Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 130-139 KAUSALITAS KURS, IHSG DAN HARGA EMAS DI INDONESIA Muhammad Iqbal1*, Chenny Seftarita2 1) 2)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email :
[email protected] Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email :
[email protected]
Abstract This research purposed to analysis the relation of exchange rate variable causality, composite stock price index and gold price in Indonesia. Data used in this research is secondary data which is monthly data from Juny 2005 periode until Juny 2015 period with totality sample are 121 samples. The method used in this research is Vector Autoregressive (VAR). Based on result the research relation of causality just happened among exchange rate variable and gold price. While composite stock price index and exchange rate just have relation in one side is composite price index in significant influenced the exchange rate. The relation in one side also happened between gold price variable and exchange rate, gold price influenced the exchange rate in significant but not in otherwise. Rupiah which is depreciated nowadays influenced by stock market or exchange rate, needed special care of government and related institution, especially Bank Indonesia to preserve the economic mattess stability. Keywords: Exchange Rate, Composite Price Index, Gold Price, Vector Autoregressive Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas variabel kurs, IHSG dan harga emas di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berupa data bulanan periode Juni 2005 hingga Juni 2015 dengan jumlah sampel sebesar 121 sampel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Vector Autoregressive (VAR). Berdasarkan hasil penelitian hubungan kausalitas hanya terjadi antara variabel kurs dan harga emas. Sedangkan IHSG dan kurs hanya memiliki hubungan satu arah yaitu IHSG secara signifikan mempengaruhi kurs. Hubungan searah juga terjadi antara variabel harga emas dan kurs, harga emas mempengaruhi kurs secara signifikan tetapi tidak sebaliknya. Rupiah yang terus terdepresiasi hingga sekarang ini yang diakibatkan oleh pengaruh pasar saham ataupun harga emas, butuh perhatian khusus dari pemerintah dan lembaga terkait, khususnya Bank Indonesia demi menjaga kestabilan perekonomian. Kata kunci : Kurs, IHSG, Harga Emas, Vector Autoregressive
130
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 130-139 PENDAHULUAN Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat memberikan dampak hampir pada seluruh sektor di dunia. Krisis keuangan global menyebabkan turunnya kinerja perekonomian dunia secara drastis. Hal tersebut menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan volume perdagangan global terus merosot. Selain itu juga akan mengakibatkan ancaman bagi industriindustri besar serta penurunan kapasitas produksi. Situasi ini dapat merusak perekonomian dan memicu terjadinya krisis ekonomi, terlebih bagi negara-negara berkembang. Krisis tidak hanya mempengaruhi sistem perbankan global, namun juga mempengaruhi sektor riil ekonomi dunia. Hal itu disebabkan karena sektor perbankan Amerika Serikat sedang terpuruk, kurangnya modal serta enggan meminjamkan dollarnya, termasuk ke bank-bank internasional di Eropa dan Asia. Akibatnya, perbankan internasional kekurangan dollar untuk memberi pinjaman kepada para pengusaha dunia yang membutuhkan dollar untuk investasinya. Kekhawatiran atas dampak pelemahan ekonomi global terhadap perekonomian di negara-negara berkembang di tengah krisis keuangan ini telah memberikan tekanan pada mata uang seluruh dunia termasuk Indonesia. Nilai tukar rupiah akan terus terdepresiasi mengingat Indonesia yang merupakan negara yang berbasis impor. Terdepresiasinya nilai tukar rupiah dapat menimbulkan dampak pada pasar modal. Pada saat mata uang terdepresiasi, maka biaya bahan baku akan meningkat terhadap perusahaanperusahaan yang mengimpor dari luar negeri. Akibatnya perusahaan akan mengalami kerugian dan mendorong para investor untuk melakukan aksi jual terhadap saham yang dimilikinya. Apabila banyak investor yang melakukan aksi jual saham, maka akan mendorong penurunan Indeks harga saham gabungan (IHSG). Nilai IHSG yang menurun menyebabkan investor mengalihkan investasinya ke sektor yang lebih menjanjikan. Salah satu sektor yang dipilih investor untuk berinvestasi adalah sektor pertambangan, hal itu dikarenakan sektor pertambangan diperkirakan dapat memberi tingkat pengembalian (return) yang lebih tinggi dibandingkan IHSG untuk jangka panjang. Pertambangan merupakan salah satu sektor yang strategis dan juga merupakan penggerak perekonomian Indonesia. Salah satu bahan tambang yang biasa diinvestasikan adalah emas. Emas merupakan investasi yang menjanjikan dan mempunyai harga yang relatif stabil dalam jangka panjang. TINJAUAN PUSTAKA Kurs Kurs merupakan harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya (Muhammadinah, 2011). Sedangkan (Mankiw, 2003) mengemukakan bahwa kurs antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Apabila berbicara tentang nilai tukar rupiah terhadap dollar, maka jumlah mata uang rupiah yang disepakati sama dengan satu unit mata uang dollar tersebut. Menurut (Triyono, 2008), kurs (nilai tukar) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah sering disebut dengan kurs. Nilai tukar biasanya berubah-ubah, perubahan kurs dapat berupa depresiasi dan apresiasi. Depresiasi merupakan pelemahan suatu nilai tukar mata uang terhadap mata uang lainnya. Sedangkan apresiasi adalah menguatnya suatu 131
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 130-139 mata uang terhadap mata uang lainnya.
Indeks Harga Saham Gabungan Menurut (Anoraga & Pakarti, 2006), indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Demikian juga dengan indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami penurunan atau kenaikan dibandingkan waktu tertentu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebenarnya merupakan indeks harga saham yang sudah disusun dan dihitung sehingga menghasilkan trend, dimana angka indeks adalah angka yang diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk membandingkan kejadian yang dapat berupa perubahan harga saham dari waktu ke waktu (Jorgiyanto, 2000). Dalam perhitungan angka indeks ini digunakan waktu dasar dan waktu yang sedang berjalan. Emas Emas merupakan logam mulia yang paling diminati banyak orang (Rosnia, 2010). Orang akan rela mengeluarkan dana untuk membeli emas guna untuk memperoleh keuntungan dalam jangka panjang. Emas tersedia dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah dalam bentuk batangan. Emas batangan dapat diperoleh di PT. Antam. Hubungan Kurs, IHSG dan Harga Emas Menurut (Pohan, 2008) nilai tukar yang naik turun tidak terkendali akan menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama bagi mereka yang mendapatkan bahan baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar ekspor. Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing akan sangat mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri, khususnya pasar modal. Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dollar akan memberikan dampak terhadap perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Hal ini juga berdampak kepada larinya modal ke luar negeri yang diakibatkan turunnya kepercayaan investor. Para investor mengganggap investasi dalam negeri kurang menguntungkan (Tesa, 2012). Pada saat rupiah terdepresiasi terhadap mata uang asing bedampak pada peningkatan biaya bahan baku, dengan kata lain melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi nasional yang pada akhirnya menurunkan kinerja saham di pasar saham (Nugroho, 2008). Hal tersebut akan mendorong para investor untuk beralih ke investasi yang lebih menjanjikan, salah satunya adalah emas. Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cenderung bebas resiko (Sunariyah, 2006). Emas banyak dipilih sebagai salah satu bentuk investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik serta sangat jarang sekali harga emas turun. Selain itu, emas adalah alat yang dapat digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap terjadi setiap tahunnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini membahas tentang hubungan kausalitas kurs, IHSG dan harga emas di Indonesia. Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa data bulanan periode Juni 2005 hingga Juni 2015 yang diperoleh dari Bank Indonesia, finance.yahoo.com dan harga132
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 130-139 emas.org. Metode yang digunakan adalah metode VAR (Vector Autoregressive) dengan menggunakan (1) Uji Unit Root untuk melihat data stasioner atau tidak, (2) Penentuan Lag Optimal digunakan untuk melihat lag trpendek, (3) Uji Granger Causality guna untuk melihat apakah terdapat hubungan kausalitas atau tidak, (4) Impulse Respons Function (IRF) untuk melihat pengaruh shock (guncangan) suatu variabel terhadap variabel itu sendiri dan dalam mempengaruhi variabel lain, dan (5) Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) untuk melihat pengaruh shock (guncangan) suatu variabel terhadap variabel itu sendiri dan variabelvariabel lain dalam mempengaruhi variabel tersebut. HASIL PEMBAHASAN Uji Unit Root Untuk menghasilkan data yang stasioner diperlukan uji pada tingkat level. Apabila hasil uji masih belum stasioner pada tingkat level, maka selanjutnya akan diuji dengan first difference. Pada uji stasioneritas data time series setiap variabel dengan menggunakan uji Phillip-Perron diketahui bahwa kurs, IHSG dan harga emas menunjukkan data yang stasioner pada tingkat first difference. Tabel 1. Hasil uji unit root first difference dengan metode phillips-perron Variabel
Nilai Kritis
Nilai statistik
1%
5%
10%
Prob
Kesimpulan
Kurs
-10,65
-3,49
-2,89
-2,58
0,00
Menolak H0
IHSG
-9,53
-3,49
-2,89
-2,58
0,00
Menolak H0
-3,49
-2,89
-2,58
0,00
Menolak H0
Harga Emas -16,04 Sumber : EViews 7 (diolah)
Hasil uji unit root menggunakan Phillps-Perron menunjukkan bahwa kurs, IHSG dan harga emas telah stasioner pada tingkat first difference. Hal itu dibuktikan dari nilai statistik ketiga variabel tersebut lebih kecil dari nilai kritis, serta nilai probability dibawah 5 persen. Maka dengan demikian dapat disimpulkan kurs, IHSG dan harga emas menolak H0 dan menerima H1. Penentuan Lag Optimal Uji lag optimal digunakan untuk menjelaskan berapa lama pengaruh antara suatu variabel terhadap variabel lain. Dalam pengujian lag optimal, panjang lag yang dipilih berasal dari lag yang terkecil dan paling banyak bintang (*). Tabel 2. Hasil lag information criteria Lag 0 1 2 3 4 5 6 7
LogL -3298,18 -2783,06 -2763,38 -2755,48 -2743,72 -2737,1 -2732,35 -2730,52
LR NA 993,4457 36,89312 14,37893 20,79718* 11,34153 7,894287 2,946663
FPE 8,02e+21 9,53e+17 7,88e+17 8,04e+17 7,67e+17* 8,02e+17 8,69e+17 9,93e+17
AIC 58,94954 49,91169 49,72104 49,74078 49,69143* 49,73400 49,80983 49,93780
SC 59,02236 50,20296* 50,23076 50,46895 50,63805 50,89907 51,19335 51,53977
HQ 58,97909 50,02986 49,92785* 50,03623 50,07550 50,20671 50,37117 50,58777 133
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 130-139 8 -2725,27 Sumber : EViews 7 (diolah)
8,148630
1,07e+18
50,00485
51,82528
50,74346
Berdasarkan uji Lag Information Criteria pada Tabel 2 lag yang terkecil dan paling banyak bintang (*) terjadi pada lag 4. Pemilihan lag 4 dimaksudkan supaya semua informasi dapat dimasukkan ke dalam model analisis. Selain itu, penggunaan lag 4 sangat memungkinkan untuk jumlah sampel yang relatif panjang. Uji Granger Causality Uji Granger Causality digunakan untuk melihat hubungan kausalitas (timbal balik) antara variabel kurs, IHSG dan harga emas. Apabila dalam hasil pengujian H0 ditolak, maka terdapat hubungan kausalitas antara variabel kurs, IHSG dan harga emas. Tabel 3. Hasil uji granger causality Hipotesis Nilai Statistik DIHSG does not Granger Cause DKURS 5,03620 DKURS does not Granger Cause DIHSG 0,63321 DHARGA_EMAS does not Granger Cause DKURS 3,90470 DKURS does not Granger Cause DHARGA_EMAS 2,48364 DHARGA_EMAS does not Granger Cause DIHSG 2,65887 DIHSG does not Granger Cause DHARGA_EMAS 1,87407 Sumber : EViews 7 (diolah)
Prob 0,0009 0,6399 0,0053 0,0480 0,0367 0,1203
Tabel 3 menunjukkan IHSG secara statistik signifikan mempengaruhi kurs, hal itu dapat dilihat dari nilai probability yang menunjukkan nilai 0,0009 dan menolak H0. Sebaliknya kurs secara statistik tidak signifikan mempengaruhi IHSG dengan nilai probability 0,6399. Dengan demikian terjadi hubungan kausalitas satu arah dari IHSG ke kurs. Naik turunnya IHSG akan berpengaruh pada pergerakan kurs. Pada saat IHSG mengalami penurunan maka investor akan menjual sahamnya yang akan menyebabkan terdepresiasinya nilai tukar rupiah. Sebaliknya, pada saat IHSG mengalami kenaikan nilai kurs rupiah akan terapresiasi. Akan tetapi, nilai kurs rupiah tidak menunjukkan pengaruh terhadap IHSG. Melemahnya nilai tukar rupiah tetap membuat investor menanam modal pada pasar saham, hal itu dapat dilihat dari pergerakan IHSG yang menunjukkan nilai positif dari tahun ke tahun walaupun rupiah terus terdepresiasi. Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Sulistyandari, 2011), hasil penelitian menunjukkanbahwa terdapat hubungan kausalitas satu arah dari indeks harga saham gabungan ke nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Harga emas secara statistik signifikan mempengaruhi kurs dengan nilai probability 0,0053. Harga emas naik menyebabkan terdepresiasinya rupiah. Pada saat harga emas mengalami peningkatan, maka investor akan lebih memilih berinvestasi pada emas dibandingkan memegang rupiah. Sebaliknya, menurunnya harga emas menyebabkan menguatnya rupiah. Pengaruh kurs terhadap harga emas juga menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai probability 0,0480. Artinya, pada saat kurs rupiah menguat akan menyebabkan harga emas turun dan melemahnya rupiah akan membuat harga emas meningkat. Hal tersebut diakibatkan investor lebih memilih investasi yang mempunyai return lebih tinggi. Maka dapat disimpulkan terjadinya hubungan kausalitas dua arah antara kurs dan harga emas. Harga emas secara statistik signifikan mempengaruhi IHSG, nilai probability yang didapat menunjukkan nilai 0,0367 dan menolak H0. Hal tersebut dapat diartikan bahwa perubahan harga emas yang terus meningkat akan membuat investor meninggalkan pasar saham. Peralihan tersebut diakibatkan return yang di dapat dari emas lebih menjanjikan dibandingkan pasar saham. Berbeda dengan hasil yang di dapat dari uji kausalitas IHSG terhadap harga emas, hasilnya IHSG secara statistik tidak signifikan mempengaruhi harga emas dengan nilai 134
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 130-139 probability 0,1203. IHSG yang meningkat tidak membuat investor meninggalkan emas, karena pada saat yang bersamaan harga emas pun tetap menunjukkan pergerakan positif. Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi hubungan kausalitas satu arah dari harga emas ke IHSG. Hasil yang didapat tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Thomas, 2012), dari hasil uji kausalitas menunjukkan bahwa emas dapat mempengaruhi secara signifikan saham IHSG, sedangkan IHSG tidak mempengaruhi emas secara signifikan.
Uji Impulse Response Function (IRF) Impulse Respons Function (IRF) digunakan untuk menentukan respon suatu variabel endogen terhadap guncangan (shock) variabel tertentu. IRF juga digunakan untuk melihat berapa lama pengaruh tersebut terjadi. Tabel 4. Hasil uji impulse response function kurs Respons of DKURS Period 1
DKURS
DIHSG
DHARGA_EMAS
396,30
0
0
2
407,98
-59,52
-84,24
3
361,84
-32,83
-71,33
4
320,25
-2,35
-83,36
5
282,75
26,97
-82,10
6
252,21
50,69
-84,07
7
226,70
70,38
-83,53
8
205,70
86,30
-82,94
99,26
-81,57
109,73
-79,86
9
188,27 10 173,81 Sumber : EViews 7 (diolah)
Berdasarkan hasil Uji Impulse Respons Function kurs pada tabel 4, variabel kurs merespons shock kurs iu sendiri secara positif, di mana respon tertinggi terjadi pada periode ke dua yaitu sebesar 407,98 SD (Standar Deviasi) yang kemudian mengalami penurunan dalam jangka panjang. Berbeda dengan respon kurs terhadap IHSG, pada awalnya sama sekali tidak merespon. Akan tetapi, pada periode ke dua menunjukkan respon negatif yaitu sebesar -59,52 SD. Pada periode ke lima mulai menunjukkan nilai positif sebesar 26,97 SD dan terus mengalami peningkatan pada periode selanjutnya. Sama halnya respon kurs terhadap harga emas, pada awal periode kurs sama sekali tidak merespon harga emas. Pada periode ke dua shock mulai terlihat dan menunjukkan respon negatif sebesar -84,24 SD yang kemudian mulai mengalami peningkatan sedikit pada periode ke tiga menjadi -71,33 SD dan kembali menurun pada periode ke empat. Dalam jangka panjang respon yang ditunjukkan mulai stabil. Tabel 5. Hasil uji impulse response function IHSG Respons of DIHSG Period 1
DIHSG
DKURS
DHARGA_EMAS
150,39
-60,89
0
2
165,15
-59,91
25,72
3
153,21
-44,39
26,15 135
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 130-139 4
140,44
-30,67
32,55
5
128,50
-18,76
35,41
6
118,50
-9,29
38,92
7
109,96
-1,65
41,66
8
102,74
4,37
44,28
9
96,56
9,12
46,60
12,82
48,74
10 91,25 Sumber : EViews 7 (diolah)
Tabel 5 menunjukkan bagaimana hasil uji Impulse Respons Function IHSG. Respon IHSG terhadap IHSG itu sendiri menunjukkan nilai positif, shock mulai terjadi pada periode ke dua yaitu sebesar 165,15 SD dan terus mengalami penurunan dalam jangka panjang. Sedangkan respon yang ditunjukkan IHSG terhadap kurs menunjukkan nilai negatif pada awal periode yaitu sebesar -60,89 SD, shock mulai terlihat kembali pada periode-periode selanjutnya dan menunjukkan pola positif dalam jangka panjang. Pada periode ke delapan respon mulai menunjukkan nilai positif sebesar 4,37 SD dan terus meningkat pada periode ke sembilan dan sepuluh. Sementara respon IHSG terhadap harga emas menunjukkan nilai positif walaupun pada periode pertama tidak merespon sama sekali. Pada periode ke dua shock mulai terjadi yaitu sebesar 25,72 SD dan terus meningkat pada periode selanjutnya. Shock terjadi kembali pada periode ke empat dan periode ke tujuh. Tabel 6. Hasil uji impulse Response function harga emas Respons of DHARGA_EMAS Period 1
DHARGA_EMAS
DKURS
DIHSG
18503,68
3411,93
418,13
2
9791,42
4788,51
-2251,56
3
12661,70
3405,86
-1430,81
4
11322,32
2746,65
-1217,33
5
11660,64
1916,65
-755,74
6
11386,81
1310,55
-495,31
7
11367,13
762,62
-267,52
8
11264,69
313,30
-121,05
9
11204,98
-73,86
-20,65
10
11137,21
-402,52
34,47
Sumber : EViews 7 (diolah)
Pada tabel 6, hasil uji Impulse Respons Function terlihat respon harga emas terhadap IHSG bernilai positif pada awalnya yaitu sebesar 418,13 SD yang kemudian menjadi negatif pada periode ke dua, dan untuk periode jangka panjang respon yang ditunjukkan kembali membentuk pola positif. Sementara respon harga emas terhadap kurs yang awalnya berada pada titik positif menjadi negatif dalam jangka panjang. Untuk respon harga emas terhadap harga emas itu sendiri bergerak pada nilai positif, pada periode awal nilai yang ditunjukkan sebesar 18503,68 SD. Shock terjadi pada periode ke dua dan ke tiga dan mulai stabil dalam jangka panjang. 136
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 130-139 Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) Hasil uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) akan memberikan keterangan tentang besarnya dan sampai berapa lama proporsi guncangan (shock) sebuah variabel terhadap variabel itu sendiri dan selanjutnya melihat besaran proporsi guncangan (shock) variabel lain dalam mempengaruhi variabel tersebut.
Tabel 7. Hasil uji forecast Error variance decomposition kurs Variance Decomposition of KURS Period
DKURS
DIHSG
DHARGA_EMAS
1
100
0
0
2
96,81
1,06
2,12
3
96,43
0,98
2,58
4
95,90
0,79
3,29
5
95,32
0,80
3,87
6
94,48
1,06
4,44
7
93,43
1,60
4,96
8
92,20
2,35
5,43
9
90,84
3,30
5,85
10 89,39 Sumber : EViews 7 (diolah)
4,38
6,22
Berdasarkan Tabel 7 IHSG sama sekali tidak mempengaruhi kurs pada periode awal, nilai yang didapat masih 0 persen. Pada periode ke dua sudah mulai terlihat pengaruhnya walaupun hanya 1,06 persen. Akan tetapi pada periode ke tiga sampai periode ke empat menurun menjadi 0,79 yang akhirnya kembali meningkat hingga periode ke sepuluh menjadi 4,38 persen. Harga emas juga pada awalnya tidak mempengaruhi kurs, akan tetapi pada periode kedua hingga periode ke sepuluh terus mengalami peningkatan hingga mencapai 6,22 persen. Artinya harga emas lebih mendominasi mempengaruhi kurs dibandingkan IHSG. Sementara pengaruh kurs terhadap variabel itu sendiri menunjukkan nilai 100 persen pada periode pertama, namun pengaruhnya mulai memudar pada periode-periode selanjutnya hingga periode sepuluh. Tabel 8. Hasil uji forecast error variance decomposition IHSG Variance Decomposition of IHSG Period
DIHSG
DKURS
DHARGA_EMAS
1
85,91
14,08
0
2
86,24
12,61
1,14
3
87,36
11,03
1,60
4
88,06
9,65
2,27
5
88,51
8,52
2,95
6
88,65
7,63
3,71
7
88,54
6,94
4,50 137
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 130-139 8
88,21
6,43
5,35
9
87,71
6,06
6,22
5,79
7,12
10 87,07 Sumber : EViews 7 (diolah)
Hasil uji FEVD IHSG pada tabel 8 menunjukkan bahwa pengaruh IHSG terhadap IHSG itu sendiri menunjukkan nilai 85,91 persen pada periode pertama. Pada periode selanjutnya terus mengalami peningkatan sedikit demi sedikit hingga periode ke enam menjadi 88,65 persen, namun pada periode ke tujuh hingga periode ke sepuluh menurun kembali tetapi hanya sampai 87,07 persen. Sementara itu, kurs hanya mempengaruhi IHSG 14,08 persen pada periode pertama. Pengaruhnya mulai menurun dari periode ke dua hingga periode ke sepuluh menjadi 5,79 persen. Hal itu berbeda dengan pengaruh harga emas terhadap IHSG, walaupun pada awalnya tidak terdapat pengaruh, akan tetapi dalam jangka panjang harga emas berperan lebih besar mempengaruhi IHSG. Presentasenya terus meningkat hingga periode ke sepuluh menjadi 7,12 persen. Tabel 9. Hasil uji forecast error variance decomposition harga emas Variance Decomposition of HARGA EMAS Period
DHARGA_EMAS
DKURS
1
96,66
3,28
0,04
2
91,67
7,23
1,09
3
91,80
7,08
1,11
4
92,08
6,80
1,11
5
92,82
6,17
1,00
6
93,52
5,57
0,90
7
94,17
5,01
0,81
8
94,72
4,53
0,73
9
95,18
4,14
0,67
95,55
3,82
0,61
10 Sumber : EViews 7 (diolah)
DIHSG
Tabel 9 menunjukkan kontribusi harga emas dalam mempengaruhi harga emas itu sendiri sebesar 96,66 persen pada periode pertama. Pada periode ke dua turun hingga 91,67 persen, penurunan kontribusi emas berhenti pada periode ke dua dan kembali meningkat dalam jangka panjang. Sementara pengaruh yang ditunjukkan oleh kurs dan IHSG terhadap harga emas berbanding terbalik, pada periode ke dua pengaruh kurs terhadap harga emas mengalami peningkatan dan terjadi penurunan pada periode ke tiga hingga periode-periode selanjutnya. Pengaruh IHSG terhadap harga emas juga meningkat pada periode ke dua dan stabil hingga periode ke tiga dan mulai menurun dari periode ke empat hingga periode ke sepuluh. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil Uji Granger Causality, terdapat hubungan kausalitas satu arah dari IHSG ke kurs, dan Harga Emas ke IHSG. Sementara antara kurs dan harga emas terdapat 138
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 130-139 hubungan kausalitas dua arah. Saran Kurs rupiah yang terus terdepresiasi akibat IHSG dan harga emas butuh perhatian khusus dari pemerintah dan lembaga terkait, khususnya Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas perekonomian.
DAFTAR PUSTAKA Anoraga, P., & Pakarti, P. (2006). Pengantar Pasar Modal. Jakarta: Rineka Cpta. Jorgiyanto, H. M. (2000). Teori Portofolio dan Analisa Investasi. Edisi Kedua. Yogyakarta. Mankiw, G. (2003). Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Muhammadinah. (2011). Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi terhadap Nilai Tukar Rupiah atas Dollar Amerika. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (Jenius). Vol. 1, No. 2 , 118-130. Nugroho, H. (2008). Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Jumlah Uang Beredar terhadap Indeks Lq45. Semarang: Universitas Diponegoro. Pohan, A. (2008). Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Yogyakarta: Rajagafindo Persada. Rosnia, R. A. (2010). Investasi Berkebun Emas Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Sulistyandari. (2011). Hubungan Kausalitas antara Nilai Tukar Mata Uang dan Indeks Pasar Saham di Pasar Modal Indonesia. Performance. Vol. 13, No. 1 , 103-127. Sunariyah. (2006). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima. UPP STIM. Tesa, S. (2012). Pengaruh Suku Bunga Internasional, Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2000 - 2010. Economics Development Analysis Journal. Vol. 1, No.1 , 1-13. Thomas, A. (2012). Analisis Hubungan Kausalitas antara Return Emas dengan Return Saham (IHSG) pada periode 2007 - Oktober 2011. Universitas Surabaya. Triyono. (2008). Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 9, No. 2 , 156-157.
139