Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
5(3), 325-340
KEAUTENTIKAN MATERI PELAJARAN DALAM BUKU TEKS BAHASA BALI TINGKAT SEKOLAH DASAR (SD) Sang Ayu Putu Sriasih Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FBS Universitas Pendidikan Ganesha Abstrak Penelitian dengan judul 'Keautentikan Materi Pelajaran dalam Buku Teks Bahasa Bali Tingkat Sekolah Dasar (SD)' bertujuan mendeskripsikan keautentikan materi pelajaran dalam buku pelajaran bahasa Bali yang digunakan di tingkat sekolah dasar dikaitkan dengan kemajuan zaman sekarang ini terutama dari segi keautentikannya. Dengan menggunakan analisis isi (content analysis), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sajian materi pelajaran dalam buku Wrdhi Sastra kurang autentik. Banyak data yang memperkuat kekurangautentikan materi pelajaran ini di antaranya: persentase kesalahan teknis yang terkait dengan ejaan, tanda baca, dan penulisan kata cukup tinggi. Di samping itu, terdapat pula kesalahan struktur kalimat dan semantik; banyak materi yang disajikan tanpa petunjuk-petunjuk secara jelas, banyak materi yang disajikan tanpa sumber-sumber kutipan yang autentik. Hal yang lebih fatal ternyata berdasarkan sampel perbandingan (buku IV, V, dan VI) bahwa 80-100% materi Wrdhi Sastra memiliki kemiripan dengan Kusumasari. Meskipun terdapat kemiripan (dikutip) dengan Kusumasari, penyusun Wrdhi Sastra tidak pernah mencantumkan Kusumasari dalam daftar pustaka. Buku Kusumasari enam tahun lebih dulu terbit. Karena dikutip tanpa disesuaikan secara konten dan konteks dan tanpa melalui proses editing yang ketat, hasil yang muncul adalah buku pelajaran yang penuh dengan kesalahan ketik serta salah konsep. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sajian materi pelajaran dalam BT Wrdhi Sastra tergolong kurang autentik. Oleh karena itu, buku Wrdhi Sastra kurang relevan dipakai sebagai buku penunjang kurikulum. Buku ini sebaiknya tidak dicetak lagi (kecuali direvisi) dan kurang layak digunakan di SD (sebagai buku utama) karena banyak kesalahan ketik. Kata-kata kunci :
autentik, materi pelajaran, buku pelajaran bahasa Bali.
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
325
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
5(3), 325-340
Abstract A research entitled “Authenticity of Subject Matter in Balinese Textbook for Primary Schools” aims at describing the originality of subject matter in Balinese textbook for primary schools by linking its authenticity with the development of current globalization. Using content analysis, the findings of this research show that the presentation of materials in Wrdhi Sastra is not reliable at all. Here are the findings which prove that matter: high percentage of technical errors related to spelling, punctuation, and word writing. Moreover, there were also many errors in sentence and semantic structure; a lot of materials were presented without clear instruction—even authentic sources of reference. The worst thing found—based on a comparison of several book samples (books for class IV, V, and VI)—was 80-100% of Wrdhi Sastra materials seemed to be very identical with Kusumasari. Even though there was close similarity with Kusumasari, the editor of Wrdhi Sastra never mentioned Kusumasari in the bibliography. Kusumasari was published six years earlier than Wrdhi Sastra. Since there were no clear adjustment of content and context and no precise editing process, consequently, the result was only a full of mistyping and textbook misconception. Therefore, the presentation of the subject matter in Wrdhi Sastra can be concluded as being less authentic. Thus, Wrdhi Sastra is less relevance to be used as a supporting book in primary school curriculum. This book should not be published anymore (except it is revised) and it is not suitable to be used in primary (main reference) schools since there were many mistyping in it. Keywords : authentic, subject matter, Balinese text book
Pendahuluan Keberhasilan pengajaran ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain kurikulum, guru, siswa, dan sarana pendukung lainnya (Syafi’ie, 1996). Menurut Kasbolah (1993), faktor-faktor yang dimaksud adalah pengajar, pelajar, materi pelajaran, dan lingkungan belajar. Secara umum di dalam kurikulum tercakup tujuan, materi, metode, dan strategi pembelajaran di kelas. Kurikulum merupakan pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajarannya di dalam kelas. Sedangkan, kelancaran pelaksanaan pembelajaran ditunjang oleh sarana pendukung yang
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
326
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
5(3), 325-340
tersedia. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 11/2005 tentang Buku Teks/Buku Pelajaran, pasal 2 ayat (2) dikatakan bahwa ”Selain buku teks atau buku pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), guru menggunakan buku panduan pendidik dan dapat menggunakan buku pengayaan, dan buku referensi dalam proses pembelajaran.” Hal itu berarti bahwa guru dapat memilih buku-buku pengayaan dan referensi untuk menunjang kegiatan pembelajarannya (Utorodewo, 2007). Sementara itu, berdasarkan pengamatan peneliti di sekolah-sekolah saat ini (SMP, SMA/SMK), guru-guru lebih banyak menggunakan buku lembar kerja siswa (LKS) baik dalam pembelajaran bahasa Indonesia maupun dalam pembelajaran bahasa Bali. Dewasa ini, banyak buku teks yang beredar, di antaranya adalah buku-buku yang sudah memperoleh rekomendasi penilaian kelayakan dari Pusat Perbukuan. Namun, berdasarkan tinjauan atas beberapa buku pelajaran, masih ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian pada saat sebuah buku akan dipilih, di antaranya adalah keautentikan materinya. Isi buku teks adalah materi pelajaran sebagai salah satu pendukung kelancaran pembelajaran. Dalam kurikulum muatan lokal, bahasa Bali merupakan salah satu materi pelajaran. Kehadiran materi pelajaran bahasa Bali sangat penting dan memiliki peran strategis dalam pelestarian budaya dan bahasa Bali, dan juga memiliki peran strategis dalam pelestarian unsur kebudayaan nasional. Oleh karena itu, mutu pengajaran bahasa Bali sangat besar pengaruhnya terhadap hasil pembelajaran bahasa Bali. Hal ini beranalogi dari pendapat (Sumardi, 2000:1) bahwa mutu pengajaran bahasa Indonesia sangat kuat berpengaruh terhadap mutu pendidikan nasional dan terhadap kekentalan kesatuan dan persatuan bangsa. Demikian pula, mutu pengajaran bahasa Indonesia sangat kuat dipengaruhi oleh mutu materi pelajaran dalam buku pelajaran bahasa Indonesia yang berlaku saat ini. Sejalan dengan pendapat itu berarti, mutu pengajaran bahasa Bali sangat dipengaruhi oleh mutu materi pelajaran yang ada dalam buku pelajaran bahasa Bali yang berlaku saat ini. Bahasa Bali merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia yang digunakan oleh sebagian besar penduduk Bali (etnis Bali) sebagai bahasa percakapan sehari-hari (alat komunikasi), baik dalam rumah tangga, rapat-rapat adat, perkawinan, kematian, dan aktivitas-aktivitas kehidupan lainnya. Bahasa Bali digunakan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan budaya Bali. Di samping itu, bahasa Bali juga diakui oleh pemerintah sebagai bahasa pengantar yang diajarkan secara formal di
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
327
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
5(3), 325-340
sekolah-sekolah pada awal pelajaran di kelas-kelas rendah. Hal ini terlihat pada pengajaran bahasa Bali di sekolah-sekolah sebagai mata pelajaran muatan lokal. Kondisi objektif ini tentu menunjukkan bahwa bahasa Bali memiliki peranan penting sebagai alat komunikasi di daerah Bali yang patut dipelihara dan dilestarikan keberlangsungannya. Sejalan dengan hal ini, Ardika (2006:1) menegaskan bahwa kondisi seperti ini merupakan tantangan dinamisasi bahasa Bali yang sesungguhnya untuk tetap dapat eksis hari ini maupun pada masa depan sehingga bahasa Bali menjadi lestari, sebagai bagian dari keinginan bersama untuk tetap menegakkan “Ajeg Bali”. Demikian pula dalam pembelajaran di sekolah, bahasa Bali diberikan dari jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK di daerah Provinsi Bali. Pengajaran bahasa Bali selain dipengaruhi oleh faktor guru dan siswa, faktor buku pelajaran bahasa Bali juga sangat penting. Hal ini sejalan dengan pendapat Cunningsworth (dalam Sumardi, 2000:1) yang menyebutkan bahwa tidak ada sesuatu yang pengaruhnya lebih besar terhadap isi dan pelaksanaan kegiatan mengajar dan belajar selain buku pelajaran dan bahan ajar lainnya yang digunakan. Pernyataan itu menandakan betapa pentingnya peranan buku pelajaran di dalam pembelajaran. Hal ini dipertegas pula oleh Tarigan (1986:15) bahwa buku pelajaran (buku teks) merupakan sarana/instrumen yang paling baik dan ampuh dalam pembelajaran. Buku pelajaran sangat penting dalam pembelajaran, dan harus mengandung mutu yang baik. Dalam arti, materimateri yang tersaji hendaknya materi yang autentik. Hal ini sesuai dengan pendapat Peacock (1997:144), banyak pakar menyebutkan bahwa materi autentik memiliki efek positif dalam memotivasi pelajar dalam pembelajaran bahasa di kelas. Di samping itu, masih menurut Peacock, beberapa ahli juga mengklaim bahwa materi yang autentik memotivasi siswa secara instrinsik lebih menarik atau lebih memberi stimulus daripada materi artifisial (nonautentic). Berdasarkan latar belakang di atas, materi pelajaran yang autentik sangat penting disajikan di dalam buku pelajaran. Sayangnya, sampai saat ini belum ada informasi yang akurat tentang keautentikan materi pelajaran di dalam buku pelajaran bahasa Bali tingkat sekolah dasar (SD). Pada hal, tentang materi pelajaran dalam buku pelajaran, Soedijarto (1998:165) berpendapat sebagai berikut. Jika ternyata kualitas proses belajar-mengajar ditemukan tidak mendukung tercapainya tujuan pendidikan, maka komponen kurikulum yang perlu ditinjau adalah buku pedoman guru dan buku pelajaran
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
328
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
5(3), 325-340
termasuk keautentikan materinya. Oleh karena itulah, peneliti merasa terpanggil dan tertarik untuk mengkaji masalah ini melalui suatu penelitian secara mendalam dan sungguh-sungguh. Buku yang diteliti adalah Wrdhi Sastra I, II, III, IV, V, dan VI, dengan pertimbangan bahwa buku ini adalah diwajibkan di Kabupaten Buleleng, bahkan di Kabupaten Gianyar pun buku ini digunakan. Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut, yakni untuk mendeskripsikan keautentikan materi pelajaran dalam buku teks atau buku pelajaran bahasa Bali yang digunakan di tingkat SD dalam kaitannya dengan kemajuan zaman saat ini. Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif- kuantitatif. Hal ini sejalan dengan tujuan utama penelitian, yakni peneliti ingin mendeskripsikan materi pelajaran yang ada dalam buku pelajaran bahasa Bali ditinjau dari keautentikannya. Pendekatan deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan dan tidak diupayakan memberikan suatu perlakuan (Ary, J. dan Razavich dalam Furchan, 1982:415). Pendekatan kuantitatif digunakan karena sifat data yang dikumpulkan cukup besar dan mudah diklasifikasikan dalam kategori-kategori atau mudah diubah dalam bentuk angka-angka (Lemlit IKIP Malang, 1997:95). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis). Penggunaan rancangan analisis isi dalam penelitian ini sesuai dengan data penelitian, yakni berupa teks. Hal ini sesuai dengan pendapat Moleong (1997:163) bahwa teknik yang paling umum digunakan untuk memanfaatkan dokumen yang padat isi adalah teknik analisis isi atau kajian isi. Hal ini sangat sesuai dengan tujuan penelitian, yakni mendeskripsikan keautentikan materi pelajaran dalam buku pelajaran bahasa Indonesia tingkat sekolah dasar. Subjek penelitian ini adalah buku pelajaran bahasa Bali kelas I, II, III, IV, V, dan buku pelajaran kelas VI. Data penelitian ini berupa sajian materi di dalam buku pelajaran, yang berwujud: bacaan dari suatu sumber tertentu, dialog, cerita, puisi/cerpen/opini/ tulisan/iklan/dll. yang dikutip dari berbagai sumber (sumber asli: majalah, hasil wawancara, koran, tabloid, dll.). Sumber data dalam penelitian ini berupa dokumen resmi yakni berwujud buku pelajaran yang mendukung kurikulum yang sedang berlaku,
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
329
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
5(3), 325-340
yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jadi, subjek penelitian ini adalah buku pelajaran bahasa Bali yang disusun berdasarkan KTSP, yakni buku Wrdhi Sastra, yang merupakan bantuan operasional sekolah (BOS), dan objek penelitian ini adalah keautentikan materi pelajaran. Buku ini menggunakan bahasa Bali ditulis oleh tim penyusun yakni Dewa Nyoman Murja, S. Pd. dkk, diterbitkan oleh Acarya Media Utama, Bandung, Semua materi yang ada dalam buku pelajaran merupakan data. Oleh karena itu, pengumpulan data dilakukan dengan teknik pencatatan yang diterapkan hampir sejalan dengan teknik pembacaan. Dengan teknik itu akan ditemukan jenis-jenis materi pelajaran, serta materi pelajaran yang autentik dan yang nonautentik. Untuk menghindari keraguan peneliti dalam pengumpulan data, sifat-sifat data yang dikemukakan oleh Peacock dijadikan sebagai dasar analisis utama. Di samping itu, seandainya ada instruksiinstruksi yang mengarahkan siswa untuk mencari materi pelajaran dari berbagai sumber, itu juga dipandang sebagai materi pelajaran yang autentik dalam rangka mengaktifkan siswa, memberikan pengalaman langsung kepada siswa, membuka cakrawala siswa lebih luas, dll. Jadi, materi yang autentik tidak hanya, materi yang terdapat secara eksplisit, justru yang implisit lebih mudah diadaptasikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era informasi sekarang ini. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teori-teori yang relevan sebagaimana yang telah diungkapkan dalam kajian pustaka. Dalam hal ini, persyaratan keautentikan materi buku pelajaran menjadi pegangan dasar dalam analisis (lihat Peacock, 1997). Hasil analisis tersebut diklasifikasikan dan ditafsirkan. Penafsiran tersebut berkaitan dengan daya dukung materi pelajaran dengan berpedoman pada teori-teori yang relevan dan dkaitkan dengan konteks kekinian. Di samping itu, hasil triangulasi data dan diskusi dengan guru-guru bahasa Bali, para penyusun BT , dan teman sejawat juga menjadi bahan pertimbangan dalam menarik simpulan penelitian ini. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Setelah dilakukan kajian secara mendalam dapat dikemukakan hasil-hasil dan pembahasan sebagai berikut. Sesuai kata pengantar, BT ini disusun berdasarkan KTSP, namun tidak disertai silabus sebagaimanana BT lainnya. Secara umum materi-materi yang disajikan tidak disertai sumber-sumber yang valid. Hanya sebagian
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
330
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
5(3), 325-340
kecil sajian materi disertai dengan sumber kutipan. Sumber-sumber itu misalnya: Ni Dyah Tantri, pupulan Buku Satua Bali, Ki Lara (penulis puisi/kelas IV), Buku Satua Bali Jilid 2, Ki Nirdon (penulis puisi Bali Anyar/kelas IV), Buku Sarwa Sari Jilid 3 (kelas V), Gatot Kaca Sraya (kelas VI), I Nyoman Manda untuk kelas VI, Sarasamuscaya, Kesusastraan Bali Disdikbud Prov Bali th 2005, dan lain-lain. Secara lebih rinci temuan-temuan penelitian adalah sbb. Materi pelajaran sesungguhnyan sangat beragam. Keberagaman materi ini tersaji lewat empat keteram-pilan yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan empat keterampilan itu materi dapat berupa lagulagu/pupuh, beaneka cerita, puisi, berbagai dialog keseharian, kosakata, kalimat, pasang aksara Bali, menjawab pertanyaan berdasarkan wacana sebelumnya, dll. Materi-materi tersebut sebagian besar berkaitan dengan kehidupan sosial budaya masyakat atau dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Materi-materi dimaksud pada awal pembelajaran atau di kelas 1 disajikan dalam bentuk gambar-gambar, lagu, bacaan, dan lain-lain melalui dengar-ucap. Sejalan dengan meningkatkannya kemampuan siswa dalam membaca dan menulis siswa mulai membaca wacana-wacana pendek dan menulis kata-kata sesuai petunjuk. Sebagian besar materi pelajaran mulai kelas 1 sampai dengan kelas VI tidak disertai dengan sumber-sumber. Di kelas 1 terdapat cerita "Kambing dengan Monyet'; di kelas 2 terdapat cerita 'I Sugih teken I Tiwas'; kelas 3 terdapat cerita 'I Lobangkara', Cicing Gudig'; di kelas 4 terdapat cerita 'Ni Tuung Kuning'; Pan Balang Tamak, 'Maturan ke Pura Sakenan', berbagai pupuh, serta materi-materi lainnya tidak pernah mencantum-kan sumbernya. Di samping itu, banyak materi disajikan dengan berbagai kesalahan ketik. Kesalahan teknis atau kesalahan ketik menyebabkan kesalahan prinsip. Beberapa kesalahan ketik misalnya: Kembang Kampe seharusnya kembang rampe Batan liu batan biu; melakang melahang, punjung puyung, kÞd (klada) kÞd i , (kladi) = pohon talas, bukl/ (bukal/kelelawar): gambar yang tertera musang tetapi tulisan aksara Balinya bukal (kelelawar) seharusnnya lubk/ , (lubak); ngerayanang ngeranayang, pungkure pangkur, jelinjang jelinjingan, kapecoscos pakecoscos, salah tunggal silih tunggil, dan lain-lain. Kesalahan prinsip terdapat pada wacana yang dikutip sudah kadaluwarsa, dalam arti tidak sesuai dengan konteks kekinian. Misalnya,
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
331
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
5(3), 325-340
wacana liburan yang isinya bahwa setiap catur wulan anak-anak mendapat libur selama seminggu (dikutip dari Kusumasari, 2004). Dewasa ini dalam kurikulum tidak lagi dikenal libur catur wulan melainkan libur semesteran. Di samping itu banyak materi yang tidak disertai petunjuk-petunjuk mengenai keterampilan yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya wacanawacana yang berjudul 'I Durma', 'Gotong Royong', I Sangsiah Teken I Bojog.', dll. Yang paling memprihatinkan adalah buku Wrdhi Sastra memiliki kemiripan 80-100% dengan buku Kusumasari. Meskipun memiliki kemiripan dengan Kusumasari, penyusun buku ini tidak pernah mencantumkan Kusumasari sebagai sumber kutipan. Hasil wawancara dengan para guru dan teman sejawat hampir sama bahwa buku Wrdhi Sastra memuat banyak kesalahan dan tidak layak dicetak lagi. Hasil ulangan Umum Bahasa Bali siswa di SD 1, 2, 5 Banyuasri pernah jeblok sehingga guru menggunakan buku Kusumasari. Hasil konfirmasi dengan para penyusun buku ini, secara umum mereka tidak menolak tentang kesalahan yang ada. Hal ini dikatakan bahwa proses editing oleh penerbit sangat lemah. Materi-materi yang dipetik dari berbagai sumber itu sesungguhnya (ihwalnya) disusun dan disajikan untuk masyarakat pembacanya. Misalnya: Cerita Ni Diah Tantri, puisi berjudul Bedugul oleh: Sri Yowani (SD Saraswati Dps); Nulis Aksara Bali (menyalin salah satu bait puisi dari tiga bait, latin ke aksara Bali) Sisin Carike (oleh Wyn. Rugeg Nataram), dan lainlainnya, dibaca oleh anak-anak SD. Jadi, materi-materi pelajaran bahasa Bali memang bersumber dari konteks lokal dan jelas sasaran pembacanya, yaitu anak usia 8-13 tahun. Hanya saja, penulis BT tidak konsisten mencantumkan sumber-sumber tersebut sehingga ini menimbulkan tanda tanya. Ketika dikonfirmasi kepada para penyusun BT: Dewa Nyoman Murja, I Wayan Notiasa, dan Ketut Sukriati, mereka pun mengakui tentang hal itu bahwa sebagian besar materi tidak disertai sumber. Sukriati menjelaskan bahwa materi--materi itu diambil dari beberapa sumber atau buku termasuk juga BT. Sumber-sumber itu disebutkan: buku-buku cerita, Aneka Rupa, Purwa Aksara, Kusumasari, dll. Sementera itu, Murja menyatakan di antara materimateri itu ada juga materi atau wacana buatannya sendiri tetapi tidak dicantumkan namanya. Mereka tidak memiliki alasan terkait dengan hal itu. Memang di bagian akhir materi (penutup) penulis sudah mencantumkan daftar pustaka secara jelas. Daftar pustaka secara umum tentu berbeda
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
332
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
5(3), 325-340
dengan kutipan-kutipan atau sumber-sumber materi pada setiap pelajaran. Beberapa buku yang dijadikan sebagai daftar pustaka adalah: Materi-materi yang dikutip dari beberapa buku tersebut terdapat dalam suatu kehidupan masyarakat (konteks alami), atau materi-materi itu sesuai dengan kenyataan-kenyataan sosial atau kenyataan-kenyataan berbahasa dan tidak dibuat-buat sehingga dipercaya dan mudah digunakan oleh pembelajar. Bukan hanya itu, menurut Kienbaum, et al (dalam Peacock, 1997:145) materi yang autentik menyebabkan siswa lebih antusias dan sangat termotivasi. Banyak ahli yang mengklaim bahwa materi autentik memotivasi siswa, secara instrinsik lebih menarik atau lebih memberi stimulus daripada materi artifisial. Hal itu tentu bertentangan dengan materi yang bersifat artifisial (nonauthentic) (Peacock, 1997:144). Materi yang artifisial adalah materi buatan atau tiruan atau dibuat-buat yang tidak sesuai dengan kenyataankenyataan berbahasa. Sejalan dengan pendapat itu, Nunan dalam MacDonald (2000:254) juga berpendirian bahwa materi autentik merupakan segala materi yang tidak dibuat secara khusus untuk maksud pengajaran bahasa. Dengan demikian, materi-materi autentik ini sama sekali tidak ditujukan untuk pengajaran bahasa. Akan tetapi, bila materi-materi itu dimanfaatkan untuk pengajaran bahasa, tentu hal itu sangat tepat, menarik, dan dapat memotivasi siswa. Masalahnya adalah penulis BT menyajikan materi-materi autententik tetapi tidak secara autentik karena hanya sebagian kecil sumbersumber materi autentik itu dicantumkan. Hal inilah yang terjadi pada BT bahasa Bali 'Wrdhi Sastra'. Kenyataan ini telah diakui secara jujur oleh para penyusun BT. Pada buku kelas 6, pelajaran 4 terdapat wacana beraksara Bali berjudul 'Luh Wirati Anak Cerik Jemet'. Wacana ini sesungguhnya sudah beraksara Bali yang terdiri atas 7 paragraf yang isinya menggambarkan seorang anak perempuan bernama Luh Wirati, kelas 6, yang disukai oleh teman-temannya dalam pergaulan, dan dia tergolong anak yang rajin baik dalam aktivitasnya di rumah maupun di sekolah. Petunjuk atau suruhannya adalah tulislah wacana 'Luh Wirati Anak Cerik Jemet' dengan aksara Bali. Jadi, petunjuknya tidak autentik karena wacana sudah menggunakan aksara Bali, semestinya 'Salinlah kembali dengan menggunakan aksara Bali'. Membaca laporan 'Pantai Lovina' pelajaran 22, hal 78 tidak ada penulisnya atau sumber kutipan. Materi yang berkaitan dengan kegiatan dan tempat kegiatan ini sangat dekat dengan kehidupan siswa. Pelajaran 26, hal. 93/94 tentang membaca cerita 'Katuturan Sang Gatot Kaca' tidak mencantumkan
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
333
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
5(3), 325-340
sumber. Padahal materi ini merupakan cerita kepahlawanan yang telah tersohor yang bersumber dari epos Mahaberata. Kutipan materi yang berupa bacaan dari suatu sumber tertentu, mestinya disertai dengan kata-kata 'dengan perubahan seperlunya'. Namun, penulis tidak pernah menyatakan hal itu. Itu berarti, jika teks yang dikutip salah, penulis tidak tahu sehingga tidak ada reaksi. Dalam hal ini, penulis tidak berusaha mengadaptasikan materi ataupun petunjuk-petunjuk yang mengarahkan siswa ke arah yang logis dan sistematis sehingga tepat mengenai sasaran. Contoh sajian materi pada buku V, pelajaran 12 hal 35 terdapat tema 'menulis karangan', sedangkan materinya mendengarkan dan melagukan pupuh sinom. Pupuh sinom lengkap dengan notasi Bali (ndang, nding, ndung...) tetapi tidak disertai sumber. Bait ke-2 pupuh ginada tidak ada kaitannya dengan bait 1(pupuh sinom). Petunjuk pelaksanaan keterampilan menulis sama sekali tidak tampak. Jadi, ada dua hal yang menunjukkan ketidakautentikan materi pada pelajaran 12, yakni (a) sajian materi pupuh/tembang yang tidak sejalan (sinom-ginada) dan (b) petunjuk kemampuan yang harus dilakukan tidak ada secara jelas. Hal senada terdapat pula pada pelajaran 17 yang memuat cerita yang berjudul 'Satwa I Durma'. Materi ini sama sekali tidak memuat petunjuk tentang kegiatan belajar bagi siswa. Buku sumber juga tidak tercantum. Itu berarti, dalam konteks ini penulis BT sama sekali tidak berupaya mengadaptasikan materi-materi yang dikutip atau sebaliknya, kalaupun materi itu buatan tim penyusun BT semestinya dicermati kelengkapan petunjuk-petunjuknya sehingga jelas dan operasional perilaku yang dituntut pada siswa. Hal ini sangat bertentangan dengan pendapat Darian. Darian (2001:2) menyatakan bahwa mengadaptasikan materi-materi yang original untuk pengajaran bahasa adalah suatu proses yang dipercaya sebagai separuh seni dan separuh ilmiah. Selanjutnya disebutkan bahwa guru atau penyusun buku pelajaran mengadaptasikan materi autentik untuk digunakan pada kelas yang berbeda, bergantung pada usia dan kecakapan bahasa siswa. Darian juga menyebutkan bahwa pengadaptasian yang baik memerlukan perhatian cermat pada komponen-komponen: (a) semantik, (b) leksikal, (c) sintaksis, dan (d) wacana dari teks original (alami). Temuan-temuan lain yang disampaikan di atas hanya dalam bentuk sampel. Kesalahan secara teknis maupun secara prinsip cukup besar. Temuan-temuan lain ini juga diakui oleh guru bahasa Bali, yakni Ibu Suasni dan Bapak Kajeng. Mereka menyatakan,"Hasil ulangan umum bahasa Bali di SD 1, 2, 5
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
334
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
5(3), 325-340
Banyuasri pernah jeblok karena soal-soal yang keluar dalam ulangan umum tidak diambil dari BT Wrdhi Sastra, soal-soal ulangan umum diambil dari Kusumasari padahal pemakaian Wrdhi Sastra diwajibkan. Itu berarti, buku Kusumasari yang terbit tahun 2007 lebih autentik daripada buku ini. Menurut peneliti juga demikian, peneliti coba bandingkan sekilas hanya dengan Kusumasari kelas 6. Hasilnya adalah banyak materi yang dikutip dari Kusumasari secara utuh untuk Wrdhi Sastra tanpa menyebutkan sumber kutipan. Contoh: wacana Sang Anoman ring Alengka, Mayadanawa, Sang Abimaniu, Silsilah Sang Pandu (berupa bagan), dan lain-lain. Secara teknis dan secara prinsip juga hampir tidak ditemukan kesalahan cetak pada Kusumasari. Kenyataan ini diperkuat oleh pernyataan guru-guru yang diwawancarai. Mereka sangat kecewa dengan kesalahan-kesalahan patal yang terdapat dalam BT Wrdhi Sastra. Kesalahan ketik sebagaimana disampelkan dalam tabel di atas semestinya tidak terjadi. Kesalahan prinsip seperti: gambar musang diikuti tulisan berbunyi kelelawar besar (dalam aksara Bali) tentu membingungkan anak yang baru belajar berbahasa. Demikian juga, gambar pohon talas (kladi) namun ditulis klada (dalam aksara Bali). Hal ini tentu menunjukkan betapa cerobohnya penyajian materi dalam BT Wrdhi Sastra oleh para penulisnya. Kenyataan-kenyataan di atas juga diakui oleh pakar bahasa dan sastra Indonesia yang sekaligus pula sebagai praktisi bahasa Bali, I Gusti Putu Antara. Antara mengaku sudah membaca buku Wrdhi Sastra dan langsung memberi masukan agar buku ini tidak dilanjutkan penerbitannya karena dalam buku itu terdapat banyak kesalahan. Antara juga heran bahwa cerita Pan Balang Tamak yang selama ini diketahui ternyata dalam BT ini isinya terbalik. Hasil konfirmasi dengan para penyusun BT bahwa kenyataan ini sama sekali tidak dimungkiri. Hal ini terjadi karena jarak antara penulis (Singaraja) dengan penerbit (Bandung) dalam hal proses pengetikan dan editing. Yang mengetik adalah orang-orang sana yang tidak tahu banyak tentang bahasa Bali. Di samping itu, penerbit juga terlalu mengejar target, dalam arti terjadi proses yang sangat cepat; para penyusun menulis, mengirim, kemudian menulis, dicetak penerbit secara bertahap, kemudian dikirim balik ke Singaraja. Setelah diedit ternyata hasilnya tetap tidak ada revisian. Hal ini diakui oleh Bapak Dewa Murja ketua penyusun BT. Dengan kenyataan ini, bagaimanapun prosesnya tentu masyarakat pemakai BT akan melihat BT sebagai produk berupa alat atau sarana pelengkap kurikulum yang benar-benar autentik.
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
335
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
5(3), 325-340
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dikemukakan bahwa temuantemuan lain yang secara teknis dan secara prinsip menunjukkan kesalahan pada BT disebabkan oleh rendahnya proses editing. Di samping itu, terbatasnya wawasan penyusun BT terkait teori penyusunan BT. Secara teoretis, idealnya BT disusun berdasarkan kurikulum yang sedang berlaku (Tarigan, 1986; Sriasih, 2011). Di samping itu, BT yang berkualitas harus memperhatikan hal-hal berikut: (a) sudut pandangan, (b) kejelasan konsep, (c) relevan dengan kurikulum, (d) menarik minat dan menstimulasi aktivitas, (e) ilustratif, (f) komu-nikatif, (g) menunjang mata pelajaran lain, (h) menghargai perbedaan individu, dan (i) memantapkan nilai-nilai. Hal penting yang perlu ditegaskan terkait dengan hasil penelitian ini adalah terdapat beberapa materi yang tidak jelas menstimulasi aktivitas siswa yang disebabkan oleh petunjuk-petunjuk yang kurang komunikatif. Konsepkonsep yang tidak jelas karena kekurangcermatan penulis. Penyebab lainnya adalah para penyusun BT tidak melakukan pengadaptasian materi seperlunya. Dengan demikian, sajian materi dalam BT ini kurang sejalan dengan pendapat Darian (2001:2) bahwa pengadaptasian yang baik memerlukan perhatian cermat pada komponen-komponen: (a) semantik, (b) leksikal, (c) sintaksis, dan (d) wacana dari teks original (alami). Temuan lain sebagai hasil perbandingan antara buku Kusumasari dan Wrdhi Sastra khususnya buku IV, V, dan VI ternyata ada kemiripan 80100% dari segi isi/materi. Buku Wrdhi Sastra yang lahir enam tahun di belakang Kusumasari, oleh para penyusun yang berbeda, justru isinya bisa hampir sama. Ini menandakan ada tindakan plagiat. Akan tetapi, dalam daftar pustaka para penyusun buku Wrdhi Sastra sama sekali tidak pernah mencantumkan Kusumasari sebagai buku sumber. Dalam proses pengutipan, bagaimanapun pintarnya seseorang tidak akan pernah menghasilkan kutipan yang sama persis dengan hasil mengutip oleh orang lain. Itu berarti, buku Kusumasari (sebagian besar) disalin ulang dengan tanpa memperhatikan etika keilmuan. Yang lebih fatal dan sangat memprihatikan adalah banyak terdapat kesalahan ketik, kesalahan prinsip (bukal pada Kusumasari memang gambar bukal, bukan lubak seperti pada Wrdhi Sastra, pada cerita Ni Tuung Kuning, mulih diketik mamulih, dan lain-lainnya seperti sudah dikemukan di depan. Dengan demikian, dapat disimpulkan keautentikan (keaslian) materi pelajaran dalam BT Wrdhi Sastra sangat diragukan.
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
336
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
5(3), 325-340
Penutup Berdasarkan pembahasan hasil dan pembahasan di atas dapat simpulan sebagai berikut. 1. Buku pelajaran bahasa Bali Wrdhi Sastra yang terdiri atas 6 jilid digunakan di SD di kabupaten Buleleng bahkan juga digunakan di Kabupaten Gianyar. Sebagai buku pelajaran bagi siswa, buku ini menyajikan banyak kesalahan. Kesalahan-kesalahan itu menyangkut kesalahan teknis dalam hal ejaan, tanda-tanda baca, kata, kalimat; juga kesalahan teknis lain yang mengakibatkan kesalahan prinsip. Kesalahan teknis ini menunjukkan rendahnya proses editing oleh pihak penyusun dan penerbit. 2. Buku Wrdhi Sastra menyajikan materi-materi yang tergolong autentik namun tidak disajikan dengan cara autentik. Sebagian besar materi tidak disertai dengan sumber-sumber kutipan, padahal menyertakan sumbersumber materi secara jelas merupakan salah satu ciri keautentikan. Di samping itu, terdapat juga sajian materi pelajaran yang tidak disertai petunjuk-petunjuk atau keterampilan-keterampilan yang harus dilakukan siswa. Petunjuk-petunjuk yang jelas menunjukkan kekomunikatifan sebuah BT. 3. Dalam proses penyusunan BT, tim penyusun tidak sempat saling kontrol, para penyusun bekerja sesuai job masing-masing, juga mereka tidak melakukan konfirmasi dengan pakar-pakar terkait. 4. BT ini kurang layak digunakan sebagai buku pegangan utama mengingat demikian besarnya kesalahan yang ada sementara siswa baru tahap belajar. Konsep yang samar, tidak jelas, dan salah menyebabkan kebingungan bagi guru dan bagi siswa. 5. Berdasarkan sampel perbandingan (buku IV, V, dan VI), ternyata buku Wrdhi Sastra memiliki kemiripan yang cukup tinggi dengan buku Kusumasari, yakni 80-100%. Dengan demikian, keautentikan (keaslian) materi pelajaran buku ini sangat diragukan. Saran-Saran Berdasarkan simpulan di atas beberapa saran berikut layak dikemukakan untuk ditindaklanjuti oleh para penyusun BT atau para pemerhati dunia pendidikan. 1. Penyusun buku Wrdhi Sastra disarankan lebih cermat terhadap masalah tipografi (tata penulisan) BT sehingga kesalahan-kesalahan teknis maupun
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
337
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
2.
3.
4.
5.
6.
5(3), 325-340
prinsip dapat diminimais. Dalam hal ini harus ada proses editing secara kontinu. Hal ini penting karena buku bahasa lebih-lebih bagi siswa SD berfungsi ganda, yakni sebagai media pembinaan dan sebagai media komunikasi. Penyusun BT Wrdhi Sastra seharusnya mencantumkan semua sumber kutipan materi terutama materi-materi dalam bentuk wacana yang betulbetul dikutip. Akan tetapi, kalau materi itu adalah buatan sendiri seharusnya mencantumkan nama penulisnya. Di samping itu, petunjukpetunjuk yang terkait dengan tuntutan aktivitas siswa harus disajikan secara jelas pada setiap materi. Penyusun BT yang bertim sedapat mungkin selalu berkoordinasi dan saling kontrol sehingga bila terjadi kesalahan sejak awal bisa diantisipasi, bukan malah menjadi kesalahan yang sangat fatal. Para penulis hendaknya bersikap arif dan bijaksana dalam hal etika pengutipan. Akan sangat terpuji bila buku Kusumasari sebagai sumber kutipan dicantumkan dalam daftar pustaka atau kutipan di dalam kutipan (Ni Dyah Tantri dalam Kusumasari). BT ini disarankan untuk tidak dicetak ulang (kecuali direvisi) bahkan tidak layak dipakai (sebagai pegangan utama) mengingat kesalahannya cukup tinggi. Di samping itu, persentase kemiripan yang cukup tinggi, BT ini terkesan mengutip BT yang telah ada, yakni Kusumasari. Para penyusun BT pada umumnya hendaknya memperhatikan etika keilmuan. Terutama dalam hal kutip-mengutip hendaknya dilakukan secara objektif dengan menyertakan sumber kutipan.
Daftar Rujukan Anom, I Gusti Ketut., dkk. 2004. Kusumasari 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Sabha Sastra Bali. Anonim. 2007. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Materi PLPG dalam SEMLOK Undiksha. Ardika, I Gede. 2006. Kebijakan, Strategi, dan Revitalisasi Bahasa Bali, Makalah dalam Kongres Bahasa Bali VI di Denpasar, 10-23 Oktober 2006.
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
338
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
5(3), 325-340
Ary, Donald, dkk. Tanpa Tahun. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Terjemahan oleh Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional. Depdiknas. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP. Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Echols, John. M. and. Shadily. 1996. Kamus Inggris Indonesia ’An EnglishIndonesia Dictionary’. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Jurnal Pendidikan, Volume 3.1/8/1/2010. Persepsi Guru terhadap Penggunaan Buku Teks Bahasa Indonesia di Kabupaten Jombang. http://lppm.ut.ac.id/jp/31suparti.htm. Kasbolah, Kasihani. 1993. Pendekatan Sistem dan Disain Instruksional Bahan Pelengkap Mata Kuliah PBM Program Bahasa. Malang. Lembaga Penelitian IKIP Malang. 1997. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Malang: IKIP Malang. Merdhana, I Nyoman. 1986. Analisis Buku Teks. Singaraja: FKIP UNUD. Moleong, Lexy. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Murja, Dewa Nyoman, dkk. 2010. Wrdhi Sastra, Bahasa Bali untuk Siswa SD Kelas I, II, III, IV, V, dan VI. Bandung: Acarya Media Utama. Peacock, Matthew. 1997. The Effect of Authentic Materials on the Motivation of EFL Learners. ELT Journal, 51(1) :144--148. Soedijarto. 1998. Pendidikan sebagai Sarana Reformasi Mental dalam Upaya Pembangunan Bangsa. Jakarta: IKIP Jakarta.
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
339
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
5(3), 325-340
Sriasih, Sang Ayu Putu. 2008. Modul Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Singaraja: Undiksha. Sumardi. 2000. Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SD ‘sebagai Sarana Pengembangan Kepribadian, Penalaran, Kreativitas, dan Keterampilan Berkomunikasi Anak’. Jakarta: Grasindo. Suyono dan Muslich, M. 1996. Panduan Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: YA 3 Malang. Syafi’ie, Imam. 1996, “Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Kurikulum 1994”, Makalah disajikan dalam Seminar Pengajaran Bahasa Indonesia. Tarigan, Henry. Guntur. 1985. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry. Guntur. dan Tarigan Djago. 1986. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa. Undiksha. 2011. Suplemen Pedoman Pelaksanaan Penelitian Institusional Tahun 2011. Lembaga Penelitian: Undiksha. Utorodewo, Felicia. Posted on 6 Februari 2007. Tinjauan Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia. Makalah.
JPPP, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2011
340