PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR oleh Nunung Sitaresmi
Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian jenis kalimat bahasa Indonesia dalam buku teks Sekolah Dasar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
Data diperoleh dari Buku Teks SD kelas 4 – 6 terbitan
Penerbit Yudhistira. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kalimat dalam empat hal, yaitu jenis kalimat berdasarkan (1) jumlah klausa, (2) pembentuk predikat, (3) sifat hubungan aktor-aksi, dan (4) unsurunsur kalimat tunggal. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa dalam buku teks SD penggunaan kalimat tunggal dan kalimat majemuk di kelas 4, 5, dan 6 tidak jauh berbeda. Di samping itu, dijelaskan pula berbagai variasi struktur kalimat yang terdapat dalam kalimat tunggal. Kata kunci: jenis kalimat, buku teks, variasi struktur kalimat PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat utama dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Orang yang terampil menggunakan bahasa tentu saja dapat menjadi anggota masyarakat yang baik dan dapat menyesuaikan diri dengan anggota masyarakat secara cepat. Komunikasi dapat diartikan dengan berbagai cara, baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi akan berlangsung dengan baik dan lancar jika komunikator menggunakan bahasa dengan baik dan dapat dipahami oleh komunikan. Kesalahpahaman dapat terjadi akibat ketidaktepatan komunikan dalam memaknai isi pesan komunikator. Jika hal tersebut berlangsung, maka
kegiatan komunikasi akan terganggu. Dengan demikian, baik komunikator maupun komunikan harus memiliki penguasaan bahasa yang memadai agar kegiatan berkomunikasi dapat berjalan dengan baik. Meskipun orang mengetahui bahasa itu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tidak sedikit para pemakai bahasa tidak memperhatikan kaidah pemakaian bahasa Indonesia. Karena komunikasi dalam bahasa tulis tidak bersifat langsung, maka penulis harus memperhatikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang benar yaitu bahasa Indonesia mengikuti kaidah tata bahasa, sedangkan penggunaan dengan baik yaitu mengandung arti penggunaan pada tempatnya. Misalnya, tidak pada tempatnya percakapan di pasar (membeli sesuatu) menggunakan bahasa yang benar atau percakapan keluarga di rumah selalu menggunakan bahasa yang benar. Tentu saja, dalam situasi seperti ini lebih tepat kita menggunakan bahasa daerah atau dicampur dengan bahasa Jakarta, dan mungkin juga bahasa prokem. Hal tersebut, dilakukan agar tidak terjadi kesenjangan antara pemakai bahasa. Pergaulan di antara teman akan terasa kurang akrab jika menggunakan bahasa yang benar. Sebaliknya, jika kita berbicara di tempat-tempat yang resmi dituntut untuk menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baik. Begitu pula dalam sebuah tulisan dituntut penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Penggunaan bahasa Indonesia yang benar dalam percakapan resmi atau dalam tulis-menulis termasuk penggunaan bahasa Indonesia dengan baik. Hal tersebut tidak terkecuali dalam penulisan buku teks. Buku teks sebagai salah satu acuan bagi siswa harus ditulis dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penulis buku teks harus memahami karakteristik penggunaan kalimat yang ditulisnya dalam setiap wacana yang digunakannya. Kalimat-kalimat tersebut hendaknya disusun sesuai dengan kaidah penulisan kalimat yang benar. Kalimat-kalimat yang ditulis harus kalimat yang efektif. Penelitian Jenis Kalimat Bahasa Indonesia menrupakan penelitian Linguistik dalam ranah Sintaksis. Jenis kalimat bahasa Indonesia sangat luas, maka dalam penelitian ini dibatasi pada jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya,
predikat yang membentuknya, dan sifat hubungan aktor-aksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya, predikat yang membentuknya, sifat hubungan aktor-aksi, dan unsur-unsur (struktur) kalimat tunggal yang terdapat dalam buku teks SD kelas 4 – 6. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, khususnya dalam pembelajaran Sintaksis Bahasa Indonesia, baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis difokuskan pada perkembangan jenis kalimat bahasa Indonesia. Secara praktis difokuskan pada pemberian informasi penggunaan jenis kalimat sesuai dengan tingkat pendidikan anak terhadap guru bahasa Indonesia, pemerhati masalah perkembangan bahasa anak, penulis buku teks, dan pembuat kebijakan pembelajaran bahasa Indonesia. KALIMAT BAHASA INDONESIA DAN BUKU TEKS A. Kalimat Bahasa Indonesia 1. Pengertian Kalimat Kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan. Dalam wujud tulisan kalimat dimulai oleh huruf kapital dan diakhiri dengan titik, tanda tanya, atau tanda seru. Di dalam kalimat disertakan pula berbagai tanda baca yang berupa spasi atau ruang kosong, koma, titik koma, titik dua, dan atau sepasang garis pendek yang mengapit bentuk tertentu (Alwi: 1998: 311)). Kalimat merupakan satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai pola intonasi akhir (Cook, 1971:39). Jadi, kalimat dalam kesendiriannya sudah merupakan bentuk kalimat yang lengkap. Pendapat lain dikemukakan oleh Chaer (2009:44) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
2. Struktur Kalimat Bahasa Indonesia Berdasarkan struktur internnya, kalimat dapat dibentuk oleh fungsi S, P, 0, PEL, KET. Namun, dalam pemakaian sehari-hari mungkin saja kalimat hanya dibentuk oleh predikat (P). Dilihat dari susunan struktur internnya dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu kalimat yang S-nya terletak di depan predikat (P), dan kalimat yang subjek (S)-nya terletak di belakang predikat (P). Kedua susunan tersebut dapat diikuti dengan fungsi yang lain, yaitu O, Pel, dan Ket. Contoh: a. Temanku / sedang membaca / buku / di perpustakaan.(S-P-O-K) b. Laras / mencarikan / Santi / pekerjaan. (S-P-O-Pel) c. Orang asing itu belajar bahasa Indonesia, (S-P-Pel) d. Sangat ramah / orang itu. (P – S) e. Masuklah / para tamu / ke ruang tamu. (P – S – Ket) f. Sedang membaca / buku / dia. (P – 0 – S) Kedua susunan pola kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia sering disebut (1) susunan biasa dan (2) susunan balik/inversi. Dalam susun balik, kalimat yang memiliki fungsi S-P-O, pada waktu susunan pola kalimat tersebut diubah fungsi P dan O tetap harus berdampingan tidak boleh disisipi fungsi lain, lihat contoh kalimat (f) 3. Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausanya Berdasarkan jumlah klausanya, jenis kalimat dapat digolongkan menjadi dua golongan, yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk. a. Kalimat Tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa bebas tanpa klausa terikat (Cook, 1971; Elson dan Fickett, 1969; Putrayasa; 2009; Damaianti, 2005). Oleh karena itu, kalimat tunggal hanya terdiri atas satu subjek (S) dan satu predikat (P). Contoh: 1) Ibuku sedang pergi ke Jakarta. 2) Dita membelikan Laras baju baru.
b. Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah jenis kalimat yang terdiri atas dua buah klausa bebas atau lebih. Kalinat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas beberapa klausa bebas (Cook, 1971; Putrayasa, 2009). Berdasarkan hubungan gramatik antara klausa yang satu dengan yang lain yang menjadi unsurnya, kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni (1) kalimat majemuk setara dan (2) kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk setara disingkat KMS adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih yang sama kedudukannya. Klausa-klausa itu dihubungkan oleh konjungsi yang setara (koordinatif), antara lain dan, dan lagi, lagi pula, serta, lalu, kemudian, atau, tetapi, tapi, sedang, sedangkan, namun, melainkan, sebaliknya. Contoh: 1) Bu Guru mengawasi murid-murid dari jauh dan semua peserta jambore itu terhibur serta para pembina bergembira. 2) Anda mau mengikuti ujian lisan atau membuat karya ilmiah masalah bahasa Indonesia. Kalimat majemuk bertingkat disingkat KMB adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih yang tidak setara. Salah satu klausanya merupakan bagian dari klausa lainnya yang disebut klausa terikat. Oleh karena itu, kalimat majemuk bertingkat dibentuk oleh klausa bebas dan klausa terikat. Klausa-klausa itu dihubungkan oleh konjungsi yang tidak setara (subordinatif), di antaranya ketika, sebelum, karena, untuk, supaya, selama, bahwa, demi, apabila, jika, setelah, kalau. Contoh: 1) Ketika saya sedang mengerjakan tugas, dia datang. 2) Saya tidak pergi ke pesta itu karena suasana tidak mengizinkan.
4. Jenis Kalimat Berdasarkan Predikatnya Berdasarkan jenis predikatnya, kalimat tunggal dapat dibagi lagi menjadi kalimat yang berpredikat (a) nomina atau frasa nominal, (b) adjektiva atau frasa adjektival, (c) verba atau frasa verbal, (d) numeral atau frasa numeralia, dan (e) frasa preposisional. a. Kalimat Tunggal Berpredikat Nomina atau Frasa Nominal Kalimat tunggal ini terdiri atas S dan P. Baik S maupun P dibentuk oleh kata atau frasa nominal. Contoh: 1) Anak saya / laki-laki. 2) Ibunya / guru bahasa Indonesia. b. Kalimat Tunggal Berpredikat Adjektiva atau Frasa Adjektival Kalimat tunggal ini dibentuk oleh S dan P. S dibentuk oleh kata atau frasa nominal, sedangkan P dibentuk oleh kata atau frasa adjektival. Contoh: 1) Saudagar itu / sangat kaya . 2) Temannya / paling ramah. Bentuk kalimat ini dapat memanfaatkan verba adalah atau ialah untuk memisahkan subjek, predikat, atau kedua-duanya panjang. Contoh: 1) Pernyataan Ketua Gabungan Koperasi itu adalah tidak benar. 2) Tindakan main hakim sendiri yang dilakukan penduduk desa itu adalah tidak sesuai dengan rasa kemanusiaan kita. c. Kalimat Tunggal Berpredikat Verba atau Frasa Verbal Kalimat tunggal ini dibentuk oleh S dan P, dapat diikuti oleh O dan Pel atau tidak. Subjek (S) dibentuk oleh kata atau frasa nominal, sedangkan P-nya dibentuk oleh kata atau frasa verbal. Contoh: 1) Anakku / senang bernyanyi. (S – P) 2) Liris/ sedang menulis / surat. (S – P – O) 3) Rumah itu / beratapkan / daun rumbia. (S – P – Pel)
5. Jenis Kalimat Berdasarkan Sifat Hubungan Aktor-Aksi Berdasarkan sifat hubungan actor-aksi, kalimat dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu kalimat aktif dan pasif. a. Kalimat Aktif Kalimat aktif adalah kalimat yang dibentuk oleh kata kerja aktif transitif dan subjeknya berperanan sebagai pelaku. Contoh: 1) Eli membaca buku. 2) Sinta memanggil adiknya dengan berteriak. 3) Dita membuatkan Laras mainan dari tanah. b. Kalimat Pasif Kalimat pasif yaitu kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau perbuatan atau keadaan atau kalimat yang dibentuk oleh kata kerja pasif. Kalimat pasif secara struktur morfologis, yaitu semua kata jadian yang dibentuk oleh awalan di-. Ramlan (2001:134) mengatakan bahwa kalimat pasif adalah kalimat yang berpredikat kata kerja pasif, atau yang terdiri dari frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja pasif. Contoh: 1) Semangat ini harus kita pelihara. 2) Suara anak itu didengar oleh ayah, ibu, dan saya. 3) Buku novel sedang dibaca oleh Dita. Hal tersebut dipertegas oleh Dendy Sugono (1997:108) bahwa kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya (S) sebagai sasaran perbuatan yang dinyatakan predikat. Kalimat pasif ditandai pula oleh verba pasif berawalan di-.
B. Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia Buku pelajaran atau buku teks dalam peristilahan asing (Inggris) dikenal dengan nama textbook. Buku pelajaran ialah buku yang digunakan sebagai sarana belajar di sekolah dalam menunjang program pelajaran. Buku pelajaran diperuntukkan bagi siswa (Pusat Perbukuan, 2004). Dengan demikian, buku
pelajaran merupakan buku yang dijadikan pegangan siswa pada jenjang tertentu sebagai media pembelajaran (instruksional) yang berkaitan dengan bidang studi tertentu. Buku pelajaran merupakan buku standard yang disusun oleh pakar dalam bidangnya, biasanya dilengkapi sarana pembelajaran (seperti pita rekaman), dan digunakan sebagai penunjang program pembelajaran (Pusat Pebukuan, 2004: 4). Buku pelajaran menyediakan materi yang tersusun untuk keperluan pembelajaran siswa. Peristriwa pembelajaran terjadi dalam kegiatan interaksi dan komunikasi antara guru yang mengajar dengan siswa yang belajar di ruang kelas. Buku pelajaran menyediakan bahan yang sudah dipersiapkan, dipilih, dan ditentukan cakupan dan urutannya sehingga memberikan kemudahan bagi belajar siswa (Pusat Perbukuan, 2005). Dengan demikian, dalam buku pelajaran atau buku teks diperlukan penggunaan berbagai teks (wacana) yang sesuai dengan kemampuan siswa.
RANCANGAN PENELITIAN Penelitian tentang jenis kalimat bahasa Indonesia termasuk kajian struktural bahasa. Dalam penelitian ini diperhatikan kriteria-kriteria analisis struktural. Untuk kajian struktural, rancangan yang tepat adalah rancangan deskriptif kualitatif. Hal ini berarti bahwa penelitian ini bertolak dari fenomena ketatabahasaan yang berlangsung kini.
Melalui
rancangan
penelitian
deskriptif kualitatif, penelitian ini diharapkan menghasilkan gambaran secara objektif tentang jenis kalimat yang digunakan penulis buku teks Sekolah Dasar. Untuk mencapai hasil semacam itu, penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri rancangan deskriptif dengan memperhatikan hal-hal berikut. (1) memusatkan penelitian pada pemecahan masalah yang ada sekarang, (2) mengumpulkan, menyusun, menafsirkan, menjelaskan, dan menganalisis data yang terkumpul secara deskriptif, (3) menjelaskan dasar-dasar metodologinya maupun detail teknik secara khusus, (4) menjelaskan prosedur pengumpulan data serta pengawasan dan penelitian terhadap data, (5) memberi alasan kuat penggunaan teknik tertentu dan teknik lainnya.
HASIL PENELITIAN Hasil analisis terhadap data yang terkumpul menunjukkan bahwa buku teks SD menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk berjumlah 299 buah kalimat. Dalam penelitian ini hanya dianalisis struktur kalimat tunggal., sedangkan kalimat majemuk hanya dianalisis dari bagian yang lainnya seperti terlihat pada bab 3. Kalimat tunggal yang diperoleh dan dijadikan data sebanyak 175 buah kalimat. Dari 175 buah kalimat tunggal, ternyata buku teks banyak menggunakan kalimat susun biasa sebanyak 165 buah kalimat (94,29%) dengan variasi susunan sebanyak 17 variasi. Dari tujuh belas variasi ini yang paling banyak muncul, yaitu kalimat berstruktur S-P-O sebanyak 37 buah kalimat (22,42%). Kemudian kalimat yang berstruktur S-P-K sebanyak 26 buah kalimat (15,75%). Kalimat yang berstruktur S-P-O-K sebanyak 18 buah kalimat (10,91%), kalimat berstruktur S-P sebanyak 15 buah kalimat (9,09%). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kalimat berstruktur S-P-O, S-P-K, S-P-O-K, dan S-P paling sering digunakan dalam buku teks oleh penulisnya. Akan tetapi, untuk struktur inversi hanya 10 buah kalimat (6,06%). Dilihat dari jenis kalimat berdasarkan kategori predikat baik dalam kalimat tunggal maupun kalimat majemuk, buku teks banyak menggunakan kalimat verbal, yaitu sebanyak 266 buah kalimat (88,97%).
Hal ini ada
hubungannya dengan penggunaan struktur kalimat yang berpola S-P-O, S-P, S-P-O-K, atau S-P-Pel. Berdasarkan hubungan aktor-aksi, buku teks
banyak menggunakan
kalimat aktif, yaitu sebanyak 251 buah kalimat (83,95%). Kalimat aktif dalam buku teks kelas 4 ternyata lebih banyak daripada di kelas 5 atau 6, yaitu sebanyak 96 (32,10%). Dalam hal ini pengarang menunjukkan lebih senang menyampaikan informasi dengan menggunakan kalimat aktif daripada kalimat pasif. Dilihat dari jenis klausanya, pemakaian kalimat tunggal lebih banyak yaitu 175 buah kalimat (58,53%) daripada kalimat majemuk majemuk yang berjumlah 124 buah kalimat (41,47%).
SIMPULAN Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Buku teks SD banyak menggunakan struktur kalimat susunan biasa dengan frekuensi kemunculan sebanyak 284 buah kalimat (99,48%). Jika dilihat dari struktur kalimat tunggal, kalimat yang berstruktur S–P-O paling banyak muncul, yaitu 37 buah kalimat (22,42%). Hal ini menunjukkan bahwa penulis buku teks SD dapat menyampaikan gagasannya dengan kalimat yang sederhana sesuai dengan kemampuan siswa. . 2. Dalam hal kehadiran kategori predikat ternyata buku teks SD banyak menggunakan kalimat yang berpredikat verbal sebanyak 261 buah kalimat (87,29%). Sementara itu, kategori numeralia (bilangan) sama hanya digunakan sebanyak 4 buah kalimat (1,34%).. 3. Dilihat dari hubungan aktor-aksi pada kalimat verbal ternyata kalimat aktif lebih banyak muncul daripada kalimat pasif yaitu sebanyak 251 buah kalimat (83,95%). 4. Dilihat dari jumlah klausanya penggunaan kalimat tunggal dan kalimat majemuk tidak jauh berbeda, terutama dalam buku teks kelas 5 dan 6, yaitu kalimat tunggal sebanyak 53 dan 60 buah kalimat dan kalimat majemuk sebanyak 41 dan 47 buah kalimat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arifin, Zaenal. 2004. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo. Bogdan, Robert dan Biklen, Sari Knop. 1990. Qualitative Reseserch for Education: Introduction to Theory and Methods. Terjemahan Proyek Pengembangan Pusat Fasilitas Bersama antarUniversitas. Jakarta. Brown, E.K. dan J.E. Miller. 1980. Syntax: A Linguistic Introductoin to Sentence Structure. London: Hutchionson & Co. Chaer, Abdul. 2008. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta. Chomsky, Noam. 1957. Syntactic Structure. Paris: The Hague Mounton Cook, Walter A. 1971. Introcduction Tagmemic Analysis. New York: Holt, Rinehart, and Winston.. Damaianti, Vismaia S. dan Nunung Sitaresmi, 2005. Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi. Depdikbud. 1999. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Depdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Revisi). Jakarta: Pusat Bahasa. Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Analisis Kalimat: Fungsi, Kategori, dan Peran. Bandung: PT Refika Aditama. Putrayasa, Ida Bagus. 2009. Jenis Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama. Pusat Perbukuan. 2004. Pedoman Penilaian Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Pusat Perbukuan. 2005. Pedoman Penulisan Buku Pelajaran Penjelasan Standar Mutu Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Ramlan, M. 2001. Sintaksis Ilmu Bahasa Indonesia. Yogyakarta: CV.Karyono. Sakri, Adjat. 1993. Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: ITB. Verhaar. 1993. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press