Siti Innayati Niswatin
13
ANALISIS LINGUISTIK MATERI BACAAN DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA Siti Innayati Niswatin MTs Negeri Balen Jalan PUK III/529 Balen Bojonegoro Telp.(0353)332275 Email:
[email protected]
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah menemukan materi kata dan frasa dalam buku teks Bahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitif. Teknik analisis data yang digunakan meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari segi jenis dan bentuk kata terdapat jenis verba, nomina, adjektiva, dan numeralia. Bentuk verba terdiri atas verba dasar, verba berafiks ber-an, dan verba berafiks me-kan. Bentuk nomina terdiri atas nomina dasar, nomina berafiks ke-an, nomina berafiks pe-an, dan nomina berafiks peran. Bentuk adjektiva terdiri atas adjektiva dasar, adjektiva berafiks me-kan, adjektiva berafiks ter-. Materi frase yang ditemukan dalam materi bacaan buku teks yang digunakan sebagai sumber data terdiri atas (1) frase nominal, (2) frase verba, (3) frase ajektiva, (4) frase preposisi, dan (5) frase adverbal. Kata kunci: analisis linguistik, materi bacaan, buku teks Bahasa Indonesia
Abstract: The purpose of this research is to find materials words and phrases in text books Indonesian. This study is a descriptive-qualitif. The analysis techniques of data is used include data reduction, data presentation, and conclusion. The results showed that in terms of the type and form of the word there are types of verbs, nouns, adjectives, and numeralia. The forms of verb consist of basic verbs, verbs affixed ber-an and verb affixed me-kan. Forms of nouns consisting of basic nouns, nouns affixed ke-an, nouns affixed pe-an, and noun affixed per-an. Forms of adjectives consists of basic adjective, adjective affixed me-kan, adjective affixed ter-. Material phrases found in the text book reading material that is used as a data source consists of (1) the nominal phrase, (2) verb phrase, (3) an adjective phrase, (4) prepositional phrases, and (5) phrases adverbal. Keyword: linguistic analysis, reading material, text books Indonesian
PENDAHULUAN Buku teks pelajaran bahasa Indonesia tentu saja memuat materi bacaan, karena ini merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan di samping keterampilan mendengarkan, berbicara, dan menulis.Tujuan utama
dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Anderson (dalam Tarigan,1979:9) mengemukakan
14
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
beberapa hal penting tentang membaca. (a) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta; (b) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topic yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami tokoh, merangkumkan hal-hal yang dilakukan tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama; (c) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya – setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian-kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan,organisasi cerita; (d) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca, mengapapara tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi; (e) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan; (f) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang
diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi; (g) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bgaimana tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membacauntuk memperbandingkan atau mempertentangkan. Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan perkataan lain, keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu:a).pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca;b).korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal;c). hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning. Keterampilan A merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentukbentuk yang disesuaikan dengan mode yang berupa gambar, gambar di atas suatu lembaran, lengkungan-lengkungan, garis-garis, dan titik-titik dalam hubungan-hubungan berpola yang teratur rapi. Keterampilan B merupakan suatu suatu kemampuan untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas – yaitu gambar-gambar berpola tersebut –dengan bahasa. hubungan-hubungan itu jelas sekali terlihat terjadi antara unsur-unsur dari pola-pola tersebut di atas kertas dan unsur-unsur bahasa yang formal. Sesuai dengan haikat unsur-unsur linguistik yang formal tersebut, pada hakikatnya sifat keterampilan itu akan selalu mengalami perubahan-perubahan pula. Unsur-unsur itu dapat meruakan kelompok bunyi kompleks yang dapat disebut sebagai kata, frasa,
Siti Innayati Niswatin
kalimat,paragraf, bab, atau buku. Keterampilan ketiga atau C yang mencakup keseluruhan keterampilan membaca, pada hakikatnya merupakan keterampilan intelektual. Ini merupakan kemampuan atau abilitas untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas melalui unsur-unsur bahasa yang formal, yaitu kata-kata sebagai bunyi, dengan makna yang dilambangkan oleh kata-kata tersebut. Namun, membaca bukanlah hal mudah. Salah satu masalah yang sangat penting untuk diperhatikan adalah masalah linguistis atau kebahasaan yang ada dalam materi bacaan. Masalah kebahasaan dalam membaca terdiri atas bunyi-bunyi bahasa, kata, frasa, klausa/kalimat, makna, paragraf, dan wacana. Penggunaan bahasa dalam materi bacaan juga harus disesuaikan dengan tingkat kematangan intelektual anak. Penggunaan bahasa yang sulit akan membuat siswa tidak dapat memahami isi bacaan dan membuat mereka frustasi. Penelitian ini penting karena penguasaan bahasa merupakan salah satu varibel yang sangat penting bagi membaca. Aspek kebahasaan yang harus dikuasai oleh siswa mencakup kata, frasa, klausa, dan wacana. Untuk itu peneliti ingin membatasi fokus penelitiannya pada penggunaan bahasa (aspek linguistis) materi bacaan dalam buku “Berbahasa dan Bersastra Indonesia”. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas buku teks pelajaran bahasa Indonesia yang berjudul “Berbahasa dan bersastra Indonesia”. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) materi kata, (2) materi frasa, (3) materi klausa, (4) materi wacana dalam buku teks “Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Untuk kajian teori antara lain (1) Aspek linguistik merupakan aspek kebahasaan yang mencakup materi
15
fonem, kata/frasa, klausa/kalimat, dan wacana. (2) Materi Bacaan adalah tulisan-tulisan tentang berbagai aspek kehidupan yang dimuat dalam buku untuk menjadi bahan bacaan siswa. Biasanya digunakan untuk menguji kemampuan siswa dalam keterampilan membaca. (3) Menurut Chaer (2007:162) kata adalah bentuk bebas yang paling kecil, yaitu kesatuan terkecil yang dapat diucapkan secara berdikari (Bloomfield dalam Tarigan, (1985: 6). (4) Frasa menurut Soeparno (2002: 101) adalah suatu konstruksi gramatikal yang secara potensial terdiri atas dua kata atau lebih, yang merupakan unsur dari suatu klausa dan tidak bermakna proposisi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptifkualitatif. Djajasudarma (1993:7) mengemukakan penggunaan metode ini dipertimbangkan dari pusat perhatian pada ciri-ciri dan sifat-sifat data bahasa secara apa adanya. Pertimbangan ini, tentunya, sesuai dengan salah satu ciri metode penelitian kualitatif, yaitu latar alami. Hal tersebut sejalan dengan pendapat bahwa penelitian dengan metode deskriptif harus menghasilkan data kebahasaan yang aktual. Data dalam penelitian ini adalah data tentang aspek linguistis materi bacaan yang mencakup kata dan frasa. Sumber data penelitian ini ialah buku pelajaran bahasa Indonesia yang berjudul “Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII”. Buku tersebut merupakan buku teks yang telah dinilai oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan telah ditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang me menuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2008. Sugiono (2011:224) mengatakan teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama
16
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik simak, dan teknik catat. Teknik simak dilakukan karena memang peneliti menyimak data yang ada dalam buku dan kemudian mencatatnya pada kartu data yang telah disediakan.Langkah-langkah konkrit yang dilakukan dalam teknik analisis data ialah: (1) Membaca secara sekilas keseluruhan materi bacaan buku teks yang diteliti. (2) Mengidentifikasi materi kebahasaan (linguistis) yang ada dalam buku peljaran bahasa Indonesia yang berjudul “Berbahasa dan Bersastra Indonesia Untuk SMP/MTs Kelas VIII. (3) Mengklasifikasikan materi
kebahasaan materi bacaan yang sudah diidentifikasi atas materi kata dan frasa. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penelitan dan pembahasan hasil penelitian.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menganalisis aspek linguistik materi bacaan dalam buku teks yang berjudul “Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII”. Analisis dilakukan terhadap dua aspek yang mencakup: (1) materi kata dan (2) materi frasa Berikut disajikan hasil analisis terhadap empat aspek yang dimaksud: 1.Materi Kata, terdapat pada morfologi verba dengan data sbb:
Tabel 1 Data Morfologi Verba No. 1. 2. 3.
Kalimat Dia mau pergi. Ada urusan. Mengapa tidak berduaan saja sambil rekreasi. Hari Minggu malah memusingkan.
Pergi
Data
Kata Dasar pergi
Berduaan
dua
memusingkan
pusing
Dalam data di atas dapat diamati bahwa materi bacaan mengandung verba yang terdiri atas verba dasar dan verba turunan. Verba dasar adalah verba yang tidak mengalami perubahan bentuk. Dalam data (1) di atas terdapat verba dasar “pergi”. Verba tersebut tidak mengalami proses afiksasi apa pun. Dalam data (2) terdapat kata berduaan. Kata tersebut berakategori verba dan menduduki fungsi predikat dalam kalimat. dilihat dari bentuknya, kata
Afiks
Kode BDBI/16
ber-an numeralia me-kan ajektiva
+
BDBI/ 16
+
BDBI/16
berduaan terdiri atas dua morfem, yakni morfem bebas dan morfem terikat. Kata dua merupakan morfem bebas dan bekategori numeralia. Kata tersebut dijadikan verba dengan penambahan afiks ber-an. Dalam data (3) terdapat kata memusingkan. Kata tersebut berkategori verba, yang diturunkan dari kata pusing yang berkategori ajektiva. Kata tersebut dijadikan verba dengan cara menambahkan afiks me- -kan yang mengapit ajektiva.
Tabel 2 Morfologi Nomina No. 1.
2.
Kalimat Dengan gaji yang tidak cukup itu, kamu harus bisa menggunakan kesempatan dalam segala cara. Nah, setelah perempatan itulah Kantor Dinas
kesempatan
Kata Dasar sempat
perempatan
empat
Data
Afiks
Kode
ke-an ajektiva
+
BDBI/16/
per-an numeralia
+
BDBI/60/
Siti Innayati Niswatin
3.
Pariwisata. …hngga menghasilkan pemusik gamelan ternama.
pemusik
a.Morfologi Nomina dengan data sbb: Nomina adalah kategori yang secara sintaksis (1) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel “tidak”, (2) mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel “dari”. Beriktu data nomina yang diperoleh dari materi bacaan dalam buku pelajaran bahasa Indonesia yang berjudul “Berbahasa dan Bersastra Indonesia”. Dalam data (1) di atas terdapat kata kesempatan. Kata tersebut berkategori nomina dan berfungsi sebagai objek kalimat. dilihat dari segi bentuknya kata kesempatan dibentuk dari morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebasnya adalah sempat yang berkategori ajektiva, sedangkan morfem bebasnya adalah ke—an. Dalam data (2) di atas terdapat kata perempatan. Dilihat dari segi bentuknya, kata perempatan dibentuk dari dua mofem, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebasnya adalah empat, sedangkan morfem terikat adalah per- -an. Kata empat berkategori numeralia yang menunjukkan bilangan yang terdapat dalam alam di luar bahasa.
Musik
pe- + nomina
17
BDBI/77
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa verba dapat diturunkan dari numeralia. Dalam data (3) di atas terdapat kata pemusik. Kata tersebut berkategori nomina yang menunjukkan orang yang bermain musik. Dalam data di atas kata tersebut digunakan sebagai objek kalimat. dilihat dari segi bentuknya, kata pemusik” terdiri atas dua unsur,yakni prefiks pe- dan kata dasar musik yang berupa nomina juga. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nomina dapat diturunkan dari nomina lainnya. b. Morfologi Ajektiva Kridalaksana (1994:59) mengatakan bahwa ajektiva adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya (1) untuk bergabung dengan partikel tidak, (2) mendampingi nomina, atau (3) didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak, (4) mempunyai ciri-ciri morfologis seperti – er, if. Berikut data bentuk ajektiva yang diperoleh dari sumber data , yakni buku pelajaran bahasa Indonesia yang digunakan di kelas VIII.
Tabel 3 Morfologi Ajektiva No. 1. 2.
3.
Serius
Kata Dasar Serius
menyedihkan
Sedih
me-kan ajektiva
+
BDBI/11/
terpenting
Penting
terajektiva
+
BDBI/147/
Kalimat Memang musim hujan kali ini sangat serius. Menurut saya lebih menyedihkan tahun lalu…. Faktor terpenting , anak tersebut telah mengetahui perbedaan warna.
Data
Dalam data (1) di atas terdapat ajektiva serius. Ajektiva ini diadopsi dari bahasa Inggris dan telah dipakai secara
Kode
Afiks -
BDBI/11/
luas oleh masyarakat tutur bahasa Indonesia. Dilihat dari bentuknya, ajektiva serius merupakan bentuk dasar
18
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
yang belum mengalamai proses morfologis Dalam data (2) di atas tedapat kata menyedihkan. Kata tersebut berfungsi predikatif karena memang berfungsi sebagai preikat kalimat. dilihat dari segi bentuknya, kata menyedihkan dibentuk dari dua morfem, yakni morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebasnya adalah sedih yang berkategori ajektiva dan morfem bebasnya adalah me- -kan. Penambahan afiks me—kan pada kata dasar sedih tidak menyebabkan perubahan kategori. Baik sedih maupun
menyedihkan sama-sama berkaegori ajektiva. Dalam data (3) di atas terdapat kata terpenting. Kata tersebut berkategori ajektiva. Bentuk seperti itu sering dinamakan ajektiva superlative yang menyatakan tingkat paling. Dilihat dari segi bentuknya, kata terpenting dibentuk dari dua morfem, yakni morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebasnya adalah penting yang berkategori ajektiva, sedangkan morfem terikatnya adalah teryang menyatakan perbandingan.
Tabel 4 Morfologi Numeralia No. 1.
2.
Kalimat Gaji yang saya terima Cuma bisa untuk hidup sepuluh hari saja. Dengan gaji yang tidak cukup itu, kamu harus bisa menggunakan kesempatan dalam segala cara.
Sepuluh
Kata Dasar Sepuluh
-
BDBI/16/
Segala
Segala
-
BDBI/16/
Data
c.Morfologi Numeralia Kridalaksana (1994: 79) mengatakan numeralia adalah kategori yang dapat (1) mendampingi nomina dalam konstruksi sintaktis, (2) mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain, dan (3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau dengan sangat.Dalam data (1) di atas terdapat kata sepuluh. Kata tersebut merupakan
Afiks
Kode
kata yang berkategori numeralia. Dilihat dari segi bentuknya, kata tersebut tidak mengaalami proses morfologis apa pun. Dalam data (2) terdapat kata segala. Kata tersebut merupakan kata yang termasuk ke dalam kategori numeralia dengan subkategorisasi numeralia tak takrif. Dilihat dari segi bentuknya, numeralia tersebut tidak mengalami proses morfologis apa pun.
2.Materi Frase,datanya sebagai berikut: Tabel 5 Data Unsur Penjelas Kelas Kata Ajektiva pada Frasa Nomina No. 1.
2.
3.
Kalimat Bagaimana tidak lesu, gaji pegawai rendah seperti saya ini sangattidak seimbang dengan harga-harga di pasar. Popularitasnya telah merambah di berbagai benua dan telah memunculkan paduan music baru. Semangat dukuh Paruk kembali menggeliat sejak Srinthil dinobatkan menjadi ronggeng baru.
Data pegawai rendah
Kode BDBI/16
musik baru
BDBI/77/
ronggeng baru
BDBI/96/
Siti Innayati Niswatin
a. Frasa Nomina: Dalam data (1) di atas terdapat kalimat Bagaimana tidak lesu, gaji pegawai rendah seperti saya ini sangattidak seimbang dengan hargaharga di pasar. Dalam kalimat tersebut terdapat frasa pegawai rendah. Frasa tersebut terdiri atas dua kata yang berkategori nomina dan ajektiva. Kata yang ada di sebelah kiri merupakan inti frasa , sedangkan unsur yang ada di sebelah kanan adalah unsur atributif Dalam data (2) di atas terdapat kalimat Popularitasnya telah merambah di berbagai benua dan telah memunculkan paduan music baru”. Dalam kalimat
19
tersebut terdapat frasa musik baru. Frasa tersebut terdiri atas dua kata yang berkategori nomina dan ajektiva. Kata yang ada di sebelah kiri merupakan inti frasa , sedangkan unsur yang ada di sebelah kanan adalah unsur atributif. Dalam data (3) di atas terdapat kalimat Semangat dukuh Paruk kembali menggeliat sejak Srinthil dinobatkan menjadi ronggeng baru.. Dalam kalimat tersebut terdapat frasa ronggeng baru. Frasa tersebut terdiri atas dua kata yang berkategori nomina dan ajektiva. Kata yang ada di sebelah kiri merupakan inti frasa , sedangkan unsur yang ada di sebelah kanan adalah unsur atributif.
Tabel 6 Data Unsur Penjelas Kelas Kata Nomina pada Frasa Nomina No. 1.
Kalimat Data Krisis sandera 23 warga Korea Selatan pejuang Taliban oleh kelompok pejuang Taliban di Afganistan selama 1,5 bulan menjadi berita utama di media seluruh dunia.
b.Nomina sebagai Unsur Penjelas nomina dapat digunakan sebagai unusr atributif atau penjelas , yang menjelaskan nomina lainnya, dalam sumber data materi bacaan terdapat data tentang nomina sebagai unsur penjelas. Berikut data yang dimaksud.Dalam data (1) di atas terdapat kalimat “. Krisis sandera 23 warga Korea Selatan oleh kelompok pejuang Taliban di Afganistan selama 1,5 bulan menjadi berita utama di media seluruh dunia”. Salah satu unsur pembentuk kalimat di atas adalah frasa “pejuang Taliban”. Frasa tersebut merupakan frasa nomina yang berfungsi sebagai objek preposisi. Frasa tersebut dibentuk dari dua kata, yakni kata “pejuang” dan kata “Taliban”.
Kode BDBI/5/
Kata yang terdapat di sebelah kiri merupakan initi frasa, sedangkan kata yang terletak di sebelah kanan merupakan unsur atributif atau penjelas.c. Verba sebagai Unsur Penjelas pada frase nomina:Dalam data (1) di bawah terdapat kalimat “Selain itu gamelan melahirkan institusi sebagai ruang belajar dan ekspresi musik gamelan”. Salah satu unsur pembenuk kalimat di atas adalah frasa “ruang belajar”. Frasa tersebut terdiri atas dua kata, yakni “ruang “ dan “belajar”. Kata “ruang” merupakan nomina yang berfungsi sebagai unsur inti dalam frasa, sedangkan kata “belajar” meruakan verba yang berfungsi sebagai unsurr atributf atau penjelas.
Tabel 7 Data Unsur Penjelas Kelas Kata Verba pada Frasa Nomina No. 1.
2.
Kalimat Data Selain itu gamelan melahirkan institusi ruang belajar sebagai ruang belajar dan ekspresimusik gamelan. Karena Jawa memiliki pandangan hidup pandangan
Kode BDBI/77
BDBI/77/
20
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
tersendiri yang diungkapkan dalam irama hidup music gamelan.
Dalam data (2) di atas terdapat kalimat “Karena Jawa memiliki pandangan hidup tersendiri yang diungkapkan dalam irama music gamelan.”. Salah satu unsur pembenuk kalimat di atas adalah frasa “pandangan hidup”. Frasa tersebut terdiri atas dua
kata, yakni “pandangan “ dan “hidup”. Kata “pandangan” merupakan nomina yang berfungsi sebagai unsur inti dalam frasa, sedangkan kata “hidup” merupakan verba yang berfungsi sebagai unsurr atributf atau penjelas.
Tabel 8 Data Unsur Penjelas Demonstrativa pada Frasa Nomina No. 1. 2.
Kalimat Tanpanya, dukuh itu merasa kehilangan jati diri. Ehm, maukah kau pergi ke pesta dansa itu bersamaku?
d. Demonstrativa sebagai Penjelas Dalam data (1) di atas kalimat “Tanpanya, dukuh itu merasa kehilangan jati diri”. Salah satu unsur pembentuk kalimat di atas adalah “dukuh itu”. Frasa tersebut terdiri atas dua unsur, yakni “dukuh” dan “ini”. Unsur yang ada di sebalah kiri “dukuh” meruakan inti. Unsur yang ada di sebelah kanan “ini”
Data dukuh itu dansa itu
Kode BDBI/96/ BDBI/112/
merupakan penjelas yang berkategori demonstartiva.Dalam data (2) di atas terdapat kalimat “Ehm, maukah kau pergi ke pesta dansa itu bersamaku”. Salah satu unsur pembentuk kalimat di atas adalah “dansa itu”. Kata yang di sebelah kanan berfungsi sebagai unsur penjelas yang berkategori demonstrative.
Tabel 9 Data Unsur Penjelas Adverbia pada Frasa Verba No. 1. 2.
Kalimat Tapi anehnya, engkau selalu kelihatan lesu. Kamu harus melihat realitas, berpikir yang dialektik.
e.Adverbia pada Frasa Verba : Dalam data (1) di atas terdapat kalimat Tapi anehnya, engkau selalu kelihatan lesu. Salah satu unsur pembentuk kalimat di atas adalah frasa selalu kelihatan. Frasa tersebut terdiri atas dua unsur, yakni verba dan adverbial. Verba berfungsi sebagai unsur inti dan adverb sebagai unsur atributif. Averbia selalu merupakan adverbial dasar bebas yang memberikan penjelasan frekuensi pada verba. Dengan adanya adverbial selalu orang dapat mengetahui frekuensi peristiwa kelihatan. Dalam data (2) di atas terdapat kalimat Kamu harus melihat realitas,
Data selalu kelihatan harus melihat
Kode BDBI/16/ BDBI/16/
berpikir yang dialektik. Salah satu unsur pembentuk kalimat di atas adalah frasa harus melihat yang terdapat pada fungsi predikat. Frasa tersebut dibentuk dengan dua kata, yang masing-masing berkategori verba dan adverbial. Unsur inti frasa tersebut adalah verba, sedangkan unsur penjelasnya adalah adverbial, yang merupakan adverbial dasar bebas harus.
Siti Innayati Niswatin
21
Tabel 10 Data Unsur Atributif Adverbia pada Frasa Ajektiva No. 1.
Kalimat Bagaimana tidak lesu, gaji pegawai rendah seperti saya….
Dalam data di atas advebia tidak digunakan untuk menerangkan ajektiva
No. 1. 2. 3.
4. 5.
Data tidak lesu
Kode BDBI/16/
lesu. Penambahan adverbial tersebut memberikan makna negasi pada frasa.
Tabel 11 Data Unsur Penjelas pada Frasa Preposisi Kalimat Data Kode Ketika kalian berada di depan sekolah, tiba-tiba di depan BDBI/60/ seorang ibu mnghampiri…. sekolah Kantor dinas pariwisata terletak di jalan Ikrar di jalan BDBI/61/ Bakti. Perkembangan music gamelan diperkirakan sejak kemunculankentungan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali. Dalam mengatasi kebosanan anak, pengajar origami perlu mencari akal. Ada juga anak yang merasaakan susah membuat lipatan kertas di titik tertentu.
f.Adverbia sebagai Penjelas Ajektiva Dalam data di atas advebia tidak digunakan untuk menerangkan ajektiva lesu. Penambahan adverbial tersebut memberikan makna negasi pada frasa. g. Frasa Preposisi :Berikut data tentang frasa preposisi yang dapat ditemukan
ke mulut
BDBI/77/
Dalam
BDBI/147/
Di
BDBI/147/
dalam bahan bacaan dalam buku pelajaran bahasa Indonesia.Dalam data (1) sampai (5) terdapat frasa preposisi, di depan, di jalan, ke mulut, dalam dan di.
Tabel 12 Data Unsur Penjelas pada Frasa Preposisi No. 1. 2. 3.
4. 5.
Kalimat Ketika kalian berada di depan sekolah, tiba-tiba seorang ibu mnghampiri…. Kantor dinas pariwisata terletak di jalan Ikrar Bakti. Perkembangan music gamelan diperkirakan sejak kemunculankentungan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali. Dalam mengatasi kebosanan anak, pengajar origami perlu mencari akal. Ada juga anak yang merasaakan susah membuat lipatan kertas di titik tertentu.
3. Frasa Adverbia : Frasa adverbial mempunyai inti adverbial dan unsur lain sebagai penjelas.
Data di depan sekolah
Kode BDBI/60/
di jalan
BDBI/61/
ke mulut
BDBI/77/
Dalam
BDBI/147/
Di
BDBI/147/
Berikut data yang ditemukan dalam bahan bacaan dalam sumber data.
22
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
Tabel 13 Adverbial sebagai Unsur Penjelas Frasa Adverbia No. 1. 2. 3.
Kalimat Sejauh ini, setidaknya saya sudah pernah mencoba sebanyak 200 bentuk origami. Gaji yang saya terima sekarang Cuma bisa untuk hidup sepuluh hari saja. Menurut dia, membuat origami sudah dapat dilakukan anak usia tiga tahun.
PENUTUP Hasil penelitian menunjukkan bahwa dilihat dari segi bentuk verba/morfologi verba terdapat berbagai bentuk verba, yang meliputi : (1) ber-+ numeralia + -an, (2) me- + ajektiva + , (3) men- + verba, (4) men- + nomina, (5) men- + nomina + -kan, (6) ber- + verba, (7) di- + verba + -kan, (8) men- + adverbial + I, (9) me- + nomina + -I, (10) di- + ajektiva + -i. Nomina yang terdapat dalam sumber data terdiri atas bentuk berikut ini: (1) ke- + ajektiva + -an, (2) pe- + numeralia + -an, (3) pe- + nomina, (4) verba- + an, (5) per- + verba + an, (6) per- + nomina + -an, (7) pe- + verba, (8) nomina dasar. Bentuk/morfologi ajektiva ditemukan sebagai berikut: (1) me- + ajektiva + -kan, (2) ter- + ajektiva, (3) ter- + nomina, dan (4) ajektiva dasar.Bentuk numeralia yang ditemukan adalah bentuk turunan an bentuk dasar. Bentuk turunan memiliki bentuk penambahan prefiks pe- pada numeralia cardinal. Sedangkan yang lain adalah numeralia cardinal dan numeralia tak takrif. Materi frasa yang ditemukan
Data sudah pernah
Kode BDBI/149
cuma bisa
BDBI/149
sudah dapat
BDBI/147/
dalam materi bacaan buku teks yang digunakan sebagai sumber data terdiri atas (1) frasa nomina, (2) frasa verba, (3) frasa ajektiva, (4) frasa preposisi, dan frasa adverbial.
DAFTAR PUSTAKA Chaer,Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Djajasudarma, 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco. Ramlan,M. 1995. Sintaksis. Yogyakarta: Penerbit Karyono. Soeparno. 2002. Dasar-dasar Linguistik Umum.Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : penerbit Alfabeta.