KEBERLANJUTAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO NON FORMALDALAM PEMBIAYAAN USAHA MIKRO RUMAH TANGGA MISKIN 1
Gatot Sugeng Purwono1), Agustin HP2) Ekonomi Pembangunan, STIE Mandala Jember 2
email:
[email protected] Manajemen, STIE Mandala Jember email:
[email protected] ABSTRACT
The existence of Microfinance Institutions (MFIs) non-formal become the foundation of micro-entrepreneurs of poor households in the middle of the limitations of access to formal financial institutions . To develop the capacity of business , micro financing for poor households served many non-formal MFIs . The question is; the extent of non -formal MFIs serve as an alternative source of financing for the development of micro poor households?, and extent of non-formal MFIs can be formulated and recommended for the development of micro poor households?. The study was conducted in the District of Jember Kencong targeting non-formal MFIs and micro entrepreneurs poor household member non-formal MFIs . This study is the first year of a two year study is planned. The objective inventory of non-formal MFIs effectively and sustainably manage savings and loans potentially serve microenterprises poor households. Descriptive analysis, MFIs independently constructed by society more sustainable potential compared with other parties initiated by the government for example . Keywords: MFIs, savings, sustainability, micro-enterprise 1. PENDAHULUAN
kan dalam “UU RI No. 1 Tahun 2013
a. Latar Belakang
tentang Lembaga Keuangan Mikro”.
Lembaga keuangan mikro non
Lembaga penyedia jasa keuangan ini
formal merupakan lembaga penyedia
sering
disebut
sebagai
“lembaga
jasa keuangan mikro yang tidak
keuangan mikro jendela ketiga” (the
berbadan hukum seperti dipersyarat-
3rd window MFI).
Banyak lembaga keuangan formal
khusus untuk usaha mikro, tetapi
seperti bank meluncurkan skim kredit
dalam implementasinya masih sulit 579
diakses.
Tidak
lebih
dari
5%
keuangan mikro non formal relatif
pengusaha mikro yang memanfaatkan
lemah dan bahkan tidak ada, sehingga
skim kredit usaha mikro tersebut
sebagai nasabah, usaha mikro rumah
(Gatot Sugeng Purwono, 2004).
tangga miskin tidak ada jaminan
Lembaga keuangan mikro non
perlindungan keamanan.
formal lebih berkomitmen melayani pengusaha miskin.
mikro
rumah
tangga
Fenomena seperti diuraikan di atas
sangat
merugikan
pengusaha
Lembaga keuangan mikro
mikro, terutama pengusaha mikro
non formal tumbuh dan berkembang
rumah tangga miskin yang selama ini
hampir di seluruh Indonesia. Survey
menghadapi keterbatasan akses modal
yang dilakukan Dewan Perwakilan
usaha. Oleh karena itu, penelitian ini
Daerah (DPD) mencatat, sekitar 600
fokus pada lembaga keuangan mikro
ribu lembaga keuangan mikro non
non
formal melayani sekitar 39 juta orang
melayani pengusaha mikro rumah
penabung dan 36,9 juta peminjam
tangga miskin.
pengusaha mikro rumah tangga miskin
b. Tujuan Penelitian
(Suara Merdeka, 20 Februari 2007).
(1). Mengidentifikasi
formal
yang
telah
banyak
karakteristik
Lembaga keuangan mikro non formal
lembaga keuangan mikro non
berasumsi bahwa masyarakat miskin
formal
pada dasarnya juga memiliki kapasitas
berkelanjutan
untuk melaksanakan kegiatan yang
pengembangan
menghasilkan pendapatan ekonomi,
rumah tangga miskin.
tetapi dibatasi oleh kurangnya akses
yang
(2). Mengetahui
efektif
dan
melayani usaha
peran
mikro
lembaga
kredit dan penyediaan tabungan serta
keuangan mikro non formal dalam
fasilitas asuransi (Hulme, Arun 2009).
membantu pengembangan usaha
Selama ini lembaga keuangan mikro non formal menjadi agen jasa
mikro rumah tangga miskin. (3). Menemukan
model
lembaga
keuangan bagi usaha mikro rumah
keuangan mikro non formal yang
tangga miskin, dan menjadi tumpuan
dapat
pembiayaan.
mendukung
pengawasan 580
Persoalannya terhadap
adalah lembaga
dikembangkan pembiayaan
dalam usaha
mikro rumah tangga miskin secara
LKMM menjadi institusi fundamental
berkelanjutan.
dan menjadi mesin ekonomi keluarga miskin di wilayah dusun yang layak
2. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian
pendahuluan
yang
dilakukan terhadap lembaga keuangan mikro masyarakat (LKMM) terkait dengan pemberdayaan usaha mikro rumah tangga miskin (PUM-RTM) di Kabupaten
Jember,
disimpulkan
bahwa lembaga ini memiliki peranan penting
dalam
kesejahteraan
peningkatan
masyarakat
miskin,
karena sebagian besar masyarakat miskin
menggantungkan
aktivitas
ekonominya kepada LKMM (Gatot Sugeng Purwono, Lembaga
2009).
Keuangan
Sebagai
Mikro
non
dijadikan alternatif desain pengentasan kemiskinan. Asian
Development
Bank
mendefinisikan LKM sebagai lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan (deposits), kredit (loan), pembayaran berbagai
transaksi
jasa
(payment
services) serta money transfer yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil. Direktorat (2004)
Pembiayaan
menjelaskan,
Deptan LKM
dikembangkan berdasarkan semangat
formal, LKMM telah menumbuhkan
membantu
dan
sumber keuntungan di wilayah dusun.
masyarakat
miskin,
Perputaran modal meskipun kecil,
kegiatan konsumtif maupun produktif
keberadaannya
keluarga
cukup
signifikan
memfasilitasi
miskin.
baik
untuk
Berdasarkan
perekonomian
fungsinya, jasa keuangan mikro yang
rumah tangga miskin. LKMM berhasil
dilaksanakan LKM memiliki ragam
mengubah pola hidup anggotanya dan
yang luas yaitu dalam bentuk kredit
berpengaruh terhadap perilaku para
maupun pembiayaan lainnya.
menggerakkan
roda
ibu rumah tangga dalam memandang dirinya, keluarganya, dan masyarakat. Kepercayaan dengan
diri
perbaikan
tumbuh ekonomi,
sejalan yang
diikuti dengan perbaikan kesehatan
Menurut
Krishnamurti
(2005),
meskipun banyak definisi keuangan mikro, namun secara umum ada tiga elemen
penting
yang
tersirat
di
dalamnya yaitu; Pertama, Lembaga
dan perbaikan pendidikan. Akhirnya 581
keuangan
mikro
menyediakan
sebagai
lembaga
sosial.
Sebagai
pelayanan keuangan beragam seperti
lembaga sosial, LKM non formal
tabungan,
pembayaran,
diartikan sebagai sistem normatif yang
deposito maupun asuransi. Kedua,
mengatur perilaku dan interaksi sosial
keberadaannya berawal dar melayani
warga masyarakat untuk memenuhi
rakyat yang terpinggirkan oleh sistem
kebutuhan tertentu dalam kehidupan
keuangan formal yang ada sehingga
bermasyarakat
memiliki karakteristik konstituen yang
1999).
pinjaman,
khas. Ketiga, prosedur dan mekanisme yang dikembangkan selalu kontekstual dan fleksibel.
(Koentjaraningrat,
Haynes (2000) memberi contoh keberhasilan peranan suatu lembaga sosial masyarakat di Sri Lanka, yaitu
Berdasarkan bentuknya, secara
Gerakan
Sarvodaya
Shramadana
umum LKM dibedakan menjadi LKM
(GSS) dalam pembangunan pedesaan.
formal, LKM semi formal, dan LKM
GSS didirikan pada tahun 1958 oleh
non formal. Khusus LKM non formal
seorang guru berumur 26 tahun, yaitu
keberadaannya dibentuk atas inisiatif
A.T.
masyarakat atau ditumbuhkan oleh
mencakup pemenuhan gizi, kesehatan,
Lembaga Swadaya Masyarakat serta
pendidikan, perumahan, penyediaan
beberapa dinas pemerintah daerah.
air dan sanitasi, pertanian, tabungan,
Misalnya Kelompok Simpan Pinjam
kredit, serta industri pedesaan dan
(KSP), Kelompok Usaha Bersama
pemasaran.
(KUB), Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga
Sejahtera
(UPPKS), dan Baitul Mall Watamwil (Direktorat
Pembiayaan
Deptan,
2004).
Perhatian
GSS
Berdasarkan contoh kasus di atas, sebagai salah satu pendekatan dalam pembangunan
masyarakat,
kelembagaan sosial ekonomi skala mikro memiliki nilai strategis karena
Keberadaan LKM non formal yang
Ariyatne.
eksis
di
tengah
kehidupan
beberapa hal, yaitu; (1) menjadi wadah penampung harapan dan pengelola
masyarakat, selain berperan sebagai
aspirasi
lembaga
warga, (2) menggalang seluruh potensi
582
ekonomi
juga
berperan
kepentingan
pembangunan
sosial, ekonomi, politik, dan budaya
3. METODE PENELITIAN
masyarakat,
a. Daerah Penelitian
sehingga
kemampuan
kolektivitas, sumber daya, dan akses
Penelitian
masyarakat
meningkat,
(3)
Kecamatan
memperkuat
solidaritas
dan
Jember.
kohesivitas
sosial
kemampuan
sehingga gotong-royong
masyarakat
berkembang,
(4)
ini
dilakukan
Kencong
Luas
lima
wilayah
desa,
b. Sasaran Penelitian
Desa
(5)
Sasaran penelitian adalah LKM
jawab
non formal yang berada di Kecamatan
kolektif masyarakat atas pembangunan
Kencong yang tersebar di lima desa
wilayah (Kusnadi, 2006).
dan
mengembangkan
Akhirnya
dan
yaitu
Wonorejo, Kencong, Kraton, Paseban,
position masyarakat dengan pihakdesa,
kecamatan
Kencong 5865,3 ha, terbagi menjadi
dan Desa Cakru.
atas
Kabupaten
wilayah
memperbesar kemampuan bargaining
pihak
di
tanggung
lembaga
mempunyai
ciri-ciri
sebagai
keuangan
berikut; (1) melakukan pertemuan
mikro non formal menjadi salah satu
rutin dalam enam bulan terakhir
instrumen
minimal
pengembangan
pasar
satu
bulan
sekali,
keuangan mikro. Secara pragmatis,
mempunyai
pasar keuangan mikro merupakan
ketua, sekretaris, dan bendahara, (3)
aspek keuangan dari semua proses
usia LKM non formal minimal satu
ekonomi
yang
tahun, (4) salah satu kegiatan LKM
yang
non formal mengelola keuangan dalam
kredit
bentuk simpan-pinjam untuk anggota,
usaha. Lembaga keuangan mikro non
dan (5) LKM non formal bukan
formal
kategori kelompok olah raga atau
di
meliputi
segmen
segala
menyangkut
mikro
sesuatu
tabungan
tidak
dan
hanya
melayani
kepengurusan
(2)
minimal
pengusaha mikro yang membutuhkan
kelompok kesenian dan sejenisnya.
pinjaman
c. Cara Pengumpulan Data
(kredit),
melayani/menerima anggotanya.
tetapi
juga
tabungan
Pengumpulan melalui
beberapa
data
dilakukan
tahap.
Tahap
pertama adalah inventarisasi LKM non formal.
Inventarisasi
dilakukan 583
melalui
penelusuran
ke
beberapa
wawancara mendalam, observasi non
instansi terkait seperti instansi di
partisipasi,
jajaran Pemkab Jember, mulai dari
terarah atau FGD (Focus Group
tingkat
tingkat
Discussion). Wawancara mendalam
rukun tetangga (RT). Tahap kedua,
dilakukan kepada beberapa pengurus
melakukan
dan anggota LKM non formal, serta
kabupaten
sampai
verifikasi
hasil
dan diskusi
inventarisasi LKM non formal dan
beberapa
menetapkan LKM non formal yang
mendalam
memenuhi syarat seperti yang telah
memperoleh data tentang peran LKM
ditetapkan untuk dijadikan sebagai
non formal, baik peran sosial dan
subyek
peran
penelitian.
mengukur
Tahap
efektivitas
ketiga, dan
informan.
kelompok
Wawancara
dimaksudkan
ekonomi
Observasi
di
dilakukan
untuk
masyarakat. untuk
keberlanjutan LKM non formal dalam
mencocokkan
mengelola simpan-pinjam melayani
responden dalam kuesioner dengan
kebutuhan pengusaha mikro rumah
keadaan lingkungan, dan memperoleh
tangga miskin.
informasi mendalam tentang aktivitas
Data yang dikumpulkan pada tahap ketiga ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari karakteristik LKM non formal, kinerja
keuangan
simpan
pinjam,
permodalan, kapasitas lembaga, dan kepercayaan
masyarakat
terhadap
LKM non formal. Data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait, seperti kantor desa, kantor kecamatan, Bank Indonesia, dan kantor statistik di Kabupaten Jember. Untuk akurasi data, baik data primer maupun data sekunder dilakukan verifikasi melalui 584
jawaban-jawaban
LKM non formal yang tidak mungkin didapat melalui kuesioner. Diskusi kelompok terfokus (FGD) dilakukan dengan membentuk grup diskusi kecil, dan sebagai partisipan adalah subyek penelitian keragaman
yang
merepresentasikan
populasi.
Obyek
pembicaraan difokuskan pada obyek penelitian, terutama berkaitan dengan peran LKM non formal di masyarakat dan persoalan-persoalan lain yang berhubungan dengan kebutuhan data penelitian. d. Variabel dan Definisi Operasional
(1). Kinerja
keuangan
LKM
non
Indikator
kesehatan
keuangan
formal mengelola simpan-pinjam
LKM non formal diukur dengan
diukur dengan indikator kesehatan
11 sub indikator, yaitu;
keuangan LKM non formal dalam
Tingkat tunggakan dihitung dengan
mengelola
rumusan:
simpan-pinjam.
Tingkat pertumbuhan kekayaan dihitung dengan rumusan:
Tingkat pertumbuhan modal sendiri dihitung dengan rumusan:
Tingkat hutang dihitung dengan rumusan:
Tingkat angsuran pinjaman, dihitung dengan rumusan:
Tingkat penggunaan dana produktif, dihitung dengan rumusan
Tingkat hasil usaha, dihitung dengan rumusan:
Tingkat perputaran dana, dihitung dengan rumusan:
585
Tingkat ketangguhan menanggung risiko, dihitung dengan rumusan:
Tingkat kehematan biaya, dihitung dengan rumusan:
Tingkat pemerataan pinjaman, dihitung dengan rumusan:
(2). Permodalan
adalah
jumlah
simpanan anggota dan pinjaman
Analisis
statistik
deskriptif
dari pihak ketiga, dan dihitung
dilakukan dengan tahapan sebagai
dengan satuan rupiah.
berikut:
(3). Kapasitas LKM adalah kualitas sumber daya manusia, kelompok nasabah, peran tokoh masyarakat, manajemen
operasional,
jangkauan
LKM
teknis
diukur
yang
dan secara
(1). Mentransformasi
nilai
yang
didapat pada setiap variabel ke dalam nilai baku (z-scor) dengan rumus:
dengan
menggunakan skala Likert. (4). Tingkat kepercayaan masyarakat diukur dari; (a). Jumlah nasabah/anggota dihitung dalam satuan orang. (b). Nilai pinjaman nasabah/anggota dihitung dalam satuan rupiah. (c). Sistem pelaporan dilakukan secara tertulis dan rutin minimal setiap bulan sekali dan disampaikan secara lisan kepada anggota. 586
e. Analisis
Keterangan; “Z”nilai baku, “X” skor, “M”rerata, “SD”simpangan baku. (2). Menjumlahkan nilai baku semua variabel untuk mendapatkan satu nilai efektivitas dan keberlanjutan LKM non formal. (3). Mengkonversi dan
nilai
keberlanjutan
efektivitas LKM
non
formalpada sub (2) ke dalam
kriteria
efektivitas
keberlanjutan
dan
masing-masing
Klasifikasi
LKM non formalyang diteliti dengan kriteria sebagai berikut:
Interval
Sangat efektif dan berkelanjutan
x > M + 1,8 SD
Efektif dan berkelanjutan
M + 0,6 SD < x ≤ M + 1,8 SD
Cukup efektif dan berkelanjutan
M – 0,6 SD ≤ x ≤ M + 0,6 SD
Tidak efektif dan tidak berkelanjutan
M – 1,8 SD ≤ x ≤ M – 0,6 SD
Sangat tidak efektif dan tidak berkelanjutan
x < M – 1,8 SD
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
menempati wilayah seluas 5.865, 3 ha
a. Pemerintahan
di lima desa, 24 dusun, 123 rukun
Secara administratif Kecamatan Kencong
merupakan
dari
(RT). Dari 18.583 rumah tangga
Kabupaten Jember. Posisinya terletak
tersebut 17,1 di antaranya tergolong
kurang lebih 45 km ke arah barat dari
rumah tangga miskin. Sebaran rumah
Kota
tangga miskin seperti terlihat pada
Jember,
dan
bagian
warga (RW), dan 526 rukun tetangga
berada
pada
ketinggian antara 0 meter sampai
Tabel 1 berikut.
dengan 12 meter di atas permukaan
Tabel 1. Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk Miskin menurut Desa Tahun2011
laut (dpl). b. Sosial ekonomi penduduk
Penduduk Kecamatan Kencong sebanyak 65.248 jiwa yang terbagi dalam 18.583 rumah tangga dan
587
Desa/
Rumah Kelurahan Tangga
Rumah % Tangga Penduduk Miskin Miskin
Paseban
2.161
346
16,0
Cakru
3.146
454
14,4
Kraton
2.743
423
15,4
Wonorejo 3.936
723
18,4
6.597
1.228
18,6
18.583
3.174
17,1
Kencong Jumlah
Sumber: Kecamatan Kencong dalam angka, 2011 Sektor pertanian menjadi aktivitas ekonomi
utama
besar
yang khusus menangani kredit usaha
(64,8%) rumah tangga masyarakat
mikro seperti Mandiri Unit Mikro,
Kencong. Berikutnya diikuti aktivitas
Danamon Simpan Pinjam, BRI unit,
ekonomi di perdagangan dan industri
dan lain-lain, serta bukan bank seperti
rumah tangga masing-masing 9,1%
koperasi. Sedangkan LKM informal di
dan 3,0%.
antaranya adalah LKM yang dibentuk
c. Keberadaan
sebagian
yaitu BPR dan bank-bank konvesional
Lembaga Keuangan
Mikro LKM di Kecamatan Kencong terdiri dari LKM formal dan LKM non formal. Perbedaan mendasar kedua LKM tersebut adalah LKM formal memiliki badan hukum, sementara LKM non formal berasal dari pribadi
atas
inisiatif
masyarakat
seperti
kegiatan simpan pinjam yang dibentuk oleh masyarakat, rentenir, dan arisan. Ada
sepuluh
LKM
formal
di
Kecamatan Kencong seperti KUD, Koperasi Non KUD, dan BRI. d. Lembaga Keuangan Mikro Non
Formal
atau kelompok yang tidak berbadan
Penjaringan LKM non formal di
hukum. LKM formal terdiri dari bank
wilayah Kecamatan Kencong yang
588
didasarkan pada kinerja keuangan
pengorganisasian setiap 10 kepala
simpan pinjam, permodalan, kapasitas
keluarga
lembaga, dan kepercayaan masyarakat
jalannya suatu program PKK. Peranan
terhadap LKM non formal terjaring 51
kelompok Dasa Wisma sangat penting
LKM non formal yang terbagi menjadi
dan strategis untuk merealisasikan
enam jenis kelompok, yaitu kelompok
program
PNPM 29%, kelompok PKK (Dasa
hingga membentuk masyarakat yang
Wisma) 14%, kelompok pengajian
sejahtera. Aktualisasi program pokok
27%, kelompok tani/nelayan 10%,
PKK di Kecamatan Kencong banyak
kelompok
mikro
didominasi melalui tingkat kelompok
dan
Dasa Wisma di setiap desa. Seperti
kelompok arisan 4%. LKM non formal
program sandang, pangan, kesehatan,
tersebut
pendidikan
usaha
(perdagangan/industri)
selama
ini
16%,
secara
rutin
untuk
mempermudah
pemberdayaan
dan
keluarga
keterampilan,
melakukan pertemuan minimal sekali
pengembangan kehidupan koperasi,
dalam
terakhir;
kelestarian lingkungan hidup dan lain-
minimal
lainnya.
enam
mempunyai
bulan
kepengurusan
ketua, sekretaris, dan bendahara; usia minimal
satu
salah
sisi
lain
kelompok
Dasa
satu
Wisma di wilayah Kencong juga
keuangan
berperan sebagai lembaga keuangan
dalam bentuk simpan-pinjam untuk
mikro yang melayani pinjaman modal
anggota; dan bukan kategori kelompok
untuk usaha mikro. Pelayanan tidak
olah raga atau kelompok kesenian dan
hanya terbatas pada anggotanya yang
sejenisnya.
jumlahnya 10 kepala keluarga, tetapi
kegiatannya
tahun;
Di
mengelola
Karakteristik
LKM
tersebut sebagai berikut:
juga masyarakat sekitarnya. Misalnya
(1). PKK / Dasa Wisma
di Desa Kraton, Dasa Wisma Melati
Secara struktural Dasa Wisma
yang
mengelola
merupakan bagian dari organisasi
melayani
PKK yang berada di tingkat paling
anggotanya
bawah. Dasa artinya sepuluh dan
keluarga. Perputaran kegiatan simpan-
wisma mempunyai pengertian rumah,
pinjam dilakukan setiap bulan sekali.
dimaksudkan
(2). Kelompok Pengajian
sebagai
usaha
simpan-pinjam
sampai
mikro
yang
247
kepala
589
Kelompok pengajian merupakan
mempererat rasa kebersamaan antar
kelompok atau jama'ah yang belajar
warga.
tentang agama. Kelompok pengajian
membantu, terutama dalam hal sosial
merupakan
kemasyarakatan dan ekonomi melalui
kelompok
masyarakat
Adanya
pengajian
yang dibentuk dan didirikan oleh
kegiatan
masyarakat. Di Kecamatan Kencong
memenuhi
kelompok pengajian yang berbasis
kebutuhan hidup rumah tangga.
keagamaan
bukan
hanya
sekedar
membahas masalah keagaman atau pengajian,
tetapi
juga
ekonomi,
sosial,
membahas
dan
bahkan
membahas masalah politik. Kelompok pengajian menempati posisi sentral dalam berjalannya kelompok sosial di Kecamatan
Kencong,
karena
pengajian merupakan salah satu proses sosialisasi nilai atau norma-norma kelompok terhadap para anggotanya. Pengajian
dapat
meningkatkan
solidaritas anggota karena berbagai persamaan baik itu idologi, citacita, maupun
musuh
bersama.
Solidaritas inilah yang selanjutnya
simpan
sangat
pinjam
kebutuhan
untuk
usaha
atau
(3). Kelompok Tani dan Nelayan Kelompok tani adalah kumpulan petani-nelayan yang didasarkan atas kesamaan, keserasian satu lingkungan sosial budaya untuk mencapai tujuan sama. Kelompok tani beranggotakan petani-nelayan,
hubungan
antara
anggota erat, mempunyai pandangan, kepentingan mengelola kesamaan
yang
sama
usahatani, jenis
dalam
mempunyai
komoditas
usaha,
usahatani yang diusahakan merupakan sebuah ikatan fungsional/ bisnis, dan mempunyai tujuan yang sama. Permasalahan
pokok
yang
bisa dijadikan sebagai modal dasar
dihadapi petani atau kelompok tani di
tanggung
Kecamatan
renteng
dalam
kegiatan
mengikuti
pengajian
umumnya mencari pahala dan ridho Allah.
Hasil
lainnya
adalah
590
dalam
pengembangan usaha agribisnis adalah
simpan pinjam. Motivasi
Kencong
wawancara, bersosialisasi
alasan dan
lemahnya
permodalan,
sehingga
usahatani yang dijalankan berjalan kurang optimal. Salah satu cara untuk mendapatkan modal adalah melalui pemupukan
modal/tabungan
yang
dikelola oleh kelompok tani. Beberapa
mendekati
petani
di
miskin.
Sedangkan
Kecamatan
Kencong
Pengusaha Mikro adalah orang yang
Lembaga
Keuangan
berusaha di bidang usaha mikro.
kegiatan
Modal usahanya tergolong mikro,
simpan pinjam atau tabungan dari para
tenaga kerja tidak lebih dari lima
petani. Unit usaha simpan pinjam dari
orang dan sebagian besar mengunakan
Lembaga Keuangan Mikro petani ini
anggota
memberi kesempatan bagi anggotanya
tetangga, pemiliknya bertindak secara
untuk
naluriah/alamiah
membentuk Mikro
yang
menangani
menabung
dan
meminjam.
keluarga/
kerabat
atau
dengan
Sebelum meminjam, terlebih dahulu
mengandalkan insting dan pengalaman
anggota
sehari-hari. Kegiatan usaha mikro
kelompok
tani
harus
menabung sebagai kas kelompok,
belum
disertai
yang besarnya sesuai kesepakatan.
usaha
dan
Tabungan
sistematis.
adalah
bagian
dari
analisis
rencana Usaha
kelayakan
bisnis mikro
yang hanya
pengeluaran dan bukan sisa dari
mengandalkan kerja
pengeluaran. Modal (tabungan) sangat
yang sekaligus sebagai pemimpin
penting bagi petani dan keluarganya
usaha.
dalam mengembangkan usaha atau memulai usaha baru. Kelompok tani harus
menjamin
petani
sebagai
anggota tidak meminjam ke pihak lain untuk menabung. Melalui kebiasaan menabung membuat petani menjadi rajin
datang
dalam
pertemuan
kelompok dan ada kepercayaan serta kebersamaan.
usaha
menggunakan
teknologi
mikro sederhana
dengan bahan baku lokal, dipengaruhi faktor budaya, jaringan usaha terbatas, tidak
memiliki
usahanya
tempat
mudah
permanen,
dimasuki
atau
ditinggalkan, modal relatif kecil, dan menghadapi persaingan ketat. Jenis usaha mikro, antara lain; warung
(4). Kelompok Usaha Mikro
kelontong, warung nasi, mie bakso,
Usaha mikro adalah usaha yang menghasilkan
Kegiatan
keras pemilik
pendapatan
dan
dilakukan oleh rakyat miskin atau
sayuran, jamu; Industri kecil seperti konveksi,
pembuatan
tempe/kerupuk/kecap/ kompor sablon. 591
Jasa seperti tukang cukur, tambal ban,
bersifat sukarela, dan terbuka untuk
bengkel
umum. Berusaha atas dasar prinsip
motor,
las,
Pertanian/peternakan
penjahit.
seperti
usaha
demokrasi, partisipasi, keterbukaan
tanaman sawah, tegal, ternak ayam
dan keadilan. Bertujuan meningkatkan
buras, itik petelur dan potong, dan
kesejahteraan sosial ekonomi anggota
perikanan lele.
dan
Untuk memenuhi kebutuhan modal, pengusaha
mikro
membentuk
Kelompok Usaha Mikro (KUM), yaitu sekelompok pengusaha mikro yang bersepakat untuk saling membantu dan bekerja
sama
dalam
masyarakat
Mengadakan secara
sekitarnya.
pertemuan
rutin
dan
anggota
teratur
dan
mengadakan kegiatan tabungan secara teratur. KUM bertujuan meningkatkan taraf
membangun
hidup ekonomi rumah tangga anggota
sumber pelayanan keuangan dan usaha
dengan mempelajari bersama serta
produktif,
menanamkan
sehingga
meningkatkan
mampu
pengertian
dan
kesejahteraan
tatalaksana ekonomi yang sehat, baik
anggotanya. KUM adalah kelompok
ekonomi keluarga maupun ekonomi
swadaya masyarakat yang bergerak
bersama
dalam
KUM
mengembangkan sikap ekonomi yang
sendiri
sehat di antara para anggota khususnya
memiliki
dan masyarakat pada umumnya, serta
keterbatasan pengetahuan/pendidikan,
lebih sadar diri dan bertanggung jawab
sumber bahan baku terbatas, modal
terhadap kelompoknya. Memberikan
kecil, teknologi produksi sederhana,
pelayanan kepada para anggota baik
serta tidak memiliki akses kepada
dalam
sumber
modal.
bidang
ekonomi
bidang
diperlukan, tidaklah
ekonomi.
karena mudah
usaha dan
para
anggota,
kebutuhan-kebutuhan
usaha
Kerjasama
dalam
maupun rumah tangga. Membina dan
tersebut
bukan
mengembangkan usaha dalam bidang
semata-mata kumpulan modal, tetapi
organisasi,
kumpulan orang yang mempunyai
keuangan, dan sumber daya manusia.
kepentingan sama. Menjadi anggota KUM 592
didasarkan
atas
kesadaran,
KUM
produksi,
memfasilitasi
pemasaran,
sumber
keuangan kepada para pelaku usaha
mikro, membimbing anggota dalam
artinya bertemu (berkumpul) secara
menggunakan kredit. Menggerakkan
berkala untuk melakukan kegiatan
anggota
untuk
membiasakan
arisan. Di Kecamatan Kencong, arisan
menabung
dan
wirausaha.
berupa uang dengan nominal masing-
Memperlancar kegiatan
jiwa dan
mempermudah
penyetoran
tabungan,
masing
kelompok
Rp20.000,-
arisan
sampai
antara dengan
pencairan kredit, penyetoran angsuran
Rp100.000,- per minggu. Pada tiap
dan pengurusan administrasi usaha.
minggu
KUM berfungsi sebagai wadah untuk
mendapatkan dua puluh ribu rupiah
musyawarah dalam mengembangkan
sampai dengan seratus ribu rupiah kali
usaha
dan
jumlah peserta arisan pada masing-
dalam
memperoleh
memfasilitasi
anggota
bantuan,
salah
satu
peserta
baik
masing kelompok arisan. Pada minggu
berupa modal usaha, pelatihan dan
berikutnya undian dilanjutkan untuk
bimbingan usaha.
peserta yang belum mendapatkan. Peserta
(5). Kelompok Arisan Kegiatan
arisan
merupakan
budaya turun temurun hingga sekarang yang sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat, mulai dari masyarakat
yang
mendapatkan
sudah
undian
pernah
tetap
harus
menyetor uang tiap minggu sampai semua peserta mendapatkan undian. Mencermati kegiatan arisan di
kaya sampai masyarakat miskin di
wilayah
lingkungan masing-masing. Pengertian
maupun ekonomi mempunyai nilai
arisan adalah kegiatan mengumpulkan
positif, antara lain; (1) kesempatan
uang atau barang yang bernilai sama
untuk
oleh beberapa orang, kemudian diundi
memperluas jaringan. (2) kepastian
di
untuk
mendapatkan uang atau barang yang
yang
jelas nilainya dalam jangka waktu
memperolehnya. Undian dilaksanakan
tertentu. (3) dapat digunakan sebagai
di sebuah pertemuan secara berkala
sarana untuk memasarkan sesuatu. (4)
sampai
anggota
jika mendapat undian "arisan" di awal
sama
periode berarti mendapatkan pinjaman
antara
peserta
menentukan
arisan
siapa
semua
memperolehnya.
Berarisan
Kencong,
melakukan
secara
sosialisasi
sosial
dan
593
tanpa bunga, dan (5) sarana berlatih
tidak
untuk menabung.
mendapatkannya.
Apabila
dilihat
dari
segi
keuangan, arisan pada dasarnya tidak memiliki
keuntungan,
dalam
arti
bahwa uang yang ditabung selama satu putaran
sama
saja
dengan
yang
didapatkan. Bedanya adalah, kalau dapat
di
awal
mendapatkan
undian
pinjaman
seperti
yang bisa
dicicil pembayarannya tanpa bunga. Tetapi kalau dapatnya di akhir, maka seperti menabung tanpa dapat bunga atau bagi hasil. Meskipun tidak ada keuntungan secara langsung dalam arti bahwa ada kelebihan dari uang yang ditabung, tetapi ada satu pelajaran, yaitu peserta arisan bisa secara disiplin menabung,
dan
ini
menjadi
pembelajaran penting dari sekedar keuntungan uang. Oleh karena itu, peserta
arisan
mempertimbangkan sebelum
perlu
beberapa
memutuskan
hal untuk
mengukuti arisan; (a). Walaupun
594
dipastikan
(b). Pastikan
kapan
bahwa
membayar
iuran
sanggup arisan
yang
diikuti, dan jangan hanya ingin bersosialisasi memaksakan diri ikut arisan yang iurannya terlalu tinggi. (c). Jangan pernah absen dari iuran
arisan walaupun sudah pernah mendapatkan undiannya. Kalau anda tidak bisa hadir dalam acara arisan, pastikan bahwa bisa secara rutin tetap menyetor uang arisan. (6). PNPM Mandiri - Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) PNPM Mandiri adalah sebuah akronim
dari
Program
Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. PNPM
Mandiri
adalah
program
nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat.
Pengertian
yang
terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah; (1). PNPM Mandiri adalah program
bisa
bisa
nasional
dalam
wujud
mendapatkan
kerangka kebijakan sebagai dasar dan
undian arisan pada saat-saat awal
acuan pelaksanaan program-program
tetapi jangan pernah ikut arisan
penanggulangan kemiskinan berbasis
hanya karena termotivasi pada
pemberdayaan
hadiah, karena arisan sifatnya
Mandiri
masyarakat.
dilaksanakan
PNPM melalui
harmonisasi dan pengembangan sistem
Mandiri Pariwisata. Semua program
serta
prosedur
tersebut merupakan program-program
program, penyediaan pendampingan
yang mendukung dan bernaung di
dan
untuk
bawah koordinasi PNPM Mandiri.
inovasi
Salah satu program nasional PNPM
upaya
Mandiri Perdesaan adalah Simpan
yang
Pinjam Khusus Perempuan (SPP) yang
Pemberdayaan
bertujuan untuk mempercepat proses
upaya
pemenuhan
mekanisme
dan
pendanaan
mendorong
stimulan
prakarsa
dan
masyarakat
dalam
penanggulangan
kemiskinan
berkelanjutan. masyarakat
(2). adalah
untuk
kebutuhan
pendanaan
menciptakan/meningkatkan kapasitas
usaha, memberikan kesempatan kaum
masyarakat,
perempuan
baik
maupun
secara
individu
berkelompok,
dalam
rumah
tangga
persoalan
modal
usaha,
memecahkan
berbagai
meningkatkan
ekonomi
melalui
pendanaan
dan
mendorong
terkait upaya peningkatan kualitas
penguatan
hidup,
pinjam oleh kaum perempuan.
kemandirian
kesejahteraannya.
dan
Pemberdayaan
kelembagaan
Anggota
SPP
simpan
untuk
masing-
masyarakat memerlukan keterlibatan
masing kelompok berjumlah 10 orang.
yang besar dari perangkat pemerintah
Masing-masing anggota meminjam
daerah serta berbagai pihak untuk
satu juta rupiah dengan bunga 1,5%
memberikan
dalam jangka waktu sepuluh bulan.
kesempatan
dan
menjamin keberlanjutan berbagai hasil
Dibandingkan
yang dicapai.
formal lainnya yang minimal sebesar
Istilah PNPM dibingungkan
Mandiri
dengan
sering
banyaknya
2%
dengan
dirasakan
tidak
Mandiri
dengan
memberlakukan
sektoral,
seperti;
non
memberatkan
anggota SPP. Pinjaman dari PNPM
istilah PNPM Mandiri yang dilengkapi akronim
LKM
Perdesaan
juga
tidak
potongan
PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM
administrasi. Hanya dengan bermodal
Mandiri Generasi, PNPM Mandiri
kepercayaan
RESPEK,
Pasca
yang bersedia mandiri merupakan
R2PN,
kunci utama keberhasilan program
Bencana,
PNPM PNPM
Mandiri Mandiri
terhadap
masyarakat
PNPM Mandiri Perkotaan dan PNPM 595
PNPM Mandiri Perdesaan melalui
efektif,
kegiatan Simpan Pinjam Perempuan.
berkelanjutan menjalankan kegiatan
e. Efektivitas
LKM
Non
Formal
Mengelola Simpan Pinjam Hasil identifikasi dan analisis yang diukur dari kinerja keuangan LKM non formal mengelola simpanpinjam, permodalan, kapasitas LKM, dan tingkat kepercayaan masyarakat, sebagian besar (69%) sangat efektif,
Kegiatan pedesaan
perekonomian wilayah
di
Kecamatan
dan
cukup
efektif
dan
simpan pinjam melayani usaha mikro rumah tangga miskin. Sisanya 31% tidak efektif dan keberlanjutannya diragukan
melayani
usaha
mikro
rumah tangga miskin. Gambar 1 mendekripsikan efektivitas LKM non Formal menjalankan kegiatan simpan pinjam melayani usaha mikro rumah tangga miskin di Kecamatan Kencong.
di pedesaan. Dalam jangka panjang, kelangkaan
modal
bisa
menjadi
Kencong masih di dominasi oleh
entrypoint terjadinya siklus rantai
usaha-usaha skala mikro. Para pelaku
kemiskinan pada masyarakat pedesaan
usaha ini pada umumnya masih di
yang sulit untuk diputus.Walaupun
hadapkan pada permasalahan klasik
kemiskinan
faktual
tidak
yaitu terbatasnya ketersediaan modal.
dibatasi oleh aspek spatial
dan
Sebagai
dalam
sektoral, namun tidak dapat dipungkiri
mendukung peningkatan produksi dan
bahwa mayoritas orang miskin berada
taraf
di daerah pedesaan dan umumnya
unsur
hidup
keterbatasan
esensial
masyarakat modal
di
pedesaan, wilayah
bekerjadi
Kecamatan Kencong dapat membatasi
pertanian.
ruang gerak aktivitas sektor ekonomi 596
secara
sektor
yang
berbasis
Diakui bahwa, beberapa program
penduduknya masuk dalam segmen
pemerintah di wilayah Kecamatan
mikro adalah Lembaga Keuangan
Kencong
mencapai
Mikro (LKM) non formal. Lembaga
meningkatkan
ini tumbuh dan mengakar di tengah
telah
tujuannya
dapat
dalam
produksi (misalnya komoditas padi),
kehidupan
tetapi ada indikasi bahwa kinerjanya
tetapi belum dimanfaatkan dan belum
tidak
dibina secara optimal oleh pihak
memuaskan
terutama
pada
masyarakat
pedesaan,
lembaga keuangan sebagai pelaksana.
terkait.
Lemahnya kinerja lembaga keuangan
f. Potensi dan Peran LKM
dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu: (1)
Pemberdayaan
usaha
mikro
rendahnya tingkat pelunasan kredit;
dipandang akan mampu menggerakkan
(2)
perekonomian
rendahnya
moralitas
aparat
pelaksana,dan
(3)rendahnya
tingkat
mobilisasi
dana
Kelemahan
tersebut
Kecamatan
wilayah Kencong
pedesaan yang
pada
masyarakat.
gilirannya berdampak pada tumbuhnya
membawa
ekonomi nasional. Hal ini tidak lepas
konsekuensi pada tidak berlanjutnya
dari peran usaha mikro yang strategis
lembaga keuangan yang terbentuk
baik dilihat dari kualitas maupun
setelah program selesai. Akibatnya,
kemampuannya dalam meningkatkan
peserta
pendapatan dan dalam penyerapan
program
kembali
umumnya
mengalami
akan
kekurangan
tenaga kerja.
modal usaha.
Usaha mikro, sesuai dengan skala
Untukmenjawab keterbatasan
permasalahan
modal,
usahanya
pada
dasarnya
tidak
masyarakat
memerlukan modal yang terlalu besar.
lembaga
Dengan kebutuhan modal yang kecil
keuangan mikro non formal yang
tetapi dalam unit usaha yang sangat
dapat menjadi alternatif sumber dana
besar menyebabkan kurang tertariknya
bagi
satu
lembaga perbankan formal yang besar
kelembagaan keuangan yang dapat
untuk mendanai usaha mikro karena
dimanfaatkan dan didorong untuk
nilai
membiayai kegiatan perekonomian di
Lembaga keuangan formal umumnya
pedesaan
memperlakukan usaha mikro sama
mengoptimalkan
usaha
potensi
mikro.
yang
Salah
mayoritas
usaha
transaksinya
sangat
tinggi.
597
dengan usaha menengah dan besar dalam
pengajuan
Secara empiris potensi LKM non
pembiayaan,
formal di wilayah Kecamatan Kencong
kecukupan
dalam membantu permodalan usaha
jaminan, modal, maupun kelayakan
mikro masyarakat miskin setidaknya
usaha.
dipandang
telah dibuktikan oleh kinerja enam
sangat memberatkan bagi pelaku usaha
jenis LKM yang sebagian besar
mikro
relatif
diantaranya
mencakup
Persyaratan
dalam
ini
mengakses
lembaga
perbankan formal.
baik
dan
dimungkinkan
berkelanjutan dalam jangka panjang.
Keterbatasan usaha mikro dalam
Pengembalian
pinjaman
dan
mengakses lembaga perbankan formal
perputaran dana relatif cepat. Artinya,
merupakan potensi pasar yang sangat
keberadaan
besar yang bisa menjadi
memang dibutuhkan oleh masyarakat
ladang
LKM
formal
garapan LKM non formal. Walaupun
miskin
secara umum biaya atas dana pinjaman
mikro.
dari LKM non formal lebih tinggi
menunjukkan adanya perbaikan taraf
dari tingkat bunga perbankan, namun
hidup
dalam sisi prosedur dan administrasi
pengusaha
peminjaman,
formal
pemenuhan konsumsi pangan, pakaian,
keunggulan,
pendidikan, maupun dalam investasi
memiliki
LKM beberapa
non
diantaranya tidak ada persyaratan agunan
atau
jaminan
seperti
diberlakukan pada perbankan formal. Bahkan dalam beberapa jenis LKM non formal, pinjaman lebih didasarkan pada kepercayaan karena biasanya peminjam
sudah
dikenal
oleh
pengelola LKM. Kemudahan lainnya adalah pencairan dan pengembalian pinjaman sangat fleksibel dan sering disesuaikan peminjam. 598
dengan
cash
flow
yang
non
menjalankan
usaha
penelitian
juga
Hasil
kehidupan mikro
rumah
tangga
seperti
dalam
usaha. Seperti
dikemukakan
Krishnamurti (2003), bahwa tanpa akses yang cukup pada lembaga keuangan (mikro), hampir seluruh rumah tangga miskin bergantung pada kemampuan pembiayaannya sendiri yang
sangat
kelembagaan
terbatas keuangan
atau
pada
informal
seperti rentenir, tengkulak ataupun pelepas
uang.
Kondisi
ini
akan
membatasi
kemampuan
kelompok
b. Lembaga
keuangan
mikro
non
miskin berpartisipasi dan mendapat
formal yang dikelola masyarakat di
manfaat dari peluang pembangunan.
Kecamatan
Kelompok miskin yang umumnya
dalam
tinggal di pedesaan dan berusaha
masyarakat, terutama bagi usaha
berbasis di sektor pertanian justru
mikro rumah tangga miskin dalam
seharusnya lebih diberdayakan agar
pembiayaan dalam pengembangan
bisa keluar dari lingkaran kemiskinan.
usaha mikro rumah tangga miskin. c. Lembaga
5. KESIMPULAN a. Pembangunan
Wilayah
perekonomian
Kecamatan
Kabupaten menghadapi
Jember kendala
di
Kencong masih terbatasnya
modal para pelaku usaha mikro rumah tangga miskin. LKM non formal berpotensi sebagai sumber pembiayaan usaha mikro rumah tangga miskin. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Pembiayaan, 2004. Kelembagaan dan Pola Pelayanan Keuangan Mikro untuk Sektor Pertanian (Pedoman dan Kebijakan). Direktorat Pembiayaan, Direktorat Jenderal Bina Sarana Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. Laboratorium Studi Kebijkan Ekonomi (LSKE) FE Undip, Sinergi Lembaga Keuangan Mikro Formal dan Informal, Suara Merdeka. Selasa, 20 Februari 2007
Kencong
berperan
kehidupan
keuangan
ekonomi
mikro
non
formal pada dasarnya merupakan bentuk
pra
koperasi,
sehingga
potensial dapat diformulasikan dan direkomendasikan
untuk
pengembangan usaha mikro rumah tangga miskin di tengah terbatasnya akses lembaga keuangan formal menjangkau usaha mikro rumah tangga miskin.
Gatot SP, 2004. Kelangsungan Usaha Pengusaha Mikro Menghadapi Keterbatasan Akses Sumber Daya Modal. Laporan Hasil Penelitian. STE Mandala Jember Hulme, David& Arun, Thankom (2009). Microfinance A Reader. New York, Routledge. Krishnamurti, B. 2005. Pengembangan Keuangan Mikro bagi Pembangunan Indonesia. Media Informasi Bank Perkreditan Rakyat. Edisi IV Maret 2005. 599