Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia
Kebijakan dan Pengembangan IPTEK bidang MIPA di Indonesia disampaikan oleh
Pariatmono Deputi Pendaya-gunaan IPTEK pada acara
Seminar Nasional Sains dan Pendidikan MIPA pada Kegiatan Semirata (Seminar dan Rapat Tahunan) 2014 bidang MIPA
“Integrasi sains MIPA untuk mengatasi masalah pangan, energi, kesehatan, reklamasi dan lingkungan” Ballroom IPB International Convemtion Center, Sabtu, 10 Mei 2014
1. Pendahuluan
Sumber Daya Indonesia Penghasil Terbesar Dunia no 1: Kelapa Sawit 465.000 ton Penghasil Terbesar Dunia no 6: Batubara 141,1 juta ton oil eq Penghasil Terbesar Dunia no 3: Nikel 229.000 ton Penghasil Terbesar Dunia no 2: Timah 102.000 ton
Penghasil Terbesar Dunia no 3: Beras 35,8 juta ton
Output Terbesar Dunia no 6: Agricultural US$ 60 milyar
Penghasil Terbesar Dunia no 3: Kakao 545.000 ton
Indonesia adalah negara yang dikaruniai hampir semua prasyarat untuk mampu menjadi kekuatan besar dalam perekonomian dunia.
Keragaman Budaya
Wisata
Jumlah Penduduk
Penghasil Terbesar Dunia no 4: Kopi 465.000 ton
Penghasil Terbesar Dunia no 2: Karet 2,80 juta ton Penghasil Terbesar Dunia no 6: Tembaga 789.000 ton
TEKNOLOGI DAN NILAI TAMBAH
Natural Resources Accounting
Catatan: Amanat UU 4/2009 tentang Minerba mulai 2014 tidak lagi diperbolehkan ekspor dalam bentuk bahan baku diolah Sumber: Menko Perekonomian
PERKEMBANGAN INDEKS DAYA SAING INDONESIA 2010
2011
1
1
2
2 3
Country
2009
Switzerland
1
USA
2
3
Singapore
3
4
Sweden
4
5
5
26
Denmark Malaysia Brunei Thailand
24 32 36
28 38 44 139
Indonesia
54
4 5 21 28
39 46 142
2012 1 2 3 4 5 25 28 38 50
Country
2013
Switzerland
1
Singapore
2
Finland
3
Germany
4
United State
5
Malaysia
24
Brunei
26
Thailand
37
Indonesia
38
Burundi
146
144 Burundi
133 Source: WEF, 2009-2013
Gambaran Daya Saing Nasional INDONESIA 2013-2014
GDP (PPP) per capita (int’l $), 1990–2012
6
Gambaran Daya Saing Nasional Peringkat Indeks Daya Saing Indonesia menurut Pilar Daya Saing, 2012-2013 No Pilar
2012
2013 Perubahan
1
Kesiapan teknologi
85
75
10
2
Efisiensi pasar barang
63
50
13
3
Kecanggihan bisnis
42
37
5
4
Kelembagaan
72
67
5
5
Kemajuan pasar uang
70
60
10
6
Ukuran pasar
16
15
1
7
Infrastruktur
78
61
17
8
Lingkungan ekonomi makro
25
26
-1
9
Inovasi
39
33
6
10
Pendidikan tinggi dan pelatihan Kesehatan dan pendidikan dasar Efisiensi pasar tenaga kerja
73
64
9
70
72
-2
103
17
11 12
7
120
Gambaran Daya Saing Nasional Indeks Daya Saing Indonesia Pada pilar Innovation, 2013 Pilar Inovasi
Indeks
Peringkat
Kapasitas inovasi
4,4
24
Kualitas institusi litbang
4,1
46
Pendanaan R&D oleh perusahaan
4,1
23
Kolaborasi universitas-industri dalam R&D
4,5
30
Pengadaan pemerintah atas produkproduk teknologi tinggi
4,1
25
Ketersediaan ilmuwan dan engineer
4,5
40
Jumlah paten / juta penduduk
0,1
103
8
HARUS MENGHINDARI “THE MIDDLE INCOME TRAP”
Indonesia sudah memasuki kelompok middle income country sejak 2003. Indonesia harus waspada terhadap “the Middle Income Trap”, dimana kesejahteraan kita tidak naik signifkan dari keadaan sekarang.
Negara kecil (Singapura, Taiwan) cenderung lebih mudah keluar dari middle income trap. Bagi negara besar, termasuk Indonesia, tantangannya jauh lebih berat. Harus mempunyai strategi pembangunan yang dapat menciptakan pertumbuhan jauh lebih cepat dari saat ini. Kemenko Perekonomian
INDONESIA HARUS MENINGKATKAN DAYA SAING
(AEC) 2015
Pasar Tunggal dan Basis Produksi Regional
Kawasan Berdayasaing Tinggi
Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Merata
Integrasi ke dalam Perekonomian Dunia
Pada tahun 2015, Kawasan ASEAN akan menjadi pasar terbuka yang berbasis produksi, dimana aliran barang, jasa, dan investasi akan bergerak bebas, sesuai dengan kesepakatan ASEAN. Tingkat keunggulan komparatif dan kompetitif yang berbeda antar negara anggota ASEAN akan berpengaruh dalam menentukan manfaat AEC 2015 di antara negara-negara ASEAN. Indonesia harus meningkatkan daya saing guna menghadapi integrasi perekonomian dan meningkatkan potensi pasar domestik (konektivitas dan infrastruktur). Peran inter-konektivitas mutlak dalam mendorong daya saing produk nasional di pasar domestik maupun luar negeri Kemenko Perekonomian
Ekspor: Kandungan teknologi Share of merchandise exports in Commodities’ share of total exports, agriculture and high tech manufacturing, 2009 (%, WDI) 1990-2008
Sistem inovasi Market Education Development Based on KBE
Knowledge Producer, Human Resources Developer (Supply)
Collaboration
User of Knowledge (Demand)
Kebijakan Finansial
Kebijakan Sains dan Teknologi
Kebijakan Ekonomi
Kebijakan Human Capital
Knowledge Based Economy
KBE
Policy
Small Midle Enterprise
Kebijakan Pendidikan
Industry
University & LPNK
Membangun Infra struktur Sosial
Market
Rising up the Productivity
Government Politic and Economy Society
Environment, Culture, Tradition, National Character
Periode Bonus Demografi
Indonesia
Jepang
Demografi umur penduduk
Faktor
Tingkat Pendidikan Angkatan Kerja
Sebagai target pencapaian komposisi Angkatan Kerja INDONESIA 7.20% 22.40% 70.40%
Universitas Tinggi Menengah Dasar
2010
MALAYSIA 20.30% 56.30% 24.30%
Tinggi
2006
Menengah
2001
Dasar
Tinggi Menengah Dasar
TINGGI 20%
2.70%
2.20% 1.60%
175%
7.80%
SMK
6.20% 5.50%
14.60%
SMA
MENENGAH
12.70% 10.30%
18.90%
SMP
OECD 40.30% 39.30% 20.40%
Diploma I,II,III
4.60%
3.20% 1.80%
20.20% 17.70%
100%
45%
DASAR 35% 51.50%
SD atau tidak tamat SD
55.50% 63.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
Data Kemdiknas, Diolah dari: Encyclopedia of Nations, http://www.nationsencyclopedia.com/ diakses Januari 2011
PENINGKATAN KWALIFIKASI SDM TINGGI dan MENENGAH
80.00%
Kemenko Perekonomian
Perkembangan Anggaran Penelitian dan APBN
Sumber: Indikator Iptek Indonesia, 2010
Anggaran LITBANG naik 420x APBN
naik 4000x
SDM Penelitian dan Pengembangan (2009) 30,000
8,575 25,000
1,238 1,401
20,000
22,228
Non degree 8%
STAF PENDUKUNG TEKNISI PENELITI
PhD 16%
7,572
Bachelor 25%
15,000
1,144 10,000
2,135
11,114
Master 51%
7,588
5,000
0
PTN
INDUSTRI MANUFAKTUR
PEMERINTAH
SUMBER: Data estimasi dari survei litbang sektor perguruan tinggi (2009) dan Industri Manufaktur (2009) yang dilakukan PAPPIPTEKLIPI dan survei litbang sektor pemerintah (2008)
SUMBER: Data estimasi dari survei litbang sektor perguruan tinggi (2009) dan Industri Manufaktur (2009) yang dilakukan PAPPIPTEK-LIPI dan survei litbang sektor pemerintah (2008)
Rasio Peneliti
(jumlah peneliti per sejuta penduduk)
Indonesia, 2013:
529.38
518.18
538.57
455.33
500
411
600
458.76
Indonesia
Jumlah Peneliti = 131.463 Jumlah penduduk = 248.334.138
400 300 200 100 0
2008 2009
2010 2011 2012 2013
Sumber: Number of Researchers per million inhabitants by Country, ChartsBin.com, dilihat pada 26 Maret 2014 http://chartsbin.com/view/1124.
Perbandingan Belanja Litbang terhadap PDB Jepang Korea Selatan Amerika Serikat
Jerman Perancis Kanada Australia Britania Raya RRC
2009
Italia
2007
Rusia Brasil India Turki Afrika Selatan
Meksiko Argentina Indonesia* Sumber: Global R&D Funding Forecast (2010) (0.50) *2007 diperoleh dari belanja litbang pemerintah, Data Potensi IPTEK Tahun 19942006 *2009 diperoleh dari estimasi data litbang pemerintah, industri dan pendidikan
0.50
1.50
2.50
3.50
KONTRIBUSI SEKTOR SWASTA TERHADAP R&D GOV 42,8 %
ISIC 15: Makanan & Minuman ISIC 34: Kendaraan Bermotor ISIC 24: Kimia dan barang dari bahan kimia
HE
38,5%
INDUSTRY
18,7%
Sumber: Survei litbang sektor Industri Manufaktur, 2010. Pappiptek-LIPI; Data estimasi dari survei litbang sektor perguruan tinggi (2009) dan Industri Manufaktur (2009) yang dilakukan PAPPIPTEK-LIPI dan survei litbang sektor pemerintah (2008)
Sebaran Jenis Kegiatan Inovasi 85.41%
90%
77.50%
80% 70% 60%
50%
48.33% 39.31%
40% 30%
36.96% 21.63%
20% 10%
5.19%
0%
Sumber: Survei inovasi sektor Industri Manufaktur, 2011. Pappiptek-LIPI
Keluaran Penelitian dan Pengembangan
Sumber : diolah Pappitek-LIPI USPTO, Performance and Accountability Report
Bidang Publikasi Internasional Indonesia
2. Permasalahan IPTEK
KRITIK WAKIL PRESIDEN Kompas, Jum’at, 10 Mei 2013, halaman 13
”Selama lebih dari 30 tahun, Konsep Pembangunan Berbasis IPTEK belum pernah dijabarkan dalam bentuk rencana konkret, konsisten dan terpadu. Bahkan, rencana yang ada pun belum dilaksanakan secara konsisten”
Wapres Boediono pada pembukaan Seminar Nasional ”Paradigma Baru Pembangunan Nasional: Membangun Indonesia Masa Depan berbasis IPTEK”,
KRITIK WAKIL PRESIDEN
Daftar A
Daftar B
Daftar C
“Rencana pembangunan iptek belum terpadu dalam bentuk sasaran pokok dan langkah pencapaian. Rencana masih kompilasi dan daftar langkah yang berdiri sendiri-sendiri”
KRITIK WAKIL PRESIDEN Strategi pembangunan iptek yang berhasil 1. Proses kemajuan teknologi harus menyatu dengan kegiatan ekonomi 2. Hasil penelitian tidak boleh berhenti di laboratorium, tapi harus dipraktekkan dalam kegiatan ekonomi nyata
KRITIK WAKIL PRESIDEN
Permasalahan Abad 20 - Persatuan melawan penjajahan - Mempertahankan kemerdekaan - Menangkal separatisme - Menjaga keutuhan wilayah - Membangun perekonomian - Meningkatkan kesejahteraan
Kurang terkait dengan masalah ekonomi
Abad 21 - Memerangi kebodohan - Mengentaskan kemiskinan - Memacu pertumbuhan dan produktivitas
Kurang jelas kaitan dengan pemangku kepentingan lainnya
Kurang menyelesaikan masalah di masyarakat 29
Permasalahan IPTEK -Definisi Inovasi
Adaptasi dari: Management of Innovation, Prof. R. O'Callaghan.. http://www.siks.nl/map_IO_Archi_2006/ocallaghan2.PDF
“Innovation means technologies or practices that are new to a given society, and being diffused in that economy or society. This point is important: what is not disseminated and used is not an innovation.” (The World Bank, Innovation Policy, 2010). 30
Konsep Sistem Litbangrap IPTEK
31
UU 18/2002:
Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sisnas Litbangrap IPTEK
menciptakan iklim kondusif
arah
Memberikan stimulasi dan fasilitas
Menumbuhkembangkan motivasi
prioritas utama Rumusan yang dihasilkan
kerangka kebijakan
Kebijakan Strategis Pembangunan IPTEK 32
Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
UU 18/2002:
Membentuk SDM IPTEK
Kelembagaan IPTEK
Perguruan Tinggi
Lembaga Litbang
Menumbuhkan kemampuan pemajuan IPTEK
saling interaksi Menumbuhkan kemampuan perekayasaan, inovasi dan difusi teknologi
Badan Usaha
Lembaga Penunjang
Memberi dukungan dan membentuk iklim kondusif bagi penguasaan, pemanfaatan dan pemajuan IPTEK
33
Kerangka Pembangunan IPTEK
34
PROGRAM UTAMA NASIONAL RISET DAN TEKNOLOGI (PUNAS RISTEK) 1.
Pertanian dan Pangan
2.
Energi, Energi Baru dan Terbarukan
3.
Teknologi Kesehatan dan Obat
4.
Teknologi Informasi dan Komunikasi
5.
Teknologi Transportasi
6.
Teknologi Pertahanan dan Keamanan
7.
Material Maju 35
LEMBAGA RISET PEMERINTAH KIN PerPres No. 32 Th 2010
KEMENTRIAN KEUANG AN
SEKRETARIAT NEGARA
LPDP
KEMEN-TERIAN LAIN
KEMEN DIKBUD
DRN
1. Pangan 2. Energi 3. Kesehatan Obat 4. Transportasi 5. Manufaktur 6. ICT 7. Material Maju
UU No. 18 Th 2002
UU No. 8 Th 1990
Penelitian Pengembangan Perekayasaan (Litbangyasa)
EIJKMAN
BATAN
LAPAN
LIPI
Layanan / Dukungan Sektor
BPPT
BAPETEN
BSN
Kebijakan Iptek
BIG
Litbangyasa Studi Dana Riset Kebijakan
DEUPUTI MENTERI RISTEK
INDONESIA RESEARCH FUND
LEMLIT KEMEN-TERIAN
PERGURUAN TINGGI
Tridarma Perguruan Tinggi
AIPI
ARN
LITBANG KEMENTERIAN MENTERI
DIR 1 DIR 2
JAJARAN DITJEN memiliki tupoksi sebagai pelaksana pembangunan dan / atau penyedia layanan ke masyarakat, karenanya jajaran ini mengetahui permasalahan nyata di lapangan dan teknologi apa yang dibutuhkan (konwledge on needs);
•
JAJARAN LITBANG bertugas untuk mengembangkan dan menemukan teknologi (knowledge on technology)
Sekat Kewenangan
SEKJEN
DIRJEN
•
DIRJEN
DIR 1 DIR 2
KEPELA BALITBANG
KAPUS 1
KAPUS 2
KEDUA JAJARAN INI SEHARUSNYA BERADA DALAM SATU DITJEN MEMBENTUK “COLLECTIVE MIND” DENGAN INTERAKSI YANG INTENSIF SEHINGGA MAMPU MEMICU INOVASI
37
PERGURUAN TINGGI
• Dengan tridarmanya, perguruan tinggi juga adalah unsur lembaga litbang dari SIN; • Memiliki “pool resources” yang sangat besar dan beragam; • Karena selalu silih berganti, mahasiswa berpotensi sebagai pembangkit ide-ide segar pengembangan iptek; • Negara maju memiliki mekanisme memanen ide-ide segar dari mahasiswa sumber invensi; • Oleh karena itu perlu ada kebijakan agar Perguruan Tinggi lebih terintgrasi dalam SIN;
Isu Strategis IPTEK PRIORITAS NASIONAL KIB II 2009 - 2014 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pendidikan Kesehatan Penanggulangan Kemiskinan Ketahanan Pangan Infrastruktur Iklim Investasi dan Iklim Usaha
8. Energi 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana 10.Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pasca-konflik 11.Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi
39
Penataan Kelembagaan berbasis Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)
40
3. IPTEKsebagai Pendorong Inovasi
PUSAT UNGGULAN IPTEK Pengembangan Pusat Unggulan Iptek KE Kalimantan
KE Sulawesi KE Papua - Maluku
KE Sumatera KE Jawa
Rencana 2015: ≥ 10 PUI Ada Pusat Eksibisi Hasil-hasil Riset Unggulan, persiapan di tahun 2014. PPKS
KE Bali - Nusa Tenggara PPKS LPT UNAIR PUSLITKOKA PKHT IPB PSB IPB
LPT UNAIR PUSLITKOKA PPKS
2012
2013
2011
IKU KRT PEMBINAA N
5 PUI 3 PUI
2010
1 PUI KS -
1 PUI
2014
4 PUI
12 PUI
7 PUI 17 PUI
Realisasi 2013: 5 PUI 1. PPKS (Sumut) 2. ITD, Unair (Jatim) 3. Puslitkoka (Jatim) 4. PKH (Jabar) 5. Biofarmaka (Jabar) (Dalam pembinaan 12+5 = 17 Pusat) Outcome: 164Jurnal Nasional 91Jurnal Int. 22Paten 26Produk Lisensi/Termanfaatkan, 209Kerjasama RencanaRiset 2014: 7 PUI Pembinaan 17+8 = 25 Pusat) Outcome: 334JN 193JI 47P 60L 389KS Kebijakan: Perpres/Permen sbg landasan kebijakan Pengembangan PUI 2015-2019
SDM IPTEK Beasiswa SDM Iptek (Karyasiswa/KS)
•
Karyasiswa Kemenristek lulus dengan predikat cum laude dalam Sidang Doktor di UI tentang Analisis Kebijakan Pengaturan Kegiatan Usaha Hulu Migas di Indonesia
Pelatihan Missile design and system engineering Konsorsium Roket di Bandung
SDM Iptek berpendidikan S2 & S3 di Kemenristek dan 7 LPNK sekitar 66% S2 & S3 lemlit pemerintah • Isu: ageing community, gap kompetensi, komposisi • RPJMN 2010-2014 : Penguatan SDM iptek melalui pendidikan doktor dari universitas unggulan dan pelatihan peneliti untuk skill khusus dan lanjut di laboratorium terkemuka di dunia
Research and Development Leadership Training pemimpin muda LIPI di Belanda
Uraian S3 dalam negeri S2 dalam negeri S3 LN RisetPro S2 LN Riset Pro KS yang masih dibiayai KS yang lulus s/d saat ini Pend non gelar Riset-Pro
Realisasi 2013 25
Rencana 2014 10
77
20
28
70
5
11
264
339
S2=187; S3=40 121
S2=220; S3=60 159
Launching kegiatan Research and Innovation in Science and Technology Project (RISET-Pro) dan arahan Menristek kepada karyasiswa
Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Tabel : Penguatan Sistem Inovasi Daerah
Uraian Daerah yang menerapkan SIDa
Model SIDa: Sinergi, dan Kolaborasi antar Stakeholder
Realisasi 2013
Rencana 2014
17 Propinsi
10 (+17) Propinsi
Roadmap Beberapa Propinsi
INSENTIF RISET Sistem Inovasi Nasional (SINAS)
INTERMEDIASI IPTEK Layanan Intermediasi Iptek Uraian
Realisasi 2013
Rencana 2014
Promosi/Sosialisasi Hasil Invensi Iptek Nasional Intermediasi Iptek
Buku 105 Inovasi Indonesia
Buku 106 Inovasi Indonesia
10 Intermediasi
10 Intermediasi
Inkubasi Bisnis Teknologi
5 Paket Inkubasi
5 Paket Inkubasi
Beberapa Contoh Intermediasi Iptek: “Silent Generator“
Tujuan dari intermediasi ini adalah penerapan mesin pembangkit Energi yang mempunyai Standard International dan mempunyai tingkat kebisingan yang rendah. Sasaran lain adalah terciptanya kerjasama sinergis antara pihak swasta selaku pelaku bisnis, dan pihak BPPT sebagai sumber teknologi. Produk Universal Testing Machine (double column) kapasitas 25 Ton Dalam Proses Inkubasi.
“Permen Cajuput (Permen Fungsional Pelega Tenggorokan dengan Cita-rasa Khas Indonesia)“ Sasaran kegiatan intermediasi ini adalah berhasil disepakatinya kerjasama bisnis antara Institut Pertanian Bogor sebagai sumber karya inovasi dengan dunia usaha sebagai pemakai karya inovasi, dalam bentuk kerjasama untuk mengadakan pemanfaatan, pengembangan dan komersialisasi inovasi Permen Cajuput sampai ke tahap industri.
BAPETEN
47
(Badan Pengawas Tenaga Nuklir) KEGIATAN PENGAWASAN
1. Penyusunan Peraturan Ketenaganukliran ( Penyiapan RUU, RPP, Perka.BAPETEN ) 2. Perijinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir 3. Pelaksanaan Inspeksi dan Penegakan Hukum. 4. Kesiapsiagaan Nuklir 5. Pengkajian Teknis Keselamatan, Keamanan, Seifgards nuklir ( Internal Technical Support Organization )
ASPEK & TUJUAN PENGAWASAN
Aspek : 1. Keselamatan nuklir 2. Keamanan Nuklir 3. Seifgard Nuklir Tujuan : Melindungi dan menjamin keselamatan, kesehatan, keamanan dan ketentraman para Pekerja, Masyarakat, Lingkungan hidup dari bahaya radiasi yang dapat ditimbulkan dari pemanfaatan tenaganuklir di Indonesia
OBYEK PENGAWASAN
1.
Instalasi Nuklir - Reaktor Nuklir ( Riset & daya atau PLTN) - Instalasi Bahan Bakar Nuklir - Instalasi Limbah Radioaktif - Instalasi Produksi Radioisotop 2. Fasilitas Kesehatan di bagian Radiologi - Radiodiagnostik ( Rontgen, CT Scan,dll) - Radioterapi - Kedokteran Nuklir 3. Industri & Penelitian - gauging, untuk industri pengolahan - Logging, untuk industri pertambangan - X-Ray & Fluroscopi Bagasi - Radiografi industri - TENORM / Bahan mineral radioaktif - Transportasi sumber /zat radioaktif. - Export import bahan nuklir
BATAN
(Badan Tenaga Nuklir Nasional) 1. Varietas Kedelai: Gamasugen 1 dan Gamasugen 2 2. Varietas Sorgum Pahat 3. Varietas Kacang Hijau Muri 4. Varietas Gandum Ganesha 5. Irradiated pericardium membrane untuk Guided Bone Regeration (GBR), produk kesehatan yang disterilisasi dengan teknologi radiasi dimanfaatkan untuk perawatan kesehatan gigi. 6. Teknologi formula pakan komplit untuk ruminansia dari jerami padi yang difermentasi dan Thitonia diversifolia 7. Teknologi pembuatan inokulan mikroba pendegradasian limbah hidrokarbon 8. Prototipe container dan penyimpanan nukleotida bertanda [γ-32P]ATP. 9. Prototipe sistem pencitraan peti kemas dengan teknik serapan sinar gamma 10. Kit Radiofarmaka DTPA (renoscan), MDP (bonescan) dan MIBI (cardioscan) 11. Prototipe perangkat Sinar-X Digital
Kedelai varietas Gamasugen 2
Kit Radiofarmaka DTPA (renoscan), MDP (bonescan) dan MIBI (cardioscan)
BIG
(Badan Informasi Geospasial) Informasi Geospasial Dasar (IGD)
Informasi Geospasial Tematik (IGT)
Tampilan Peta Indikasi Penundaan Izin Baru Lahan Gambut (Inpres 6/2013)
Tampilan Peta RBI Skala 1:10.000
BPPT
(Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)
BSN
(Badan Standarisasi Nasional) PRODUK AMAN DAN BERMUTU
lampu
AKREDITASI
STANDARDISASI
laboratorium; lembaga inspeksi
KONSUMEN
PRODUSEN
lembaga sertifikasi
METROLOGI; KALIBRASI; BAHAN ACUAN
PRODUK AMAN DAN BERMUTU
Jumlah SNI: 7.938 (per Januari 2014) Yang berlaku wajib (diadopsi menjatetapkan regulasi): 267 SNI Jumlah lembaga penilaian kesesuaian yang diakreditasi oleh KAN : 1.181, yang meliputi: Lab. Penguji, lab. Medis, lab. Uji profisiensi: 837 Lab. Kalibrasi: 172 Lembaga inspeksi: 32 Lembaga sertifikasi: 140 Jumlah perusahaan/pelaku usaha yang menerapkan SNI: 57.530
helm
LAPAN
(Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) RHan-122: 33 Km
Penggunaan : - Peluncuran satelit, - Pertahanan (TNI)
1. Roket RHan-200: 70 Km
Roket RX-550 Citra satelit LAPAN-A1
2. Satelit
3. Pesawat UAV & LSA
Satelit LAPAN-A2: telah siap diluncurkan
Penggunaan : Mitigasi bencana, SDA, Pertahanan, Kewilayahan.
Rekor MURI: 200 Km, 2,75jam
Take Off Dari KRI Diponegoro dan Hasil Video Dari UAV Penggunaan UAV: Mitigasi bencana (BNPB), Foto SDA (Kementan), Pertahanan (TNI-AL, Dittop-AD), Kewilayahan.
LSA: - Jelajah 1300 Km, 6-8 jam, muatan 160 Kg; - Utk pemantauan lahan pertanian (Kementan), dll
LIPI
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Pengembangan Konservasi Tumbuhan Indonesia - Kebun Raya Baru Pengembangan 21 Kebun Raya Daerah
Panen Perdana Padi Gogo LIPI di Konawe, Sulteng Pupuk Organik Hayati (POH)
Radar Pengawas Pantai ISRA sebagai bagian dari Integrated Surveillance System NKRI
Kesimpulan 1. 2.
3.
Ada masalah besar di hulu (dunia penelitian), namun ada masalah yang lebih besar di hilir (pemanfaatan hasil penelitian) Industri dan lembaga keuangan perlu didorong untuk melakukan kegiatan IPTEK Negara memerlukan visi iptek yang satu, paling banyak tiga
4.
FEW: food, energy and water Antariksa: satelit, roket dan pesawat terbang Kebencanaan Maritim / Kelautan: pangan, transportasi, hankam
Kebijakan Keuangan dan Kebijakan Perencanaan perlu diselaraskan untuk mendorong IPTEK yang MEMBANGUN BANGSA
54
Terima Kasih
55
PERBANDINGAN DENGAN NEGARA TETANGGA
Sumber: Bank Dunia, 2012, diolah Angka di depan negara menunjukkan urutan rangking kesiapan dalam Knowledge Based Economy.
RANKING NEGARA DALAM JURNAL ILMIAH 2012
Documents
Citable documents
Citations
SelfCitations
Citations per Document
RANK
Country
32
Singapore
149,509
144,653
1,616,952
230,656
12.95
268
40
Malaysia
99,187
97,018
356,918
93,479
7.85
125
43
Thailand
82,209
79,537
621,817
109,600
10.96
167
61
Indonesia
20,166
19,740
146,670
16,149
10.94
112
67
Viet Nam
16,474
16,116
125,927
18,500
11.79
107
70
Philippines
13,163
12,796
141,070
15,727
13.38
116
Sumber: SJR : Scientific Journal Rankings http://www.scimagojr.com/countryrank.php
H index
PERKEMBANGAN JUMLAH DOKUMEN ILMIAH 25000
20000
document
15000
10000
5000
0
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Indonesia
538
548
507
553
591
560
544
699
850
984
1,061
1,155
1,315
1,792
2,247
2,991
3,231
Malaysia
957
1,073
1,078
1,237
1,415
1,249
1,444
1,869
2,541
3,137
4,153
4,934
7,465
10,910 15,087 19,800 20,838
Philippines
445
483
451
477
498
421
542
633
622
789
831
847
970
1,089
1,181
1,479
1,203
1,385
1,569
1,719
1,954
2,123
2,411
3,037
3,788
4,513
5,674
6,436
7,669
8,120
9,507
10,277 10,824
Thailand
1,405
APLIKASI PATEN PER SATU JUTA PENDUDUK 14
12.1 12
Rank 31 71 84 92 103
10
8
6
Country Malaysia Thailand Philippines Vietnam Indonesia
4
2
1.0 0.3
0.1
Philippines
Vietnam
0.1 0
Indonesia
Malaysia
Thailand
PCT patents (applications/million pop.)
Sumber: Global Competitive Report, 2013 - World Economic Forum
Rasio Jumlah Peneliti per Satu Juta Penduduk di Beberapa Negara ASEAN 600 500
400 300
211
200
207
198
199 90
100 0 1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Malaysia
Thailand
Indonesia
Filipina
Vietnam
Linear (Indonesia)
2009
Sumber: World Bank (2013)
Rasio jumlah peneliti per satu juta penduduk di Indonesia TERTINGGAL dibandingkan negara Malaysia dan Thailand, bahkan CENDERUNG MENURUN
Perbandingan Jumlah Peneliti dan Rasio Jumlah Peneliti per Satu Juta Penduduk di Beberapa Negara 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 -
30.788 21.424 9.226
9.704
116
365
Vietnam Malaysia (2002) (2006) Jumlah Peneliti
21.367
6.915
78 Filipina (2007)
6.173 316
90
Thailand Indonesia Singapura (2007) (2009) (2009)
Rasio Peneliti per 1 Juta Penduduk Sumber: data diolah dari World Bank (2013)
Walaupun jumlah peneliti Indonesia tidak jauh berbeda dengan Thailand, tetapi secara rasio, Indonesia jauh tertinggal dibandingkan Thailand, apalagi dengan Singapura.