KATALOG MITRA WORLD NEIGHBORS SEKILAS TENTANG WORLD NEIGHBORS World Neighbors adalah sebuah organisasi nirlaba yang didirikan pada tahun 1951 oleh Dr. John L. Peter. Berangkat dari tradisi saling membantu antar tetangga, World Neigbhors mempunyai visi: “Berakar pada rasa peduli terhadap umat manusia dan alam raya, World Neighbors mengilhami masyarakat agar bekerja sama guna menciptakan dunia yang sehat, adil dan damai bagi diri mereka maupun generasi yang akan datang”. Misi : World Neighbors mengilhami orang-orang dan memperkuat masyarakat untuk menemukan jalan pemecahan terhadap kelaparan, kemiskinan, dan penyakit dan mendorong lingkungan yang sehat. Sedangkan purpose statement World Neighbors adalah “Memperkuat kemampuan masyarakat marjinal agar dapat memenuhi kebutuhan dasar dan ikut menentukan proses pembangunan yang adil dan inklusif”. Program World Neighbors dikembangkan di 17 negara di Afrika, Amerika,dan Asia yang terbagi dalam 6 wilayah, yaitu : 1. Asia selatan : India, Nepal. 2. Asia Tenggara : Philippines, Indonesia, Timor Leste. 3. Afrika Barat : Mali, Negeria, Burkinia Paso 4. Afrika Tengah : Kenya, Tanzania. 5. Meso Amerika : Haiti, Honduras, Guatemala. 6. Amerika Latin : Peru, Bolivia Bidang-bidang program yang dikembangkan World Neighbors antara lain pertanian berkelanjutan, pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat, penghidupan masyarakat pedesaan (rural livelihood), dan kesehatan. Di Indonesia, program World Neighbors pada awalnya dikembangkan di wilayah Nusa Tenggara Timur. Seiring dengan penandatanganan nota kesepahaman antara World Neighbors dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia pada tahun 1998, program World Neighbors diarahkan ke Indonesia Bagian Timur. Oleh karena itu, sejak tahun 2000 World Neighbors ingin memperluas wilayah pelayanannya ke wilayah Indonesia Timur yang lain. Wilayah tersebut antara lain Sumbawa di Propinsi NTB dan Sulawesi Tenggara. Bidang program yang dikembangkan World Neighbors di Indonesia adalah pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat yang dipadukan dengan pemberdayaan perempuan dan kesehatan reproduksi. Strategi pendekatan yang dikembangkan oleh World Neighbors di Indonesia adalah bekerjasama dengan LSM, Pemerintah, Perguruan Tinggi, dan Organisasi Masyarakat. Dalam menjalin hubungan kerjasama, World Neighbors menempatkan mitranya dalam posisi yang sejajar dan sangat menghargai otonomi mitra tersebut. Selain dukungan pendanaan, dukungan yang diberikan kepada lembaga mitranya adalah
1
metodologi, informasi, penguatan kapasitas, dan menjembatani hubungan mitra dengan pihak-pihak lain yang relevan. Katalog ini merupakan rangkuman informasi tentang profile lembaga-lembaga mitra World Neighbors di Indonesia yang telah menjalin kerjasama sejak tahun 1982. Diharapkan bahwa dari informasi yang ada dalam katalog ini, para pembaca akan mempunyai informasi yang lebih memadai tentang profil lembagalembaga mitra World Neighbors di Indonesia, dan memanfaatkan informasi tersebut untuk kebutuhan mencari informasi secara lebih detail, menjalin komunikasi, dan membangun kerjasama program. Semoga katalog ini bisa memberikan manfaat bagi kebutuhan pembaca akan informasi.
2
YAYASAN MITRA TANI MANDIRI Sejarah Lembaga Prakarsa untuk membantu masyarakat kecil di pedesaan dimulai sejak tahun 1985 dimana sekelompok mahasiswa dan seorang Dosen Fakultas Pertanian Undana (Ir. Toni Djogo) melakukan berbagai penelitian dan pengkajian pembangunan pedesaan di wilayah Nusa Tenggara Timur yang meliputi Timor Barat, Sumba dan Flores. Banyak hasil pengkajian dan penelitian yang menarik. Tetapi pada akhirnya setelah dianalisa ternyata masyarakat di pedesaan tidak banyak memperoleh manfaat dari hasil-hasil penelitian hasil-hasil penelitian tidak banyak dijabarkan pelaksanaannya di lapangan. Selain itu selama ini pelaksanaan berbagai proyek ataupun program kurang memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat miskin di pedesaan. Masyarakat masih dianggap sebagai obyek pembangunan yang harus diperbaiki. Karena itu tidak mustahil telah terjadi banyak kegagalan yang diakibatkan kurangnya upaya-upaya pemberdayaan, peningkatan kemandirian dan pengembangan swadaya masyarakat. Upayaupaya pembangunan pedesaan yang dilakukan belum banyak memberikan hasil yang nyata. Melihat permasalahan tersebut maka pada tahun 1988 kelompok ini mendirikan Yayasan Geo Meno dengan mengambil basis di wilayah Kabupaten Ngada, kemudian memperluas kegiatannya di Kabupaten TTU. Fokus program yang dikembangkan adalah pengembangan wanatani dengan memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. Setelah 9 tahun berkiprah, muncul masalah komunikasi yang kurang harmonis antara pendiri, pengurus dan tim pelaksana program. Pada tahun 1997 Yayasan Geo Meno dibubarkan. Pada saat yang bersamaan, tim pelaksana program yang pernah bekerja di Yayasan Geo Meno mendirikan lembaga baru bernama Yayasan Mitra Tani Mandiri dimana segala asset dan wilayah dampingan Yayasan Geo Meno selanjutnya dihibahkan kepada Yayasan Mitra Tani Mandiri. Secara hukum Yayasan Mitra Tani Mandiri terdaftar dengan Akte Notaris Nomor 265 pada Kantor Notaris Silvester J. Mambaitfetto, SH di Kupang, Nusa Tenggara Timur dan telah disahkan oleh Pengadilan Negeri Kefamenanu Nomor 08/y/1997/PN.Kefa. Visi dan Misi lembaga : Visi YMTM yaitu mencapai kemandirian dan kesejahteraan masyarakat (laki-laki dan perempuan) di pedesaan dan daerah marginal dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan berdasarkan semangat kemitraan. Sedangkan misi YMTM adalah : 1). Memberdayakan sumberdaya manusia untuk mencapai kemandirian. 2). Meningkatkan taraf hidup masyarakat (laki-laki dan perempuan) di pedesaan dan daerah maginal. 3). Meningkatkan dan memelihara sumberdaya alam. 4). Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang peduli terhadap pembangunan masyarakat. Tujuan lembaga : Tujuan yang akan dicapai adalah mensejahterakan masyarakat (laki-laki dan perempuan) di pedesaan dan daerah-daerah marginal melalui kegiatan konservasi dan pembangunan yang bersifat swadaya.
3
Fokus Program/Isu Sentral Lembaga Pengembangan wanatani di Nusa Tenggara. Isu Strategis Persoalan pokok yang menjadi pusat perhatian YMTM adalah bagaimana meningkatkan pemberdayaan masyarakat miskin di pedesaan dan daerah marginal. Berdasarkan hasil perencanaan strategis Juli 2003 maka dalam periode 2003 - 2008, YMTM akan menggeluti 5 pokok persoalan penting, yaitu : ο Pemandirian petani dengan mengembangkan organisasi petani yang kuat ο Peningkatan sumberdaya staf ο Pengembangan unit usaha ekonomis yang mendukung kemandirian lembaga ο Memperkuat manajemen lembaga yang mampu mendukung kemandirian petani dan kinerja organisasi YMTM. Bidang program yang dikembangkan YMTM memfokuskan perhatiannya pada pengembangan pertanian lahan kering dengan program utama pengembangan wanatani. Adapun bidang-bidang program yang dikembangkan YMTM dalam pengembangan wanatani di NTT adalah : • Pengembangan Konservasi Tanah dan Air • Pengembangan Tanaman Umur Panjang • Pengembangan Ternak • Pengembangan Tanaman Sayuran • Pengembangan Kawasan Konservasi • Pengembangan institusi di tingkat kelompok dan tingkat lembaga YMTM. Yayasan Mitra Tani Mandiri mempunyai 2 cabang, yaitu Yayasan Mitra Tani Mandiri Ngada dan Yayasan Mitra Tani Mandiri TTU. Masing-masing cabang dikoordinir oleh Koordinator Program. Hubungan koordinasi antar cabang dikoordinasikan oleh seorang Direktur. Profil masing-masing cabang diuraikan pada bagian berikut ini.
4
YAYASAN MITRA TANI MANDIRI NGADA Wilayah Dampingan Sampai dengan saat ini Yayasan Mitra Tani Mandiri Ngada mendampingi 17 desa yang termasuk dalam wilayah DAS Aesesa, sedangkan 5 desa lain tidak termasuk tetapi turut mempengaruhi DAS Aesesa karena berada di hulu. Sebaran desa dampingan YMTM Ngada tersebut adalah : 1. Kecamatan Bajawa : Desa Inegena. 2. Kecamatan Soa : Desa Loa. 3. Kecamatan Golewa : Desa Sarasedhu. 4. Kecamatan Boawae : Desa Rowa, Rega, Wea Au, Wolowea, Raja, Ratongamobo, Gerodhere, Dhereisa. 5. Kecamatan Aesesa : Desa Rendubutowe, Rendu Wawo, Labolewa, Tengatiba, Langedhawe, dan Desa Renduteno. Jumlah Staf dan Keahlian yang Dimiliki Staf YMTM Ngada berlatarbelakang pendidikan cukup beragam, antara lain pertanian, peternakan, ekonomi, dan sosial. Staf YMTM Ngada berjumlah 11 orang yang mempunyai keahlian di bidang-bidang wanatani/agroforestry, advokasi, pengembangan metodologi partisipatif (PRA, ZOPP), monitoring dan evaluasi, perencanaan strategis, pengembangan UBSP.
Mitra-mitra Kerjasama Dalam mengembangkan programnya, selama ini Yayasan Mitra Tani Mandiri Ngada selalu bekerjasa dengan banyak lembaga mitra yaitu dengan World Neighbors (1997 - 2002), FADO (1997 - 2002), KPMNT (1998), VECO (2002 - 2007), CUSO (1996-2004), VSO/SPARK (2004), serta dengan Pemda Kabupaten Ngada (1997 - 2004). Setelah mendukung pendanaan program sejak 1988, World Neighbors secara finansial phase-out dari YMTM Ngada tahun 2004. Pertimbangan phase-out semata-mata didasari oleh keterbatasan World Neighbors dalam memberikan dukungan pendanaan kepada program mitra-mitranya. Sementara di pihak lain ada kebutuhan World Neighbors untuk perluasan wilayah program ke wilayah Indonesia Bagian Timur yang lain. Walaupun telah phase-out secara finansial reguler dati YMTM Ngada, World Neighbors masih memberikan perhatian kepada program-program YMTM Ngada terutama dalam bentuk dukungan metodologi, asistensi dan penguatan kapasitas, menjembatani hubungan dengan pihak lain, serta dukungan finansial untuk kegiatan-kegatan tematik. Alamat lembaga Jl. D.I. Panjaitan - Kelurahan Trikora Bajawa – Flores, NTT 86414 Telp. / Faks. (0384) 21779 Email :
[email protected] Kontak Person Ir. Josef Maan
5
Foto-foto pendukung
INFO TAMBAHAN
Sejak tahun 2003 program yang dikembangkan YMTM Ngada sudah mencerminkan pendekatan DAS. Kolaborasi multipihak untuk pengembangan DAS Aesesa juga sudah mulai berkembang, antara lain melalui kajian DAS dan pengembangan hutan rakyat. Hasil-hasil kajian sudah digunakan oleh berbagai stakeholder (termasuk Pemda) sebagai reeransi untuk pengembangan program di DAS Aesesa.
6
YAYASAN MITRA TANI MANDIRI TTU Wilayah Dampingan Sampai saat ini, lokasi pengembangan program wanatani oleh YMTM TTU sebanyak 13 desa yang tersebar di 4 kecamatan dalam wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara,Belu dan TTS Propinsi Nusa Tenggara Timur. Adapun sebaran desa dampingan YMTM di kabupaten TTU adalah : 1. Kecamatan Insana Utara : Desa Humusu A, Fafinesu C, Fatumtasa, Fafinesu B, Oenain, dan Desa Banuan. 2. Kecamatan Miomaffo Timur : Desa Manamas dan Desa Benus. 3. Kecamatan Biboki Utara : Desa Manumean dan Desa Makun. 4. Kecamatan Miomafo Barat : Desa Noepesu, Fafineno, dan Desa Tasinifu. Dari 13 desa dampingan ini, 3 desa yaitu Noepesu, Fatuneno dan Tasinifu berada di Kawasan Mutis Timau, sedangkan 10 desa lainnya berada di Kawasan Hutan Bifemnasi-Sonmahole. Jumlah Staf dan Keahlian yang Dimiliki Komposisi staf YMTM TTU berdasarkan bidang keahliannya cukup beragam, baik bidang pertanian, peternakan, ekonomi, dan sosial. Sampai saat ini jumlah staf YMTM TTU sebanyak 11 orang yang mempunyai keahlian di bidang-bidang wanatani/agroforestry, advokasi, pengembangan metodologi partisipatif (PRA, ZOPP), monitoring dan evaluasi, perencanaan strategis, pengembangan UBSP. Program-Program yang pernah dikembangkan YMTM TTU memfokuskan perhatiannya pada pengembangan pertanian lahan kering dengan program utama pengembangan wanatani. Adapun bidang-bidang program yang dikembangkan YMTM TTU adalah : 1. Bidang Wanatani, yang meliputi: • Sub Bidang Konservasi Tanah dan Air; • Sub Bidang Pengembangan Tanaman Umur Panjang; • Sub Bidang Pengembangan Ternak Sapi; • Sub Bidang Pengembangan Sayur. 2. Bidang Pengembangan Usaha Ekonomis. 3. Bidang Pengembangan Pelatihan dan Konsultasi. 4. Bidang Pengembangan Institusi Petani dan Lembaga, yang meliputi: • Sub Bidang Pengembangan Institusi Petani; • Sub Bidang Pengembangan Kawasan Konservasi, Advokasi dan Jaringan; • Sub Bidang Pengembangan Institusi Lembaga. Mitra-Mitra Kerjasama Dalam rangka memperluas dampak programnya, YMTM mengembangkan kerja sama dengan berbagai pihak baik LSM lokal, LSM Internasional, pemerintah dan perguruan tinggi. Beberapa mitra yang terlibat dalam kerja sama selama ini yaitu : • LSM lokal: Yayasan An Feot Ana, Yayasan Bina Swadaya, Yayasan Timor Membangun, Yayasan Tananua, YASSKA/PPSE-KA, Yaspensel, YSLPP NTB, PSP NTB, Yayasan Tukelakang dan Studio Driya Media. • LSM Internasional: WN, VECO, CUSO, ICRAF, IFSP dan CRS. • Pemerintah Kabupaten TTU : Pemda TTU, Bapedalda, KP2BKP, Bappeda, Dinas Kehutanan, Dinas Peternakan, Dinas Pertanian dan Perkebunan, Dinas Sosial serta DPRD. • Perguruan Tinggi (PT): Universitas Timor (Unimor).
7
•
Jaringan: KPMNT, FPPM dan FKKM.
Beberapa kegiatan yang dikerjasamakan dengan mitra LSM lokal antara lain: YMTM memberikan bantuan fasilitasi pelatihan teknis pertanian, fasilitasi pelatihan metodologi pendekatan dan penggalian kebutuhan, asistensi pembukaan program baru, perbaikan manajemen lembaga, mengikuti pertemuan semesteran, jaringan kerja sama perjuangan perubahan kebijakan, dan memperkenalkan kegiatan program mitra lokal kepada pihak pemerintah dan lembaga donor. Kerja sama dengan LSM Internasional antara lain dengan VECO, WN dan CUSO dalam program pengembangan wanatani; dengan ICRAF mengembangkan demplot percontohan pertanaman pohon; serta kerja sama dengan CRS dalam pengembangan pendidikan dan pelatihan bagi mitra CRS. Kerja sama dengan Pemda dalam bentuk pengelolaan Kawasan Mutis dan pendampingan masyarakat (Program PIDRA dan Proyek pengembangan tanaman perkebunan). Dengan Unimor, YMTM membantu dalam memberikan dukungan tenaga dosen dan menjadikan desa dampingan YMTM sebagai tempat belajar bagi mahasiswa dan dosen Unimor. Kerja sama dengan mitra lokal, perguruan tinggi dan jaringan tidak dilakukan melalui kontrak tertulis tetapi dilakukan secara informal berazaskan keterbukaan, kemitraan, saling belajar dan saling membantu. Sedangkan kerja sama dengan mitra internasional dan pemerintah dilakukan dalam adendum/perjanjian tertulis. Alamat lembaga : Jalan Basuki Rahmat Sebelah Pemancar TVRI Kefamenanu - TTU Telpon. (0388) 31999. Faks. : (0388) 31760 Email :
[email protected] dan
[email protected] Kontak Person Josef Sumu Foto-foto pendukung
8
KONSORSIUM PENGEMBANGAN MASYARAKAT NUSA TENGGARA (KPMNT) Sejarah dan Perkembangan Konsorsium Pengembangan Masyarakat Nusa Tenggara (KPMNT) adalah wadah komunikasi dan kerjasama antar lembaga/instansi (pemerintah, LSM, perguruan tinggi, wakil masyarakat, pengusaha, dll) yang komitmen terhadap pengembangan masyarakat Nusa Tenggara. Secara umum, perkembangan Konsorsium terbagi dalam beberapa periode dimana masing-masing periode memiliki karakteristik sendiri-sendiri: Periode Rintisan (Tahun 1989 – 1993) Pada perode ini wadah bersama tersebut diberi nama KPDTNT (Konsorsium Pengembangan Dataran Tinggi Nusa Tenggara) dengan alasan bahwa saat itu pemerintah memberi perhatian yang lebih banyak pada lahan basah sementara lahan kering (khususnya dataran tinggi) tidak dijamah sama sekali, sehingga wadah ini harus lebih mendukung pengembangan Dataran Tinggi di Nusa Tenggara. Dari segi program, KPDTNT hanya ada main programme yakni wanatani (agroforestry). Dari segi organisasi KPDTNT masih bersifat OTB (Organisasi Tanpa Bentuk). Keanggotaannya masih sangat bebas namun hampir semua stakeholder yang ada sekarang sudah ada sejak saat itu (Pemerintah, LSM, Perguruan Tinggi, Individu dan Masyarakat). Periode Pengembangan (Tahun 1994 – 2001) Pada periode kedua, ada perubahan nama wadah yaitu KPDTNT menjadi KPMDNT (Konsorsium Pengembangan Masyarakat Dataran Nusa Tenggara). Pada periode ini, program tidak saja bertumpu pada Wanatani tetapi ditambah dengan PSDA (Pengelolaan Sumberdaya Alam). Disamping itu pula ditunjang oleh program-program pengembangan media, metodologi pendekatan pembangunan partisipatif, gender, dan isu-isu lain termasuk pengembangan ekonomi. Keanggotaan KPMDNT saat itu bersifat Terbuka. Sementara dari segi organisasi dipimpin oleh dewan koordinasi yang saat itu dijabat oleh Suhardi Suryadi (Direktur LP3ES NTB, ketika itu). Periode Pelembagaan (Tahun 2001 s/d sekarang) Pada periode ketiga, mulai tahun 2001, setelah RUKI (Rapat Umum Konsorsium Istimewa) April 2001 di Kupang dimana Konsorsium ini telah dilembagakan menjadi Yayasan. Begitu pula dengan nama berubah menjadi KPMNT (Konsorsium Pengembangan Masyarakat Nusa Tenggara). Pada periode ini fokusnya sudah berbeda. Keanggotaan sudah menjadi formal. Fokus program KPMNT adalah pada Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat. Program strategis yang merupakan mandat anggota KPMNT tersebut perlu difasilitasi oleh perangkat KPMNT khususnya Sekretariat dalam rangka mendukung pengembangan program di wilayah- wilayah Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor. Namun disadari bahwa Sekretariat KPMNT yang baru dibentuk ini perlu diperkuat kemampuannya agar bisa melaksanakan berbagai mandat yang diberikan oleh anggotanya. Visi KPMNT Tercapainya masyarakat Nusa Tenggara yang sejahtera, berkeadilan dan mandiri dalam mengelola sumberdaya alam secara berkelanjutan dalam kemitraan.
9
Misi KPMNT Memperjuangkan pengelolaan sumberdaya alam yang demokratis, terpadu dan berkelanjutan dalam kemitraan pada berbagai tingkatan melalui : • Pengembangan gerakan advokasi kebijakan dan nilai-nilai yang lebih adil • Penguatan masyarakat sipil dan ekonomi rakyat • Pengembangan proses saling belajar secara berlanjut antara semua pihak yang terlibat. Tujuan KPMNT Tujuan Umum Menyebarluaskan pengembangan dan penerapan pengelolaan ekosistem kepulauan multipihak yang menjamin ekonomi komunitas yang berkelanjutan Tujuan Khusus Konsorsium adalah : 1. Mewujudkan kebijakan dan penerapan pengelolaan ekosistem multipihak yang menjamin keselamatan rakyat dan kelestarian ekosistem kepulauan. 2. Mengembangkan jaringan ekonomi komunitas yang berkelanjutan pada pemenuhan kebutuhan lokal dan bebas krisis. 3. Memperkuat kemampuan institusi dan jaringan masyarakat sipil dalam pengelolaan ekosistem multipihak dan ekonomi komunitas. Model Kelembagaan KPMNT Konsorsium Pengembangan Masyarakat Nusa Tenggara merupakan sebuah jaringan/ forum yang bersifat terbuka. Namun disadari bahwa untuk mendukung pencapaian tujuan jaringannya maka perlu dibuat sebuah Sekretariat yang harus diformalkan. Karena itu, Sekretariat yang dibentuk didaftarkan di Notaris sebagai sebuah Yayasan dengan nama Yayasan Konsorsium. Dengan demikian model kelembagaan KPMNT adalah “Membuat Yayasan”. Prinsip dasar organisasi Adapun nilai-nilai yang menjadi prinsip dasar Konsorsium adalah: • Keterbukaan (menyangkut program, dana, keanggotaan, dan kebijakan) • Kesukarelaan (tidak ada unsur paksaan) • Partisipatif (mengakomodir peran serta aktif dalam mengambil keputusan) • Akuntabilitas (pertanggungjawaban internal dan pihak-pihak yang terkait) • Bertumpu pada kearifan lokal (berangkat dari nilai-nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat) • Berperspektif gender (keadilan peran, akses dan kontrol perempuan dan laki-laki) • Non-partisan (tidak berafiliasi kepada salah satu partai politik tertentu) • Non-primordial (tidak membedakan suku, golongan, etnis dan agama) Tema Sentral Tema sentral lebih merupakan tahapan/batasan operasional dari misi yang ingin diwujudkan dalam jangka waktu yang lebih pendek dari misi. Dengan kata lain, tema sentral merupakan hal-hal strategis/fokus perhatian yang perlu dicapai dalam kurun waktu tertentu dalam rangka mewujudkan misi. Dengan demikian, program menjadi lebih fokus dan pekerjaan menjadi lebih intensif. Adapun tema sentral Konsorsium adalah Demokratisasi pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat secara terpadu dan berkelanjutan melalui penguatan kemitraan.
10
Arahan Umum Arahan umum program merupakan mandat Konsorsium yang artinya batasan-batasan/garis-garis besar tentang apa yang seharusnya dilakukan Konsorsium. Pemberi mandat adalah masyarakat Konsorsium melalui RUK, sedangkan penerima mandat adalah pengelola Konsorsium (Sekretaris Umum). Mandat ini dapat ditinjau setiap pelaksanaan RUK, apakah bisa diteruskan, diperbaiki, dibatalkan atau dibuat yang baru lagi. Adapun arahan umum program Konsorsium adalah sebagai berikut : • Berperan dalam menangani isu-isu dan program yang strategis (di tingkat) Nusa Tenggara • Mendukung dan mendorong pengembangan jaringan wilayah sesuai dengan dinamika masing-masing wilayah • Memfasilitasi proses desentralisasi kewenangan di tingkat jaringan wilayah • Memfasilitasi terjadinya proses demokrasi di dalam Konsorsium • Aktif dalam wacana publik (lokal dan global) yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam dan isu-isu lain yang relevan • Melakukan penggalangan dana (swadana, proposal) untuk kepentingan program-program Konsorsium yang strategis • Melakukan kerjasama program dan pendanaan (sharing) dengan lembaga-lembaga lain yang sesuai dengan visi dan misi Konsorsium • Memfasilitasi penanganan isu-isu yang bersifat darurat/emergency di Nusa Tenggara dengan pihak lain yang relevan Strategi Program 1. Mengembangkan inovasi kelembagaan pengelolaan ekosistem kepulauan multipihak yang berkelanjutan. 2. Mengembangkan penerapan ekonomi komunitas. 3. Menjadikan dan memfungsikan jarwil sebagai simpul belajar antar pihak. Program Prioritas KPMNT 1. Fasilitasi Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Ekosistem Kepulauan Multipihak. Konsorsium akan mendorong semua pihak terlibat dalam proses penyusunan kebijakan pengelolaan ekosistem kepulauan multipihak di berbagai tingkatan di Nusa Tenggara. Kerumitan persoalan penguasaan dan pengelolaan sumberdaya alam tidak lagi mampu dituntaskan secara sepihak baik oleh pemerintah maupun komunitas. Keterbatasan pihak-pihak yang terlibat menuntut penyelesaian sengketa-sengketa sumberdaya alam dituntaskan secara arif dan kolaborasi tanpa merugikan kepentingan semua pihak. Dalam proses ini, Konsorsium mendorong terciptanya inovasi kelembagaan pengelolaan ekosistem kepulauan multipihak di berbagai tingkatan di Nusa Tenggara 2. Fasilitasi Pengembangan Ekonomi Komunitas. Konsorsium mendorong jaringan wilayah dan anggota/partisipan mendiskusikan konsep ekonomi komunitas dan menerapkan secara meluas dan konsisten di berbagai tingkatan. Konsorsium akan terus mendorong tumbuhkembangnya ekonomi komunitas yang lebih menjamin keselamatan rakyat melalui pembaruan aset alam, pembaruan modal sosial, pembaruan teknologi dan pembaruan pasar/pemasaran. 3. Fasilitasi Penguatan Gerakan Masyarakat Sipil. Konsorsium akan membuka kerjasama dengan berbagai jaringan masyarakat sipil yang ada. Kerjasama antar jaringan dan aktor-aktor penting lainnya diharapkan memperluas gerakan masyarakat sipil yang peduli pada pengelolaan ekosistem kepulauan multipihak dan pengembangan ekonomi
11
komunitas.Penguatan gerakan masyarakat sipil ini penting sebagai jembatan dalam mewujudkan visi konsorsium. 4. Fasilitasi Simpul Belajar Antarpihak. Konsorsium akan memperkuat fungsi jarwil sebagai wahana dalam memberikan pelayanan pertukaran informasi dan keterampilan berkenaan dengan hak-hak masyarakat sipil, pengelolaan ekosistem kepulauan multipihak dan perekonomian komunitas. Keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan dalam menyikapi perubahan yang terjadi di Nusa Tenggara membutuhkan sarana dan prasarana yang memungkinkan proses belajar masyarakat yang inklusif. Proses-proses belajar antarpihak akan menjadi arena praksis bagi semua pihak dalam mengembangkan inovasi intervensi sosial di Nusa Tenggara. Wilayah program Wilayah pengembangan program meliputi ekoregion Nusa Tenggara yang terdiri dari Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Pengelompokan wilayah pengembangan program didasarkan atas kemiripan ekosistem, koordinasi dan transportasi yang terbagi ke dalam pulau-pulau besar beserta pulau-pulau kecil yang ada disekitarnya. Dengan dasar pertimbangan tersebut ditetapkan 5 wilayah pengembangan program KPMNT yaitu : • Wilayah Lombok (Pulau Lombok dan pulau-pulau kecil di sekitarnya) • Wilayah Sumbawa (Pulau Sumbawa dan pulau-pulau kecil di sekitarnya) • Wilayah Sumba (Pulau Sumba dan pulau-pulau kecil di sekitarnya) • Wilayah Flores dan Pulau-pulaunya (Pulau Flores, Lembata dan pulau-pulau kecil di sekitarnya) • Wilayah Timor (Pulau Timor Bagian Barat, Alor, Rote, Semau, Sabu dan pulau-pulau kecil di sekitarnya). Jumlah Staf dan Keahlian yang Dimiliki Operasional kegiatan KPMNT dijalankan oleh 1 orang Sekretaris Umum (Sekum) dan 1 orang volunteer yang menangani keuangan dan penataan arsip surat KPMNT. Alamat lembaga Jalan Ade Irma II No. 30 A Walikota Baru - Kupang 85228 Telp. / Faks. (0380) 825028 Email :
[email protected] Kontak Person Ir. Paskalis Nai
Foto-foto pendukung
12
KOORDINASI PENGKAJIAN DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM (KOPPESDA) Sejarah Lembaga KOPPESDA (Koordinasi Pengkajian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam), adalah sebuah lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat (CBNRM=Community Based Natural Resources Management). KOPPESDA berbentuk Yayasan yang didirikan pada tanggal 1 Juli 2000 dan dikukuhkan dengan akte notaris Pau Djara Liwe, S.H. di Waingapu. Pada awalnya KOPPESDA dibentuk untuk mendukung upaya pengembangan program di delapan kawasan prioritas Kelompok Kerja Konservasi Sumberdaya Alam (Pokja KSDA) Konsorsium Pengembangan Masyarakat Dataran Nusa Tenggara (KPMDNT) khususnya dalam bidang pengembangan metodologi pengkajian aksi partisipatif bagi tujuan-tujuan pengelolaan sengketa, pengembangan pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat, peningkatan partisipasi masyarakat, serta pelengkapan data dan informasi berbagai aspek. Seiring dengan hasil Perencanaan Strategis Lembaga KOPPESDA pada bulan Oktober 2000, fokus program KOPPESDA dipertajam menjadi 6 (enam) rumpun program strategis yaitu : 1) pengembangan model pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat, 2) pengelolaan sengketa sumberdaya alam, 3) pemantauan kesehatan ekosistem kawasan hutan, 4) pengembangan jaringan dan kemitraan, 5) pengkajian dan penyempurnaan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam, dan 6) pengembangan organisasi dan staff KOPPESDA. Keenam rumpun program tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan di wilayah kerja KOPPESDA yang meliputi program-program yang saling terkait dan terintegrasi di beberapa wilayah pulau Sumba, Flores, Timor, Lombok dan Sumbawa, serta program di tingkat nasional berupa koordinasi dan pengembangan kerjasama kemitraan. Visi dan Misi Koppesda Visi KOPPESDA adalah : Terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan mampu mengelola sumberdaya alam secara berkelanjutan demi peningkatan kualitas hidup yang setinggi-tingginya. Misi-misi yang diembannya adalah: a) Mengembangkan metode dan pendekatan yang kolaboratif bagi penyelesaian masalah-masalah pengelolaan sumberdaya alam; b) Membangun kerjasama kemitraan dengan masyarakat lokal, organisasi non pemerintah, Pemerintah, Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Lembaga Donor, Dunia Usaha dan berbagai pihak yang berkepentingan lainnya dan menggalang kerjasama kemitraan di antara pihak-pihak tersebut di berbagai tingkatan dalam mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan; c) Mendukung upaya-upaya penyempurnaan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan di berbagai tingkatan; d) Mengembangkan upaya-upaya memperkuat kemampuan sumberdaya manusia dalam pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan. Program di Sumba Program-program yang sedang dan akan dikerjakan oleh KOPPESDA di Sumba pada tahun 2001-2002 lebih terkonsentrasi di wilayah Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti yang meliputi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Pinupahar, Karera, dan Tabundung. Namun demikian program-program tersebut tidak terlepas dari program-program KOPPESDA yang dikembangkan di wilayah-wilayah lainnya, termasuk program kerjasama dan kemitraan di tingkat Nasional. Adapun program-program tersebut adalah :
13
a) Pengembangan metodologi monitoring dan evaluasi partisipatif kesehatan ekosistem Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti b) Pengembangan forum komunikasi di Kawasan Konservasi Laiwanggi - Wanggameti (FK3W). c) Pengelolaan sengketa tata batas melalui pengembangan kesepakatan tata pengelolaan bersama pengelolaan sumberdaya alam di wilayah sengketa. Gambaran Permasalahan di Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti. Upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan di Kabupaten Sumba Timur menghadapi permasalahan yang kompleks, dengan intensitas cenderung meningkat. Beberapa kasus pemanfaatan hasil hutan kayu maupun non kayu, dilakukan tanpa mempertimbangkan daya dukung dan kemampuan pulih sumberdaya. Perluasan ladang berpindah nampaknya belum berorientasi pada konservasi atau pengelolaan berkelanjutan. Kebakaran tepi hutan yang menjalar ke dalam hutan mengakibatkan terjadinya proses penyusutan kawasan berhutan dari waktu ke waktu. Invasi jenis tumbuhan introduksi tai kabala (Chromolaena odorata) menjadi “katalis” menjalarnya api ke dalam kawasan hutan. Kegiatan penambangan emas pun nampaknya potensial menjadi tekanan besar di masa datang. Sengketa atas sumberdaya alam di kawasan konservasi antara masyarakat dan pihak-pihak lain, seperti masalah rancunya tapal batas kawasan, konversi pemukiman, sawah-sawah, kebun menjadi kawasan hutan, perbedaan persepsi masyarakat tentang status kawasan hutan, dan sebagainya kini telah menjadi faktor penghambat di dalam optimalisasi upaya-upaya pemanfaatan dan pengelolaan yang berkelanjutan. Implikasi nyata dari kondisi tersebut adalah tumbuhnya sikap pasif dari masyarakat terhadap programprogram dari lembaga lain yang sesungguhnya bermisi pada penciptaan hubungan yang harmonis antara kelestarian kawasan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penguatan institusi lokal dan partisipasi masyarakat lokal dalam pemantauan kawasan lindung adalah dua isyu strategis yang telah diidentifikasi oleh penelitian aksi partisipatif yang dilakukan oleh Pokja KSDA KPMDNT pada tahun 1997. Selain itu dalam suatu lokakarya terakhir Studi Pelengkapan Data Dasar di kawasan ini, isyu ini diangkat kembali sebagai salah satu masalah yang sangat serius. Dalam Semiloka Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan SDA di KKW pada tahun 1997, wakil-wakil masyarakat, pemerintah, LSM, peneliti, dan lembaga internasional merekomendasikan dua program penting sehubungan dengan permasalahan mendasar tentang partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam di kawasan, yaitu : 1) Revitalisasi organisasi dan nilai-nilai adat, dan penguatan institusi tradisional dan institusi desa yang formal sehingga mereka dapat berpartisipasi secara lebih efektif dalam perencanaan, pengelolaan dan perlindungan kawasan konservasi; dan 2) Penguatan dan pembentukan KMPH (Kelompok Mitra Pengaman Hutan) yang dibentuk atas dasar nilai-nilai budaya dan adat dan bekerja sebagai mitra pemerintahan formal dalam mendukung perlindungan kawasan konservasi dan pengembangan rencana aksi. Selama 3 tahun sejak rekomendasi-rekomendasi itu dirumuskan, beberapa pihak yang berkepentinga seperti Yayasan Tananua Sumba dan masyarakat dampingannya sudah mengembangkan program seperti perluasan jaringan KMPH di beberapa desa, pembentukan FKAWD (Forum Komunikasi Antar Warga Desa), dan pembentukan FK3W (Forum Komunikasi Kawasan Konservasi Wanggameti). Namun demikian gagasan upaya pelibatan masyarakat dalam pemantauan dan penilaian kesehatan ekosistem sebuah taman nasional secara kolaboratif nampaknya perlu dikembangkan dan diujicoba di kawasan ini untuk mendapatkan bukti-bukti empiris yang sangat penting bagi perakitan metode dan untuk menjawab berbagai persoalan. Staf dan Keahlian yang Dimiliki Staf KOPPPESDA saat ini terdiri atas orang-orang dengan berbagai latar belakang pendidikan, antara lain biologi, kehutanan, pertanian, ekonomi, sosial dan teknik lingkungan. Hingga saat ini aktivis KOPPESDA berjumlah 8 (delapan) orang yang terdiri atas 5 staff tetap, 2 staff uji coba dan 4 staf orientasi. Namun dalam beberapa kegiatannya KOPPESDA sering melibatkan tenaga dari dinas pemerintah, LSM, Perguruan Tinggi, masyarakat dan free-lance/volunteer sebagai upaya mengembangan jaringan kerjasama multipihak.
14
Program yang Pernah Dikembangkan dan Mitra Kerjasama No.
1.
2.
3.
Program yang Dikembangkan
Mitra-mitra
Bidang penelitian dan pengembangan metodologi a. Monitoring Evaluasi Partisipatif WN, KMPH 16 desa sekitar kawasan TNLW, Pemda Kesehatan Ekosistem TNLW Sumba Timur b. PAR Kawasan Rinjani WN, Pemda Propinsi NTB, Pemda 3 Kab di Lombok, Masyarakat sekitar kawasan Rinjani, LSM Mitra KPMNT di NTB c. Kajian Kritis PSABM WN, YTNS, Konsepsi Mataram, KMPH Sesaot, KMPH Billa, KMPH Praingkareha, Dinas Kehutanan Propinsi NTB, LSM ASPIRASI Sumbawa, LITBANG Kehutanan Kupang. Bidang pengembangan kolaborasi dan pengelolaan sengketa a. Tata Pengelolaan Bersama TNLW WN, YTN Sumba, MFP-DFID, KK Dephub, BPKH Wilayah VII Denpasar, BKSDA Kupang, KSDA, Pemda Sumba Timur (Bappeda, Bapedalda, Dinas Kehutanan, dan Pertanahan. b. Pengembangan FK3W WN, YTNS, BLI, Pemda Sumba Timur, KMPH sekitar TNLW Bidang Pengembangan Sentra Informasi WN, FF, Pro Air - KFW PSDA
Alamat Lembaga Kantor Cabang Sumba Jl. Piere Tendean No. 1 Waingapu, Sumba Timur, NTT. Telp/Fax : 0387 - 62495 E-mail:
[email protected], Kontak Person Rambu Raing, SE.
Fot0-foto Pendukung
15
YAYASAN NURANI DESA (SANNUSA) Sejarah Lembaga Yayasan Nurani Desa (SANNUSA) didirikan pada tanggal 18 September 1994, dengan akte notaris no.122 oleh notaris Silvester J. Mambaitfeto, SH pada tanggal 26 sepetember 1994. SANNUSA terdaftar pada Kanwil Depsos NTT No. 172 Bobs.4/NTT/IX/1994 dan direktorat SOSPOL NTT no.1812/09/I/SOSPOUNTT98. Visi dan Misi Visi SANNUSA adalah : SANNUSA memberikan perhatian luas kepada pemberdayaan masyarakat marginal dan kelestarian lingkungan hidup. Visi utama SANNUSA "semua manusia laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan yang sama untuk mengenal dirinya, potensi dan permasalahan serta mampu untuk keluar dari permasalahannya". Misi SANNUSA adalah : ▪ Menjembatani kesenjangan antara masyarakat dengan berbagai pihak baik pemerintah, badan usaha maupun pihak lainnnya yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan masyarakat. ▪ Menciptakan kesejahteraan lahir dan batin masyarakat pedesaan dengan mengoptimalkan pemanfaatan asset sumberdaya alam yang tersedia. ▪ Mewujudkan masyarakat desa yang mampu dan terampil dalam pengelolaan sumberdaya alam menuju pengelolaan sumber daya alam yang adil, lestari dan berkelanjutan. ▪ Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam bidang politik, sosial, ekonomi dengan mengedepankan kesetaraan gender dan partisipatif. ▪ Meningkatkan harkat dan derajat manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan menjunjung tinggi nilai-nilai HAM. ▪ Meningkatkan kwalitas kehidupan masyarakat melalui pemanfaatan tanaman obat sebagal alternatif pengobatan keluarga. Nilai-nilai yang dianut Dalam pelayanannya, SANNUSA menganut nilai-nilai : ▪ Anti kekerasan ▪ Kesetaraan ▪ Keberpihakan ▪ Demokratis. Program kerja Untuk mewujudnyatakan visi dan misinya, program kerja yang dilaksanakan oleh SANNUSA adalah : 1. Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat (PSABM) Dengan pemahaman dasar bahwa masyarakat memiliki kemampuan untuk mengelola sumberdaya alam yang ada pada komunitasnya dengan kearitan lokal yang teruji secara turun temurun dalam meningkatkan kesejahteraan dan menjamin keberlanjutan. Menempatkan masyarakat sebagai pengelola utama atas sumberdaya alam yang tersedia. Memediasi pihak-pihak yang bersengketa dalam pengelolaan sumberdaya alam terutama antara masyarakat lokal dengan pernerintah sebagai penyelengara negara sehingga menjamin kepastian hak kepemilikan dan hak pengelolaan atas sumberdaya.
16
Menemukan dan mengembangkan konsep managemen pengelolaan sumberdaya alam yang adil, partisipafif, lestari dan berkelanjutan serta memperhatikan kesejahteraan komunitas lokal dan keberlanjutan pelayanan alam. 2. Pengembangan Ekonomi Rakyat (PER) Program pengembangan ekonomi berbasis masyarakat ini bertujuan untuk menciptakan kemampuan ekonomi komunitas dengan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Kemampuan ekonomi ini akan tercapai melalui pengembangan usaha pertanian yang lestari, kegaiatan peternakan, kegiatan industri rumah tangga, seperti tenun, pembuatan minyak kelapa, pemanfaatan lahan pesisir dengan usaha tambak, pengembangan kios kelompok, dan pemupukan modal bersama melalui Usaha bersama simpan pinjam(UBSP) atau koperasi serba usaha Desa (KSU). Selain mengembangkan usaha ekonomi secara teknis di lapangan, SANNUSA bersama masyarakat berupaya untuk mempengaruhi kebijakan ekonomi agar lebih adil dan menguntungkan masyarakat kecil. Perubahan kebijakan ini akan dicapai melalui upaya menciptakan jaringan ekonomi masyarakat pada tingkat desa (komunitas), regional (Kabupaten) maupun pada tingkat pulau. 3. Program Kesehatan Alternatif Kesehatan masyarakat menjadi bagian penting dalam cakupan program SANNUSA untuk mewujudkan pengelola sumberdaya alam yang berkualitas. Masyarakat yang sehat akan menghasilkan generasi yang mampu dan tangguh, memiliki kualitas sumberdaya manusia yang memadai. Program ini dikembangkan untuk menjawab tantangan krisis multi dimensi yang terjadi pada dewasa ini. Melonjaknya harga obat pabrik di pasar, penggunaan obat pabrik yang berdampak buruk pada kesehatan dan melimpahnya ketersediaan sumberdaya hayati yang berkasiat obat belum dimanfaatkan secara optimal. Obsesi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal (tanaman dan kearifan lokal), mengurangi ketergantungan terhadap obat-obatan kimia serta kampanye kembali ke alam merupakan bagian dari budaya menghargai dan mencintai alam. Program kesehatan ini dilakukan melalui penyuluhan, latihan, penyebaran informasi dan praktek bersama mayarakat. Sekilas tentang kiprah SANNUSA Yayasan ini sejak berdirinya telah mendampingi 18 desa di 5 (lima) kecamatan di Kabupaten Ngada dengan total kelompok dampingan sebanyak 28 KSU. Hingga akhir tahun program 2001/12002 anggota masyarakat yang terlibat dalam kelompok KSU darnpingan tercatat 1.763 orang, terdiri dari 843 orang laki-laki dan 942 orang perempuan. Angka ini merupakan total anggota masyarakat yang terdaftar dalam KSU-KSU dampingan, sedangkan yang menerima manfaat tidak langsung dari program pendampingan adalah sernua warga masyarakat desa dampingan karena pola pendekatan kelompok merupakan pintu masuk pada dua program besar yaitu Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat dan Pengembangan Ekonomi Berbasis Masyarakat. Dalam melaksanakan program pendampingannya, SANNUSA telah menjalin kemitraan dengan berbagai pihak baik pernerintah, perguruan tinggi, lembaga peneliti maupun dengan jaringan LSM pada tingkat lokal, regional dan nasional. Keberhasilan yang pernah dicapai oleh Sannusa dalam program PSDABM adalah memprakarsai penelitian untuk penyelesaian sengketa sumberdaya alam hingga penandatanganan kesepakatan multipihak dalam pengelolaan sumberdaya alam di Kawasan Konservasi Riung. Pada program CBED, SANNUSA telah berhasil memfasilitasi pembentukan KSU di desa-desa dampingan dengan berbagai unit usaha. Unit usaha yang menunjukkan prestasi adalah pemupukan modal kelompok lewat
17
Usaha Bersama Simpan Pinjam (UBSP), kemudian unit usaha peternakan, pertanian dan industri rumah tangga. Jumlah Staf dan Keahlian yang Dimiliki Secara struktural SANNUSA dikelola secara kolektif oleh seorang koordinator umum, satu orang koordinator program, satu orang staf administrasi dan tiga orang staf lapangan. Pengelolaan kolektif ini dimaksudkan agar dalam pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah bersama semua staf tanpa melihat jabatan fungsional yang ada. Adapun komposisi staf SANNUSA adalah 1 orang Koordinator Umum, 1 orang Koordinator Program, 2 orang Petugas Lapangan (PL), 1 orang Staf Lapangan, 1 orang Staf Administrasi dan Keuangan, dan 1 orang relawan program kesehatan. Mitra-mitra Kerjasama Beberapa lembaga penyandang dana yang pemah atau sedang melakukan kerjasama dengan SANNUSA dalah CUSO, WN, OXFAM-GB, ICRAF, VSO SPARK dan beberapa konsorsium regional seperti KPMNT, FIRD, dan PKM. Selain itu, SANNUSA juga menjalin kemitaraan dengan beberapa LSM lokal di Kabupaten Ngada seperti Lapmas, YMTM, Citra, dll terutama dalam bidang tukar-menukar informasi dan melakukan kegiatankegiatan kolektif seperti lokakarya, diskusi penyelesaian kasus serta pelatihan bersama. Selain dengan LSM, SANNUSA juga membangun kemitraan dengan pemerintah seperti Dinas Kehutanan, Dinas pertanian, Dinas Peternakan, Bapedalda, Dinas Koperasi dan Pembina UKM, Deperindag dan Dinas PPO. Kemitraan dengan perguruan tinggi juga sudah mulai dirintis sejak tahun 1999-2000. Alamat lembaga Jln. Slamet Riyadi No. 9 Kelurahan Faobata, Kecamatan Ngada Bawah Bajawa - Flores, NTT. Telp/Faks: (0384) 21606 Kontak Person Damianus Soba Foto-foto Pendukung INFORMASI TAMBAHAN SANNUSA mulai bekerjasama dengan WN sejak tahun 1995 untuk pengelolaan konflik atas sumberdaya alam di Kawasan Konservasi Riung. Setelah proses kaji tindak partisipatif dalam rangka pengelolaan sengketa pada tahun 2000, tindak lanjut dari hasil semiloka pengelolaan sengketa tersebut belum ada kemajuan yang berarti sampai dengan awal tahun 2002. Pada bulan April 2002, SANNUSA tela memutuskan hubungan kemitraan dengan WN secara sepihak. SANNUSA telah memilih pendekatan agigati konfrontatif daripada pendekatan diplomasi dan membangun kolaborasi miltipihak yang ditawarkan WN dalam menyikapi berbagai persoalan yang ada di Kawasan Konservasi Riung. Karena ada perbedaan yang sangat prinsipil dan tidak ada titik temu dan masing-masing pihak sangat menghargai otonomi, akhirnya antara WN dan SANNUSA sepakat untuk tidak melanjutkan kerjasama kemitraan di Kawasan Konservasi Riung.
18
STUDIO DRIYA MEDIA BANDUNG (SDM BANDUNG) Sejarah Lembaga Studio Driya Media (SDM Bandung) merupakan sebuah lembaga non profit yang bernaung dibawah Yayasan Bumi Manira. SDM Bandung didirikan pada tahun 1987, sebagai organisasi nirlaba yang menyediakan jasa pelayanan bagi lembaga-lembaga pembangunan lainnya khususnya untuk bidang pengembangan media dan metodologi partisipatif. Visi SDM SDM berpandangan bahwa : • Setiap warga negara berhak dan berkewajiban untuk turut serta memprakarsai dan bergiat dalam usaha-usaha pembangunan, serta menikmati hasilnya. • Kegiatan-kegiatan pembangunan adalah usaha yang berlanjut untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia • Namun usaha-usaha itu belumlah menyentuh semua warga masyarakat secara merata; bahkan masih banyak golongan/kelompok masyarakat yang masih berada dalam keadaan serba kekurangan, baik secara fisik maupun dalam hal pemenuhan hak-haknya sebagai warga negara dan manusia • Pembangunan itu sepatutnya mencerminkan serta terarah pada perwujudan prinsip-prinsip universal keadilan, hak azasi manusia, demokrasi, dan partisipasi masyarakat, dalam batas-batas daya dukung lingkungan fisik dan dengan mempertimbangkan kelestariannya, serta memenuhi aspirasi dan kebutuhan masyarakat pada saat ini dan dimasa yang akan datang • Selama ini masih ada berbagai kebijakan dan kegiatan pembangunan yang kurang mempertimbangkan, bahkan mengabaikan cita-cita dan prinsip-prinsip tersebut, • Masih banyak lembaga pelaksana pembangunan (swasta dan pemerintah) yang walaupun menganut cita-cita dan prinsip-prinsip tersebut dalam mewujudkannya terkendala oleh keterbatasan wawasan, pengetahuan dan kemampuan teknisnya; terutama dalam hal pendekatannya pada masyarakat peserta program-program pembangunan, • Untuk mewujudkan cita-cita dan prinsip-prinsip tersebut dibutuhkan kerjasama antara berbagai pihak - lembaga-lembaga pemerintah dan swasta (baik LSM maupun lembaga-lembaga komersial/perusahaan), organisasi-organisasi kemasyarakatan, lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian, dsb. di Indonesia • Dan karena semua permasalahan itu menyangkut permasalahan kemanusiaan dan bidang-bidang kegiatan yang melampaui batas-batas negara kerja-sama itupun perlu dikembangkan secara regional dan internasional Misi SDM Berdasarkan visinya, SDM dikembangkan sebagai suatu lembaga swasta nir-laba yang : 1.
Memberikan pelayanan dan dukungan kepada lembaga-lembaga pembangunan masyarakat khususnya pada lembaga-lembaga yang mempunyai komiten pada golongan/ kelompok masyarakat marginal yang belum terpenuhi hak-hak dasarnya - dalam usaha peningkatan kemampuan mereka dalam melayani masyarakat dampingannya dengan lebih effektif melalui pendekatan dan metodologi komunikasi pembangunan yang partisipatif dan tepatguna. Pelayanan dan dukungan tersebut dapat berupa konsultansi, pelatihan, pengembangan media kependidikan, serta kerjasama operasional di lapangan.
19
2.
Memberi masukan pada perumusan kebijakan dan perencanaan kegiatan-kegiatan pembangunan (khususnya ditingkat operasional - program dan proyek - namun tidak terbatas pada tingkatan itu) yang menguntungkan seluruh masyarakat, khususnya golongan/kelompok masyarakat marginal melalui kegiatan-kegiatan konsultansi, studi/ pengkajian, publikasi, dan advokasi
3.
Dalam pelayanannya SDM akan menggalang solidaritas dan mengembangkan kerjasama dengan lembaga-lembaga pembangunan di Indonesia khususnya dan di Asia Tenggara, baik pemerintah maupun swasta, yang berpusat di Indonesia sendiri maupun yang berasal dari negara-negara lainnya
4.
Bekerja secara profesional tanpa membedakan perorangan/ lembaga/golongan masyarakat berdasarkan suku, agama, ras, kedudukan sosial, affiliasi politik, jenis kelamin, umur, cacad badaniah, umur, dsb.
5.
Mengembangkan staf lembaganya agar dapat bekerja secara profesional melalui kegiatan-kegiatan pengembangan staff serta usaha-usaha untuk memenuhi kesejahteraan yang memadai bagi mereka agar dapat bekerja sesuai dengan visi dan misi lembaga secara optimal dan berlanjut
6.
Memanfaatkan dan mengelola sumber-sumber-daya yang diperolehnya secara sah sebagai sumberdaya yang dipercayakan masyarakat kepadanya secara bertanggung-jawab serta untuk tujuan-tujuan yang sesuai dengan misi ini.
Strategi Umum Pendekatan Program 1. Berdasarkan permintaan/kebutuhan yang dinyatakan Karena merupakan lembaga pelayanan maka keterlibatan SDM Bandung dalam program dan proyek didasarkan atas permintaan lembaga-lembaga yang bertanggungjawab atas keseluruhan program. 2. Dalam konteks program Karena proyek-proyek pengembangan media dan metodologi hanya akan efektif jika merupakan bagian dari suatu program yang dirancang dengan baik. 3. Selektif Mempertimbangkan konteks program dan keterbatasan-keterbatasan SDM. 4. Dalam hubungan kemitraan SDM Bandung memilih untuk bekerja dalam hubungan kemitraan dengan lembaga-lembaga yang meminta jasanya, dan bukan sekedar hubungan “klien-pemberi jasa”. 5. Melalui kemitraan Karena kegiatan SDM Bandung pada umumnya merupakan dukungan bagi jaringan kerjasama antar lembaga dan tidak terbatas pada lembaga-lembaga individual. Hal ini memungkinkan dampak yang tidak terbatas pada wilayah atau program tertentu saja. Bidang program yang dikembangkan : Dalam rangka penjabaran visi dan misinya, ada empat program utama yang dikembangkan oleh SDM Bandung. Program-program tersebut adalah : ▪ Konsultasi, Pelatihan dan Pengembangan Media. ▪ Konsultasi, Pelatihan dan Pengembangan Metodologi Pendekatan Partisipatif. ▪ Pengembangan jaringan. ▪ Pengembangan kelembagaan.
20
Wilayah program Sejak awal kehadirannya, SDM tidak membatasi wilayah geografis layanannya. Pembatasan wilayah kerja semata-mata karena pertimbangan praktis sejalan dengan kemampuan lembaga dan pendekatan layanan yang komprehensif. SDM telah bekerjasama dengan berbagai lembaga mitra yang terlibat dalam Konsorsium Pengembangan Masyarakat Nusa Tenggara sejak 12 tahun lalu. Disamping itu sejak 5 tahun terakhir SDM telah bekerjasama dengan mitra-mitra yang terlibat dalam Sentra Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat, Forum Pengembangan Partisipasi Masyarakat, dan secara terbatas telah bekerja dengan Pemerintahan Kota Bandung, serta bekerjasama dengan mitra-mitra di negara tetangga seperti VietNam, Philipina, Laos, Cambodia, dan Thailand. Partisipasi SDM dalam program yang berbeda diyakini dapat mendorong terbangunnya keterpaduan antara pendekatan kependidikan dengan upaya pengembangan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. Jumlah Staf dan Keahlian yang Dimiliki Pada saat ini SDM Bandung mempunyai 17 orang staf yang terdiri dari 15 orang staf purna waktu, dan 2 orang staf sukarela paruh waktu (volunteer). Adapun bidang keahlian dari staf SDM Bandung adalah pertanian, kehutanan, ilmu sosial, pengembangan metodologi partisipatif, pengembangan media transformatif, desain grafis dan administrasi keuangan. Program yang Pernah Dikembangkan dan Mitra Kerjasama A. PENGEMBANGAN MEDIA A.1. Media Penyuluhan ¨
Media untuk Program Sanitasi Lingkungan: berbagai jenis media penyuluhan untuk Program Pengembangan Masyarakat Perkotaan Cirebon.
¨ Petunjuk Praktis Pertanian Lahan Kering: Rangkaian buklet dengan topik konservasi tanah dan air,
pertanian terpadu, pengelolaan kesuburan tanah, wanatani, beternak kambing, dsb. Buku ini dikembangkan bersama World Neighbors dan Yayasan Tananua dan telah mendapat penghargaan “1993 Award of Exelence in Visual Aids” dari the American Society for Training and Development. ¨ Poster pengelolaan kesuburan tanah: poster informasional dan motivasional untuk mendukung
program pengembangan pertanian dan kehutanan lembaga-lembaga mitra KPMNT. Karya ini telah memperoleh penghargaan Poster Prize of the “Fifth ACCU Prizes for fully Illustrated Literacy Follow-up Materials” dari The Asia/Pacific Cultural Centre for Unesco, bulan Juni 1996. ¨ Media-media Belajar dari Pengalaman: berbagai bentuk media yang dikembangkan lewat
kerjasama dengan mitra-mitra di KPMNT; yang berisi pengalaman-pengalaman lembaga mitra bersama masyarakat dampingannya dalam mengembangkan program dengan berbagai topik. ¨ Poster-poster Kampanye untuk program sanitasi lingkungan di Bali untuk UNV. ¨ Media untuk pendidikan HIV/AIDS: Brosur-brosur, poster-poster kampanye, lembar-balik, dan
transparansi untuk berbagai khalayak yang berperilaku berisiko; kerjasama dengan Unit Penelitian dan Latihan Epidemiologi Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali.
21
¨ Buklet-buklet tentang budidaya rotan di kalangan masyarakat Dayak Benuaq: media untuk
mendukung program pengelolaan alam berbasis masyarakat bagi petani dan pengambil kebijakan (edisi bahasa Indonesia, Dayak Benuaq dan Inggris); bekerjasama dengan NTFP-EP Filipina dan SHK-Kalimantan Timur. ¨ Media-media tentang Demokrasi Desa: Poster, buklet dan komik strip untuk mendukung program
pendidikan politik; kerjasama dengan SHK-Kalimantan Timur, PUTIJAJI, Pemerintah Kabupaten Kutai Barat dan KPMNT. A.2. Media Komunikasi Masyarakat ¨ Berbagai perangkat poster terbuka berangkai untuk diskusi kelompok pada tingkat masyarakat
tentang topik-topik kesehatan dan gizi, kesehatan lingkungan, usaha kecil, penyadaran gender. ¨
Buklet diskusi dan permainan informasional tentang HIV/AIDS untuk para pekerja seks komersial, bekerjasama dengan Yayasan Setiabudhi Utama in Jawa Barat.
¨
Permainan analitis untuk penyadaran gender dan pengembangan usaha kecil dengan PERSEPSI di Klaten, SPPM di Jawa Tengah, dan KPMNT.
A. 3. Media Pelatihan ¨ Transparansi dan bahan serahan tentang “Participatory Rural Appraisal” untuk berbagai pelatihan-
pelatihan yang SDM selenggarakan. ¨ Seperangkat “sound-slide” tentang prinsip-prinsip dan proses pelaksanaan PRA untuk orientasi
dan pelatihan para petugas lapangan, bersama Bina Swadaya di Timor Timur. ¨ Transparansi dan bahan serahan tentang Pengembangan Media untuk “the International Course in
Development Communication” yang diselenggarakan bersama the Internasional Institute for Rural Reconstruction dan World Neighbors di Filipina. ¨ Transparansi dan buku pedoman instruksional tentang perawatan penderita HIV/AIDS untuk para
tenaga para-medis, bersama Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, DepKes RI, dan the Ford Foundation. A.4. Bahan-bahan Acuan untuk Para Pekerja Pengembangan Masyarakat ¨
‘Berbuat Bersama, Berperan Setara’; yaitu buku panduan “Participatory Rural Appraisal” untuk Konsorsium Pengembangan Masyarakat Dataran Nusa Tenggara.
¨
‘Sustainable Development, Voices from Rural Asia’ dengan CUSO-Asia; Buku yang berisi pandangan umum dari perspektif praktisi di lapangan tentang permasalahan pembangunan yang berkelanjutan.
¨
‘Belajar Bersama Orang Dewasa’; buku pedoman pengembangan kegiatan-kegiatan dan bahan belajar keaksaraan fungsional, kerjasama dengan Save the Children in NTB.
¨
‘Mengembangkan Media Berorientasi Khalayak’; buku ini tentang proses pengembangan media dalam konteks program pembangunan, mulai analisis program/situasi/khalayak (need assessment), penyusunan tujuan dan strategi komunikasi, pengembangan, ujicoba dan produksi media, penggunaan, sampai monitoring dan evaluasi.
22
¨
‘Paket Pelatihan Wanatani’, paket panduan bagi staf lembaga yang bergerak dalam bidang pengembangan wanatani untuk menyelenggarakan pelatihan wanatani bagi petani secara partisipatif. Paket ini dikembangkan bersama oleh mitra-mitra KPMDNT berdasarkan pengelaman pendampingannya di lapangan.
¨
‘Paket Pembelajaran Metodologi PRA’ versi ujicoba, Pokja PRA - KPMDNT, 2000. Merupakan panduan dan modul untuk pelatihan bagi tim PRA atau fasilitator lapangan.
¨
‘Menyelenggarakan Pelatihan Kolaboratif dalam Kerjasama Jaringan’ : Laporan Pelatihan POD dan Metode PRA Pokja PRA – KPMDNT 2001. Merupakan laporan pelatihan (TOT) untuk para fasilitator PRA mitra-mitra KPMDNT yang diselenggarakan di Flores.
¨
‘Pengalaman Pengembangan Media Koran oleh Anak Jalanan’, buklet tentang bagaimana mengembangkan proses partisipatif dalam kegiatan bersama anak jalanan. Contohnya, penggunaan teknik PRA dalam pengembangan koran, dan juga sebagai alat untuk sharing pengalaman anak.
¨
‘Dari Akar Rumput, Buku Panduan Pengembangan Kapasitas’; Merupakan terjemahan dari publikasi World Neighbors ‘From the Roots Up’ yang dikembangkan untuk mendukung para praktisi di Indonesia dalam menyelenggarakan penilaian diri terpandu bagi lembaga-lembaga perantara dan masyarakat.
B. PELATIHAN B.1. Pelatihan dan Lokakarya Pengembangan Media ¨ Untuk berbagai lembaga pemerintah di Indonesia; a.l. Pusat Penyuluhan Departemen Kehutanan, dan
Dinas Kesehatan. ¨ Untuk berbagai LSM dan lembaga pemerintah di kawasan Asia Tenggara, a.l. untuk staf LSM di
Thailand Utara bersama CUSO-Thailand, untuk staf Dinas Penyuluhan Pertanian Provinsi Bac Thai, VietNam bersama CIDSE, untuk staf beberapa LSM Internasional di VietNam melalui the VietNam Interagency Training Project. ¨
The International Course in Development Communication; dilakukan setiap tahun sejak 1994 bersama the Internasional Institute for Rural Reconstruction dan World Neighbors di Filipina.
¨
Lokakarya pengembangan media keaksaraan fungsional dengan para tutor dari beberapa LSM dalam kerangka program keaksaraan untuk wanita pedesaan di NTB dan NTT bersama Save the ChildrenNTB.
¨
Untuk berbagai LSM di Indonesia; a.l. Yayasan Citra Usadha, sebuah lembaga yang peduli dengan pendidikan AIDS di Bali, Save the Children, mitra-mitra KPMNT, mitra-mitra Sentra Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat.
B.2. Pelatihan Participatory Rural Appraisal ¨
Untuk beberapa universitas dari Pusat Pengkajian Wanita (Universitas Indonesia di Jakarta, Universitas Padjadjaran di Jawa Barat, dan Universitas Lambung Mangkurat di Kalimantan Barat) bersama GTZ.
23
¨
Untuk beberapa program/lembaga pemerintah, a.l. Program IDT (bersama Yayasan Agroekonomika), Program P4K-Departemen Pertanian, Program Konservasi DAS Cimanuk (bersama Pemda Garut dan World Bank)
¨
Untuk beberapa rekan LSM, terutama mitra Konsorsium Pengembangan Masyarakat Nusa Tenggara.
¨ Untuk Petugas Penyuluh Kehutanan Lapangan dan Madya (Pusat Penyuluhan Kehutanan) tentang
Metodologi Penyuluhan Partisipatif. B.3. Pelatihan Penyadaran/Analisis Gender ¨ Walaupun tidak termasuk sebagai pelayanan utama, tapi kami telah mengadakan pelatihan khusus
tentang hal ini , a.l. untuk LP3ES Jawa Tengah dan Forum Wanita Sumba Barat
C. KONSULTANSI C.1. Pengkajian/Evaluasi dan Perencanaan Program ¨ Program Kesehatan Primer di Sulawesi Utara yang diselenggarakan oleh Yayasan Kesehatan GMIM
bersama Dinas Kesehatan Sulawesi Utara untuk the Swiss Development Cooperation di Indonesia. ¨ Program pengembangan pertanian di Flores, Nusa Tenggara Timur untuk Yayasan Tananua dan
World Neighbors. ¨ Evaluasi partisipatif program pembangkit listrik mikrohidro pedesaan untuk Yayasan Mandiri dan GTZ.
¨
Konsultasi perencanaan pengembangan kapasitas pengembangan media untuk Kementrian Kehutanan VietNam melalui Interforest/Jaacko Poury.
¨
Pengkajian media untuk program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS bekerjasama dengan AusAIDS di 3 propinsi (Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi).
¨
Evaluasi dampak secara partisipatif untuk program Yayasan Mitra Tani Mandiri dan World Neighbors di Flores.
¨
Solid Waste Management Program (SWMP), bekerjasama dengan GTZ dan BAPPEDA-Bandung untuk PD Kebersihan (1998-2001). Membantu perencanaan program komunikasi lingkungan, penerapan (termasuk peningkatan kapasitas pihak-pihak yang terkait), monitoring dan evaluasi; Pengembangan dan koordinasi kampanye media massa di tingkat kota, membantu integrasi kampanye media massa, komunikasi lingkungan dan jaringan anak sekolah; Melatih dan mendampingi staf beberapa lembaga yang terlibat dalam SWMP dalam mengembangkan media, serta dalam pengelolaan proyek dan perencanaan-monitoring dan evaluasi; Mendampingi dan membantu masyarakat dalam mengembangkan komunikasi masyarakat sendiri, membantu dan mengembangkan media-media penyuluhan, membantu pengembangan bahan-bahan referensi (modul 3M untuk pelajar senior SMU, dan kurikulum sanitasi lingkungan bagi pelajar SMP), mengembangkan panduan pengembangan program SWMP bagi para pengambil kebijakan. ¨ Pengembangan kurikulum pelatihan PRA bagi petugas program di berbagai tingkatan untuk
Direktorat Jenderal Pembangunan Desa, Departemen Dalam Negeri.
24
¨ Pengembangan kurikulum pelatihan wanatani bagi petani, petani penyuluh, dan petugas penyuluh
di lingkungan KPMNT. Alamat lembaga : Jalan Ancol Timur IX No. 1 Bandung - Jawa Barat Telp. (022) 5202471 Faks. (022) 5228273 Email :
[email protected] Kontak Person Eddie B. Handono
Foto-foto pendukung
25
STUDIO DRIYA MEDIA KUPANG (SDM KUPANG) Sejarah SDM Kupang merupakan sebuah lembaga non profit yang didirikan pada tahun 1995. Pada awalnya lembaga ini didirikan dengan tujuan sebagai perpanjangan tangan dari SDM Bandung, khususnya untuk melakukan kegiatan layanan bagi mitra-mitra Konsorsium Pengembangan Masyarakat Nusa Tenggara (KPMNT) yang ada di Nusa Tenggara. Awalnya lembaga ini dikenal dengan nama SDM Nusa Tenggara (SDM Nusra), namun pada tahun 2003 nama lembaga ini berubah menjadi SDM Kupang dengan cakupan wilayah layanan yang masih sama yaitu wilayah Nusa Tenggara. Visi SDM SDM berpandangan bahwa : • Setiap warga negara berhak dan berkewajiban untuk turut serta memprakarsai dan bergiat dalam usaha-usaha pembangunan, serta menikmati hasilnya. • Kegiatan-kegiatan pembangunan adalah usaha yang berlanjut untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia • Namun usaha-usaha itu belumlah menyentuh semua warga masyarakat secara merata; bahkan masih banyak golongan/ kelompok masyarakat yang masih berada dalam keadaan serba kekurangan, baik secara fisik maupun dalam hal pemenuhan hak-haknya sebagai warga negara dan manusia • Pembangunan itu sepatutnya mencerminkan serta terarah pada perwujudan prinsip-prinsip universal keadilan, hak azasi manusia, demokrasi, dan partisipasi masyarakat, dalam batas-batas daya dukung lingkungan fisik dan dengan mempertimbangkan kelestariannya, serta memenuhi aspirasi dan kebutuhan masyarakat pada saat ini dan dimasa yang akan datang • Selama ini masih ada berbagai kebijakan dan kegiatan pembangunan yang kurang mempertimbangkan, bahkan mengabaikan cita-cita dan prinsip-prinsip tersebut, • Masih banyak lembaga pelaksana pembangunan (swasta dan pemerintah) yang walaupun menganut cita-cita dan prinsip-prinsip tersebut dalam mewujudkannya terkendala oleh keterbatasan wawasan, pengetahuan dan kemampuan teknisnya; terutama dalam hal pendekatannya pada masyarakat peserta program-program pembangunan, • Untuk mewujudkan cita-cita dan prinsip-prinsip tersebut dibutuhkan kerjasama antara berbagai pihak - lembaga-lembaga pemerintah dan swasta (baik LSM maupun lembaga-lembaga komersial/perusahaan), organisasi-organisasi kemasyarakatan, lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian, dsb. di Indonesia • Dan karena semua permasalahan itu menyangkut permasalahan kemanusiaan dan bidang-bidang kegiatan yang melampaui batas-batas negara kerja-sama itupun perlu dikembangkan secara regional dan internasional Misi SDM Berdasarkan visinya, SDM dikembangkan sebagai suatu lembaga swasta nir-laba yang : 1. Memberikan pelayanan dan dukungan kepada lembaga-lembaga pembangunan masyarakat - khususnya pada lembaga-lembaga yang mempunyai komiten pada golongan/ kelompok masyarakat marginal yang belum terpenuhi hak-hak dasarnya - dalam usaha peningkatan kemampuan mereka dalam melayani masyarakat dampingannya dengan lebih effektif melalui pendekatan dan metodologi komunikasi pembangunan yang partisipatif dan tepatguna. Pelayanan dan dukungan tersebut dapat berupa konsultansi, pelatihan, pengembangan media kependidikan, serta kerjasama operasional di lapangan.
26
2. Memberi masukan pada perumusan kebijakan dan perencanaan kegiatan-kegiatan pembangunan (khususnya ditingkat operasional - program dan proyek - namun tidak terbatas pada tingkatan itu) yang menguntungkan seluruh masyarakat, khususnya golongan/kelompok masyarakat marginal - melalui kegiatan-kegiatan konsultansi, studi/ pengkajian, publikasi, dan advokasi 3. Dalam pelayanannya SDM akan menggalang solidaritas dan mengembangkan kerjasama dengan lembaga-lembaga pembangunan di Indonesia khususnya dan di Asia Tenggara, baik pemerintah maupun swasta, yang berpusat di Indonesia sendiri maupun yang berasal dari negara-negara lainnya 4. Bekerja secara profesional tanpa membedakan perorangan/ lembaga/golongan masyarakat berdasarkan suku, agama, ras, kedudukan sosial, affiliasi politik, jenis kelamin, umur, cacad badaniah, umur, dsb. 5. Mengembangkan staf lembaganya agar dapat bekerja secara profesional melalui kegiatan-kegiatan pengembangan staff serta usaha-usaha untuk memenuhi kesejahteraan yang memadai bagi mereka agar dapat bekerja sesuai dengan visi dan misi lembaga secara optimal dan berlanjut 6. Memanfaatkan dan mengelola sumber-sumber-daya yang diperolehnya secara sah sebagai sumberdaya yang dipercayakan masyarakat kepadanya secara bertanggung-jawab serta untuk tujuan-tujuan yang sesuai dengan misi ini. Strategi Umum Pendekatan Program 1. Berdasarkan permintaan/kebutuhan yang dinyatakan : Karena SDM Kupang adalah lembaga pelayanan maka keterlibatannya dalam program dan proyek didasarkan atas permintaan lembaga-lembaga yang bertanggungjawab atas keseluruhan program. 2. Dalam konteks program : Karena proyek-proyek pengembangan media dan metodologi hanya akan efektif jika merupakan bagian dari suatu program yang dirancang dengan baik. 3. Selektif : Mempertimbangkan konteks program dan keterbatasan-keterbatasan SDM. 4. Dalam hubungan kemitraan : SDM Kupang memilih untuk bekerja dalam hubungan kemitraan dengan lembaga-lembaga yang meminta jasanya, dan bukan sekedar hubungan “klien-pemberi jasa”. 5. Melalui kemitraan : Karena kegiatan SDM Kupang pada umumnya merupakan dukungan bagi jaringan kerjasama antar lembaga dan tidak terbatas pada lembaga-lembaga individual. Hal ini memungkinkan dampak yang tidak terbatas pada wilayah atau program tertentu saja. Bidang program yang dikembangkan Dalam rangka penjabaran visi dan misinya, ada empat program utama yang diemban oleh SDM Kupang. Keempat program itu antara lain : ▪ Pengelolaan Informasi. ▪ Pengembangan Media Komunikasi Partisipatif ▪ Konsultasi, Pelatihan dan Pengembangan Metodologi Pendekatan Partisipatif.. ▪ Pengembangan kelembagaan.
27
Jumlah Staf dan Keahlian yang Dimiliki Pada saat ini SDM Kupang mempunyai 11 orang staf yang yang terdiri 10 staf purna waktu dan 1 orang volunteer dengan bidang keahlian meliputi pengelola informasi, media, metodologi. Wilayah program Nusa Tenggara (NTT dan NTB). Program-program yang Pernah Dikembangkan dan Mitra Kerjasama A. PENGEMBANGAN MEDIA A.1. Media SDM - Konsorsium ¨ Petunjuk Praktis Pertanian Lahan Kering: Rangkaian buklet dengan topik konservasi tanah dan air, pertanian terpadu, pengelolaan kesuburan tanah, wanatani, beternak kambing, dsb. ¨ Rangkaian Poster : Poster pengelolaan kesuburan tanah, Poster Hutan Keluarga, Poster Perlindungan Hutan - Tanggung Jawab Siapa? ¨ Media-media Belajar dari Pengalaman: buklet hutan keluarga, buklet perencanaan kebun, ¨ Media-media tentang Demokrasi Desa: Poster, buklet dan komik strip untuk mendukung program pendidikan politik. A.2. Media Kerjasama dengan Pihak Luar ¨ Media dari berbagai mitra SDM Kupang seperti media GTZ-ProAir, Plan Indonesia, ¨ Berbagai perangkat poster terbuka berangkai untuk diskusi kelompok pada tingkat masyarakat tentang topik-topik kesehatan dan gizi, kesehatan lingkungan, usaha kecil, penyadaran gender. A. 3. Media Pelatihan ¨ Transparansi dan bahan serahan tentang “Participatory Rural Appraisal” untuk berbagai pelatihan-pelatihan yang SDM selenggarakan. A.4. Bahan-bahan Acuan untuk Para Pekerja Pengembangan Masyarakat ¨
‘Berbuat Bersama, Berperan Setara’; yaitu buku panduan “Participatory Rural Appraisal” untuk Konsorsium Pengembangan Masyarakat Dataran Nusa Tenggara.
¨
‘Mengembangkan Media Berorientasi Khalayak’; buku ini tentang proses pengembangan media dalam konteks program pembangunan, mulai analisis program/situasi/khalayak (need assessment), penyusunan tujuan dan strategi komunikasi, pengembangan, ujicoba dan produksi media, penggunaan, sampai monitoring dan evaluasi.
¨
‘Paket Pelatihan Wanatani’, paket panduan bagi staf lembaga yang bergerak dalam bidang pengembangan wanatani untuk menyelenggarakan pelatihan wanatani bagi
28
petani secara partisipatif. Paket ini dikembangkan bersama oleh mitra-mitra KPMDNT berdasarkan pengelaman pendampingannya di lapangan. ¨
‘Paket Pembelajaran Metodologi PRA’ versi ujicoba, Pokja PRA - KPMDNT, 2000. Merupakan panduan dan modul untuk pelatihan bagi tim PRA atau fasilitator lapangan.
¨
Serial brosur tentang pupuk bokashi dan dendeng manis
¨
Buklet sayur seri 3 dan buklet bawang merah
¨
Laporan Hasil Kajian Wanatani di 10 desa Nusa Tenggara : hasil kajian bersama mitramitra KPMNT di NTB dan NTT tentang sistem dan dampak wanatani yang dikembangkan di PSP NTB, YSLPP NTB, KMPH Mitra Sesaot - NTB, LPMP Dompu, YTN Flores, YTN Timor, YTN Sumba, YWTM Paga, YMTM TTU, dan YSS Sumba.
B. PELATIHAN B.1. Pelatihan dan Lokakarya Pengembangan Media ¨ Untuk berbagai lembaga pemerintah di Indonesia; a.l. Pusat Penyuluhan Departemen Kehutanan, dan Dinas Kesehatan. ¨ Untuk berbagai LSM dan lembaga pemerintah di kawasan Asia Tenggara, a.l. untuk staf LSM di Thailand Utara bersama CUSO-Thailand, untuk staf Dinas Penyuluhan Pertanian Provinsi Bac Thai, VietNam bersama CIDSE, untuk staf beberapa LSM Internasional di VietNam melalui the VietNam Inter-agency Training Project. ¨
The International Course in Development Communication; dilakukan setiap tahun sejak 1994 bersama the Internasional Institute for Rural Reconstruction dan World Neighbors di Filipina.
¨
Lokakarya pengembangan media keaksaraan fungsional dengan para tutor dari beberapa dalam kerangka program keaksaraan untuk wanita pedesaan di NTB dan NTT bersama Save the Children-NTB. LSM
¨
Untuk berbagai LSM di Indonesia; a.l. Yayasan Citra Usadha, sebuah lembaga yang peduli dengan pendidikan AIDS di Bali, Save the Children, mitra-mitra KPMNT, mitra-mitra Sentra Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat.
B.2. Pelatihan Participatory Rural Appraisal ¨
Untuk berbagai lembaga mitra baik mitra LSM, maupun pemerintah di Nusa Tenggara maupun di luar Nusa Tenggara; terutama mitra Konsorsium Pengembangan Masyarakat Nusa Tenggara.
C. KONSULTANSI C.1. Pengkajian/Evaluasi dan Perencanaan Program ¨ Monitoring dan evaluasi program di berbagai lembaga mitra KPMNT baik mitra LSM maupun pemerintah. ¨
Memfasilitasi Pengkajian sistem dan dampak wanatani di Nusa Tengggara tahun 2002 dengan melibatkan 10 lembaga pengembang program wanatani.
29
¨
Evaluasi dampak secara partisipatif untuk program Yayasan Mitra Tani Mandiri di Kawasan Mutis, TTU. ¨ Pengembangan kurikulum pelatihan PRA dan ZOPP bagi petugas program di berbagai mitra di Nusa Tenggara. ¨ Pengembangan kurikulum pelatihan wanatani bagi petani, petani penyuluh, dan petugas penyuluh di lingkungan KPMNT.
Alamat lembaga Jalan Ade Irma II No. 30 A Walikota Baru - Kupang 85228 Telp. / Faks. (0380) 825028 Email :
[email protected] Kontak Person Ir. Paskalis Nai
Foto-foto pendukung
30
YAYASAN TANANUA Sejarah Pendirian : Yayasan Tananua didirikan pada Tanggal 11 September 1985 oleh Nelson Sinaga, Roslin Dine Manabung, dan Huki Radandima di Waingapu, Pulau Sumba dengan Akte Notaris No.24, Notaris Silvester Joseph Mambaitfeto, SH. Pada tanggal 30 September 1993 terdaftar pada Kanwil Depsos NTT dengan No. Pendaftaran 51/BOBS.4/NTT/IV/1990/1993. Pada tahun 1988 Yayasan Tananua yang semula hanya berada di Pulau Sumba mulai mengembangkan sayapnya ke Kabupaten Ende di Flores dengan issue program Kesehatan. Sedangkan pada tahun 1989 memperluas wilayah pelayanan ke Pulau Timor dengan issue program Pengembangan Media dan Metodologi Partisipatif. Sejak saat itu Yayasan Tananua mengenal 3 cabang dimana setiap cabang berstatus otonom. Selanjutnya untuk mengembangkan satu pemberian tugas, tanggung jawab dan wewenang yang lebih jelas, maka mulai dibahas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang baru untuk mengakomodasikan filosofi dan ideologi lembaga sebagai panutan bersama dalam menjalankan kegiatan di tengah masyarakat. Visi dan Misi Lembaga : Visi Yayasan Tananua yaitu Kesejahteraan lahir batin adalah hak dan tujuan manusia (masyarakat). Kesejahteraan tersebut diperoleh bukan karena pemberian orang lain tetapi berkat hasil usaha manusia itu sendiri bersama orang lain. Atas dasar tersebut maka dirumuskan Misi Yayasan Tananua yaitu : mendampingi masyarakat yang masih tertinggal untuk meningkatkan kesejahteraanya serta dapat mengungkapkan pikiran, pendapat, dan sikapnya secara mandiri. Tujuan lembaga : Tujuan Yayasan Tananua adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat pedesaan dan mengembangkan swadaya masyarakat. Prinsip-prinsip Pendekatan : Yayasan Tananua berkeyakinan bahwa tinggal bersama masyarakat petani, merencanakan kegiatan bersama mereka, bekerja bersama mereka dengan tekanan pada swadaya dan swausaha adalah pendekatan yang terbaik dalam usaha pembangunan masyarakat. Karena itu, semua kegiatan dan kerja yang dilakukan Yayasan Tananua dijalankan atas dasar kekeluargaan, musyawarah, kesederajatan, keterpaduan, dan kelestarian. Dalam bekerja, Yayasan Tananua berperan sebagai pendamping atau pemeran pembantu, sementara pemeran utama adalah warga masyarakat itu sendiri. Yayasan Tananua hanya membantu dan mendorong masyarakat untuk berpikir, berencana dan berusaha menerapkan rencana kerjanya di kebun, ladang, dan dalam rumah tangganya demi meningkatkan taraf hidup yang berkelanjutan. Dalam upaya pengembangan taraf hidup tersebut, Yayasan Tananua bersama masyarakat desa, berusaha mengembangkan sumberdaya manusia setempat dan merekayasa sumberdaya alam lokal seoptimal mungkin. Berhasilnya segala usaha dan kegiatan membutuhkan kerjasama dan belajar bersama. Hal ini bisa dicapai antara lain melalui :
31
▪ ▪ ▪ ▪
Saling mengunjungi antara petani, semua warga program dan staf Yayasan untuk saling belajar dan bertukar pengalaman. Pertemuan berkala dengan petani, semua warga program dan staf Yayasan untuk membahas rencana kerja masing-masing serta membicarakan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat maupun lembaga. Kunjungan kepada program dan lembaga lain sebagai suatu studi banding guna mengembangkan wawasan dan mencari masukan-masukan baru demi kemajuan program. Usaha menerapkan teknologi anjuran program di kebun sendiri untuk menunjukkan keteladanan bagi teman-teman petani yang lain.
Fokus Program/Isu sentral Fokus utama yang ditangani oleh Yayasan Tananua adalah pelayanan masyarakat pedesaan, terutama yang tinggal di daerah-daerah kritis dan terpencil. Wilayah program Sampai saat ini wilayah pelayanan Yayasan Tananua adalah Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat (Pulau Sumba), Kabupaten Ende (Pulau Flores), Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (Pulau Timor). Semua lokasi tersebut berada dalam wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur. Yayasan Tananua berpusat di Waingapu (Sumba), serta mempunyai tiga cabang yaitu YTN Sumba, YTN Flores dan YTN Timor dimana masing-masing cabang mempunyai otonomi dalam hal tertentu. Pada bagian berikut akan diuraikan profil dari masing-masing cabang Yayasan Tananua.
YAYASAN TANANUA SUMBA Bidang Program 1. Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat 2. Pertanian Berkelanjutan Berpangkal pada keadaan lingkungan yang kritis, curah hujan yang rendah dan sektor pertanjan sebagai sumber penghasilan masyarakat maka diperlukan pengembangan usaha yang terpadu dan berkesinambungan dalam hal: Konservasi tanah dan air, Tanaman hortikultura, Peternakan, Perikanan. 3. Pengembangan Organisasi Ekonomi Masyarakat 4. Kesehatan Mengingat kondisi kesehatan masyarakat masih membutuhkan upaya peningkatan, terutama dalam hal kesehatan primer maka perlu kegiatan yang menyangkut: • Peningkatan Gizi Balita dan keluarga, • Pencegahan dan penanggulangan penyakit rakyat, • Penyediaan Air bersih. 5. Pengembangan Media Dalam mendukung keberlangsungan program seperti: memperluas wawasan dengan memperkenalkan gagasan-gagasan baru, merangsang pemikiran, menumbuhkan sikap kritis masyarakat layanan, dirasakan perlu adanya media penyuluhan sebagai sarana komunikasi yang tepat guna mencakup: Pengembangan dan Pengadaan media penyuluhan berupa slide, booklet, brosur, leaflet, poster, permainan belajar, dsb, yang berkenaan dengan bidang-bidang kegiatan program. Penerbitan media intern Yayasan berupa bulletin untuk mengembangkan wawasan para petugas dan petani, serta sebagai sarana komunikasi antar petugas dan petani.
32
6. Pengembangan Metodologi Partisipatif 7. Kerjasama Antar Lembaga Kami percaya bahwa usaha pembangunan masyarakat membutuhkan keterlibatan berbagai pihak. Karena itu Tananua dalam usaha-usahanya selalu dan senantiasa menjalin kerjasama dan membina saling pengertian dengan: • LSM/LPSM mitra • Pernerintah setempat • Tokoh Masyarakat Wilayah Dampingan Wilayah kerja Yayasan Tananua Sumba meliputi lokasi-lokasi di dalam Pulau Sumba, yaitu : • Untuk wilayah Kabupaten Sumba Timur : pada 21 desa di 5 kecamatan. • Untuk wilayah Kabupaten Sumba Barat : pada 3 desa di Kecamatan Weewewa Utara. Bidang Program yang Dikembangkan dan Mitra Kerjasama Bidang-bidang program yang dikembangkan YTN Sumba adalah meliputi : • Bidang Wanatani • Bidang Kesehatan • Bidang Pengembangan Organisasi Ekonomi Masyarakat • Bidang KSDA • Bidang Pengembangan Media Partisipatif • Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Jaringan • Program Padat Karya Pangan Mitra-mitra yang pernah maupun sedang bekerjasama dengan YTN Sumba adalah : • Instansi pemerintah : Dinas Kehutanan Propinsi NTT, Dinas Kehutanan Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Timur, Bapedalda Kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat, Bappeda Propinsi dan Kabupaten, Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kecamatan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten, Bimas Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Timur, dan Universitas Satya Wacana Sumba. • LSM mitra : Bina Swadaya - Jakarta, Pusbangkop-Jakarta, Delsos Keuskupan Wee tabula, KPMNT, dan mitra-mitra lokal yang menyebar di wilayah Nusa Tenggara. • Lembaga internasional : World Neighbors Asia Tenggara, Ford Foundation - Jakarta, CUSO - Jakarta, World Education - Jakarta, CRS/ID – Kupang dan Jakarta, Misereor - Jerman, ICRAF - Bogor, Birdlife International - Bogor, East West Center – Hawaii dan WWF Nusa Tenggara. Jumlah Staf dan Keahlian yang Dimiliki Menurut data dalam laporan tahunan YTN Sumba tahun 2002, jumlah tim pelaksana program di YTN Sumba sebanyak 31 orang yang terdiri dari 24 staf YTN Sumba dan juga 7 orang Petani Pemandu (PP) yang ada. Bidang keahlian dari staf YTN Sumba adalah pertanian, peternakan, metodologi, media. . Alamat Lembaga : Jl. H.R. Horro, Matawai Waingapu – Sumba Timur, NTT Telp./Faks. 0387 – 62055 E-mail :
[email protected] Kontak Person Johny Thomas Joz
33
Foto-foto pendukung
INFORMASI TAMBAHAN Setelah membangun kerjasama kemitraan dalam pengembangan program sejak tahun 1985, dukungan finansial secara reguler dari WN kepada YTN Sumba berakhir pada Juni 2005. Berakhirnya dukungan inansial ini semata-mata karena keterbatasan WN untuk memberikan dukungan keada mitra-mitranya, sementara di sisi lain, dengan keterbatasan jumlah dana sama dari tahun ke tahun, ada tuntutan dan kebutuhan untuk memperluas wilayah program di wilayah Indonesia Bagian Timur lainnya sebagaimana dimandatkan dalam MoU antara WN dengan Kementrian Lingkungan Hidup. Walaupun telah phase-out secara finansial, WN masih memberikan perhatian terhadap pengembangan program YTN Sumba. Pola hubungan yang dikembangkan antara WN dan YTN Sumba berubah dari hubungan partnership menjadi hubungan konsultatif. Bentuk-bentuk dukungan yang masih diberikan antara lain metodologi, penguatan kapasitas, asistensi dan menjembatani hubungan dengan pihak-pihak lain.
34
YAYASAN TANANUA FLORES Sebagaimana telah disebutkan dalam paparan umum tentang kelembagaan Yayasan Tananua, Yayasan Tananua Flores merupakan salah satu cabang dari Yayasan Tananua. Perluasan wilayah pelayanan Yayasan Tananua ke Pulau Flores khususnya di Kabupaten Ende dilakukan pada tahun 1988 dengan issue program pertama pada waktu itu adalah Bidang Kesehatan. Dalam perjalanannya, bidang-bidang program yang dikembangkan Yayasan Tananua Flores terus berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan pada wilayah dampingan. Bidang program yang dikembangkan Untuk mencapai tujuan tersebut diatas dan dalam upaya mendukung visi dan misi yang digariskan maka sejak awal mula kehadiran Yayasan Tananua Flores berkiprah diri dalam kegiatan pengembangan masyarakat pedesaan dalam rangka meningkatkan ketahanan komunitas melalui pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat dengan beberapa bidang kegiatan utama sebagai berikut : 1. Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan (Sustainable Agriculture) Pertimbangan utamanya adalah karena sebagian besarmasyarakat NTT adalah petani lahan kering, umumnya mereka tinggal dipegunungan, daerah berbukit-bukit dan terisolasi, sehingga napas pembangunan sulit menyentuh kehidupan mereka. Konsekwensi logisnya bahwa kondisi kesejahteraan justru dari waktu kewaktu terus merosot. Hal ini disebabkan oleh semakin langkahnya sumber daya yang ada (lahan dan hutan) karena system pertanian yang dikembangkan tidak menjamin keberlanjutan dan keberhasilan usaha mereka. Yang pada gilirannya turut mengundang degradasi lingkungan secara makro. Teknologi yang ditawarkan dan dikembangkan bersama masyarakat diproyeksikan untuk bisa meningkatkan penghasilan secara berkesinambungan serta menunjang terciptanya suatu kondisi lingkungan yang aman bagi banyak manusia. Teknologi pertanian lahan kering secara berkelanjutan yang dikembangkan YTN Flores antara lain: ▪ Pengawetan Tanah dan air ▪ Pengembangan Tanaman Umur Panjang ▪ Usaha Peternakan 2. Program Kesehatan Primer Pertimbangannya adalah karena kesehatan merupakan salah satu masalah besar di NTT. Misalnya angka kematian balita yang masih tergolong tinggi, angka harapan hidup masih rendah, kondisi lingkungan masih cukup memprihatinkan serta masih merajalelanya sejumlah penyakit rakyat seperti malaria, penyakit kulit, cacingan, diare dan kurang gizi. Manyadari akan keterbatasan serta ingin berperan pada bagian yang belum cukup diperhatikan maka Yayasan Tananua memfokuskan diri pada upaya masyarakat agar bisa mengelola kesehatannya sendiri. Kegiatan kesehatan primer mulai tahun 1987 di Desa Demulaka Kecamatan Ndona, Ende Flores. Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan sehubungan dengan kesehatan primer ialah: Pengembangan Tanaman Obat tradisional, praktek meramu obat tradisional, Pengembangan tanaman bergizi (Dapur hidup), mengolah makanan bergizi, Sanitasi dan kebersihan lingkungan, Kesehatan ibu dan anak serta air bersih.
35
3. Program Ekonomi Kerakyatan Pertimbangannya adalah karena salah satu masalah yang melanda masyarakat NTT dari sudut ekonomi NTT adalah menempati urutan paling akhir dalam hal jumlah pendapatan per kapita paling rendah dibanding dengan propinsi lain di Indonesia. Persoalan ini terjadi sebagai akibat dari sistem pasar yang tidak berpihak pada rakyat alias pasar yang tidak adil, yang didukung dengan terbatasnya sumberdaya manusia petani, tidak adanya akses ke sumber modal, rendahnya informasi pasar, rendahnya kwalitas produk, belum adanya wadah ekonomi yang aspiratif dan lain-lain. Melihat persoalan ini maka Tananua memfokuskan diri pada upaya memfasilitasi petani agar memiliki organisasi ekonomi yang aspiratif melalui kelompok usaha bersama baik simpan pinjam, kios maupun pasar komoditi, usaha penjualan sembako, arisan, pengembangan koperasi, jaringan pemasaran dan sosialisasi kebijakan (UU anti monopoli). Untuk kegiatan dalam bidang ini sejak tahun1998 Tananua telah memfasilitasi sebua Koperasi Serba Usaha yakni KSU Kebekolo, yang beranggotakan tiga ribuan petani dari desa-desa dampingan. Selain Koperasi di des.a-desa ada sejumlah Usaha Bersama Simpan pinjam, Usaha bersama Kios. Kehadiran Koperasi maupun usaha bersama ditingkat desa mulai dirasakan oleh petani. 4. Penguatan Institusi Lokal Ketimpangan yang terjadi dalam tingkat masyarakat adalah tidak seimbangnya perolehan dan pemanfaatan sumberdaya, serta penentu kebijakan, sehingga pada warga masyarakat tertentu terjadi surplus sedangkan yang lainnya minus. Hal ini terjadi sebagai jawaban atas persoalan hilangnya nilai gotong royong (social) yang diwariskan dan mengarah kepada individualis (ekonomis). Ketimpangan yang demikian terjadi secara struktural. Pada tingkat masyarakat sudah memiliki Institusi local seperti institusi adat, kelompok tani dan yang lainnya, namun belum diberi peluang lebih banyak untuk berkembang, bahkan dihimpit melalui kebijakan sehingga harus kerdil dan mati. Sejak awal pendampingan Yayasan Tananua, pendampingan yang dilakukan adalah secara Individu maupun kelompok, dan akhir-akhir fokus pada kelompok. Pilihan pendampingan kelompok agar penyebaran informasi bantuan lebih merata (luas) dan persoalan yang sama dapat diselesaiakan dan diperjuangkan secara bersama. Perkembangan institusi local dalam ini kelompok tani sampai saat ini sejumlah 184 kelompok dampingan dari 21 desa. Dari jumlah kelompok tersebut ada yang sudah dikelompokan sebagai kelompok maju, kelompok berkembang dan kelompok jalan ditempat. Disamping kelompok tani diatas, setahun terakhir Tananua bersama koalisis LSM sedang memfasilitasi penegakan kedaulatan istitusi adat melalui forum perjuangan masyarakat adat dan sebuah aliansi yakni Aliansi Masyarakat Adat Tiwu Telu (AMATT) 5. Pengembangan Pendekatan Partisipatif Yayasan Tananua juga memberikan perhatian khusus terhadap “Pengembangan Pendekatan Partisipatif” Hal ini diupayakan untuk diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan Yayasan Tananua sendiri, tetapi juga memberikan dukungan kepada lembaga-lembaga mitra lain baik LSM maupun pemerintah. Wujud konkrit dari pengembangan partisipatif ini ialah pengembangan media dan pengembangan metodologi Participatory Rural Appraisal (PRA). PRA merupakan salah satu metode yang mendekati perwujudan partisipasi maksimal masyarakat yang terus dikembangkakn di Yayasan Tananua, dimana PRA selalu digunakan dalam setiap kegaiatan pendampingan masyarakat.
36
Jumlah Staf dan Keahlian yang Dimiliki Secara keseluruhan jumlah staf YTN Flores sebanyak 12 orang yang terdiri dari 10 orang staf tetap dan 2 orang relawan. Sedangkan bidang keahlian yang dimiliki adalah : • Bidang Teknis Pertanian : 10 orang • Bidang Methodologi Pendekatan Masyarakat : 6 orang. Wilayah program Wilayah geografis yang dilayani program adalah daerah hulu yang terletak di Kecamatan Ndona Timur, Wolojita, Wolowaru, Lio Timur, Kotabaru, Maurole dan Detusoko Kabupaten Ende. Yayasan Tananua Flores di Kabupaten Ende sampai saat ini mendampingi 24 desa yang tersebar pada 8 wilayah kecamatan seperti tertera dalam tabel berikut. No. 1. 2. 3. 4.
Kecamatan Ndona Timur Wolojita Lio Timur Wolowaru
5. 6. 7. 8.
Kelimutu Kotabaru Detukeli Detusoko
Desa Roga Nuamulu, Pora, Wiwipemo, Wolojita, Tenda Wonda, Wololele A Wolosoko, Bokasape Timur, Lisedetu, Liselowobora, Likanaka, Nualise Pemo, Woloara, Koanara, Ndenggarongge Taniwoda, Tanalangi Ndikosapu Wologai Timur, Niowula, Sipijena
Mitra Kerjasama Dalam mengembangkan programnya, YTN Flores bekerjasama dengan beberapa mitra yaitu WN, CUSO, Oxfam, Canada Fund, ACCESS, Misereor, WFP mealui Yayasan Bina Swadaya, untuk emergency, VECO Indonesia, Ford Foundation, dan VSO. Dari semua mitra tersebut, sampai tahun anggaran 2004-2005 ini mitra yang masih bekerjasama dengan YTN Flores adalah VECO Indonesia, Ford Foundation, dan VSO Alamat lembaga Jalan Gatot Subroto Lorong Bitta Beach, Gang 2 Kiri Kelurahan Mautapaga Ende – NTT – Indonesia Telpon/Fax : 0381-23565 Email :
[email protected] Kontak Person Hironimus Palla
Foto-foto pendukung INFORMASI TAMBAHAN Setelah membangun kerjasama kemitraan dalam pengembangan programsejak tahun 1989, dukungan finansial secara reguler dari WN kepada YTN Flores berakhir pada Juni 2001. Berakhirnya dukungan
37
finansial ini semata-mata karena keterbatasan WN untuk memberikan dukungan kepada mitra-mitranya, sementara di sisi lain, dengan ketersediaan jumlah dana yang relatif sama dari tahun ke tahun, ada tuntutan dan kebutuhan untuk memperluas wilayah program di wilayah Indonesia Bagian Timur lainnya sebagaimana dimandatkan dalam MoU antara WN dengan Kementrian Lingkungan Hidup. Walaupun telah phase-out secara finansial, WN masih memberikan perhatian terhadap pengembangan program YTN Flores. Pola hubungan yang dikembangkan antara WN dan YTN Flores berubah dari hubungan partnership menjadi hubungan konsultatif. Bentuk-bentuk dukungan yang masih diberikan antara lain metodologi, penguatan kapasitas, asistensi dan menjembatani hubunngan dengan pihak-pihak lain.
38
YAYASAN TANANUA TIMOR Sebagaimana telah disebutkan dalam paparan umum tentang kelembagaan Yayasan Tananua, Yayasan Tananua Timor merupakan salah satu cabang dari Yayasan Tananua. Perluasan wilayah pelayanan Yayasan Tananua ke Pulau Timor khususnya dilakukan pada tahun 1989 dengan issue program pertama pada waktu itu adalah Bidang Pengembangan Media dan Metodologi Partisipatif. Tujuan awal dari pembukaan cabang Yayasan Tananua di Pulau Timor dengan bidang utama pengembangan media dan metodologi partisipatif adalah untuk memberikan dukungan media dan metodologi bagi kebutuhan pengembangan program di wilayah Sumba dan Flores. Namun dalam perjalanannya, bidang-bidang program yang dikembangkan Yayasan Tananua Timor terus berkembang menjadi program aksi lapangan seiring dengan tuntutan kebutuhan pada wilayah dampingan. Pada tahun 2002 - 2004 ini kegiatan program YTN Timor sempat terhenti. Operasional lembaga YTN Timor mulai dijalankan lagi terhitung sejak akhir 2004. Bidang Program 1. Pertanian Berkelanjutan 2. Kesehatan Primer 3. Ekonomi Kerakyatan 4. Pengembangan Media 5. Metodologi Partisipatif 6. Penguatan Kelembagaan Wilayah Dampingan Program yang dikembangkan YTN Timor menyebar pada 10 desa di Kecamatan Amanatun Utara Kabupaten TTS dan 2 desa di Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang. Pada awalnya program mulai dilakukan di Desa Sono tahun 1992, kemudian menyebar ke Desa Sambeth tahun 1995, Desa Fatuoni tahun 1996. Sedangkan pada kisaran 1998/1999 dilakukan perluasan program ke Desa Lotas, Tumu, Snok, Nasi, Fotilo, Lilo, Bokong. Dalam tahun 2001-2002 sementara dilakukan penjajakan ke desa baru yaitu Desa Tauanas. Selain di Amanatun, 2 desa di Kecamatan Kupang Timur yang didampingi YTN Timor adalah Desa Oemolo dan Desa Pathau yang didampingi sejak 2001. Program yang Pernah Dikembangkan Yayasan Tananua Timor mengembangkan 2 program besar yaitu Program Pertanian berkelanjutan berbasis masyarakat dan Program Pengembangan media partisipatif dengan fokus pendekatan konservasi tanah dan air. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah : 1. Pengembangan teknologi wanatani, meliputi : terasering dengan tanaman penguat teras, olah jalur, olah lubang, perbaikan pola tanam tanaman pangan, hutan keluarga, penanaman hortikultura (sayur dan buah), penanaman TUP/tanaman keras, dan pengembangan pagar hidup. 2. Pengembangan ternak; dengan bantuan bibit hijauan makanan ternak/HMT(rumput gajah, kinggrass), bibit babi, sapi dan ayam; dan pengadaan obat ternak 3. Pengembangan media partisipatif; kegiatannya pengadaan buletin, membuat kliping infomasi pertanian, dsb; majalah dinding, foto-foto kegiatan, penyuluhan dan pelatihan menggunakan mediamedia yang ada 4. Pengembangan organisasi ekonomi masyarakat (POEM); kegiatannya UBSP, pelatihan pembukuan sederhana, pertemuan rutin, assistensi pembukuan kios, monitoting ke kelompok dan kunjungan silang antar kelompok.
39
5. Pengembangan institusi/kelembagaan staf dan petani; kegiatanya pelatihan, pertemuan tahunan, pertemuan petani, kunjungan silang, kunjungan ke kebun sesama anggota kelompok maupun antara kelompok, praktek langsung di kebun, pengadaan benih untuk program, mengikuti kegiatan jaringan (KPMNT), penyusunan proposal, dsb 6. Pengembangan kemitraan; kegiatannya mendukung program lembaga mitra, pengadaan benih leguminosae untuk kebutuhan mitra dan pertemuan-pertemuan dengan lembaga mitra. 7. Kesehatan primer; dengan kegiatan jamban keluarga dan pembuatan sumur gali, penanaman tanaman obat, pengolahan makanan tradisional, pengadaan sumur gali, magang kader kesehatan dan latihan dukun bersalin di Kecamatan Ayotupas Mitra Kerjasama Selama ini YTN Timor sudah menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, baik mitra yang langsung mendukung program maupun mitra yang terlibat dalam komunikasi dan koordinasi. Mitra-mita tersebut antara lain CUSO, World Neighbors, World Education, Ford Foundation, FADO, Misereor, CRS, AusAID, Plan Internasional PU. Kupang, VSO, Pemerintah desa dan kabupaten, Dinas-dinas pemerintah terkait, Yayasan Alfa Omega, YMTM, LBH Justitia, ICRAF, LPPM, Haumeni, SSP SoE, JKPIT, Politani Negeri Kupang, KPMNT, Puskesmas desa se-Kecamatan Ayotupas, Yayasan Tukelakang, Delsos Kupang, Delsos Atambua, SDM Nusa Tenggara, WWF Nusa Tenggara, Yayasan Masyarakat Sejahtera, Perwakilan Ekonomi NTT di Surabaya, dan mitra lainnya. Jumlah Staf dan Keahlian yang Dimiliki Jumlah staf YTN Timor sebanyak 15 orang dengan bidang keahlian antara lain pertanian, peternakan, administrasi keuangan, media dan metodologi. Alamat Lembaga Jl. Supul III No. 6 Perumnas - Kupang, NTT Telp./Faks. 0380 – 832659 Kontak Person
Foto-foto Pendukung INFORMASI TAMBAHAN Setelah membangun kerjasama kemitraan dalam pengembangan program sejak tahun 1990, dukungan finansial secara reguler dari WN kepada YTN Timor berakhir pada Juni 2000. Berakhirnya dukungan finansial ini semata-mata karena ada perbedaan yang sangat prinsipil antara pendekatan yang dikembangkan WN dengan YTN Timor. Sejak tahun 1997 WN telah melakukan perubahan mendasar dalam issue program yaitu pengelolaan sumberda alam berbasis masyarakat dan pendekatan program dengan unit analisa kawasan. Perubahan ini diharapkan bisa mendorong mitra-mitranya untuk mengembangkan pola ikir yang lebih strategis, bukan saja bekerja pada tataran kebun atau desa, tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas. Pada waktu itu, YTN Timor masih mau melanjutkan program pertanian berkelanjutan dengan unit analisa kebun. Karena masing-masing pihak mau melanjutkan pendekatan dan program yang sedang
40
dikembangkan maka kedua belah pihak sepakat untuk tidak melanjutkan kerjasama pengembangan program. Walaupun telah phase-out secara finansial, WN masih memberikan perhatian terhadap pengebangan program YTN Timor sampai dengan tahun 2002. Pola hubungan yang dikembangkan antara WN dan YTN Timor berubah dari hubungan partnership menjadi hubungan konsultatif. Bentuk-bentuk dukungan yang masih diberikan antara lain metodologi, penguatan kapasitas, asistensi dan menjembatani hubungan dengan pihak-pihak lain. Namun sejak keputusan Dewan Pengurus untuk menutup sementara program YTN Timor pada akhir tahun 2002, maka peran WN untuk memberikan dukungan penguatan kapasitas tidak bisa dilanjutkan lagi.
41
YAYASAN KELUARGA SEHAT SEJAHTERA INDONESIA (YKSSI) Sejarah dan Latar belakang YKSSI didirikan pada tanggal 30 November 1989. Adapun beberapa hal yang melatarbelakangi pendirian YKSSI adalah sebagai berikut : 1. Angka kematian ibu dan bayi di NTB (Lombok khususnya) masih tinggi. 2. Saat YKSSI berdiri belum ada LSM lokal yang bergerak di bidang kesehatan, bahkan sampai saat ini LSM di Lombok yang benar-benar menaruh perhatian pada masalah kesehatan relatif sedikit. 3. Banyaknya sikap dan prilaku masyarakat NTB (masyarakat Sasak khususnya) yang merugikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup anak serta ibu terutama mitos-mitos yang ada dalam masyarakat Sasak. 4. Penafsiran ajaran Islam yang keliru berdampak kuat terhadap tingginya angka kematian ibu dan anak di Lombok. 5. Perkawinan usia muda cukup tinggi rata-rata menikah pada usia 14-16 tahun. 6. NTB (Khususnya Lombok) mempunyai Angka Kawin Cerai tertinggi di Indonesia Visi & Misi Visi YKSSI adalah Tercapainya masyarakat (perempuan dan anak) yang sehat dan sejahtera serta berkeadilan gender. Sedangkan Misi YKSSI adalah : 1. Meningkatkan kesehatan ibu, anak dan keluarga. 2. Meningkatkan pendidikan anak, perempuan dan keluarga. 3. Membongkar masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat 4. Merubah paradigma masyarakat yang merugikan kelangsungan hidup perempuan dan anak. Tujuan • Memperbaiki mutu kesehatan masyarakat khususnya masyarakat pedesaan melalui penngkatan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan itu sendiri. • Meningkatkan kesejahteraan ibu dan keluarganya. • Menurunkan angka kematian ibu dan anak terutama balita. • Memaksimalkan peranan Posyandu. • Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai berbagai masalah sosial, antara lain masalahmasalah kesehatan terutama untuk kesehatan reproduksi, kependudukan, lingkungan hidup, gizi, perumahan sehat dan pentingnya pendidikan melalui media KIE. Fokus program/Kegiatan pokok • Pendampingan, promosi dan pelatihan tentang kesehatan di kelompok remaja laki-laki dan perempuan, serta ibu-ibu muda dan anak-anak. • Mengembangkan media Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan seperti : komik, buletin, buku, brosur, lembar balik, radio spot, CD kaset dan lain-lain. • Memberikan dukungan modal bergulir untuk pembinaan ekonomi produktif. • Melakukan berbagai survey/penelitian tentang issue-issue sosial dan kesehatan serta mengadakan seminar-seminar. • Membangun Gerakan Masyarakat Sehat.
42
Kegiatan yang dilakukan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan YKSSI adalah : 1. Sosialisasi Anemia berupa pemberian informasi tentang anemia dan distribusi tablet tambah darah Aktivon kepada remaja putri; seminar dan sosialisasi melalui radio spot; yang dikerjasamakan dengan PATH dan DEPKES NTB pada tahun 1997. 2. Penguatan Ekonomi Perempuan Berperspektif Gender lewat pendampingan kelompok usaha produktif, lokakarya dan pemberian bantuan modal usaha; yang dikerjasamakan dengan FES (Frederich Ebert Stiftung) Jerman pada tahun1997. 3. Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Pendidikan Kesehatan Dasar Berperspektif Gender dan Program Penanggulangan Kawin Cerai bagi Remaja dan Anak. Kegiatan ini dilakukan lewat pendampingan, pelatihan kader/motivator kelompok, distribusi media kesehatan reproduksi, diskusi kelompok berkala, sosialisasi melalui radio spot, dialog terbuka, lokakarya, debat publik, kunjungan silang, dan survey data dasar. Program ini dikerjasamakan dengan Plan Internasional Program Unit Lombok Timur pada tahun 1996 – 2000 dengan wilayah kegiatan meliputi Kecamatan Rringgabaya dan Kecamatan Sakra Lombok Timur. 4. Pendidikan kesehatan dasar dan kesehatan reproduksi berperspektif jender, Membangun Lingkungan yang mendukung Kreativitas Anak di Kecamatan Wawo-Bima. Kegiatannya adalah Pendampingan, pelatihan kader/motivator kelompok, distribusi media kesehatan reproduksi, diskusi kelompok berkala, dialog terbuka, lokakarya, kunjungan silang, serta pertemuan guru, toga dan tomas sekali dalam tiga bulan. Program ini dikerjasamakan dengan PLAN Internasional Program Unit Bima, tahun 1998 – 2002 dengan wilayah kegiatan meliputi Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima. 5. Pendidikan kesehatan reproduksi dan kesehatan dasar bagi remaja dan anak-anak. Kegiatannya berupa pendampingan, pelatihan kader/motivator. Program ini dikerjasamakan dengan Yayasan Pemulihan Keberdayaan Masyarakat (YPKM), tahun 1998 – 2000 di wilayah Kota Mataram. 6. Kesehatan reproduksi berpresfektif jender bagi remaja laki-laki dan perempuan. Kegiatannya adalah pendampingan, pelatihan kader/motivator kelompok, distribusi media kesehatan reproduksi, diskusi kelompok berkala 2 kali sebulan. Program ini dikerjasamakan dengan CUSO Indonesia, tahun 1999 – 2000 dan dilakukan di wilayah Kota mataram dan di Lombok Tengah. 7. Pendidikan kesehatan reproduksi berpersfektif jender bagi remaja laki-laki dan perempuan melalui pendidikan formal SMU dan kelompok informal yang sederajat; yang dilakuan lewat pendampingan, distribusi media kesehatan reproduksi, diskusi berkala, pelatihan fasilitator, dialog dengan dokter dan bidan KIA, pementasan drama, seminar, lokakarya, pembuatan majalah dinding sekolah dan pembuatan modul kesehatan reproduksi remaja oleh remaja sendiri yang difasilitasi oleh pendamping dari YKSSI dan PI-KPK. Program ini dikerjasamakan dengan World Population Foundation Belanda, PI-KPK pada tahun 2000-2001 dengan wilayah kegiatan di Kab. Lombok Tengah dan Lombok Timur. 8. Program Kesehatan Masyarakat di Kawasan Pertambangan Batu Hijau Sumbawa; bekerjasama dengan PT.Newmont Nusa Tenggara, tahun 2001-2003. Wilayah kegiatannya adalah di Kecamatan Sekongkang dan Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa. 9. Penanggulangan kawin cerai. Bentuk kegiatannya adalah Membuat awig-awig tingkat dusun di 109 dusun tentang kawin cerai, Menyusun Raperda tentang bagaimana memperketat terjadinya kawin cerai Pelatihan HAM bagi perempuan, serta Pelatihan politik perempuan bagi kader perempuan. Program ini dikerjasamakan dengan PLAN Internasional Lombok Timur pada tahun 2000 – 2003 dengan wilayah kegiatannya di Kecamatan Rringgabaya dan Kec. Sakra, Kab.Lombok Timur. 10. Pendidikan politik perempuan bagi kelompok perempuan usaha kecil dan mikro pada tahun 2004. 11. Peningkatan Usaha Kecil melalui pemberdayaan manajemen kelompok usaha kecil dan mikro; bekerjasama dengan YPKM. 12. Kegiatan Evaluasi terhadap program WSLIC, bekerjasama dengan PT.MACON Jakarta. 13. Perbaikan Kesehatan Masyarakat (perempuan) Kawasan Hutan yang Terintegrasi dengan Pengelolaan Sumberdaya Alam. Bentuk kegiatannya adalah Diskusi berkala tentang KIA, Penyakit dan Kesling; Kunjungan rumah prioritas; Pencatatan data dusun; Menumbuhkan kesadaran menabung (dana sehat dan pendidikan); Pertemuan berkala kader, dukun, bidan dan fasilitator desa; Pelatihan Tanaman
43
obat; Diskusi berkala laki dan perempuan; Evaluasi untuk melihat hubungan relasi laki dan perempuan; serta Fasilitasi dengan instansi terkait berdasarkan kebutuhan masyarakat. Kegiatan ini dikerjasamakan dengan World Neighbors pada tahun 2003 –2006 dengan wilayah kegiatan meliputi Desa Lantan, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah. 14. Program Susu UKS, bekerjasama dengan Land O’ Lakes (USDA Amerika) pada tahun 2002-sekarang. Kegiatannya adalah Monitoring dan evaluasi distribusi dan konsumsi susu, Studi Dampak, Membangun inisiatif keberlanjutan program. Wilayah kegiatannya di Sepulau Lombok dan Sumbawa. 15. Kap Survey HSCS di Pulau Lombok dan Sumbawa, bekerjasama dengan PATH, tahun 1997. 16. Survey Dampak Kawin Cerai (tahun 1999) dan Survey Angka Kawin Cerai (tahun 2001) di Kecamatan Sakra dan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur; bekerjasama dengan PLAN Internasional PU Lombok Timur. 17. Survey sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat di Kecamatan Pringgabaya, bekerjasama dengan PLAN Internasional PU Lombok Timur. 18. Survey Evaluasi Dana bantuan Operasional (DBO) dan Beasiswa Anak sekolah di NTB, bekerjasama dengan CARE Internasional. 19. Survey perawatan kesehatan reproduksi secara tradisonal di Kabupaten Sumbawa, bekerjasama dengan PLAN Internasional Sumbawa pada tahun 2000. 20. Survey Evaluasi Penggunaan Kartu Sehat (JPS-BK) di Kota Mataram, bekerjasama dengan Dinas Kesehatan kota Mataram pada tahun 2000. 21. Survey persepsi remaja tentang kawin muda yang dilakukan pada tahun 2002. Media KIE Beberapa media komunikasi, informasi dan edukasi yang telah diprodukis oleh YKSSI untuk mendukung programnya adalah : 1. Buku Cerita komik Pendidikan Kesehatan dan Sosial Dasar untuk anak usia sekolah dasar dan SMP sampai dengan saat ini (tahun 2005) sudah diedarkan sebanyak 20 edisi. Beberapa edisi diantaranya telah digunakan oleh lembaga lain, baik lembaga lokal di NTB maupun luar NTB. 2. Buletin Kesehatan Reproduksi/Kesehatan Ibu dan Anak (Buletin MEKAR) untuk remaja dan Ibu muda sebanyak 20 edisi. Buletin ini juga digunakan oleh lembaga lain serta disebarkan ke Indonesia Bagian Timur melalui jaringan. 3. CD audio Seri Pendidikan Jender yang mengupas tentang kondisi perempuan dalam berbagai segi kehidupan dilihat dari berbagai sudut pandang. 4. Kumpulan Karya Anak Dampingan 5. Radio Spot Sosialisasi JPS-BK, Anemia, Penanggulangan Kawin Cerai. 6. Buku saku Kotbah Nikah yang berpihak pada laki-laki dan perempuan. 7. Media lain seperti poster, kaos, lembar balik, buku, alat peraga, brosur, serta dialog interaktif di radio maupun televisi lokal. Jaringan yang diikuti Untuk memperlancar kegiatannya, YKSSI terlibat dalam beberapa jaringan yaitu Pusat komunikasi kesehatan yang berpersfektif Jender (Puskomkes Jender), Konsorsium Pengembangan Masyarakat Nusa tenggara (KPMNT), Jaringan Epidemologi Nasional, Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPUK), Koalisi Kota Sehat, RAN PKTP, Gaung Perempuan, Aliansi Pita Putih, dan Forum Kesehatan Reproduksi Kota Mataram. Wilayah Dampingan Program Semua kabupaten di wilayah Nusa Tenggara Barat.
44
Jumlah Staf dan Keahlian yang Dimiliki Jumlah staf yang dimiliki oleh YKSSI sebanyak 12 orang dengan keahlian yang beragam yaitu : ▪ Bidang Kesehatan (kesehatan dasar, kesehatan ibu dan anak, dan kesehatan reproduksi) ▪ Bidang Gender dan Kekerasan terhadap anak ▪ Bidang Advokasi ▪ Bidang PRA ▪ Pengembangan Media ▪ Administrasi dan Keuangan. Alamat Lembaga Jl.Gunung Semeru, Gang Merdeka I/12 Kp. Pelita, Dasan Agung Mataram, NTB, Indonesia. Telp/Fax : (0370)629612 Email :
[email protected] Kontak Person Idul Fitriatun (Koordinator Harian YKSSI). Foto-foto pendukung
45
PROGRAM OTONOMI DAERAH AIR MINUM KABUPATEN NGADA - FLORES Sejarah Program Program pengembangan sarana air bersih ini dikembangkan sejak tahun 2002. Program ini pada awalnya berangkat dari keprihatinan Gilles Raymond – seorang voulenteer CUSO – yang melihat kondisi masyarakat di desa-desa di Kabupaten Ngada yang sangat kekurangan air. Padahal di sisi lain, sumbersumber air yang ada di sekitar desa, walaupun dengan debit yang kecil dan jarak yang agak jauh dari lokasi pemukiman, cukup mendukung untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih. Programprogram yang dikembangkan oleh berbagai pihak di Kabupaten Ngada – termasuk pemerintah dan LSM kurang memperhatikan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih. Berbekal pengalaman dari Operasi Martabat yang dikembangkan di Canada, Gilles Raymond mencoba menawarkan pendekatan lain dari model pembangunan yang dilakukan selama ini oleh Pemda Ngada. Menurut Gilles, model pembangunan dari atas ke bawah harus segera dihentikan. Sudah saatnya masyarakat diberikan kesempatan untuk mengembangkan inisiatif lokal dan belajar dalam mengelola program termasuk keuangan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan demikian, proses otonomi akan bisa dibangun dari bawah ke atas. Walaupun pendekatan yang ditawarkan mendapatkan tantangan yang cukup berat terutama dari kalangan LSM, namun dari lobi-lobi yang intensif, gagasan tersebut mendapatkan sambutan yang cukup baik terutama dari Pemda dan DPRD Kabupaten Ngada. Sampai saat ini air besih sudah masuk ke 15 lokasi (dusun, kampung, desa). Tujuan Program Tujuan umum program ini adalah mengembangkan proses otonomi daerah dari bawah ke atas dengan pembangunan wilayah yang berpangkal pada insiatif dan keswadayaan masyarakat. Sedangkan tujuan khususnya adalah memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih, terutama pada desa-desa yang belum terjangkau air minum bersih. Pendekatan Program Agar proses otonomi daerah dari bawah ke atas bisa berjalan dengan baik, program ini dikembangkan berpangkal pada inisiatif, keswadayaan, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat. Sedangkan pemerintah daerah dan pihak luar hanya berperan sebagai fasilitator. Untuk mulai mengembangkan proses otonomi daerah, digunakan program pengembangan sarana air minum bersih sebagai titik masuk. Pertimbangan memilih air minum sebagai titik masuk karena air bersih merupakan kebutuhan yang sangat vital dan mendesak bagi masyarakat pedesaan di Kabupaten Ngada. Sesudah kebutuhan air bersih terpenuhi, masyarakat difasilitasi untuk memikirkan pemenuhan kebutuhan mendesak lainnya. Misalnya jalan, listrik, ekowisata, dll. Dalam program otonomi daerah pada umumnya dan proyek air minum ini pada khususnya, ada 12 kunci yang dijadikan landasan agar program. Dua belas kunci tersebut adalah : 1. Mulailah dengan kebutuhan yang sangat vital. 2. Swadaya dulu. 3. Untuk maju, mulai kerja. 4. Satukan desa-desa sebelum lobi dengan Pemda. 5. Lobi-lobi dengan Pemda untuk mendapat kontribusi dan kerjasama. 6. Kontrol dilakukan oleh masyarakat lokal, transparansi
46
7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kepercayaan umum dan kepercayaan diri kembali Dari bawah ke atas (dari desa sampai pemerintah pusat) Tim sukarelawan. Mempersatukan pemimpin lokal. Mulai dari air minum sampai otonomi daerah Mengembangkan struktur lobi-lobi yang permanen.
Wilayah Program Program ini dikembangkan mulai tahun anggaran 2002/2003. Program mentargetkan bisa menjangkau 15 desa per tahun. Dengan demikian, sampai dengan tahun ketiga (2004/2005), program sudah bisa memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih pada 45 desa di Kabupaten Ngada. Setelah air bersih masuk di desa-desa sasaran program, masyarakat akan difasilitasi untuk memikirkan pemenuhan kebutuhan mendesak lainnya. Disamping di Ngada, mulai Juli 2005 program juga telah memperluas pendekatan dan strateginya ke Kabupaten Sumba Timur. Kemajuan Program Sampai dengan akhir tahun kedua (bulan Juni 2004), air bersih baru bisa masuk pada 17 desa. Sedangkan desa-desa lainnya masih sedang dalam proses pendekatan dan persiapan sosial di masyarakat. Dari 17 desa yang sudah berhasil membangun fasilitas air minum bersih, beberapa desa diantaranya sudah mulai menggagaskan pembangunan fasilitas umum lain di wilayah desanya. Misalnya jalan, jembatan, dan listrik di Kampung Bejo Desa Nenowea, lokasi ekowisata dan perumahan di Lekolodo Desa Bomari. Sejak Juli 2005, sejalan dengan meningkatnya kapasitas keder-kader lokal, program ini dikelola oleh Tim Solidaritas Desa beranggotakan 7 orang. Mereka adalah pemimpin-pemimpin yang muncul secara alamiah dari desa-desa dimana program dikembangkan. Sedangkan peran dari Gilles Raymond hanya sebagai penasehat tim. Direncanakan Tim Solidaritas Desa akan mengupayakan legalitas dalam bentuk Koperasi. Pelajaran Beberapa pelajaran penting yang bisa dipetik dari program ini antara lain : ♦ Dalam upaya mempengaruhi perilaku dan kebiasaan masyarakat dari pendekatan proyek menjadi pendekatan otonomi daerah, dibutuhkan orang-orang yang mempunyai komitmen kuat, semangat tinggi dan mampu mengembangkan terobosan-terobosan baru agar bisa menyemangati masyarakat untuk berswadaya dan mengembangkan pola piker kreatif yang bisa membawa masyarakat ke arah masyarakat desa yang otonom. ♦ Bukti swadaya dan hasil kerja masyarakat merupakan alat yang sangat penting untuk negosiasi meyakinkan Pemda dan pihak luar agar mendukung apa yang menjadi inisiatif dan kebutuhan masyarakat. ♦ Pengembangan jaringan air bersih dimana sumber air berada pada kampung yang sama relatif lebih mudah dan tidak menemukan banyak kendala jika dibandingkan dengan jaringan lintas kampung/desa. Pendekatan pengelolaan jaringan air bersih lintas komunitas (antar kampung, antar desa, sumber air ada di kampung/desa lain) membtuhkan strategi pendekatan yang berbeda jika dibandingkan dengan sumber air yang masih berada di satu kampung dimana air itu akan dimanfaatkan. Mekanisme pengelolaan sengketa pada jaringan air bersih lintas komunitas perlu dibangun sejak awal sehingga tidak menjadi penghambat kelancaran pekerjaan di tengah jalan. ♦ Peran lobi pada tataran kebijakan daerah sampai pemerintah pusat bisa menumbuhkan sumberdaya keuangan dan kemampuan daerah dalam mendukung program. ♦ Dibutuhkan persiapan social yang matang pada masing-masing lokasi di awal program sebelum mulai dengan pekerjaan fisik.
47
♦ Menumbukan kepemimpinan local merupakan hal sangat dibutuhkan dalam pendekatan otonomi daerah, tetapi tidak bisa mengabaikan kepemimpinan formal yang sudah ada dan orang-orang yang berpengaruh di desa. ♦ Penyamarataan pendekatan dan strategi program pada semua lokasi kadang-kadang kurang sesuai pada lokasi tertentu. Pada lokasi-lokasi spesifik dengan situasi social yang spesifik, dibutuhkan pendekatan yang spesiik lokasi sehingga lebih sesuai dengan permasalahan, kebutuhan dan peluang yang ada di lokasi spesifik tersebut. Sekretariat Program Kantor BAPPEDA Kabupaten Ngada Jl. Basuki Rahmat Bajawa – Ngada, Flores – NTT Telp……. Email :
[email protected] Kontak Person Gilles Raymond/Kristoforus Sila
Foto-foto pendukung
48