Seperti firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 283:
“ jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Dalam kehidupan sehari-hari dharma ini dapat diterapkan dengan cara: 45
a) Segala sesuatu yang diperintahkan kepadnya, dilakukan dengan penuh tanggung jawab. b) Selalu menepati waktu yang sudah ditentukan. 10) Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan Lebih jauh, Setyawan (2009: 186-188) menjelaskan bahwa suci dalam pikiran berarti pramuka tersebut selalu meihat da memikirkan sesuatu itu pada segi baiknya atau ada hikmahnya dan tidak terlintas sama sekali pemikiran ke arah yag tidak baik. Suci dalam perkataan, setiap apa yang telah dikatakan itu benar, jujur serta dapat dipercaya dengan tidak menyinggung perasaan orang lain. Suci dalam perbuatan maka pramuka itu harus sanggup dan mampu berbuat yang baik dan benar untuk kepentingan negara, bangsa, agama dan keluarga. Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Al-Hujurat ayat 12:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan 46
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” Dengan selalu melakukan pikiran, perkataan dan perbuatan yang suci akan menimbulkan pengertian dan kesadaran menurut siratan jiwa pramuka. Dalam kehidupan sehari-hari dharma ini dapat diterapkan dengan cara: a) Tidak berprasangka dan tidak boleh mempunyai sikap-sikap yang tercela dan selalu menghargai pemikiran-pemikiran orang lain. b) Menjadi contoh pribadi dalam segala tingkah lakunya dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan jelek yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. c) Satu dalam kata dan perbuatannya. 6. Landasan Hukum Gerakan Pramuka Sarkonah (2012: 5) menyebutkan bahwa landasan hukum gerakan pramuka berdasarkan keputusan berikut: a. Keputusan Presiden RI No. 238 Tahun 161 tentang Gerakan Pramuka yang ditetapkan pada 20 Mei 1961. b. Keputusan Ketua Kwartir Nasional No. 11/Munas/2013 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. c. Undang-undang nomor 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.
47
7. Asas, Fungsi dan Tujuan Gerakan Pramuka a. Asas Gerakan Pramuka Dalam undang-undang nomor 12 tahun 2010 pasal 2 (2010: 4) disebutkan bahwa Gerakan Pramuka berasaskan Pancasila. Sarkonah (2011: 5) menjelaskan bahwa gerakan pramuka berusaha agar mampu menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. b. Fungsi Gerakan Pramuka Dalam undang-undang nomor 12 tahun 2010 pasal 2 (2010: 4) disebutkan bahwa gerakan pramuka berfungsi sebagai wadah untuk mencapai tujuan gerakan pramuka melalui: 1) Pendidikan dan Pelatihan pramuka; 2) Pengembangan pramuka; 3) Pengabdian masyarakat dan orang tua; dan 4) Permainan yang berorientasi pada pendidikan. Dengan demikian, gerakan pramuka mempunyai fungsi sebagai wadah lembaga pendidikan nonformal, yaitu pendidikan luar sekolah dan pendidikan luar keluarga. Namun, gerakan pramuka melengkapi keduanya
dengan
menggunakan
prinsip
dasar
dan
metode
kepramukaan yang peaksanaannya silakukan sesuai dengan keadaan, perkembangan zaman dan kepentingan masyarakat Indonesia. c. Tujuan Gerakan Pramuka Dalam undang-Undang Nomor 20 Tahun 2010 Pasal 4 (2010: 4) disebutkan bahwa gerakan pramuka bertujuan untuk membentuk
48
setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berjiwa patrolik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila serta melestarikan lingkungan hidup. Oleh karena itu, dalam mewujudkan tujuan tersebut sebagai anggota pramuka diharapkan mampu membuktikannya melalui sikap dan tindakannya. Selain itu, dapat dilakukan dengan berupaya untuk mengetahui lebih dalam tentang gerakan pramuka Indonesia. 8. Prinsip Dasar Kepramukaan Gerakan Pramuka Kwartir Daerah 11 Jawa Tengah (2014: 28-29) menjelaskan bahwa Prinsip Dasar Kepramukaan (PDK) adalah asas yang mendasari kegiatan kepramukaan dalam upaya membina watak siswa. Prinsip Dasar Kepramukaan tersebut ada empat, yaitu: a. Iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. b. Peduli terhadap bangsa, negara, sesama manusia dan alam serta isinya. c. Peduli terhadap diri sendiri. d. Taat pada Kode Kehormatan Pramuka. Adapun fungsi dari Prinsip Dasar Kepramukaan ada lima, yaitu sebagai berikut:
49
a. Norma hidup anggota Gerakan Pramuka. b. Landasan Kode Etik Gerakan Pramuka. c. Landasan sistem nilai Gerakan Pramuka. d. Pedoman dan arah pembinaan kaum muda anggota Gerakan Pramuka. e. Landasan gerak dan kehiatan Pramuka mencapai sasaran dan tujuannya. Prinsip dasar kepramukaan merupakan asas-asas yang menjadi dasar pikiran, perkataan dan perbuatan anggota pramuka. Oleh sebab itu, prinsip dasar kepramukaan ini sangat berperan di dalam kehidupan seharihari anggota pramuka. 9. Metode Kepramukaan Metode Kepramukaan memiliki banyak pengertian. Syukur dkk (2011: 123-124) menjelaskan bahwa Metode kepramukaan pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari prinsip dasar kepramukaan. Keterkaitan itu terletak pada pelaksanaan kode kehormatan. Metode kepramukaan sebagai suatu sistem, terdiri atas unsur-unsur yang merupakan subsistem terpadu dan terkait, yang tiap unsurnya mempunyai fungsi pendidikan yang spesifik dan saling memperkuat serta menunjang tercapainya tujuan. Pengertian Metode Kepramukaan juga dikemukakan oleh Gerakan Pramuka Kwartir Daerah 11 Jawa Tengah (2014: 39-43), mereka menjelaskan bahwa Metode Kepramukaan (MK) merupakan cara belajar interaktif progresif melalui:
50
a. Pengamalan kode kehormatan pramuka, Pengamalan kode kehormatan pramuka dilakukan salah satunya untuk mengendalikan dan mengatur diri, berani menghadapi tantangan dan kenyataan, berani mengakui kesalahan, memegang teguh prinsip dan tatanan yang benar dan taat terhadap aturan/kesepakatan. b. Belajar sambil melakukan (Learning by Doing) Belajar sambil melakukan dilakukan untuk mengarahkan perhatian siswa untuk melakukan hal-halkegiatan nyata, serta merangsang rasa keingintahuan terhadap hal-hal baru dan keinginan untuk berpartisipasi dalamsegala kegiatan. c. Sistem berkelompok/beregu (patrol system) Sistem berkelompok/beregu mempermudah penyampaian pesan di alam terbuka dan mengurangi rentang kenal (spend control). Kegiatan ini dilakukan agar siswa memperoleh kesempatan belajar memimpin dan dipimpin berorganisasi, memikul tanggung jawab, mengatur diri, menempatkan diri, gotong royong (bekerja sama dalam kerukunan) d. Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda dilakukan melaui pendidikan kepramukaan yang
51
bersifat kreatif dan inovatif sesuai dengan usia dan perkembangan siswa. Kegiatan ini diusahakan agar dapat mengembangkan baat, minat dan emosi siswa serta menunjang dan bermanfaat bagi perkembangan diri pribadi, masyarakat dan lingkungannya. e. Kegiatan dialam terbuka Kegiatan dialam terbuka memberikan pengalaman adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur alam dengan kebutuhan untuk melestarikannya. Selain itu, untuk mengembangkan suatu sikap bertanggungjawab akan masa depan yang menghormati keseimbangan alam. f. Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan berarti anggota muda mendapatkan pendampingan dan pembinaan dari anggota dewasa sebelum melaksanakan setiap kegiatan. g. Sistem tanda kecakapan (Tancap) Tanda kecakapan adalah tanda yang menunjukkan kecakapan dan keterampilan tertentu yang dimiliki seorang siswa. Sistem tanda kecakapan bertujuan mendorong dan merangsang para pramuka agar selalu berusaha memproleh kecakapan dan keterampilan. Tanda kecakapan yang disediakan untuk siswa adalah: 1) Tanda Keckapan Umum (TKU) yang wajb dimiliki siswa. 2) Tanda Kecakapan Khusus (TKK)yang boleh dimiliki siswa sesuai bakat dan minatnya.
52
3) Tanda Pramuka Garuda (TPG). Syarat kecakakapan adalah syarat yang wajib dipenuhi oleh siswa untuk mendapatkan tanda kecakapan melalui proses pedidikan dalam bentuk kegiatan antara lain latihan mingguan, perkemahan dan proses ujian (Gerakan Pramuka, 2011: 2). Syarat Kecakapan Umum Pramuka Penggalang terdiri atas 3 tingkat/jenjang, yaitu Ramu, Rait dan Terap. Tanda kecakapan seperti TKU (Tanda Kecakapan Umum), TKK (Tanda Kecakapan Khusus) dan TPG (Tanda Pramuka Garuda) diberikan setelah siswa tersebut menyelesaikan ujian-ujian SKU (Syarat Kecakapan Umum), SKK (Syarat Kecakapan Khusus) dan SPG (Syarat Pramuka Garuda). Setiap pramuka wajib memperoleh keterampilan dan kecakapan yang berguna bagi kehidupan diri dan baktinya kepada masyarakat. h. Sistem satuan terpisah untuk putra dan untuk putri (Sater Papi) Satuan pramuka puteri dibina oleh pembina puteri, sedangkan satuan pramuka putera dibina oleh pembina putera. Adapun dalam kegiatan perkemahan, satuan pramuka puteri harus benar-benar dijaga dan terpisah dari satuan pramuka putera. Sistem satuan terpisah untuk putra dan untuk putri dilakukan dengan tujuan untuk meghindari halhal yang tidak diinginkan. i.
Kiasan dasar (Symbolic Frame) Kiasan dasar adalah ungkapan yang digunakan secara simbolik dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan kepramukaan agar lebih
53
menarik
memperkuat
motivasi
dan
memperkuat
kecerdasan
emosional. Kiasan dasar digunakan untuk mengembangkan imajinasi sesuai dengan usia pekembangan siswa. 10. Pendidikan Kepramukaan Penggalang Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun pasal 1 ayat 1 2003 (2005: 3) menyebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran siswa agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan Gerakan Pramuka (2011: 12) menjelaskan bahwa pendidikan kepramukaan adalah proses pendidikan yang praktis, di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga yang dilakukan di alam terbuka dalam bentuk kegiatan yang menarik, menantang,
menyenangkan,
sehat,
teratur
dan
terarah,
dengan
menerapkan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran akhirnya adalah terbentuknya watak, kepribadian dan akhlak mulia. Proses kontroling individu dalam memasuki dunia pendidikan tingkat menengah dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Salah satunya melaui organisasi gerakan pramuka. Hal ini dikarenakan masa usia pendidikan menengah dalam gerakan pramuka di sebut dengan usia penggalang. Di usia ini penggalang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
54
semangat dan keaktifannya sangat kuat serta sudah mulai berkelompok. Oleh karena itu, titik berat dari penggalang adalah latihan dalam regu yang
bertujuan
untuk
mempelajari
dan
menguatkan
materi
kepramukaannya. Pramuka penggalang berusia 11-15 tahun. Ada tiga tingkatan SKU penggalang, yaitu penggalang ramu, penggalang rakit dan penggalang terap. Sejak tingkat penggalang rakit, seorang pramuka penggalang dapat mencapai SKK sesuai dengan pilihannya. Seorang penggalang terap yang memenuhi kecakapan dan persyaratan tertentu, dapat mencapai pramuka penggalang garuda (Team DAB, tt: 70-71). Gerakan Pramuka (2011: 3) menjelaskan bahwa Pramuka yang berusia 11-15 tahun di sebut penggalang. Nama penggalang diambil dari kiasan dasar gerakan pramuka yang bersumber pada romantika perjuangan bangsa dalam meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda yaitu “masa menggalang persatuan” yang diwujdkan dalam ikrar sumpah pemuda tanggal 28 Otober 1928. Dalam pendidikan kepramukaan, dukungan kepala sekolah serta guru sangat penting dalam usaha memperlancar proses pendidikan, termasuk pendidikan agama Islam. Menurut Buldiningsih siswa pada usia remaja cenderung berpandangan bahwa tingkah laku yang baik adalah yang menyenangkan atau menolong orang lain serta diakui oleh orang lain.
Sehingga,
peranan
guru
penting
untuk
membantu
siswa
mempertimbangkan berbagai konflik moral, untuk melihat sesuai dan
55
tidaknya cara
berfikir
dalam mengatasi masalah-masalah moral
(Budiningsih, 2008: 73-75). Pendidikan kepramukaan merupakan salah satu wadah untuk memberikan pendidikan moral maupun karakter pada siswa. Pendidikan karakter dapat dipelajari melalui berbagai hal. Menurut Hasanah (2016: 85) pendidikan karakter dapat dipelajari melalui penerapan surat AlAn‟am ayat 151-153, yang meliputi taqwa, kasih sayang, tanggung jawab, cinta damai, peduli sosial dan adil. Sedangkan menurut Setyawan (2016: 94) pendidikan karakter dapat dipelajari melalui tauladan Sunan Kalijaga yang sangat banyak, antara lain adanya sikap religius, kerja keras, toleransi, komunikatif, mampu berfikir kreatif, peduli sosial, sabar dan bertanggung jawab terutama sebagai pemimpin. C. Kajian Pustaka yang Relevan Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan yang akan peneliti tulis. Peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu, yaitu tentang: 1. Implementasi
Pendidikan
Kepramukaan
dalam
Pembentukan
Kedewasaan Mahasiswa program Studi Pendidikan Agama Islam Anggota Pramuka STAIN Salatiga Tahun 2014. Penelitian dilakukan oleh Nurrochim mahasiswa jurusan PAI, fakultas FTIK IAIN Salatiga tahun 2014. Hasilnya adalah proses pendidikan kepramukaan di STAIN Salatiga dilakukan dengan cara yang menyenangkan, mudah dipahami
56
dan juga bervariatif. Pendidikan di Racana berlangsung secara bertahap, juga tidak menutup kemungkinan terjadi loncatan atau tidak bertahap. Akan tetapi, ketika terjadi loncatan akan ada pendampingan dari anggota yang lebih senior. Proses pendidikan kepramukaan yang terjadi di Racana salah satunya adalah untuk menguatkan atau mengontrol emosi dari masing-masing anggota. Selain itu, mahasiswa yang aktifis (terutama Racana) justru terdapat peningkatan indeks prestasi dari individu, terdapat motivasi yang lebih besar untuk menunjukkan bahwa aktifis tidak melupakan pendidikan formalnya. 2. Konsep Pendidikan Karakter menurut Sunan Kalijaga. Penelitian dilakukan oleh Much Aulia Esa Setyawan mahasiswa jurusan PAI, fakultas FTIK IAIN Salatiga tahun 2016. Hasilnya adalah sunan Kalijaga mampu merubah semua bentuk kehidupan masyarakat kala itu karena konsep dakwahnya menyesuaikan budaya dan adat yang sudah berlaku sebelumnya. Konsep pendidikan karakter menurut sunan Kalijaga terdapat pada makna karya dan ajarannya. Sunan Kalijaga mencoba menanamkan pendidikan karakter kepada masyarakat bersamaan dengan berdakwah menyebarkan agama Islam. Konsep pendidikan karakter menurut sunan Kalijaga yang terkandung dalam karya-karya dan ajarannya bisa relevan di era globalisasi. Nilai-nilai karakter dari karya dan ajaran sunan Kalijaga sangat banyak, antara lain adanya sikap religius, kerja keras, toleransi, komunikatif, mampu berfikir kreatif, peduli sosial, sabar dan bertanggung jawab terutama sebagai pemimpin.
57
3. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Surat Al-An‟am ayat 151-153 dan Penerapannya dalam PAI. Penelitian dilakukan oleh Zahra Ridho Hasanah mahasiswa jurusan PAI, fakultas FTIK IAIN Salatiga tahun 2016. Hasilnya adalah nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam surat Al-An‟am ayat 151-153 adalah nilai taqwa, kasih sayang, tanggung jawab, cinta damai, peduli sosial dan adil. Aplikasi nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dalam PAI dapat diaplikasikan melalui pembelajaran di kelas, guru sebagai model dari karakter yang diajarkan dan pembentukan lingkungan sekolah yang berkarakter. Adapun model yang cocok digunakan peneliti dalam nilai-nilai karakter yang peneliti tulis yaitu model tadzkirah, model istiqomah, model iqra-fikir-dzikir dan refleksi. Dari penjelasan di atas, pendidikan kepramukaan di usia awal pendidikan menengah disebut sebagai usia penggalang. Selain berkelompok, di masa ini juga dihadirkan berbagai macam persoalan yang harus menguras tenaga dan pikiran dari setiap anggota untuk dapat menyelesaikannya dengan baik dan bijak. Selain melalui pembelajaran tauladan Sunan Kalijaga dan AlQur‟an Surat Al-An‟am ayat 151-153, pendidikan karakter juga dapat ditanamkan melalui pendidikan kepramukaan, seperti jujur, gotong royong dan tanggung jawab.
58
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Sebuah penelitian pasti tidak akan pernah terlepas menggunakan sebuah metode, baik penelitian kualitatf, kuantitatif, ataupun penelitin R&D (Research and Development). Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2016 :2). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik penelitian kualitatif. Dalam Moleong (1988 :4), Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia. Penelitian kualitatif sendiri adalah metode penelitian yang berlandaskan filsafat postpositivisme, yaitu digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Dalam penelitian kualitatif, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu peneliti adalah instrumen kunci, pengumpulan data dilakukan
secara
triangulasi
(gabungan),
analisis
data
bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil peneitian lebih menekankan makna atau data yang sebenarnya (Sugiyono, 2016 :9). Jenis penelitian yang digunakan peneliti yaitu jenis penelitian grounded theory. Grounded theory memungkinkan peneliti melakukan riset prosesual, yaitu riset yang berfokus pada “rangkaian peristiwa, tindakan, dan aktivitas individual maupun kolektif yang berkembang dari waktu ke waktu dalam
59
konteks tertentu (Kasali, 2001: 181). Grounded theory dimulai tanpa hipotesis, dan memungkinkan data serta penarikan sampel teoritis sebagai panduan untuk memilih kerangka konseptual dan teori yang muncul. Sedangkan pendekatan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan kualitatif deskriptif. Dalam Lexy J. Moleong (1988 :4) Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang adan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar individu tersebut secara holistik (utuh). Sedangkan Dalam Soejono dan Abdurrahman (2005: 29) Nasution mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif deskriptif yaitu berupa dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan responden, dokumen dan lain-lain. Selain itu, pendekatan ini juga tidak didominasi angka sebagaimana yang ada di dalam penelitian kuantitatif. Dengan demikian, pendekatan dalam penelitian kualitatif tidak didominasi angka-angka sebagai penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang berupa studi kasus sangat membantu dalam penelitian ini. Sedangkan pendekatan kualitatif deskriptif yaitu dapat berupa narasi, cerita pengaturan informan, dokumen-dokumen pribadi seperti foto, maupun catatan pribadi. B. Teknik Pengumpulan Data Dalam sebuah proses penelitian, tentu tidak lepas dari sebuah teknik. Teknik penelitian merupakan salah satu bagian penting dalam penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan daam penelitian ini yaitu segai berikut:
60
1. Wawancara Wawancara dalam penelitian kualitatif merupakan prosedur yang digunakan peneliti untuk menggali informasi yang berkaitan dengan judul penelitian secara langsung dengan sistem melalui tanya jawab. Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang
mewawancarai
dan
jawaban diberikan oleh pihak
yang
diwawancara (Fathoni, 2011: 105). Wawancara sangat bernilai, karena sangat fleksibel, yaitu jawaban-jawaban yang diberikan oleh orang-orang yang diwawancarai menjadi landasan percakapan yang mengalir. Selain itu, wawancara juga memungkinkan untuk mengeksplorasikan pemikiran dengan leluasa. Arikunto (2010: 270) mengemukakan bahwa secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara: a. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Hasil wawancara dengan jenis ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancara sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis wawancara ini cocok untuk penelitian kasus. b. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur memungkinkan pihak yang
61
diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya untuk menggunakan istiah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti, tidak sekedar menjawab pertanyaan. Sehingga peneliti harus mendorong subyek penelitian agar jawabannya bukan hanya secara jujur tetapi juga cukup lengkap atau terjabarkan. Adapun langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam metde wawancara yaitu mula-mula peneliti menentukan siapa saja yang akan diwawancarai seperti kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, guru PAI, guru Pramuka dan beberapa orang siswa. Selanjutnya peneliti mengajukan serangkaian pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per satu pertanyaan diperdalam untuk menggali keterangan lebih lanjut yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara. Metode ini bertujuan memperoleh bentuk-bentuk tertentu informasi dari responden, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap
responden.
Dengan
demikian,
diharapkan peneliti dapat
mengembangkan narasi deskriptif mengenai wawancara yang sudah dilakukannya bersama subyek-subyek penelitian. 2. Observasi Prosedur ini digunakan peneliti untuk melakukan pengamatan secara langsung di MTs NU Aswa Tengaran. Adler berpendapat di dalam Daymon dan Holloway (2002: 320) bahwa observasi merupakan dasar fundamental dari semua metode riset. Observasi memberikan makna
62
penting dalam menemukan dan memahami cara yang digunakan orangorang dalam bertindak dan berinteraksi dengan baik. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran (Fathoni, 2011: 104). Menurut Suparmoko (1998: 68) observasi yaitu cara yang dilakukan peneliti hanya dengan mencatat apa yang dilihat atau disaksikan. Sedangkan menurut Arikunto (2010: 272) mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Oleh karena itu, prosedur ini mengharuskan peneliti untuk terjun langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Terdapat kelebihan dan kekurganan dalam metode ini. Daymon dan Holloway (2002: 340) mengemukaan kelebihan dan kekurangan metode observasi. Kelebihannya adalah adanya akses langsung kepada proses sosial tepat ketika peristiwa itu terjadi. Sedangkan, kekurangan metode ini adalah tidak memungkinkan bagi peneliti berada dalam tempat yang berbeda dalam satu waktu dan melewatkan peristiwa penting yang tejadi di tempat lain. Oleh karena itu, prosedur observasi sangat bermanfaat bagi peneliti. Dalam metode observasi ini, peneliti meluangkan waktu untuk menyiapkan pedoman wawancara, mengunjungi MTs NU Aswaja Tengaran, mengakrabkan diri bahkan memahami orang-orang yang
63
berada di MTs NU Aswaja Tengaran serta menghormati norma-norma yang ada. Dengan demikian, seiring berjalannya waktu diharapkan peneliti dapat mengembangkan narasi deskriptif mengenai peristiwa dan tindakan yang terjadi di depannya. 3. Studi Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Prosedur ini digunakan peneliti untuk menelusuri atau mengkaji datadata literatur yang berkaitan dengan judul penelitian. Dokumen yang pernah dihasilkan oleh seseorang dapat menjadi sumber atau bukti dalam penelitian. Metode dokumentasi juga penting dalam penelitian kualitatif, karena untuk mendapatkannya tidak memerlukan banyak biaya dan ada informasi di dalamnya yang tidak didapatkan mealui wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti mempelajari data-data yang ada di MTs NU Aswaja Tengaran seperti profil sekolah dan foto-foto kegiatan sekolah. Selanjutnya, peneliti mengabadikan kegiatan penelitiannya baik dalam bentuk foto maupun tulisan. Dengan demikian, diharapkan peneliti dapat mengembangkan penelitiannya lebih lanjut, dikarenakan dokumen sebagai sumber data dapat
dimanfaatkan untuk
menguji,
meramalkan.
64
menafsirkan bahkan untuk
C. Teknik Analisis Data Di dalam sebuah penelitian, terdapat teknik untuk menganalisis data yang diperoleh peneliti. Anaisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipoesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 1988: 280). Analisis data dari pengumpulan data merupakan tahapan yang penting dalam menyelesakan suatu kegiatan penelitian ilmiah. Sehingga, analisis data di sini berfungsi untuk memberi arti, makna dan nilai yang terkandung dalam data tersebut. Analisis dalam penelitian kualitatif dimulai sejak peneliti mengumpulkan data di lapangan, sejak akan masuk ke lapangan, ketika sedang berada di lapangan dan sesudah selesai mengumpukan data di lapangan (Kasiram, 2008: 351-352). Proses analisis menuntut suatu kajian yang terdisipin, wawasan kreatif dan perhatian yang teliti terhadap tujuan evauasi. Sedangkan analisis sendiri diartikan
sebagai
proses
yang
membawa
bagaimana
data
diatur,
mengorganisasikan apa yang ada ke dalam sebuah pola, kategori dan unit deskripsi dasar. Adapun mekanisme pengorganisasian data antara satu orang dengan orang lainnya berbeda-beda. Hal itu dikarenakan adanya perbedaan intelektual, kerja keras dan sifat pantang menyerah pada diri seseorang (Patton, 2006: 250-255). Analisis data kualiatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, seperti mengorganisasikan data, memilah-milahnya
65
menjadi satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Peneliti memulai proses analisis data dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari observasi yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, wawancara maupun dokumen. Data yang diperoleh ketika melakukan penelitian banyak sekali jumlahnya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, langkah berikutnya mengadakan reduksi data, yaitu memilih data yang menarik, penting dan baru. Sedangkan, data yang sekiranya tidak dipakai dapat dihilangkan. Langkah selanjutnya, menyusunnya dalam kategori-kategori. Tahap akhir dari analisis data ini ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan metode triangulasi.
66
BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran Kecamatan Tengaran merupakan salah satu dari 20 daerah yang ada di Kabupaten Semarang. Luas kecamatan Tengaran yaitu 4,729,55 Ha (4,97%) dari luas total Kabupaten Semarang yang terdiri dari tanah pertanian 2747,53 Ha dan tanah non pertanian 1.982,02 Ha. Kecamatan Tengaran berbatasan dengan Kecamatan Getasan, di sebelah Barat, Kecamatan Suruh di sebelah Timur, Kota Salatiga di sebelah Utara dan Kecamatan Susukan di sebelah Selatan. Bentang alam wilayah Kecamatan Tengaran merupakan areal dataran, perbukitan serta pegunungan yang memiliki kemiringan beragam dan bersuhu = 18 – 25 0C. Jika berangkat dari desa Tengaran, maka jarak yang harus ditempuh adalah 0,10 Km untuk sampai di Kantor Kecamatan Tengaran dan 36 Km untuk sampai di Kantor Kabupaten Semarang. Kecamatan Tengaran terdiri atas 15 desa yang salah satunya yaitu Desa Tengaran tempat MTs NU Aswaja Tengaran dan kecamatan tempat berada. Desa Tengaran terdiri dari lima Dusun, lima RW dan 29 RT dengan jumlah penduduk sebanyak 5.350 jiwa yang terdiri dari 2.730 laki-laki dan 2.630 perempuan serta dipimpin oleh Bapak M.Ichwan. Di desa Tengaran terdapat 32 musola dan 5 masjid. Sedangkan, untuk lembaga pendidikan terdapat 3 TK swasta, 2 SD Negeri, 1 SD swasta, 1
67
SMP negeri, 2 SMP swasta (salah satunya MTs NU Aswaja Tengaran), 1 SMA Negeri dan 1 Madrasah Diniyah. 2. Gambaran Umum MTs NU Aswaja Tengaran MTs NU Aswaja Tengaran yang masih berstatus swasta berdiri sejak tahun 1977 berdasarkan Surat Keputusan (SK) KABID BINRU ISLAM. Sekolah ini terletak di lintasan kecamatan, tepatnya di jalan Masjid Besar nomor 32 desa Tengaran, sejauh 0,5 Km dari kecamatan Tengaran, kabupaten Semarang. Sekolah yang sudah terakreditasi B ini berukuran lebar 6 meter dan panjang 50 meter yang terdiri dari 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 perpustakaan, 1 musola, 6 ruang kelas, 2 kamar mandi, 1 gudang dan halaman sekolah. MTs NU Aswaja Tengaran memiliki Visi dan Misi Sekolah. Visinya yaitu: “Memposisikan Madrasah sebagai pusat keunggulan masyarakat yang berprestasi di dasari dengan Iman dan Taqwa”. Sedangkan Misinya ada dua, yaitu: pertama, menyelenggarakan pendidikan yang orientasi mutu, baik keilmuan maupun secara moral dan aspek pengajaran baik secara moral dan sosial. Kedua, menciptakan suasana pendidikan keagamaan dan kepribadian yang sopan. Terdapat 15 tenaga kependidikan di MTs NU Aswaja Tengaran. dipimpin oleh Ibu Khabibah, S.Ag. Tenaga kependidikan tersebut yaitu kepala madrasah, bendahara, kepala tata usaha, kepala perpustakaan, waka kurikulum, waka kesiswaan, 6 wali kelas dan 3 guru umum. Sedangkan, siswa yang ada di sekolah tersebut berjumlah 95 yang terdiri
68
dari kelas VII A
19 orang, VII B 21 orang, VIII A 13 orang, VIII B
10 orang, IX A 16 orang dan IX B 16 orang, yaitu sebagai berikut: Tabel 4.1 Daftar Tenaga Kependidikan MTs NU Aswaja Tengaran No. Nama TTL TMT Alamat 1. Khabiah, Jombang, 01 Juli Dusun Randusari S.Ag. 07 Mei 2013 Desa Tengaran Kab. 1974 Semarang 2. Dra. Semarang, 01 Juli Dusun Sruwen Desa Yasiroh 05 Oktober 1993 Sruwen Kec. 1964 Tengaran Kab. Semarang 3. Dimyati, Demak, 02 01 Juli RT 27 RW 25 S.Pd Juni 1958 2000 Dusun Kaliwaru Desa Tengaran Kec. Tengaran Kab. Semarang
4.
Mahmud Semarang, Zuhdi, 19 S.H., M.Pd. September 1963
01 Juli 2007
Baran Jurang RT 02 RW 06 Ambarawa
5.
Hafidz Zaen A, S.Pd.I.
Magelang, 25 Desember 1979
01 Juli 2004
6.
Muhlisin
Semarang, 22 April 1979
01 Juli 2010
7.
Nur Ma’rifah, S.Pd.I.
Semarang, 02 Juni 1979
01 Juli 2004
RT 02 Rw 01 Dusun Petak Desa Sidoharjo Kec. Susukan Kab. Semarang RT 10 RW 22 Dusun Krajan Desa Tengaran Kec. Tengaran kab. Semarang RT 03 RW 08 Tawangsari Desa Payungan Kec. Kaliwungu Kab. Semarang
69
Jabatan Kepala madrasah dan Guru B. Arab Wali kelas IX B dan Guru B. Indonesia Waka Humas, Wali Kelas VIII A dan Guru Fiqh dan AlQur’an Hadits Ka. Perpustakaan, Wali Kelas VII B dan wali kelas VII B Waka kesiswaan dan Guru B. Inggris Sarpras (Guru BK)
Guru Akidah Akhlak
8.
Evi Lailia F, A.MdEI.
Semarang, 18 Maret 1983
01 Juli 2005
RT 02 RW 08 Dusun Tempel Desa Kembang Kec. Ampel Kab. Boyolali Perum Argomulyo RT 01 RW 01 Blok A 72 Ledok Argomulyo Salatiga Tegalrejo
Bendahara
9.
Sugeng Widodo, S.Ag.
01 Juli 2005
10.
Rif’ati S, S.Si.
11.
Witriyani, Amd.
Kota Semarang, 26 Mei 1974 Semarang, 29 Agustus 1985 Semarang, 05 Februari 1980
01 Juli 2000
RT 26 RW 25 Dusun Kaliwaru Desa Tengaran Kec Tengaran Kab. Semarang
01 Juli 2012
Pabelan, Bringin
Ka. Tata Usaha, Wali Kelas IX A dan Guru Sejarah Kebudayaan Islam Guru Penjaskes
12.
Zulva Ade E, S.Pd.
13.
Siti Z B, S.Pd.
14.
Edi Cahyono, S.Pd.I
15.
Siti Munasikah
Kab. Semarang, 26 Februari 1983 Kab. Semarang, 03 November 1987 Kab. Semarang, 16 Juni 1991 Boyolali, 23 Juni 1973
01 Juli 2011
RT 08 RW 02 Krajan Tengaran
Laki-Laki 7 13 7 4 7 11 49
70
Wali kelas VIII B dan Guru IPA
Wali kelas VII A, Guru B. Arab dan Seni Budaya Petugas Kebersihan
Tabel 4.2 Daftar Peserta Didik MTs NU Aswaja Tengaran No. Kelas 1. VII A 2. VII B 3. VIII A 4. VIII B 5. IX A 6. IX B TOTAL
Waka Kurikulum dan Guru Matematika Ka. Laboratorium
Perempuan 12 8 6 6 9 5 46
Jumlah 19 21 13 10 16 16 95
Meskipun adanya keterbatasan dalam jumlah tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta peserta didiknya, namun tidak sedikit prestasi yang dihasilkan oleh MTs NU Aswaja Tengaran, terutama di ekstrakurikuler pramuka. Salah satunya yaitu juara sebagai regu tergiat pada perkemahan di Senjoyo tahun 2016. 3. Perolehan Data a. Wawancara Sesuai
dengan
paparan
sebelumnya,
dalam
peneliti
menggunakan satu teknik wawancara, yaitu wawancara tidak terstruktur. Wawancara ini dilakukan terhadap dua sumber objek, yaitu kepala madrasah dan anggota madrasah yang meliputi waka kurikulum, waaka kesiswaan, guru pendidikan agama Islam, guru pramuka dan beberapa siswa di MTs NU Aswaja Tengaran. Pramuka pada dasarnya yaitu salah satu kegiatan yang dapat berperan dalam pembentukan karakter peserta didik yang berakhlak mulia. Meskipun demikian, setiap orang berbeda-beda dalam menafsirkan kata “pramuka”. Salah satunya hasil wawancara dengan kepala madrasah di ruangannya pada hari jumat 06 Januari 2017 berikut: “Pramuka yaitu sebagai wadah untuk mengajarkan peserta didik tentang kedisiplinan, cara bersosialisasi dengan masyarakat. Selain itu, pramuka merupakan ekstrakurikuler wajib di MTs NU Aswaja Tengaran sejak awal berdiri yaitu tahun 1977. Kalau setengah-setengah tidak bisa, tapi jika totalitas mereka akan bagus. Sehingga, harapannya mereka akan menjadi manfaat tidak hanya di lingkungan madrasah, tetapi juga di lingkungan masyarakat. Selain itu, pramuka
71
sangat berkaitan dengan pendidikan agama Islam, seperti kedisplinan dan ketaatan. Jadi, pramuka diperlukan dalam pembentukan karakter.” Menurut kak Sofhatun Jamilah selaku pembina pramuka pada wawancara pada hari senin 06 Maret 2017, pramuka yaitu “Suatu organisasi sosial di bidang bela negara.” Sedangkan, menurut Heru Purnomo, yaitu salah seorang peserta didik di MTs NU Aswaja Tengaran pada hari yang sama mengatakan bahwa pramuka adalah “Praja Muda Karana yang berarti kita memiliki sikap tanggung jawab, disiplin dan rela berkorban demi nusa dan bangsa.” Ektrakurikuler pramuka di MTs NU Aswaja Tengaran sudah ada sejak awal berdirinya madrasah. Hal tersebut menjadikan ektrakurikuler pramuka sebagai salah satu program unggulan di madrasah tersebut. Keberadaan ektrakurikuler pramuka tersebut menjadi lebih kuat ketika dikeluarkannya Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014. Sikap kepala madrasah dalam menyikapi peraturan tersebut terlihat sangat mendukung seperti hasil wawancara pada hari Jumat 07 Januari 2017 berikut: Saya sangat mendukung adanya pendidikan kepramukaan dengan cara mewajibkan ekstrakurikuler pramuka bagi semua peserta didik di MTs NU Aswaja Tengaran setiap hari sabtu, kecuali kelas IX semester genap. Namun, minat peserta didik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya menjadi hambatan/problem tersendiri dalam menyikapi Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014. Kami menyikapi hambatan tersebut dengan cara memberikan motivasi tentang pramuka kepada peserta didik, bahkan kami mewajibkan mereka untuk mengikuti ekstrakurikuler pramuka. Jika diperingatkan tidak diindahkan, maka sanksi selanjutnya yaitu berupa hukuman fisikseperti lari, push up dan sebagainya yang tidak
72
memberatkan peserta didik. Tidak ada dampak negatif dari adanya Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 baik bagi anda, guru maupun siswa, karena kebetulan di sekolah ini yang kami unggulkan adalah pramuka. Sedangkan dampak positifnya yaitu disiplin waktu, sadar apa yang harus dilakukan tanpa harus diingatkan. Oleh karena itu, meskipun peraturan tersebut tergolong baru, kami dapat menjalankannya dengan sebaik mungkin.” Adanya sifat keharusan mengikuti ektrakurikuler pramuka berujung pada adanya sanksi yang diterapkan pada peserta didik yang malas mengikuti kegiatan tersebut. Seperti pernyataan Bapak Hafidz Zaen A, S.Pd.I. selaku waka kesiswaan ketika wawancara pada hari Selasa 10 Januari 2017 berikut: “Seperti pada umumnya, setiap peraturan jika dilanggar maka akan dikanakan sanksi. Adapun sanksi bagi peserta didik yang malas mengikuti ektrakurikuler pramuka maka akan diberikan nilai rendah pada tabel penilaian ektrakurikuler. Selain itu, pesera didik dikenakan denda yang cukup tinggi untuk membuat mereka jera.” Namun, tidak serta merta semua peserta didik mau mengikuti ektrakurikuler pramuka hanya karena ada sanksi yang berlaku. Ada juga peserta didik yang memiliki motivasi sendiri dalam mengikuti ektrakurikuler pramuka. Seperti pernyataan Heru Purnomo ketika wawancara pada hari senin 06 Maret 2017 berikut: “Dalam pramuka banyak hal menarik dan ilmu yang didapatkan, seperti punya banyak teman, diajari banyak hal, bisa ikut berkemah, tahu sandi-sandi dalam pramuka, membuat pribadi menjadi lebih mandiri, disiplin dan tanggung jawab.” Sanksi yang ada cukup berpengaruh. Hal tersebut terbukti dengan adanya kemauan mengikuti ektrakurikuler pramuka hingga lomba kepramukaan di tingkat SMP Sederajat (Pramuka Penggalang).
73
Seperti hasil wawancara dengan kepala madrasah pada hari Jumat 07 Januari
2017
yang
menyatakan
bahwa
“prestasi-prestasi
di
ektrakurikuler pramuka juga banyak, seperti pada kemah bakti terakhir tahun 2016 kemarin mendapatkan juara sebagai regu tergiat.” Prestasi-prestasi tersebut dihasilkan tentu tidak lepas dari pembelajaran
dalam
ektrakurikuler
pramuka
yang
lebih
menyenangkan. Seperti hasil wawancara dengan kak Sofhatun Jamilah selaku pembina pramuka berikut: “Dalam ekstrakurikuler pramuka tentu ada pedoman (silabus)nya juga. Silabus tersebut saya yang membuat atas permintaan dari pihak sekolah. Namun, silabus tersebut hanya digunakan untukk latihan mingguan biasa saja. Selebihnya melihat kondisi yang ada pada saat itu. Contohnya, pada setiap akhir tahun ajaran terdapat banyak lomba pramuka seperti kemah bakti. Maka latihanpun diadakan tidak berdasarkan silabus, namun berdasarkan materimateri yang akan dilombakan. Sedangkan, untuk metode seperti apa yang anda gunakan dalam ekstrakurikuler pramuka melihat kondisi yang ada dan materi yang akan disampaikan. Contoh Peraturan Baris Berbaris (PBB) maka metodenya dengan praktek. Terkadang sesekali pertemuan diisi dengan permainan agar peserta didik tidak jenuh/bosan.” Di sisi lain pembelajaran yang menyenangkan dalam ekstrakurikuler pramuka, terdapat problematika yang dihadapi oleh pembina pramuka dalam mengajar pramuka di MTs NU Aswaja Tengaran sebagai berikut: “Sumber Daya Manusia (SDM). Dari sisi pengajar yaitu satu banding berpuluhan peserta didik, sehingga materi sering tidak merata. Sedangkan dari sisi peserta didik yaitu minat mereka yang berbeda satu sama lain. Ada peserta didik yang benarbenar tertarik dari awal, ada pula yang tertarik ketika ada perlombaan. Hal yang saya lakukan dalam menyikapi problematika/hambatan tersebut yaitu pada tahun kedua mengajar pramuka di MTs NU Aswaja Tengaran ini, saya membentuk Dewan Penggalang (DP) yang terdiri atas 4 putra
74
(Heru, Sardi, Hani dan Adit) dan 9 putri (Muthi’, Muna, Ika, Kiki, Putri, Alif, Dhea, Echa dan Wanda). Materi terlebih dahulu disampaikan kepada mereka. Kemudian mereka menyampaikan materi tersebut kepada teman-temannya. Materi scouting skill/outdoor (seperti pionering, PBB dan Semaphore) lebih sering digunakan daripada materi indoor (seperti sejarah dan sandi pramuka). Sedangkan dari sisi minat peserta didik sudah ditangani oleh pihak sekolah sendiri.” Banyak dampak positif dalam ektrakurikuler pramuka. Salah satunya juga dikemukakan oleh Ibu Nur Ma’rifah selaku guru akidah akhlak dalam wawancara pada hari Minggu 05 Maret 2017 yang mengatakan bahwa dampak positif ektrakurikuler pramuka yaitu: “Peserta didik disiplin dalam mengerjakan tugas, rasa menghormati kepada yang lebih tua berambah dan lebih berwawasan terutama mengenai alam sekitarnya.” Selain itu, ada juga dampak negatif dari ektrakurikuler pramuka. Sejalan dengan pernyataan Bapak Sugeng Widodo selaku waka kurikulum ketika wawancara pada hari selasa 10 Januari 2017 berikut: “Dari kami memang ada pembinaan pengembangan diri setiap hari sabtu. Di tingkat SMP/MTs ada 43 jam pelajaran, sehingga jika dihitung jam formalnya, hari sabtu masih ada waktu di atas jam 12.00 WIB selama 2 (dua) jam. Sehingga, kegiatan pengembangan bakat dan minat, termasuk ekstrakurikuler dimasukkan pada waktu tersebut. Dampak negatif dari ektrakurikuler pramuka yaitu banyaknya lomba yang ada sehingga memotong waktu belajar aktif peserta didik. Namun, hal tersebut dapat disiasati dengan cara meniadakan sementara beberapa pelajaran seperti kesenian, bimbingan konseling untuk latihan kepramukaan dengan catatan tidak mengganggu kegiatan yang lainnya.”
75
Meskipun demikian, terdapat keselarasan antara pendidikan agama dan ekstrakurikuler pramuka. Seperti pernyataan pembina pramuka berikut: ”Proses pendidikan agama Islam dalam ekstrakurikuler pramuka jika dalam latihan mingguan biasa contohnya berdoa bersama ketika akan memulai dan mengakhiri latihan. Sedangkan dalam kegiatan khusus (perkemahan) contohnya yaitu berdoa, sholat malam, sholat dhuha dan sholawatan.” Guru Akidah Akhlakpun memberikan pernyataan yang satu maksud dengan pernyataan diatas, yaitu: “Dalam dasadharma, masing-masing poin disampaikan secara bertahap. Pengalaman saya pribadi ketika mengajar pramuka dulu pun seperti itu. Misalnya pada poin ke sembilan “bertanggung jawab dan dapat dipercaya”, saya jelaskan kepada peserta didik dan saya kaitkan dengan dalil dari AlQur’an untuk memperkuat serta memberikan contoh dari kehidupan sehari-hari. Sehingga, pendidikan pramuka tidak hanya sebatas teori dan praktek tentang keterampilan tertentu saja, namun juga terdapat pendidikan agama islam. meskipun demikian, tetap ada perbedaan diantara keduanya. Pendidikan pramuka itu berkaitan dengan aturan, sedangkan pendidikan agama (akhlak) itu kaitannya dengan keyakinan atau hidayah dari Allah Swt.” Karakter peserta didik tidak serta merta langsung terbentuk. Akan tetapi, dari hasil data wawancara di atas terlihat bahwa ekstrakurikuler pramuka memiliki pengaruh terhadap pembentukan karakter yang berakhlak mulia peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di MTs NU Aswaja Tengaran. b. Observasi Dalam melakukan observasi, peneliti sedikit diuntungkan. Hal tersebut dikarenakan peneliti tidak hanya melakukan observasi atau
76
pengamatan selama satu atau dua minggu saja, tetapi selama 8 (delapan)
bulan.
Namun,
peneliti
lebih
intensif
melakukan
pengamatan selama 2 bulan terakhir. Peneliti sendiri merupakan salah satu mahasiswa IAIN Salatiga yang melakukan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di MTs NU Aswaja Tengaran. Dari hasil pengamatan dan pengalaman yang diperoleh peneliti, hasilnya tidak jauh berbeda dengan fakta atau kenyataan yang ada di lapangan. Terdapat banyaknya nilai pendidikan baik yang tersirat maupun tersurat dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Salah satu nilai tersebut yaitu terbentuknya karakter peserta didik yang berakhlak mulia Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, hal yang paling menonjol adalah pola pikir peserta didik MTs NU Aswaja Tengaran yang jauh lebih meningkat dibandingkan dengan peserta didik yang pasif atau jarang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Hal tersebut terbukti dengan adanya perbedaan respon atau tanggapan peserta didik dalam menyikapi berbagai macam hal. Ketika ada salah seorang peserta didik tidak masuk sekolah dikarenakan sakit, maka peserta didik yang aktif di kegiatan ekstrakurikuler pramuka cenderung semangat untuk menjenguk, menghibur dan mendoakan kesembuhan untuk temannya yang sakit tersebut. Dari
apa
yang
ditemukan
oleh
peneliti,
peningkatan-
peningkatan karakter atau akhlak mulia tersebut merupakan pengaruh
77
dari pendidikan agama Islam dari pihak sekolah. Namun demikian, kegiatan ekstrakurikuler pramuka lebih banyak memberi pengaruh positif dalam pendidikan karakter peserta didik, terutama ketika beraktivitas di sekolah. c. Studi Dokumen Data penelitian yang dikumpulkan melalui sumber pustaka diperoleh dari Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014. Pada lampiran I Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 disebutkan bahwa dalam kurikulum 2013, pendidikan kepramukaan ditetapkan sebagai ekstrakurikuler wajib. Pendidikan kepramukaan dinilai sangat penting. Melalui pendidikan kepramukaan akan timbul rasa saling memilliki, tolong menolong, mencintai tanah air dan mencintai alam. Karenanya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mewajibkan setiap sekolah melaksanakan
ekstrakurikuler
pembelajaran
yang
Kepramukaan.
memadukan
kegiatan
Koherensi
proses
intrakurikuler
dan
ekstrakurikuler, didasarkan pada dua alasan dalam menjadikan pendidikan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib, yaitu: 1) Dasar legalitasnya yang jelas, yaitu UU Nomor 12 Tahum 2010 tentang Gerakan Pramuka dan Permendikbud Nomor 63 taun 2014
tentang
pendidikan
kepramukaan
sebagai
kegiatan
ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
78
2) Pendidikan kepramukaan mengajarkan banyak nilai, mulai dari nilai ketuhanan, kebudayaan, kepemimpinan, kebersamaan, sosial, kecintaan alam, hingga kemandirian. Sedangkan, penilaian pendidikan kepramukaan mencakup halhal sebagai berikut: 1) Penilaian dilakukan secara kualitatif. 2) Kriteria
keberhasilan
lebih
ditentukan
oleh
proses
dan
keikutsertaan peserta didik. 3) Peserta didiik di wajibkan untuk mendapat nilai minimal baik (B) pada kegiatan ekstrakurikuler wajib pada setiap semester. 4) Nilai yang diperoleh
pada kegiatan pendidikan kepramukaan
sebagai ekstrakurikuler wajib berpengaruh terhadap kenaikan kelas peserta didik. 5) Bagi peserta didik yang belum mencapai nilai minimal perlu mendapat bimbingan terus menerus untuk mencapai nilai baik. Berdasarkan data studi dokumen di atas, maka terdapat beberapa hambatan dalam menerapkan pendidikan kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib di MTs NU Aswaja Tengaran. Hambatan tersebut diantaranya yaitu: 1) Perilaku akhlak peserta didik nampak kurang baik. 2) Sikap peserta didik terhadap ekstrakurikuler pramuka nampak semakin kurang diminati . 3) Pembina mahir tingkat penggalang sedikit.
79
Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 dan kebijakan yang diterapkan oleh kepala madrasah, hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi. B. Analisis Data Penelitian 1. Fakta di Lapangan Dari penjabaran di atas, dapat diketahui bahwa baik data observasi, wawancara mapun studi dokumen saling berkaitan. Fokus dari penelitian ini yaitu membahas tentang ekstrakurikuler pramuka yang ada di MTs NU Aswaja Tengaran. Ekstrakurikuler pramuka mendapat dukungan dari semua pihak, terutama dari kepala madrasah. Seperti pernyataan Ibu Khabibah, S.Ag. selaku kepala sekolah ketika diwawancarai tentang latar belakang adanya ekstrakurikuler pramuka pada hari Jumat 06 Januari 2017 berikut: “Pramuka dinilai sebagai wadah untuk mengajarkan peserta didik tentang kedisiplinan dan cara bersosialisasi dengan masyarakat. Sedangkan, minat masing-masing peserta didik berbeda. Selain itu, pramuka sangat berkaitan dengan pendidikan agama Islam, seperti kedisplinan dan ketaatan. Jadi, pramuka diperlukan dalam pembentukan karakter.” Sejalan dengan pernyataan bapak Hafidz Zaen A, S.Pd.I. selaku waka kesiswaan ketika diwawancarai mengenai perbedaan akhlak peserta didik pada hari Selasa 10 Januari 2017 berikut: “Wawasan peserta didik bertambah terutama tentang pramuka, aktif di kelas dan lebih mudah diatur.” Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa dalam pramuka, peserta didik jika bisa totalitas maka pendidikan akhlak/karakter mereka
80
akan bagus. Sehingga, harapannya peserta didik akan menjadi manfaat tidak hanya di lingkungan madrasah, tetapi juga di masyarakat. Maka pihak sekolah mempunyai tugas untuk selalu memberikan motivasi peserta didik tentang pendidikan pramuka. Sedangkan, salah satu hambatan dalam hal ini yaitu minat masing-masing peserta didik pada ekstrakurikuler pramuka berbeda. Seperti pernyataan Kak Sofhatun Jamilah selaku pembina pramuka di MTs NU Aswaja Tengaran ketika diwawancarai pada hari Senin 06 Maret 2017 berikut: “Sumber Daya Manusia (SDM). Dari sisi pengajar yaitu satu banding berpuluhan peserta didik, sehingga materi sering tidak merata. Sedangkan dari sisi peserta didik yaitu minat mereka yang berbeda satu sama lain. Ada peserta didik yang benar-benar tertarik dari awal, ada pula yang tertarik ketika ada perlombaan.” Meskipun demikian, hambatan tersebut tidak menyurutkan dukungan dari berbagai pihak, terutama kepala madrasah dalam mendukung kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan tidak menyurutkan semangat peserta didik ketika berlatih pramuka. 2. Interpretasi Data Interpretasi data adalah bagaimana peneliti menafsirkan data sementara sebelum diambil sebuah kesimpulan. Sedangkan, penafsiran yang dilakukan oleh peneliti tidak bisa lepas dari tujuan awal penelitian. Penafsiran awal yang dapat dibuat oleh peneliti yaitu: pertama, kepala madrasah mendukung adanya pendidikan kepramukaan dengan cara mewajibkan ekstrakurikuler pramuka bagi semua peserta didik di MTs NU Aswaja Tengaran setiap hari sabtu jam 14.00 WIB, kecuali kelas IX
81
semester genap. Namun, minat peserta didik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya menjadi hambatan/problem tersendiri dalam menerapkan kebijakan tersebut. Pihak madrasah menyikapi hambatan tersebut dengan cara memberikan motivasi tentang pramuka kepada peserta didik dan dengan memberikan peringatan. Jika diperingatkan tidak diindahkan, maka sanksi selanjutnya yaitu berupa hukuman fisik seperti lari, push up dan sebagainya yang tidak memberatkan peserta didik. Kedua, kepala madrasah mendukung pendidikan kepramukaan karena: a. Adanya Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. b. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka memiliki pengaruh positif dalam pembentukan karakter peserta didik. Hal yang paling menonjol adalah pola pikir peserta didik MTs NU Aswaja Tengaran yang jauh lebih meningkat dibandingkan dengan peserta didik yang pasif atau jarang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Hal tersebut terbukti dengan adanya perbedaan respon atau tanggapan peserta didik dalam menyikapi berbagai macam hal. Ketika ada salah seorang peserta didik tidak masuk sekolah dikarenakan sakit, maka peserta didik yang aktif di kegiatan ekstrakurikuler pramuka cenderung semangat untuk menjenguk, menghibur dan mendoakan kesembuhan untuk temannya yang sakit tersebut. Selain itu, konsep pembelajaran dalam
82
ekstrakurikuler pramuka lebih mudah dipahami, peserta didik di kelas menjadi lebih aktif, mudah diatur, berwawasan lebih luas, bahkan mengharumkan nama sekolah dengan cara berprestasi di bidang pramuka. c. Pada dasarnya terdapat perbedaan antara pendidikan agama dan pendidikan dalam ekstrakurikuler pramuka. Pendidikan agama (akhlak) berkaitan dengan keyakinan/hidayah. Sedangkan, pendidikan dalam ekstrakurikuler pramuka berkaitan dengan aturan. Meskipun demikian, terdapat keselarasan diantara keduanya, yaitu memiliki peran dalam pendidikan karakter. Salah satunya yaitu pada poin dasadharma yang kelima “Rela menolong dan tabah” yang selaras dengan firman Allah dalam Q.S Al-Maidah ayat 2:
.....
“.....dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” Melalui ayat tersebut, Allah Swt menganjurkan umat manusia, termasuk anggota pramuka untuk menolong orang yang mmbutuhkan pertolongan dan membiasakan diri untuk tabah dalam mengatasi segala masalah kehidupan.
83
Ketiga, hasil dari kebijakan kepala madrasah dalam mendukung pendidikan kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran yaitu meskipun karakter positif peserta didik tidak serta merta langsung terbentuk, akan tetapi dari hasil data di atas terlihat bahwa ekstrakurikuler pramuka memiliki pengaruh terhadap pembentukan karakter yang berakhlak mulia peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di MTs NU Aswaja Tengaran. Selain itu, banyak prestasi yang diperoleh dari pramuka. Salah satunya yaitu juara tergiat pada perkemahan Jambore Ranting di Senjoyo pada tanggal 12-14 Agustus 2016.
84
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah tersusun data penelitian, maka tahap selanjutnya yaitu menarik kesimpulan. Dari paparan di atas, peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Kepala madrasah mendukung adanya pendidikan kepramukaan dengan cara mewajibkan ekstrakurikuler pramuka bagi semua peserta didik di MTs NU Aswaja Tengaran setiap hari sabtu jam 14.00 WIB. Kebijakan tersebut tidak berlaku bagi peserta didik kelas IX semester genap yang harus fokus pada ujian akhir. Selain itu, juga diterapkan sanksi bagi peserta didik yang wajib namun tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka berupa hukuman fisik dengan catatan tidak menyebaban cedera. 2. Alasan Kepala madrasah dalam mendukung pendidikan kepramukaan karena adanya Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, kegiatan ekstrakurikuler pramuka memiliki pengaruh positif dalam pembentukan karakter peserta didik serta terdapat keselarasan diantara pendidikan kepramukaan dan pendidikan agama Islam, yaitu memiliki peran dalam pendidikan karakter peserta didik. 3. Hasil dari kebijakan kepala madrasah dalam mendukung pendidikan kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran yaitu ekstrakurikuler pramuka memiliki pengaruh terhadap pembentukan karakter yang
85
berakhlak mulia peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di MTs NU Aswaja Tengaran dan banyak prestasi yang diperoleh dari pramuka. B. Saran Tujuan sebuah penelitian adalah untuk memberikan wawasan baru terhadap sebuah permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini, saran yang dapat peneliti berikan yaitu: 1. Saran untuk tenaga Kependididkan MTs NU Aswaja Tengaran a. Ekstrakurikuler pramuka mengandung banyak nilai positif, maka dukungan dari semua pihak sangat membantu dalam ekstrakurikuler pramuka. b. Tidak berhenti dalam memotivasi peserta didik tentang pendidikan pramuka. c. Pembina pramuka sebaiknya ditambah. d. Selain Pancasila, Dasadharma juga dapat digunakan dalam memfilter/menyaring diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat. 2. Saran untuk peserta didik MTs NU Aswaja Tengaran a. Alangkah lebih baik jika totalitas dalam melakukan sesuatu hal yang membawa manfaat. b. Sebaiknya
peserta
didik
mengamati
kemudian
mengikuti
ekstrakurikuler pramuka, sehingga akan menemukan bahwa pramuka itu menyenangkan.
86
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Abdurrahman Fathoni, H. 2011. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Budiningsih, C. Asri. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rineka Cipta. Esa Setyawan, Much Aulia. 2016. Konsep Pendidikan Karakter menurut Sunan Kalijaga. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. Gerakan Pramuka. 1983. Bahan Dasar Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjutan. Jakarta Pusat: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka. 2014. Kursus Mahir Dasar untuk Pembina Pramuka. Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Hasanah, Zahra Ridho. 2016. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Surah Al-An’am Ayat 151-153 dan Penerapannya dalam PAI. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. H, Maya. 2012. Kesalahan-Kesalahan Umum Kepala Sekolah dalam Mengelola Pendidikan. Yogyakarta: Buku Biru Jumali, M. Surtikanti, SA. Taurat Aly dan Sundari. 2008. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2007. Jakarta: Balai Pustaka. Kasali, Rhenald. 2001. Riset Kualitatif dalam Public Relations & Marketing Communications. Yogyakarta: Penerbit Bintang. Kasiram, Moh. 2008. Metodologi Peelitian Kuantitatif-Kualitatif. Malang: UIN Malang Press. Kaswardi, EM. K. 1993. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta: PT Grasindo. Salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Memorandum of Understanding antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka tentang Pendidikan Kepramukaan pada Gugus Depan Berbasis di Satuan Pendidikan dan Satuan Karya Pramuka Lingkup Pendidikan dan Kebudayaan. Moleong, Lexy J. 1988. Metodologi Peneitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
87
Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nugraha, Satya. Tt. Panduan Lengkap Pramuka. Pustaka Mahardika. Nurrochim. 2014. Implementasi Pendidikan Kepramukaan dalam Pembentukan Kedewasaan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Anggota Pramuka STAIN Salatiga Tahun 2013. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. Patton, Michael Quinn. 2006. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pidana, Made. 2011. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Rohman Abdullah, Abd. 2002. Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta. Sarkonah. 2012. Panduan Pramuka (Penggalang). Bandung: CV Nuansa Aulia. Setyawan. 2009. Dari Gerakan Kepanduan ke Gerakan Pramuka. Jakarta: Pustaka Tunas Media. Soejono, M. H. & H. Abdurrahman. 2005. Metode Penelitian suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: PT Rineka Cipta dan PT Bina Adiaksara. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suparmoko, M. 1998. Metode Penelitian Praktis (Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Ekonomi dan Bisnis). Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Syukur, Abdul. Hj. Maslikhah dan Nurhasanah. 2011. Konsep Dasar Materi Pendidikan Kepramukaan. Salatiga: Stain Salatiga Press. Tajuk Rencana. 29 September 2016. Waspadai Begal pada Malam Hari. Suara Merdeka. Hlm. 4.
88
Lampiran I DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Lu’luk Suroya
Usia
: 20 Tahun
Tempat, tanggal lahir : Trahean, 08 September 1996 Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: Krajan RT 008 RW 002 Desa Kedungringin, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah
No. Telp
: 085 865 056 544
Pendidikan
:
1. SDN Bintang Ninggi 1-6 Kabupaten Barito Utara lulus tahun 2007. 2. SMP Negeri 5 Muara Teweh Kabupaten Barito Utara lulus tahun 2010. 3. SMA Negeri 1 Muara Teweh Kabupaten Barito Utara lulus tahun 2013. 4. Pendidikan Agama Islam-S1 IAIN Salatiga. Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan senar-benarnya.
Salatiga, 15 Maret 2017 Yang membuat,
Lu’luk Suroya
89
Lampiran II Pedoman Wawancara Dengan Kepala Sekolah 1. Apa yang anda ketahui tentang pramuka? 2. Apa latar belakang anda mengadakan kegiatan pramuka? 3. Sudah berapa lama anda menerapkan kegiatan pramuka di MTs NU Aswaja Tengaran ini? 4. Bagaimana hasil dari kegiatan pramuka tersebut? 5. Apa yang anda ketahui tentang Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014? 6. Bagaimana kebijakan anda sebagai kepala sekolah dalam meyikapi Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014? 7. Apa problematika yang anda hadapi dalam menyikapi Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014? 8. Bagaimana solusi anda dalam menghadapi problematika tersebut? 9. Apa dampak positif dari adanya Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014? 10. Apa dampak negatif dari adanya Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 baik bagi anda, guru maupun siswa? Pedoman Wawancara Dengan Waka Kurikulum 1. Apa yang anda ketahui tentang pramuka? 2. Bagaimana cara mengalokasikan waktu untuk kegiatan pramuka? 3. Bagaimana pedoman dalam melaksanakan kegiatan pramuka? 4. Apa dampak positif dari adanya kegiatan pramuka? 5. Apa dampak negatif dari adanya kegiatan pramuka? Pedoman Wawancara Dengan Waka Kesiswaan 1. Apa yang anda ketahui tentang pramuka? 2. Apa dampak positif dari adanya kegiatan pramuka? 3. Apa dampak negatif dari adanya kegiatan pramuka? 4. Apa sangsi yang diberikan kepada siswa yang tidak mengikuti pramuka?
90
5. Bagaimana perbedaan perilaku antara siswa yang aktif dan siswa yang tidak mengikuti pramuka? Pedoman Wawancara Dengan Guru PAI 1. Apa yang anda ketahui tentang pramuka? 2. Apa anda mendukung adanya kegiatan pramuka? 3. Apa dampak positif dari adanya kegiatan pramuka? 4. Apa dampak negatif dari adanya kegiatan pramuka? 5. Menurut anda bagaimana proses pendidikan agama islam siswa dalam pendidikan pramuka? Pedoman Wawancara Dengan Guru Pramuka 1. Apa yang anda ketahui tentang pramuka? 2. Ada atau tidak pedoman (silabus) yang anda gunakan dalam kegiatan pramuka? 3. Siapa yang membuat pedoman (silabus) dalam kegiatan pramuka? 4. Menurut anda bagaimana proses pendidikan agama Islam dalam kegiatan pramuka? 5. Apa problematika yang anda hadapi dalam mengajar pramuka? 6. Bagaimana cara anda mengatasi problematika tersebut? Pedoman Wawancara Dengan Siswa 1. Apa yang anda ketahui tentang pramuka? 2. Apa motivasi anda mengikuti kegiatan pramuka? 3. Menurut anda bagaimana proses pendidikan agama Islam dalam kegiatan pramuka? 4. Apa problematika yang anda hadapi dalam kegiatan pramuka? 5. Bagaimana cara anda mengatasi problematika tersebut?
91
SALINAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER WAJIB PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Mengingat
: a. bahwa Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan untuk menginternalisasikan nilai ketuhanan, kebudayaan, kepemimpinan, kebersamaan, sosial, kecintaan alam, dan kemandirian pada peserta didik; b. bahwa nilai-nilai dalam sikap dan keterampilan sebagai muatan Kurikulum 2013 dan muatan Pendidikan Kepramukaan dapat bersinergi secara koheren; c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah; : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014;
-25. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014; 6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 54/P Tahun 2014; 7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan; 8. Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI; 9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs. 10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA; 11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK; 12. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 231 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugus depan Gerakan Pramuka; 13. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 056 Tahun 1982 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Karang Pamitran; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER WAJIB PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai nilai kepramukaan; 2. Satuan Pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK). 3. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan kepramukaan; 4. Pramuka adalah warga negara Indonesia yang aktif dalam pendidikan kepramukaan serta mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka; 5. Kepramukaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan pramuka; 6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan;
-3Pasal 2 (1) (2)
Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan menengah. Kegiatan Ekstrakurikuler wajib merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik; Pasal 3
(1) (2) (3)
(4)
Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dalam 3 (tiga) Model meliputi Model Blok, Model Aktualisasi, dan Model Reguler. Model Blok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan wajib dalam bentuk perkemahan yang dilaksanakan setahun sekali dan diberikan penilaian umum. Model Aktualisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan wajib dalam bentuk penerapan sikap dan keterampilan yang dipelajari didalam kelas yang dilaksanakan dalam kegiatan Kepramukaan secara rutin, terjadwal, dan diberikan penilaian formal. Model Reguler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan sukarela berbasis minat peserta didik yang dilaksanakan di Gugus depan. Pasal 4
Pendidikan Kepramukaan berisi perpaduan proses pengembangan nilai sikap dan keterampilan. Pasal 5 (1) (2) (3)
(4)
Pola Kegiatan Pendidikan Kepramukaan diwujudkan dalam bentuk upacara dan keterampilan Kepramukaan dengan menggunakan berbagai metode dan teknik. Upacara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi upacara pembukaan dan penutupan. Keterampilan Kepramukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sebagai perwujudan komitmen Kepramukaan dalam bentuk pembiasan dan penguatan sikap dan keterampilan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Metode dan teknik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk belajar interaktif dan progresif disesuaikan dengan kemampuan fisik dan mental peserta didik. Pasal 6
(1) (2) (3) (4)
Penilaian dalam Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dengan menggunakan penilaian yang bersifat otentik mencakup penilaian sikap dan keterampilan. Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan penilaian berdasarkan pengamatan, penilaian diri, dan penilaian teman sebaya. Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan penilaian unjuk kerja. Penilaian sikap dan keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) menggunakan jurnal pendidik dan portofolio. Pasal 7
(1)
Pengelolaan Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada satuan pendidikan dasar dan menengah merupakan tanggung jawab kepala sekolah dengan pelaksana pembina pramuka.
-4(2)
(3)
Pembina Pramuka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Guru kelas/Guru mata pelajaran yang telah memperoleh sertifikat paling rendah kursus mahir dasar atau Pembina Pramuka yang bukan guru kelas/guru mata pelajaran. Guru kelas/guru mata pelajaran yang melaksanakan tugas tambahan sebagai Pembina Pramuka dihitung sebagai bagian dari pemenuhan beban kerja guru dengan beban kerja paling banyak 2 jam pelajaran per minggu. Pasal 8
(1) Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib merujuk pada Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib dan Prosedur Operasi Standar (POS) Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib. (2) Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (3) Prosedur Operasi Standar (POS) Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 9 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, TTD. MOHAMMAD NUH Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, TTD. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 959 Salinan sesuai dengan aslinya. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, TTD. Ani Nurdiani Azizah NIP 195812011986032001
FOKUS PENELITIAN Sejalan dengan latar belakang di atas, maka fokus penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017? 2. Apa alasan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017? 3. Bagaimana hasil dari kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017?
TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017. 2. Untuk mengetahui alasan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017. 3. Untuk mengetahui hasil dari kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017.
JENIS DAN METODE PENELITIAN Peneliti menggunakan jenis penelitian grounded theory, yaitu peneliti bertujuan memberikan padangan yang lengkap dan mendalam mengenai subyek penelitian. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi
LOKASI, WAKTU, SUBYEK DAN OBYEK PENELITIAN Lokasi penelitian adalah di MTs NU Aswaja Tengaran yang terletak di Jl. Masjid Besar no. 32 Tengaran, Kecamatan Tengaran, Kabupeten Semarang.
Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai pada tanggal 06 Januari 2017 sampai dengan tanggal 13 Maret 2017. Jadi penelitian ini berjalan dalam waktu + 3 bulan. Subyek dalam penelitian ini adalah Ekstrakurikuler Pramuka MTs NU Aswaja Tengaran . Obyek penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Waka Kesiswaan, guru PAI, guru Pramuka dan siswa MTs NU Aswaja Tengaran.
PENGERTIAN KEPALA SEKOLAH/MADRASAH Kepala sekolah berasal dari dua kata, yaitu “kepala” dan “sekolah”. Kepala dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran (Wahjosumidjo, 1999: 83).
Dengan demikian kepala sekolah/madrasah dapat didefinisikan sebagai seorang guru yang mendapatkan tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah, tempat di mana proses belajar mengajar diselenggarakan atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dengan siswa yang menerima pelajaran.
PENGERTIAN KEPRAMUKAAN Sarkonah (2012: 3) menjelaskan bahwa nama pramuka berasal dari bahasa sangskerta. Sebenarnya, pramuka berasal dari kata praja, artinya warga, rakyat dalam suatu negara dan kata moeda, artinya mereka yang berjiwa muda apabila dilihat dari segi usia (7 hingga 25 tahun), serta kata karana, artinya kesanggupan, kemampuan dan keuletan dalam berkarya. Sementara itu, kegiatan kepramukaan merupakan suatu sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia. Dari pengertian tersebut, organisasi pramuka dianggap cocok untuk dijadikan sebagai salah satu tempat pembinaan karakter siswa. Melalui kegiatan pramuka, diharapkan karakter siswa dapat dibina ke arah yang lebih baik.
HASIL PENELITIAN Setelah tersusun data penelitian, maka tahap selanjutnya yaitu menarik kesimpulan. Dari paparan di atas, peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Kepala madrasah mendukung adanya pendidikan kepramukaan dengan cara mewajibkan ekstrakurikuler pramuka bagi semua peserta didik di MTs NU Aswaja Tengaran setiap hari sabtu jam 14.00 WIB, kecuali kelas IX semester genap.
Lanjutan... 2. Alasan kepala madrasah mendukung pendidikan kepramukaan yaitu adanya Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014, kegiatan ekstrakurikuler pramuka memiliki pengaruh positif dan terdapat keselarasan diantara pendidikan kepramukaan dan pendidikan agama Islam, yaitu memiliki peran dalam pendidikan karakter peserta didik.
Lanjutan... 3. Hasil dari kebijakan tersebut yaitu ekstrakurikuler pramuka memiliki pengaruh terhadap pembentukan karakter yang berakhlak mulia peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di MTs NU Aswaja Tengaran dan banyak prestasi yang diperoleh dari pramuka.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH